• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alya Hafizha (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alya Hafizha (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) ("

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAGIAN HARTA WARISAN ALMARHUM TANUDIBROTO ALIAS TAN THONG YAM KEPADA AHLI WARIS YANG MELAKUKAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

MENURUT KETENTUAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA

TIMUR NOMOR 235/PDT.G/2014/PN.JKT.TIM)

Alya Hafizha

ABSTRAK

Ahli waris yang sah dan patut mewaris belum tentu cakap dalam mewaris, seperti ahli waris yang melakukan Perbuatan Melawan Hukum. Pokok permasalahan yang diangkat adalah: 1. Bagaimanakah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata mengatur tentang pembagian harta warisan kepada ahli waris yang melakukan perbuatan melawan hukum? 2. Apakah amar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 235/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim tentang ahli waris yang sah dan patut mewaris sudah sesuai menurut ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif yang bersifat deskriptif analitis dengan menggunakan data primer, sekunder serta data tersier dan data diolah secara kualitatif dengan menggunakan penarikan kesimpulan deduktif yaitu menarik kesimpulan khusus dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan menunjukan bahwa: 1. Ahli waris sah dan patut mewaris Harta Warisan Almarhum Tanudibroto yaitu Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto dan masing-masing mendapatkan 1/2 bagian. 2. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor: 235/Pdt.G/2014/PN/ Jkt.Tim tentang pembagian harta waris bagi ahli waris yang sah dan patut mewaris tidak sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Kata Kunci : Hukum Waris Perdata Barat, Pembagian Harta Warisan, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: alyahfz@yahoo.com)

Endang Suparsetyani (Dosen Fakultas Hukum Trisakti)

(2)

I. PENDAHULUAN

Dalam perjalanan kehidupan setiap manusia pasti memiliki harta kekayaan yang akan beralih atau akan dialihkan haknya kepada seseorang atau beberapa orang yang berhak maupun tidak berhak menurut hukum. Hukum waris merupakan salah satu bagian dari hukum keperdataan secara keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum keperdataan merupakan bidang hukum yang memiliki ruang lingkup urusan subjek hukum yang terngah berbenturan dengan subjek hukum lainnya, atau dalam kata lain merupakan bidang hukum yang mengatur urusan antarindividu dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Hukum waris merupakan suatu lingkup dimana mengatur mengenai hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh ahli waris. Hukum waris sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab semua manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum yang ditimbulkan antara lain ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban-kewajiban seseorang yang meninggal dunia tersebut.1

Pada dasarnya pewarisan dapat terjadi jika memenuhi beberapa unsur waris yaitu harus adanya pewaris, ahli waris, dan harta warisan atau harta kekayaan. Karena ketiga unsur tersebut sangat berkaitan dengan terjadinya waris, dimana pewaris merupakan seseorang yang meninggal dunia yang meninggalkan harta kekayaan yang akan dialihkan kepada para ahli warisnya. Jika tidak memenuhi ketiga unsur diatas, maka waris tidak dapat dilaksanakan.

Indonesia sebagai salah satu Negara bekas jajahan Hindia Belanda yang beraneka ragam suku, bahasa dan budaya serta agama, mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dipunyai oleh Negara-negara lain. Maka dari itu Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya dan adat, termasuk dalam hal pewarisan. Sistem pewarisan di Indonesia bersifat Pluralisme dan belum adanya unifikasi hukum, dimana terdapat 3 (tiga) sistem pewarisan yang

(3)

berlaku di Indonesia saat ini, yaitu Hukum Waris Islam, Hukum Waris Adat, dan Hukum Waris Perdata Barat. Bahwa ketiga sistem waris diatas dapat dibedakan berdasarkan sifat dan sumbernya. Masing-masing hukum tersebut memiliki karakter yang berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu bangsa Indonesia dikatakan “Bhineka” (berbeda-beda daerah dan suku bangsa), Tunggal Ika (tetapi tetap satu jua, yaitu dasar dan sifat ke-Indonesiaannya). Adat Bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika ini tidak mati, melainkan selalu berkembang.2 Dimana Hukum Waris Islam bersumber pada Al-Qur’an, Hadist, dan Ijtihad 3, sedangkan Hukum Waris Adat bersifat kolektif, individual, dan mayorat. Terdapat pula Hukum Waris Perdata Barat yang bersumber pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dimana pembagian harta warisan Almarhum Tanudibroto alias Tan Thong Yam akan mengacu kepada Hukum Waris Perdata Barat berdasarkan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Hukum Waris Perdata Barat menganut sistem penderajatan serta terdapat sistem tertutup, dimana maksud dari sistem tertutup yaitu golongan atau derajat yang terdekat dengan pewaris dapat menutup ahli waris lainnya yang lebih jauh. Hukum Waris Perdata Barat menganut unsur paksaan, misalnya ketentuan pemberian hak mutlak (legitime portie) kepada ahli waris tertentu atas sejumlah tertentu dari harta warisan atau ketentuan yang melarang pewaris telah membuat ketetapan seperti menghibahkan bagian tertentu dari harta warisannya, maka dari itu pada dasarnya penerima hibah mempunyai kewajiban untuk mengembalikan harta yang telah dihibahkan kepadanya ke dalam harta warisan guna memenuhi bagian mutlak (legitime portie). Hukum Waris Perdata Barat membedakan ahli waris dalam 4 (empat) golongan berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, diantaranya:

1. Ahli waris golongan I (Pasal 852a KUHPerdata). Dalam golongan ini, ahli waris terdiri dari suami atau istri yang hidup terlama dan anak-anak

2 Soerojo Wignjodipoero, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT. Toko Gunung

Agung, 1995), h. 13.

3 Ijtihad merupakan seluruh kekuatan atau kemampuan daya pikir untuk memecahkan masalah

(4)

beserta keturunannya, tidak jarang disebut dengan ahli waris garis lurus kebawah.

2. Ahli waris golongan II (Pasal 855 KUHPerdata). Dalam golongan ini, ahli waris terdiri dari ayah dan/atau ibu, saudara-saudara beserta keturunannya, tidak jarang disebut dengan ahli waris garis kesamping/garis saudara terus kebawah tanpa batas.

3. Ahli waris golongan III (Pasal 853 KUHPerdata). Dalam golonga ini, ahli waris terdiri dari kakek dan/atau nenek dari garis ibu maupun garis ayah, tidak jarang disebut dengan ahli waris lurus keatas.

4. Ahli waris golongan IV (Pasal 858 KUHPerdata). Dalam golongan ini, ahli waris terdiri dari keluarga dalam garis kesamping yang lebih jauh dari saudara, golongan ini dibatasi sampai derajat ke-6 (enam).

Pembagian waris yang dianut oleh sistem Hukum Waris Perdata Barat dilihat dari kepala perkepala sehingga bagiannya akan sama rata karena tidak memandang jenis kelamin ataupun dari siapa yang lahir terlebih dahulu. Golongan ahli waris yang berlaku terhadap ahli waris dari Almarhum Tanudibroto alias Tan Thong Yam merupakan ahli waris golongan I karena Megawati Tanudibroto alias Tan Chun Mei, Setiawati Tanudibroto alias Tan Chun Siang, dan Paul Tanudibroto alias Tan Pao Ling merupakan anak sah dari pewaris.

Dalam Pasal 830 KUHPerdata menyatakan bahwa pewarisan hanya berlangsung karena kematian.4 Maka demi hukum dan seketika itu juga hak dan kewajibannya beralih kepada para ahli warisnya, sepanjang hak dan kewajiban tersebut termasuk dalam lapangan hukum harta kekayaan atau dengan kata lain hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan yang. Sistem hukum waris perdata memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem hukum waris lainnya, yaitu menghendaki agar harta peninggalan pewaris sesegera mungkin dapat dibagi-bagi kepada mereka yang berhak atas harta tersebut. Kalaupun harta peninggalan pewaris hendak dibiarkan dalam keadaan tidak

(5)

terbagi, maka harus melalui persetujuan oleh seluruh ahli waris. Misalnya dalam hal ini harta peninggalan Tanudibroto tidak dibagi karena satu-satunya harta peninggalan tersebut dihibahkan kepada menantunya. Terdapat pula perbedaan antara harta warisan dan harta peninggalan adalah harta warisan belum dikurangi hutang dan biaya-biaya lainnya, sedangkan harta peninggalan sudah dikurangi hutang dan telah siap untuk dibagi.5

Aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari terbingkai dalam suatu perbuatan yang disebut perbuatan hukum, misalnya pewaris sebagai pemilik harta sebenarnya mempunyai hak mutlak untuk mengatur apa saja yang dikehendaki atas hartanya. Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan subyek hukum yang dilakukan secara sengaja untuk menimbulkan hak-hak dan kewajiban yang dikehendaki oleh pelaku yang bersangkutan. perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat dibingkai dalam bentuk perjanjian, baik itu perjanjian timbal balik ataupun perjanjian sepihak.6 Perjanjian sepihak salah satunya adalah perjanjian hibah, meskipun perjanjian hibah merupakan perjanjian sepihak namun haruslah terdapat penerima hibah supaya hibah bisa terjadi. Penerima hibah tersebut adalah subyek hukum baik orang maupun badan humum.

Pada dasarnya, hibah juga dapat digunakan sebagai pemberian harta kekayaan pewaris kepada seseorang diluar ahli waris yang tidak dapat ditarik kembali maupun dihapuskan. Hibah adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Undang-Undang tidak mengakui lain-lain hibah selain hibah-hibah di antara orang-orang yang masih hidup.7 Serupa halnya yang dilakukan oleh Almarhum Tanudibroto yang semasa hidupnya sempat menghibahkan harta kekayaan berupa tanah kepada menantunya.

5 Afandi Ali, 2000, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, (Jakarta: Rineka

Cipta), h.7.

6 Moch. Isnaeni, Pijar Pendar Hukum Perdata, (Surabaya: Revka Petra Media, 2016), h. 117. 7 Ibid., Pasal 1666.

(6)

Sebenarnya hibah dapat ditarik kembali maupun dihapuskan dengan syarat, yaitu:

1. Karena orang yang menerima hibah tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh orang yang memberi hibah, syarat ini biasanya berbentuk pembebanan kepada yang menerima hibah

2. Orang yang menerima hibah telah bersalah melakukan atau membantu melakukan suatu kewajiban yang bertujuan menghikangkan jiwa orang yang memberi hibah atau suatu kejahatan lain yang bertujuan menghikangkan atau mencelakakan orang yang memberikan hibah

3. Karena orang yang menerima hibah memberikan tunjangan kepada orang yang memberikan hibah karena ia jatuh miskin.8

Dalam hal ini, Akta Hibah Nomor 10/1/Kramatjati/1984 tidak dapat ditarik kembali maupun dihapuskan karena tidak memenuhi syarat pengembalian maupun penghapusan hibah.

Tidak semua ahli waris dapat mewaris, maksudnya bahwa ahli waris dalam mewaris juga harus dianggap sah dan patut mewaris menurut hukum. Menurut Pasal 838 KUHPerdata, seseorang yang dianggap tidak patut atau tidak cakap mewaris antara lain:

1. Mereka yang telah dihukum karena membunuh atau melakukan percobaan pembunuhan terhadap pewaris.

2. Mereka yang pernah divonis bersalah karena memfitnah pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam hukuman lima tahun atau lebih.

3. Mereka yang mencegah pewaris untuk membuat atau mencabut surat wasiat.

4. Mereka yang terbukti menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat dari pewaris.

Kewarisan tidak jarang menimbulkan perselisihan dan perpecahan serta keakraban antar persaudaraan. Pada kenyataannya, terdapat ahli waris yang melakukan perbuatan melawan hukum guna menguasai harta kekayaan

8 M. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat,

(7)

pewaris. Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad) diatur pada bagian buku III KUHPerdata dalam Pasal 1365 yang berbunyi “Tiap Perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” Dimana dengan kata lain bahwa perbuatan melanggar hukum yaitu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh seseorang, yang karena kesalahannya itu telah menimbulkan kerugian bagi orang lain. Dalam hal ini Setiawati Tanudibroto melakukan perbuatan melawan hukum yang menimbulkan kerugian bagi Paul Tanudibroto dan Megawati Tanudibroto. II. METODE PENELITIAN

Tipe penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Normatif, yaitu penelitian ini didasarkan pada asas-asas hukum yang ada di peraturan-peraturan yang berkaitan langsung dengan objek.9 Dimana siifat penelitian hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi saat ini untuk mempertegas analisa. Dimana dalam penelitian ini untuk menjelaskan mengenai Ahli Waris yang sah dan patut mewaris serta Pembagian Waris berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis secara kualitatif, artinya data yang diperoleh disusun secara sistematis dalam bentuk uraian atau penjelasan untuk menggambarkan hasil penelitian sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada orang lain. 10 Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode deduktif. deduktif adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya

9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h.99.

10 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

(8)

mempergunakan pola pikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.11

III. PEMBAHASAN

A. Peraturan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang pembagian harta warisan kepada ahli waris yang melakukan Perbuatan Melawan Hukum?

Berdasarkan Pasal 830 KUHPerdata:

“Pewarisan hanya berlangsung karena kematian”

Jika dikaitkan dengan kasus maka kematian Tanudibroto dapat menyebabkan terbukanya harta warisan untuk para ahli warisnya. Berdasarkan Pasal 832 ayat (1) KUHPerdata:

“Menurut Undang-Undang yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah para keluarga sedarah, baik sah, maupum luar kawin dan si suami atau istri yang hidup terlama, semua menurut peraturan tertera dibawah ini” Jika hal ini dikaitkan dengan kasus maka dengan meninggalnya Tanudibroto dalam hal ini meninggalkan 3 (tiga) orang ahli waris yaitu anak-anaknya yang lahir dalam perkawinannya dengan Linah Tanudibroto (almarhumah) yang bernama Megawati Tanudibroto, Setiawati Tanudibroto, dan Paul Tanudibroto. Istri Tanudibroto yaitu Linah Tanudibroto pada dasarnya juga merupakan ahli waris namun beliau telah meninggal dunia sebelum harta peninggalan pewaris dibagi. Maka ahli waris yang berhak menerima harta warisan yaitu ketiga anak tersebut.

Namun jika dikaitkan dengan Pasal 838 KUHPerdata, ahli waris yang berhak mewaris tidak selalu cakap untuk mewaris, alasan-alasan ahli waris tidak cakap untuk mewaris antara lain:

1. Mereka yang telah dihukum karena membunuh atau melakukan percobaan pembunuhan terhadap pewaris.

(9)

2. Mereka yang pernah divonis bersalah karena memfitnah pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam hukuman lima tahun atau lebih. 3. Mereka yang mencegah pewaris untuk membuat atau mencabut surat

wasiat.

4. Mereka yang terbukti menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat dari pewaris.

Dalam angka 4 disebutkan bahwa yang menjadi objek yaitu surat wasiat. Dalam hal ini, yang menjadi objek penggelapan yaitu akta hibah.

Pengertian Surat Wasiat berdasarkan Pasal 875 KUHPerdata, yang berbunyi:

“Surat wasiat atau testamen adalah sebuah akta berisi pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, yang dapat dicabut kembali olehnya.”

Sedangkan pengertian hibah diatur dalam Pasal 1666 KUHPerdata, yang berbunyi:

“Penghibahan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang itu. Undang-undang hanya mengakui pengibahab-penghibahan antara orang-orang yang masih hidup”

Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesamaan yaitu surat wasiat dan hibah sama-sama merupakan pemberian dari seseorang yang memiliki harta kepada seorang lainnya, yang berbeda hanya waktu melaksanakannya saja. Dimana surat wasiat dijalankan setelah pewaris meninggal dunia, sedangkan hibah dijalankan saat pewaris atau pemberi hibah masih hidup.

Dari Pasal-Pasal tersebut diatas maka jika dikaitkan dengan kasus maka Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto tidak terbukti

(10)

melakukan keempat unsur diatas, namun Setiawati Tanudibroto terbukti melakukan perbuatan melawan hukum karena menggelapkan akta hibah guna menguasai harta peninggalan Tanudibroto dengan menjadikannya sebagai harta bersama antara Setiawati Tanudibroto dengan Irsan Tagor Lubis (almarhum), yang dimana perbuatannya dapat merugikan para ahli waris lainnya.

Maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ahli waris yang sah dan patut mewaris yaitu Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto.

Berdasarkan Pasal 834 KUHPerdata:

“Ahli waris berhak mengajukan gugatan untuk memperoleh warisannya terhadap semua orang yang memegang besit atas seluruh atau sebagian warisan itu dengan alas hak ataupun tanpa alas hak, demikian pula terhadap mereka yang dengan licik telah menghentikan besitnya. Dia boleh mengajukan gugatan itu untuk seluruh warisan bila ia adalah satu-satunya ahli waris, atau hanya untuk sebagian bila ada ahli waris lain. Gugatan itu bertujuan untuk menuntut supaya diserahkan apa saja yang dengan alas hak apa pun ada dalam warisan itu, beserta segala penghasilan, pendapatan, dang anti rugi, menurut peraturan-peraturan yang termaktub Bab III buku ini mengenai penuntutan kembali hak milik”

Dalam hal ini Megawati Tanudibroto yang memberikan kuasa kepada Paul Tanudibroto untuk menggugat Setiawati Tanudibroto untuk mendapatkan warisan yang merupakan haknya yaitu berupa 1 (satu) bidang tanah seluas 21.860 m2 (dua puluh satu ribu delapan ratus enam puluh meter persegi) yang terletak di Jalan Dukuh II No. 1B, Rt.06/01, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur yang dikenal sebagai tanah SHM No. 53/Dukuh, Surat Ukur No. 25/237/1971

(11)

Berdasarkan uraian pada Pasal-Pasal tersebut diatas maka dapat dilakukan penghitungan mengenai bagian-bagian yang diterima oleh para ahli waris menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:

HPA = 1 untuk (C dan E)

B ≠ meninggal lebih dulu sebelum warisan dibagikan C = 1/2

D ≠ tidak dapat mewaris karena tidak cakap untuk menjadi ahli waris E = 1/2

F ≠ bukan merupakan keluarga sedarah G ≠ tertutup oleh D H ≠ tertutup oleh D I ≠ tertutup oleh D J ≠ tertutup oleh D Total = 1 + 1 2 = 2 = 1 2

Jadi, masing-masing ahli waris yang masih hidup dan cakap mewaris mendapatkan 1/2 bagian.

B. Amar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 235/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim Tentang Pembagian Waris Bagi Ahli Waris Yang Sah Dan Patut Mewaris Sudah Sesuai Atau Tidak Menurut Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Berdasarkan Amar putusan dalam kasus Nomor 235/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim yang berbunyi:

1. Menetapkan atau menyatakan bahwa Megawati Tanudibroto alias Tan Chun Mei, Setiawati Tanudibroto alias Tan Chun Siang, dan Paul

(12)

Tanudibroto alias Tan Pao Ling sebagai ahli waris Almarhum Tanudibroto yang berhak atas 1 (satu) bidang tanah seluas 21.860 m2 (dua puluh satu ribu delapan ratus enam puluh meter persegi) yang terletak di Jalan Dukuh II No. 1B, Rt.06/01, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur yang dikenal sebagai tanah SHM No. 53/Dukuh, Surat Ukur No. 25/237/1971 Almarhum Tanudibroto.

Jika hal tersebut dikaitkan dengan kasus maka pembagian warisnya sebagai berikut:

HPA = 1 untuk (C dan E)

B ≠ meninggal lebih dulu sebelum warisan dibagikan C = 1/3

D = 1/3 E = 1/3

F ≠ bukan merupakan keluarga sedarah G ≠ tertutup oleh D H ≠ tertutup oleh D I ≠ tertutup oleh D J ≠ tertutup oleh D Total = 1 + 1 + 3 3 = 3 = 1 3

Namun jika hal ini dikaitkan dengan pembagian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka berdasarkan Pasal 830 KUHPerdata: “Pewarisan hanya berlangsung karena kematian”

Jika dikaitkan dengan kasus maka kematian Tanudibroto dapat menyebabkan terbukanya harta warisan untuk para ahli warisnya.

(13)

Ahli waris yang berhak mewaris tidak selalu cakap untuk mewaris, maka berdasarkan Pasal 838 KUHPerdata, antara lain:

a. Mereka yang telah dihukum karena membunuh atau melakukan percobaan pembunuhan terhadap pewaris.

b. Mereka yang pernah divonis bersalah karena memfitnah pewaris telah melakukan kejahatan yang diancam hukuman lima tahun atau lebih. c. Mereka yang mencegah pewaris untuk membuat atau mencabut surat

wasiat.

d. Mereka yang terbukti menggelapkan, merusak, atau memalsukan surat wasiat dari pewaris.

Dalam angka 4 disebutkan bahwa yang menjadi objek yaitu surat wasiat. Dalam hal ini, yang menjadi objek penggelapan yaitu akta hibah.

Pengertian surat wasiat diatur dalam Pasal 875 KUHPerdata, yang berbunyi:

“Surat wasiat atau testamen adalah sebuah akta berisi pernyataan seseorang tentang apa yang dikehendakinya terjadi setelah ia meninggal, yang dapat dicabut kembali olehnya.”

Sedangkan pengertian hibah diatur dalam Pasal 1666 KUHPerdata, yang berbunyi:

“Penghibahan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah menyerahkan suatu barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali, untuk kepentingan seseorang yang menerima penyerahan barang itu. Undang-undang hanya mengakui pengibahab-penghibahan antara orang-orang yang masih hidup”

Dari pengertian yang telah diuraikan diatas, maka dapat ditarik kesamaan yaitu surat wasiat dan hibah sama-sama merupakan pemberian dari seseorang yang memiliki harta kepada seorang lainnya, yang berbeda hanya waktu melaksanakannya saja. Dimana surat wasiat dijalankan

(14)

setelah pewaris meninggal dunia, sedangkan hibah dijalankan saat pewaris atau pemberi hibah masih hidup.

Dari Pasal-Pasal tersebut diatas maka jika dikaitkan dengan kasus maka Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto tidak terbukti melakukan keempat unsur diatas, namun Setiawati Tanudibroto terbukti melakukan perbuatan melawan hukum karena menggelapkan akta hibah guna menguasai harta peninggalan Tanudibroto dengan menjadikannya sebagai harta bersama antara Setiawati Tanudibroto dengan Irsan Tagor Lubis (almarhum), yang dimana perbuatannya dapat merugikan para ahli waris lainnya.

Maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa ahli waris yang sah dan patut mewaris yaitu Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto.

Berdasarkan Pasal 832 ayat (1) KUHPerdata:

“Menurut Undang-Undang yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah, para keluarga sedarah, baik sah, maupun luar kawin dan si suami atau istri yang hiduo terlama, semua menurut peraturan tertera dibawah ini.”

Dalam hal ini jika dikaitkan dengan kasus maka dengan meninggalnya Tanudibroto yang meninggalkan 3 (tiga) orang ahli waris yaitu anak-anaknya yang lahir dalam perkawinannya dengan Linah Tanudibroto (almarhumah) yang bernama Megawati Tanudibroto, Setiawati Tanudibroto, dan Paul Tanudibroto. Istri Tanudibroto yaitu Linah Tanudibroto pada dasarnya juga merupakan ahli waris namun beliau telah meninggal dunia sebelum harta peninggalan pewaris dibagi. Namun seperti yang telah tertera diatas bahwa Setiawati Tanudibroto tidak cakap untuk mewaris sehingga ahli waris yang cakap untuk mewaris yaitu Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto.

(15)

Namun jika hal ini dikaitkan dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka harta warisan jatuh kepada Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto, maka pembagian warisnya sebagai berikut:

HPA = 1 untuk (C dan E)

B ≠ meninggal lebih dulu sebelum warisan dibagikan C = 1/2

D ≠ tidak cakap mewaris E = 1/2

F ≠ bukan merupakan keluarga sedarah G ≠ tertutup oleh D H ≠ tertutup oleh D I ≠ tertutup oleh D J ≠ tertutup oleh D Total = 1 + 1 2 = 2 = 1 2

Dalam hal tersebut jika dikatikan dengan uraian diatas, maka dapat terlihat bahwa amar putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor : 235/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim mengenai ahli waris yang sah dan patut mewaris serta pembagian waris harta peninggalan Almarhum Tanudibroto kepada ahli warisnya tidak sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

IV. PENUTUP A. Kesimpulan

1. Berdasarkan Pasal 830, 832 ayat (1), 834, 838, 875, 1666 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka Setiawati Tanudibroto tidak

(16)

cakap mewaris karena telah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum dengan menggelapkan akta hibah guna menguasai harta peninggalan Tanudibroto, sehingga ahli waris yang sah dan patut mewaris atas harta peninggalan Tanudibroto yaitu Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto. Maka pembagian harta warisan Almarhum Tanudibroto adalah sebagai berikut:

Besar bagian masing-masing ahli waris sesuai dengan Pasal 832 ayat (1) KUHPerdata adalah:

HPA = 1 untuk (C dan E)

B ≠ meninggal lebih dulu sebelum warisan dibagikan C = 1/2

D ≠ tidak cakap mewaris E = 1/2

F ≠ bukan merupakan keluarga sedarah G ≠ tertutup oleh D H ≠ tertutup oleh D I ≠ tertutup oleh D J ≠ tertutup oleh D Total = 1 + 1 2 = 2 = 1 2

2. Dalam isi amar Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor 235/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim yang berbunyi:

1. Menetapkan atau menyatakan bahwa Megawati Tanudibroto alias Tan Chun Mei, Setiawati Tanudibroto alias Tan Chun Siang, dan Paul Tanudibroto alias Tan Pao Ling sebagai ahli waris Almarhum

(17)

Tanudibroto yang berhak atas peninggalan Almarhum Tanudibroto.

Apabila hal ini dikaitkan dengan kasus dimana yang berhak mewaris yaitu Megawati Tanudibroto, Setiawati Tanudibroto, dan Paul Tanudibroto selaku anak yang lahir dari perkawinannya dengan Linah Tanudibroto yang telah meninggal lebih dahulu sebelum dilakukan pembagian warisnya.

Maka pembagian warisnya yaitu: HPA = 1 untuk (C dan E)

B ≠ meninggal lebih dulu sebelum warisan dibagikan C = 1/3

D = 1/3 E = 1/3

F ≠ bukan merupakan keluarga sedarah G ≠ tertutup oleh D H ≠ tertutup oleh D I ≠ tertutup oleh D J ≠ tertutup oleh D Total = 1 + 1 + 3 3 = 3 = 1 3

Dalam hal ini, amar putusan tersebut bertentangan dengan Pasal 838 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka ahli waris yang sah dan patut mewaris yaitu Megawati Tanudibroto dan Paul Tanudibroto sehingga perhitungan pembagian waris yang sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ialah:

(18)

B ≠ meninggal lebih dulu sebelum warisan dibagikan C = 1/2

D ≠ tidak cakap mewaris E = 1/2

F ≠ bukan merupakan keluarga sedarah G ≠ tertutup oleh D H ≠ tertutup oleh D I ≠ tertutup oleh D J ≠ tertutup oleh D Total = 1 + 1 2 = 2 = 1 2

Maka dapat disimpulkan bahwa amar utusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur Nomor: 235/Pdt.G/2014/PN.Jkt.Tim mengenai ahli waris yang sah dan patut mewaris serta pembagian waris harta peninggalan Almarhum Tanudibroto kepada ahli warisnya tidak sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

B. Saran

Agar dalam pewarisan tidak menimbulkan masalah dikemudian hari dengan meninggalnya seseorang, maka dengan ini penulis menyarankan sebaiknya harta peninggalan yang ditinggalkan oleh pewaris segera dibagikan kepada para ahli waris yang sah dan patut untuk mewaris dengan pebagian yang sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Garuda Indonesia selaku pengangkut belum bertanggung jawab atas kehilangan uang didalam bagasi tercatat milik penumpang Bapak Ihsan, berdasarkan Pasal 144 Undang-Undang Nomor 1

Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) dan Ayat (2) oleh Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang pada prinsipnya apabila

Dan menurut hasil wawancara penulis dengan saksi kecelakaann lalu lintas tersebut dapat dibuktikan bahwa pihak pengangkut yang bersalah karena pengemudi bus Sinar Jaya

Kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform (TOL) yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Bogor, berdasarkan hasil analisa yang

Penelitian mengenai “Peran DPRD Kabupaten Sumbawa Dalam Pelaksanaan Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Lembaga Luar Negeri

Harta pusaka tinggi merupakan harta yang diperoleh secara turun menurun dalam adat Minangkabau disebutkan “dari ninniak turun ka mamak dari mamak turun ka kamanakan” dan

Masing masing mendapat = 1/4 Karena, A meninggal lebih dahulu dari B maka kedudukannya digantikan oleh ahli warisnya yaitu K L M N O P Q (Morina br sembiring dan Daniel

Jika turunan pertamanya nol, yang mununjukkan suatu kemiringan nol dan karena itu suatu dataran dalam fungsi, sedangkan turunan keduanya negatif, yang berarti