PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI
DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK
KETERAMPILAN MENULIS PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Rischa Kristiana
091134091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI
DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK
KETERAMPILAN MENULIS PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh :
Rischa Kristiana
091134091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
v
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaiman layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Agustus 2013
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Rischa Kristiana
Nomor Mahasiswa : 091134091
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengembangan Bahan Ajar Yang Terintegrasi Dengan Pendidikan Karakter Untuk Keterampilan Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 16 Agustus 2013
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Kristiana, Rischa. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Yang Terintegrasi Dengan Pendidikan Karakter Untuk Keterampilan Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal. Karakter yang dikembangkan ke dalam bahan ajar adalah kesantunan, kecermatan, dan menghargai. Bahan ajar tersebut diuji kelayakannya di kelas IV SD Negeri Langensari.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (R&D). Pengembangan bahan ajar ini menggunakan prosedur pengembangan bahan ajar Jerold E Kemp dan prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan oleh Borg and Gall. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 7 langkah yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain. Langkah-langkah tersebut dilaksanakan untuk menghasilkan produk final berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan dievaluasi dari unsur 1) tujuan dan pendekatan, 2) desain dan pengorganisasian, 3) isi, 4) keterampilan berbahasa, 5) topik, dan 6) metodologi. Berdasarkan hasil validasi pakar pembelajaran Bahasa Indonesia mendapat skor 3,94 terhadap bahan
ajar dengan kategori “baik”. Pakar pendidikan karakter memberikan nilai dengan
skor rata-rata 4,23 terhadap bahan ajar dengan kategori “sangat baik”. Guru Bahasa Indonesia kelas IV memberikan nilai dengan skor rata-rata 4,62 terhadap
bahan ajar dengan kategori “sangat baik”. Siswa kelas IV SD Negeri Daratan
memberikan nilai dengan skor rata-rata 4,72 terhadap bahan ajar dengan kategori
“sangat baik”. Bahan ajar tersebut memperoleh skor rata-rata 4,38 dan termasuk
dalam kategori “sangat baik”. Dengan demikian bahan ajar yang dikembangkan
sudah layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk keterampilan mendengarkan kelas IV semester gasal.
ix
ABSTRACT
Kristiana, Rischa (2013). Development Integrated Teaching Materials with Character Education For Writing Skill On Indonesian Bahasa Indonesia for Ood Semester of Grade IV. Thesis. Yogyakarta. Primary School Teacher Education Program of Sanata Dharma University
This research was a development research which aimed to produce integrated teaching materials with character education in writing skill on Bahasa Indonesia for fourth grade of elementary school. The character which inserted into the product were courtesy, precise, respect. The proper of the product has been tested in the fourth grade of Langensari Elementary School.
This research used research and development method (R&D). The development of this teaching material used the development procedure proposed by Jerol E Kemp and Borg and Gall. Both of the procedure are adopted and modified into a simpler development. There were seven steps done in developing teaching materials; 1) the potential and the problem, 2) data collection, 3) product design, 4) validation, 5) the design revision, 6) design trial, and 7) the design revision. Those steps were done to produce teaching materials which is integrated with character building for teaching writing skill in Bahasa Indonesia in Grade four of elementary school.
The result of the research showed that the development of teaching material was developed and evaluated by considering six aspects; 1) purpose, 2) design and organization, 3) content, 4) language use-skill, 5) topic, and 6) method. According to the validation result done by the expert of Bahasa Indonesia
teaching materials for grade four, the product got the average score 3,94 included
into “good” category of teaching materials. From the character education expert considering the result of validation, the teaching materials was good enough to use for teaching and learning Bahasa Indonesia especially for writing skill of grade four students of ood semester.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat serta kasih
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Bahan Ajar Yang Terintegrasi Dengan Pendidikan Karakter Untuk Keterampilan Menulis Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sd Kelas IV Semester Gasal.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis pada kesempatan ini ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Rohandi Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas
bimbingan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan penulisan
skripsi.
4. Galih Kusumo, S.Pd, M.Pd, selaku dosen pembimbing II, yang telah
mengarahkan saya selama menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Dr. Yuliana Setiyaningsih, S.Pd., M.Pd selaku validator pembelajaran
bahasa yang telah memberikan saran untuk perbaikan kualitas produk yang
dikembangkan.
6. Rusmawan, S.Pd., M.Pd, selaku validator pendidikan karakter, yang telah
memberikan masukan untuk kualitas produk yang dikembangkan.
7. Sofiatun, S.Pd.I, selaku kepala sekolah SDN Langensari yang telah
memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8. Ratna Juwita Ghazali, S.Si, selaku guru SDN Langensari yang telah
memberikan masukan dan saran sehingga penulis dapat melaksanakan
penelitian dengan baik.
9. Lin Zaky Asyahid, S.Pd, selaku guru kelas IV SDN 2 Gumulan yang telah
bersedia menjadi validator bahan ajar.
10.Siswa kelas IVB SDN Langensari tahun ajaran 2012/2013 yang telah
xi
11.Para dosen PGSD, yang selalu mendampingi serta mendidik penulis
selama menempuh ilmu di PGSD.
12.Orangtuaku tersayang, Darmadi dan Sulastri yang selalu memberikan
motivasi, doa maupun dukungan secara materiil demi terselesaikannya
skripsi ini.
13.Adikku Vito Kristian Nugroho yang selalu memberikan dukungan
semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
14.Sahabatku Mido, Elyta, Tira, Mbk. Eni, Michel , Flo, Septianto, Yunanto,
mbk Desy, Sekar, Marta, Lana, Irene, Elka, Ata, Bulek itin, dll yang selalu
memberikan semangat dan keceriaan dalam menyelesaikan skripsi ini.
15.Teman-teman penelitian payung Windy, Reta, Jani, Intan, Deny,
Fr.Gorius, Domi, Wulan, Yohana, dan Pungki yang selalu memberikan
semangat untuk terus menyelesaikan skripsi dengan baik.
16.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
untuk doa serta bantuan yang telah diberikan selama ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat
untuk dunia pendidikan dan dapat menjadi inspirasi untuk melakukan penelitian
yang lebih baik lagi. Terima kasih
Penulis,
xii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
xiii
2.1.1 Pendidikan Karakter... 8
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 16
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter... 19
2.1.4 Model Pengembangan yang Terintegrasi Pendidikan Karakter ... 21
2.2 Penelitian yang Relevan ... 26
2.3 Kerangka Berfikir ... 29
2.4 Pertanyaan Penelitian ... 30
BAB III METODE PENELITIAN... 31
3.1 Jenis Penelitian ... 31
3.2 Prosedur Pengembangan ... 31
3.3 Uji Coba Produk ... 34
3.3.1 Desain Uji Coba ... 34
3.3.2 Subjek Uji Coba ... 35
3.3.3 Instrumen Penelitian ... 35
3.3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.3.5 Teknik Analisis Data... 36
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN... 41
4.1 Hasil Penelitian ... 41
4.1.1 Analisis Kebutuhan ... 41
4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 42
4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 46
xiv
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENGEMBANGAN DAN
SARAN ... 60
5.1 Kesimpulan ... 60
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 61
5.3 Saran ... 61
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model pengembangan perangkat pembelajaran Kemp revisi ... 22
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Konverensi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 37
Tabel 3.2 Konversi Nilai Skala Lima ... 39
Tabel 3.3 Kriteria Skor Skala Lima ... 40
Tabel 4.1 Komentar dan Revisi dari Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 48
Tabel 4.2 Komentar dan Revisi dari Pakar Pendidikan Karakter ... 49
Tabel 4.3 Komentar dan Revisi dari Guru Bahasa Indonesia Kelas IV ... 51
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Wawancara Analisis Kebutuhan ... 65
Lampiran 2 Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 66
Lampiran 3 Silabus ... 68
Lampiran 4 RPP ... 72
Lampiran 5 Lembar Kuesioner Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa ... 83
Lampiran 6 Lembar Kuisioner Validasi Pakar Pendidikan Karakter... 87
Lampiran 7 Lembar Kuisioner Validasi Guru Bahasa Indonesia ... 91
Lampiran 8 Lembar Kuisioner Validasi Lapangan ... 99
Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa ...119
Lampiran 10 Rekapitulasi Validasi Pakar Pendidikan Karakter ...121
Lampiran 11 Rekapitulasi Guru Bahasa Indonesia ...123
Lampiran 12 Rekapitulasi Hasil Validasi Lapangan ...127
Lampiran 13 Bahan Ajar (dicetak terpisah) ...128
Lampiran 14 Surat Izin Penelitian ...129
Lampiran 15 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ...130
Lampiran 16 Dokumentasi . ...131
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam upaya pembangunan
bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menyediakan sumber daya manusia
(SDM) berkualitas. Pendidikan yang baik saat ini adalah pendidikan yang mampu
menghasilkan SDM yang seimbang antara segi intelektual dengan segi moralitas
(Suwija, 2012: 67). UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
pada pasal 3, menyebutkan bahwa “pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Hal ini menjelaskan bahwa setiap program pendidikan disusun secara terpadu dan
sistematis supaya dapat mendukung usaha membangun karakter yang baik dalam
masyarakat.
Karakter dalam diri seseorang tidak didapat secara instan melainkan
merupakan sebuah proses berkesinambungan yang dapat dimulai dari pendidikan
dasar. Sekolah dasar (SD) merupakan jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia yang memegang peranan penting dalam menanamkan
karakter. Penanaman karakter di SD akan menjadi pondasi pada jenjang
pendidikan selanjutnya. Karakter dapat ditanamkan dalam diri siswa melalui
pembelajaran yang mengembangkan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
utuh dan seimbang sekaligus dapat menanamkan nilai karakter. Narwati
mengungkapkan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai sebuah
meliputi kognitif, afeksi dan psikomotorik (2011: 14). Oleh karena itu,
pendidikan karakter dapat digunakan dalam membentuk karakter siswa karena
pembelajaran dilakukan secara utuh dan dapat menanamkan nilai karakter.
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran yang
terdapat dalam kurikulum. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran
pokok yang ada di SD. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan
intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi (KTSP, 2006: 371). Karakter
seseorang akan tampak dari bahasa yang digunakan. Pranowo mengungkapkan
bahwa berbahasa secara baik, benar, dan santun dapat menjadi kebiasaan dan
dapat membentuk perilaku seseorang menjadi lebih baik (2009: 8). Pembiasaan
penggunaan bahasa yang santun dalam pembelajaran bahasa dapat membangun
karakter santun dalam diri siswa.
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan pada mata
pelajaran bahasa Indonesia. Menulis merupakan kemampuan puncak seseorang
dikatakan terampil berbahasa, sehingga melibatkan proses berfikir, bersikap, dan
bertindak yang seimbang. Kecermatan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca
menjadi hal yang penting dalam keterampilan menulis. Karakter cermat menjadi
penting untuk dikembangkan, supaya siswa menjadi seseorang yang dapat
menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Siswa juga dapat mengembangkan
karakter santun dalam keterampilan menulis. Zubaedi mengungkapkan bahwa
karakter santun dapat diintegrasikan pada saat kegiatan bermain drama dan
keterampilan menulis akan dapat mengembangkan karakter santun dalam diri
siswa.
Implementasi pengintegrasian pendidikan karakter dapat dilihat dari bahan
ajar yang digunakan. Bahan ajar dipandang sebagai sarana untuk mencapai tujuan
dan maksud dari pembelajaran (Cunningsworth, 1995:7). Bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter akan mempermudah penanaman karakter
pada diri siswa karena memliki tujuan utama dalam membentuk karakter.
Penggunaan bahan ajar yang berbasis aktivitas akan mempermudah guru dalam
mengembangkan karakter siswa. Bahan ajar yang berbasis aktivitas membuat
siswa dihadapkan pada sesuatu yang konkrit, sehingga siswa dapat melakukan
serta merasakan pengetahuan baru yang didapat dengan sendirinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Niken Amri Amaniah, S.Pd
guru Bahasa Indonesia kelas IV SD N Langensari yang dilakukan pada tanggal
26 November 2012 dapat disimpulkan bahwa guru masih mengalami kesulitan
dalam mengintegrasikan pendidikan karakter pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Hal ini terjadi karena bahan ajar yang benar-benar terintegrasi dengan
pendidikan karakter masih jarang ditemukan terutama pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia untuk keterampilan menulis. Kesibukan guru mengajar merupakan
salah satu hal yang menjadi kendala dalam mengembangkan bahan ajar Bahasa
Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
Guru mengungkapkan bahwa karakter menghargai harus dikembangkan
dalam diri siswa. Pada saat pembelajaran banyak siswa yang ribut dan bermain
sendiri ketika ada teman yang mengemukakan pendapat. Beberapa siswa juga
kurang memiliki sikap saling menghargai antara satu dengan yang lain. Guru juga
mengungkapkan bahwa dalam pelajaran Bahasa Indonesia pada keterampilan
menulis siswa masih kurang cermat dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.
Hal ini dibuktikan dengan masih banyak siswa yang keliru dalam menggunakan
ejaan dan tanda baca.
Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti akan memberi satu solusi dengan
mengembangkan sebuah produk berupa bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa
Indonesia pada KD 4.4 menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman
atau cita-cita dengan bahasa yang baik dan benar dan memperhatikan penggunaan
ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.). Karakter yang akan
dikembangkan adalah kesantunan, cermat dan menghargai.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal?
1.2.2 Bagaimana hasil validasi kualitas produk Bahan Ajar Terintegrasi dengan
Pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata pelajaran
bahasa indonesia SD Kelas IV Semester gasal?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata
1.3.2 Untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan pengalaman baru bagi
sehingga menambah motivasi untuk selalu mengembangkan bahan ajar
yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis
pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD Kelas IV semester gasal dengan
Research and Development.
1.4.2 Bagi Guru
Guru dapat menggunakan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
berbasis karakter ini dalam proses pembelajaran pada kelas IV semester
gasal.
1.4.3 Bagi Siswa
Siswa dapat mengembangkan nilia-nilai karakter yang termuat dalam
bahan ajar.
1.4.4 Bagi Sekolah
Memberi referensi pada sekolah dalam mengembangkan bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter.
1.4.5 Bagi Prodi PGSD
Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait
dengan pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah penanaman nilai-nilai kepribadian dalam diri
siswa yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut.
1.5.2 Bahan ajar
Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari unsur topik, SK, KD, Indikator,
tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, tindakan
siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, dan
daftar pustaka.
1.5.3 Keterampilan menulis
Keterampilan menulis merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan
pikiran kedalam bahasa tulis.
1.6 Spesifikasi Produk
1.6.1 Penelitian ini mengembangkan produk berupa bahan ajar yang terintegrasi
pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata pelajaran
bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
1.6.2 Karakter yang dikembangkan dalam bahan ajar meliputi kesantunan,
kecermatan dan menghargai.
1.6.3 Bahan ajar dikemas dalam bentuk buku teks yang memiliki beberapa
komponen antara lain motivasi, apersepsi, orientasi, uraian materi,
rangkuman materi, evaluasi, glosarium, penilaian, kunci jawaban dan
daftar pustaka.
1.6.4 Bahan ajar yang dikembangkan memuat indikator kognitif, afektif dan
psikomotorik.
1.6.5 Bahan ajar dinilai berdasarkan enam aspek yaitu (1) tujuan dan
pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian bahan ajar, (3) isi bahan ajar,
(4) keterampilan berbahasa yang dikembangkan, (5) topik dan (6)
metodologi.
1.6.6 Bahan ajar yang dikembangkan berbasis pada aktifitas yang dapat
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Kajian Teori
2.1.1 Pendidikan Karakter
2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter
Thomas Lickona dalam Wibowo mendefinisikan karakter merupakan sifat
alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (2012: 32). Wynne
dalam Mulyasa (2011: 3) bahwa karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti
“to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana menerapkan nilai-nilai
kebaikan dalam tindakan nyata atau perilaku sehari-hari. Pendapat yang sama
diungkapkan Samani&Heriyanto bahwa karakter dimaknai sebagai cara berfikir
dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (2011: 41). Lebih lanjut, Hamid
Hasan mengungkapkan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan
(Virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak (2010: 3).
Berdasarkan pengertian mengenai karakter yang telah dikemukakan diatas,
maka dapat diambil kesimpulan bahwa karakter merupakan sifat/kepribadian yang
tampak dalam diri seseorang dan merupakan hasil dari sebuah proses
penginternalisasian nilai dalam pribadi orang tersebut. Karakter akan tampak dari
perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari baik dalam lingkup keluarga,
Karakter dalam diri seseorang tidak terbentuk secara instan. Seperti yang
diungkapkan oleh Samani dan Heriyanto bahwa karakter tidak diwariskan, tetapi
sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran
dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakkan (2012:41). Pendapat
yang sama diungkapkan oleh Ahmadi dan Munawar bahwa sifat-sifat itu bukan
bawaan lahir, tetapi diperoleh setelah lahir, yaitu hasil dari kebiasaan sejak dari
kecil atau sebagai hasil dari pengaruh pendidikan/lingkungan sejak kecil
(2005:159-160). Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa
karakter yang ada dalam diri seseorang bukan merupakan hal yang didapatkan
secara instan namun memerlukan sebuah pembiasaan yang dapat dilakukan
melalui pendidikan.
Koesoema berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan dinamika
pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk
mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil
dalam diri individu (2007: 104). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sri
Judiani bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan
nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan
karaktersebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan
dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis,
produktif dan kreatif (Zubaedi, 2011: 17).
Megawangi berpendapat bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
yang sama diungkapkan oleh Kevin Ryan dan Karen E. Bohlin yang menyebutkan
bahwa:
Earliner we offered the image of character development as the engraving upon oneself of one’s own moral essence, often with the help of others. The individual becomes the sculptor of his or her own best possible self. Becoming an artist or a person of character is a developmental process. It takes knowledge. It takes effort and practice. It takes support, example (both good and bad), encouragement, and sometimes inspiration. In short, it takes what we are calling character education (1999:13).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
terdapat dua hal penting dalam pendidikan karakter yaitu (1) pendidikan karakter
merupakan proses penanaman nilai supaya peserta didik dapat bertindak sesuai
dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari, (2)
pendidikan karakter mengajak siswa untuk membangun pengetahuan, kesadaran,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai yang diajarkan.
2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter
Mulyasa mengungkapkan pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan
(2012:9). Pendapat yang sama diungkapkan oleh Amri bahwa pendidikan karakter
bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di
sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia
peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetensi
lulusan (2011: 31).
Kesuma (2011: 9) menjelaskan bahwa pendidikan karakter dalam setting
nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi
kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan, (2) mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian
dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah, (3) membangun koneksi yang
harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab
pendidikan karakter secara bersama.
Said Hamid, dkk dalam Zubaeda (2011: 18) memaparkan adanya lima
tujuan pendidikan karakter: (1) mengembangkan kalbu/nurani/afektif peserta didik
sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa, (2)
mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius, (3)
menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa, (4) mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, (5) mengembangkan
lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur,
penuh kreativitas, dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan
penuh kekuatan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk
mengarahkan pencapaian proses dan hasil pendidikan pada pembentukan karakter
peserta didik dan mengoreksi perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang
dikembangkan, sehingga dapat membentuk manusia yang utuh, baik dari segi
2.1.1.3Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter mengandung nilai-nilai yang harus dikembangkan
dalam pribadi peserta didik. Zubaedi (2011: 74-75) mengemukakan nilai-nilai
pendidikan karakter berdasarkan rujukan dari tujuan pendidikan nasional, antara
lain: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7)
mandiri, (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11)
Cinta Tanah air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14)
Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial,
(18) Tanggung Jawab.
Selain itu Kemendiknas (2011) mengungkapkan 25 karakter yang harus di
integrasikan dalam pendidikan karakter antara lain: (1) kereligiusan, (2) kejujuran,
(3) kecerdasan, (4) tanggung jawab, (5) kebersihan dan kesehatan, (6)
kedisiplinan, (7) tolong-menolong, (8) berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif,
(9) kesantunan, (10) ketangguhan, (11) kedemokratisan, (12) kemandirian, (13)
keberanian mengambil resiko, (14) berorientasi pada tindakan, (15) berjiwa
kepemimpinan, (16) kerja keras, (17) percaya diri, (18) keingintahuan, (19) cinta
ilmu, (20) kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, (21) kepatuhan
terhadap aturan-aturan sosial, (22) menghargai karya dan prestasi orang lain, (23)
kepedulian terhadap lingkungan, (24) nasionalisme, (25) menghargai
keberagaman.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengembangkan karakter kesantunan
dan menghargai yang bersifat sosial dan karakter cermat yang lebih bersifat
a. Kesantunan
Samani memaknai kesantunan sebagai kebiasaan berperilaku sopan
santun, berbudi bahasa halus sebagai perwujudan rasa hormatnya kepada
orang lain (2011:119). Struktur bahasa yang santun adalah struktur bahasa
yang disusun oleh penutur/penulis agar tidak menyinggung perasaan
pendengar atau pembaca (Pranowo, 2009: 4). Kesantunan merupakan salah
satu hal yang penting dan memiliki keterkaitan yang kuat dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia. Widharyanto mengungkapkan bahwa
pengembangan materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang
berpotensi mengandung rasa bahasa, tidak dapat mengabaikan
pandangan-pandangan dasar tentang kesantunan berbahasa (2013: 75).
Leech dalam Widharyanto menegaskan bahwa dalam praktik
berbahasa santun terdapat sejumlah prinsip, yakni (1) kerendahan hati
(modesty), (2) menjaga perasaan (tact), (3) memberikan persetujuan
(approbation), (4) memberikan simpati (sympathy), (5) kemurahan hati
(generosity), dan kesepakatan (agreement). Pranowo berpendapat
mengenai indikator kesantunan antara lain: (1) perhatikan suasana
perasaan mitra tutur sehingga ketika bertutur dapat membuat hati mitra
tutur berkenan (angon rasa), (2) pertemukan perasaan Anda dengan
perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama dikehendaki
karena sama-sama diinginkan (adu rasa), (3) pertemukan perasaan Anda
dengan perasaan mitra tutur sehingga isi komunikasi sama-sama
dikehendaki kerena sama-sama diinginkan (adu rasa), (3) jagalah agar
di hati (empan papan), (4) jagalah agar tuturan memperhatikan rasa
ketidakmampuan penutur di hadapan mitra tutur (sifat hormat), (5) jagalah
agar tuturan selalu memperhatikan bahwa mitra tutur diposisikan pada
tempat yang lebih tinggi (sikap hormat). (6) jagalah agar tuturan selalu
memperlihatkan bahwa apa yang dikatakan kepada mitra tutur juga
dirasakan oleh penutur (sikap tepa selira).
Berdasarkan penjelasan mengenai kesantunan di atas maka
seseorang dapat dikatakan mengunakan bahasa yang santun dalam menulis
setidaknya memenuhi beberapa kriteria diantaranya (1) pemilihan kata
yang mencerminkan rasa santun dan (2) memperhatikan suasana perasaan
teman (menjaga perasaan).
b. Cermat
Kecermatan merupakan bagian dari karakter kecerdasan.
Kemendiknas (2011) mendefinisikan kecerdasan sebagai “kemampuan
seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat”.
Sementara itu Samani dan Hariyanto berpendapat bahwa cerdas yaitu
berfikir secara cermat dan tepat, bertindak dengan penuh perhitungan,
rasa ingin tahu yang tinggi, berkomunikasi efektif dan empatik (2011:
51).
Berdasarkan definisi dari kecerdasan dapat dikatakan bahwa
karakter kecerdasan memuat kecermatan. Karakter kecermatan
diturunkan oleh karakter kecerdasan. Penelitian ini akan lebih
Hidayatullah mendefinisikan cermat memiliki arti jeli, tepat, teliti
berhati-hati dalam menjalankan tugas, dan penuh minat (2010: 81).
Samani dan Heriyanto memaknai kecermatan sebagai benar-benar teliti
dan hati-hati, membuat perhitungan dengan akurat, baik dalam bersikap
maupun bertindak (2011: 127). Berdasarkan pengertian tersebut peneliti
dapat mengembangkan 2 indikator yang digunakan untuk mengukur
sikap cermat yaitu teliti dan tepat. Siswa dapat dikatakan cermat apabila
ia teliti dalam mengoreksi kesalahan tanda baca dalam sebuah surat dan
tepat dalam menggunakan kalimat dan tanda baca pada saat menulis
surat.
c. Menghargai
Menghargai dalam KBBI berarti harga, menghormati,
mengindahkan, dan memandang penting terhadap suatu hal diartikan
(2008:483). Samani dan Heriyanto (2011: 55) memberi penjelasan
mengenai cara menjadi orang yang menghargai seperti berikut (1)
perlakukanlah orang lain seperti halnya engkau ingin diperlakukan, (2)
jadilah orang yang beradap dan sopan, (3) dengarlah apa yang dikatakan
oleh orang lain, (3) jangan menghina orang, atau memperolok-olokkan
atau memangil dengan julukannya, (4) jangan pernah mengancam atau
memalak orang lain, (5) jangan menilai orang sebelum mengenalnya
dengan baik.
Uraian diatas dijadikan dasar bagi peneliti untuk mengembangkan
yang sedang berbicara. Indikator kedua adalah memberikan respon
positif terhadap pendapat teman.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia 2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Menumbuhkan kebiasaan memakai kata-kata
yang baik dan mengungkapkannya atau mengatakannya dengan baik dapat
menjadi salah satu cara untuk pendidikan karakter (Tim Pakar Yayasan Jati Diri
Bangsa, 2011: 154). Pembelajaran bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik
secara lisan maupun tulisan (Zulela, 2012: 4).
Pembelajaran bahasa Indonesia di SD memiliki peranan penting dalam
membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan siswa untuk tahap perkembangan
selanjutnya. Widjono berpendapat bahwa kecerdasan berbahasa memungkinkan
seseorang dapat mengembangkan karakternya lebih baik. Kecerdasan berbahasa
yang terkait dengan kemampuannya memahami orang lain, dalam bentuk
sederhana, misalnya menyatakan simpatik, mengucapkan rasa terima kasih, atau
menyatakan kecewa terhadap orang lain (2007: 21). KTSP menyebutkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia memiliki tujuan sebagai berikut: (1)
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulis, (2) menghargai dan bangga menggunakan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara (3) memahami bahasa
(4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
serta kematangan emosional dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya
sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. (6) menghargai dan
membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual
manusia Indonesia (KTSP 2006: 113).
Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran bahasa Indonesia di SD memiliki peran dalam mengembangkan
intelektual serta karakter siswa. Siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan
baik, baik secara lisan maupun tulisan melalui pembelajaran Bahasa Indonesia.
2.1.2.2Keterampilan Menulis yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter
Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ruang lingkup
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD mencakup 4 aspek keterampilan berbahasa.
Keempat keterampilan tersebut yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara,
membaca dan menulis. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi
kompetensi berbahasa paling akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi
mendengarkan, berbicara, dan membaca (Nurgiyantoro, 2010: 422).
Tarigan mengungkapkan bahwa menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang
dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu
(2008: 22). Nurgiyantoro menambahkan bahwa kegiatan menulis menghendaki
khususnya yang menyangkut masalah ejaan (2010: 423). Menulis sebagai sebuah
keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan
gagasan, perasaan, dan pikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan
menggunakan media tulisan (Nurjamal, 2011: 69). The Liang Gie
mengungkapkan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu kepandaian yang
sangat berguna bagi setiap orang. Dengan memiliki kepandaian itu, seseorang
dapat mengungkapkan berbagai gagasannya untuk dibaca oleh peminat yang luas
(2002: 21).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menulis
seseorang harus menguasai lambang atau simbol-simbol visual yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang. Keterampilan
menulis merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan sesuatu melalui
media tulisan.
Keterampilan menulis yang dimiliki seseorang tidak datang dengan
sendirinya. Tarigan mengungkapkan bahwa menulis menuntut pengalaman,
waktu, kesempatan, pelatihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran
langsung menjadi seorang penulis (2008: 9). Latihan yang cukup dan teratur serta
pendidikan yang berprogram akan membantu seseorang dalam menguasai
keterampilan menulis.
Tujuan menulis seperti yang diutarakan oleh Tarigan antara lain: (1)
tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau mengajar, (2) tulisan yang
bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak, (3) tulisan yang bertujuan untuk
tulisan literer, (4) tulisan yang mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat
atau berapi-api (2008: 24-25).
Karakter yang dapat dikembangkan dalam keterampilan menulis dapat
adalah cermat. Karakter cermat dapat dibangun melalui kegiatan menulis. Menulis
membutuhkan sikap teliti dan tepat dalam menggunakan kalimat dan tanda baca.
Karakter cermat akan membuat peserta didik mampu mengembangkan
keterampilan menulis dengan baik.
Materi menulis surat dalam keterampilan menulis juga dapat
menumbuhkan karakter santun dalam diri peserta didik melalui pemilihan kata
yang mencerminkan rasa santun. Hal tersebut sama seperti yang diungkapkan oleh
Zubaedi bahwa karakter santun diintegrasikan pada saat kegiatan bermain drama
dan berlatih membuat surat (2011: 315).
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter
Bahan ajar menjadi salah satu sarana yang digunakan untuk mendukung
pengintegrasian pendidikan karakter. Majid berpendapat bahan ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar di kelas (2009: 174). Sedangkan,
Prastowo mengatakan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan yang disusun
secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (2012: 17). Nurgiyantoro
merupakan sarana tercapainya tujuan dan sekaligus merupakan sumber
penyusunan alat penilaian (2010: 73).
Berdasarkan beberapa pandangan mengenai pengertian bahan ajar
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan segala bentuk
bahan yang tersusun sistematis dan digunakan untuk membantu guru dalam proses
pembelajaran. Bahan ajar merupakan sarana yang penting dalam pembelajaran
karena berfungsi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengembagan bahan ajar
yang terintegrasi dengan pendidikan karakter akan mempermudah dalam
menanamkan nilai-nilai karakter dalam diri siswa karena tujuan bahan ajar
disesuaikan dengan tujuan pendidikan karakter.
Raka mengungkapkan bahwa terdapat dua hal yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan bahan pelajaran untuk mengembangkan karakter siswa
yaitu memberikan banyak perhatian pada aspek karakter yang ada dalam setiap
mata pelajaran dan mengembangkan substansi yang bermakna melalui
pengetahuan kontekstual (2011: 64). Hidayatullah menambahkan bahwa ada enam
langkah pengintegrasian bahan ajar dalam setiap mata pelajaran yaitu (1)
mendiskripsikan kompetensi dasar (KD) dari kurikulum yang berlaku, (2)
mengidentifikasi nilai-nilai karakter ke dalam kompetensi dasar yang telah dipilih,
(3) mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam kompetensi dasar yang telah
dipilih, (4) melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan metode atau teknik
tertentu, (5) menentukan metode, (6) menentukan evaluasi, dan (7) menentukan
sumber belajar (2010: 57).
Proses belajar karakter yang berpusat pada siswa memberikan kesempatan
dalam proses pembelajaran (Raka, 2011: 60). Koesoema mengungkapkan bahwa
pendidikan karakter memberikan prioritas terutama pada pelatihan, peleburan
individu melalui suatu pengalaman, dan bukan sekedar pemahaman teoritis (2010:
268). Berdasarkan hal tersebut pengembangan bahan ajar harus memuat aktivitas
yang dapat mengembangkan karakter. Aktivitas yang ada dalam bahan ajar akan
memberi pengalaman langsung bukan hanya sekedar pemahaman teoritis sehingga
nilai karakter lebih melekat dalam diri siswa.
Prastowo mengungkapkan bahan ajar paling tidak mencakup beberapa
unsur antara lain: (1) petunjuk belajar, (2) kompetensi yang akan dicapai, (3)
informasi pendukung, (4) latihan-latihan, (5) pertunjuk kerja, dapat berupa
Lembar Kerja (LK), (6) Evaluasi (2012: 20). Petunjuk berisi tentang bagaimana
guru sebaiknya mengajarkan materi kepada siswa dan bagaimana pula siswa
sebaiknya mempelajari materi yang ada dalam bahan ajar tersebut. Kompetensi
yang akan dicapai dimaksudkan supaya guru mengetahui kompetensi yang harus
dicapai siswa. Informasi pendukung merupakan berbagai informasi tambahan
yang dapat melengkapi bahan ajar. Cunningsworth (1995: 3) mengemukakan
beberapa unsur untuk mengevaluasi suatu bahan ajar. Unsur tersebut meliputi
tujuan dan pendekatan (aims and objectives), desain dan pengorganisasian (design
and organization), isi (language content), keterampilan berbahasa (skill), topik
(topic), metodologi (methodology).
2.1.4 Model Pengembangan yang Terintegrasi Pendidikan Karakter
Menurut Kemp dalam Trianto (2009: 179-186), pengembangan perangkat
merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Pengembangan perangkat model
komponen mana pun. Unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran
menurut model Kemp, meliputi:
Pengembangan dapat dimulai dari langkah manapun pada siklus tersebut.
Setiap langkah yang terdapat pada siklus Kemp selalu diawali dengan
perencanaan tujuan (planning). Dalam melaksanakan langkah pengembangan
selalu disertai dengan evaluasi. Evaluasi dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi
formatif (formative evaluation) dan evaluasi sumatif (summative evaluation).
Evaluasi formatif (formative evaluation) dilakukan pada proses pengembangan.
Evaluasi sumatif (summative evaluation) dilakukan pada akhir pengembangan.
Evaluasi digunakan sebagai pedoman untuk revisi. Kegiatan revisi dapat
dilakukan secara terus-menerus disetiap langkah pengembangan. Setiap langkah
rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegiatan revisi. Revisi Gambar. 1. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kemp yang Direvisi
dilakukan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang telah dibuat.
Pada proses pembuatan bahan ajar dapat berjalan dengan baik karena adanya
layanan pendukung (support service).
Berikut ini penjelasan mengenai setiap unsur-unsur pengembangan
perangkat pembelajaran model Kemp, meliputi:
a. Identifikasi masalah pembelajaran
Tujuan dari tahap ini adalah mengidentifikasi adanya kesenjangan antara
tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi di lapangan
baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun strategi yang
digunakan guru untuk mencapai pembelajaran. Bahan kajian, pokok bahasan atau
materi yang akan dikembangkan, selanjutnya disusun alternatif atau cara
pembelajaran yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan seperti yang diharapkan
dalam kurikulum.
b. Analisis siswa
Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu
maupun kelompok. Ibrahim dalam Triyanto mengungkapkan analisis siswa
meliputi karakteristik antara laian: kemampuan akademik, usia dan tingkat
kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, keterampilan
psikomotor, kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial, dan sebagainya (2009:
180).
c. Analisis tugas
Menurut Kemp, et al dalam Triyanto (2009: 181), analisis tugas adalah
meliputi:analisis isi pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang digunakan
untuk memudahkan pemahaman atau penguasaan tentang tugas -tugas belajar dan
tujuan pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran (RP)
dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).
1) Analisis struktur isi
Analisis struktur isi ini dilakukan dengan mencermati kurikulum
GBPP yang sesuai mulai dari bahan kajian, pokok bahasan, sub pokok
bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan.
2) Analisis konsep
Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep
utama yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai
urutan penyajiannya dan merinci konsep-konsep yang relevan.
3) Analisis prosedural
Analisis prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan
mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan
kajian, hasil analisis ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural.
4) Analisis pemrosesan informasi
Analisis pemrosesan informasi dilakuakan untuk mengelompokkan
tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan
mempertimbangkan waktu.
5) Merumuskan indikator
Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan
identifikasi tingkah laku awal siswa, tentang pernyataan-pernyataan apa
dirumuskan berfungsi sebagai: (a) alat untuk mendesain kegiatan
pembelajaran; (b) kerangka kerja dalam merencanakan cara mengevaluasi
hasil belajar siswa; dan (c) panduan siswa dalam belajar.
6) Penyusunan instrumen evaluasi
Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur
ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah
berlangsungnya proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal
yang dijawab benar.
7) Strategi pembelajaran
Pada tahap ini dilakukan pemilihan strategi belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan
dan metode; pemilihan format, yang dipandang mampu memberikan
pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
8) Pemilihan media atau sumber pembelajaran
Pemilihan media dan sumber pembelajaran berdasarkan hasil analisis
tujuan, karakteristik siswa, dan tugas seperti telah diuraikan sebelumnya,
maka memilih alat dan bahan disesuaikan dengan tuntutan tujuan
pembelajaran yang terdapat rencana pelajaran dan lembar kerja siswa.
9) Pelayanan pendukung
Selama proses pengembangan diperlukan layanan pendukung yang
berupa kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga
10)Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan bagian penting dari proses perancangan
pembelajaran dan berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar
atau tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam
mencapai berbagai sasaran. Penilaian ini berguna untuk menentukan
kelemahan dalam perencanaan pengajaran sehingga berbagai kekurangan
dapat dihindari sebelum program terpakai secara luas.
11)Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian
tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi;
hasil ujian akhir unit, dan uji akhir untuk pelajaran tertentu.
12)Revisi perangkat pembelajaran
Kegiatan revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki
rancangan yang dibuat. Revisi dilakukan berdasarkan masukkan dan
penilaian yang diperoleh dari kegiatan validasi perangkat pembelajaran
oleh pakar, simulasi terbatas dan uji coba terbatas sehingga validasi ini
lebih pada tujuan kebenaran dan kesesuaian isi pada saat menerapkannya
sebagai perangkat pembelajaran di sekolah.
2.2Penelitian yang Relevan
Penelitian mengenai pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter di SD masih jarang ditemui, akan tetapi peneliti menemukan
empat penelitian yang mengintegrasikan pendidikan karakter dalam bahan ajar
pada jenjang SMP, SMA maupun perguruan tinggi. Keempat penelitian tersebut
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Anastasia Tiur Rohani (2012) dengan
judul Pendidikan Karakter yang Terintegrasi dalam Pembelajaran Menulis
Bahasa Indonesia untuk Siswa SMP Kelas VIII Semester 1 dan 2.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi (1) analisis data, (2)
pengembangan produk, (3) validasi ahli, (4) revisi, (5) uji coba, (6) revisi akhir,
hingga menghasilkan produk akhir berupa buku ajar. Kesimpulan yang didapat
dalam penelitian ini bahwa pendidikan karakter yang terintegrasi dengan materi
pembelajaran menulis Bahasa Indonesia siswa kelas VII perlu dikembangkan.
Dari lima belas pernyataan, ada dua belas butir pernyataan yang memiliki
presentasi jawaban baik.
Penelitian kedua dilakukan oleh Ajeng Christy Suryaningrum (2012) dalam
skripsinya yang berjudul Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia
Bermuatan Pendidikan Karakter Bangsa Kelas XI Semester I SMA Stella Duce
Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Produk yang dikembangkan berupa materi
pembelajaran Bahasa Indonesia kelas XI, Semester I, bermuatan pendidikan
karakter bangsa. Langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran bahasa
Indonesia bermuatan pendidikan karakter bangsa, meliputi (1) analisis kebutuhan,
(2) pembuatan produk, (3) uji coba, (4) penilaian, (5) revisi. Hasil penilaian yang
diperoleh yaitu siswa 75%, guru 80%, dan dosen 90%. Masing-masing hasil data
penelitian mendapat kualifikasi baik dari siswa dan guru, kualifikasi sangat baik
dari dosen. Produk pengembangan materi dikatakan layak untuk dipergunakan
Penelitian ketiga berupa jurnal yang berjudul “Prodigy: An Innovative
Approach for Character Development” yang ditulis oleh Samsiah Mohd Jais,
Ab.Aziz Md. Yatim, dan Mohammed Aziz Shah Mohammad Arip. Penelitian
tersebut menjelaskan bahwa pembentukan dan pembangunan karakter yang sehat
di kalangan pelajar berkaitan erat dengan peranan yang dimainkan oleh
kounselor/guru di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan
prodigi, sebuah pendekatan yang mampu membantu guru untuk melakukan
bimbingan dan konseling dalam pembangunan dan peningkatan tingkah laku
siswa. Prodigi mengintegrasikan komponen kognitif, afektif, dan tingkah laku
dalam pembangunan karakter. Isi dari artikel ini adalah memperbincangkan modul
kursus yang berkaitan dengan pembangunan karakter dan manfaat menggunakan
Prodigi dalam memupuk pembangunan karakter.
Penelitian keempat berupa jurnal yang berjudul Pengintegrasian Pendidikan
Karakter dalam Bahasa Jerman yang ditulis oleh Sulis Triyono. Pengintegrasian
pendidikan karakter ke dalam pembelajaran Bahasa Jerman dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Pertama, menyusun silabus dan RPP pembelajaran Bahasa
Jerman yang memuat nilai-nilai. Pengintegrasian nilai dilakukan dalam
keterampilan Bahasa Jerman yang meliputi keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Kedua, menyusun materi dan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter dalam keterampilan Bahasa Jerman pada setiap
perkuliahan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya kontribusi
positif terhadap pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi. Pendidikan
karakter telah teridentifikasi dapat memudahkan pendidik untuk mengukur tingkat
Penelitian relevan tersebut mencoba mengembangkan modul dan materi
pembelajaran bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter pada
jenjang SMP dan SMA maupun perguruan tinggi. Pada penelitian ini akan
mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter di SD
karena pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter di
SD masih jarang dilakukan.
2.3Kerangka Berfikir
Karakter yang ada dalam diri seseorang dapat dibangun salah satunya melalui
pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk
menanampakan nilai-nilai karakter pada diri siswa. Pendidikan karakter akan
lebih maksimal apabila diintegrasikan pada seluruh mata pelajaran. Salah satu
mata pelajaran yang berkaitan erat dengan pendidikan karakter adalah mata
pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa memiliki empat keterampilan
yang perlu dikembangkan yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.
Menulis merupakan keterampilan puncak seseorang dikatakan terampil berbahasa.
Melalui keterampilan menulis siswa dapat mengembangkan nilai-nilai seperti:
kesantunan, cermat dan menghargai. Melihat keterkaitan antara menulis dengan
nilai karakter, maka akan lebih mudah mengintegrasikan pendidikan karakter
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada keterampilan menulis.
Bahan ajar merupakan sarana yang digunakan untuk memfasilitasi siswa
dalam belajar. Pengintegrasian pendidikan karakter dalam bahan ajar akan
mempermudah guru dalam membangun karakter peserta didik. Bahan ajar
dikembangkan dengan model pengembangan yang dikemukakan oleh Jerold E.
bahan ajar dan terintegrasi dengan pendidikan karakter, diharapkan akan
menghasilkan produk bahan ajar yang baik dan dapat digunakan untuk
membangun karakter peserta didik.
2.4Pertanyaan Penelitian
2.4.1 Bagaimana prosedur penelitian pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam keterampilan menulis, kompetensi
dasar menulis surat pribadi untuk teman sejawat?
2.4.2 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam keterampilan menulis, kompetensi dasar menulis surat
pribadi untuk teman sejawat menurut pakar pembelajaran Bahasa
Indonesia?
2.4.3 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam keterampilan menulis, kompetensi dasar menulis surat
pribadi untuk teman sejawat menurut pakar pendidikan karakter?
2.4.4 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam keterampilan menulis, kompetensi dasar menulis surat
pribadi untuk teman sejawat menurut guru kelas IV SD N Langensari
Yogyakarta?
2.4.5 Bagaimana kualitas bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter dalam keterampilan menulis, kompetensi menulis surat pribadi
untuk teman sejawat menurut siswa kelas IV SD N Langensari
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
Research and Development. Sugiyono mengatakan Research and Development
adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu,
dan menguji keefektifan produk tersebut (2010: 407). Penelitian ini akan
mengembangkan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk
keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas IV.
Penelitian ini akan menghasilkan produk berupa bahan ajar Bahasa Indonesia
pada keterampilan menulis yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
3.2 Prosedur Pengembangan
Pengembangan bahan ajar akan mengkombinasikan model Jerold E Kemp
yang sudah direvisi dengan langkah penelitan pengembangan yang dikemukakan
Borg and Gall. Terdapat 10 prosedur penelitian pengembangan yang dikemukakan
oleh Borg and Gall yaitu (1) potensi dan masalah, (2) mengumpulkan informasi,
(3) desain produk, (4) validasi desain, (5) perbaikan desain, (6) uji coba produk,
(7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) pembuatan
produk masal. Kedua prosedur pengembangan tersebut diadaptasi menjadi sebuah
model pengembangan yang lebih sederhana, yang dijadikan landasan dalam
penelitian. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
7 langkah yang terdiri dari: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3)
(7) revisi desain hingga menghasilkan desain produk final bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan menulis pada mata
pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD semester gasal. Secara garis besar
prosedur pengembangan tersebut dapat dijelaskan melalui gambar berikut.
Penelitian ini berawal dari potensi dan masalah. Untuk mengetahui adanya
potensi dan masalah maka dilakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan
dilakukan dengan wawancara terhadap guru bahasa Indonesia kelas IV di SDN
Langensari. Analisis kebutuhan ini bertujuan untuk mengetahui fakta dan masalah
yang menyangkut ketersediaan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter, pandangan guru mengenai pendidikan karakter, sekaligus memperoleh
gambaran mengenai karakteristik siswa. Sehingga, bahan ajar yang akan
dikembangkan, disusun sesuai dalam upaya mencapai tujuan seperti yang
diharapkan dalam analisis tugas kurikulum.
Langkah kedua adalah pengumpulan data. Pengumpulan data untuk analisis
kebutuhan dilakukan dengan wawancara terhadap guru kelas IV SD N Langensari.
Hasil dari wawancara tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
perencanaan produk yang berupa bahan ajar berbasis karakter pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Sedangkan pengumpulan data untuk pembuatan bahan ajar
dilakukan dengan melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan dari
berbagai sumber.
Langkah ketiga adalah mendesain sebuah produk yang berupa bahan ajar
untuk keterampilan menulis bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SD semester gasal. Langkah ini
dimulai dengan mengkaji Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar dalam
kurikulum KTSP, menentukan indikator, menentukan tujuan, menentukan isi
bahan ajar, menentukan strategi pembelajaran, menyusun kegiatan belajar,
menentukan sumber belajar, dan menyusun evaluasi yang dapat mengukur
Langkah keempat adalah validasi desain. Validasi pakar digunakan sebagai
evaluasi formatif terhadap desain bahan produk pengembangan bahan ajar.
Produk yang telah dikembangkan akan divalidasi oleh 4 orang pakar yang terdiri
dari: 1 dosen pakar bahasa Indonesia, 1 dosen pakar pendidikan karakter dan 2
guru Kelas IV SD. Validasi produk ini bertujuan untuk memperoleh kritik dan
saran serta penilaian terhadap produk yang dikembangkan.
Langkah kelima adalah revisi desain. Produk akan direvisi berdasarkan kritik
dan saran perbaikan yang didapat dari validasi oleh para pakar. Revisi desain
bertujuan untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada produk yang
dikembangkan.
Langkah keenam adalah uji coba desain. Uji coba dilakukan kepada 10
siswa kelas IV SDN Langensari sebagai subyek penelitian. Uji coba dilakukan
dengan memberikan kuisioner kepada siswa untuk menilai apakah produk yang
dibuat sudah sesuai dan baik untuk siswa. Hasil uji coba merupakan evaluasi
sumatif terhadap desain produk pengembangan bahan ajar.
Langkah ketujuh adalah revisi desain. Revisi desain dilakukan setelah uji
coba produk. Produk akan direvisi berdasarkan masukan dari siswa yang ikut
dalam uji coba produk. Hasil dari revisi produk ini akan menjadi desain produk
final bahan ajar bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
3.3 Uji Coba Produk 3.3.1 Desain Uji Coba
Tahap-tahap yang digunakan untuk mengevaluasi produk bahan ajar dalam
penelitian ini diuraikan secara singkat sebagai berikut: (1) validasi oleh pakar
analisis data, (2) revisi produk dilakukan berdasarkan masukan dari pakar
pembelajaran bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter dan guru, (3) uji coba
lapangan pada siswa kelas IV SDN Langensari untuk mengetahui kelayakan
produk dan analisis data dan (4) revisi akhir berdasarkan masukan dari hasil uji
lapangan.
3.3.2 Subjek Uji Coba
Subyek uji coba dalam penelitian pengembangan ini adalah 10 siswa kelas
IVA semester gasal tahun ajaran 2012/2013 SD N Langgensari Yogyakarta
sebagai sampel dalam uji coba produk. Penelitian ini akan di laksanakan di SD N
Langensari yang beralamat di Jalan Kusbini no 35 Klitren Yogyakarta sebagai
tempat penelitian.
3.3.3 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa
wawancara dan kuesioner.
a. Pedoman Wawancara
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang
dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan
muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan (Sudijono, 2011:82).
Wawancara dilakukan kepada guru kelas IV SDN Langensari untuk memperoleh
data mengenai kebutuhan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter
keterampilan menulis kelas pada kelas IV SD. Instrumen wawancara dapat dilihat
pada lampiran 1 halaman 63.