• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sambutan Presiden RI pd Penutupan Kongres Umat Islam VI, di Yogyakarta, tgl 11 Feb 2015 Rabu, 11 Pebruari 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sambutan Presiden RI pd Penutupan Kongres Umat Islam VI, di Yogyakarta, tgl 11 Feb 2015 Rabu, 11 Pebruari 2015"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sambutan Presiden RI pd Penutupan Kongres Umat Islam VI, di Yogyakarta, tgl 11 Feb 2015

Rabu, 11 Pebruari 2015

SAMBUTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENUTUPAN KONGRES UMAT ISLAM VI

DI

HOTEL INNA GARUDA YOGYAKARTA

TANGGAL 11 FEBRUARI 2015

Â

Assalamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakaatuh,

Bismillahirrahmaanirrahiim, alhamdulillahirabbil'alamin,

wassholatuwassalamuala asrofil anbiya iwal mursalin, sayyidina wahabibina, wasyafi'ina, wamaulana muhammadin, wa'ala alihi wasohbihi azma'inn, ‘amma ba'du,

(2)

Para Ulama, Ketua MUI

beserta seluruh Dewan Pengurus,

Yang saya hormati,

seluruh Menteri yang hadir, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Gubernur Jawa Barat, para Sultan, Hadirin, Hadirat, seluruh Tokoh Umat Islam yang pada pagi hari ini hadir,

Beberapa kali saya

bertemu dengan Kepala Negara dari negara yang lain, selalu disampaikan

penghargaan kepada negara kita, Indonesia, dengan penduduknya yang terbesar, negara muslim terbesar di dunia, tetapi dengan sebuah toleransi, dengan sebuah saling hormat-menghormati, harga-menghargai, dan para Kepala Negara selalu menyampaikan Indonesia bisa dijadikan sebagai sebuah role model negara muslim yang baik di dunia.

Saya senang sekali dapat

pujian seperti itu. Karena kalau kita lihat memang toleransi kita sangat baik.

Saling menghormati antara kita sangat baik. Dan selalu kita mengambil jalan tengah, ummatan wasathan, terus kita ambil

sehingga tidak ada sebuah ekstremisme yang sangat. Dan itulah yang dilihat oleh negara-negara lain.

Karena sekarang ini,

kalau kita lihat memang ada guncangan ke guncangan, baik yang di Barat, karena ekonominya, baik yang di Tengah karena goncangan-goncangan karena toleransinya.

Dan kita, alhamdulillah, sampai saat ini bisa menjaga kerukunan itu. Ini patut kita syukuri.

http://www.setneg.go.id www.setneg.go.id DiHasilkan: 18 January, 2017, 03:57

(3)

Tetapi, Hadirin yang

berbahagia, masih banyak sekali tantangan-tantangan yang kita hadapi. Banyak sekali. Tadi sudah disampaikan oleh Prof. Din, masalah yang berkaitan dengan individualisme, konsumerisme, hedonisme. Ini sebetulnya tantangan-tantangan yang kita hadapi.

Kemudian juga masalah

kebodohan. Kalau kita lihat di gambar, yang buta huruf, sampai 2013, bisa kita lihat betapa masih banyak sekali. Kemudian juga masalah kemiskinan juga, pengangguran juga, ini tantangan-tantangan yang harus saya sampaikan karena memang inilah fakta yang tidak perlu kita tutup-tutupi. Tetapi, bagaimana umat Islam, Pemerintah, bersama-sama mengatasi ini.

Inilah persoalan

lapangan yang selalu saya lihat setiap saya turun ke bawah, setiap saya turun ke masyarakat, setiap saya turun ke daerah. Selalu keluhannya masalah

pengangguran, masalah kemiskinan, masalah pengangguran, masalah kemiskinan. Dan memang masih harus kita akui masih tinggi. Ini yang juga harus diselesaikan.

Dan ini bisa

diselesaikan kalau kita mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tetapi juga jangan terjebak pada hanya masalah pertumbuhan ekonomi. Yang paling penting sebetulnya bukan pertumbuhan ekonominya, tetapi pertumbuhan ekonomi dan pemerataannya. Ini yang selalu yang ditinggal yang belakangnya ini. Yang selalu kita lupa. Hanya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, tetapi pemerataannya tidak, terus yang dapat siapa?

(4)

Tingkat kemiskinan juga,

ini gambar saya ambil kemarin, di Jakarta, tetapi nggak pas di

tempat yang banjir. Ini di Jakarta gambar seperti ini masih banyak kita lihat.

Sehingga gap yang ada di jalan Sudirman-Thamrin, dengan yang ada di Tanah Tinggi, yang ada di Marunda, yang ada di Pluit, tetapi bukan Pluit yang di sana, Pluit yang di sini, gap-nya terlalu lebar sekali, terlalu lebar

sekali.

Bapak-Ibu bisa mencoba,

silakan, dari Sudirman-Thamrin, naik ke lantai 40 atau lantai 60. Naik saja, udah ga usah ngapa-ngapain, masuk ke gedung paling tinggi. Naik lift ,

kemudian naik ke lantai yang paling tinggi, 40 atau 50, setelah itu turun lagi, ga apa-apa, turun lagi kemudian langsung ke Tanah Tinggi atau langsung ke Marunda. Langsung rasanya kelihatan sekali.

Di sini rasanya

kelihatan sekali, di sini. Dan sakitnya juga di sini kelihatan sekali di sini.

Yak, setelah naik, turun, langsung saja jangan ke mana-mana, jangan ke mana-mana, jangan ke mana-mana, langsung ke Marunda, langsung ke Tanah Tinggi. Akan kelihatan sekali betapa gap itu sangat lebar sekali.

Inilah yang menjadi PR

besar kita. Kemiskinan kita masih ada. Kalau statistik menyampaikan 11%, dalam jutanya, 28 juta. Tetapi, kalau saya lihat di lapangan kok nda', kok

nda' maksudnya tidak 11%, lebih. Iya.

http://www.setneg.go.id www.setneg.go.id DiHasilkan: 18 January, 2017, 03:57

(5)

Saya dahulu waktu di

Jakarta, di Jakarta, saya masuk jadi Gubernur, saya disodori angka kemiskinan

di Jakarta 3,8%. Saya masuk ke gang-gang, masuk ke kawasan-kawasan kumuh, enggak, enggak percaya saya. 3,8%. Kecil sekali 3,8% itu, enggak. Saya

minta datanya lagi. Diberi data dari Bappeda. Saya baca, yang miskin 3,8%, yang rentan miskin, 37%. Saya tanya, apa bedanya miskin dan rentan miskin? Yang jawab juga bingung.

Sudahlah, jangan membuat

kata-kata yang menjadi sumir dan absurd seperti itu. Ada miskin, ada

rentan miskin, ada diduga msikin, ada hampir miskin. Kesulitan kita menangani.

Sudahlah, miskin, ya sudah. Miskin, sudah. Yang ini cukup, yang ini kaya. Sudah gitu aja, sudah. Masa ada istilah-istilah diduga miskin, hampir miskin, rentan miskin. Itu kan hanya menghaluskan, tetapi fakta di lapangan, "miskin".

Terus. Terima kasih. Angkanya 28 juta.

Kemudian yang kedua, ini

yang juga kita ini sekarang memang sudah pada posisi yang sangat darurat narkoba. Perlu sebuah revolusi moral, revolusi mental, untuk merubah posisi kita. Ada 40 sampai 50 orang meninggal, mati karena narkoba, setiap hari.

Jangan dipikir setiap tahun. Setiap hari 50 mati, meninggal, karena narkoba.

Kalau dikalikan satu

tahun, 18.000 kurang-lebih meninggal karena narkoba, sia-sia. Kemudian ada 4,5 juta yang harus direhabilitasi. 4,5 juta. Ini problem yang sangat besar. Dan 1,2 juta yang sudah tidak bisa direhab karena memang sudah sulit untuk direhabilitasi. 1,2 juta. Apakah ini akan kita biarkan begitu saja?

(6)

juga sama saja. Kalau diartikan mungkin juga sama saja. Tetapi memang beda karena yang memutuskan hukuman mati itu di pengadilan. Jadi, kalau hukuman mati itu kita lakukan karena memang hukum positif di Indonesia masih ada. Yang

pertama.

Yang kedua, tadi saya

sampaikan 18000 setahun mati, meninggal karena narkoba. Dan ini tidak bisa diterus-teruskan, tidak bisa. Meskipun tekanan, desakan dari luar bukan banyak, sangat banyak sekali. Karena saya terbiasa ditekan-tekan ya saya anggap ya biasa. Terus.

Dan bisa dibayangkan

coba, sudah dihukum mati, sudah dipenjara, masih mengendalikan bisnis narkobanya dari dalam, justru dari dalam. Ya kalau seperti ini kita

terus-teruskan, kapan kita akan rampung menyelesaikan masalah ini? Tinggal tiga bulan yang lalu, saya sampaikan, kita perang terhadap narkoba.

Dan kami berharap

seluruh umat Islam memberikan dukungan untuk ini. Termasuk, tentu saja miras yang kemarin juga baru kita larang untuk tidak dijual di minimarket.

Meskipun tekanan juga ke

sini, ke sana, dari sana-sini. "Pak kita, omset kita, jatuh Pak. Sekian triliun".

Tetapi akibatnya menurut saya bisa puluhan kali lipat dari yang dia sampaikan tadi. Karena kebijakan itu pasti ada yang nekan-nekan, nekan dan buat saya, biasa.

http://www.setneg.go.id www.setneg.go.id DiHasilkan: 18 January, 2017, 03:57

(7)

Dan yang terakhir, ini

juga masalah besar kita, adalah korupsi. Meskipun sekarang baru ramai masalah KPK dan Polri. Dan juga belum bisa kita selesaikan karena juga mungkin banyak yang belum tahu, karena ini bertumpukan masalahnya. Tidak hanya satu masalah itu, ada tumpukan masalah politik, ada tumpukan prosedur hukum. Ada tumpukan lagi, APBN yang juga baru berjalan di dewan,. Tumpukan-tumpukan seperti ini yang harus saya urai satu-persatu. Dan itu butuh waktu.

Kalau hanya satu masalah

saja, sudah. Saya itu kalau rapat paling nggak seneng

sampai berkali-kali. Seperti kemarin, waktu kenaikan BBM juga sama. Rapat dua kali kemarin saya putuskan, "sudah, pengalihan subsidi BBM dimulai". Bulan November saat itu. Meskipun ada yang menyampaikan, "Pak Presiden, nanti

popularitas akan jatuh karena menaikkan BBM, karena pengalihan subsidi BBM". Nda', kami meyakini, kami mengalihkan dari subsidi yang 82% dinikmati yang punya

mobil, kepada subsidi yang memerlukan. Belikan traktor untuk petani, benih untuk petani, pupuk untuk petani, pendingin untuk nelayan, motor untuk nelayan. Kita giring ke sana. Memang berpuluh tahun subsidi BBM kita ini salah sasaran.

Survey menunjukkan 82%

yang menikmati adalah yang kaya justru. Sebab itu dialihkan. Kalau diberikan penjelasan, masyarakat sekarang terbuka, nggak ada yang demo. Biasanya kalau ada kenaikan BBM kan demonya sampai sebulan lebih, kemarin sehari-dua hari, sudah. Artinya pengertian yang kita sampaikan itu bisa ditangkap oleh masyarakat.

Saya kira itu yang bisa

saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan dengan mengucap alhamdulillahirabbil‘alamin, Kongres Umat Islam Indonesia yang ke-6, pada pagi hari ini saya nyatakan

ditutup.

(8)

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Asisten Deputi Naskah dan Penerjemahan,

Deputi Bidang Dukungan Kebijakan,

Kementerian Sekretariat Negara RI

http://www.setneg.go.id www.setneg.go.id DiHasilkan: 18 January, 2017, 03:57

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ringkasan dari ketiga subyek, yang berarti adanya kekompakan dalam beberapa hal seperti kompak dalam memilih tempat dan jam yang sama untuk mengkonsumsi minuman

Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan di berbagai perusahaan dan

Proses fotoreduksi ion Hg(II) dilakukan dengan cara menyinari campuran yang terdiri dari larutan ion Hg(II) dan serbuk fotokatalis TiO 2 dengan lampu UV dalam.. suatu

banyak hal yang disampaikan mengenai masalah-masalah tenaga kerja Indonesia, yang saya rangkum dari masalah-masalah yang ada di Malaysia, yang ada di Arab, yang ada di Jordan, yang.

dimanfaatkan Kartu Indonesia Sehat yang sudah diberikan, Kartu Indonesia Pintar yang sudah diberikan, dan Kartu Keluarga Sejahtera yang bisa langsung uangnya mau diambil, yang

Terakhir saya melihat satu kota yang fokus, bukan fokus, itu sudah super fokus. Kalau fokus sih, mungkin

Dan kami pro apa yang tadi Pak Presiden sampaikan dan terakhir Pak Presiden, mudah-mudahan jaminan kesehatan menjadi perhatian karena sekarang masih banyak rumah sakit swasta yang

Juga sekolah, karena kita ingin fokus ke depan sekolah kejuruan, politeknik, vokasional itu akan kita berikan perhatian sehingga juga bisa diusulkan di dalam perencanaan dari