• Tidak ada hasil yang ditemukan

Khusnul Khitam (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum, Universitas Trisakti) ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Khusnul Khitam (Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum, Universitas Trisakti) ( )"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TANGGUNG JAWAB PT. SINAR JAYA MEGAH LANGGENG KEPADA KORBAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN

LALU LINTAS YANG TERJADI PADA BUS SINAR JAYA DENGAN BUS ARIMBI DIKM 117 TOL CIPALI

Khusnul Khitam

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum, Universitas Trisakti) (Email: khusnulkhitamhn12@gmail.com )

Siti Nurbaiti

(Dosen Fakultas Hukum Trisakti) (Email: siti.n@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

Merek Pengangkutan adalah perjanjian antara pengangkut dengan penumpang atau barang, dimana pengangkut berkewajiban untuk mengangkut penumpang dan/atau barang selamat sampai tujuan. mengenai kecelakaan lalu lintas akibat kelalaian pengemudi kendaraan masih banyak dan sering terjadi. Bagaimana tanggung jawab PT.Sinar Jaya Megah Langgeng kepada korban terhadap kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan bus Arimbi di KM 117 tol Cipali dan Bagaimana bentuk penyelesaian ganti rugi yang diberikan oleh PT.Sinar Jaya Megah Langgeng kepada korban terhadap kecelakaan yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan bus Arimbi di KM 117 tol Cipali merupakan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Penulisan dilakukan dengan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif yang menggunakan data sekunder dan data primer sebagai data pendukung dan dianalisis secara kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Hasil penelitian menggambarkan bahwa PT. Sinar Jaya Megah Langgeng sebagai pengangkut tidak bertanggung jawab kepada pihak ketiga terhadap Kecelakaan Lalu Lintas berdasarkan Pasal 194 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan dan PT. Sinar Jaya Megah Langgeng tidak memberikan ganti kerugian kepada korban terhadap kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi.

Kata Kunci : Hukum Pengangkutan, Tanggung Jawab PT. Sinar Jaya Megah Langgeng, Kecelakaan Lalu Lintas

(2)

A. PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang ditakdirkan hidup terserak di beribu-beribu pulau yang membujur panjang dari sabang sampai marauke (papua), karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, dengan letak geografis antara pulau satu dan pulau lainnya saling berjauhan.

Kadangkala laut penghubung antara dua pulau lebih luas dari pada pulau yang dipisahkan. Namun demikian, secara politis semua sisi yang ada dibagian dalam garis pangkal merupakan satu kesatuan, karena Indonesia menggunakan penarikan garis pangkal lurus (straight base line) dari titik terluar dari pulau terluar, sehingga indonesai menurut Konversi Hukum Laut 1982 disebut negara kepualuan (archipelago state).1

Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya peranan transportasi, maka lalu lintas dan angkutan jalan harus ditata dalam suatu sistem transportasi nasional secara terpadu dan mampu mewujudkan ketersediaan jasa transportasi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan lalu lintas dan pelayanan angkutan yang tertib, nyaman, cepat, lancar dan biaya murah.2

Secara umum di Indonesia jenis transportasi ada tiga yaitu transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Dari ketiga jenis transpotrasi tersebut, transportasi angkutan jalan darat merupakan media yang paling sering digunakan oleh penumpang bila dibandingkan dengan transportasi lainnya.

Manfaat pengangkutan dapat dilihat dari beberapa segi diantaranya segi ekonomi, sosial, dan politis. Dari segi manfaat ekonomi, pegngkutan merupakan salah satu alat bantu untuk pemenuhan kebutuhan manusia serta meningkatkan ekonomi masyarakat sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari segi manfaat sosial, pengangkutan menyediakan banyak fasilitas, dalam hal ini pengangkutan dapat mempermudah penyampaian informasi, perjalanan untuk rekreasi, pendekatan jarak rumah ke

1 Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat ( jakarta: Universitas Trisakti, 2009), hal.1.

2 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga (Bandung: Citra Adutya Bakti, 1998), hal.7.

(3)

tempat berinteraksi seperti kantor, sekolah serta menyediakan pelayanan unutk individu maupun kelompok. Sedangkan dari segi manfaat politis, pengangkutan yang aman dan nyaman akan memudahkan pengguna transportasi, mereka tidak akan takut untuk melakukan mobilitas siang ataupun malam, kelengkapan jalan, kenyamanan pengangkutan umum, tentu akan meningkatkan minta pengguna transportasi, serta meningkatkan nilai positif wilayah tersebut.

Dengan adanya peranan pengangkutan darat yang sangat besar, tentu saja menciptakan dampak positif bagi msyarakat, namun disamping itu pengangkutan darat juga mempunyai peranan yang negatif bagi penggunanya, yaitu ketika banyak kecelakaan lalu lints yang terjadi yang melibatkan sarana angkutan jalan. Banyaknya kecelakaan terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor kesalahan manusia itu sendiri, kondisi jalan dan kondisi kendaraan.

Kesalahan manusia yang dimaksud adalah kesalahan atau kelalaian dari orang yang menyebabkan kecelakaan, misalnya ketika pengemudi tidak memiliki surat izin untuk mengemudi, mengemudikan kendaraan dengan ugal-ugalan atau dengan kondisi badan yang tidak sehat atau mengantuk, yang menimbulkan bahaya bagi keamanan berlalu lintas di jalan.

Kewajiban dan tanggung jawab bagi pengemudi, pemilik kendaraan bermotor dan/atau perusahaan angkutan telah diatur secara tegas dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdapat didalam Pasal 234 sampai Pasal 237. Pertanggung jawaban pengemudi tersebut yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas berupa ganti kerugian baik kerena penderitaan yang diderita korban kecelakaan, maupun kerugian atas kerusakan benda atau kendaraan milik korban kecelakaan tersebut. Tetapi terdapat pengecualian bagi seseorang pengemudi dalam hal ini terkait pertangnggung jawabannya apabila kecelakaan tersebut disebabkan oleh keadaan memaksa, kesalahan korban atau kelalaian korban sendiri maupun disebabkan oleh gerakan orang atau hewan maka bagi pengemudi dapat bebas dari tanggung jawabnya untuk mengganti kerugian yang diderita oleh korban.3

3Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 234 ayat (3).

(4)

Ganti kerugian yang diterima oleh korban maupun keluarga korban akibat adanya kecelakaan lalu lintas jalan tidak hanya bersumber dari pelaku yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas saja tetapi para korban atau keluarga korban dapat menggunakan haknya untuk dapat mendapatkan ganti kerugian atau berupa santunan dari perusahaan asuransi sesuai dengan ketentuan dalam Undnag-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 240 huruf c bahwa korban kecelakaan lalu lintas berhak mendapatkan santunan kecelakaan lalu lintas dari perusahaan asuransi, santunan dari perusahaan asuransi yang dimaksud adalah santunan kecelakaan lalu lintas yang diberikan oleh PT. Jasa Raharja (Persero) sebagai perusahaan asuransi yang diselenggarakan oleh pemerintah.

Penulisan skirpsi ini berangkat dari suatu kasus yaitu kecelakaan maut terjadi diruas tol Cipali pada Kamis (14/11/2019) dini hari melibatkan dua unit bus, yaitu bus Sinar Jaya dan bus Arimbi. Berawal dari bus Sinar Jaya dari Jakarta menuju Jawa Tengah oleng, sebelum menyebrang ke lintasan berlawanan dan menghantam bus Arimbi yang dating dari arah berlawanan. Akibat dari kecelakaan itu, 7 (tujuh) orang meninggal dunia, 6 orang luka berat, dan 12-13 orang luka ringan. Kecelakaan tersebut terjadi di KM 117 Tol Cipali. Akibat tabrakan itu, bagian kanan depan bus Sinar Jaya rusak parah sedangkan bus Arimbi rusak dibagian lambung. Bus Sinar Jaya disebutkan langsung menabrak sisi kanan bus Arimbi yang tengah melaju di jalur berlawanan. Diduga bahwa bahwa sopir mengantuk dan masuk kearah berlawanan.berdasarkan kasus tersebut, maka penulis merasakan tertarik untuk membahas tanggung jawab perusahaan pengangkut atas kecelakaan yang terjadi dalam skripsi yang berjudul:: “Tanggung Jawab PT. Sinar Jaya Megah Langgeng Kepada Korban Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Yang Terjadi Pada Bus Sinar jaya dengan Bus Arimbi Di KM 117 Tol Cipali”

Pemasalahan

(5)

Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang dalam penelitian ini, penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan. Adapun yang menjadi permasalahan disini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Tanggung Jawab PT. Sinar Jaya Megah Langgeng Kepada Korban Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Yang Terjadi Pada Bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi Di KM 117 Tol Cipali?

2. Bagaimana Bentuk Penyelesaian Ganti Rugi yang diberikan oleh PT. Sinar Jaya Megah Langgeng Kepada KorbanTerhadap Kecelakaan Yang Terjadi Pada Bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi Di KM 117 Tol Cipali?

B. METODE PENELITIAN 1. Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian normatif yaitu didasarkan pada analisa hukum, peraturan perundang-undangan serta membutuhkan data sekunder. Penelitian normatif merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder.4

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan oleh Penulis adalah penelitian yang bersifat deskriptif analisis yaitu penelitian untuk menggambarkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi sekarang dan penelitian ini diharapkan memperoleh gambaran secara sistematis dan terperinci tentang permasalahan yang akan diteliti. 5

3. Data dan Sumber Data

4 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian hukum Normatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hal.13.

5 Ibid., hal. 10.

(6)

Sumber data merupakan tempat dimana data dari suatu penelitian dapat diperoleh. Berdasarkan jenis dan bentuknya, data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah;

a. Data skunder

Adalah data yang diperoleh dari suatu sumber yang sudah dikumpulkan oleh pihak lain atau dari bahan pustaka, dalam penulisan skripsi ini data skunder adalah data utama. Memperoleh data skunder melalui beberapa bahan,antara lain:

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat.6 Terdiri dari:

a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer);

b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD);

c) Undang-Undang Nomor Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

d) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan;

e) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36 Tahun 2008 tentang Besaran Santunan dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.

2) Bahan hukum skunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bahan hukum primer.7 Antara lain: literature-literatur, artikel-artikel, dan makalah-makalah yang berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan pengangkut jika terjadi kecelakaan yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi Di KM 117 Tol Cipali

3) Bahan hukum tersier yang dimaksud adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder. Dalam penelitian ini bahan hukum tersier yang

6 Ibid., h.52.

7 Ibid.,

(7)

digunakan adalah menggunakan internet untuk mengakses beberapa data yang diperlukan untuk penulisan skripsi.

b. Data Primer

Adalah data yang diperoleh langusng dari sumbernya.8 Dalam hal ini,data primer yang digunakan untuk mendukung data skunder, penulisan mencari informasi dari informasi dengan menggunakan pedoman wawancara kepada pihak yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

4. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulang data yang dilakukan adalah:

a. Studi Kepustakaan: Mencari Data Sekunder diperpustakaan

b. Studi Lapangan: penulis melakukan penelitian langusung ke PT.Sinar Jaya Megah Langgeng dan ahli hukum di bidang pengangkutan darat dengan menggunakan metode wawancara.

5. Analisis Data

penelitian ini dianalisis secara kualitatif guna menggunakan hasil yang dapat dipertanggungkan secara ilmiah. Penelitian kualitataif sebenrnya merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan perilaku nyata.

Maka penulis menganalisis dengan menggunakan data wawancara 6. Cara Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, artinya adalah metode menarik kesimpulan yang bersifat khusus dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya umum.9 Konsep ini dilakukan menganalisis pengertian dan konsep-konsep tentang Merek yang sifatnya umum dan dianalisis menjadi khusus.

8 Ibid., hal.51.

9 Danny Rahmawan, Diktat Kuliah Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2010), hal. 16.

(8)

C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Tanggung Jawab PT. Sinar Jaya Megah Langgeng Kepada KorbanTerhadap Kecelakaan Lalu Lintas Yang Terjadi Pada Bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi Di KM 117 Tol Cipali

Definisi tanggung jawab sebagaimana yang dikemukakan oleh Prof. E Suherman adalah suatu keharusan bagi seorang untuk melaksanakan dengan selayaknya apa yang telah di wajibkan kepadanya. Adapun istilah yang dipergunakan yaitu liability, yaitu tanggung jawab untuk mengganti suatu kerugian yang diderita suatu pihak karena tindakan pihak lain, seperti kelalaian, cedera janji, perbuatan melawan hukum, atau karena sesuai yang menjadi milik atau dibawah penguasaan pihak-pihak lain. Sedangkan istilah

“responsibility” mempunyai arti tanggung jawabn untuk pelaksanaan suatu tugas atau suatu benda atau seseorang

Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Abdulkadir Muhammad mengenai definisi perjanjian pengangkut merupakan perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan penumpang dan/atau pengirim, dimana pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, dan pengirim atau penumpang mengikatkan dirinya untuk membayar biaya pengangkutan.

Dikatakan bahwa setiap pengangkut mempunyai resiko. Resiko yang dimaksud adalah terjadinya kecelakaan dilalu lintas melibatkan pengguna jasa atau pengguna jalan. Dalam Pasal 1 angka 22 UULLAJ yang dimaksud dengan pengguna jasa adalah perseorangan atau badan hukum yang menggunakan jasa perusahaan angkutan umum. Yang dimaksud salah satu pengguna jasa dapat diartikan sebagai pihak yang mempunyai hubungan hukum atau perjanjian maupun pihak yang tidak mempunyai hubungan diluar perjanjian atau pihak ketiga. Maksud dari pihak yang diluar perjanjian atau pihak ketiga adalah pihak yang tidak memiliki hubungan hukum dengan perusahaan angkutan umum.

(9)

Penulis mengangkat kasus kecelakaan Bus Sinar Jaya yang dikelola oleh PT.Sinar Jaya Megah Langgeng yang melibatkan pihak ketiga yaitu penumpang yang terdapat didalam Bus Arimbi, yang dimana pihak ketiga tidak mempunyai hubungan hukum atau perjanjian dengan perusahaan angkutan umum, dan apabila terjadi suatu kerugian maka pihak ketiga dapat menuntut ganti kerugian kepada pihak pengangkut. Akan tetapi pada kenyataanya PT.Sinar Jaya Megah Langgeng selaku pengangkut tidak melaksanakan kewajibannya sebagai pengangkut, yaitu tidak bertanggung jawab atas kejadian tersebut. Untuk itu PT. Sinar Jaya Megah Langgeng selaku pengangkut selalu dianggap bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh korban Bus Arimbi (pihak ketiga)

Terkait dengan tanggung jawab pengangkut terhadap orang yang dipekerjakan terdapat dalam Pasal 191 UULLAJ menyatakan bahwa:

“Perusahaan Umum bertanggung jawab atas Kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakannya dalam kegiatan angkutan jalan”.

Pasal tersebut mempunyai kesamaan dengan Pasal 1367 Alinea 1 KUHPerdata yang menyatakan bahwa:

“Seorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggunganya yang disebabkan barang-barang yang dipakai dibawah pengawasanya”.

Dalam kasus ini Pasal yang dipakai adalah Pasak 191 UULLAJ karena adanya asas lex specialis derogate lex generalis. Artinya, Undang-Undang yang khusus mengesampingkan Undang-Undang yang bersifat umum.

Dengan demikian jika ada dua ketentuan dari peraturan perundang- undangan yang setingkat dan berlaku pada waktu yang sama, maka harus mengesampingkan peraturan yang umum dan menerapkan peraturan yang khusus. Dalam kasus ini, pengemudi bus Sinar Jaya lalai dalam menjalankan tugasnya sehingga menimbulkan kerugian pada pihak ketiga tersebut adalah sebagian penumpang dari bus Arimbi yang mengalami luka-

(10)

luka dan meninggal dunia. Maka dalam hal ini Perusahaan Pengangkutan tersebut yaitu PT. Sinar Jaya Megah Langgeng berkewajiban bertanggung jawab atas perbuatan pengemudi Bus Sinar Jaya jurusan Jakarta – Jawa Tengah tersebut.

Maka berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata, pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti kerugian. Dimana isi Pasal 1365 KUHPerdata yaitu:

“Tiap perbuatan melawanhukum, yang mengakibatkan kerugian kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahanya menerbitkan kerugia itu, mengganti kerugian tersebut”

Yang dimakud dengan perbuatan melawan hukum, terdapat unsur sebagai berikut “Perbuatan itu Harus Melawan Hukum”

Suatu perbuatan dapat dikatakan melawan hukum apabila bertentangan dengan:

a. Hak orang lain, atau;

b. Kewajiban hukumnya sendiri, atau;

c. Kesusilaan yang baik, atau;

d. Keharusanyang dindahkan dalam pergaulan hidup masyarakat mengenai benda atau orang lain.

Jika dikaitkan dengan kasus, maka perbuatan pengangkut yaitu bus Sinar Jaya yang mengendarai bus dengan keadaan mengantuk, sehingga menimbulkan kecelakaan yang menyebabkan pihak ketiga yaitu7 (tujuh) penumpang dari bus Arimbi meninggal dunia, dan 6 (enam) orang penumpang mengalami luka berat setelah kejadian tersebut, dalam hal ini merupakan perbuatan melawan hukum. Karena perbuatan pengangkut bertentangan dengan hak orang lain dan kesusilaan yang baik.

Tanggung jawab untuk melakukan ganti kerugian kepada pihak yang mengalami kerugian tersebut baru dapat dilakukam apabila orang yang melakukan perbuatan hukum tersebut adalah orang yang memang bertanggung jawab secara hukum (tidak ada alasan pemaaf).

Pada prinsipnya bahwa beban pembuktian ada pada pihak yang dirugikan, yang mana pihakyang dirugikan ini harus membuktikan bahwa

(11)

kerugian yang dideritanya timbul akibat dari perbuatan melawan hukum dan seseorang telah melakukan sesuatu kelalaian yang menyebabkan kerugian, sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1865 ayat (1) KUHPerdata, yaitu

“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuka pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut.”

Tanggung jawab pengangkut terhadap pihak ketiga diatur didalam Pasal 194 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ditentukan bahwa

“Perusahaan angkutan umum tidak bertanggung jawab atas kerugian yang diderita pihak ketiga, kecuali jikapihak ketiga dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut disebabkan oleh kesalahan perusahaan angkutan umum”

Apabila dikaitkan dengan kasus kecelakaan antara PT.Sinar Jaya Megah Langgeng dengan pihak ketiga yaitu beberapa penumpang dari bus Arimbi, maka berdasarkan Pasal 194 ayat (1) kerugian yang diderita oleh pihak ketiga adalah kerugian kehilangan atas nyawa dan luka-luka yang dialami oleh sebagian penumpang bus Arimbi, dan dalam hal ini PT. Sinar Jaya Megah Langgeng yang seharusnya bertanggung jawab atas hal tersebut tetapi pemilik dari Sinar Jaya tersebut.

Pasal ini juga disebutkan mengenai beban pembuktian yang harus dilakukan oleh pihak ketiga yang mengalami kerugian bahwa pengangkutlah yang melakukan kesalahan. Akan tetapi dikarenakan Pihak ketiga adalah beberapa penumpang dari bus Arimbi yang menjadi korban akibat kecelakan tersebut, maka berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan saksi yang melihat kecelakaan tersebut bahwa dapat dibuktikan bahwa perusahaan pengangkutlah yang menyebabkan kecelakaan bus tersebut terjadi haruslah yang bertanggung jawab yaitu PT.Sinar Jaya Megah Langgeng. Dan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak perusahaan pengangkut yaitu PT.Sinar Jaya

(12)

Megah Langgeng tersebut tunduk pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan serta peraturan pelaksanaanya dan jika PT.Sinar Jaya Megah Langgeng tidak bertanggung jawab maka telah melanggar ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan kasus yang telah disampaikan, dengan adanya ketidak sesuaian antara PT.Sinar Jaya Megah Langgeng dengan ketentuan Peraturan Perundangan-undangan maka PT.Sinar Jaya Megah Langgeng dalam hal ini tidak bertanggung jawab kepada korban terhadap kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan bus Arimbi yang didasarkan pasa Pasal 194 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan dan peraturan serta pedoman yang telah diatur dan diterapkan dalam perusahaan PT.Sinar Jaya Megah Langgeng belum melaksanakan sebagaimana harusnya, yang berarti penerapan dari peraturan-peraturan yang disampaikan belum dijalankan sepenuhnya karena ketidaksesuaian antara peraturan dengan praktek yang telah penulis sampaikan.

Adapun Pasal 194 Undang-Undang UULLAJ mempunyai kelemahan yaitu tidak mengatur mengenai besaran ganti kerugian yang harus diberikan, sehingga besarnya ganti kerugian yang harus diberikan pihak pengangkut apabila si pengangkut bertanggung jawab dan yang diatur hanyalah jangka waktu mengenai tuntutan ganti kerugian yang diajukan. Hal ini disebutkan dala Pasal 192 ayat (2) UULAJ yaitu:

“Hak untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian pihak ketiga kepada Perusahaan Angkutan Umum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian”

Hal inilah yang membuat perusahaan pengangkut dalam hal memberikan ganti kerugian terhadap pihak ketiga tidak memiliki acuan jumlah besaran kerugian, hanya ada jangka waktu pengajuan ganti kerugian.

Dalam Passal 194 ayat (1) UULLAJ tersebut juga dapat dikatahui bahwa sistem tanggung jawab yang dipergunakan adalah sistem tanggung jawab

(13)

berdasarkan Atas Kesalahan (base on fault).Sebagaimana sudah ditentukan dalam Pasal 192 tersebut, karena antara pihak ketiga dan pihak pengangkut tidak mempunyai perjanjian pengangkutan akan tetapi tetap terdapat perikatan. Sehingga pihak ketiga tidak dapat mengajukan tuntutan atas dasar presumption of liability, karena sistem presumption of liability hanya dapat dilakukan jika terdapat perjanjian pengangkutan antara para pihak. .

2. Bentuk Penyelesaian Ganti Rugi Yang Diberikan oleh PT. Sinar Jaya Megah Langgeng Kepada Korban Terhadap Kecelakaan Yang Terjadi Pada Bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi Di KM 117 Tol Cipali.

Selalu berkaitan antara tanggung jawab dengan penyelesaian ganti rugi.

Berdasarkan prinsip tanggung jawab based on fault atau prinsip tanggung jawab berdasarkan atas kesalahan yang diatur didalam Pasal 1365 KUHPerdata, dimana suatu perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menimbulkan kerugian siap untuk bertanggung jawab dengan cara memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan.Tanggung jawab berdasarkan kesalahan pengangkut yaitu PT. Sinar Jaya Megah Langgeng harus dibuktikan oleh pihak ketiga yang menuntut ganti rugi. Dan menurut hasil wawancara penulis dengan saksi kecelakaann lalu lintas tersebut dapat dibuktikan bahwa pihak pengangkut yang bersalah karena pengemudi bus Sinar Jaya tersebut mengemudi dalam keadaan mengantuk sehingga menabrak bus Arimbi dan menyebabkan penumpang bus Arimbi mengalami luka-luka dan meninggal dunia.akan tetapi didalam kasus ini yang penulis angkat dimana keluarga korban dan penumpang yang mengalami luka-luka telah meminta ganti kerugian kepada pihak PT.Sinar Jaya Megah Langgeng tetapi tidak di berikan respon apapun oleh pihak PT.Sinar Jaya Megah Langgeng, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seharusnya PT.Sinar Jaya Megah Langgeng bertanggung jawab atas kecelakaan lalu lintas kepada korban penumpang bus arimbi (pihak ketiga) tersebut harus disertai ganti kerugian kepada keluarga korban dan

(14)

penumpang yang mengalami luka-luka akibat kecelakaan lalu lintas yang disebabkan kelalaian pengemudi Bus Sinar jaya. Maka dari itu penulis akan menganalisis ganti kerugian yang seharusnya diberikan dan diterima oleh penumpang yang luka-luka dan keluarga korban yang meninggal dunia tersebut oleh PT. Sinar Jaya Megah Langgeng berdasarkan ketentuan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia.

Membahas mengenai penyelesaian ganti kerugian, PT.Sinar Jaya Megah Langgeng berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, yakni berdasarkan Pasal 194 ayat (1) UULLAJ tersebut diketahui bahwa sisitem tanggung jawab yang dipergunakan adalah based on fault, Karena pihak ketiga dan pihak pengangkut tidak mempunyai hubungan hukum atau perjanjian. Dan besaran kerugian (limititation of liability) tidak diatur. Yang diatur hanyalah jangka waktu untuk mengajukan keberatan dan permintaan ganti kerugian dari pihak ketiga, disampaikan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung mulai tanggal terjadinya kerugian yang terdapat didalam Pasal 194 ayat (2) UULLAJ.

Penulis menyimpulkan dari analisis yang telah dipaparkan bahwa seperti sebelumnya bahwa pengaturan mengenai tanggung jawab dan ganti kerugian yang diatur dan diterapkan didalam perusahaan PT.Sinar Jaya Megah Langgeng belum berjalan dengan sebagaimana harusnya karena tindakan petugas PT.Sinar Jaya Megah Langgeng tidak sesuai dengan ketentuan peraturan-peraturan yang disampaikan belum dijalankan sepenuhnya pada prakteknya karena ketidaksesuaian anatra pengaturan dengan praktek yang dijalannkan dalam hal ini PT.Sinar Jaya Megah Langgeng tidak mengganti kerugian kepada para korban (pihak ketiga).

D. PENUTUP

Berdasarkan pokok permasalah yang telah diajukan, maka dapat disampaikan kesimpulan dan saran, sebagai berikut:

1. Kesimpulan

(15)

a. Bahwa PT.Sinar Jaya Megah Langgeng tidak bertanggung jawab atas kelalaian yang diakibatkan oleh pengemudi Bus Sinar Jaya jurusan Jakarta-Jawa Tengah dan berdasarkan Pasal 194 ayat (1) UULLAJ.

b. PT.Sinar Jaya Megah Langgeng tidak memberikan ganti kerugian kepada korban terhadap kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi di KM 117 tol Cipali.

2. Saran

a. Sebaiknya PT. Sinar Jaya Megah Langgeng bertanggung jawab kepada korban terhadap kecelakaan Lalu lintas yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan bus Arimbi berdasarkan ketentuan Pasal 194 ayat (1) Undang- undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.

b. Sebaiknya PT.Sinar Jaya Megah Langgeng memberikan ganti rugi kepada korban terhadap kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada bus Sinar Jaya dengan Bus Arimbi di KM 117 tol Cipali.

(16)

DAFTAR REFERENSI BUKU

Siti Nurbaiti, Hukum Pengangkutan Darat, jakarta: Universitas Trisakti,, h.1, 2009.

Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga,Bandung: Citra Adutya Bakti, h.7, 1998.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian hukum Normatif, Jakarta: Rajawali Pers, h.13, 2016.

Danny Rahmawan, Diktat Kuliah Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Jakarta:

Universitas Trisakti, h. 16, 2010.

Soerjono Soekanto, dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjawab permasalah tersebut dilakukan penelitian hukum normatif terhadap 3 (tiga) putusan KPPU dan peraturan perundang-undangan yang mendasarinya. Data yang digunakan

Sehingga terhadap pertimbangan hakim yang menyatakan gugatan yang diajukan Dart Industries Inc kepada Mariana dkk selaku distributor Biolife Borneo salah alamat dan tidak dapat

Garuda Indonesia selaku pengangkut belum bertanggung jawab atas kehilangan uang didalam bagasi tercatat milik penumpang Bapak Ihsan, berdasarkan Pasal 144 Undang-Undang Nomor 1

Sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) dan Ayat (2) oleh Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, yang pada prinsipnya apabila

Kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform (TOL) yang telah diselenggarakan oleh Pemerintah Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Bogor, berdasarkan hasil analisa yang

Penelitian mengenai “Peran DPRD Kabupaten Sumbawa Dalam Pelaksanaan Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Lembaga Luar Negeri

Harta pusaka tinggi merupakan harta yang diperoleh secara turun menurun dalam adat Minangkabau disebutkan “dari ninniak turun ka mamak dari mamak turun ka kamanakan” dan

Masing masing mendapat = 1/4 Karena, A meninggal lebih dahulu dari B maka kedudukannya digantikan oleh ahli warisnya yaitu K L M N O P Q (Morina br sembiring dan Daniel