• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENAHANAN IJAZAH ANAK DIDIK PADA DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KOTA SURABAYA ( Studi Kasus Pada SMA Negeri x Surabaya ).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM KEPALA SEKOLAH TERHADAP PENAHANAN IJAZAH ANAK DIDIK PADA DINAS PENDIDIKAN NASIONAL KOTA SURABAYA ( Studi Kasus Pada SMA Negeri x Surabaya )."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi per syar atan memper oleh Gelar Sar jana H ukum pada Fakultas

Hukum UPN “Veter an” J awa Timur

Oleh :

FEBRINA ERLINDA NURYANTI NPM. 0771010127

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM SURABAYA

2011

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

iv

dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Disini penulis

mengambil judul: ” Penerapan Sanksi Pidana Bagi Anak Pelaku Tindak Pidana

Penganiayaan Di Pengadilan Negeri Surabaya”.

Penyusunan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan sesuai kurikulum

yang ada di Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Disamping itu dapat memberikan hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu dalam

mengadakan penelitian guna penyusunan Skripsi.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan, dan dorongan

oleh beberapa pihak. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih

yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Haryo Sulistiyantoro, S.H., M.M selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Sutrisno, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan I Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur..

3. Bapak Panggung Handoko S.Sos., S.H, MM selaku Ketua Program Studi Ilmu

Hukum Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Subani, S.H. M.Si selaku Dosen Pembimbing utama.

5. Ibu Mas Anienda , S.H., M.H Selaku Dosen Pembimbing Pendamping, yang telah

membimbing dan mengarahkan peneliti dalam pembuatan skripsi sehingga peneliti

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

v

Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Kedua orang tua tercinta, dan seluruh saudara-saudara yang telah memberikan

dukungan moriil maupun materiil serta doa dan restunya selama ini.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2007 dan seluruh Mahasiswa/i Fakultas

Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun penyusun harapkan

guna perbaikan dan penyempurnaan sehingga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

semua pihak.

Surabaya, Desember 2011

Penulis

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

Nama Mahasiswa : Febrina Erlinda Nuryanti

NPM : 0771010127

Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 12 Februari 1990

Program Studi : Strata 1 (S1)

Judul Skripsi :

PENERAPAN SANKSI PIDANA BAGI ANAK PELAKU TINDAK PIDANA

PENGANIAYAAN DI PENGADILAN NEGERI SURABAYA

ABSTRAKSI

Salah satu persoalan besar dalam pemidanaan terhadap anak adalah efek buruk

pemidanaan terhadap perkembangan anak, perbuatan pidana yang dilakukan oleh

anak-anak adalah sejenis dengan perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa, perbedaan

pokok terletak pada pelakunya yaitu dilakukan oleh anak-anak. Tetapi batasan usianya

biasanya dipergunakan terhadap tolak ukur sejauh mana anak bisa

dipertanggungjawabkan terhadap perbuatan kriminal. Berdasarkan Pasal 45 KUHP dapat

kami sebutkan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seorang yang belum berusia

16 tahun. Sanksi pidana dan tindakan yang dijatuhkan terhadap anak yang melakukan

tindak pidana khususnya Pasal 23 dan Pasal 24 UU No 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak.

Kata Kunci : Anak Nakal, Sanksi Pidana

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Setiap orang sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa memiliki hak-hak asasi sesuai dengan kemuliaan harkat dan martabatnya yang dilindungi oleh undang-undang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga dengan kata lain seseeorang berhak dan wajib diberlakukan sebagai manusia yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain.

Hak hidup setiap manusia tidak dapat dikurangi oleh siapapun dan dalam keadaan apapun termasuk hak untuk tidak disiksa, tidak diperbudak, tidak diperjualbelikan dan tidak dipaksa untuk melakukan yang tidak disukai ataupun diperlakukan dengan tidak sesuai harkat, martabat dan kehormatan dirinya sebagai manusia seutuhnya.

Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa,yang dalam dirinya juga melekat harkat dan martabat sebagai manusis seutuhnya, bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai cirri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.Bahwa agar setiap kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia,sehingga

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

perlu dilakukan upaya perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan tanpa diskriminasi.Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak merupakan peraturan khusus yang mengenai masalah anak. Tujuan dari Perlindungan anak sendiri disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 pada Pasal 3 bahwa, Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar hidup,tumbuh, berkembang,dan berpatisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi,demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,berakhlak mulia, dan sejahtera.

Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup sebagai orang tua, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan dan bimbingan dan pembinaan dalam pengembangan sikap perilaku penyesuain diri, serta pengawasan dari orang tua, wali atau orang tua asuh akan mudah terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungannya yang kurang sehat dan merugikan perkembangan pribadinya1.

Atas pengaruh dari keadaan sekitarnya maka tidak jarang anak ikut melakukan tindak pidana. Hal itu dapat disebabkan oleh bujukan, spontanitas atau sekedar ikut-ikutan.Meskipun demikan tetap saja hal itu merupakan tindakan pidana. Namun demi pertumbuhan dan perkembangan mental anak, perlu diperhatikan pembedaan perlakuan di dalam hukum acara dan ancaman

1

Sumpramono Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta, 2000. h.158

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

pidana. Menurut pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUHP) bahwa anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 tahun. Apabila anak terlibat dalam perkara pidana hakim boleh memerintahkan agar tersangka di bawah umur tersebut dikembalikan kepada orang tuanya, walinya, dan pemeliharaanya dengan tidak dikenakan suatu hukuman atau memerintahkan supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman

Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam Undang-Undang dimaksudkan untuk melindungi dan mengayomi anak tersebut agar dapat menyongsong masa depan yang panjang. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.Sedangkan dalam pasal 1 butir ke 15 dalam Undang-undang Perlindungan anak juga menyebutkan tentang perlindungan khusus bagi anak adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak berhadapan dengan hukum.Selain itu pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada anak melalui pembinaan akan diperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab,dan berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengertian Pidana adalah Istilah “Hukuman” yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempunyai arti luas dan berubah-ubah karena

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang luas. Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah sehari-hari di bidang pendidikan, moral, agama, dan sebagainya. Oleh karena “Pidana” merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna setral yang dapat menunjukan ciri-ciri atau sifat-sifatnya yang khas.

Dari definisi yang diperoleh, dapatlah disimpulkan bahwa pidana mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pidana itu pada hakekatnya merupakan suatu pengenaan penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak menyenangkan.

b. Pidana itu diberikan dengan sengaja oleh orang atau badan yang mempunyai kekuasaan (oleh yang berwenang).

c. Pidana itu dikenakan kepada seseorang yang melakukan tindak pidana menurut undang-undang.

Sanksi pidana yang dijatuhkan kepada anak didasarkan pada kebenaran, keadilan, dan kesejahteraan anak. Penjatuhan pidana atau tindakan merupakan suatu tindakan yang harus mempertanggungjawabkan dan bermanfaat bagi anak. Hakim wajib mempertimbangkan keadaan anak, keadaan rumah, keadaan lingkungan dan laporan pembimbing kemasyarakatan. Pasal 23 Undang-Undang No 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (selanjutnya disingkat dengan UU Pengadilan Anak) yang menentukan :

1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal yaitu : Pidana Pokok dan Pidana Tambahan.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

2) Pidana Pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah : a) Pidana Penjara;

b) Pidana Kurungan; c) Pidana Denda atau; d) Pidana Pengawasan

3) Selain pidana pokok sebagiamana dimaksud dalam ayat (2) terhadap Anak Nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan ialah :

a) Perampasan barang-barang tertentu b) Pembayaran ganti rugi.

4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Sanksi pidana yang diterapkan kepada anak yang melakukan tindak pidana dan melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Fakta menunjukkan bahwa tipe kejahatan dalam masyarakat semakin bertambah. Jenis kejahatan semakin bertambah di samping semakin majunya perkembangan industrialisasi dan urbanisasi. Di antara jenis kejahatan adalah kejahatan terhadap tubuh dan kejahatan terhadap nyawa atau biasa dikenal dengan penganiayaan dan pembunuhan. Kedua jenis kejahatan ini sangat erat hubungannya satu sama lain karena pembunuhan hampir selalu didahului

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

dengan penganiayaan.2 Pembahasan mengenai kejahatan terhadap tubuh tidak lepas dari rumusan-rumusan negara dalam melindungi hak-hak warga negaranya. Maka, tindak penganiayaan atau kejahatan terhadap tubuh ini secara otomatis termasuk di dalam lingkup tindak pidana yang unsur-unsur dan sanksi-sanksi bagi para pelakunya telah dimuat dalam KUHP buku II. Kejahatan terhadap “orang” dalam KUHP mencakup kehormatan (penghinaan), membuka rahasia, kebebasan/kemerdekaan pribadi, nyawa, tubuh/badan, harta benda/kekayaan. Namun pada umumnya, para pakar menggabung hal-hal tersebut menjadi tindak pidana terhadap jiwa dan tubuh, yang dalam KUHP diatur dengan sistematis sebagai, kejahatan terhadap nyawa orang, penganiayaan, menyebabkan mati atau lukanya orang karena kesalahan/kelalaian.

Tindak pidana berupa penganiayaan atau bahkan menyebabkan kematian atau luka seseorang baik karena secara sengaja atau karena kesalahan dan kelalaian ini telah menyebabkan keresahan dalam masyarakat. Untuk itu, dalam mewujudkan ketenteraman dan kesejahteraan masyarakat, dalam maksud menikmati kepastian hukum, ketertiban hukum dan perlindungan hukum yang berintikan pada keadilan dan kebenaran, negara telah menciptakan aturan-aturan hukum dan sanksi-sanksi bagi para pelakunya sesuai dengan bentuk kejahatan yang telah diperbuatnya, sebagaimana telah diatur dalam KUHP.

2

http;// criminal law/ Tindak Pidana Terhadap Tubuh. com. 10 September 2011, 13.00

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

1.2Rumusan Masalah

1.Bagaimana penerapan sanksi pidana bagi anak pelaku tindak pidana penganiayaan di PN Surabaya?

2. Apakah faktor-faktor pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi bagi anak pelaku tindak pidana penganiayaan di PN Surabaya?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.Mengetahui penerapan sanksi pidana bagi anak pelaku tindak pidana penganiayaan di PN Surabaya.

2.Mengetahui faktor-faktor pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi bagi anak pelaku tindak pidana penganiayaan di PN Surabaya.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam proposal ini adalah; a. Manfaat praktis

Memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum, khususnya yang berkaitan dengan masalah hukum tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh anak.

b. Manfaat Teoritis a. Bagi peneliti

Diharapkan mendapatkan pengetahuan yang lebih jelas penerapan sanksi pidana terhadap anak nakal dalam tindak pidana penganiayaan.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

b. Bagi instansi

Diharapkan dapat menggunakan Undang-undang yang ada sesuai dengan aturan yang berlaku dalam penerapan sanksi pidana terhadap anak nakal dalam tindak pidana penganiayaan.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

1.5Kajian Pustaka

A.Pengertian anak menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 yaitu:

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.

Kedudukan anak dalam lingkungan hukum sebagai subyek hukum ditentukan dari sistem hukum terhadap anak sebagai kelompok masyarakat yang berada di dalam status hukum dan tergolong tidak mampu atau di bawah umur. Maksud tidak mampu karena kedudukan akal dan pertumbuhan fisik yang sedang berkembang dalam diri anak yang bersangkutan. Meletakkan anak sebagai subyek hukum yang lahir dari proses sosialisasi berbagai nilai ke dalam peristiwa hukum pidana maupun hukum hubungan kontrak yang berda dalam lingkup hukum perdata menjadi mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.3

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3

a. Anak yang melakukan tindak pidana atau

3

Maulana Hasan Wadong, Advokasi dan Hukum Perlindungan Anak, Jakarta, Gramedia Wina Sarana,2000,Hal 3

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat bersangkutan.

3. Anak Terlantar adalah :

Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan ditetapkan sebagai anak terlantar, atas pertimbangan anak tersebut tidak terpenuhi dengan wajar kebutuhannya, baik secara rohaniah, jasmaniah, maupun sosial disebabkan :

a. Adanya kesalahan, kelalaian, dan atau ketidakmampuan orang tua, wali atau orang tua asuhnya atau

b. Statusnya sebagai anak yatim piatu atau tidak ada orang tuanya.4 Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUH Pidana) yaitu:

Anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 (enam belas) tahun. Apabila anak yang masih dibawah umur terjerat perkara pidana hakim dapat memerintahkan supaya anak yang terjerat perkara pidana dikembalikan kepada orang tuanya, walinya, atau orang tua asuhnya, tanpa pidana atau memerintahkan supaya diserahkan kepada pemerintah tanpa pidana atau di pidana pengurangan 1/3 (satu per tiga) dari ancaman maksimum 15 tahun.5

Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi:

4 Salam Faisal, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju, Bandung, 2005, h.25

5 Supramono Gatot, Hukum Acara Peradilan Anak, Djambatan, Jakarta,2002

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yaitu :

Anak adalah seseorang orang yang belum mencapai 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah nikah.

Kesejahteraan anak adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama terpenuhinya kebutuhan anak.

Yang dimaksud dengan undang-undang kesejahteraan anak meliputi;

1) Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangan, pencegahan, dan rehabilitasi.

2) Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

3) Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh masyarakat.

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 1 ayat (1) yaitu :

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Ayat 1 : memuat batas antara belum dewasa dengan telah dewasa yaitu berumur 21 (dua puluh satu) tahun kecuali

-anak yang sudah kawin sebelum umur 21 tahun - pendewasaan

Ayat 2 : menyebutkan bahwa pembubaran perkawinan yang terjadi pada seseorang sebelum berusia 21 tahun, tidak mempunyai pengaruh terhadap kedewasaan.

B. Hak dan Kewajiban anak

Anak dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak manapun yang bertanggung jawab memiliki hak sebagai berikut;

1.Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang dengan wajar.

2.Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

3.Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kandungan maupun sesudah dilahirkan.

4.Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangaannya dengan wajar.

Dalam melindungi hak anak, anak juga mempunyai kewajiban sebagai berikut;

1. Menghormati orang tua, wali, dan guru serta yang lebih tua agar anak mempunyai budaya tertib, sopan, dan berbudi pekerti yang luhur mampu menghargai dan menghormati orang yang lebih tua.

2. Menyayangi, mampu member kasih sayang dan melindungi adik, teman, dengan mencintai keluarga dan masyarakat.

3. Menunaikan ibadah sesuai ajaran agama yang dianut atau yang sesuai bimbingan agama orang tua.

4. Melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.6 C. J enis-jenis pidana dan tindakan terhadap anak:

1. Pidana penjara adalah berbeda dengan orang dewasa, pidana penjara bagi anak lamanya satu perdua dari ancaman pidana orang dewasa atau paling lama 10 tahun . Kecuali pidana mati dan penjara seumur hidup tidak dapat dijatuhkan terhadap anak,menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 26 adalah:

6 Handout,Timoer Hartadie, Hukum Perlindungan Anak, h. 5

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

(1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan terhadap anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, palimg lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara orang dewasa.

(2) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(3) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b.

(4) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a,belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang tidak diancam mati atau tidak diancam pidana penjara seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut dijatuhkan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.

2. Pidana Kurungan adalah dinyatakan dalam pasal 27 KUHP bahwa pidana kurungan yang dapat dijatuhkan terhadap anak yang

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

melakukan tindak pidana paling lama satu perdua dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa.

3. Pidana denda adalah seperti pidana penjara dan kurungan maka penjatuhan pidana denda terhadap anak paling banyak juga satu perdua dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa. Pidana denda menurut Pasal 28 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997:

(1) Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling banyak 1/2 (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa.

(2) Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan kerja.

(3) Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling lama 90 (Sembilan puluh) hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih dari 4 (empat) jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari.

4. Pidana pengawasan yang dijatuhkan kepada anak yang melakukan tindak pidana dengan ketetuan lamanya paling singkat tiga bulan dan paling lama dua tahun.

5. Pidana bersyarat

(1) Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh Hakim, apabila pidana penjara yang dijatuhkan paling lama dua tahun.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

(2) Dalam putusan pengadilan mengenai pidana bersyarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan syarat umum dan syarat khusus.

(3) Syarat umum adalah bahwa anak Nakal tidak akan melakukan tindak pidana lagi selama menjalani masa pidana bersyarat.

(4) Syarat khusus adalah untuk melakukan atau tidak melakukan hal tertentu yang ditetapkan dalam putusan Hakim dengan tetap memperhatikan kebebasan anak.

(5) Masa pidana bersyarat bagi syarat khusus lebih pendek dari pada masa pidana bersyarat bagi syarat umum.

(6) Jangka waktu masa pidana bersyarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) paling lama tiga tahun.

(7) Selama menjalani masa pidana bersyarat, jaksa melakukan pengawasan, dan Pembimbing Kemasyarakatan melakukan bimbingan agar Anak Nakal menepati persyratan yang lebih ditentukan.

(8) Anak Nakal yang menjalani pidana bersyarat dibimbing oleh Balai Permasyarakatan dan berstatus sebagai Klien Pemasyarakatan. (9) Selama Anak Nakal berstatus sebagai Klien Permasyarakatan

dapat mengikuti pendidikan sekolah.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

Tindakan yang dapat dijatuhkan terhadap anak;

1. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh.

2. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.

3. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.7

D. Teori- Teori Pemidanaan

Teori-teori pemidanaan pada umumnya dapat dibagi dalam tiga kelompok teori yaitu :

1. Teori absolut dan teori pembalasan, inilah dasar pembenar dari penjatuhan penderitaan berupa pidana itu pada penjahat. Negara berhak menjatuhkan pidana karena penjahat tersebut telah melakukan penyeranagan dan perkosaan pada hak dan kepentingan hukum (pribadi, masyarakat atau negara) yang telah dilindungi. Oleh karena itu, ia harus diberkan pidana yang setimpal dengan perbuatan atau berupa kejahatan yang dilakukannya. Penjatuhan pidana yang pada dasarnya penderitaan pada penjahat telah membuat penderitaan bagi orang lain.

2. Teori relatif dan teori tujuan berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Tujuan pidana ialah tata tertib masyarakat, dan untuk

7

Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h.27

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(22)

menegakkan tata tertib itu diperlukan pidana. Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan, dengan tujuan agar tata tertib mayarakat terpelihara.

3. Teori gabungan ini mendasarkan pidana pada asas pembalasan dan asas pertahanan tata tertib masyarakat, dengan kata lain dua alasan itu menjadi dasar dari penjatuhan pidana.

Teori gabungan ini dapat dibedakan menjadi 2 golongan:

a) Teori gabungan yang pertama menitikberatkan pada pembalasan yang berpandangan bahwa pidana tiada lain adalah pembalasan pada penjahat,tetapi juga bertujuan untuk mempertahankan tata tertib hukum agar kepentingan umum dapat diselamatkan dan terjamin dari kejahatan.

b) Teori gabungan yang kedua yang menitikberatkan pada tata tertib, pidana terutama ditujukan pada pencegahan umum yang terletak pada ancaman pidananya dalam undang-undang. Apabila hal ini tidak cukup kuat dan tidak efektif dalam hal pencegahan umum itu, barulah diadakan pencegahan khusus, yang terletak dalam hal menakut-nakuti dan membikin tidak berdayanya penjahat.8

E. Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan

Yang dimaksud dengan penganiayaan itu ialah kesenganjaan menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan luka pada tubuh orang lain.9

8

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, h.5 9

Lamintang, Kejahatan Terhadap Nyawa Dan Tubuh, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, h. 132

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(23)

Secara umum, tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut penganiayaan. Penganiayaan yang diatur KUHP terdiri dari:

a. Penganiayaan berdasarkan Pasal 351 KUHP yang dirinci atas; - Penganiayaan biasa.

- Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat. - Penganiayaan yang mengakibatkan orangnya mati.

b. Penganiayaan berdasarkan pasal 351 KUHP berbunyi sebagai berikut: 1. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua

tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

4. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. 5. Percobaan akan melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

6. Jika perbuatan itu berakibat matinya orang, yang bersalah dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.

Dari rumusan Pasal 351 KUHP di atas orang dapat mengetahui bahwa undang-undang hanya berbicara mengenai penganiayaan tanpa menyebutkan unsur-unsur dari tindak penganiayaan itu sendiri, kecuali hanya menjelaskan bahwa kesengajaan merugikan kesehatan (orang lain) itu sama dengan penganiayaan.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(24)

Dengan demikian, untuk menyebut orang itu telah melakukan penganiayaan terhadap orang lain, maka orang tersebut harus mempunyai suatu kesenganjaan untuk:

a. Menimbulkan rasa sakit pada orang lain. b. Menimbulkan luka pada tubuh orang lain atau

c. Merugikan kesehatan orang lain, dengan kata lain orang itu harus mempunyai kesengajaan yang ditujukan pada perbuatan untuk menimbulkan rasa sakit pada orang lain atau untuk menimbulkan luka pada tubuh orang lain ataupun untuk merugikan kesehatan orang lain.

Tindak pidana penganiayaan yang diatur dalam Pasal 351 KUHP itu merupakan tindak pidana yang baru dapat dianggap sebagai telah selesai dilakukan oleh pelakunya, jika akibatnya yang tidak dikehendaki oleh undang-undang itu benar-benar telah terjadi, yakni berupa rasa sakit yang dirasakan oleh orang lain. Walaupun untuk dapat dipidana pelakunya akibat berupa rasa sakit pada orang lain harus benar-benar timbul.

Artinya;

Kesengajaan pelaku itu harus ditujukan untuk menimbulkan luka pada tubuh atau untuk merugikan kesehatan orang lain. Di dalam surat dakwaan dipandang cukup jika orang menyebutnya dengan kata penganiayaan saja, karena kata penganiayaan itu juga merupakan suatu pengertian yang sebenarnya.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(25)

Prof. van Hattum dan Prof. Bemmelen mempunyai pendapat yakni: a. Bahwa setiap kesengajaan mendatangkan rasa sakit atau

menimbulkan luka pada tubuh orang lain itu selalu merupakan suatu penganiayaan.

b. Bahwa adanya suatu tujuan yang dapat dibenarkan itu merupakan suatu dasar yang meniadakan pelakunya, yakni bahwa adanya suatu tujuan yang dapat dibenarkan itu tidak menyebabkan suatu tindakan kehilangan sifatnya sebagai suatu penganiayaan. Hanya saja jika tindakan yang mendatangkan rasa sakit itu adalah demikian ringan sifatnya yang dapat memperoleh pembenarannya pada suatu tujuan yang dapat dibenarkan. Tindakan seperti itu dapat dipandang bukan sebagai suatu penganiayaan.

Prof. Simons berpendapat bahwa:

Berdasarkan pengertiannya yang paling tepat memgenai kata penganiayaan dan sesuai dengan maksud pembentuk undang-undang, suatu tindakan yang mendatangkan rasa sakit atau menimbulkan luka pada tubuh orang lain tidak dapat dipandang sebagai suatu penganiayaan, jika tindakan itu teah dilakukan dengan maksud untuk menyembuhkan kesehatan badan. Adanya suatu tujuan yang dapat dibenarkan itu sendiri tidak meniadakan sifatnya tindakan tersebut sebagai suatu penganiayaan. Akan tetapi jika tindakan–tindakan yang mendatangkan rasa sakit itu sifatnya adalah demikian ringan dan dapat memperoleh pembenarannya pada suatu tujuan yang dapat dibenarkan, maka tindakan-tindakan tersebut dapat dipandang bukan sebagau suatu penganiayaan.10

Menurut Prof. Simons yang dimaksud dengan kesengajaan merugikan kesehatan (orang lain) itu ialah perbuatan menimbulkan

10

Ibid h. 140

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(26)

penyakit atau membuat penyakit yang diderita (orang lain) menjadi lebih berat.Dikatakan lebih lanjut bahwa tidak ada alasan untuk tidak memasukkan perbuatan menyebabkan terganggunya keadaan psikis orang lain ke dalam pengertiannya.

c. Penganiayaan ringan diatur oleh Pasal 352 KUHP

Hal ini diatur Pasal 352 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: 1. Kecuali yang tersebut dalam Pasal 353 dan 356, maka

penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian diancam sebagai penganiayaan ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah, pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya atau menjadi bawahannya.

2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Dari ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 352 ayat (1) KUHP tersebut diatas itu dapat diketahui bahwa untuk dapat disebut sebagai tindak pidana penganiayaan ringan, tindak pidana tersebut harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut;

a.Bukan merupakan tindak pidana penganiayaan dengan direncanakan lebih dulu.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(27)

b. Bukan merupakan tindak pidana penganiayaan yang dilakukan:

1) Terhadap ayah atau ibunya yang sah, terhadap suami, istri, atau terhadap anaknya sendiri.

2) Terhadap seorang pegawai negeri yang sedang menjalankan tugas jabatannya secara syah.

3) Dengan memberikan bahan-bahan yang sifatnya berbahaya untuk nyawa dan kesehatan manusia.

c. Tidak menyebabkan orang yang dianiaya menjadi sakit atau terhalang dalam melaksanakan tugas-tugas jabatannya atau dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pekerjaannya.

Kejahatan tersebut dalam Pasal 352 KUHP itu ialah tindak pidana yang harus dilakukan dengan sengaja dan untuk menentukan apakah tindak pidana tersebut dilakukan dengan sengaja atau tidak, tidak perlu dibuktikan adanya niat buruk pada terdakwa.

d. Penganiayaan berencana yang diatur oleh Pasal 353 KUHP yang dirinci atas;

- Mengakibatkan luka berat. - Mengakibatkan orangnya mati.

Hal ini diatur Pasal 353 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: 1) Penganiayaan dengan sudah direncanakan lebih dahulu dihukum

dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(28)

2) Jika perbuatan itu berakibat luka berat, yang bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun,

3) Jika perbuatan itu berakibat orangnya mati, yang bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun.

Undang-undang sendiri ternyata telah tidak memberikan penjelasannya tentang apa yang sebenarnya dimaksud dengan luka berat, akan tetapi dalam Pasal 90 KUHP telah memasukkan beberapa ke dalam pengertian luka berat pada tubuh atau ke dalam pengertian masing-masing sebagai berikut;

a) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak member harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

b) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencarian.

c) Kehilangan salah satu panca indra. d) Mendapat cacat berat.

e) Menderita sakit lumpuh.

f) Terganggunya daya piker selama empat minggu lebih. g) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

e. Penganiayaan berat yang diatur oleh Pasal 354 KUHP dengan rincian sebagai berikut:

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(29)

- Mengakibatkan luka berat. - Mengakibatkan orangnya mati.

a. Hal ini diatur oleh Pasal 354 KUHP yang bunyinya sebagai berikut; 1) Barang siapa dengan sengaja melukai berat orang lain dihukum

dengan hukuman penjara selama-lamanya delapan tahun.

2) Jika perbuatan itu berakibat orangnya mati, yang bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun.

Unsur-unsur tindak pidana penganiayaan berat meliputi;

a) Ia telah bermaksud untuk menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain.

b) Ia menyadari bahwa orang lain pasti akan mendapatkan luka berat pada tubuhnya, dan

c) Ia menyadari bahwa orang lain mungkin akan mendapatkan luka berat pada tubuhnya.

Artinya; Bahwa untuk menyatakan seseorang terbukti melakukan suatu percobaan penganiayaan berat disyaratkan, bahwa orang tersebut harus mempunyai kesengajaan untuk mendatangkan luka berat pada tubuh orang lain, kemudian kesengajaan tersebut harus menjelma dalam suatu permulaan pelaksanaan dari suatu tindakan, yang seandainya tindakannya itu selesai dapat mendatangkan luka berat.

f. Penganiayaan berat dan berencana yang diatur pasal 355 KUHP dengan rincian sebagai berikut;

- Penganiayaan berat dan berencana

- Penganiayaan berat dan berencana dan mengakibatkan orangnya mati.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(30)

Hal ini diatur dalam Pasal 355 KUHP yang bunyinya sebagai berikut:

1) Penganiayaan berat yang drencanakan terlebih dahulu, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.

2) Jika perbuatan itu berakibat orangnya mati, yang bersalah dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima belas tahun.11

Unsur-unsur penganiayaan sebagai berkut:

1) Pelaku adalah seseorang yang berakal bahwa orang yang melakukan tindak pidana penganiayaan ini mempunyai akal sehat. 2) Adanya niatan untuk melakukan penganiayaan adalah diperlukan saat pemikiran dengan tenang dan dengan tenang, untu untuk itu sudah cukup pelaku berpikir sebentar untuk melakukan kejahatan.

1.6 Metodelogi Penelitian

Tipe Penelitian skripsi ini adalah secara yuridis sosiologis, yaitu meneliti perundang-undangan dan kepustakaan di bidang hukum yang berkaitan dengan masalah diatas.

11

Leden Merpaung, Tindak Pidana Terhadap Nyawa Dan Tubuh, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, h. 50

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(31)

Penelitian hukum sosiologis adalah pendekatan dengan melihat sesuatu kenyataan hukum di dalam masyarakat, pendekatan sosiologis hukum merupakan pendekatan yang digunakan untuk melihat aspek-aspek hukum dalam interaksi sosial di dalam masyarakat. Berfungsi sebagai penunjang untuk mengidentifikasi dan mengklrarifikasi temuan bahan non hukum bagi keperluan penelitian atau penulisan hukum.12

A.Pendekatan Masalah

Skripsi ini dibuat dengan menggunakan pendekatan masalah secara case approach, yaitu degan alasan-alasan hukum yang digunakan oleh

hakim untuk sampai putusannya atau dapat ditemukan dengan memperhatikan fakta materiil.13

B.Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti

2. Data Sekunder

Data Sekunder yaitu data yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier, yaitu sebagai berikut:

12

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal 105 13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2007, hal 119

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(32)

a. Sumber Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.

b. Sumber Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum primer, dimana bahan hukum sekunder berupa literatur, hasil penelitian para pakar dan jurnal hukum untuk memperluas wawasan penulis mengenai bidang penulisan.

c. Sumber Bahan Hukum Tersier adalah merupakan bahan hukum sebagai tambahan pelengkap dari kedua bahan sebelumnya.

C. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam menempuh penelitian ini adalah studi kepustakaan;

a.Studi Kepustakaan

adalah pengumpulan data yang diperoleh dengan membaca, mempelajari, dan menganalisis berbagai data sekunder yang berkaitan dengan obyek penelitian.14

Dalam hal ini penulis akan menganalisa perbandingan pelaksanaan yang diperoleh dari Pengadilan Negeri Surabaya dan mengumpulkan literatur hukum, yang dibahas.

14

M. Syamsudin, Operasionalisasi Peneliti Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2007,h. 101

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(33)

b.Wawancara

Wawancara adalah suatu proses interaksi dan komunikasi yang dilakukan oleh pewawancara dan terwawancara untuk memperoleh informasi lengkap.

Adapun prakteknya nanti penulis akan melakukan wawancara langsung dengan pegawai dan Hakim Pengadilan Negeri Surabaya. D. Metode Analisis Data

Pengolahan data menggunakan metode deskriptif analisis artinya data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut meliputi suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi obyek kajian.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Pengadilan Negeri Surabaya yang berlokasi di Jalan Raya Arjuno No 16-18 Surabaya dengan pertimbangan karena Surabaya sebagai ibu kota Jawa Timur dengan tingkat kriminalitas tindak pidana yang lebih banyak. Selain itu Peneliti, juga mendapatkan kemudahan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi.

1.7Sistematika Penulisan

Pemaparan dari sistematika penulisan ini bertujuan supaya di dalam proses penyampaian materi dari skripsi ini dapat mudah dipahami. Sistematika

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(34)

penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab, pada tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:

Bab Kesatu merupakan pendahuluan, yang berisi uraian dari tulisan ini yang bertujuan memberikan gambaran kepada pembaca mengenai topik yang akan dibahas dalam skripsi ini. Bab I terdiri dari beberapa sub bab,yaitu latar belakang masalah,rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

Bab kedua berisi tentang Penerapan Sanksi Pidana terhadap anak menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak Di Pengadilan Negeri Surabaya. Dalam bab ini dibagi menjadi dua sub bagian, sub yang pertama berisi tentang proses pemeriksaan perkara tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh anak di Pengadilan Negeri Surabaya dan sub yang kedua berisi tentang pelaksanaan sanksi pidana dalam kasus anak pelaku tindak pidana penganiayaan di Pengadilan Negeri Surabaya.

Bab ketiga menjawab rumusan masalah yang kedua mengemukakan tentang apa saja yang menjadi faktor-faktor pertimbangan hakim yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Bab keempat merupakan bab penutup, terdiri atas kesimpulan dan saran pokok permasalahan.Pada bab terakhir dari penulisan skripsi ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari bab-bab sebelumnya, dan kemudian dikemukakan beberapa saran yang relevan dengan permasalahan yang ada, yang sekiranya dapat memberikan manfaat terhadap permasalahan tersebut.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(35)

31

PENGADILAN ANAK

2.1Pr oses Pemeriksaan Per kara Tindak Pidana Penganiayaan Yang Dilakukan Oleh Anak di Pengadilan Neger i Sur abaya

Peradilan Anak adalah sebagian dari Peradilan umum, namun harus terpisah dalam arti penetapan secara tersendiri tentang;

A. Pemeriksaan Pendahuluan

Jika anak melanggar hukum atau melakukan tindak pidana penganiayaan maka semenjak itu perlakuan khusus terhadapnya dilaksanakan yakni;

a. Tanya jawab diadakan mengenai identitas terdakwa anak pelaku tindak pidana penganiayaan, keluarganya, sekolahnya, teman-temannya, lingkungannya, dan lain-lain agar diketahui keadaan sang anak dan keluarganya. Orang tua atau wali atau pengasuhnya diharapkan mendampinginya.

b. Tempat wawancara (pengusutan) di tempat atau ruangan yang sederhana, tidak dicampur dengan tempat pengusutan orang dewasa, dimana suasana aman dan tenteram ada sehingga anak pelaku tindak pidana penganiayaan tidak takut dan mudah memberi jawaban-jawaban.

c. Pertanyaan secara sugestif dengan kekerasan atau tekanan harus dihindarkan,kemanusiaan diperhatikan terus-menerus biarpun anak

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(36)

tersebut berbahaya keadaannya. Keterangan-keterangan anak peaku tindak pidana penganiayaan harus digali secara obyektif dengan kebijaksanaan.

d. Jika diperlukan untuk menahan anak tersebut, maka orang tua atau walinya diberi pengertian, sebab-sebabnya anak tersebut melakukan tindak pidana penganiayaan serta latar belakang anak tersebut, jauilah bertindak hanya untuk memudahkan sepihak tetapi tidak memikirkan kerugian lain pihak. Anak pelaku tindak pidana penganiayaan harus dapat menghayati karena untuk sementara diambil kemerdekaanya yang dapat menjadi pelajaran baginya.

e. Selama anak pelaku tindak pidana penganiayaan belum dapat diajukan ke pengadilan maka petugas polisi melengkapi laporan anak tersebut yang diketik 4 kali yaitu satu untuk hakim, satu untuk jaksa, satu untuk badan swasta yang membantu untuk dipelajarinya dan satu untuk arsip.

f. Jaksa meneliti laporan tersebut dan dengan persetujuan hakim meminta seorang pembimbing petugas kemasyarakatan untuk meneliti dan melengkapi lagi laporan tersebut yang dijadikan bahan untuk putusan hakim dalam sidang.

B. Pemeriksaan Oleh Pengadilan

a. Hakim menentukan bilamana anak pelaku tindak pidana penganiayaan disidangkan pun para saksi-saksi telah dipanggil.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(37)

b. Disarankan supaya jika tidak terlalu betul antara lain ketidakhadiran saksi tidak menjadi penanggungan sidang karena bagi anak dapat berakibat tidak baik.

c. Tempat sidang peradilan anak tidak boleh dicampur dengan tempat peradilan orang dewasa.

d. Mengutarakan jawaban-jawaban secara baik pun para saksi dan orang tua atau wali atau pengasuh.

e. Petugas-petugas peradilan hakim,jaksa, polisi, tidak berpakaian preman. f. Sidang sifatnya tertutup dan yang hanya yang bersangkutan boleh

menghadirinya.

g. Bahasa yang di pakai adalah bahasa yang di pakai oleh anak sehari-hari oleh orang tua atau wali atau pengasuhnya.

h. Tiap anak boleh mengajukan pembelaan. C. Cara Pengambilan Keputusan

a. Anak pelaku tindak pidana penganiayaan tidak dilihat dari segi korban saja melainkan juga dari segi pelakunya juga, jika anak tersebut melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan orang lain mengalami luka berat dan tidak mengakibatkan matinya seseorang maka anak tersebut akan dikembalikan kepada orang tua aatau wali atau pengasuhnya dan dijatuhi tindakan menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 24 ayat (1) adalah menyerahkan kepada orang tua atau wali atau pengasuhnya, menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja, menyerahkan

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(38)

kepada Departemen Sosial atau organisasi Sosial.15 Tetapi jika anak tersebut melakukan penganiayaan berat dan mengakibatkan orang lain meninggal maka anak tersebut dapat dijatuhi hukuman pidana penjara paling lama ½ dari ancaman pidana orang dewasa.

b. Anak pelaku tindak pidana penganiayaan harus dibina secara serius dan dibantu menurut kebutuhan-kebutuhannya dalam bats- batas kemampuan kehidupan anak di masa depannya.

c. Ancaman maksimum bagi anak melakukan tindak pidana adalah 10 tahun..

D. Cara Menjalankan Keputusan

a. Semua putusan supaya selekas mungkin diselesaikan karena jika tidak segera diselesaikan akan merugikan pada anak yang bersangkutan. Jika anak tersebut telah melakukan tindak pidana penganiayaan berat dan berakibat meninggalnya seseorang maka anak tersebut dapat dijatuhi hukuman pidana penjara paling lama ½ dari ancaman orang dewasa dan jika anak tersebut telah melakukan tindak pidana penganiayaan ringan dan tidak mengakibatkan matinya seseorang maka anak tersebut dapat dijatuhi tindakan. Jika anak tersebut dijatuhi tindakan akan diberi pengertian bahwa pelanggaran hukum adalah suatu gejala hambatan dan perkembangannya ia pun harus menghayati arti dan tujuan tindakan-tindakan yang diputuskan oleh hakimdalam pengadilan anak yaitu untuk melindungi, mendidik kembali, dan membantu.

15

Hasil Wawancara Hakim Anak PN Surabaya Ibu Siti Jamzanah

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(39)

b. Anak diharapkan mendapatkan pendidikan, mental, dan spiritual pelajaran di sekolah atau disekolah swasta, latihan kerja dip anti-panti dengan pekerjaan tangan yang mudah menghasilkan

E. Cara Melaksanakan Kelanjutan

Pembinaan lanjutan supaya dilaksanakan jika anak tersebut ingin berhasil mencapai tujuan semua tindakan –tindakan yang telah diptuskan oleh Pengadilan Anak dan sebagainya, masalah tersebut adalah mutlak untuk dipecahkan. Karena setiap anak yang telah melanggar hukum baik yan jarena kekhilafan sendiri, karena kurang asuhan,bimbingan, pendidikan, pengawasan orang tua sehingga perkembangannya pribadinya terlantar, baik yang karena orang lain menjadi korban harus diberi kesempatan untuk mendapatkan cara hidup baru dengan bantuan-bantuan yang sungguh- sungguh dan wajar.

F. Hukum acara peradilannya adalah;

a. Hakim dan jaksa tidak memaki toga maupun berseragam, hal ini dapat mengurangi rasa takut anak yang sedang diadili.

b. Pemeriksaan dilakukan secara tertutup dan yang hadir hanya yang bersangkutan saja, sehingga memudahkan pemeriksaan bagi anak pelaku tindak pidana penganiayaan sedangkan putusan dilaakukan secara terbuka.

c. Sebaiknya orang tua atau wali dipanggil waktu sidang.

d. Pengadilan anak yang diutamakan adalah keselamatan anak, dengan tidak memakai prosedur formalitas agar lama-kelamaan masyarakat

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(40)

dapat mengerti bahwa tiap-tiap perbuatan salah dari seorang anak yang belum cukup umur itu hanya merupakan satu perbuatan salah dari seorang anak yang tersesat dan memerlukan sekali bantuan.

e. Suasana harus dibuat sedemikian rupa, sehingga seorang anak dapat menceritakan seluruh perbuatannya dengan benar dan berkeyakinan bahwa dia akan mendapat pertolongan atau tuntunan ke jalan baik dar hakim.

2.2 Pelaksanaan Sanksi Pidana Dalam Kasus Anak Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan Di PN Sur abaya

Perbuatan pidana yang dilakukan oleh anak- anak adalah sejenis dengan perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa,perbedaan pokok terletak pada pelakunya yaitu dilakukan oleh anak-anak. Tetapi batasan usia biasanya dipergunakan sebagai tolak ukur sejauh mana anak bisa dipertanggungjawabkan terhadap perbuatan kriminal. Berdasarkan Pasal 45 KUHP dapat disebutkan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 16 tahun.

Fungsi Peradilan Anak adalah perbuatan untuk mengadili berintikan memberikan. Untuk memberikan keadilan Hakim melakukan kegiatan dan tindakan,pertama- tama menelaah terlebih dahulu tentang kebenaran peristiwa yang diajukan kepadanya. Setelah itu mempertimbangkan dengan memberikan penilaian atas peristiwa itu serta menghubungkannya dengan hukum yang berlaku, untuk kemudian memberikan kesimpulan dan menyatakan putusan terhadap peristiwa tersebut . Dalam mengadili Hakim berusaha menegakkan

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(41)

kembali hukum yang dilanggar karena itu biasa dikatakan bahwa Hakim atau Pengadilan adalah penegak hukum.16

Jenis pidana dan tindakan yang dijatuhkan terhadap anak yang melakukan Tindak Pidana menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997;

Pasal 23 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997;

(1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan.

(2) Pidana pokok yang dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah; a. Pidana Penjara

Berbeda dengan orang dewasa, pidana penjara bagi anak nakal lamanya ½ dari ancaman pidana orang dewasa atau paling lama 10 tahun.Kecuali itu, pidana mati dan pidana penjara seumur hidup tidak dapat dijatuhkan terhadap anak melakukan tindak pidana,

b. Pidana Kurungan

Dinyatakan dalam Pasal 27 bahwa pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak yang melakukan tindak pidana, paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana bagi orang dewasa.

c. Pidana Denda

Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada Anak nakal paling banyak ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana orang dewasa,

16

Agung Wahyono, Tinjauan Tentang Peradilan Anak Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h. 37

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(42)

apabila pidana denda tidak di bayar maka dapat diganti dengan wajib latihan kerja.

d. Pidana Pengawasan

Pidana pengawasan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling singkat tiga bulan dan paling lama dua tahun, pengawasan etersebut dilakukan oleh jaksa, pemberian bimbingan dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.

e. Pidana Tambahan

1. Pencabutan hak-hak tertentu adalah hak-hak tertentu dapat dilakukan pada orang dewasa, antara lain bagi anak-anak menurut Pasal 47(3) tidak dapat dijatuhkan. Hal ini memang sangat bijaksana karena apabila boleh dikenakan terhadap anak-anak, maka akan membawa akibat-akibat yang dirasakan berat sekali bagi anak itu di kelak kemudian hari dalam menempuh perjuangan hidupnya, karena bukanlah hak-hak itu merupakan senjata hidup.

2. Perampasan barang-barang tertentu kepunyaan si anak sangat diperbolehkan Undang-undang kita, karena justru tidak termasuk dalam perkecualian yang ditentukan dalam Pasal 47(3). Perampasan tidak mungkin perampasan tersebut dilakukan terhadap seluruh harta kekayaannya.

Dalam Pasal 40 KUHP ditegaskan mengenai permpasan barang- barang dari anak-anak, yang berbunyi:

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(43)

Jika seorang anak di bawah umur 16 tahun mempunyai, memasukkan atau mengangkut barang-barang dengan melanggar aturan mengenai penghasilan dan persewaan Negara, aturan-aturan mengenai pengawasan pelayaran di bagian-bagian Indonesia yang tertentu, atau aturan-aturan mengenai larangan memasukkan, mengeluarkan dan meneruskan pengangkutan barang-barang maka Hakim dapat menjatuhkan pidana perampasan atas barang-barang itu, juga dalam hal bersalah diserahkan kembali kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharaannya tanpa pidana apapun.

f. Beberapa tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal Pasal 24 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 adalah:

1. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh.

2. Menyerahakan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja, atau

3. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau organisasi Sosial kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.

Dalam pelaksanaan sanksi pidana harus berdasarkan sanksi yang ada dalam Undang-undang khususnya ketentuan Pasal 23 Undang-undang Pengadilan Anak dan dalam penjatuhan sanksi pidana berdasarkan hati nurani Hakim itu sendiri.17

Pelaksanaan Sanksi pidana terhadap Anak pelaku tindak pidana penganiayaan di Pengadilan Negeri Surabaya dibedakan berdasarkan jenis penganiayaannya yaitu penganiayaan ringan, penganiayaan berat, penganiayaan berat dan berencana serta tindak pidana penganiayaan tidak

17

Hasil Wawancara Hakim Anak PN Surabaya Ibu Siti Jamzanah

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(44)

dilihat dari dari sudut pelakunya saja akan tetapi juga dilihat dari sudut korban juga, disebutkan dalam Pasal 49 KUHP adalah;

(1) Tidak dipidana, barang siapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum.

(2) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

Dijelaskan dalam Pasal tersebut bahwa jika anak sebagai pelaku Tindak Pidana Penganiayaan dengan cara membela dirinya sendiri maupun orang lain dari tindak kejahatan anak tesebut tidak dapat dijatuhi pidana.

Jika Anak pelaku Tindak Pidana penganiayaan ringan dan berat tetapi tidak mengakibatkan matinya seseorang, Hakim tidak akan menjatuhi pidana akan tetapi Hakim dapat menjatuhi berupa tindakan menurut Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 yaitu;

a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuhnya.

b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja atau

c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.

Jika Anak pelaku Tindak Pidana penganiayaan berat dan berencana serta mengakibatkan matinya seseorang, Hakim dapat menjatuhi hukuman

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(45)

pidana penjara yang dapat dijatuhkan paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa, apabila anak tersebut belum mencapai umur 12 tahun melakukan tindak pidana penganiayaan tidak dapat diancam pidana penjara maka dijatuhkan salah satu tindakan.

Setelah persidangan anak mempunyai hak-hak sebagai pelaku tindak pidana yaitu:

a. Hak untuk mendapatkan pembinaan atau penghukuman yang manusiawi sesuai dengan pancasila dan UUD 1945.

b. Hak untuk mendapatkan perlindungan terhadap tindakan-tindakan yang merugikan, menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial dari siapa saja.

c. Hak untuk tetap berhubungan dengan orang tuanya dan keluarganya.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(46)

42

BAB III

FAKTOR-FAKTOR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM

MENJ ATUHKAN SANKSI BAGI ANAK PELAKU

TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN

Pada anak-anak unsur pendidikanlah yang harus diutamakan dan bukanlah pidana sebagaimana umumnya pada orang dewasa. Pidana yang diancam terhadap orang dewasa yang melakukan suatu perbuatan pidana tidaklah dapat dilaksanakan terhadap anak-anak yang melakukan suatu perbuatan pidana, karena pidana adalah pembawa nestapa yang dimaksudkan supaya dirasakan oleh orang yang melakukan suatu perbuatan pidana, kecuali apabila perbuatan pidana yang dilakukan merupakan perbuatan pidana yang berat dan menuntut agar anak dijatuhi pidana.

Perbuatan pidana yang dilakukan oleh anak-anak adalah sejenis dengan perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa, perbedaan pokok terletak pada pelakunya yaitu yang dilakukan oleh anak-anak. Tetapi batasan usianya biasanya dipergunakan terhadap tolak ukur sejauh mana anak bisa dipertanggungjawabkan terhadap perbuatan kriminal. Berdasarkan Pasal 45 KUHP dapat kami sebutkan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah seorang yang belum berusia 16 tahun.

Jadi seorang anak tidak dapat dipandang atau diperlukan sebagai orang dewasa dalam ukuran kecil. Dari sebab itulah timbul psikologi anak-anak dan psikologi orang dewasa, pada hakikatnya pelanggaran norma hukum oleh anak-anak harus dipandang sebagai gejala sesuatu atau lain-lain

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(47)

gangguan yang mungkin tidak mengandung kelakuan jahat dikemudian hari dan yang kemungkinan besar ditambahnya sifat-sifat jelek anak tersebut.

Penempatan kata anak dalam Peradilan anak menunjukkan batasan atas perkara yang ditangani oleh Badan peradialn yaitu perkara anak. Dengan demikian proses memberikan keadilan berupa rangkaian tindakan yang dilakukan oleh badan-badan Peradilan tersebut juga disesuaikan dengan bentuk-bentuk serta kebutuhan anak.

Peranan hakim dalam menentukan suatu kebenaran melalui proses peradilan tidak lain adalah putusannya itu sendiri. Maksudnya ada tidaknya kebenaran itu ditentukan atau diterapkan lewat putusan. Pasal 5 Undang-undang perdilan anak diselenggarakan dalam suasana kekeluargaan. Hakim dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh pejabat-pejabat kemsyarakatan, petugas-petugas dari bimbingan dan lainnya dengan ketentuan Undang-undang.

Tujuan Peradilan Anak untuk mewujudkan kesejahteraan anak perlu diadili oleh bada peradilan tersendiri, demikian yang menjadi dasar dariproses peradilan anak. Ini tercantum dalam Undang-undang Peradilan Anak bahwa kesimpulannya adalah segala aktifitas yang dilakukan dalam rangka perdilan anak itu dilakuakn oleh Polisi, Jaksa, Hakim atau pejabat lainnya harus berdasarkan pada prinsip demi kesejahteraan anak. Hakim akan menjatuhkan pidana atau upaya hukum lain dimaksudkan untuk

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(48)

memberikan yang paling baik bagi terhukum anak tanpa mengorbankan kepentingan anak.18

Dewasa ini putusan Hakim pada setiap sidang perkara anak,di dasarkan pada Pasal 45 KUHP, dengan memiih salah satu alternatif:

a. Dikembalikan kepada orang tua tanpa dipidana.

b. Diserahkan kepada pemerintah dengan atau tanpa dipidana. c. Dipidana dengan melihat ketentuan Pasal 47 KUHP.

Putusan merupakan tahap akhir dan merupakan tujuan akhir dari setiap pemeriksaan perkara, penjatuhan putusan inilah yang menentukan salah atu tidaknya terdakwa anak pelaku tindak pidana penganiayaan. Penjatuhan putusan Hakim anak dilakukan oleh Hakim tunggal. Bahwa putusan hakim pada setiap sidang perkara anak pelaku tindak pidana penganiayaan jelas ikut serta berperan dan berpengaruh bagi masa depan ank-anak, maka menjadi harapan masyarakat, Hakim-hakim anak tersebut tidak menjatuhkan putusan semata-mata sebagai imbalan atas pembalsan atas perbuatan anak.

Tetapi dasar putusan Hakim adalah kepentingan anak, oleh karena itu putusan didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yamg mendalam atas setiap perkara. Dasar pertimbangan Hakim dalam penjatuhan putusan terhadap anak pelaku tindak pidana penganiayaan dapat digolongkan dalam beberapa faktor:

18

Siti Rahayu, Tinjauan Tentang Peradilan Anak Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, h.38

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(49)

3.1 Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam persidangan dimana seorang anak telah terbukti melakukan tindak pidana.19 Faktor internal berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap di dalam persidangan antara lain adalah;

a. Keterangan Terdakwa

Keterangan terdakwa adalah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri. Dari keterangan terdakwa ini dapat diketaui bahwa anak tersebut telah melakukan tindak pidana penganiayaan ringan, berat, maupun tindak pidana penganiayaan berat dan berencana. Dapat disimpulkan keterangan terdakwa ini sangat penting bagi Hakim dalam menimbang dan memutus perkara tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh anak, karena dari keterangan terdakwa tersebut Hakim dapat mengetahui anak tersebut melakukan tindak pidana penganiayaan sedang membela dirinya dari ancaman bahaya atau anak tersebut terlalu emosi sehingga melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

b. Keterangan Saksi

Keterangan Saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu

19

Hasil Wawancara Hakim Anak PN Surabaya Ibu Siti Jamzanah

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(50)

peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri. Keterangan saksi sangat penting menjadi pertimbangan Hakim, karena saksi dapat mengetahui kronologi kejadian tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh anak tersebut. Saksi tersebut dapat memberatkan dan meringankan terdakwa di dalam suatu peradilan.

c. Alat bukti

Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali mempunyai alat bukti yang sah, dan Hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Keterangan saksi dapat menjadi alat bukti tentang apa yang saksi nyatakan di depan pengadilan, keterangan dari beberapa saksi tentang suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah apabila keterangan saksi tersebut ada hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa sehinggga dapt membenarkan adanya suatu kejadian tindak pidana yang dilakukan oleh anak serta alat bukti yang membahayakan dan dapat merugikan atau meresahkan orang lain.

Fakta-fakta hukum tersebut yang diperoleh selama proses persidangan didasarkan pada kesesuaian dari keterangan terdakwa, keterangan saksi maupun alat bukti. Dalam fakta hukum tersebut oleh Hakim menjadi dasar pertimbangan atas

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(51)

perbuatan anak yang telah memenuhi semua unsur tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

3.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar ketentuan hukum sebagai pertimbangan Hakim, dalam menjatuhkan sanksi pidana.20 Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terdiri dari beberapa faktor yaitu:

a. Faktor Keyakinan Hakim

Faktor keyakinan Hakim ini berdasarkan pada hati nurani Hakim itu sendiri, faktor keyakinan Hakim menjadi dasar pertimbangan Hakim bahwa anak tersebut telah bersalah atau tidak dalam melakukan tindak pidana penganiayaan. Dalam faktor keyakinan Hakim dirasakan kurang mendukung adanya usaha untuk memperoleh kebenaran yang selengkap-lengkapnya karena kebenaran yang ada pada hati nurani Hakim kadang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

b. Faktor Keadaan Psikogis Anak

Faktor keadaan Psikologis anak menjadi dasar pertimbangan Hakim yang sangat penting mengingat anak adalah generasi penerus bangsa yang wajib dilindungi. Karena tujuan proses peradilan pada anak bukanlah pada penghukuman tetapi perbaikan kondisi, pemeliharaan dan perlindungan anak

20

Hasil Wawancara Hakim PN Surabaya Ibu Siti Jamzanah

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

(52)

serta pencegahan pengulangan tindakannya. Pembinaan lanjutan supaya digairahkan jika ingin berhasil mencapai tujuan semua tindakan-tindakan yang telah diputuskan oleh pengadilan anak, setiap anak yang telah melanggar hukum baik karena kekhilafan sendiri, karena kurang asuhan dan bimbingan serta pengawasan orang tua sehingga perkembangan pribadinya terlantar harus diberi kesempatan untuk mencari hidup baru dengan bantuan yang sungguh-sungguh dan wajar.

c. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan keluarga adalah faktor di mana anak tersebut dalam keluarganya tidak dapat mengendalikan dirinya dalam melakukan tindak pidana terhadap seluruh keluarganya, akan dijatuhi pidana penjara dirasa oleh Hakim jika anak tersebut sangat nakal yang sehingga orang tua atau wali atau pengasuhnya tidak sanggup lagi untuk mendidik anak tersebut, karena anak tersebut jika dikembalikan kepada orang tuanya tidak mengalami perubahan anak tersebut dapat membahayakan orang lain.

Dari beberapa faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terdakwa anak pelaku tindak pidana penganiayaan, terdapat juga hal-hal yang memberatkan dan meringankan Hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana penganiayaan.

Hak cipta @ milik UPN "Veteran" Jatim :

Referensi

Dokumen terkait

Dumasar hasil ieu panalungtikan, bisa dicindekkeun yén aya béda anu signifikan antara kamampuh nulis karangan éksposisi siswa kelas VIII C SMPN 12 Bandung taun ajaran

Thomas Engel has taught chemistry for more than 20 years at the University of Washington, where he is currently Professor of Chemistry and Associate Chair for the Undergraduate

Koefisien regresi untuk variabel profesionalitas guru adalah 0,389; berarti bahwa semakin baik profesionalitas guru bimbingan konseling SMP Kota Salatiga, maka kinerja

Dalam kesempatan ini kami moho n bantuan kepada Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjawab pertanyaan yang kami ajukan ini, yang hasilnya nanti akan kami gunakan sebagai data dalam

Pembelajraan IPA dengan Model Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kerampilan Proses Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada FPS-UPI Bandung:

Ini kerana bersandarkan pada kajian tersebut kebanyakan pendidik yang memiliki kandungan yang tinggi atau pakar dalam bidang Matematik tidak semestinya boleh mencipta contoh-contoh

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun

Berdasarkan hasil percobaan dapat diambil kesimpulan, bahwa campuran jerami dan kotoran sapi dapat menghasilkan biogas dan berpengaruh terhadap jumlah biogas