• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru PAK Sebagai Desainer Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Guru PAK Sebagai Desainer Pendidikan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 32

Guru PAK Sebagai Desainer Pendidikan

Tiur Imeldawati

Prodi Pendidikan Agama Kristen, STT Injili Indonesia Medan Email: [email protected]

Abstract:

Management of education cannot be separated from the element of teachers as educators and teachers. The teacher designs a lesson and seeks to implement the ongoing curriculum in order to achieve educational goals. Teachers have an important role in the development of education, and in a special context, namely as teachers of Christian Religious Education. As a designer, the teacher makes patterns and prepares classroom management according to the planned pattern. In the task of designing, it takes creativity and innovation. Teachers need to equip themselves with various competencies so that they can become effective and professional teachers. The teacher is an educational designer that is very much needed by this country.

Keywords: teacher; designer; christian religious education

Abstrak:

Pengelolaan pendidikan tidak mungkin terlepas dari unsur guru sebagai pendidik dan pengajar. Guru mendesain sebuah pembelajaran dan berupaya mengimplementasikan kurikulum yang sedang berlangsung demi mencapai tujuan pendidikan. Guru memiliki peran yang penting dalam pengembangan pendidikan, dan dalam konteks khusus yakni sebagai guru Pendidikan Agama Kristen. Sebagai seorang desainer, guru membuat pola dan mempersiapkan pengelolaan kelas sesuai dengan pola yang telah direncanakan. Dalam tugas mendesain, dibutuhkan kreatifitas dan inovasi. Guru perlu memperlengkapi diri dengan berbagai kompetensi sehingga bisa menjadi guru yang efektif dan profesional. Guru merupakan seorang desainer pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh negeri ini. Kata kunci: guru, desainer; pendidikan agama kristen

I. PENDAHULUAN

Guru adalah seorang desainer pendidikan dalam sebuah usaha pengembangan kurikulum dengan maksud mencapai hasil belajar semaksimal mungkin. Guru yang kaya dengan ide-ide dan kreatif dalam mengkombinasikan metode mengajar sehingga menarik, dan mampu menguasai bahan pelajaran yang disampaikan, serta memiliki gaya mengajar yang khas dan memikat. Tentunya guru yang kreatif akan lebih disukai oleh para murid dibandingkan dengan mereka yang kaku, monoton dan kerap kali membuat bosan, serta terkesan kurang persiapan dalam mengajar.

Pengelolaan pendidikan secara umum tidak mungkin terlepas dari unsur guru sebagai pendidik dan pengajar. Di dalam kelas, guru mendesain sebuah pembelajaran

(2)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 33

dan berupaya mengimplementasikan kurikulum yang sedang berlangsung demi mencapai tujuan pendidikan. Guru memiliki peran yang penting dalam pengembangan pendidikan, dan dalam konteks khusus yakni sebagai guru Pendidikan Agama Kristen. Sebagai seorang desainer, guru membuat pola dan mempersiapkan pengelolaan kelas sesuai dengan pola yang telah direncanakan. Dalam tugas mendesain, dibutuhkan kreatifitas dan inovasi. Karena itu, guru perlu memperlengkapi diri dengan berbagai kompetensi sehingga bisa menjadi guru yang efektif dan profesional. Guru merupakan seorang desainer pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh negeri ini.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi literatur untuk menemukan tujuan mennjadi seorang guru Kristen. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang berpusat pada Allah, suatu implikasi dalam interpretasi kasih Allah. Pendidikan Kristen menggunakan filsafat teistik yang berlandaskan pada kebenaran firman Tuhan dan jelas berbeda dengan filsafat pedidikan sekuler.1 Sentralitas

pendidikan Kristen adalah Alkitab dan tujuannya bukan hanya sekedar untuk hidup di bumi saja, melainkan sampai kepada pemikiran dan perspektif kekekalan, dimana anak didik dilatih untuk memiliki kehidupan yang taat dan dapat memenuhi tujuan Tuhan bagi keseluruhan hidup kita sebagai umat.

III. PEMBAHASAN DAN HASIL Tujuan Pendidikan Kristen

Menjadi guru merupakan panggilan yang mulia. Perintah mengajar diberikan oleh Tuhan Yesus dalam amanat agung (Mat 28:19-20), dan guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam membawa umat Allah kepada kebenaran. Tujuan pendidikan agama Kristen adalah menjadikan semua bangsa murid Yesus. Sebagaimana dijelaskan oleh Ferry Yang, bahwa untuk menjadikan bangsa-bangsa menjadi murid Tuhan Yesus bisa dilakukan dengan dua cara yakni dengan membaptiskan sebagai cara pertama dan dengan mengajar sebagai cara kedua.2

1Louis Berkhof, Cornelius Van Til. Foundation of Christian Education, terjemahan, cetakan

ketiga (Surabaya: Momentum, 2010), 15.

(3)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 34

Tugas mengajar merupakan suatu mandat yang diberikan langsung oleh Yesus kepada para pengajar Kristen. Tujuan pendidikan Kristen ini bisa terlaksana apabila para praktisi PAK mengerjakan dengan sungguh-sungguh tugas tanggung jawab tersebut. Membawa umat kepada pengenalan akan Allah secara pribadi, dan memiliki persekutuan secara pribadi dengan Allah yang disembah, serta menyatakan ketergantungan hidup setiap hari kepada Allah sebagai junjungan hidup.

Sebagaimana dituliskan Piper “bahwa tiada yang lebih berguna bagi seseorang di bumi dibandingkan dengan menyiapkan dirinya ke surga. Hal ini benar karena kesiapan untuk masuk surga berarti menikmati ketika memandang Tuhan Yesus, dan melihat kemuliaan Allah berarti diubah menjadi serupa dengan-Nya.”3 Tujuan PAK bukan

hanya sekedar menyentuh sisi pengetahuan, melainkan sampai kepada pengalaman hidup bersama Tuhan selama di bumi, dan sampai pada kekekalan.

Kualifikasi dan Kompetensi Guru

Sistem pendidikan di negeri kita saat ini menuntut para guru memenuhi kualifikasi dan kompetensi untuk menjadi guru. Dan hal ini berlaku juga bagi para guru agama di sekolah. Jika tidak memenuhi kualifikasi dan tidak memiliki kompetensi, maka akan terkendala untuk menjadi praktisi PAK di sekolah. Sebagaimana dijelaskan dalam peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan bahwa pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimal S1, latar pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan lain, atau psikologi, dan sertifikasi profesi guru untuk PAUD (pasal 29:1). Selanjutnya pendidik di jenjang SD, SMP dan SMA juga memiliki kriteria masing-masing dan disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan guru (pasal 29:2-4).

Kompetensi guru dikategorikan dalam empat bagian yakni pertama: kompetensi kepribadian, mencakup kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kedua: kompetensi pedagogik, meliputi pemahaman terhadap peserta

(4)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 35

didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Ketiga, kompetensi profesional, merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penugasan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Keempat, kompetensi sosial: merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.4 Keempat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, menjadi

hal penting yang harus dipenuhi demi pencapaian tujuan pendidikan. Semua kompetensi tersebut sama pentingnya.

Guru yang efektif adalah mereka yang senantiasa mengasah diri, memperluas wawasan, menambah kapasitas, dan memperlengkapi diri dengan berbagai ilmu, serta tetap berusaha untuk maksimal dalam aktualisasi diri sebagai seorang pengajar dan pendidik. Dalam konteks guru agama Kristen, hal penting lainnya yang harus tetap diupayakan adalah keteladanan sebagai seorang guru, dimana guru menjadi agen perubahan.

Kompetensi Pribadi

Sebagai seseorang yang menekuni profesi guru, dituntut harus mampu memberikan yang terbaik dari kualitas diri. Kepribadian seorang guru sangat penting diperhatikan, karena seorang guru adalah pribadi yang patut ditiru dan digugu. Orientasi seseorang ketika memilih profesi guru tentunya bukanlah uang. Jika uang yang menjadi orientasi, maka lebih tepat untuk memilih enterpreneur sebagai pilihan yang sangat menjanjikan. Menjadi guru merupakan sebuah panggilan jiwa. Ada kepuasan tersendiri ketika kita bisa mengaktualisasikan diri sebagaimana mestinya, dan sesuai dengan passion kita. Memang pada saat ini, pengajaran menawarkan karier yang cemerlang dan menghasilkan bagi orang-orang yang dapat menjawab tantangan intelektual dan sosial dari pekerjaan ini.5 Sesuai dengan perkembangan zaman bahwa pendidikan menjadi lini

4Kunandar, Guru Profesional-Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Jakarta:

Rajawali Press, 2009), 75-77.

(5)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 36

yang diminati oleh banyak orang. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya orang-orang muda yang tertarik untuk menjadi guru.

Setiap guru harus mengasah diri untuk memiliki kompetensi kepribadian sebagaimana diharapkan sesuai standar nasional pendidikan. Keteladanan guru penting dalam hal ini. Guru tidak boleh hanya terlatih dalam hal kognitif, melainkan harus memiliki pengalaman Kristen secara pribadi serta vital dan harus menjadi seseorang yang dapat membangun hubungan dengan anak-anak yang memfasilitasi keteladanan.6

Kepribadian seorang guru menjadi modal awal untuk keberhasilan pelayanan pengajaran yang diberikan.

Guru agama Kristen secara khusus semestinya adalah mereka yang telah mengalami hidup baru, menyadari panggilannya sebagai seorang guru dan memberikan hati untuk menekuni tugas mengajar yang diembannya. Guru sebagai manusia biasa bekerja sama dengan Guru Ilahi, yakni Allah melalui Roh Kudus-Nya yang memampukan seseorang menjalankan tugas sebagai guru. Ketergantungan seorang guru terhadap Roh Kudus sangat diperlukan.7 Hal inilah yang membedakan guru agama Kristen dengan guru-guru pada umumnya. Kompetensi pribadi mencakup kualifikasi seorang guru terkait kualitas pribadi guru tersebut dalam menjalankan tugas mengajar.

Keteladanan menjadi kata kunci yang harus diperjuangkan oleh seorang guru. Tidak mudah untuk menjadi teladan, sebab dalam segala sesuatu kita dituntut untuk bisa digugu dan ditiru. Hal ini sesuai dengan kualifikasi guru profesional yang dijabarkan dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Kompetensi kepribadian, mencakup kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi ini harus dimiliki sebagai modal awal untuk menjadi seorang guru yang efektif. Kedewasaan dan kematangan dalam berfikir, memiliki demosional yang stabil dan bukan seorang yang temperamental atau meledak-ledak, arif dalam bersikap

6Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-anak: Mengayomi Kehidupan Iman dalam

Keluarga Allah (Bandung: Kalam Hidup, 2007), 501.

7Lois E. Lebar, Education That IS Christian-Proses Belajar Mengajar Kristiani dan Kurikulum

(6)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 37

dan dalam mengambil keputusan, menjaga wibawa sebagai seorang guru, tanpa mengurangi kualitas hubungan dengan orang lain, memiliki integritas sebagai seorang pengajar Kristen dan tentunya keteladanan dalam banyak hal.

Seorang guru harus menjadi teladan dalam perkataan, dalam tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan dan dalam kesucian. Kualifikasi ini perlu dimiliki oleh seorang guru. Pengembangan diri secara pribadi adalah upaya yang bisa ditempuh oleh seorang guru untuk meningkatkan kompetensi kepribadian mereka.

Kompetensi Pedagogi

Kapasitas seorang guru harus disesuaikan dengan besarnya harapan para orangtua terhadap para guru. Orangtua mengharapkan anak-anak mereka mendapatkan guru terbaik yang memberikan layanan terbaik. Guru haruslah seseorang yang memenuhi kualifikasi secara akademik. Kompetensi pedagogi seorang guru akan teruji di lapangan. Ijazah sebagai legalitas untuk bisa mengajar, dan jenjang minimal adalah sarjana sesuai bidang yang diampu. Selain itu, diharapkan guru adalah mereka yang profesional dan dibuktikan dengan sertifikat pendidik (telah tersertifikasi).

Pada saat ini tidak lagi diijinkan guru hanya menyelesaikan studi di jenjang SPG (Sekolah Pendidikan Guru), minimal adalah strata satu atau sarjana pendidikan, dan disesuaikan dengan bidang ilmu yang diajarkan. Bahkan seorang guru perlu terus mengasah diri dengan studi lanjut ke jenjang yang lebih tinggi. Kompetensi pedagogi ini tentunya memampukan guru menguasai ilmu mengajar. Ilmu yang dimiliki diterapkan dengan gaya mengajar yang khas.

Peran sebagai pendidik menuntut usaha dan pergumulan yang besar, sebagaimana dituliskan oleh Binsen S. Sijabat, bahwa pendidikan adalah kegiatan yang menyita waktu daya dan dana, yang patut diberikan sepenuh hati. Untuk itu di sanubari seorang pendidik haruslah tumbuh keinginan kuat dan tulus untuk mengarahkan orang lain serta memberikan perlengkapan makasimal demi tercapainya kehidupan yang bertanggung jawab. Salah satu syarat atau kriteria seorang terdidik adalah berkembangnya potensi luhur seperti sikap dan rasa tanggung jawab pada diri, dalam hubungan dengan Tuhan,

(7)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 38

pada sesama dan dengan dunia sekitar.8 Seorang guru sudah semestinya adalah orang-orang terdidik sesuai dengan kompetensi paedagogi yang diharapkan.

Menurut Kunandar, hal-hal yang terkait dengan kompetensi pedagogi guru antara lain adalah memahami peserta didik secara menalam, dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. Selain itu juga mampu merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Guru juga mampu melaksanakan pembelajaran, baik setting maupun suasana pembelajaran yang kondusif. Guru juga mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran, berupa assesment proses dan hasil belajar yang berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. Guru juga mampu mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.9 Kompetensi ini harus dimiliki oleh

seorang guru yang mau berkomitmen dengan tugasnya dan berkemauan menjadi seorang yang profesional di bidangnya. Sebagai seorang desainer pendidikan, seorang guru memang harus memiliki ilmu dan seni untuk menerapkan ilmu tersebut.

Kompetensi Profesional

Kecakapan seorang guru ditandai dengan kemampuan profesional yang dimiliki. Kompetensi profesional ini mencakup kemampuan mempersiapkan bahan ajar, kemampuan memilih metode dan strategi belajar yang tepat, kemampuan menguasai bahan ajar dan menguasai kelas yang dikelola, kemampuan memfasilitasi anak didik untuk bisa menggali potensi mereka, kemampuan memilih media dan penilaian yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Seseorang yang ingin menjadi profesional di bidang yang digelutinya haruslah orang-orang yang serius dan mau memberikan maksimal dari yang mereka bisa. Tugas mengajar adalah tugas mulia yang harusnya dikerjakan dengan sepenuh hati. Setiap

8Binsen S. Siajabat, Pendidikan Kristen Konteks Sekolah (Bandung: Kalam Hidup, 2018), 3. 9Kunandar, Menjadi Guru Profesional, 76.

(8)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 39

guru seharusnya dengan sungguh-sungguh melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka.

Bagi guru yang merupakan tenaga profesional di bidang pendidikan, kemampuan profesionalisme perlu diupayakan karena berkaitan dengan accountibility, tugas tidak menjadi lebih ringan melainkan lebih berat. Keprofesionalan seseorang di bidangnya akan dibuktikan dengan kerja nyata, bukan hanya sekedar legalitas sebuah ijazah. Walau pun ijazah tersebut tetap dibutuhkan dalam dunia akademisi.

Bahkan seorang guru yang profesional harus menguasai banyak ilmu, dan rajin memperluas wawasan keilmuan secara pribadi. Salah satu bidang yang tidak boleh diabaikan oleh seorang guru adalah teknologi. Karena hari ini masyarakat hidup dalam era informasi dimana teknologi semakin canggih. Guru juga harus bisa memanfaatkan teknologi untuk memudahkan tugas mengajar dan semua tugas terkait yang diemban oleh seorang guru. Sebagaimana dituliskan oleh Eko Indrajit dan R. Djokopranoto, bahwa ketika individu sadar dan percaya bahwa informasi merupakan jawaban atas keinginan dan permasalahan yang ada, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan entiti. Pada saat inilah kita dapat menawarkan the value of teknologi, karena kemampuannya untuk melakukan hal lebih cepat misalnya mencari informasi lebih cepat dan akurat, menembus lintas batas geografis, menyediakan ragam fitur atau fasilitas untuk berinteraksi dan bertransaksi.10 Banyak hal dalam pelaksanaan tugas mengajar seorang guru bisa terbantu dengan memanfaatkan teknologi, itu sebabnya seorang guru hendaknya bukanlah orang yang gagap teknologi atau yang anti teknologi. Secara profesional guru harus bisa mendesain sebuah pembelajaran dengan memakai sarana dan prasarana pendukung yang sesuai.

Dalam pengelolaan dunia pendidikan, sumber daya manusia atau tenaga pendidik mendapat prioritas untuk diperhatikan. Sebagaimana dituliskan oleh Endang Herawan dan Nani Hartini bahwa di negara kita ini ada satu Direktorat Tenaga Pendidik di bawah Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Kependidikan (PMPTK) yang memiliki kewenangan untuk mengatur, mengelola tenaga pendidik dan kependidikan. Salah satu tujuan manajemen tenaga pendidik dan kependidikan secara umum adalah

10 R. Eko Indrajit dan R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi (Yogyakarta: ANDI

(9)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 40

memungkinkan lembaga pendidikan mendapatkan dan mempertahankan tenaga kerja yang cakap, dapat dipercaya dan memiliki motivasi yang tinggi, mengembangkan praktik manajemen dengan komitmen tinggi yang menyadari bahwa tenaga pendidik dan kependidikan merupakan stakeholder internal yang berharga serta membantu mengembangkan iklim kerjasama dan kepercayaan bersama.11 Guru sebagai tenaga

profesional dan menjadi pemeran utama dalam pendidikan sebagai tenaga pendidik memang perlu terus mengalami peningkatan. Hal ini juga perlu dikelola dengan sebaik-baiknya. Memang guru bukan sumber utama ilmu, namun guru tetap menjadi pendidik yang tidak tergantikan termasuk oleh teknologi yang semakin canggih. Guru perlu terus meningkatkan kemampuan profesional mereka sehingga diperoleh hasil yang setimpal dengan usaha masing-masing guru profesional tersebut. Kemampuan profesional guru menjadi keunggulan mereka dalam menghadapi banyaknya tantangan pendidikan di era masa kini.

Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial dibuktikan dengan kemampuan seorang guru berkomunikasi dan menjalin hubungan dengan para murid, dengan rekan sejawat, dengan pimpinan dan masyarakat secara umum. Seorang guru menjadi pribadi yang layak untuk diteladani. Sopan santun dan etika perlu dipelihara. Ada kode etik guru yang perlu dijaga. Kompetensi sosial guru juga bisa dilihat dari cara mereka memperlakukan anak didik, cara berkomunikasi yang baik dan mampu menjaga relasi atau hubungan dengan anak didik.

Guru yang disenangi oleh para murid karena mampu membangun hubungan yang baik dengan murid-murid, memiliki peluang yang besar untuk menanamkan nilai-nilai dari pelajaran yang diajarkan. Artinya apa yang disampaikan dapat diterima oleh murid dan bukannya ditolak. Kemampuan membangun komunikasi yang baik dapat dilihat dalam diri seorang guru. Dimana seorang guru yang bisa menempatkan diri dengan

(10)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 41

benar tentunya akan disukai, diharapkan kehadirannya dan memiliki banyak teman dan dicintai oleh semua orang.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.12 Seorang guru haruslah mampu

beradaptasi dengan semua orang di tempat mereka bertugas, di seluruh wilayah Indonesia yang sangat beragam sosial budayanya, dan kemampuan berkomunikasi yang dimaksud adalah komunikasi lisan maupun tulisan. Kompetensi sosial ini tidak kalah penting dibandingkan kompetensi lainnya. Keseluruhan kompetensi harus dimiliki oleh seorang guru, barulah mereka layak untuk mendapatkan sertifikasi guru dan diakui sebagai guru profesional.

Dalam aplikasinya di dunia pendidikan Kriten, menjadi guru dituntut bukan hanya memiliki kemampuan komunikasi yang baik terhadap anak didik, rekan sejawat, atasan atau pun komunikasi dengan masyarakat sekitar. Salah satu komunikasi yang perlu dijaga adalah komunikasi dengan Allah sebagai junjungan yang dilayani. Kehidupan rohani guru secara pribadi merupakan pengajaran yang menjadi pertimbangan awal. Pengajaran dalam firman Allah membutuhkan seorang guru yang secara pribadi tanggap kepada Allah. Setiap bagian dari Kitab Ulangan berbicara mengenai kasih Allah yang diekspresikan dengan menerima firman Allah ke dalam hati dan pikiran dan menjalankannya dalam perilaku. Jadi, orang yang mengomunikasikan firman itu haruslah yang menjalaninya. Komunikasi dari iman yang hidup membutuhkan iman yang hidup dalam diri guru tersebut.13 Kemampuan bersosial yang baik tanpa adanya

relasi dengan Tuhan adalah omong kosong, dan relasi yang sangat kuat dengan Tuhan namun tidak mampu bersosial dengan baik adalah sebuah ketimpangan.

Fungsi Kurikulum Bagi Pendidik

Sebagai pendidik profesional, guru membutuhkan arah dan acuan yang menjadi tolak ukur bagi pelaksanaan tugas mengajar yang diemban. Setiap orangtua yang menyerahkan anak-anak mereka ke sekolah untuk dididik oleh para guru, tentunya

12Kunandar, Guru Profesional, 77.

13Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-anak: Mengayomi Kehidupan Iman dalam

(11)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 42

mengharapkan bahwa anak-anak mereka mendapatkan guru-guru yang kompeten, yang memang patut untuk mengajar. Oleh karena itu, guru sebagai praktisi pendidikan yang memegang kepercayaan orang tua dalam mendidik anak-anak dituntut untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan. Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar para anak didik, dan sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.14

Kurikulum menjadi pedoman atau kompas untuk memberi arah bagi pendidikan. Bagi guru hal ini menjadi rambu-rambu untuk mempersiapkan pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar. Bagi siswa kurikulum menjadi alat untuk menolong siswa menggali potensi mereka secara optimal. Kurikulum yang diberlakukan saat ini,

Guru dan Implementasi Kurikulum

Bagian ini membahas perihal kurikulum PAK secara spesifik. Pentingnya kurikulum PAK yakni bagi gereja, sekolah, dan orang tua. Memang dalam kenyataannya, dunia yang lebih dekat untuk penerapan kurikulum ini adalah sekolah. Karena gereja belum seluruhnya didapati membuat kurikulum yang baik dan jelas untuk warga gereja.

Guru agama dalam hal ini sebagai pelaksana PAK di sekolah harus memahami dengan benar perihal kurikulum dan mampu menerapkannya dalam proses belajar mengajar di kelas. Guru adalah seorang desainer pendidikan di kelas yang dikelolanya. “Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang manajer aktifitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelola.”15

14H. Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum-Teori dan Praktik (Jakarta: Rajawali Press, 2016),

165.

15 Syafruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran (Jakarta: Quantum Teaching, 2005),

(12)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 43

Pendidikan agama mendapat porsi yang baik dalam kurikulum saat ini (KTSP). Hal ini juga harusnya disambut dengan antusias, dan pemahaman akan kurikulum PAK yang menjawab kebutuhan anak didik akan menolong seorang guru untuk bisa mengimplementasikan skill yang dimiliki dalam mengajar.

Salah satu masalah yang barangkali dianggap serius oleh sekolah-sekolah pada saat ini adalah keterbatasan SDM yang memenuhi syarat, yakni mereka yang mampu mengimplementasikan kurikulum dengan tepat sesuai kebutuhan16. Alkitab sebagai

dasar dari Kurikulum Pendidikan Agama Kristen tidak dapat digantikan dengan hal lainnya. Pendekatan Psikologis itu penting, pendekatan filosofis dan sosiologis juga penting, tetapi di atas semuanya, hal paling mendasar dalam kurikulum PAK adalah Alkitab sebagai dasar. Berikut ini diberikan gambaran formasi dari Pendidikan Kristen berdasarkan kurikulum yang diterapkan oleh Yayasan Compassion.

Keunikan kurikulum Compasssion adalah adanya konsep tentang Christian

Worldview. Worldview ini diumpamakan seperti sebuah kacamata. Kacamata yang

digunakan oleh seseorang akan menentukan bagaimana orang tersebut melihat sekelilingnya. Worldview akan menentukan bagaimana orang tersebut melihat dunia (segala sesuatu yang ada dalam diri dan lingkungan orang itu, termasuk hal-hal yang dialami dan kejadian-kejadian di sekelilingnya). Worldview dapat juga disebut kerangka berpikir atau cara pandang seseorang yang merupakan kumpulan dari keyakinan, pola pikir (paradigma), dan ideology seseorang. Didikan orangtua, kebiasaan, budaya, pendidikan, dan agama merupakan beberapa sumber yang turut andil dalam membentuk worldview seseorang.17

Guru sebagai SDM professional sangat dibutuhkan oleh negeri ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memanusiakan manusia Indonesia. Guru agama bukan hanya sekedar untuk menambah jumlah guru bidang studi, melainkan lebih dari pada itu, guru agama berfungsi sebagai arsitek yang sedang membangun jiwa-jiwa yakni anak didik yang Tuhan percayakan untuk dibimbing.

16Lawrence O. Richards, Pelayanan Kepada Anak-anak-Mengayomi Kehidupan Iman dalam

Keluarga Allah, 501.

(13)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 44

Profesi dan Profesionalisme

Profesi sebagai guru pada awalnya sangat dihargai, meskipun sepi peminat. Sejalan dengan perkembangan zaman, maka akhirnya profesi guru diminati saat ini. Hal ini mungkin ada hubungannya dengan perbaikan kesejahteraan para guru yang sedang diupayakan oleh pemerintah Indonesia. Keadaan ini merupakan pengamatan secara umum terhadap kondisi pendidikan dan tenaga guru di Indoensia.

Alangkah ironis apabila seorang guru, menjadikan profesi yang digelutinya sebagai pilihan terakhir karena sudah tidak mendapatkan pekerjaan, bukan karena sebuah panggilan untuk menjadi pengajar atau pendidik. Profesi guru tidak boleh dijadikan sebagai pelarian, karena akan sangat fatal akibat yang ditimbulkan dari kondisi ini.

Guru yang menyadari tugas dan tanggung jawab profesinya, akan berjuang untuk melakoninya dengan kesungguhan dan dalam pengorbanan. Guru dengan model seperti ini akan berupaya terus untuk menambah kapasitas dirinya dalam kompetensi yang dimiliki. Mengajar dan mendidik merupakan tugas utama guru, dan guru senantiasa bersentuhan dengan kurikulum. Baik kurikulum maupun guru sebagai bagian dari SDM pendidikan adalah aspek manajemen pendidikan.

Dapat dibayangkan apa jadinya sebuah sekolah apabila dipenuhi dengan guru-guru yang hanya menjadikan profesinya sebagai pelarian, atau pun sebaliknya hanya sebagai wadah mencari nafkah. Demi memperbanyak penghasilan, mengajar di beberapa tempat dalam waktu yang telah ditargetkan. Akibatnya, sang guru dikejar-kejar oleh jadual dan kesulitan untuk mengembangkan diri apalagi memaksimalkan kinerjanya sebagai guru.

Akan lebih efektif apabila seorang guru berkonsentrasi di sekolah tertentu, dan pihak sekolah atau pun yayasan memperhatikan kesejahteraan sang guru. Indonesia sangat membutuhkan guru-guru yang professional termasuk sebagai guru agama di sekolah negeri maupun swasta.

Profesional bukan hanya untuk kalangan disiplin ilmu secular. Dunia pendidikan rohani juga membutuhkannya. Hal ini berkaitan dengan tugas guru merancang program

(14)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 45

pembelajaran dan melaksanakannya. Guru tidak mungkin dipisahkan dari kurikulum. Sebagai seorang guru yang sedang menuju profesionalitas kerja yang baik, maka perlu memahami dan mempu mengembangkan kurikulum guna kepentingan anak didik.

Seorang guru yang profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan

18produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya, dan

selalu mengembangkan diri terus menerus (continious improvement) melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar dan semacamnya. Dengan persyartan semacam ini, maka tugas seorang guru bukan lagi knowledge based melainkan competency based, yang menekankan pada penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan nilai-nilai etika dan moral.

Kinerja Guru Agama dalam Mendesain Program Pengajaran

Dalam penerapan kurikulum yang ada saat ini, seorang guru diharapkan menjadi seorang yang kreatif, memiliki penguasaan atas materi pelajaran, sekaligus juga memiliki kompetensi untuk merancang seperangkat RPP (Rencana Program Pembelajaran) yang akan disampaikan nantinya.

Guru adalah desainer pendidikan, yang seharusnya mengembangkan kurikulum dengan maksud mencapai hasil belajar semaksimal mungkin. Guru yang kaya dengan ide-ide dan kreatif dalam mengkombinasikan metode mengajar sehingga menarik, dan mampu menguasai bahan pelajaran yang disampaikan, serta memiliki gaya mengajar yang khas dan memikat. Guru seperti ini tentunya akan lebih disukai oleh para murid dibandingkan dengan mereka yang kaku, monoton dan kerap kali membuat bosan, serta terkesan kurang persiapan dalam mengajar.

Tugas guru dalam menerapkan dan mengembangkan kurikulum PAK, adalah sebagai desainer sekaligus pelaksananya. Oleh karena itu, dibutuhkan kecakapan dan keahlian. Dalam upaya memaksimalkan diri inilah, sehingga diharapkan seorang calon

(15)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 46

guru agama belajar dengan sungguh-sungguh selama berada dalam jenjenag pendidikan yang ditempuh, dan aktif mengikuti seminar atau pun pelatihan-pelatihan.

Para pengajar haruslah membuat persiapan dengan mengimplementasikan kurikulum yang sedang diberlakukan. Dalam kekristenan, dasar dari kurikulum adalah Alkitab. Dan kebenaran Alkitab dikaitkan dengan berbagai lini kehidupan para murid, dengan harapan nilai-nilai kebenaran dapat dicapai, dan semua kompetensi yang diharapkan ada pada murid juga dapat dicapai.19 Setiap murid perlu mengalami secara

pribadi pengalaman hidup bersama dengan Tuhan. Bimbingan yang diberikan oleh guru agama Kristen adalah bentuk upaya supaya tujuan PAK ini dapat terwujud.

Kinerja Guru dalam Melaksanakan Proses Belajar dan Mengajar

Di kelas, seorang guru merupakan seorang manajer bagi anak-anak didik, yang bertugas mengelola kelas atau mengatur kelas tersebut, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Guru yang baik, adalah mereka yang mampu menguasai kelas ketika mengajar, dan mampu menerapkan disiplin dengan semestinya.

Tugas guru dalam mengajar bukanlah untuk mentransfer ilmunya kepada murid melainkan menjadi fasilitator dan motivator, sehingga murid dapat memaksimalkan kegiatan belajar mereka. Bimbingan, pendampingan, pengajaran, dan pelatihan yang diberikan oleh guru merupakan satu paket langkah dalam mengajar dan mendidik murid.

Menurut Wina Sanjaya, beberapa tugas guru dalam proses belajar mengajar antara lain: “sebagai sumber belajar, sebagai fasilitator, sebagai pengelola, demonstrator, sebagai pembimbing, sebagai motivator, dan sebagai evaluator.”20 Guru yang baik akan

berusaha melakukan fungsinya dengan benar.

Seorang guru professional akan hadir tepat waktu, penuh persiapan, menyampaikan materi dengan jelas, menjadi teladan bagi murid, dan dalam semua yang diuraikan di atas, kompetensi guru akan dilihat juga dari kemampuan mereka

19Lois E. Lebar, Education That Is Christian-Prose Belajar Mengajar Kristiani dan Kurikulum

Yang Alkitabiah, 310.

20Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:

(16)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 47

melaksanakan PBM (proses belajar mengajar). Waktu tatap muka di kelas adalah kesempatan untuk berinteraksi dengan anak didik.

Guru agama Kristen berfungsi sebagai pengajar dan pendidik. Sebab itu, guru diberikan otoritas untuk memengaruhi dan memformat pikiran orang, bukan dengan kekerasan atau teknologi melainkan dengan isi ajaran dan keteladanan. Otoritas ini diberikan oleh Allah, walaupun memang ada juga otoritas dari pemerintah atau institusi. Otoritas diperlukan oleh mereka yang diberi karunia untuk mengajar. Guru memiliki otoritas karena di dalam interaksi antara guru dan muri, di sana seharusnya ada yang namanya rasa percaya. Jika murid tidak percaya kepada guru, maka pendidikan tidak akan berjalan, proses belajar mengajar tidak dapat berjalan. Justru yang akan terjadi adalah keragu-raguan, pertikaian, dan pertengkaran di dalam interaksi guru dan murid.21

Dalam interkasi dengan anak didik inilah seorang guru berupaya menanamkan nilai-nilai Kristiani, dan membekali murid untuk banyak hal yang melebihi sekedar ilmu pengetahuan.

Menurut Syafruddin, guru adalah tenaga professional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian, seorang guru hendaklah bercita-cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadan kuat dan tegar serta berkeperimanusiaan yang mendalam.22 Memang seorang guru adalah panutan dalam masyarakat dan ini berlaku dalam bidang pendidikan secara umum maupun pendidikan Kristen.

Seorang guru adalah figur yang semestinya jadi teladan bagi anak didiknya. Guru menempati posisi sentral bagi pendidikan rohani anak. Panggilan sebagai guru harus dilaksanakan dengan dasar kasih kepada Allah, dan kasih kepada anak didik.23

Panggilan mengajar ini datang dari Allah dalam amanat agung-Nya dan orang-orang yang sudah mengambil keputusan untuk menjawab panggilan tersebut dan menggunakan segenap kemampuannya untuk melaksanakan tugas mengajar tentunya adalah mereka yang siap dengan segala tuntutan terhadap guru.

21Ferry Yang, Pendidikan Kristen (Surabaya: Momentum, 2018), 240-241.

22H.Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta: Quantum

Teaching, 2005), 7.

(17)

Volume 2, No 1, Tahun 2020

p-ISSN 2714-7592; e-ISSN 2714-9609 http://www.sttiimedan.ac.id/e-journal/index.php/kerugma

Copyright© 2020 – KERUGMA | 48

Kinerja Guru dalam Pengembangan Sekolah

Selain mengelola kelas dalam proses belajar mengajar dan mengimplementasikan kurikulum yang berlaku, seorang guru juga memiliki tanggung jawab dalam pengembangan sekolah. Guru yang baik akan berupaya mendukung program yang telah dirancang sesuai dengan visi dan misi sekolah. Para pemimpin sekolah atau kepala sekolah tentunya memikirkan upaya untuk pengembangan sekolah dan menyusun rencana pengembangan sekolah. Setiap guru bisa mengambil peran masing-masing, dengan melaksanakan tugas pokok sebagai guru yakni sebagai pendidik dan pengajar.

Selain bertanggung jawab terhadap mata pelajaran yang diampu dan kelas masing-masing, seorang guru bisa memberikan sumbangsing bagi rencana pengembangan sekolah dengan terlibat sebagai anggota dalam tim perumus RPS (rencana pengembangan sekolah. Kualitas guru tentunya akan menjadi nilai jual yang baik bagi sebuah institusi pendidikan. Kualitas guru memberi keyakinan bagi para orangtua untuk mempercayakan anak-anak mereka dididik di sekolah tersebut. Dengan menjadikan diri sebagai guru berkualitas, menjadi sebuah promosi bagi pengembangan sekolah.

IV. KESIMPULAN/PENUTUP

Guru memegang peran penting dalam pengembangan pendidikan. Sebagai seorang desainer, guru seharusnya memiliki daya kreatifitas yang tinggi. Keteladanan guru juga sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Menjadi guru profesional harus diupayakan oleh setiap guru. Kualifikasi dan kompetensi juga harus dipenuhi untuk menjadi guru profesional. Kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, kompetensi profesional dan kompetensi sosial harus dimiliki sesuai dengan ketentuan yang ada. Kualitas seorang guru menjadi hal positif untuk promosi dan pengembangan sekolah dapat dilakukan oleh seorang guru dengan mejadi anggota tim perumus RPS (rencana pengembangan sekolah).

(18)

Copyright© 2020 - KERUGMA | 49

DAFTAR PUSTAKA

Arends, Richard I. Belajar untuk Mengajar. Jakarta: Salemba Humanika, 2013.

Berkhof, Louis. Cornelius Van Til. Foundation of Christian Education, terjemahan, cetakan ketiga. Surabaya: Momentum, 2010.

Herawan, Endang dan Nani Hartini. “Manajemen Tenaga Pendidik dan Kependidikan” dalam Manajemen Pendidikan. Bandung, Alfabeta, 2017.

Idi, H. Abdullah. Pengembangan Kurikulum-Teori dan Praktik . Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Indrajit, R. Eko dan R. Djokopranoto, Manajemen Perguruan Tinggi. Yogyakarta: ANDI Offset, 2009.

Kunandar, Guru Profesional-Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press, 2009.

Lebar, Lois E. Education That IS Christian-Proses Belajar Mengajar Kristiani dan

Kurikulum yang Alkitabiah. Malang: Gandum Mas, 2017. Makalah Training Kurikulum. Bandung: Compassion, 2014.

Nurdin, H.Syafruddin. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching, 2005.

Piper, John. God is the Gospel. Malang: SAAT, 2014.

Richards, Lawrence O. Pelayanan Kepada Anak-anak: Mengayomi Kehidupan Iman

dalam Keluarga Allah. Bandung: Kalam Hidup, 2007.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana, 2009.

Setiawani, Mary dan Stephen Tong, Arsitek Jiwa. Surabaya: Momentum, 2002.

Sijabat, Binsen S. Pendidikan Kristen Konteks Sekolah. Bandung: Kalam Hidup, 2018. Syafruddin dan Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum

Teaching, 2005.

Referensi

Dokumen terkait

gelombang yang berbeda tanpa adanya hubungan yang saling tumpang tindih, ketika dalam serat optik digunakan panjang gelombang yang sama hanya untuk satu hubungan pada

María José Fernández Reiríz María José Ferreiro Esteban Antonio Figueras Huerta Fernando Fraga Rodríguez José Mariano Franco Soler José Manuel Gallardo Abuín

Salah satu masalah kebutuhan oksigenasi adalah hipoksia, hipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen

Berdasarkan hasil pelaksanaan monitoring terhadap penyakit HPAI dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pada bulan Juni dan September 2004 kasus AI tidak lagi ditemukan pada

Berdasarkan hasil pengujian kekuatan tarik kulit ikan nila samak pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa kulit ikan nila samak dengan menggunakan enzim papain sebagai bating agent

Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon penyesuaian diri yang tidak sesuai terhadap stressor dari lingkungan dalam atau luar yang ditunjukkan dengan pola

Pada SMP (3) aspek pengembangan /pengelolaan sarana pendukung sekolah yang ramah lingkungan belum sepenuhnya dapat menerapkan komponen dan sub komponen yang

64 Tapi aton kea bara keton je dia percaya." (Yesus jari katawan bara solake kare oloh je dia maku.. percaya, tuntang oloh je handak mandurhaka mawi ie.) 65 Palus Yesus