PERAN DPRD DALAM PELAKSANAAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN LEMBAGA
LUAR NEGERI (STUDI TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN GIMCO, LTD)
Almaina Ayuninnas
(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: aalmaina@yahoo.com)
Tri Sulistyowati
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: tri.s@trisakti.ac.id)
ABSTRAK
Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, daerah dapat melakukan kerja sama dengan lembaga luar negeri. Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun 2018 telah mengadakan kerja sama dengan investor asing Korea yang juga telah di tanda tangani oleh Kemendes PDT sebagai wakil dari Pemerintah Pusat. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah bentuk-bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh daerah dengan pihak luar negeri, Apakah peran DPRD Kabupaten Sumbawa dalam pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh PT Alam Bumi Cemerlang, Gimco, Ltd, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Bupati Kabupaten Sumbawa sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Untuk menjawab permasalahan tersebut dilakukan penelitian hukum yuridis normative.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari data kepustakaan yang kemudian dianalisis secara kualitatif serta penarikan kesimpulan dengan metode deduktif. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa: Kabupaten Sumbawa dapat melakukan kerja sama dengan lembaga luar negeri dengan persetujuan pemerintah pusat. DPRD tidak mempunyai kewenangan untuk memberikan persetujuan terhadap kerja sama yang dilakukan dalam perjanjian kerjasama.
Kata kunci: Hukum Otonomi Dearah, Kerja Sama Daerah, Lembaga Luar Negeri
A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara demokrasi dan Negara nomokrasi saat dinyatakan merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagaimana dijelaskan pada Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pasal 1 ayat (2) dan (3).
Prinsip demokrasi pada Negara Indonesia tergambar melalui pernyataan bahwa kedaulatan Negara Indonesia berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar. Prinsip nomokrasi pada Negara Indonesia selain dinyatakan pada Undang Undang Dasar bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum, ditegaskan pula melalui penyelenggaraan Negara yang menjunjung tinggi hukum.
Negara Hukum memiliki dasar keyakinan bahwa kekuasaan Negara harus dijalankan atas dasar hukum yang adil, oleh karena itu dalam menjalankan pemerintahan, tidak boleh berdasarkan kekuasaan atau kesewenang-wenangan, tetapi harus berdasarkan pada hukum yang berlaku. Unsur-unsur Negara Hukum menurut Freidrich Julius Stahl adalah adanya jaminan terhadap hak asasi manusia (grondrchten), adanya pembagian kekuasaan (scheiding van machten), pemerintahan haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum (wet matigheid van het bestuur), dan adanya peradilan administrasi (administrasi rechspraak).
1Bentuk Negara Indonesia adalah Republik dengan sistem pemerintahan presidensil, dimana dipimpin oleh satu orang Presiden sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus kepala Negara. Negara Kesatuan Republik Indonesia terbagi atas Daerah Provinsi dan daerah Provinsi itu terbagi atas Daerah Kabupaten dan Daerah Kota. Daerah Provinsi merupakan daerah administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Gubernur dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan Umum di daerah Provinsi. Sedangkan Daerah Kabupaten/Kota merupakan daerah administratif yang menjadi wilayah kerja bagi Bupati/Walikota dalam menyelenggarakan urusan Pemerintahan Umum di Daerah Kabupaten/Kota.
1
“Unsur-Unsur Negara Hukum” (Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 Pukul 15:37)
https://www.suduthukum.com/2017/01/unsur-unsur-negara-hukum.html.
Susunan Pemerintahan Daerah otonom meliputi DPRD dan Pemerintah Daerah. DPRD dipisahkan dari Pemerintah Daerah dengan maksud untuk lebih memberdayakan DPRD dan meningkatkan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyar. Karena itu, hak-hak DPRD cukup luas dan diarahkan untuk menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat menjadi kebijakan daerah dan melakukan fungsi pengawasan.
2Pelaksanaan Otonomi Daerah menitikberatkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota dimulai dengan penyerahan beberapa kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang bersangkutan. Penyerahan berbagai kewenangan tersebut memerlukan faktor pendukung. Salah satu faktor pendukung yang signifikan menetukan keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah adalah kemampuan daerah untuk membiayai pelaksanaan atau kewenangan yang dimilkinya.
Inti dari konsep pelaksanaan Otonomi daerah adalah upaya memaksimalkan hasil yang akan dicapai sekaligus menghindari kerumitan dan hal-hal yang menghambat pelaksanaan otonomi daerah. Dengan demikian, tuntutan masyarakat dapat diwujudkan secara nyata dengan penerapan otonomi daerah luas dan kelangsungan pelayanan umum tidak diabaikan, serta memelihara kesinambungan fiscal secara nasional.
3Sebagaimana diketahui bahwa seiring dengan dinamisnya pelaksanaan otonomi daerah, maka pemerintah daerah memiliki peluang yang sangat besar untuk melaksanakan kerjasama dengan pihak ketiga atau lembaga dari luar Negeri. Berdasarkan dokumen ‘Capaian 3 Tahun Pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla’ pemerintah menetapkan empat bagian besar yang masuk dalam aspek ini, salah satunya yaitu peningkatan investasi. Peningkatan investasi ini sejalan dengan upaya percepatan pembangunan dengan melibatkan sektor swasta. Dalam konteks ini, pemerintah telah menjalankan sejumlah paket deregulasi yang memudahkan sektor swasta menanamkan modalnya di berbagai sektor dan
2
Deddy Supriady Bratakusumah, Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
wilayah.
4Dalam melaksanakan kerjasama Pemerintah Indonesia dengan lembaga di luar negeri, pejabat Negara perlu pemahaman terhadap peraturan yang berlaku.
Prinsipnya setiap pejabat Negara memiliki kewenangan dalam menetapkan suatu kebijakan, baik kebijakan berdasarkan amanah peraturan perundang-undangan maupun akibat ketiadaan hukum yang mengatur. Pejabat Negara yang memegang jabatan tertentu baik dalam bidang eksekutif, legislatif, maupun yudikatif membuat suatu kebijakan publik untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan yang dapat ditentukan oleh pejabat pemerintah salah satunya adalah kebijakan yang ditetapkan pada suatu waktu dibutuhkan legalitasnya, maka dari itu kebijakan pejabat Pemerintah merupakan salah satu indikator kebenaran pemahaman terhadap peraturan yang berlaku.
Pemahaman terhadap Undang-Undang dan peraturan yang ada dibawahnya sangat penting dilakukan untuk mencegah adanya kesalahan tafsir terhadap isi undang-undang dan peraturan tersebut. Adanya ketidakpahaman terhadap undang-undang dan peraturan dapat menimbulkan perselisihan yang seharusnya tidak perlu diantara para pihak sehingga menimbulkan masalah ketidakpastian hukum. sementara itu kepastian hukum sangat diperlukan diantaranya dalam rangka kerjasama investasi antara pihak pemerintah baik pusat maupun daerah dengan para pihak dari luar negeri.
Masalah ketidak pastian hukum juga termasuk dalam hal kerjasama yang telah dilakukan oleh para pihak yaitu Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dengan Bupati Sumbawa, Gimco, Ltd, dan PT Alam Bumi Cemerlang sebagaimana perjanjian kerjasama terlampir. Bentuk ketidakpahaman terhadap undang-undang dan peraturan dibawahnya telah dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa dengan belum memberikan persetujuan terhadap kerjasama tersebut dengan alasan bahwa kerjasama yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak luar negeri (dalam hal ini Gimco,Ltd) tersebut harus mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan
4
“3 Tahun Jokowi-JK: Enam Paket Kebijakan Ekonomi dan Realisasi Investasi” (Diakses pada tanggal 10 Maret 2019 Pukul 22:44) https://www.google.co.id/amp/s/m.
bisnis.com/amp/read/20171020/9/701365/3-tahun-jokowi-jk-enam-paket-kebijakan-ekonomi-dan-
realisasi-investasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah. Dalam tugas akhir ini penulis ingin meneliti terkait kajian yuridis pemahaman anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah kaitannya dengan kerjasama antara Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, dengan Bupati Sumbawa, Gimco, Ltd, dan PT Alam Bumi Cemerlang untuk pengembangan limbah jagung dan pembangunan palet kayu sebagai sumber energi terbarukan.
Penulis menilai kajian ini menarik untuk dikaji mengingat hubungan kerja sama pada studi kasus ini melibatkan unsur pemerintah pusat, pemerintah daerah, pihak swasta serta lembaga luar negeri.
Berdasarkan uraian-uraian dan latar belakang tersebut maka penulis melakukan penulisan dengan mengangkat judul: “Peran DPRD Dalam Pelaksanaan Kerjasama Antara Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Dengan Lembaga Luar (Studi tentang kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Dengan Gimco, Ltd)”.
2. Permasaahan
Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:
a. Bagaimanakah bentuk- bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh daerah dengan pihak luar negeri ?
b. Apakah peran DPRD Kabupaten Sumbawa dalam pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh PT Alam Bumi Cemerlang, Gimco, Ltd, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Bupati Kabupaten Sumbawa sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
B. Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan
konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. Metodologis
berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu, sistematis adalah berdasarkan suatu
sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu kerangka tertentu.
5Sedangkan penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.
6Adapun metode penelitian yang digunakan penulis untuk pengumpulan data serta pendekatan pembahasan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Tipe Penelitian
Penelitian mengenai “Peran DPRD Kabupaten Sumbawa Dalam Pelaksanaan Kerjasama Yang Dilakukan Oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Dengan Lembaga Luar Negeri (Studi kasus kerjasama antara PT Alam Bumi Cemerlang, Gimco, Ltd, Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Bupati Kabupaten Sumbawa” merupakan penelitian perspektif yuridis normatif. Yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, dimana penelitian difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji beberapa aturan hukum yang bersifat formil yaitu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerjasama Daerah serta literatur yang berisi konsep teoritis yang kemudian dihubungkan dengan permasalahan yang dibahas dalam penulisan penelitian ini.
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang digunakan oleh Penulis dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis yang mana menurut Soerjono Soekanto penelitian deskriptif analitis adalah “Metode Deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
7Dengan kata lain penelitian
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI-Press, 2014), h. 42.
6Ibid., h. 43.
7
“Objek dan Metode Penelitian” (Diakses pada tanggal 12 Maret 2019 Pukul 23:56)
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/534/jbptunikompp-gdl-gyanherlia-26682-6-unikom_g-i.pdf
deskriptif analitis mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah sebagaimana adanya saat penelitian dilaksanakan, hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan bagaimana upaya pemerintah dalam hal mekanisme yang dilakukan dalam pengadaan kerja sama dengan lembaga di luar negeri, dalam hal ini yaitu untuk mengetahui kewenangan dan peran DPRD Kabupaten Sumbawa terhadap kerjasama yang dilakukan oleh PT Alam Bumi Cemerlang, Gimco, Ltd, Kemeterian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Bupati Kabupaten Sumbawa.
3. Data dan Sumber Data
Berdasarkan tipe penelitian yang digunakan, data dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan seperti berbagai buku, dokumen dan lain-lain yang dianggap relevan untuk mengungkap dan membahas obyek penelitian.Di dalam metode penelitian hukum normatif, terdapat 3 macam bahan pustaka yang dipergunakan, yaitu:
a. Bahan hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang mengikat atau yang membuat orang taat pada hukum seperti peraturan perundang-undangan, dan putusan hakim. Dalam hal ini bahan yang dimaksud yaitu:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat Di Provinsi Nusa Tenggara Barat
3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2018 Tentang Kerja Sama Daerah
5) Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder diartikan sebagai bahan hukum yang tidak mengikat tetapi menjelaskan mengenai bahan hukum primer yang merupakan hasil dari olahan pendapat atau pikiran para pakar atau ahli yang mempelajari suatu bidang tertentu secara khusus yang akan memberikan petunjuk ke mana peneliti akan mengarah. Yang dimaksud dengan bahan sekunder disini oleh penulis adalah doktrin-doktrin yang ada didalam buku,yaitu buku menegnai pemerintahan daerah, jurnal hukum dan internet.
4. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh atau dikumpulkan mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dilakukan dengan cara Studi Kepustakaan.
Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan. Antara lain dokumen-dokumen, peraturan perundang- undangan, hasil-hasil karya ilmiah, yang berhubungan dengan adanya substansi mengenai mekanisme kerja sama Pemerintah Indonesia dengan lembaga di luar negeri. Dimana studi kepustakaan ini dapat dilakukan di beberapa tempat, seperti perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Trisakti, perpustakaan Universitas Indonesia maupun mengakses data melalui internet.
5. Analisis Data
Data dari hasil penelitian ini dianalisis secara kualitatif, metode ini diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan analisis statistik atau cara lainnya. Penggunaan metode kualitatif ini bertujuan untuk mendiskripsikan peran DPRD Kabupaten Sumbawa dalam pelaksanaan kerjasama yang dilakukan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah tertinggal dengan lembaga luar negeri serta menganalisis penolakan yang dilakukan DPRD Kabupaten Sumbawa berkaitan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
6. Cara Penarikan Kesimpulan
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan logika deduktif, yaitu proses pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan.
8Jika diambil kesimpulan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) deduktif berasal dari kata deduksi yang berartikan penyimpulan dari yang umum ke yang khusus.
Metode ini dilakukan dengan cara menganalisis pengertian atau konsep-konsep umum, antara lain mengenai peran DPRD Kabupaten Sumbawa dalam pelaksanaa kerjasama yang dilakukan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah tertinggal dengan lembaga luar negeri serta menganalisis penolakan yang dilakukan DPRD Kabupaten Sumbawa sudah tepat dengan perturan perundang- undangan.
C. Pembahasan Dan Hasil Penelitian
1. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa Dalam Menjalin Hubungan Dan Kerja Sama Dengan Pihak Luar Negeri
Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, kewenangan Pemerintah Pusat sangatlah besar. Dapat digambarkan dengan jelas bahwa Pemeritah Daerah merupakan subordinasi dari Pemerintah Pusat. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak bisa berjalan sendiri-sendiri dalam melakukan segala urusan pemerintahan. Meskipun adanya otonomi daerah, tetapi harus tetap adanya koordinasi yang baik dalam rangka pengawasan. Dalam hal ini Pemerintah Pusat memiliki kewenangan untuk memberi pengawasan terhadap pelaksanaan urusan dalam Pemerintah daerah. Setiap Pemerintah Daerah di dalam wilayah Indonesia baik di tingkat provinsi ataupun tingkat Kabupaten/Kota harus berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dalam hal menjalankan urusan pemerintahan.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Pemerintah Daerah memiliki kewenangan
untuk melakukan kerja sama dengan pihak luar negeri. Namun sejauh mana
kewenangan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dalam melakukan sebuah
kerja sama dengan pihak luar negeri belum dibahas secara detail atau merinci.
Secara umum, aturan mengenai kerja sama daerah telah diatur dalam Pasal 363 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah dan dijelaskan dalam ayat (1) bahwa “Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat, Daerah dapat mengadakan kerja sama yang didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan”
9Dan pada ayat (2) dijelaskan bahwa kerja sama daerah dapat dilakukan dengan daerah lain, pihak ketiga, dan/atau lembaga atau pemerintah daerah di luar negeri
10dalam penjelasan Pasal tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pihak ketiga adalah pihak swasta, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga nonpemerintahan lainnya.
11Ketentuan mengenai tata cara kerja sama daerah diatur dan dijelaskan lebih rinci dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah. Dalam Pasal 23 Ayat (1), PP No 28/2018 menjelaskan bahwa Kerja Sama Daerah dengan Lembaga Luar Negeri (KSDLL) dapat diwakili oleh gubernur atau bupati/wali kota. Dalam kasus ini, kerja sama dengan lembaga luar negeri yaitu Gimco, Ltd yang bekerja sama dengan Bupati Kabupaten Sumbawa yang bertindak atas nama daerah
12. Adapun objek-objek yang berkaitan mengenai Kerja Sama Daerah dengan Lembaga Luar Negeri (KSDLL) terdiri dari:
a. Pemegembangan ilmu pengetahuan dan teknologi b. Pertukaran budaya
c. Peningkatan kemampuan teknis dan manajemen pemerintahan d. Promosi potensi daerah; dan
e. Objek kerja sama lainnya yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
13Kerja sama yang dilakukan antara Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Bupati Kabupaten Sumbawa, PT Alam Bumi Cemerlang. dan Gimco, Ltd memilki objek diantaranya yaitu pengembangan pengetahuan dan teknologi yang diaplikasikan pada sektor pengembangan dalam bidang teknologi untuk menciptakan listrik dengan menggunakan limbah jagung dan kayu gamal.
9
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Op.Cit., Pasal 363 Ayat (1)
10
Ibid, Pasal 363 Ayat (2)
11
Ibid, Penjelasan Pasal 363 Ayat (2) Huruf b
12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerjasama Daerah, Pasal 23 Ayat (1)
13
Ibid, Pasal 23 Ayat (2)
Selain itu adapun objek dalam kerja sama ini adalah adanya promosi potensi daerah, dimana kerja sama yang dilakukan ini dapat memberikan promosi mengenai potensi yang ada pada Kabupaten Sumbawa.
Dalam Pasal 23 Ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah telah dijelaskan bahwa Kerja Sama Daerah dengan Lembaga Luar Negeri (KSDLL) harus dituangkan dalam sebuah naskah kerja sama
14, dimana pada perjanjian kerja sama dalam kasus ini dituangkan dalam sebuah naskah kerja sama berupa Nota Kesepahaman (MOU) dan Cooperation Agreement (CA).
Kerja Sama Daerah dengan Lembaga Luar Negeri (KSDLL) diselenggarakan berdasrkan penerusan kerja sama Pemerintah Pusat dan dalam bentuk kerja sama lainnya berdasarkan persetujuan Pemerintah Pusat
15. Kerja sama yang dilakukan oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal, Bupati Kabupaten Sumbawa, PT Alam Bumi Cemerlang. dan Gimco, Ltd ini atas dasar penerusan kerja sama Pemerintah Pusat dan berdasarkan persetujuam Pemerintah Pusat yang diwakili oleh Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal.
Berdasarkan Pasal 27 Ayat (1) PP No 28/2018 menjelaskan bahwa pelaksanaan Kerja Sama Daerah dengan Lembaga Luar Negeri (KSDLL) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Mempunyai hubungan diplomatik b. Merupakan urusan Pemerintah Daerah
c. Pemerintah Daerah tidak membuka kantor perwakilan di luar negeri
d. Pemerintah daerah di luar negeri dan lembaga di luar negeri tidak mencampuri urusan pemerintahan dalam negeri
e. Sesuai dengan kebijakan dan rencana pembangunan nasional dan daerah
16Dalam perjanjian kerja sama ini telah memenuhi syarat sebagaimana
dijelaskan dalam Pasal 27 Ayat (1) PP No 28/2018, yang berarti kerja sama yang
dilakukan antara Gimco, Ltd. Dengan pemerintah Kabupaten Sumbawa telah
dapat dilaksanakan.
2. Peran DPRD Dalam Kerja Sama Daerah Dengan Lembaga Luar Negeri Berdasarkan penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dapat dilaksanakan oleh oleh DPRD dan kepala daerah. DPRD dan kepala daerah berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang diberi mandat rakyat untuk melaksanakan Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah. Dengan demikian maka DPRD dan kepala daerah berkedudukan sebagai mitra sejajar yang mempunyai fungsi yang berbeda. DPRD mempunyai fungsi pembentukan Perda, anggaran dan pengawasan, sedangkan kepala daerah melaksanakan fungsi pelaksanaan atas Perda dan kebijakan Daerah. Dalam mengatur dan mengurus Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tersebut, DPRD dan kepala daerah dibantu oleh Perangkat Daerah
17.
Berdasarkan penjelasan secara rinci diatas, bahwa antara kepala daerah dan DPRD merupakan mitra yang sejajar. Dalam hal ini DPRD dapat memeberikan pertimbangan-pertimbangan dalam menjalankan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Kepala daerah. Maka DPRD dapat memeberikan pertimbangan- pertimbangan yang terkait dalam peaksanaan kerja sama yang dilakukan oleh suatu daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, DPRD memiliki peran dalam memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di Daerah
18, serta memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota
19sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 154 Ayat (1) Huruf f dan g UU No. 23/2014.
Tetapi jika dilihat pada bagian penjelasan Pasal 154 Ayat (1) Huruf f disebutkan bahwa Yang dimaksud dengan ”perjanjian internasional di Daerah kabupaten/kota” dalam ketentuan ini adalah perjanjian antara Pemerintah Pusat dan pihak luar negeri yang berkaitan dengan kepentingan Daerah
17 Ibid, Penjelasan Umum tentang Penyelanggaraan Pemerintaha Daerah
18
Ibid, Pasal 154 Ayat (1) Huruf f
19
Ibid, Pasal 154 Ayat (1) Huruf g
kabupaten/kota
20. Dan pada penjelasan Pasal 154 Ayat (1) Huruf g disebutkan bahwa Yang dimaksud dengan ”kerja sama internasional” dalam ketentuan ini adalah kerja sama Daerah antara Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan pihak luar negeri yang meliputi kerja sama kabupaten/kota ”kembar”, kerja sama teknik termasuk bantuan kemanusiaan, kerja sama penerusan pinjaman/hibah, kerja sama penyertaan modal, dan kerja sama lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
21.
Sedangkan perjanjian kerja sama dalam kasus ini adalah perjanjian kerja sama antara Daerah dengan Lembaga Luar negeri, berbeda dengan apa yang dimaksud dalam Pasal 154 Ayat (1) Huruf f dan g yang mana disebutkan bahwa DPRD berwenang untuk memberikan pendapat dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 154 Ayat (1) Huruf f dan memberikan persetujuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 154 Ayat (1) Huruf g. hal ini dapat dilihat dalam penjelasan yang menyebutkan bahwa DPRD hanya dapat memberikan pendapat dan pertimbangan dalam perjanjian antara Pemerintah Pusat dan pihak luar negeri, dan hanya dapat memberikan persetujuan dalam kerja sama Daerah antara Pemerintahan Daerah kabupaten/kota dan pihak luar negeri yang meliputi kerja sama kota kembar atau “sister city”. Sister City adalah sebuah konsep di mana dua daerah atau kota yang secara geografis, administratif, dan politik berbeda, berpasangan untuk menjalin hubungan sosial antar masyarakat dan budaya
22.
Dalam hal DPRD Kabupaten Sumbawa beranggapan bahwa perjanjian kerja sama yang dibuat antara Bupati Kabupaten Sumbawa, Gimco, Ltd, PT. Alam Bumi Cemerlang, dan Kementerian dan Pembangunan Daerah Tertinggal tidak sesuai dengan UU No. 23/2014 dan PP No. 28/2018 tidak dapat dibenarkan, karena perjanjian kerja sama yang diatur dalam PP No. 28/2018 mengatur mengenai Kerja Sama Daerah dengan Daerah lain (KSDD), Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga (KSDPK), Kerja Sama Daerah dengan Pemerintah Daerah di Luar negeri (KSDPL), dan Kerja Sama Daerah dengan Lembaga di Luar negeri
20