• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alicia Ciller (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Alicia Ciller (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) ("

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME PENGAWASAN PENGELOLAAN APBD OLEH PEMERINTAH PUSAT MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2018

(STUDI KASUS PENYALAHGUNAAN PENGELOLAAN APBD DI KOTA MALANG)

Alicia Ciller

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: aliciaciller@yahoo.co.id)

Tri Sulistyowati

(Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: tri.s@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah, Daerah memiliki kewenangan untuk mengelola Keuangan Daerahnya yang tercantum dalam APBD. Pada tahun 2018, terjadi penyalahgunaan APBD yang terjadi di Kota Malang,yang dilakukan oleh DPRD Kota Malang.Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:bagaimanakah terjadinya penyalahgunaan pengelolaan APBD di Kota Malang, dan bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat dalam melakukan pengawasan pengelolaan APBD oleh DPRD di Kota Malang.Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan penelitian hukum normative.Data yang digunakan adalah sekunder yang diperoleh melalui data kepustakaan yang kemudian dianalisis secata kualitatif serta penarikan kesimpulan metode deduktif.Kesimpulan dari penelitian ini adalah: penyalahgunaan APBD di Kota Malang terjadi karena adanya dana yang disalah gunakan oleh DPRD Kota Malang, yang seharusnya dana tersebut digunakan sebagai Dana Pembangunan Kota Malang dalam periode 2016, akan tetapi dana tersebut digunakan sebagai dana imbalan dalam pembahasan APBD-P Kota Malang. Upaya Pemerintah Pusat yang dilakukan untuk menanggulanginya adanya penyalahgunaan APBD yaitu dengan cara melakukan pengawasan, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan anggaran daerah.Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2018 pasal 1 ayat (2).

Kata Kunci: Otonomi Daerah, Pengawasan, Pengelolaan APBD

(2)

A. Pendahulan

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang mempunyai pemerintah daerah setiap provinsinya dan di atur dengan Undang-Undang. Menurut Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada Bab VI tentang Pemerintah Daerah, Pasal 18 ayat (1), dinyatakan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang”. Sistem pemerintahan daerah lebih sering dikenal dengan sistem otonomi daerah.

Demokrasi dan Pemberdayaan masyarakat lokal atau daerah menjadi salah satu wacana public yang menuntut pengalokasian dana dan Distribution of Power and Authory, serta penetapan kebijakan publik dan alokasi sumber pembiayaan yang berjalan secara adil antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagaia unsur penyelenggara Pemerintah Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Undang-undang No.23 Tahun 2014 juga menjelaskan mengenai Otonomi Daerah, definisi Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pasal 1 angka 11 dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2014, Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah Otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah Provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi.

Pemerintah Daerah dalam meenyelenggarakan pemerintahan mempunyai fungsi, tugas dan wewenang, serta haknya masing-masing. Fungsi dari pemerintah daerah dapat dijabarkan menjadi tugas fungsi yaitu, Legislasi yang berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah, kewenangan dalam hal anggaran daerah

(3)

(APBD), serta kewenangan dalam mengontrol pelaksanaan perda dan peraturan lainnya serta kebijakan pemerintah daerah.

Pemerintah Daerah juga memiliki tugas dan wewenang di dalam pelaksanaanya, seperti Membentuk peraturan daerah bersama kepala daerah.

Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang diajukan oleh kepala daerah, dan Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan APBD. Pemerintahan Daerah dalam melakukan Perwujudan Otonomi Daerah berhak menyusun APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah di Indonesia yang disetujui oleh DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Anggaran Pendapatan terdiri atas, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, pendapatan yang sah seperti Dana Hibah dan Dana Darurat, Anggaran Belanja, dan Pembiayaan.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah memiliki fungsi, yaitu Fungsi Otorisasi, bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk merealisasikan pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Fungsi Perencanaan, bahwa anggaran daerah menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. Fungsi Pengawasan,bahwa anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan pemerintah daerah. Fungsi Alokasi, bahwa anggaran daerah harus diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meninngkatkan efesiensi, dan efektifitas perekonomian daerah. Fungsi Distribusi, bahwa kebijakan-kebijakan dalam penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan. Fungsi Stabilitasi, bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk memelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.

Adapun sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, berupa:

a. Retribusi, sebagai sumber penerimaan tambahan, dengan tujuan untuk meningkatkan efesiensi dengan menyediakan informasii atas permintaan bagi penyedia layanan public dan memastikan apa yang disediakan oleh penyedia layanan public minimal sebesar tambahan biaya (marginal cost) bagi

(4)

masyarakat. Retribusi ada 3 jenis, yaitu: Retribusi Perizinan Tertentu, Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha.

b. Pajak Bumi dan Bangunan (Property Taxes), memiliki peran penting dalam keuangan pemerintah daerah. Pemerintah Daerah di Negara berkembang mampu mengelola keuangannya tapi hak milik berhubungan dengan pajak property. Pemerintah Daerah memerankan bagian penting dalam keuangan sektor jasa, mereka harus membutuhkan akses untuk sumber penerimaan yang lebih elastis.

c. Pajak Cukai, berpotensi signifikan terhadap sumber penerimaan daerah, terutama alasan administrasi dan efesiensi.

d. Pajak Penghasilan, diantara beberapa Negara dimana pemerintah sub nasional memiliki peran pengeluaran besar, dan sebagian besar otonom fiscal adalah Negara Negara nordik.

DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

Anggota DPRD memiliki hak mengajukan rancangan peraturan daerah, mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan dipilih, membela diri, imunitas, mengikuti orientasi dan pendalaman tugas, protokoler, serta keuangan dan administratif.

DPRD berhak meminta pejabat negara tingkat daerah, pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan. Jika permintaan ini tidak dipatuhi, maka dapat dikenakan panggilan paksa (sesuai dengan peraturan perundang-undangan). Jika panggilan paksa ini tidak dipenuhi tanpa alasan yang sah, yang bersangkutan dapat disandera paling lama 15 hari (sesuai dengan peraturan perundang-undangan).

Didalam berlangsungnya sistem pemerintahan daerah di Indonesia, pemerintah daerah memiliki peran yang cukup besar dalam proses berjalannya pemerintahan daerah, disamping itu berlangsungnya pemerintahan daerah tetap dibawah control oleh pemerintahan pusat yang ada di Indonesia, sehingga pemerintah pusat juga memiliki wewenang, tugas dan fungsi yang lebih besar.

Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan dalam bidang politik luar negeri, bidang pertahanan dan keamanan, bidang peradilan, bidang moneter

(5)

perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan standardisasi nasional. Dan langsung saja berikut ini tugas tugas dan wewenang pemerintah pusat menurut UU No 32 Tahun 2004, yaitu Mengatur Politik Luar Negeri, Mengatur Pertahanan, Mengurus Keamanan, Mengatur Jalannya Proses Kehakiman (Yustisi), Mengatur Kebijakan Moneter dan Fiskal Nasional, Mengatur Kebijakan Urusan Agama.

Di dalam penulisan skripsi ini penulis menggambarkan bagaimana penyalahgunaan APBD yang menyebabkan terjadinya praktik korupsi di Daerah.

Studi kasus yang penulis ambil didalam penulisan skripsi kali ini adalah penyalahgunaan pengelolaan APBD di Kota Malang, yang dimana didalam pengelolaan APBD Kota Malang ini, terdapat praktik korupsi yang melibatkan hampir seluruh anggotan dewan DPRD Kota Malang.

Sebanyak 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang, Jawa Timur , berstatus tersangka suap. Mereka di tetapkan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam kasus dugaan suap pembahasan APBD-P Pemkot Malang Tahun Anggaran 2015. Menurut Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan, uang suap dialirkan ke DPRD agar penetapan rancangan peraturan daerah Kota Malang tentang APBD-P Tahun Anggaran 2015 disetujui. Kasus ini mengkhawatirkan dan menjadi cerminan kejahatan korupsi dilakukan secara massal. Pasalnya, selain anggota DPRD sebagai pihak legislatif, kepala daerah dan pejabat pemerintahan daerah selaku eksekutif ikut terlibat.

Menyikapi situasi itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo akan menggunakan diskresi untuk ,menjamin keberlangsungan roda pemerintahan di Kota Malang. Menurut Tjahjo, akibat banyak anggota DPRD Kota Malang yang ditahan, rapat-rapat paripurna di lembaga perwakilan itu bersama pemerintah kota tak bisa terlaksana. Sebab, rapat paripurna tak memenuhi kuorum. Ia berharap peristiwa semacam ini jadi catatan utama bagi seluruh pihak, khususnya pembuat kebijakan untuk menutup celah-celah korupsi dalam pembahasan APBD antara eksekutif dan legislatif di daerah.

Selain itu, kepala daerah juga harus proaktif melaporkan setiap proses penganggaran, khususnya jika ada hambatan-hambatan dalam pengesahan

(6)

RAPBD di DPRD. Pahala menyatakan, KPK siap membantu memfasilitasi proses itu agar berjalan lancar. Sebab, anggota DPRD bisa menyalahgunakan wewenangnya dengan menggunakan instrumen biaya ketuk palu yang dibebankan kepada kepala daerah apabila RAPBD itu ingin disahkan.

Berdasarkan alasan tersebut di atas, diperlukan pengkajian secara yuridis terhadap pengelolaan APBD Kota Malang serta peran dari pemerintah pusat dalam mengawasi pengelolaan APBD menurut Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2018 tentang pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Di samping itu diperlukan pengkajian mengenai kasus suap yang dilakukan oleh DPRD kota Malang.

Sehubungan dengan maksud dilakukannya pengkajian terhadap masalah tersebut, maka penulis mengangkat judul: Mekanisme Pengawasan Pengelolaan APBD Oleh Pemerintah Pusat Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2018 (Studi Kasus Penyalahgunaan Pengelolaan APBD di Kota Malang) .

2. Permasalahan

Dalam penelitian ini akan dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana terjadinya penyalahgunaan pengelolaan APBD di Kota Malang?

b. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Pusat dalam melakukan pengawasan pengelolaan APBD oleh DPRD di Kota Malang?

B. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian

Penelitian tentang Mekanisme Pengawasan Pengelolaan APBD Oleh Pemerintah Pusat Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2018 (Studi Kasus Penyalahgunaan Pengelolaan APBD di Kota Malang) merupakan penelitian perspektif yuridis normatif. Yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelah dan menginterpretasikan hal- hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang- undangan, pandangan, doktrin hukum dan sistem hukum yang berkaitan. Metode

(7)

ini digunakan karena permasalahan ymang diteliti berdasarkan pada peraturan perundang-undangan serta kaitannya dengan penerapan dalam praktik.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang digunakan oleh Penulis dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif analitis, menurut Soerjono Soekanto penelitian deskriptif analitis adalah

“Metode Deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.”

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana Mekanisme Pengawasan Pengelolaan APBD oleh Pemerintah Pusat Menurut PP No.33 tahun 2018 (studi kasus Penyalahgunaan Pengelolaan APBD di Kota Malang)

3. Data dan Sumber Data a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang-undangan, dan putusan hakim. Dalam hal ini bahan yang dimaksud yaitu:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;

3) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat.

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 38 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendpatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2019.

5) Undang-undang No. 16 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-daerah kota besar dalam lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Barat dan dalam Daerah Istimewa Jogjakarta

b. Bahan Hukum Sekunder

(8)

Bahan hukum sekunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil dari olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana penelitian akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah doktrin-doktrin yang ada didalam buku, jurnal hukum dan internet.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalan penelitian ini dilakukan dengam stgudi pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan penelusuran dan menelaah bahan pustaka. Studi kepustakaan dilakukan di beberapa tempat yaitu Perpusatakaan Fakultas Hukum Universtias Trisakti, Perpustakaan Universitas Indonesia, maupun mengakses data dar internet.

5. Analisis Data

Data hasil penelitian ini dianalisi secara normative, merupakan carra menginterpretasikan dan mendiskusikan bahan hasil penelitian berdasarkan pada pengertian hukum,norma hukum,teori-teoti hukum serta doktrin yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

6. Cara Penarikan Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, yaitu proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan. Jika diambil

(9)

kesimpulan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) deduktif berasal dari kata deduksi yang berartikan penyimpulan dari yang umum ke yang khusus.

Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau konsep- konsep umum yang berkaitan dengan Mekanisme Pengawasan Pengelolaan APBD oleh Pemerintah Pusat Menurut PP No.33 tahun 2018 (studi kasus Penyalahgunaan Pengelolaan APBD di Kota Malang). Dari metode deduktif ini Penulis dapat menganalisis data untuk mengetahui bagaimana bentuk realisasi Pemerintah Pusat dalam mengawasi pengelolaan APBD.

C. ANALISI DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Analisis Penyalahgunaan Pengelolaan APBD Di Kota Malang

Struktur utama ABPD terdiri dari Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.

Pembiayaan terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan, jadi Penerimaan Daerah terdiri dari Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan Daerah,sedangkan Pengeluaran Daerah terdiri dari Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah.

Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Pendapatan daerah meliputi seluruh penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah equitas dana, merupakan hak daerah dalam 1(satu) tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi equitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam 1 (satu) tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembalibaik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah meliputi seluruh transaksi keuangan untuk menutup deficit atau untuk memanfaatkan surplus.

Ketetapan mengenai Pendapatan, Belanja maupun Pembiayaan diatur dalam Pasal 285-Pasal 300 Undang-Undang No.23 Tahun 2014, yaitu:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(10)

1) Pajak Daerah 2) Pajak Retribusi

3) Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

b. Dana Perimbangan c. Dana Bagi Hasil

1) Dana Alokasi Umum 2) Dana Alokasi Khusus

d. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah 1) Hibah tidak mengikat

2) Dana darurat dari Pemerintah

3) Dana bagi hasil pajak daro provinsi ke kab/kota 4) Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus

5) Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Belanja

a. Belanja tidak langsung b. Belanja pegawai c. Bunga

d. Subsidi

e. Bantuan sosial f. Belanja bagi hasil g. Bantuan keuangan h. Belanja tak terduga i. Belanja langsung j. Belanja pegawai

k. Belanja barang dan jasa l. Belanja modal

m. Pembiayaan

n. Penerimaan Pembiayaan

o. Sisa lebih perhitungan anggaran TA sebelumnya (SILPA) p. Pencairan dana cadangan

(11)

r. Penerimaan pinjaman daerah

s. Penerimaan kembali pemberian pinjaman t. Penerimaan piutan daerah

u. Pengeluaran Pembiayaan v. Pembentukan dana cadangan

w. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah x. Pembayaran pokok hutang

y. Pemberian pinjaman

Pertanggung jawaban Pelaksanaan APBD antara lain: Kepala daerah menyampaikan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD dengan dilampiri laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan keuangan meliputi :

a. Laporan realisasi anggaran;

b. Laporan perubahan saldo anggaran lebih;

c. Neraca;

d. Laporan operasional;

e. Laporan arus kas;

f. Laporan perubahan ekuitas; dan

g. Catatan atas laporan keuangan yang dilampiri dengan ikhtisar laporan keuangan BUMD

Rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD akan dibahas kepala daerah bersama DPRD untuk mendapat persetujuan bersama. Atas dasar persetujuan bersama, kepala daerah menyiapkan rancangan Perkada tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.Rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan peraturan bupati/wali kota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sebelum ditetapkan oleh bupati/wali kota paling lama 3 (tiga) Hari disampaikan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk dievaluasi.

Berdasarkan dalam Pasal 91 Undang-Undang No.23 Tahhun 2014 Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Mempunyai tugas, yaitu :

(12)

1. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Tugas Pembantuan di Daerah kabupaten/kota;

2. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;

3. Memberdayakan dan memfasilitasi Daerah kabupaten/kota di wilayahnya;

4. Melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, tata ruang daerah, pajak daerah, dan retribusi daerah;

5. Melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota;

6. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Dalam Pasal 91 tesebut di jelaskan bahwa Gubernur melakukan evaluasi terhadap rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, akan tetapi dalam kasus ini Gubernur Kota Malang hanya memberikan dana Berupa Uang Pokok Pikiran kepada DPRD Kota Malang tanpa adanya evaluasai yang dilakukan terhadap dana tersebut.

Rancangan peraturan bupati/wali kota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD untuk menguji kesesuaiannya dengan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD dan/atau Perda Kabupaten/Kota tentang perubahan APBD, peraturan bupati/wali kota tentang penjabaran APBD dan/atau peraturan bupati/wali kota tentang penjabaran perubahan APBD serta temuan laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan. Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat kepada bupati/wali kota paling lama 15 (lima belas) Hari terhitung sejak diterimanya rancangan Perda Kabupaten/Kota dan rancangan peraturan bupati/wali kota tentang penjabaran pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dalam hal gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat menyatakan hasil evaluasi rancangan Perda Kabupaten/Kota tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD sudah sesuai dengan Perda Kabupaten/Kota tentang APBD dan/atau Perda Kabupaten/Kota tentang perubahan APBD dan telah menindaklanjuti temuan laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan, bupati/wali kota menetapkan rancangan Perda Kabupaten/Kota dimaksud menjadi Perda Kabupaten/Kota.

Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah diatur dalam Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 ialah kepala daerah selaku kepala

(13)

daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah kepala daerah mempunyai kewenangan, yaitu:

a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD

b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah c. Menettapkan kuasa pengguna anggaran/barang

d. Menetapkan bendahara pennerimaan dan/atau bendahara pengeluaran

e. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan daerah

f. Menetapkann pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utan dan piutang daerah

g. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik daerah

h. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.

Selain itu kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku PPKD dan kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.

Dalam pelaksanaan kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sekertaris daerah bertindak sebagai coordinator pengelolaan keuangan daerah serta pelimpahan kekuasaanya di tetapkan dengan keputusan kepala daerah yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

Dana Pokir merupakan kepanjangan dari pokok-pokok pikiran. Istilah ini digunakan untuk menyebut kewajiban anggota legislatif menjaring aspirasi dari masyarakat. Aspirasi itu kemudian akan ditindaklajuti para wakil rakyat ke eksekutif saat perancangan APBD. Sesuai yang tercantum pada Pasal 55 huruf (a) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan DPRD tentang tata tertib, disebutkan, Badan Anggaran mempunyai tugas memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada kepala daerah dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD.Pada dasarnya salah satu tugas utama dari legislative adalah memberikan pemikiran-pemikiran aspirasi dari rakyat kepada eksekutif agar dapat terjadinya penyelenggaraan

(14)

pemerintahan yang lebih baik lagi bagi masyarakat. Lalu apabila anggota legislative itu sendiri meminta sejumlah uang dari hasil pemikiran-pemikirannya sangat terlihat aneh dan tidak masuk akal."Jadi kalau kita sekarang jadi anggota (legislatif) seharusnya kalau dia itu mendiskusikan sesuatu dia harus berpikir, kan tidak boleh tidak berpikir, tapi sekarang itu harus dibayar khusus ada uang pokok pikiran, memang seperti itu agak aneh," kata Laode dalam diskusi di Taman Suropati, Jakarta, Minggu (9/12/2018).

Fungsi pembentukan Perda Provinsi dilaksanakan dengan cara: membahas bersama gubernur dan menyetujui atau tidak menyetujui rancangan Perda Provinsi; mengajukan usul rancangan Perda Provinsi; dan menyusun program pembentukan Perda bersama gubernur. DPRD dalam Fungsi pembentukan cara pelaksanaannya salah satunya adalah dengan mengajukan usul, apabila pengajuan usul tersebut telah di politisir, maka fungsi dari DPRD itu sendiri tidak dapat berjalan dengan baik.

DPRD provinsi mempunyai tugas dan wewenang:

a. Membentuk Perda Provinsi bersama gubernur;

b. Membahas dan memberikan persetujuan Rancangan Perda Provinsi tentang APBD Provinsi yang diajukan oleh gubernur;

c. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda Provinsi dan APBD provinsi;

d. Memilih gubernur;

e. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian gubernur kepada Presiden melalui Menteri untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan pemberhentian; .

f. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah provinsi terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah provinsi;

g. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah provinsi;

h. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban gubernur dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah provinsi;

(15)

i. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama dengan Daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan Daerah provinsi;

dan

j. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

Terkait dengan studi kasus yang penulis angkat sebagai skripsi ini juga menitik beratkan kepada kesalahan yang juga dilakukan oleh kepala daerah, dalam hal ini Gubernur yang merupakan eksekutif, pelaksana dalam penggunaan APBD. Kepala Daerah. Kepala daerah mempunyai tugas:

a. Memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

c. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan menetapkan RKPD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;

e. Mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

f. Mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan

g. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Dalam melaksanakan tugas,kepala daerah berwenang:

a. Mengajukan rancangan Perda;

b. Menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

c. Menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;

d. Mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;

(16)

e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

Kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi:

a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. Menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan;

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah;

e. Menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;

f. Melaksanakan program strategis nasional; dan

g. Menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua Perangkat Daerah.

2. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Pusat Dalam Melakukan Pengawasan Pengelolaan APBD Oleh DPRD Di Kota Malang

Peran Pemerintah Pusat dalam pengelolaan keuangan daerah tertera dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2018 yang menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas:

a. Mengoordinasikan pembinaan dan pengawasan tugas pembantuan di daerah kabupaten/kota;

b. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya;

c. Memberdayakan dan memfasilitasi daerah kabupaten/kota di wilayahnya;

Melakukan peraturan evaluasi terhadap rancangan daerah kabupaten/kota tentang rencana jangka panjang daerah, rencana pembangunan jangka menengah daerah, anggaran dan belanja daerah, perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah, anggaran pendapatan belanja daerah, tata ruang daerah, pajak daerah, dan retribusidaerah;

(17)

e. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Sementara dalam kasus yang dibahas dalam skripsi ini tidak dijelaskan bahwa pemerintah pusat melakukan pengawasan terhadap APBD yang di serahkan oleh pemerintah pusat kepada wali kota malang. Sementara tertera jelas dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2018 bahwa pemerintah pusat memiliki tugas untuk melakukan pengawasan terhadap anggaran yang di berikan kepada wali kota.

Pemerintah pusat juga memiliki wewenang, sebagai berikut:

a. Membatalkan peraturan bupati/walikota

b. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada bupati/walikota terkait dengan pemnnyelenggaraan pemerintahan daerah

c. Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan antar daerah kabupaten/kota dalam 1 provinsi

d. Memberikan persetujuan terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang pembentukan dan sususan perangkat daerah kabupaten/kota

e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Wewenang- wewenang ini dapat diterapkan sebagai upaya dalam mencegah terjadinya tindak pidana korupsi seperti yang terjadi dalam kasus ini.

Apabila pemerintah pusat lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya seperti yang di jelaskan dalam Pasal 1 ayat 2 Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2018 akan mengurangi kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi.

D. Penutup

1. Kesimpulan

a. Terjadinya penyalahgunaan APBD di Kota Malang di karenakan adanya dana yang di salahgunakan Oleh DPRD Kota Malang. Dana tersebut seharusnya digunakan sebagai Dana Pembangunan Kota Malang dalam periode satu tahun

(18)

kedepan. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 285-Pasal 300 Undang- Undang No.23 Tahun 2014.

b. Upaya pemerintah Pusat yang dapat di lakukan untuk menanggulangi adanya penyalahgunaan APBD yaitu dengan cara melakukan pengawasan, evaluasi, dan supervisi terhadap penyelenggaraan anggaran daerah.Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2018.

2. Saran

a. Agar tidak terjadi Penyalahgunaan APBD di Daerah lagi seharusnya Pemerintah Pusat lebih ketat dalam melakukan tugasnya terutama di bidang pengawasan mengenai Pengelolaan APBD di daerah. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan sosialisasi peningkatan pengawasan terkait pengelolaan APBD yang di selenggarakan oleh Inspektorat Jendral Kementrian Keuangan. Sosialisasi yang di selenggarakan dapat diikuti oleh seluruh daerah untuk menghindari penyalahgunaan pengelolaan APBD.

b. Selain itu, Pemerintah Pusat dalam hal ini yang diwakili oleh Gubernur, di dalam upayanya mengatasi penyalahgunaan APBD juga perlu lebih transparan dalam pengelolaannya, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam mengawasi pemerintah, guna mewujudkan cita-cita Good Government.

DAFTAR REFERENSI BUKU

Abdul Halim, Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan, UUP, STIM 2008.

(19)

_______ Dan Muhammad Iqbal, Pengelolaan Keuangan Daerah: Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah Edisi 3. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Amrah Muslimin, Ikhtisar Perkembangan Ootonomi Daerah, Jakarta: Djambatan, 1960.

Andi Mustari Pide, Otonomi Daerah dan Kepala Daerah Memasuki Abad XXI, Jakarta:

Gaya Media Pratama, 1999.

Bayu Surianingrat, Desentralisasi dan Dekonsentrasi Pemerintahan di Indonesia Suatu Analisa ( Jilid I), Jakarta: Dewaruci Press, 1981.

Djohermansyah Djohan, Problematik Pemerintahan dan Polituk Lokal, Cet I, Jakarta:

Bumi Aksara, 1990.

Hendra Karianga, Carut–Marut Penngelolaan Keangan Daerah Di Era Otoonomi Daerah, Depok, 2017.

Ifran Setiawan, Handbook Pemerintahan Daerah, Yogyakarta: WR, 2018.

Nick Devas, Keuangan Pemerintah Daerah Di Indonesia, Jakarta, UI Press

Praktino, Permusan Pola Hubungan Pusat Daerah dalam Rangka Realisasi Otonomi Daerah. Yogyakarta: Laporan Penelitian. Fak. Sospol UGM, 1991.

Riswandha Imawan, Dampak Pembangunan Nasional Terhadap Peningkatan Kemampuan Daerah, Laporan Penelitian, Yogyakarta: PAU Studi Sosial UGM 1991

Sanafiah Faisal, Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi, Malang: Yayasan A3, 1990.

Syaefuddin Azwar, Metode Penelitian Cet.IX, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Warsito, Hukum Pajak, Jakarta: PT.Rajawali Grafindo Persada, 2001.

Wiratno, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Universitas Trisakti, 2016.

W. Siswanti & S. Noersya, Cerita Rakyat Dari Malang, (Jawa Timur). Jakarta: Grasindo, 2008.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah-daerah kota besar dalam lingkungan Propinsi Djawa Timur, Djawa Tengah, Djawa Barat dan dalam Daerah Istimewa Jogjakarta

Undang-undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keunagan Negara.

(20)

Undang-Undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang

Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat

ON-LINE DARI INTERNET

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (On-Line) tersedia di:

https://id.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah diunduh pada tanggal 19 Juni 2019

Campaian impresif BP2D di triiwulan pertama 2018, https://malangkota.go.

id/2018/04/20/capaian-impresif-bp2d-di-triwulan-pertama-2018/,, di akses pada tanggal 22 juli 2019

Dedet Zelth,” Jenis-jenis Pengawasan” (On-Line), tersedia di: http://

http://dedetzelth.blogspot.co.id/2013/03/jenis-jenis-pengawasan.html (8 November 2016).

Dinas (on-line), tersedia di: https://malangkota.go.id/pemerintahan/dinas/, di akses pada tanggal 15 Juli 2019

KAMUS

Kamus besar bahasa Indonesia (edisi ketiga) , Pusat Bahasa Depatemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka 2006

DIKTAT

Tri Sulistyowati, Diktat Hukum Otonomi Daerah, Jakarta: Universitas Trisakti, 2017.

Referensi

Dokumen terkait

Dari Pasal-Pasal tersebut diatas maka jika dikaitkan dengan kasus maka Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto tidak terbukti melakukan keempat unsur diatas, namun

Dalam Pasal 1 angka 3 UU Nomor 5 Tahun 1999, pemusatan kegiatan adalah penguasaan yang nyata atas suatu pasar bersangkutan oleh satu atau lebih pelaku usaha sehingga dapat

1) Letakkan poros belakang pada blok V dan ukur kebengkokan menggunakan meter pengukur (dial gauge). 2) Periksa keolengan pelek dengan menempatkan roda pada alat penyetel

terhadap telur wereng coklat pada pengamatan 1 dan 5 HSA pada semua perlakuan insektisida lebih rendah dan berbeda nyata dengan kontrol (16,53%), hal ini menunjukkan

Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan maksimum yang diijinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak sering terjadi maka debit dan kecepatan

memaksimalkan perkembangan gerak menjadi sebuah diskursus penting bagi orang tua ataupun bagi guru agar perkembangan fisik anak yang dimulai dari gerak anak menjadi lebih

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang motivasi shalat dhuha siswa hubungannya dengan akhlak mereka sehari-hari, operasional

Indikator pembeda untuk dua kelompok tersebut adalah : peternak yang memelihara sapi dara merupakan anggota kelompok peternak yang melakukan penggantian