• Tidak ada hasil yang ditemukan

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang berada ditpk Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peternak sapi perah anggota KPBS Pangalengan yang berada diTPK Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

3.2. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, yaitu penelitian yang

mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat yang pokok (Singarimbun, 1995).

3.3. Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian adalah di wilayah kerja KPBS Pangalengan. Data diambil di TPK Sukamenak Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan pertimbangan : (a) TPK Sukamenak merupakan TPK yang memiliki jumlah peternak terbanyak di wilayah kerja KPBS, (b) di TPK Sukamenak sebagian peternak memelihara pedet betina sebagai calon induk, dan sebagian lainnya membeli sapi dara bunting untuk menggganti sapi produktif yang harus diafkir.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan Stratified Random Sampling (Pengambilan Sampel Acak Stratifikasi), menurut Paturochman (2012) pengambilan sampel acak stratifikasi adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara berlapis dengan karakteristik anggotanya yang heterogen atau tidak seragam. Tahapan pengambilan sampel :

(2)

1. Menentukan TPK Sukamenak sebagai daerah pengambilan sampel dengan pertimbangan bahwa TPK Sukamenak merupakan TPK yang memiliki jumlah peternak terbanyak di wilayah kerja KPBS, yaitu sebanyak 173 orang peternak. 2. Responden peternak sapi perah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Strata I : Peternak yang tidak melakukan pemeliharaan pedet betina untuk calon induk pengganti, sebanyak 79 peternak.

2. Strata II : Peternak yang melakukan pemeliharaan / pembesaran pedet betina sapi perah untuk calon induk pengganti, sebanyak 94 peternak.

Indikator pembeda untuk dua kelompok tersebut adalah : peternak yang memelihara sapi dara merupakan anggota kelompok peternak yang melakukan penggantian induk produktif melalui pembesaran pedet betina, sedangkan yang tidak memelihara sapi dara dikelompokkan sebagai yang kurang/tidak berminat melakukan pembesaran pedet betina atau berminat membeli sapi dara bunting sebagai induk pengganti.

3. Perhitungan jumlah responden dengan Proporsional Allocation Method (Parel, 1973), yaitu :

1. Penentuan Jumlah Sampel. Tabel 1 . Strata Populasi

Strata 𝑁ℎ 𝑆2ℎ

1 79 1,65

2 94 2,75

(3)

n = 𝑁∑𝑁ℎ𝑆 2 ℎ 𝑁2𝑑2 𝑧2+∑𝑁ℎ𝑆 2 ℎ n= 173 𝑋 388,85 (173)2 0,12 1,6452+ 388,85 n = 134,7 ~ 135

2. Penentuan Jumlah Sampel Perkelompok.

nh = 𝑁ℎ 𝑁 x n n1 = 79 173 x 135 = 62 n2 = 94 173 x 135 = 73

4. Penentuan responden perkelompok dengan teknik pengundian nama-nama responden.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer adalah berbagai jenis data yang diperoleh secara langsung atau tidak langsung dari responden atau dari pihak lain, yang belum pernah diolah dan atau dilaporkan oleh siapapun sedangkan data sekunder adalah data yang sudah diolah dan atau dilaporkan oleh siapapun atau lembaga lain (Paturochman, 2012). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara secara langsung kepada peternak dengan menggunakan kuesioner, dan data sekunder diperoleh dari Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS), Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung, dan Dinas Peternakan Jawa Barat

(4)

3.6. Operasionalisasi Variabel

3.6.1. Faktor Pendorong dan Penghambat Pembesaran Pedet Sapi Perah

Menurut Suherni (2006), pengembangan suatu usaha sapi perah, dipengaruhi oleh faktor sumberdaya manusia (umur peternak, tingkat pendidikan, lama beternak, mata pencaharian, dan jumlah anggota keluarga), populasi sapi perah yang dimiliki, pemasaran susu, penyediaan bibit sapi perah, kelembagaan, dan potensi pasar. Berdasarkan pendekatan kepada faktor-faktor tersebut dan pernyataan peternak dilapangan, dapat ditentukan faktor-faktor pendorong dan penghambat pembesaran pedet betina sapi perah, yaitu :

Tabel 2. Faktor Pendorong dan Penghambat Usaha Pembesaran Pedet Betina Sapi Perah

No Faktor Definisi

1 Umur Peternak Umur adalah lamanya waktu hidup peternak (sejak dilahirkan sampai dengan sekarang) dihitung dengan satuan tahun.

2 Tenaga Kerja Keluarga Tenaga kerja keluarga adalah jumlah tenaga kerja potensial yang selalu tersedia tetap pada suatu keluarga peternak yang dapat meliputi bapak, ibu, anak dan keluarga lain dalam suatu rumah tangga yang merupakan tanggungan peternak, dihitung dalam satuan jumlah orang/peternakan.

3 Tingkat Pendidikan

Peternak

Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan formal yang diikuti peternak.

4

Pengalaman beternak

Pengalaman beternak adalah hal-hal tentang beternak yang pernah dialami oleh peternak (dijalani, dirasai dan ditanggung), dihitung dengan satuan tahun.

5 Modal Modal adalah segala sumber daya yang dimiliki peternak untuk menunjang pembesaran pedet betina sapi perah. Dihitung dengan besar tidaknya modal.

(5)

No Faktor Definisi

6 Hijauan Hijauan adalah makanan berserat kasar tinggi (cellulosa dan hemi – cellulosa) yang biasa dikonsumsi oleh ternak, biasanya berupa tanam-tanaman. Semakin banyak hijauan yang tersedia, maka kemungkinan untuk melaksanakan usaha rearing semakin besar. Dihitung dengan satuan kg/hari.

7 Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan lengkap. Harga pakan satuannya adalah rupiah/kg.

8 Usaha Pembesaran Pedet Lama

MenghasilkanKeuntungan

Merupakan asumsi yang beredar dikalangan peternak, sehingga peternak enggan melakukan pembesaran pedet betina sapi perah. Dinyatakan dalam bulan.

9 Permintaan susu Permintaan susu adalah sejumlah susu yang akan dibeli atau yang diminta pada tingkat harga tertentu dalam waktu tertentu. Satuannya adalah liter/hari.

10 Kebijakan koperasi Kebijakan koperasi adalah suatu kebijakan mengenai kewajiban melakukan pembesaran pedet betina sapi perah yang dikeluarkan oleh koperasi. Dinyatakan dengan ada tidaknya kebijakan pembesaran.

11 Kebijakan dinas peternakan Kebijakan dinas peternakan adalah suatu kebijakan mengenai kewajiban melakukan pembesaran pedet betina sapi perah yang dikeluarkan oleh dinas peternakan. Dinyatakan dengan ada tidaknya kebijakan pembesaran dari dinas peternakan.

12 Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah adalah suatu kebijakan mengenai kewajiban melakukan pembesaran pedet betina sapi perah yang dikeluarkan oleh dinas pemerintah. Dinyatakan dengan ada tidaknya kebijakan pembesaran

13 Besarnya biaya

pembesaran pedet betina sapi perah.

Biaya pembesaran pedet betina sapi perah adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh peternak pada saat memelihara pedet sampai menjadi induk dimulai dari pakan sampai biaya kesehatan. Dinyatakan dengan rupiah/periode pembesaran pedet.

14 Bandar Sapi Bandar sapi merupakan pedagang yang memperjual

belikan sapi baik itu sapi pedet, dara, induk, jantan maupun sapi yang telah afkir. Dinyatakan dengan jumlah bandar yang ada disekitar peternak.

(6)

No Faktor Definisi

15 Ternak Ternak merupakan kebutuhan peternak akan ternak

pengganti induk. Satuannya adalah ekor.

16 Lahan Lahan merupakan aset atau input dalam usaha peternakan,

lahan dapat berupa lahan peternakan dan lahan kebun rumput yang dimiliki peternak. Satuannya adalah meter. 17 Pengetahuan Peternak Pengetahuan adalah ilmu yang dimiliki oleh peternak

dalam hal ini tentang pembesaran pedet betina sapi perah. Pengetahuan biasanya didapatkan dari sekolah formal atau informal seperti penyuluhan. Dinyatakan dengan ada tidaknya pengetahuan yang dimiliki peternak tentang pembesaran pedet betina.

18 Inseminasi Buatan Inseminasi buatan merupakan salah satu teknologi yang menunjang dalam pembesaran pedet betina sapi perah. Dinyatakan dengan mudah tidaknya melaksanakan IB 19 Kebutuhan Peternak akan

Uang

Kebutuhan peternak akan uang merupakan kebutuhan peternak akan uang untuk memenuhi kebutuhan dalam petrnakannya atau kebutuhan rumah tangganya.

3.7. Metode Analisis

3.7.1. Analisis Anggaran Parsial (Partial Budget Analysis)

Anggaran lazim disebut perencanaan dan pengendalian laba, yaitu proses yang ditunjukkan untuk membantu manajemen dalam perencanaan dan pengendalian yang efektif. Analisis parsial (partial budget analysis) pada umumnya mengestimasi biaya dan penerimaan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengevaluasi akibat yang disebabkan oleh perubahan – perubahan kecil dalam metode produksi atau manajemen usaha ternak (Edwards & Kay, 1994).

(7)

Apabila net income change bernilai positif mengandung arti bahwa pembesaran pedet betina sapi perah sebagai calon induk memberikan manfaat atau tambahan pendapatan bagi peternak, sebaliknya apabila nilai net income change negatif, maka pembesaran pedet betina sapi perah sebagai calon induk tidak memberikan manfaat atau pendapatan bagi peternak.

Tabel 3. Anggaran Parsial untuk Pembesaran Pedet Betina Sapi Perah.

(A) Penurunan Pendapatan Rp (B) Peningkatan Pendapatan Rp

1. Biaya Tambahan 2. Tambahan pendapatan

 Rumput . . .  Penjualan dara . . .

 konsentrat . . .

 Pakan tambahan lain . . .

 Tenaga kerja . . .

3. Pendapatan yang hilang 4. Pengurangan Biaya

 Penjualan pedet . . .  Pembelian Dara

 Hijauan (0-3 bln)

 Konsentrat (0-3 bln)

 Susu untuk pedet

. . . . . . . . . . . .

Total (A) Total (B)

Net income change (B-A)

3.7.2. Participatory System Analysis (PSA)

Metode analisis yang digunakan adalah Participatory System Analysis (PSA). Menurut Herweg dan Steiner (2002), metode ini adalah metode diskusi terfokus yang digunakan untuk mendapatkan faktor-faktor penting yang terkait dengan dampak limbah ternak berdasarkan hasil masukan dari informan. Metode analisis Participatory System Analysis (PSA) dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan faktor penentu dalam usaha rearing sapi perah, tahapannya adalah : 1. Menentukan Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Usaha Pembesaran Pedet

(8)

Tabel 4. Identifikasi Faktor Pendorong dan Faktor Penghambat Usaha Pembesaran Pedet Betina Sapi Perah.

No Faktor Pendorong Penghambat

1 Umur Peternak Produktif Tidak Produktif

2 Tenaga Kerja Keluarga Jumlah Tenaga Kerja Kualitas Tenaga Kerja Rendah 3 Tingkat Pendidikan Lulus sekolah formal -

No Faktor Pendorong Penghambat

4 Pengalaman Beternak Waktu Pengalaman Rearing Rendah

5 Pengetahuan Peternak Pengetahuan Banyak Jenis Pengetahuan

6 Asumsi Pembesaran Pedet Lama Menghasilkan Keuntungan

- Adanya Asumsi

7 Ternak Jumlah Ternak Produktifitas

8 Hijauan Jumlah Kualitas

9 Lahan Luasan Status Kepemilikan

10 Modal Ada Tidak Ada

11 Biaya Pembesaran Tidak Terasa karena dibiayai Induk Produktif

Mahal

12 Kebutuhan Peternak akan Uang

Tidak Ada Ada

13 Inseminasi Buatan Kemudahan IB -

14 Pakan Konsentrat Harga Kualitas

15 Kebijakan Koperasi Ada Tidak Ada

16 Kebijakan Dinas Ada Tidak Ada

17 Kebijakan Pemerintah Ada Tidak Ada

18 Bandar Keberadaan Kemudahan

Mendapatkan Induk

19 Permintaan Susu Banyak Sedikit

(9)

Uji chochran digunakan pada data dengan skala pengukuran nominal atau untuk informasi yang terpisah dua, misalnya informasi “ya” atau “tidak”. Penggunaan uji ini untuk mengetahui keberadaan hubungan antara beberapa variabel (Siagian, 2000). Jawaban “ya” dinilai dengan skor 1 dan jawaban “tidak” dinilai dengan skor 0.

Dihitung dengan rumus :

Q = (𝑘−1)(𝑘∑𝐶𝑗 2−(∑𝐶 𝑗)2 𝑘 ∑ 𝑅𝑖−∑𝑅𝑖2 Keterangan : K = Banyaknya variabel. Ri = Jumlah baris jawaban “ya”

Cj = Jumlah kolom jawaban “ya”

Tujuan dilakukannya uji cochran ini adalah untuk mengetahui faktor yang telah diidentifikasi merupakan faktor pendorong dan penghambat yang sesuai dengan responden. Faktor yang telah sesuai dengan responden, kemudian dilakukan pengelimnasian faktor. Pengeliminasian faktor ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendorong dominan dan faktor penghambat dominan usaha rearing sapi perah.

3. Penentuan Hubungan Antar Faktor.

Tujuan ditentukannya hubungan antar faktor adalah untuk melihat kolerasi antara satu faktor dengan faktor yang lainnya, dengan skala nilai 5= jika sangat

(10)

berpengaruh, nilai 4 = jika berpengaruh, nilai 3 = jika cukup berpengaruh, nilai 2= jika tidak berpengaruh dan nilai 1 = jika sangat tidak berpengaruh. Hasil yang diperoleh kemudian dimasukan kedalam bentuk matriks.

Tabel 5. Penilaian Hubungan Antar Faktor yang Berpengaruh pada Usaha Rearing Sapi Perah.

Faktor 1 2 3 4 Dst Active Sume (AS) Degree of Interrel. (AS-PS)

1 2 3 4 Dst Pasive Sum (PS) Active Ratio (AS/PS)

4. Penentuan Rasio Aktivitas (Activity Ratio) dan Derajat Hubungan Antar Faktor.

Untuk mengetahui rasio aktivitas (Activity Ratio) dan derajat hubungan antar faktor dengan menjumlahkan untuk setiap baris (Active Sum = AS) atau kolom (Pasive Sum = PS). Derajat hubungan antar faktor (degree of interrelation) ditentukan dengan menggunakan AS – PS atau jumlah AS dikurangi PS pada masing-masing faktor, sedangkan untuk menentukan Rasio Aktivitas ditentukan dengan AS/PS atau jumlah AS dibagi PS pada masing-masing faktor. Selanjutnya, disusun dalam matrik :

Tabel 6. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) dan Derajat Hubungan Antar Faktor

Faktor Activity Ratio Degree of Interrelation

1 2 3

(11)

4 5 6 7 8 9 Dst

5. Penentuan Faktor Penentu

Hasil dari activity ratio dan degree of Interrelation digunakan untuk menentukan faktor-faktor mana yang masuk dalam kuadran Symptom, Buffer, Critical Elements, dan Motor/Lever. Selanjutnya, sebagai contoh dari diagram PSA dapat dilihat antar kuadran tersebut dapat digambarkan :

Ilustrasi 2. Diagram Participatory Sistem Analisis

Symptom Critical Element

(12)

Kuadran Symptom (Gejala) adalah faktor-faktor yang sangat dipengaruhi oleh faktor lainnya dan tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah sistem. Kuadran Buffer (Penyangga) adalah faktor-faktor yang tidak mempengaruhi ataupun dipengaruhi oleh faktor lainnya. Kuadran Critical Elements (Elemen Kritis) adalah faktor-faktor sebagai akselelator dan katalisator terhadap sistem tetapi faktor ini harus dipahami secara detail karena dapat berubah sewaktu-waktu tidak sesuai dengan yang diharapkan atau memiliki effek samping. Terakhir, kuadran Motor/Lever (Pengungkit) adalah faktor-faktor yang diprediksi dapat mempengaruhi faktor lainnya.

Sebuah faktor penghambat atau pendorong akan dianggap menentukan apabila berada pada kuadran Motor/lever, sedangkan apabila faktor penghambat atau pendorong berada dikuadran Symptom, Buffer, dan Critical Elements bukanlah mereupakan faktor penentu.

Gambar

Tabel 3. Anggaran Parsial untuk Pembesaran Pedet Betina Sapi Perah.
Ilustrasi 2. Diagram Participatory Sistem Analisis

Referensi

Dokumen terkait

Pencadangan ataupun penetapan suatu daerah menjadi kawasan ekowisata bertujuan untuk mengharmonisasikan antara kebutuhan ekonomi masyarakat dengan keinginan untuk

Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang paling lama 1 (satu) bulan sejak Keputusan Kepala ini ditandatangani dengan melampirkan Naskah Hibah, Berita Acara

Mengingat peran pendidikan dan pelatihan sangat penting bagi sebuah koperasi dalam hal mempersiapkan pengurus dan karyawan yang berkualitas sehingga pengurus dapat

Secara simultan atau keseluruhan variabel bahwa jumlah produksi, tenaga kerja, modal, harga dan jumlah pohon memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan

Faktor lain yang juga ikut berperan menjadi alasan mengapa remaja saat ini memilih bergabung dengan geng motor adalah kurangnya sarana atau media bagi mereka yang

MajIis Majlis Mesyuarat Kerajaan dibahagikan kepada dua, Majlis Negeri.. yang mempunyai kuasa perundangan dan Jemaah Menteri yang mempunyai kuasa pe1aksanaan. MB Majlis

Pada setiap periode lima tahun dari tahun 2010 akan dibuat semacam road map untuk mengetahui sejauh mana sasaran-sasaran pengendalian kuantitas penduduk yang harus

Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium (kulit buah) dan mesokarpium (daging buah