• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Usaha Tani Kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Usaha Tani Kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Usaha

Tani Kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang

Kabupaten Mamuju

Arfawati1, Agus Syam2, Marhawati3, Muh Ihsan Said4, Ilham Thaief5

Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Makassar1,2,3,4,5 Email: arfaarfawati@gmail.com

Abstract. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produksi, Tenaga Kerja, Modal, Harga dan Jumlah Pohon secara Parsial dan Simultan terhadap pendapatan usaha tani kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju. Jenis penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Data yang diolah hasil penyebaran instrumen berupa kusioner terhadap 54 responden yang menjadi petani kakao. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah uji validitas, uji realibilitas, dan uji hipotesis. Hasil penelitian ditemukan bahwa produksi, tenaga kerja, modal dan jumlah pohon berpengaruh terhadap pendapatan petani kakao sedangkan harga tidak berpengaruh terhadap pendapatan petani kakao. Hasil analisis secara simultan atau keseluruhan variabel antara jumlah produksi, tenaga kerja, modal, harga dan jumlah pohon memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

Keywords: Jumlah Produksi, Tenaga Kerja, Modal, Harga, Jumlah Pohon, Pendapatan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

(2)

PENDAHULUAN

Kakao merupakan salah satu hasil perkebunan indonesia yang cukup potensial dan merupakan salah satu komoditi ekspor. Hal ini didukung oleh areal tanam di indonesia yang masih tersedia, tenaga kerja dan tenaga ahli kakao yang juga memadai sehingga tidak berlebihan bila potensi ini masih dapat ditingkatkan. Di samping itu kakao juga sebagai penyedia devisa negara dan berperan dalam mendorong pengembangan wilayah serta pengembangan agroindustri. Hal ini didukung oleh areal tanam di Indonesia yang masih tersedia, tenaga kerja dan tenaga ahli kakao yang jug a memadai sehingga tidak berlebihan bila potensi ini masih dapat ditingkatkan. Di samping itu kakao juga sebagai penyedia devisa negara dan berperang dalam mendorong pengembangan wilayah serta pengembangan argoindustri.

Indonesia merupakan negara produsen ketiga terbesar kakao dunia setelah Evory Coast (Pantai Gading) dan Ghana. Luas areal tanaman kakao Indonesia tercatat seluas 1.4 juta hektar dengan produksi kurang lebih 500 ribu ton pertahun (Saputra, 2015). Negara agraris seperti Indonesia mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha sektor pertanian terutama agrbisnis di tengah era globalisasi. Usaha ini diharapkan mampu memberi konstribusi yang lebih besar terhadap sektor pertanian dalam rangka meningkatkan perekonomian. Kebutuhan untuk merevitalisasi pertanian untuk upaya pengembangan kemajuan pertanian di Indonesia dari pertanian sederhana menjadi pertanian berbasis agribisnis (Darwanto, 2010). Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang tidak dapat diganti dengan yang lain bila mengalami kerugian. Apabila tanaman kakao tersebut di pelihara dengan baik atau dengan budidaya dengan baik akan menghasilkan pula produksi kakao yang menguntungkan dalam jangka waktu yang panjang. Biji kakao juga merupakan penambah devisa terbesar Indonesia setelah kelapa sawit dan karet.

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang mempunyai peluang cukup besar bagi perdagangan, baik di dalam maupun di luar negeri. Komoditi kakao pada masa yang akan datang diharapkan akan dapat menduduki tempat yang sejajar dengan komoditi karet dan kelapa sawit. Komoditi kakao mempunyai peluang untuk pasaran ekspor, sehingga dapat meningkatkan devisa negara. Untuk itu pemerintah berusaha meningkatkan dan mengembangkannya. Usaha-usaha yang akan dilaksanakan antara lain perluasan areal, rehabilitasi, intensifikasi dan diversifikasi (Spillane, 1995).

Salah satu sub sektor pertanian yang harus dikembangkan adalah sub sektor perkebunan. Potensi yang perlu dikembangkan berkenaan dengan diversifikasi komoditi khususnya dibidang perkebunan adalah komoditi kakao baik di pasar domestik maupun di pasar internasional mempunyai prospek yang baik antara lain yaitu dengan meningkatnya nilai ekspor secara terus menerus pada komoditi kakao secara nasional, sehingga memberikan dan menambah devisa ba gi negara (Geonadi, dkk, 2005).

(3)

Provinsi Sulawesi Barat adalah daerah yang terletak pada sisi barat Pulau Sulawesi yang merupakan pemekaran dari Provinsi Sulawesi Selatan. Provinsi ini terbentuk pada tanggal 5 Oktober tahun 2004 berdasarkan UU No 26 Tahun 2004 yang menetapkan Mamuju sebagai ibukota provinsi. Secara geografis provinsi ini terletak pada 00 12’-3038’LS dan 1180 43’15”-1190 54’3BT. Sulawesi Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah utara dan Selat Makassar di sebelah Barat. Sedangkan sebelah selatan dan timur dibatasi oleh Provinsi Sulawesi Selatan. Luas wilayah Provinsi Sulawesi Barat tercatat 16.937,16 kilometer persegi yang meliputi 6 kabupaten, 69 kecamatan dan 649 desa/kelurahan.

Kabupaten Mamuju terletak di Provinsi Sulawesi Barat pada posisi 10 38’ 110” – 20 54’ 552” Lintang Selatan dan 110 54’ 47” – 1305’ 35” Bujur Timur. Kabupaten Mamuju yang beribukota di Mamuju, berbatasan dengan Kabupaten Mamuju Tengah di sebelah utara dan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah timur, Kabupaten Majene, Kabupaten, Mamasa dan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah selatan serta Selat Makassar di sebelah barat.

Desa Batu Ampa merupakan salah satu desa yang terletak di Kabupaten Mamuju Kecamatan Papalang. Desa Batu Ampa mayoritas mata pencaharian penduduk 90 persen adalah sebagai petani. Usahatani kakao yang berada di Desa Batu Ampa diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat karena usaha tersebut dikelola oleh petani sendiri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kegiatan usahatani kakao yang dilakukan tidak didasari oleh prinsip ekonomi, yaitu manajemen usaha. Petani tidak pernah melakukan proses pencatatan dan perhitungan dari setiap biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, sehingga petani tidak mengetahui untung atau rugi dari usahatani kakao yang dijalankan. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian terhadap usahatani kakao yang dilakukan oleh petani untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi guna peningkatan produksi dan perbaikan tingkat pendapatan petani yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan terhadap keluarga petani tersebut.

KERANGKA TEORITIK 1. Konsep Pendapatan

Menurut Boediono (1998: 170), pendapatan atau income seseorang warga masyarakat adalah hasil “penjualannya” dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Dan sektor produksi ini “membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi.

Menurut Soekartawi (1990: 29) menyatakan bahwa pendapatan petani adalah selisih antara penerimaan (TR) dikurangi dengan pengeluaran biaya (TC). Pendapatan kotor sebagai total produksi usahatani sebelum dikurangi biaya produki. Jadi, Pd = TR -TC. Penerimaan (TR) adalah perkalian antara total produksi (Y) dengan harga jual (Py) yaitu TR = Y x Py. Biaya petani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya

(4)

yang relatif tetap jumlahnya dan jika dikeluarkan dalam proses produksi tidak akan habis dalam sekali proses produksi, seperti lahan pertanian, peralatan, dan sebagainya. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh dan habis dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya untuk tenaga kerja, biaya pupuk, biaya bibit, biaya pestisida. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC), maka TC = FC + VC.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan 1) Produksi

Menurut Sukirno (2003 :193) secara umum konsep produksi digunakan sebagai pendekatan terhadap aktivitas dalam proses produksi yang menjelaskan hubungan antar faktor – faktor produksi (input) dengan proses produksi itu sendiri (output).

Sedangkan menurut Suratiyah (dalam, Suzana, 2007: 65) jika permintaan akan produksi tinggi maka harga ditingkat petani akan tinggi pula sehingga dengan biaya yang sama petani akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Sebaliknya jika petani telah berhasil meningkatkan produksi tetapi harga turun maka pendapatan petani akan turun pula.

2) Tenaga Kerja

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjan mendefinisikan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

3) Modal

Menurut Kamus Ekonomi (1998), modal diartikan sebagai obyek-obyek material yang digunakan untuk memproduksi kekayaan, atau untuk menyelenggarakan jasa-jasa ekonomi. Modal merupakan salah satu dari empat faktor produksi yang dalam ilmu ekonomi biasanya dianggap perlu bagi sebuah kesatuan produktif dan usaha.

4) Harga

Sukirno (2000:91) mengemukakan bahwa harga suatu barang yang diperjual belikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Keseimbangan pasar tersebut terjadi apabila jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta. Kotler (2001:439) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut.

5) Jumlah Pohon

Pohon atau bibit yaitu tanaman muda yang sudah tumbuh di persemaian dan siap dipindahkan dilapangan untuk menghasilkan produksi (Yuniarto, 2008). Menurut batasan yang umum, pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu dan bercabang. Batang pohon utama berdiri dan berukuran lebih besar dibanding

(5)

cabang-cabangnya. Pohon belimbing memiliki daun majemuk tang panjangnya dapat mencapai 50 cm, bunga berwarna merah muda yang umumnya muncul di ujung daun. Pohon ini bercabang banyak dan dapat tumbuh hingga mencapai 5 m. Tidak seperti tanaman tropis lainnya, pohon belimbing tidak memerlukan banyak sinar matahari, penyebaran pohon kakao sangat luas karena benihnyadisebarkan oleh lebah

Untuk memperoleh hasil atau output pertanian, salah satu faktor yang menentukan adalah pohon atau bibit yang ada dilapangan atau yang digunakan dalam mengahasilkan pruduksi pada tanaman. Jumlah pohon ditentukan oleh luas lahan dan Jarak tanam kakao yang umumnya disesuaikan dengan kemiringan tanah. Jumlah pohon yang berproduksi merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya produksi kakao. Semakin banyak tanaman kakao yang berproduksi, maka semakin banyak pula produksi kakao yang dihasilkan oleh petani.

Jumlah pohon sangat berpengaruh dalam hasil produksi kakao pada saat panen. Mengetahui jumlah populasi tanaman satuan luas (misalnya per hektar) menjadi penting khususnya bagi para petani pembudidaya kakao. Dengan mengetahui jumlah tanaman persatuan luas (hektar) para petani bisa merencanakan pupuk dan tenaga kerja secara lebih tepat, yang pada akhirnya kebutuhan biaya yang diperlukan untuk pembelian pupuk dan upah tenaga kerja dapat dihitung secara lebih cepat dan akurat.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan penulis merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan memaparkan fenomena yang ada di tengah masyarakat petani kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju serta menggunakan angka-angka untuk menjabarkan karakteristik permasalahan dan hasil penelitian yang akan dipaparkan. Teknik yang digunakan yaitu Library Research (Penelitian Kepustakaan), wawancara langsung, observasi dan kusioner.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luas lahan pertanian yang ada sudah termasuk dalam pengembangan usaha tani kakao yang ada di desa batu ampa kecamatan Papalang kabupaten Mamuju.

1. Jumlah Produksi

Hasil jumlah produksi usaha tani kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju ditemukan bahwa rata-rata hasil produksi responden dalam jangka 1 tahun dengan hasil panen yang dilakukan sebanyak 2 kali sebesar 2348,89 kg.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dibagi menjadi beberapa tahap yaitu penanaman, perawatan, dan panen selama 1 tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 54 responden maka ditemukan hasil sebagai berikut.

(6)

a. jumlah tenaga kerja yang biasa digunakan dalam usaha tani kakao pada saat proses penanaman yaitu 2 orang sebanyak 39 responden (72,22%) dengan total biaya rata-rata dikeluarkan Rp.100.000 untuk 1 tenaga kerja. b. jumlah tenaga kerja yang biasa digunakan oleh petani pada saat proses

perawatan yaitu 1 orang sebanyak 35 responden (64,81%). jumlah tenaga kerja yang biasa digunakan oleh petani kakao pada saat proses panen yaitu 1 orang tenaga kerja sebanyak 48 responden (88,88 %) dan 2 orang tenaga kerja sebanyak 6 responden (11,11%)

3. Modal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari 54 responden Jumlah modal rata-rata yang dikeluarkan oleh responden untuk usaha tani kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju sebesar Rp. 17.570.796 yang terdiri dari harga tanah, jumlah bibit, biaya pupuk, dan upah tenaga kerja.

4. Harga

Harga kakao di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju rata-rata sebesar Rp. 25.519

5. Jumlah Pohon

Jumlah pohon usaha tani kakao di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju yaitu rata-rata pohon kakao yang masih produktif sebanyak 1.195 pohon.

6. Pendapatan

Untuk mengetahui pendapatan maka terlebih dahulu melakukan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

sebagai :π= Y. Py––BTT = 2.348,89 x 25.519-17.570.796 = 59.941.323,91-17.570.796 = 42.370.527,91 Keterangan: π= Pendapatan (Rp) Y= Hasil produksi (Kg)

Py= Harga hasil produksi (Rp) BTT= Biaya tetap total (Rp)

Hasil pendapatan usaha tani kakao selama 1 tahun di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju total rata-rata sebesar Rp. 42.370.527,91

(7)

Tabel 1. Uji Validitas

Variabel Corrected Item

Total Correlation R Tabel Keterangan

Jumlah Produksi (X1) Tenaga Kerja (X2) Modal (X3) Harga (X4) Jumlah Pohon (X5) Pendapatan (Y) 0,659 0,496 0,690 0,726 0,572 0,580 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3 Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Tabel 2. Uji Realibilitas Jumlah Item Variabel Cronbach’s Alpha Based on Stndardizes Items Standar Reabilitas Keterangan 6 0,697 0,6 Reliabel

Tabel 3. Uji T (Parsial)

Model Thitung Sig Ttabel

1 (Constan) Produksi Tenaga Kerja Modal Harga Jumlah Pohon -4.280 7,505 2,635 3,327 -0,445 3,458 0,000 0,000 0,011 0,007 0,658 0,001 2,406 2,406 2,406 2,406 2,406 Tabel 4 Uji F Model Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression Residual Total 7,7E=015 2,3E+015 1,0E+016 5 48 53 2,537E+015 3,873E+013 40,255 ,000(a) a Predictors: (Constant), JUMLAH POHON, TENAGA KERJA, HARGA, MODAL, PRODUKSI

b Dependent Variable: PENDAPATAN

Dari hasil pengujian uji validitas pada tabel 1 diperoleh dari 6 variabel sekaligus memperlihatkan item pernyataan yang digunakan dalam penelitian

(8)

memiliki r hitung lebih besar dari r tabel atau 0,3 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan terhadap butir pernyataan Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pendapatan Usaha Tani Kakao dinyatakan valid sebagai alat untuk mengukur variabel.

Berdasarkan hasil perhitungan data pada tabel 2 menunjukkan angka-angka dari nilai cronbachs Alpha(a) pada seluruh variabel dalam penelitian ini, dari 6 variabel menunjukkan besaran 0,697>0,6. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen dan dependen adalah reliable dan dapat di simpulkan bahwa pernyataan koesioner responden menunjukkan kehandalan dalam mengukur variabel-variabel dalam model penelitian.

Berdasarkan hasil perhitungan yang disajikan pada tabel 3 maka diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Variabel jumlah produksi (X1) memiliki nilai sig sebasar 0,000<0.05 dan nilai t sebesar 7, 505>2,406 nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, maka nilai ini menunjukkan bahwa variabel jumlah produksi (X1) terdapat pengaruh siginifikan secara parsial terhadap pendapatan (Y) usaha tani kakao di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

b. Variabel tenaga kerja (X2) memiliki nilai sig sebasar 0,011<0.05 dan nilai t sebesar 2,635> 2,406 nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, maka nilai ini menunjukkan bahwa variabel tenaga kerja (X2) terdapat pengaruh siginifikan secara parsial terhadap pendapatan (Y) usaha tani kakao di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

c. Variabel modal (X3) memiliki nilai sig sebasar 0,007<0.05 dan nilai t sebesar 3,327>2,406 nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, maka nilai ini menunjukkan bahwa variabel modal (X3) terdapat pengaruh siginifikan terhadap pendapatan (Y) usaha tani kakao di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

d. Variabel harga (X4) memiliki nilai sig sebasar 0,658<0.05 dan nilai t sebesar -0,445< 2,406 nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel, maka nilai ini menunjukkan bahwa variabel harga (X4) tidak terdapat pengaruh siginifikan secara parsial terhadap pendapatan (Y) usaha tani kakao di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

e. Variabel jumlah pohon (X5) memiliki nilai sig sebasar 0,001<0.05 dan nilai t sebesar 3,458> 2,406 nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel, maka nilai ini menunjukkan bahwa variabel jumlah pohon (X5) terdapat pengaruh siginifikan secara parsial terhadap pendapatan (Y) usaha tani kakao di desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui variabel independen secara siginifikan terhadap variebel dependen. Jika f hitung > f tabel atau jika nilai sig < 0,05 maka terdapat pengaruh variabel indepenen terhadap variabel dependen. Untuk menentukan jumlah F tabel maka digunakan rumus:

(9)

F tabel = F (k; n-k) = F (5;54-5) = 5;49 = 2,40

Berdasarkan Hasil regresi yang ditunjukan pada tabel 4, menunjukan pengaruh jumlah produksi (X1), tenaga kerja (X2), modal (X3), harga (X4) dan jumlah pohon (X5) terhadap pendapatan petani kakao (Y) maka diperoleh nilai f hitung sebesar 40,255 > 2,40 f tabel dan nilai sig 0,000 < 0,05. Maka hal ini menunjukkan bahwa kelima variabel bebas secara simultan berpengaruh signifkan terhadap variabel terikat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan serta pembahasan yang telah dikemukakan maka dapat dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Secara parsial ditemukan bahwa Jumlah produksi, tenaga kerja, modal dan jumlah pohon memiliki berpengaruh terhadap pendapatan petani. Sedangkan harga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan petani kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

2. Secara simultan atau keseluruhan variabel bahwa jumlah produksi, tenaga kerja, modal, harga dan jumlah pohon memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan usaha tani kakao di Desa Batu Ampa Kecamatan Papalang Kabupaten Mamuju.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Barat, diakses pada Januari 2019 Bappeda dan Statistik Daerah Kabupaten Mamuju, diakses pada Januari 2019

Badan Pusat Statistik Daerah, tahun 2012 http://tosulbar.wordpress.Kabupaten Mamuju.com, diakses pada Januari 2019

Boediono. 1998. Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE

Darwanto. 2010. Analisis efisiensi usaha tani padi di Jawa Tengah penerapan fungsi

frontier. Jurnal Organisasi dan Manajemen. 3(6): 46-55.

Geonadi, Didiek. H, John Bako Baon, Herman adreng Purwanto, 2005. prospek dan

Arah Pengembangan Agribisnis Kakao di Indonesia Jakarta. Di Indonesia Akses

dari www.libtangdeptan.co.id. Dalam www,google.com. Pada tanggal 3 juni 2014.

Kotler, Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip pemasaran, Edisi Keduabelas, Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Muhammad Hasan. 2014. Keunggulan kompetitif komoditi kakao. Jurnal Economix Vol 2 No. 1

Saputra, A. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kakao di Kabupaten Muoro Jambi. Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains. 17(2): 1-8.

(10)

Spillane, J. 1995. Komoditi Kakao, Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Konisius. Yogyakarta.

Soekartawi, Faktor Produksi dalam Menghasilkan Barang dan Jasa (Jakarta, Penerbit: Bumi Aksara, 2002)

Sukirno, Sadono. 2000. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Gambar

Tabel 1. Uji Validitas  Variabel   Corrected Item

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini digunakan penulis sebagai acuan yang akurat bagi penelitian dengan mengumpulkan informasi dan data terkait iklan Ramadhan Ramayana 2018 melalui pihak

Mahasiswa berhak mengajukan permohonan untuk mengikuti ujian komprehensif apabila telah melaksanakan Seminar Proposal serta seminar hasil dan dinyatakan lulus serta telah

Pada Tabel 1, terlihat bahwa dosis 10 kGy semua gel larut dalam air, ini berarti tidak terjadi ikatan silang dari pasta selulosa/PVA untuk semua konsentrasi.. Kemudian pada dosis 20

Kalimat yang terdapat dalam teks iklan kosmetik di atas yaitu menggunakan kalimat yang mementingkan produk (Vitalis), sedangkan berdasarkan pilihan katanya termasuk

[r]

Dari hasil penelitian tentang Analisis Sikap Konsumen terhadap Atribut Produk Minuman Isotonik Merek Mizone di Kota Pekanbaru maka dapat diambil kesimpulan sebagai

MEMENUHI Berdasarkan hasil pemeriksaan, selama periode audit bulan Agustus sampai Oktober 2015, auditee telah menerima bahan baku sebanyak 6 kali dan seluruh

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang mutu hedonik daging burung puyuh dengan pemberian tepung limbah kulit kopi daram ransum bahwa dengan pemberian