• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRA DENGAN PT. LONSUM DI KECAMATAN UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA NUR FADILAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRA DENGAN PT. LONSUM DI KECAMATAN UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA NUR FADILAH"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG

BERMITRA DENGAN PT. LONSUM DI KECAMATAN

UJUNG LOE KABUPATEN BULUKUMBA

NUR FADILAH 105960091611

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

ANALISIS PRODUKSI KARET OLEH PETANI YANG BERMITRA DENGAN PT.LONSUM DI KECAMATAN UJUNG LOE

KABUPATEN BULUKUMBA

NUR FADILAH 105960091611

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Srata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Produksi Karet Oleh Petani Yang Bermitra Dengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Nama : Nur fadilah

Stambuk : 105960091611

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mohammad Natsir,SP,Mp St. Aisyah R,S.Pt.,M.Si

Diketahui

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

(4)

PENGESAHAN KOMISIS PENGUJI

Judul : Analisis Produksi Karet Oleh Petani Karet yang Bermitra dengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Nama : Nur fadilah

Stambuk : 105960091611

Konsentrasi : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1. Dr. Mohammad Natsir.SP,MP Ketua Sidang 2. St. Aisyah R,S.Pt.,M.Si Sekertaris

3.

Dr.Ir. kasifah,Mp Anggota

4. Sitti Arwati, SP.,M.Si Anggota

(5)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Analisis Produksi Karet Oleh Petani Karet yang Bermitra Denga PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, Mei 2015

Nur fadilah 105960091611

(6)

ABSTRAK

NUR FADILAH.105960091611. Analisis Produksi Karet Oleh Petani Yang Bermitra Dengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan ST.AISYAH R.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Saluran dan efesiensi produksi karet oleh petani karet yang bermitra dengan PT.Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba adalah luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan dan dummy. Adapun factor yang paling berpengaruh terhadap produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba yaitu pupuk dan pendapatan.

Elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba terdapat pada pestisida, pupuk, pendapatan usaha petani karet dan dummy dimana variabel tersebut berada pada daerah Increasing Rate, Dimana pada kondisi tersebut bila ditambahkan, petani masih mungkin mengharapkan peningkatan produksi dari sebelumnya. Sedangkan pada tahap Decreasing Rate terdapat pada variabel tenaga kerja, luas lahan, umur tanaman dan usia petani. Pada kondisi ini apabila ditambahkan maka petani akan memperoleh produksi yang berkurang.

Pendapatan kotor yang diperoleh oleh petani penggarap dan petani pemilik lebih tinggi petani penggarap karena penggunaan faktor produksinya pada petani penggarap lebih terkontrol dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman karet. Berbeda dengan petani pemilik yang penggunaan variabelnya tidak sesuai atau masih kurang sesuai yang dibutuhkan oleh tanaman karet.

(7)

KATA PENGANTAR

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang merupakan tauladan bagi kaum muslimin dimuka bumi ini. Walaupun berbagai macam tantangan yang dihadapi, tetapi semua itu telah memberikan pengalaman yang berharga untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian (Sp) pada Jurusan agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, yang berjudul “Analisis Produksi Karet Oleh Petani Yang Bermitra Dengan PT.Lonsum di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba”.

Kami menyadari bahwa selesainya penulisan skripsi ini banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak baik berupa petunjuk, bimbingan maupun dorongan moril dan materil, untuk itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT karena berkat nikmat dan izinnya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini dan tak lupa pula kepada nabi tercinta, yaitu Nabi

(8)

Muhammad SAW berkat beliau kita bisa lepas dari masa kebedohan ke masa yang berpendidikan seperti yang kita rasakan ini.

2. Kedua orang tua penulis ibu tercinta Dawalia yang tak akan tergantikan dan ayahanda Alm Demma yang telah melahirkan membesarkan dan tak henti-hentinya mencurahkan kasih sayangnya pengorbanan yang diberikan kepada saya dalam menempuh jenjang pendidikan.

3. Dr. Mohammad Natsir, Sp, Mp selaku pembimbing I dan St. Aisyah R, S.Pt.,M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat terselesaikan. 4. Bapak Ir. Saleh Molla, M.M selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Makassar.

5. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku ketua Jurusan Agribisnis fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Para dosen dan karyawan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

7. Kepada pihak pemerintah Kecamatan Ujung Loe khususnya kepala PT. Lonsum beserta jajarannya serta para petani yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.

8. Teristimewa kepada kakak tercinta Sitti Ramlah Sag, Nur hayati dan Marjudin yang senantiasa memberi semangat dan dorongan moril dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Dan khusus kepada sahabat Ongoler’s (Mardiana, Susi Susanti, Rina Sri Buana dan Nuraeni) yang selalu menyemangati, membuat tersenyum dan

(9)

selalu menghibur dalam kegalauan meskipun dalam tingkah gila sehingga penyusunan skripsi dari awal sampai akhir bisa terselesaikan.

10. Semua sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebut satu persatu serta seluruh rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Agribisnis khususnya teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberikan motivasi dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dan bantuan rekan-rekan sekalian, Amin.

Kami menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritikan dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati dan ketulusan jiwa kami berharap semoga skripsi ini, dapat memberikan manfaat bagi peningkatan dan pengembangan pendidikan khususnya pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar. Amien

Wassalam

Makassar, Mei 2015

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK…………. ...v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI…………... vii

DAFTAR TABEL……... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

I. PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang ...1

1.2 Rumusan Masalah ...3

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Fungsi Produksi...5

2.2 Elastisitas Produksi ...11

2.3 Fungsi Produksi...15

2.4 Pendapatan Usaha Tani...18

2.5 Hipotesis...21

(11)

III. METODE PENELITIAN...23

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...23

3.2 Teknik Penentuan Sampel...23

3.3 Jenis dan Sumber Data...23

3.4 Teknik Pengumpulan Data...25

3.5 Teknik Analisis Data...26

3.6 Definisis Operasional...31

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...33

4.1 Letak Geografis...33

4.2 Luas dan Penggunaan Lahan...34

4.3 Iklim ...36

4.4 Kondisi Demokrafis ...36

4.5 Kondisi Pertanian...41

V. PEMBAHASAN ...43

5.1 Identitas Responden Petani Karet ...43

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet ...50

5.3 Analisis Data ...54

VI. KESIMPULAN DAN SARAN...75

6.1 Kesimpulan ...75

6.2 Saran...76 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman Teks

1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan di Desa Tamatto, 2012...49

2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, di Desa Tamatto, 2012 ...52

3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tamatto, 2012 ...52

4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tamatto, 2012...54

5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tamatto,2012 ...55

6. Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyat di Desa Tamatto Tahun 2012 ...…. ...57

7. Identitas Responden Petani Penggarap diTingkat Umur di Desa Tamatto...…. ...59

8. Identitas Responden Petani Penggarap di Tingkat Pendidikan, di Desa Tamatto...…. ...60

9. Identitas Responden Petani Penggarap dari Pengalaman Bertani di Desa Tamatto... ...61

10. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Umur di Desa Tamatto ...62

11. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Pendidikan di Desa Tamatto ...…. ...62

12. Identitas Responden Petani Pemilik di Tingkat Pengalaman Bertani di Desa Tamatto ...…. ...63

13. Hasil Analisis Regresi Berganda Model Produksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews-8 ...70

14. Hasil Uji t pada produksi karet di Desa Tamatto,2015...…. ...76

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Teks

1. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi...19

2. Hukum Kenaikan Hasil Yang Berkurang………...22

3. Skema Kerangka Pikir Penelitian………...36

4. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F………..….56

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

Teks

1. Kuesioner Penelitian ...80

2. Identitas Responden Petani Pemilik...84

3. Identitas Responden Petani Penggarap...86

4. Rekapitulasi Data Mengenai Hasil Analisis Regresi Berganda Model Produksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews-8 ... 87

5. Tingkat Korelasi antar Variabel terhadap Multikolineritas Produksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews-8 ... 88

6. Grafik Residual, Actual dan Fitted dari Hasil Estimasi Analsis Regresi Berganda Model Produksi Karet dengan Metode Least Squares dan Menggunakan Program Eviews ... 88

7. Peta Lokasi Penelitian ... 89

8. Dokumentasi Penelitian... 90

(15)

I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai produsen karet nomor satu di dunia akhir-akhir ini terdesak oleh dua Negara tetangga : Malaysia dan Thailand. Peranan karet dan barang karet terhadap ekspor nasional tidak dapat dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan produsen karet urutan ke-2 terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,8 juta ton pada tahun 2011 setelah Thailand (produksi sebesar 2,97 juta ton) dan negara yang memiliki luas lahan karet terbesar di dunia dengan luas lahan mencapai 3,5 juta hektar di tahun 2011. (Sumber : IRSG (International Rubber Study Group)

Menurut Ditjen Perkebunan, Departemen Pertanian luas lahan karet di Indonesia yang dimiliki Indonesia pada tahun 2011 mencapai 2,7 – 3,5 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Sayangnya perkebunan karet yang luas tidak diimbangi dengan produktivitas yang memuaskan. Produktivitas lahan karet di Indonesia rata-rata rendah dan mutu karet yang dihasilkan juga kurang memuaskan. Bahkan di pasaran internasional karet Indonesia terkenal sebagai karet bermutu rendah .

Ada tiga jenis perkebunan karet yang ada di Indonesia yaitu Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Dari ketiga jenis perkebunan tersebut, PR mendominasi luas lahan yang mencapai 2,84 juta hektar atau sekitar 85% dari lahan perkebunan karet. Bila

(16)

dilihat pada tahun 2011, luas perkebunan rakyat mencapai 66,433,2 ribu hektar sedangkan luas perkebunan besar hanya 514 ribu hektar.

Banyak perkebunan karet yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Salah satunya di Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten Bulukumba. Bulukumba merupakan penghasil karet di Sulawesi selatan dengan produksi karet pada tahun 2011 sebanyak 7.343 ton yang terdiri dari produksi pertanian rakyat 1.250 ton dan produksi pertanian swasta 6.093 ton. Yang tersebar di 19.900 ha, dimana luas lahan pertanian karet terdiri dari perkebunan rakyat 14.105 ha dan perkebunan swasta 5.975 ha. Dalam penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pertanian karet rakyat dengan luas lahan 19.900 ha memproduksi karet lebih kecil dengan 1.250 ton sedangkan pertanian karet swasta yang memiliki lahan yang lebih sedikit yaitu 5.975 ha tetapi dapat memproduksi karet yang lebih besar dengan 6.093 ton. Maka terlihat masalah besar yang dihadapi oleh pertanian karet rakyat dalam hal pengelolaan pertanian.(Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan Makassar, 2011).

Perkebunan karet rakyat di Kabupaten Bulukumba sebagian besar sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya diusahakan oleh petani dalam skala kecil (sempit) dengan sistem tradisional. Berbeda dengan yang diusahakan oleh perusahaan pemerintah/swasta yang dilakukan dalam skala besar dengan sistem teknologi modern. Namun demikian, dilihat dari proporsi luasan, kebun karet-rakyat tetap mendominasi, sehingga usaha itu patut diperhitungkan, karena dapat menentukan dinamika perkaretan Indonesia.

(17)

Walaupun pengembangan pertanian karet mengalami prospek yang cerah, namun masih ditemukan beberapa masalah dalam proses pengelolaannya oleh petani. Keberhasilan dari pada usaha perkebunan karet sangat ditentukan oleh kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam mengelolah pertanian yang diusahakannya. Pengelolaan usaha tani karet secara tepat dapat memberikan hasil produksi yang tinggi dan tingkat keuntungan yang memadai. Misalnya bagaimana petani menentukan sikap mereka dalam penanganan usaha tani karet mereka, penggunaan bibit unggul, pengelolahan tanah yang baik, pemupukan secara tepat waktu, jenis dan dosis, pemeliharaan seacara intensif, perlakuan pasca panen yang baik dan kegiatan-kegiatan lain yang menyangkut upaya petani dalam mengelolah usaha tani yang diusahakannya.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini difokuskan pada sistem pengelolaan usaha tani karet rakyat yang bermitra dengan PT. LONSUM. Fokus penelitian ini dapat di rumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

a. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba ?

b. Bagaimana elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba ?

c. Berapa besar pendapatan kotor petani pemilik dan petani penggarap pada produksi karet di kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba ?

(18)

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan perumusan pokok kajian diatas adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

b. Untuk mengetahui elastisitas produksi karet di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

c. Untuk mengetahui pendapatan kotor yang diperoleh petani pemilik dan petani penggarap di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba.

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu diharapkan mampu memberikan informasi baru atau data ilmiah sebagai masukan kepada ilmu pengetahuan.

Diharapkan dapat bermanfaat bagi Dinas Pertanian dan perkebunan dan Dinas Pendidikan dan instansi terkait untuk perbaikan maupun implementasi program-program kedepannya.

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan penulis dan sebagai salah satu cara untuk mengaplikasikan ilmu dan teori yang diperoleh di bangku kuliah.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat dalam mengambil langkah yang lebih efisien dalam hal pengelolaan usaha tani keret.

(19)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsi Produksi

Produksi adalah suatu kegiatan memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output. Produsen dalam melakukan kegiatan produksi, mempunyai landasan teknis yang didalam teori ekonomi yang disebut “Fungsi Produksi”.

Kegiatan produksi melibatkan dua variabel yang mempunyai hubungan fungsional atau saling mempengaruhi, yaitu :

1. Berapa output yang harus diproduksi, dan 2. Berapa input yang akan dipergunakan.

Dengan demikian, yang disebut fungsi produksi adalah hubungan fungsional atau sebab akibat antara input dan output. Dalam hal ini input sebagai sebab, dan output sebagai akibat. Atau input sebagai variabel bebas dan output sebagai sebagai variabel tidak bebas. Input produksi dikenal juga dengan faktor-faktor produksi, dan output produksi dikenal juga dengan jumlah produksi.

Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menyatakan hubungan antara tingkat output dengan tingkat penggunaan input-input. Hubungan antara jumlah output Q dengan jumlah input yang dipergunakan dalam produksi X1, X2, X3….Xn, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = F (X1, X2, X3….Xn) Q = Output

(20)

Gambar 1. Hubungan fungsional produksi fisik dan faktor produksi Produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja. Untuk menggambarkan dan/atau menganalisis peranan masing-masing faktor produksi terhadap produksi fisik, dari sejumlah faktor produksi yang digunakan, salah satu faktor produksi dianggap variabel ( berubah-ubah ), dan sementara faktor produksi lainnya diasumsikan konstan ( tidak berubah ). Dalam bentuk grafik, fungsi produksi merupakan kurva melengkung dari kiri bawah ke kanan atas yang setelah sampai titik tertentu kemudian berubah arah sampai titik maksimum dan berbalik turun kembali.

Ketika input-input produksi terdiri dari capital, labour, resources dan teknologi maka persamaan produksi menjadi sebagai berikut :

Q = F (C, L, R, T) Dimana :

Q = Quantity, atau jumlah produksi yang dihasilkan F = Fungsi, atau simbol persamaan fungsional C = Capital, atau modal atau sarana yang digunakan Produksi

fisik

Faktor Produksi X

(21)

L = Labour, tenaga kerja

R = Resources, sumber daya alam

T = Teknologi, teknologi dan kewirausahaan

Persamaan tersebut menjelaskan bahwa output dari suatu produksi merupakan fungsi atau dipengaruhi atau akibat dari input. Artinya setip barang yang dihasikan dari produksi akan tergantung pada jenis/macam dari input yang digunakan. Perubahan yang terjadi pada input akan menyebabkan terjadinya perubahan pada output.

2.2.1 Hukum Kenaikan Hasil yang Berkurang

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2003), hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menyatakan bahwa kita akan mendapatkan sedikit dan semakin sedikit tambahan output ketika kita menambahkan satu satuan input sementara input yang lain konstan. Dengan kata lain, produk marjinal dari tiap unit input akan turun meskipun jumlah dari input itu bertambah, sementara seluruh input lain konstan.

Hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang menggambarkan hubungan yang sangat mendasar. Semakin banyak suatu input, seperti tenaga kerja ditambahkan terhadap sejumlah tanah, mesin dan faktor produksi lain yang tetap, input tenaga kerja akan mempunyai fungsi yang terus menurun ketika faktor produksi yang lain tetap. Tanah menjadi lebih penuh sesak, kapasitas kerja mesin menjadi berlebihan, dan produk marjinal tenaga kerja menurun.

(22)

Dalam Sadono Sukirno (2005), Total Product (TP) merupakan produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi. Marginal Product (MP) yaitu tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan.

Apabila ∆TP adalah pertambahan produksi total, maka produsi marjinal (MP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

MP = ΔTP/ΔL

Average Product (AP) adalah produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja. Apabila produksi total adalah TP, jumlah tenaga kerja adalah L, maka produksi rata-rata (AP) dapat dihitung

AP = TP/L

Gambar Tahapan dari Suatu Produksi di bawah dapat dibagi menjadi tiga bagian daerah produksi, yaitu pada saat AP naik hingga AP maksimum (daerah I), dari AP maksimum hingga TP maksimum atau MP = 0 (daerah II) dan daerah TP yang menurun (daerah III). Pada daerah I dikatakan “irrasional region” karena penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan masih dapat terus diperbesar. Daerah II adalah “rasional region” karena pada daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, pada daerah ini pula tercapai TP maksimum.

(23)

Sumber : Pindyck, Roberts dan Daniel L. Rubinfield, 1995

Gambar 2. Hukum Kenaikan Hasil Yang Berkurang

Hubungan antara ketiga kurva tersebut adalah pada saat semua masukan kecuali tenaga kerja adalah tetap, kurva total product, dalam grafik (a) memperlihatkan output produksi untuk tingkat masukan tenaga kerja yang berbeda. Pada average dan marginal product dalam grafik (b) demikian pula seperti kurva Total Produk. Di titik B pada grafik (a) average product dari masukan tenaga kerja memberikan garis yang menaik dan cembung ke atas. Dari kurva produksi total (TP) dapat dibagi menjadi tiga tahap daerah produksi, yaitu daerah I. II dan III. stage 1

(24)

dimana setiap penambahan faktor produksi mengakibatkan kenaikan hasil. hal itu terus terjadi sampai pada titik A yang disebut titik inflection point atau titik balik, dimana Pada titik balik (inflection point) terjadi perubahan dari kenaikan hasil bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana produk marginal mencapai maksimum sedangkan produk rata-rata masih terus naik. pada garis sepanjang A sampai B setiap faktor produksi yang ditambahkan masih dapat mengakibatkan kenaikan hasil namun dengan penambahan yang tidak sebesar pada saat di garis sebelum titik A. pada titik B yaitu disebut titik optimum dimana MP = AP. sedangkan titik C adalah titik maksimum dimana MP = 0, artinya penambahan faktor produksi tidak daapat mengakibatkan kenaikan hasil sama sekali atau 0. kemudian jika ditambahkan faktor produksi lagi justru kenaikan hasil yang dihasilakan akan negatif. Sebagai seorang produsen yang rasional akan berproduksi pada tahap II, hal ini disebabkan pada daerah ini tambahan satu unit faktor produksi akan memberikan tambahan produksi total (TP), walaupun produksi rata-rata (AP) dan marginal produk (MP) menurun tetapi masih positif (Hasan BT dan Gunawan S, 1989). Pentingnya fungsi produksi dalam teori produksi adalah karena :

a. Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara faktor produksi dan produksi secara langsung dan hubungan tersebut dapat dengan mudah dimengerti.

b. Dengan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara variabel yang menjelaskan (X) sekaligus hubungan antar variabel penjelas.

(25)

2.3 Elastisitas Produksi

Dalam ilmu ekonomi, elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variabel dengan perubahan variabel lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.

Penggunaan paling umum dari konsep elastisitas ini adalah untuk meramalkan apa yang akan terjadi jika harga barang/jasa dinaikkan. Pengetahuan mengenai seberapa dampak perubahan harga terhadap permintaan sangatlah penting. Bagi produsen, pnengetahuan ini digunakan sebagai pedoman seberapa besar ia harus mengubah harga produknya. Hal ini sangat berkaitan dengan seberapa besar penerimaan penjualan yang akan ia peroleh. Sebagai contoh, anggaplah biaya produksi sebuah barang meningkat sehingga seorang produsen terpaksa menaikkan harga jual produknya.

Menurut hukum permintaan, tindakan menaikkan harga ini jelas akan menurunkan permintaan. Jika permintaan hanya menurun dalam jumlah yang kecil, kenaikan harga akan menutupi biaya produksi sehingga produsen masih mendapatkan keuntungan. Namun, jika peningkatan harga ini ternyata menurunkan permintaan demikian besar, maka bukan keuntungan yang ia peroleh. Hasil penualanya mungkin saja tidak dapat menutupi biaya produksinya, sehingga ia menderita kerugian. Jelas di sini bahwa produse harus mempertimbangkan tingkat elastisitas barang produksinya sebelum membuat suatu keputusan. Ia harus memperkirakan seberapa besar kepekaan konsumen atau seberapa besar

(26)

konsumen akan beraksi jika ia mengubah harga sebesar sepuluh persen, dua puluh persen, dan seterusnya.

Koefiisien elastisitas diukur dari presentase perubahan kuantitas barang dibagi dengan presentase perubahan harga. Secara sederhana kalimat tersebut dapat dirumuskan :

Eₓ,у ≅ ⃒

Atau secara umum, elastisitas “Y” terhadap X adalah :

Eₓ,у =⃒ ⃒ = ⃒ . ⃒

Elastisitas biasa disimbolkan sebagai “E”, “e” atau eplison kecil, sebagai 'ɛ'. Selain elastisitas linear tersebut ada juga elastisitas non linear. Konsep elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan menggunakan 2 faktor input.

a. Elastisitas Produksi Untuk 1 Faktor Input (1 Faktor Produksi)

Untuk produksi yang menggunakan 1 faktor input secara teoritis telah dijelaskan bagaimana strategi penggunaan tersebut yaitu dengan memperhatikan MP dan Ap. Bila Mp = 0, maka sebaiknya tidak perlu menambahkan factor input lagi. Tapi menentukan nialai MP = 0 terkadang relative sulit bila tidak mengektrapolasinya dengan memanfaatkan model dan gaya matematika (teknik derivasi), lagi pula hal ini relative mengandung resiko karena jarang ada perusahaan bisa menentukan kapan tambahan faktor input tidak memberikan tambahan apa-apa pada produksi. Kesulitan ini bisa diatasi dengan menetukan nilai elastisitas produksinya dengan rumus ;

(27)

Untuk Q = TP =Produksi

Untuk I = input = faKtor produksi Maka elastisitas produksinya :

Ep = XX → ~ → = MP, =AP → = Bila : EP > 1 → > → EP < 1 → < → EP = 1 → = → EP = 0 → = 0, = ∞ → EP = ∞ → = ∞, = 0 →

Jadi elastisitas tidak lain adalah perbandingan antara nilai marginal produksi dengan rata –rata produksi. Misalkan MP = AP maka EP = , jadi pantaslah mengapa produksi dianggap sudah mapan bila MP = AP, karena tambahan 1faktor input hanya akan memberikan tambahan 1 produksi dalam produksi. Akan tetapi bila MP > AP maka produksi tentu saja bersifat elastis. Bila ini terjadi maka penambahan factor input layak untuk setiap penambahan 1 faktor input akan memberikan penambhan lebih dari 1 jumlah produksi. b. Elastisitas Produksi Untuk 2 Faktor Input (2 Faktor Produksi)

Konsep elastisitas juga digunakan dalam teori produksi dengan menggunakan 2 faktor input. Secara khusus fugsi produksi yang memanfaatkan

(28)

parameter nilai elastisitas produksi yang memanfaatkan parameter nilai elastisitas produksi adalah fungsi produksi Cobb – Douglas.

Douglas dari Amerika Serikat pada 1928 (Sudarsono, 1990) memperkenalkan suatu fungsi produksi yang diberi nama sesuai dengan nama mereka yaitu Cobb – Douglas, sebagai berikut :

Q = bₒLᵇ¹Kᵇ² Di mana : Q = Produksi bₒ = Indeks efisiensi b1 = Parameter L = Tenaga kerja b² = Parameter K (modal)

Untuk menyatakan nilai maksimum atas perubahan L dan K terhadap produksi maka perlu digunakan pendekatan matematis dengan cara menentukan nilai turunan pertama dari masing-masing faktor input (L dan K) tersebut ecara parsial sebagai berikut :

Untuk Faktor Input L terhadap produksi : ΔQ

Δ = , ₒ. ( − ) ↔ 1( 0. 1. 2)

Padahal → 0, ᵇ , ᵇ =

Berarti → 1( ) = = 1 ( 0. ᵇ , ᵇ )

Jadi → = 1 , =

(29)

Dengan demikian :

Ƅ1 = → = Elastisitas faktor input L terhadap produksi

Untuk faktor input K terhadap produksi : Δ Δ = 2, 0, ᵇ , (ᵇ ᵇ ) ↔ 2( 0, ᵇ , ᵇ , ) ↔ 1( 0, ᵇ . ᵇ ) Padahal → b0, Lᵇ , Kᵇ = Q Berarti → 1( ) = = 2( , ᵇ , ᵇ ) ⁻¹ Jadi → = 2 , =

Padahal adalah rata-rata produksi oleh factor input K

Dengan demikian :

Ƅ2 = → = Elastisitas factor input K terhadap produksi.

2.4 Fungsi Produksi

Konsep fungsi produksi dapat digunakan untuk mengungkapkan hubungan fisik antara masukan (input) dengan keluaran (output) untuk suatu macam produk, fungsi produk menunjukkan output atau jumlah hasil produksi maksimum yang dapat dihasilkan per satuan waktu dengan menggunakan berbagai kombinasi sumber-sumber daya yang dipakai dalam berproduksi.

(30)

Jumlah produksi yang berbeda-beda dengan sendirinya akan memerlukan berbagai faktor produksi tersebut dalam jumlah yang berbeda-beda juga. Tetapi disamping itu untuk satu tingkat produksi tertentu juga dapat digunakan gabungan faktor produksi yang berbeda. Sebagai contoh untuk memproduksi sejumlah hasil pekebunan tertentu perlu digunakan tanah yang lebih luas apabila bibit unggul dan teknik bercocok tanam modern digunakan. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang tersebut (Sadono Sukirno, 2001 ).

a. Fungsi produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut, variabel dependen (Y) dan variabel yang lain disebut variabel independen (X), penyelesaian hubungan antara Y dan X biasanya dengan cara referensi dimana variasi Y akan dipengaruhi varian X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku pada penyelesaiain fungsi Cobb Douglas dapat ditulis persamaan :

Y = aX1b1. X2b2. … Xnbne

Bila fungsi Cobb Douglas tersebut dinyatakan oleh hubungan Y dan X maka :

(31)

Keterangan :

Y = Variabel independen X = Variabel dependen a, b = Besaran yang diduga

e = Logaritma natural, e = 2,718

Untuk mempermudah pendugaan persamaan, maka persamaan tersebut diubah menjadi bentuk linier berganda sebagai berikut :

Ln Y = a + b1LnX1+ b2LnX2+ b3LnX3+ b4LnX4+ b5LnX5+ e

Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang sering dipakai dalam penelitian. Hal ini disebabkan karena fungsi ini mempunyai beberapa kelebihan, dimana kelebihan-kelebihan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Fungsi produksi Cobb Douglas merupakan fungsi produksi yang relatif

mudah dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain. Hal ini disebabkan karena fungsi produksi Cobb Douglas mudah dirubah menjadi bentuk produksi linier.

2) Fungsi produksi Cobb Douglas dapat mengetahui beberapa aspek produksi seperti produksi marginal (marginal product), produksi rata-rata (average product), tingkat kemampuan berfungsi untuk mensubstitusikan (marginal rate of subtitusi), dan intensitas penggunaan fungsi produksi (efficiency of production) secara mudah dengan jalan modifikasi matematika.

3) Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb Douglas akan menghasilkan regresi yang sekaligus akan menunjukkan besarnya elastisitas.

(32)

Besarnya elastisitas tersebut akan menunjukkan tingkat besarnya return to scale, dengan persamaan matematis sebagai berikut :

Y = a + b1X1+ b2X2+ b3X3+ b4X4+ b5X5

Dan besarnya b adalah elastisitas, maka jumlah dari elastisitas merupakan return to scale. Disamping kelebihan-kelebihan yang dimiliki Cobb Douglas, maka kelemahan fungsi Douglas adalah spesifikasi variabel yang keliru, kesalahan pengukuran variabel, bias terhadap manajemen, multikolinieritas data dan asumsi.

a. Pengujian terhadap Asumsi Klasik

Pengujian terhadap asumsi klasik dilakukan untuk melengkapi pengujian statistik yang telah dilakukan yaitu uji t dan uji F.

1) Uji Multikolinearitas

Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Hubungan ini bisa sempurna, bisa tidak. Ada berbagai cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, diantaranya dengan melihat nilai koefisien regresi parsial. Selain itu multikolinearitas dapat juga diketahui dengan adanya menduga kalau R2nilai regresi antara variabel bebas.

2) Uji Autokorelasi

Berfungsi untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Pada umumnya pengujian untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi

(33)

menggunakan statistik Durbin Watson, yang dilihat berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor-faktor pengganggu yang diurut.

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila kesalahan penggunaan tidak mempunyai variasi yang sama untuk satu observasi akibat parameter estimasi akan bias dan tidak konsisten dan mempunyai varian yang minimum. Untuk mendeteksi apakah ada tidaknya heteroskedastisitas

2.5 Pendapatan Usaha Tani

Menurut Hermanto (1994), bahwa besarnya pendapatan yang akan diperoleh dari suatu kegiatan usahatani tergantung dari beberapa factor yang mempengaruhi seperti luas lahan, tingkat produksi, identitas pengusaha, pertanaman, dan efisiensi penggunaan tenaga kerja. Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani berharap dapat meningkatkan pendapatannya sehingga kebutuhan hidup sehari-hari dapat terpenuhi. Harga dan produktivitas merupakan sumber dari factor ketidakpastian, sehingga bila harga dan produksi berubah maka pendapatan yang diterima petani juga berubah (Soekartawi, 1995).

Menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani.

(34)

Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani seperti berdagang dll.

Pendapatan usahatani menurut Gustiyana (2003), bahwa pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu :

1. Pendapatan kotor, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga pe satuan berat pada saat pemungutan hasil.

2. Pendapatan bersih, yaitu seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan biaya produksi selama proses produksi. Biaya produksi meliputi biaya riil tenaga kerja dan biaya riil sarana produksi.

Dalam pendapatan usahatani ada dua unsur yang digunakan yaitu unsur penerimaan dan pengeluaran dari usahatani tersebut. Penerimaan adalah hasil perkalian jumlah produk total dengan satuan harga jual, sedangkan pengeluaran atau biaya yang dimaksudkan sebagai nilai penggunaan sarana produksi dan lain-lain yang dikeluarkan pada prose produksi tersebut (Ahmadi 2001).

Produksi berkaitan dengan penerimaan dan biaya produksi, penerimaan tersebut diterima petani karena masih harus dikurangi dengan biaya produksi yaitu keseluruhan biaya yang dipakai dalam proses poduksi tersebut (Mubyarto, 2000).

(35)

Menurut Hernanto (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruh pendapatan usahatani :

a) Luas usaha, meliputi areal pertanaman, luas tanaman, luas tanaman rata-rata. b) Tingkat produksi, yang diukur lewat produktivitas/ha dan indeks pertanaman, c) Pilihan dan kombinasi,

d) Idensitas perusahaan pertanaman, e) Efisiensi tenaga kerja.

Menurut Soekartawi (1995), bahwa biaya usahatani adalah semua pengeluaran yangdipergunakan dalam usahatani. Biaya usahatani dibedakan menjadi dua yaitu yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang akan dihasilkan, sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh volume produksi. Secara matematis untuk menghitung pendapatan usahatan dapat ditulis sebagai berikut :

= . – i.Pxi – BTT Dimana :

= Pendapatan (Rp) Y = Hasil Produksi (Kg) Py= Harga hasil produksi (Rp) Xi= Faktor produksi (i=1,2,3…n) Pxi= Harga factor produksi ke-i (Rp) BTT= Total biaya (Rp)

(36)

2.6 Hipotesis

Berdasarkan pada perumusan masalah tersebut maka dibuat hipotesis sebagai berikut :

a. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi karet seperti luas lahan, umur tanaman, pupuk, pestisida, usia petani, tenaga kerja, pendapatan dan dummy mempengaruhi hasil usaha karet secara positif.

b. Elastisitas produksi karet terhadap variabel independen secara bersama-sama signifikan mempengaruhi produksi (y) atau variabel dependen pada produksi karet.

c. Produksi karet terhadap petani penggarap dan petani pemilik sama-sama menghasilkan pendapatan kotor yang sama.

(37)

2.7 Kerangk Pikir

Pemikiran teoritis yang diwujudkan melalui suatu kerangka menunjukkan tahapan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan analisis yang sebenarnya.

Gambar 3. Kerangka Pikir Penelitian Analisis Produksi Tanaman Karet yang Bermitra dngan PT. Lonsum di Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet Produksi  Fungsi Cobb-Douglas  Elastisitas Produksi Pendapatan Kotor Petani Karet Petani Pemilik

(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Maret sampai April 2015.

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi penelitian ini adalah petani karet sejumlah 180 petani karet. Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data dalam penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel terhadap populasi.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive) sebanyak 25 % dari total petani karet. Ukuran sampel yaitu 45 orang petani karet yang dianggap representative mewakili petani karet di Kecamatan Ujung Loe.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data kualitatif

Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat dihitung dan bukan berupa angka-angka yang dapat dikuantifisir antara lain budidaya karet, produksi dimana fungsi produksi dan elastisitas produksi karet serta

(39)

pendapatan petani baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap.

b. Data kuantitatif

Data kuantitatif merupakan data yang dapat dihitung yaitu data berupa angka-angka yang dapat dikuantifisir antara lain data output dari proses budidaya karet, biaya produksi dan biaya variabel yang diperoleh dari faktor produksi.

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis : a. Data primer

Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan dan wawancara langsung dengan petani dan karyawan perusahaan yang dianggap berkaitan dengan penelitian ini.

b. Data sekunder

Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari lembaga-lembaga yang erat hubungannya dengan penelitian ini, dengan cara pengutipan data dan membaca referensi serta literatur lainnya yang relevan dengan masalah yang dibahas dan juga sebagai alat analisis dalam pemecahan permasalahan.

(40)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : a. Observasi (Observasi)

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan penulusuran sumber data dari obyek penelitian dan kepustakaan untuk mengumpulkan data sekunder dengan cara membaca buku-buku dan literatur-literatur serta data-data tersedia yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara dilakukan pada informan yang dipilih dan dianggap dapat memberikan informasi tentang focus masalah penelitian. Untuk melakukan wawancara terlebih dahulu dipersiapkan pedoman wawancara namun pada situasi tertentu, wawancara dapat dilakukan secara spontan, seperti dalam pembicaraan sehari-hari tetapi tetap terfokus pada masalah penelitian mengenai “Analisis Produksi Karet Oleh Petani yang Bermitra dengan PT, LONSUM di Kecamaan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba”.

c. Kepustakaan

Kepustakaan yaitu teknik penelitian yang menggunakan berbagai macam kepustakaan dengan mengumpulkan data-data sekunder melalui literatur yang telah ada guna membantu memahami secara umum.

(41)

3.5 Teknik Analisis Data

Adapun analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Analisis Kuantitatif

Analisis yang digunakan yaitu dengan menggunakan angka-angka perhitungan yang berguna untuk menghitung variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Alat analisis kuantitatif yang digunakan adalah :

1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh variabel bebas yaitu tenaga kerja, luas lahan, pupuk, modal, dan upah terhadap variabel tidak bebas (produksi) dengan menggunakan fungsi Cobb Douglas sebagai berikut : (Sukirno, 2006 ).

Y = b0X1b1. X2b2. X3b3. X4b4. X5b5.X5

6.X6b6.X7b7.X8b8.e

Untuk menganalisis hubungan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) maka kita perlu mengubah bentuk linier. Tujuannya untuk mempermudah analisis regresi antara kedua variabel secara lebih tepat dan konstan. Bentuk liniernya dapat ditulis sebagai berikut : (Sukirno, 2006 ).

Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP + b6LnTK + b7LnPUTK + b8VD + e

(42)

Keterangan :

Y = Produksi (Ton) b0 = Koefisien Regresi

LL = Luas Lahan

UT = Umur Tanaman (Ha) PPK = Pupuk Urea/Kcl (Kg) Pest = Pestisida ( Ltr ) UP = Usia Petani

TK = Tenaga Kerja ( HKO ) PUTK = Pendapatan Petani Karet VD = Variabel Dummy

e = Intercef

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi

Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi yang memperhatikan dua variabel atau lebih dimana variabel satu disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang lain disebut independen (X). Penyelesaian hubungan antara X dan Y adalah biasanya diselesaikan dengan regresi dimana Y akan dipengaruhi variasi X. Dengan demikian kaidah-kaidah pada regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb Douglas (Abdurahman, 2012 )

Menurut Sukirno (2006), untuk menunjukkan seberapa bebas tingkat antara variabel-variabel bebas dengan variabel tidak bebas digunakan rumus korelasi berganda.

(43)

r =

b. Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari hasil regresi tersebut digunakan :

1) Uji F Statistik (F-test)

Uji ini digunakan untuk menguji tingkat signifikan hubungan seluruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sukirno, 2006). F-hitung = R2/ (k – 1) (1 – R2) / (n – k) Keterangan : R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen n = Jumlah sampel

Hipotesisnya adalah :

Ho : b1= b2= b3 = b4 = b5 = 0, artinya variabel independen secara

bersama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

Ho : b1 b2 b3 b4 b5 0, artinya variabel independen secara

bersama berpengaruh terhadap variabel dependen Dengan derajat keyakinan tertentu, maka : - Jika F hitung > F tabel berarti Ho ditolak - Jika F hitung < F tabel berarti Ho diterima

} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 X n Y Y X n Y X XY n          

(44)

2) Uji t statistik (t-test)

Uji ini digunakan untuk menguji signifikan koefisien regresi dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Rowman, Littlefield Publishers, 2010 ).

t-hitung = Bi Sbi Keterangan :

bi = Koefisien Xi

Sbi = Standar deviasi dari koefisien X1

Hipotesisnya adalah :

Ho : bi = 0, artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen

Ho : bi  0, artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen

Dengan derajat keyakinan tertentu (level of significant) maka : - Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima yang berarti kedua

variabel tidak berhubungan secara signifikan

- Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak yang berarti kedua variabel berhubungan secara signifikan

c. Pengujian terhadap Asumsi

Pengujian terhadap asumsi klasik dilakukan untuk melengkapi pengujian statistik yang telah dilakukan yaitu uji t dan uji F.

(45)

1) Uji Multikolinearitas

Digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier yang sempurna diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Hubungan ini bisa sempurna, bisa tidak. Ada berbagai cara untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas, diantaranya dengan melihat nilai koefisien regresi parsial. Selain itu multikolinearitas dapat juga diketahui dengan adanya menduga kalau R2nilai regresi antara variabel bebas.

2) Uji Autokorelasi

Berfungsi untuk mengetahui apakah kesalahan pengganggu menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Pada umumnya pengujian untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi menggunakan statistik Durbin Watson, yang dilihat berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai taksiran faktor-faktor pengganggu yang diurut.

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi bila kesalahan penggunaan tidak mempunyai variasi yang sama untuk satu observasi akibat parameter estimasi akan bias dan tidak konsisten dan mempunyai varian yang minimum. Untuk mendeteksi apakah ada tidaknya heteroskedastisitas, yaitu dapat digunakan beberapa macam model.

(46)

2. Elastisitas Poduksi

Elastisitas diperoleh dari hasil estimasi model berupa nilai koefisien regresi dalam model Cobb-Douglas yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Log Natural (LN).

Ln Y = b0 + b1LnLL + b2LnUT + b3LnPPK + b4LnPEST + b5LnUP +

b6LnTK + b7LnPUTK + VD + e

3. Pendapatan Kotor (Groos Margin)

Pendapatan kotor adalah pendapatan dari suatu property yang belum dikurangi dengan biaya-biaya lainnya. Atau dengan kata lain selisih antara pendapatan kotor (Output) dan biaya produksi (Input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun maupun per musim tanam. Adapun rumus untuk menghitung pendapatan usahatani karet adalah :

TC = TR – TVC Dimana :

TC = Pendapatan

TR = Biaya Tetap (Total Fixed Cost)

TVC = Total variabel cost atau total biaya variabel

3.6 Definisi Operasional

Untuk membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka variabel- variabel yang akan dijadikan bahan analisis dalam penelitian ini perlu dioperasionalkan sebagai berikut :

(47)

b. PT.Lonsum yaitu perusahaan yang melakukan kemitraan dengan petani karet. c. Produksi yaitu segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas

suatu benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran.

d. Fungsi produksi yaitu hubungan teknis yang menghubungkan faktor produksi dengan hasil produksi.

e. Fungsi produksi Cobb Douglas yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel.

f. Elastisitas yaitu perbandingan perubahan proporsional dari sebuah variabel dengan perubahan variabel dengan perubahan variabel lainnya.

g. Luas lahan yaitu lahan yang digunakan dalam pengelolaan budidaya karet. h. Usia Petani yaitu umur petani yang bekerja dalam pengelolaan budidaya karet

sampai proses produksi.

i. Tenaga Kerja yaitu jumlah pekerja yang ikut serta dalam pengelelolaan budidaya karet sampai proses produksi.

j. Pendapatan Petani yaitu besarnya yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha tani dan dari selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam perbulan, per tahun dan per musim.

k. Variabel dummy yaitu variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan variabel yang bersifat kualitatif, misalnya jenis kelamin dll.

(48)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Desa Tamatto terletak di kecamatan Ujung Loe, kabupaten Bulukumba. Mitologi penamaan Desa Tamatto diambil dari 2 kata yaitu tamat dan to”. Penamaan ini bersumber dari bahasa “Indonesia dan Konjo” yang dimana Tamat artinya selesai dan To” artinya batang kayu yang sudah ditebang tetapi masih ada. Pada zaman penjajahan Belanda daerah ini merupakan tempat untuk berburu rusa dan burung, para penjajah banyak yang menebang kayu untuk dijual sedangkan batang kayunya masih ada.Selang berjalannya waktu penjajah Belanda telah meninggalkan desa tersebut sehngga masyarakat mengelola lahan tersebut dan menghilangkan bekas Belanda tersebut salah satunya batang kayu yang masih tersisa (to”).

Desa Tamatto yang sebelum pemekaran adalah bagian dari desa Bulo-Bulo yang merupakan salah satu dusun dari desa tersebut. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Provinsi Sulsel No: 769/VI/1991 tanggal 20 juni 1991 tentang pembentukan Desa persiapan menjadi Desa dalam wilayah daerah tingkat II Sulawesi Selatan, maka sejak itulah terbentuk Desa Tamatto.

Desa Tamatto berjarak ke ibukota kecamatan 19 km, jarak ke ibukota kabupaten 39 km, jarak ke ibukota provinsi 260 km. Dengan luas wilayah desa 11,10 M , yang terdiri dari 6 Dusun yaitu, Dusun Bontomanai, Dusun Bulosanni, Dusun Elle’e, Dusun Batulapisi, Dusun Ompoa,dan Dusun Bukit Madu. Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

(49)

a) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Jojjolo

b) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Bontobiraeng, Kec. Kajang c) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Swatani Kec. Rilau Ale’ d) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Salassae

4.2 Luas wilayah dan penggunaan lahan

Desa Bontomangiring memiliki luas 11,100 Ha , yang dipergunakan untuk berbagai peruntukan. Adapun penggunaan lahan pada daerah ini sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Di Desa Tamatto Tahun 2012

No Jenis Penggunaan Luas Ha

1. Pemukiman 132,25 Ha 2 Persawahan 106,50 Ha 3 Perkebunan 1.0861,75 Ha 4 Pekuburan -4 Pekarangan -5 Taman -6 Perkantoran 0,10 Ha

7 Luas prasarana umum lainnya 3,50 Ha

Jumlah 11,100 Ha

Sumber : Data Profil Desa Tamatto, 2012

Dari Tabel 1 luas lahan di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, dilihat pada tabel 1 bahwa lahan terluas adalah perkebunan, yaitu seluas 1.0861,75 Ha terdiri dari perkebunan karet, coklat (kakao), cengkeh, maupun perkebunan lainnya, sedangkan luas lahan terkecil dipergunakan untuk perkantoran desa. Yaitu seluas 0,10 Ha. Sedangkan persawahan dengan luas 106,50 Ha digunakan untuk pertanian padi sawa sebagai usaha sampingan dari kebun karet, yang mereka usahakan untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri.

(50)

Melihat wilayah Desa Tamatto terdiri dari daerah bergelombang dan daerah perbukitan. Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 100 meter dari permukaan laut meliputi bagian Dusun Bulosanni, Dusun Elle’e, dan Dusun Ompoa. Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 s/d di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian dari Dusun Bukit Madu, Dusun Batulapisi, dan Dusun Bontomanai. Jenis tanah di Desa Tamatto termasuk dalam tanah regosol dan mediteran. Tanah dengan jenis ini sangat cocok untuk sektor pertanian dan perkebunan.

4.3 Iklim

Iklim di Desa Tamatto cocok untuk pertanian karet, di desa ini dikenal dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan di mulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau dimulai pada bulan April hingga September. Dengan curah hujan di atas 2000 mm/tahun.

Desa Tamatto mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82°C – 27,68°C. Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman perkebunan. Klasifikasi iklim di Desa Tamatto termasuk iklim lembab atau agak basah.

Sebagai sumber daya pengembangan, subsektor perkebunan memiliki peran yang sangat besar dalam berbagai aspek: ekonomi, ekologi, dan sosial. Pada aspek ekonomi, sektor perkebunan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah, yang berimplikasi pada aspek sosial (social security). Adapun pada aspek ekologi, sektor ini berperan besar dalam menjamin keseimbangan

(51)

lingkungan hidup yang juga berdampak pada aspek sosial pembangunan (social change).

Dengan kondisi wilayah yang cukup luas yang terletak di areal strategis merupakan potensi ekonomi terutama disektor perkebunan. Untuk menunjang ini, diperlukan jangkauan pemasaran yang luas dan tepat. Sampai saat ini, hasil bumi seperti karet, kakao, kopi, kelapa, cengkeh, dan merica masih sangat diandalkan sebagai komoditas unggulan di Desa Tamatto.

4.4 Kondisi Demografis

4.4.1 Pertumbuhan penduduk

Di Desa Tamatto pada tahun 2013 penduduk berjumlah 1.970 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 987 jiwa dan perempuan 1.086 jiwa. Pada tahun 2014 jumlah penduduk di Desa Bontomangiring yaitu 2.073 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebesar 987 jiwa dan perempuan sebesar 1.086 jiwa. Apabila dirata-ratakan maka laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,03% per tahun. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 624 kepala keluarga. Dusun Bontomanai merupakan wilayah dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu 309 jiwa sedangkan yang terkecil adalah Dusun Ell’e 261 jiwa. Perkembangan penduduk di Desa Tamatto tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.

(52)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tamatto, 2012

Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Presentase

Laki-laki 1.034 50

Perempuan 1.029 50

Total 2.063 100

Sumber : Data Profil Desa Tamatto, 2012

Berdasarkan pada Tabel 2 jumlah penduduk di Desa Tamatto hanyua sampai pada tahun 2012. Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Desa Tamatto menurut jenis kelamin sebesar 2.063 jiwa, dengan jumlah laki-laki sebanyak 1.034 jiwa dengan presentase 50 % dan jumlah jenis kelamin perempuan sebanyak 1.029 jiwa dengan presentase 50 %. Jadi total presentase jenis kelamin laki-laki dan perempuan sebanyak 100 %

4.4.2 Keadaan Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk di Desa Tamatto dapat dikelompokkan menurut kelompok umur. Jumlah penduduk Desa Tamatto menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Di Desa Tamatto Tahun 2012

Umur (tahun) Jumlah (jiwa) Persentase (%)

0 – 14 4.11 19,82

15 – 64 1.626 78,43

≥65 36 1,73

Jumlah 2.073 100

(53)

Berdasarkan Tabel 3 jumlah penduduk di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat digunakan untuk menghitung Angka Beban Tanggungan (ABT). Berdasar Tabel dapat dilihat besarnya jumlah penduduk di Desa Tamatto Kabupaten Bulukumba tergolong dalam usia produktif (15-64 tahun) adalah sebesar 1.626 (78,43 %) dari keseluruhan jumlah penduduk. Penduduk yang tergolong dalam usia non produktif (0-14 tahun dan ≥ 65 tahun) adalah sebesar 4.11 jiwa atau 19,82 % dan 36 jiwa (1,73) dengan jumlah keseluruhan 4.47 jiwa (21.55 %). Berdasarkan data jumlah penduduk usia produktif dan non produktif dapat dihitung ABTnya yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif, dengan rumus sebagai berikut:

= 100

=1.626 1004.47 = 27,49

Dari perhitungan diperoleh nilai ABT sebesar 27,49 artinya setiap 100 orang penduduk berusia produktif menanggung 27 penduduk yang tidak produktif. ABT di Desa Tamatto Kabupaten Bulukumba termasuk rendah. ABT dikatakan tinggi apabila ABT lebih dari atau sama dengan 50, sedangkan ABT dikatakan rendah jika kurang dari 50. Menurut Mantra (2003), tingginya ABT merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif, terpaksa harus

(54)

dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif atau sudah tidak produktif.

4.4.3 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat pendidikan penduduk dapat digunakan untuk melihat kemampuan seseorang, misalnya saja dalam menyerap berbagai pengetahuan. Tingkat pendidikan seseorang juga berpengaruh terhadap pola pikir dan cara bertindak. Misalnya, kemampuan mengolah dan memanfaatkan hasil usahatani dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dari petani itu sendiri. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Tamatto Kabupaten Bulukumba Tahun 2012

Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Belum sekolah 25 1,2 Tidak tamat SD 1.98 9,55 Sedang/tamat SD 9.87 47,61 Sedang/tamat SLTP 2.78 13,41 Sedang/tamat SLTA 1.39 6,7 Sedang/tamat(D1,D2,D3) 14 0,67 Sedang/tamat(S1,S2,S3) 16 0,77 Buta huruf 4.16 20 Jumlah 2.073 100

Sumber: Data profil Desa Tamatto,2012

Berdasarkan data pada Tabel 5 keadaan penduduk di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, dapat diketahui bahwa penduduk yang sedang/tamat SD sebanyak 47,61 %, sedang/tamat SLTP 13,41 %, sedang/tamat SLTA 6,7 persen, sedang/tamat akademi 0,67 persen, dan sedang/tamat perguruan tinggi (S1, S2, S3) 0,77 %. Hal ini menunjukkan

(55)

penduduk telah menganggap penting arti pendidikan. Sebagian besar penduduk Desa Bontomangiring telah mengenyam pendidikan, ini berarti tingkat pendidikan di Desa Tamatto berada pada kondisi yang baik, meskipun terdapat 20 % penduduk yang buta huruf dan 9,55 % penduduk yang tidak tamat sekolah. Penduduk yang tidak tamat sekolah tersebut tetap termasuk dalam penduduk yang telah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Banyaknya penduduk yang tidak tamat sekolah ini disebabkan karena usia mereka telah lanjut, dimana dahulu sekolah itu terbatas, kekurangan dana untuk bersekolah, dan kesadaran akan pendidikan yang kurang.

4.4.4 Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian penduduk di Desa Tamatto Kabupaten bulukumba bersifat heterogen. Masyarakat Desa Tamatto bekerja di berbagai sektor untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sektor yang dominan di desa ini adalah pertanian. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Tamatto dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Tamatto Tahun 2012

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

Petani 4.39 71,96

Pedagang 43 7

Pegawai negri sipil 24 3,93

Pengrajin/industry kecil 15 2,45

Peternak 43 7

Buruh bangunan 12 1,96

Pengusaha besar/sedang 34 5,57

Jumlah 610 100

(56)

Berdasarkan Tabel 5 jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, sehingga dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Tamatto memiliki beragam mata pencaharian. Mata pencaharian yang paling banyak adalah sebagai petani yaitu sebanyak 4.39 orang (71,96 %). Mata pencaharian terbesar kedua yang dimiliki penduduk Desa Tamatto yaitu mata pencaharian di bidang perdagangan dan peternakan masing-masing sebanyak 43 orang (7 %). Hal ini berarti mata pencaharian di bidang pertanian masih diminati dan belum ditinggalkan demi memenuhi kebutuhan hidup.

4.5 Kondisi Pertanian

Areal pertanian di Desa Tamatto cukup subur, selain ditanami karet, juga ditanami kelapa, kopi, cengkeh, kakao dan tanaman buah-buahan, tanaman obat-obatan, dan sebagainya. Upaya Desa Tamatto untuk meningkatkan hasil pertanian terutama karet dilaksanakan untuk penyuluhan, penggunaan urea tablet, dan pasca panen, semua itu bertujuan untuk meningkatkan pendapatan.

Untuk lebih jelasnya tentang tanaman pokok rakyat dan tanaman perdagangan rakyat di Desa Tamatto dapat dilihat pada Tabel 6.

(57)

Tabel 6. Tanaman Pokok Rakyat dan Tanaman Perdagangan Rakyat di Desa Tamatto Tahun 2012

No Kelompok Jenis Tanaman Luas

(Ha) 1. Padi dan pakuannya Jagung, kacang tanah, padi, ubi kayu 9,5 2. Buah-buahan Mangga, rambutan, salak, nanas,

pepaya, durian, pisang 153

3. Tanaman obat Jahe, kunyit, lengkuas 2

4. Perkebunan 356,217 - Karet 200,112 - Kelapa 62,30 - Kopi 35,65 - Cengkeh 25,15 - Kakao 32,5 5. Hutang 84,5

Sumber : Kantor Kepala Desa Tamatto, 2012

Berdasarkan Tabel 6 tanaman pokok rakyat dan tanaman perdagangan rakyat di Desa Tamatto hanya sampai pada tahun 2012, terlihat bahwa tanaman pokok dan tanaman rakyat masih diminati penduduk di Desa Pegadingan. Bila dilihat dari kondisi tanah Desa Pegadingan, maka tanaman karet sangat bagus hasilnya, meski perlu ketelatenan dalam perawatan dan kejelian dari mulai tanam sampai masa penyadapan. Tanaman karet merupakan harapan produsen di Desa Pegadingan, karena bisa mendatangkan keuntungan yang dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup mereka.

(58)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden Produksi Karet

Produksi karet yang dimana terdiri dari dari perkebunan swasta (PT Lonsum) dan perkebunan rakyat yang ada di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba adalah dimana PT Lonsum tersebut bermitra dengan perkebunan karet milik rakyat. Produksi karet milik rakyat tersebut lansung dijual kepada PT Lonsum sesuai dengan harga yang telah ditentukan oleh perusahaan. Faktor umur dan kondisi fisik dalam pola kemitraan ini berpengaruh pada aktifitas budidaya sampai dengan proses akhr yaitu panen atau penyadapan yang dijalankan karena pada umumnya para petani baik petani pemilik maupun petani penggarap terlibat secara langsung baik selama proses budidaya maupun proses akhir atau penyadapan karet sehingga dibutuhkan kondisi fisik yang sehat. Faktor pendidikan mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pengelola dalam membudidayakan karetnya. Pendidikan yang ditempuh mempermudah para petani khususnya petani pemilik dalam menjalankan usaha karet terutama dalam pengelolaan sampai pemaneman serta perhitungan pendapatan yang dapat menunjang usahanya.

Pengalaman yang dimiliki petani dapat terlihat dari berapa lama mereka menjalankan usahanya dalam membudidayakan karet tersebut. Pengalaman budidaya membantu petani dalam mengamati dan memprediksi pendapatan sehingga petani dapat menghitung biaya-biaya yang digunakan dalam proses

(59)

budidaya karet tersebut. Berikut identitas responden produki karet pemasaran di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba :

a. Petani Penggarap

Petani penggarap adalah petani karet yang dimana karet yang dikelola adalah milik perusahaan (PT Lonsum), kemudian petani penggarap tersebut digaji oleh perusahaan. Identitas responden produksi karet petani penggarap dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Identitas Responden Petani Penggarap diTingkat Umur Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Umur

(Tahun) Petani Penggarap(Orang) Presentase(%) 1. 2. 3. 34-37 38-41 42-45 7 7 1 46,67 46,67 6,66 Jumlah 15 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 7 menunjukkan bahwa umur petani penggarap berada dalam usia produktif yaitu antara 34-47 tahun. Pada usia ini petani penggarap bisa dikatakan mampu bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kuat dalam melaksanakan peran sebagai petani penggarap milik perusahaan PT. Lonsum. Sedangkan identitas responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 8.

(60)

Tabel 8. Identitas Responden Petani Penggarap di Tingkat Pendidikan, di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Pendidikan Petani Penggarap

(Orang) Presentase(%) 1. 2. 3. Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA 3 7 5 20,00 46,67 33,33 Jumlah 15 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 8 menunjukkan bahwa seluruh responden petani penggarap milik perusahaan PT.Lonsum telah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Tingkat pendidikan sebagian besar petani penggarap adalah tamat SMA sebanyak 7 petani atau 46,67 % sedangkan pada tingkat terendah ada yang tamat SD sebanyak 3 petani dengan presentase 20,00 %. Dari keseluruhan responden petani penggarap. Pendidikan yamg dimiliki diharapkan dapat menjadimodal bagi petani untuk memperhatikan keadaan karet mulai dari sistem budidayasampai dengan proses panen sehingga dapat menunjang perusahaan. Sedangkan identitas responden pada tingkat pengalaman bertani dapat dilihat pada Tabel 9.

(61)

Tabel 9. Identitas Responden Petani Penggarap dari Pengalaman Bertani di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba No Pengalaman Bertani

(Tahun) Petani Penggarap(Orang) Presentase(%) 1. 2. 3. 1-3 4-6 7-9 15 -100,00 -Jumlah 15 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 9 menunjukkan bahwa identitas responden petani penggarap dalam pengalaman bertani yaitu lebih dari 3 tahun. Selama menjalankan budidaya karet beberapa petani penggarap telah mendapat pengetahuan budidaya karet dari perusahaan.

b. Petani Pemilik

Petani pemilik adalah petani karet yang dimana karet yang dikelola adalah milik sendiri bukan milik perusahaan (PT Lonsum), mulai dari lahan yang sampai alat yang digunakan untuk proses produksi adalah milik sendiri, tetapi disamping itu meskipun alat yang digunakan adalah milik sendiri tetapi alat itu juga diperoleh dari perusahaan (dibeli) yang diajak bermitra karena alat tersebut susah didapatkan dipasaran melainkan dikirim lansung dari Surabaya dan Medan kemudian petani penggarap tersebut membeli dengan cara sistem kredit yaitu dari harga penjualan karet kepada PT Lonsum dibayar sedikit demi sedikit sampai lunas. Sistem tenaga kerja pada petani pemilik yaitu menggunakan anggota keluarga sehingga ada yang digaji ada juga yang tidk dapat gaji. Identitas responden produksi karet petani petani dapat dilihat pada Tabel 10.

(62)

Tabel 10. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Umur di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Umur

(Tahun) Petani Pemilik(Orang) Presentase(%) 1. 2. 3. 4. 5. 30-35 36-40 41-45 46-50 51-55 7 10 12 4 2 20,00 28,60 34,28 11,42 5,70 Jumlah 35 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Tabel 10 menunjukkan bahwa kebanyakan umur petani penggarap berada dalam usia tidak produktif yaitu antara 51-55 tahun. Pada usia ini petani pemilik tidak mampu lagi bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kurang kuat atau lemah dalam melaksanakan peran sebagai petani pemilik. Sedangkan identitas responden berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Identitas Responden Petani Pemilik diTingkat Pendidikan di Desa Tamatto Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba

No Pendidikan Petani Pemilik

(Orang) Presentase(%) 1. 2. 3. 4. Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Sarjana 7 10 15 3 20,00 25,57 42,86 8,57 Jumlah 35 100,00

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan sebagian besar petani pemilik adalah tamat SMA sebanyak 15 petani atau 42,86 % dari keseluruhan responden petani pemilik. Pendidikan yang dimiliki diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk

Gambar

Gambar 1. Hubungan  fungsional  produksi  fisik  dan  faktor  produksi Produksi  fisik dihasilkan  oleh  bekerjanya  beberapa  faktor  produksi sekaligus, yaitu tanah, modal, dan tenaga kerja
Gambar 2. Hukum Kenaikan Hasil Yang Berkurang
Gambar 3. Kerangka  Pikir Penelitian Analisis Produksi Tanaman Karet  yang Bermitra  dngan  PT
Tabel 1. Luas Wilayah  Menurut Penggunaan Di Desa Tamatto Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Gelidium , spermatangia membentuk bagian kecil pada percabangan talus dari gametofit jantan, sistokarp berupa pembengkakan pada bagian apikal atau dekat apikal

tersebut tidak jarang digunakan sebagai tempat untuk kemah (PRAMUKA). Berdasarkan kondisi seperti yang tergambarkan diatas, seharusnya Waduk Gondang adalah salah satu

Metode Big M digunakan untuk menyelesaikan fungsi-fungsi dalam program linier yang tidak berada dalam bentuk baku atau standar ( bentuk standar adalah memaksimalkan Z

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian mencakup seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Sekampung yang terbagi dalam lima kelas sedangkan sampel

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi dengan dosis 8,64 mg/200 g BB, 17,28 mg/200 g BB, dan 25,92 mg/200 g BB dapat menghambat kenaikan kadar ALP serta

Tugas akhir ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan IRP dengan penggunaan algoritma ant colony untuk tipe permintaan yang bersifat stokastik, sehingga

Laju sedimentasi mempunyai nilai tertinggi pada stasiun IV dengan nilai 1,593 Kg/m 2 , hal ini dikarenakan penempatan sedimen trap pada muara, pergerakan perairan muara

kode etik dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan ,karena etika telah dijadikan sebagai coporate culture..dengan adanya kode etik secara internemua karyawan