• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI SEMIOTIKA GAYA HIDUP PRESIDEN DALAM TAYANGAN VLOG JOKOWI DI YOUTUBE SKRIPSI LAURA ARYA WIENANTA. Program Studi: Jurnalistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI SEMIOTIKA GAYA HIDUP PRESIDEN DALAM TAYANGAN VLOG JOKOWI DI YOUTUBE SKRIPSI LAURA ARYA WIENANTA. Program Studi: Jurnalistik"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI SEMIOTIKA GAYA HIDUP PRESIDEN DALAM TAYANGAN VLOG JOKOWI DI YOUTUBE

SKRIPSI

LAURA ARYA WIENANTA 140904107

Program Studi: Jurnalistik

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

STUDI SEMIOTIKA GAYA HIDUP PRESIDEN DALAM TAYANGAN VLOG JOKOWI DI YOUTUBE

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata-1 (S-1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

LAURA ARYA WIENANTA 140904107

Program Studi: Jurnalistik

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Laura Arya Wienanta NIM : 140904107

Judul Skripsi : Studi Semiotika Gaya Hidup Presiden dalam Tayangan Vlog Jokowi di Youtube

Medan, Mei 2018

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D

NIP. 195812051989031002 NIP. 196505241989032001 Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D

Dekan FISIP USU

NIP. 197409302005011002 Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si.

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan dengan benar. Jika di kemudian hari saya

terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Laura Arya Wienanta

NIM : 140904107

Tanda Tangan : ………..

Tanggal : ………..

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Laura Arya Wienanta

NIM : 140904107

Departemen : Ilmu Komunikasi/Jurnalistik

Judul Skripsi : Studi Semiotika Gaya Hidup Presiden dalam Tayangan Vlog Jokowi di Youtube

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan Tanggal :

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkat yang telah diberikanNYA saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Pertama sekali saya persembahkan hasil dari kerja keras ini kepada Ibu Sarmi, Ibunda dari ayah saya yang telah mendampingi saya berproses sejak saya kecil hingga sekarang. Terima kasih atas perhatian, kasih sayang, bimbingan dan segala hal yang telah diberikan sehingga saya mampu menyelesaikan pendidikan S-1. Pendidikan baginya adalah tombak dan kunci untuk meraih masa depan dan tak ada yang lebih membanggakan selain melihat anak cucunya berhasil menyelesaikan studi dengan baik.

Saya menyadari bahwa sejak masa perkuliahan hingga proses penyusunan skripsi ini tak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

3. Kak Emilia Ramadhani, MA. selaku Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

4. Bapak Syafruddin Pohan, M.Si, Ph.D selaku dosen pembimbing peneliti.

Saya menyampaikan begitu banyak terima kasih atas waktu, perhatian, kesabaran dan dukungan sejak awal hingga akhir pengerjaan skripsi ini.

Segala bentuk ilmu dan perhatian yang beliau berikan sungguh memudahkan saya dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi.

5. Ibu Dra.Mazdalifah, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik yang selalu bersedia berdiskusi untuk membahas mata kuliah dan persoalan akademik selama masa perkuliahan saya.

(7)

6. Bapak dan Ibu dosen serta pegawai yang berada di lingkungan FISIP USU, khususnya Ilmu Komunikasi, atas pengajaran yang telah diberikan selama saya menjalani masa perkuliahan.

7. Kak Maya, Bagian Administrasi Departemen Ilmu Komunikasi yang selalu bersedia membantu peneliti dalam hal pengurusan administrasi.

8. Keenam orang tua yang peneliti cintai dengan setulus hati : Burhan Agus &

Yurike Artika, Wincent Oen & Tjai In, dan Adi &Lisa. Terima kasih atas segala perhatian doa, dan dukungan yang telah diberikan.

9. Saudara-saudari peneliti, Frydo Ichmar Wienanta, Herez Grishmar Wienanta, Khaysiera Prytha Wienanta, Queensland Celine Wienanta, Quincy Eve Angeline Wienanta, dan Justin Hewit Wienanta yang selalu mengisi hari-hari peneliti baik dalam canda tawa hingga air mata.

10. Seluruh keluarga besar Wijaya yang turut mendukung peneliti dalam menjalani masa perkuliahan dan menjadi motivasi bagi peneliti untuk menyelesaikan studi.

11. Keluarga, sahabat, dan teman-teman yang tergabung pada PERS MAHASISWA PIJAR FISIP USU, terkhusus divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang). Bagiku, PIJAR telah menjelma sebuah rumah.

Bersama keluarga besar PIJAR saya tumbuh, berproses, dan belajar bersama hingga mengantarkan diri saya menjadi insan yang lebih terpelajar.

12. Keluarga besar Beswan Djarum se-Indonesia. Mengenal beragam mahasiswa berprestasi dari seluruh Universitas di Indonesia membuka jalan dan pikiran saya untuk terus tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Melalui Beasiswa Djarum saya diperkenalkan pada support system terbaik : Mulana Bona, Bintang Thunder, Chessa Stefany, David Julianus, Novianti A. Sari, dan Yunal Pane yang tergabung dalam Beswan 32 Medan.

13. Sahabat – sahabat yang selalu mendampingi sejak semester pertama. Mulai dari ‘Bidadari’ hingga ‘Tuhan Memang Satu’, Della, Nadya, Dita, Fathinah, Aliska, Esa, Sintya, dan Novi selalu menjadi tempat terbaik untuk berbagi segala kisah dan kasih pada masa perkuliahan.

(8)

14. Sahabat-sahabat yang peneliti kenali secara lebih personal : Dinda Nazlia, Novita Arum, Sarah Claudia, Ari Maulana, Ayulia H. Pratami, Talitha, dan Oinike Dea. Sebagian besar hati dan waktu pada masa kuliah saya curahkan bersama mereka.

15. Kakanda dan Abangda yang menjadi panutan bagi peneliti : Nur Fitriyani dan Bagus Prakasa yang selalu bersedia diajak berdiskusi tentang segala hal, baik masalah perkuliahan maupun pribadi. Juga pada Ade Purna Puspita, Dwiky Yusuf, Hendro J. Pryono, Rizki Mitra, Reza A.Putra, Nurrafiqa, Elva, Irfandi Aulia, Habibi Wisudarma, dan Afif Khoirul yang telah banyak membantu peneliti dalam masa perkuliahan.

16. Adik-adik tempat berbagi canda dan tawa : Kartika, Hafiz, Hidayat, Fattah, Citra, Noha, dan Yasmin yang telah mengisi hari-hari saya dengan beragam cerita baru.

17. Teman-teman VIP CLASS yang mengisi masa masa puber saat SMA, khususnya yang tergabung dalam ENTRANCE : Arief Hidayat, Shitaa, Elviani, Rizki Fadly, dan Abdul Kholis. Semoga kita dapat terus menjaga hubungan baik ini selama-lamanya.

18. Sahabat terdekat sekaligus teman pertama di Ilmu Komunikasi Fisip USU, (Alm.) Atika Putri. Darinya saya belajar banyak hal tentang keikhlasan dan pendewasaan diri. Selamanya nama beliau akan selalu tersimpan di sudut hati.

19. Abangda Alfi Rahmat Faisal yang telah mencurahkan segala waktu, tenaga, dan dukungan dalam membantu peneliti berproses bukan hanya dalam hal akademis dan prestasi namun juga turut membentuk sikap, perilaku, moral, dan etika untuk menjadi manusia yang lebih baik.

20. Teman-teman Ilmu Komunikasi 2014 yang telah berjuang bersama dalam menempuh pendidikan dan menjadi bagian besar dalam hidup peneliti selama empat tahun. Semoga ilmu yang kita peroleh dalam masa perkuliahan dapat berbuah kesuksesan di masa depan.

Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini, maka dari itu peneliti memohon maaf sebesar-besarnya. Peneliti juga

(9)

menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk perbaikan dan mendorong peneliti untuk dapat semakin maju. Semoga skripsi ini dapat menambah khasanah pengetahuan kita semua.

Medan, Mei 2018

(Laura Arya Wienanta)

(10)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Laura Arya Wienanta

NIM : 140904107

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non Exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Studi Semiotika Gaya Hidup Presiden dalam Tayangan Vlog Jokowi di Youtube”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non- Eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal :

Yang menyatakan

(Laura Arya Wienanta)

(11)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Studi Semiotika Gaya Hidup Presiden dalam Tayangan Vlog Jokowi di Youtube. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup Presiden Joko Widodo (Jokowi) melalui tanda verbal dan nonverbal dalam Vlog “Bermain Bersama Cucu” “Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional” dan “Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor” pada akun Youtubenya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori relevan seperti media baru, semiotika, semiotika komunikasi visual, vlog, dan gaya hidup. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme yang memandang individu sebagai pencipta realitas sosial yang bebas. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dalam ketiga vlog tersebut menunjukkan bahwa Jokowi menerapkan gaya hidup yang sederhana dan merakyat. Gaya hidup Jokowi yang menunjukkan kesederhanaan dan merakyat terlihat pada cara berpakaian, beraktivitas dan menghabiskan waktu, menentukan pilihan konsumsi dan cara interaksi dengan lingkungan alam.

Kata kunci: Semiotika, Vlog, Gaya hidup, Jokowi, Presiden

(12)

ABSTRACT

This research entitled Semiotics Study of the President’s lifestyle in vlog of Jokowi’s Official Youtube Account. This research aims to determine Persident Joko Widodo (Jokowi)’s lifestyle through verbal and nonverbal signs in the Vlog

"Playing Together with Grandchildren" "Stop at Tuku Shop, Local Brand yet International Flavor" and "Birth of Two Lambs at Bogor Palace" on his Youtube account. There are several relevant theories used in this research, such as new media, semiotics, visual communication semiotics, vlogs, and lifestyle. This research uses a constructivism paradigm that views individual as the creator of a independent social reality. The results of this study found these vlog shows that Jokowi adopt a simple and populist lifestyle. Jokowi’s lifestyle that shows simplicity and populist seen in how he dress, move and spend time, determine the choice of consumption and how to interact with the natural environment.

Keywords: Semiotics, Vlog, lifestyle, Jokowi, President

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... ix

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian ... 9

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme ... 10

2.2 Kajian Pustaka ... 12

2.2.1 Media Baru ... 12

2.2.2 Vlog ... 16

2.2.3 Semiotika ... 17

2.2.3.1 Semiotika Komunikasi Visual ... 21

2.2.3.2 Semiotika Roland Barthez ... 21

2.2.4 Gaya Hidup ... 28

2.3 Model Teoritik ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 30

3.2 Objek Penelitian ... 31

3.3 Subjek Penelitian ... 31

3.4 Kerangka Analisis ... 31

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.6 Teknik Analisis Data ... 32

(14)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 34

4.2 Analisis Data ... 36

4.2.1 Analisis #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu ... 36

4.2.1.1 Scene Pembuka #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu ... 36

4.2.1.2 Scene Kedua #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu... 38

4.2.1.3 Scene Ketiga #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu ... 42

4.2.1.4 Scene Penutup #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu ... 45

4.2.2 Analisis #JKWVLOG : Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional ... 46

4.2.2.1 Scene Pembuka #JKWVLOG : Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional ... 46

4.2.2.2 Scene Kedua #JKWVLOG : Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional ... 49

4.2.2.3 Scene Penutup #JKWVLOG : Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional ... 56

4.2.3 Analisis #JKWVLOG : Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor ... 57

4.2.3.1 Scene Pembuka #JKWVLOG : Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor ... 57

4.2.3.2 Scene Kedua #JKWVLOG : Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor ... 60

4.2.3.3 Scene Penutup #JKWVLOG : Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor ... 64

4.3Pembahasan ... 66

BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

DAFTAR REFERENSI ... 74 LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

4.1 Teknik-Teknik Dalam Menyunting Gambar Vlog Bermain

Bersama Cucu 34

4.2 Teknik-Teknik Dalam Menyunting Gambar Vlog Mampir di Kopi Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional 35 4.3 Teknik-Teknik Dalam Menyunting Gambar Vlog Kelahiran Dua

Ekor Anak Kambing di Istana Bogor 35

4.4 Ikon Scene Pembuka 37

4.5 Ikon Scene Kedua 39

4.6 Ikon Scene Ketiga 43

4.7 Ikon Scene Pembuka 48

4.8 Ikon Scene Kedua 52

4.9 Ikon Scene Pembuka 58

4.10 Ikon Scene Kedua 62

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Katagori Tipe Tanda dari Pierce 20

2 Peta Tanda Roland Barthes 22

3 Elemen-eleman Makna Sausurre 24

4 Poros Paradigma dan Sintagma 27

5 Model Teoritik 29

6 Scene Pembuka #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu 36 7 Scene Kedua #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu 38 8 Scene Ketiga #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu 42 9 Scene Penutup #JKWVLOG : Bermain Bersama Cucu 45 10 Scene Pembuka #JKWVLOG :Mampir di Toko Tuku,

Brand Lokal Citarasa Internasional 46

11 Scene Kedua #JKWVLOG : Mampir di Toko Tuku,

Brand Lokal Citarasa Internasional 49

12 Scene Penutup #JKWVLOG : Mampir di Toko Tuku,

Brand Lokal Citarasa Internasional 56

13 Scene Pembuka #JKWVLOG : Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing

di Istana Bogor 57

14 Scene Kedua #JKWVLOG : Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing

di Istana Bogor 60

(17)

15 Scene Penutup #JKWVLOG : Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing

di Istana Bogor 64

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah pola interaksi individu dengan individu yang lain. Evolusi tersebut berdampak di segala aspek kehidupan manusia sampai saat sekarang, termasuk pada cara manusia merepresentasikan dan menunjukkan eksistensi diri melalui internet khususnya media sosial. Media sosial menjelma menjadi sebuah ruang digital baru yang menciptakan sebuah ruang kultural. Pada saat yang sama ruang kultural tersebut memberikan kemudahan akses terhadap segala jenis informasi yang dibutuhkan dan diinginkan. Media sosial pada satu sisi dapat berfungsi sebagai revitalisasi hubungan sosial diantara sesama penggun, disisi lain dapat menjadi medium presentasi diri melalui berbagai platform yang menembus batas dimensi kehidupan pengguna, waktu dan ruang yang dapat diakses oleh siapapun, kapanpun dan dimanapun. Hal ini sejalan dengan salah satu manfaat media sosial yaitu ‘personal branding is not public figure’s, it’s for everyone’.

Media sosial pada dasarnya memberikan kesempatan bagi individu untuk saling berinteraksi sebagai sebuah upaya aktualisasi diri. Beragam praktek dapat dilakukan oleh individu. Namun yang menjadi perhatian adalah media sosial bisa dianggap ‘rumah’ atau diri sendiri di dunia maya. Artinya setiap individu yang menjadi pengguna media sosial akan memasuki representasi diri yang termediasi.

Apalagi, jika kesempatan merepresentasikan diri ini berada pada tatanan sosial seperti aktivitas personal, relasi sosial, ide, gagasan, kritik, kreatifitas hingga gaya hidup.

Gaya hidup menjadi salah satu hal yang paling sering direpresentasikan oleh pengguna media sosial. Individu menggunakan media sosial sebagai sarana untuk memperkenalkan cara mereka menghabiskan waktu, beraktivitas, dan menyelesaikan suatu masalah melalui cara berbicara, berpakaian, kelas sosial, dan demografi.

(19)

Mengikuti perkembangan pengguna internet di Indonesia yang semakin banyak dan terus berkembang ,hadir pula beragam jenis media sebagai tempat untuk berinteraksi dengan orang lain, misalnya blog. Blog adalah singkatan dari

“Web log”. Secara sederhana blog dapat dipahami sebagai website yang berisi catatan harian seseorang dengan beragam topik. Sejak dipopulerkan oleh oleh Blogger yang dimiliki PyraLab dan akhirnya diakuisisi oleh google pada akhir tahun 2002, Blog terus berkembang dari yang semula hanya bersifat pribadi hingga beragam jenis konten. Seperti blog tentang politik, pribadi, kesehatan, travelling, dan lain sebagainya.

Blog dimanfaatkan sebagai salah satu medium untuk berinteraksi dan merepresentasikan diri di internet. Selayaknya musik, blog juga terdiri dari berbagai macam genre, mulai dari personal, diari hingga yang berisi mengenai analisis atau penilaian terhadap isu-isu publik. (Herring,2004:36). Dari berbagai genre tersebut akan diketahui tujuan mengapa blogger membuat konten-konten dalam blognya. Ada yang menceritakan detail sehari-harinya, ada pula yang berusaha membangun diskusi publik mengenai komentarnya terhadap sesuatu.

Kehadiran Youtube sebagai salah satu situs berbagi video terbesar di dunia yang diprakarsai oleh tiga orang mantan pegawai PayPal, yaitu Steve Chen, Chad Hurley dan Jawed Karim sejak tanggal 14 Februari 2005 menawarkan cara lain dalam dunia blogging. Jika sebelumnya bentuk blog hanya berupa tulisan, hadirnya Youtube mentransformasi konten blog ke dalam format yang audio visual yang lebih dikenal sebagai video blog (vlog) atau blog yang berbentuk video sedangkan pembuat konten disebut video blogger atau disingkat Vlogger.

Secara sederhana Vlog atau singkatan dari video blogging merupakan suatu bentuk kegiatan blogging dengan menggunakan medium video yang dilakukan secara amatir. Umumnya kegiatan tersebut berupa monolog secara langsung di depan kamera. Proses produksi biasanya dilakukan secara amatir dengan menggunakan kamera digital, ponseel, webcam, dan perangkat audio sederhana sebagai pendukung serta proses editing sederhana. Genre yang ditampilkan pun beragam namun relatif sederhana seperti kegiatan sehari-hari,

(20)

hal-hal menarik seputar hobi, komedi atau hal lain yang dianggap menarik oleh vlogger.

Video blogging masih dapat disebut sebagai bentuk lain dari televisi internet. Jadi Vlog dapat didefenisikan sebagai sebuah video dokumentasi jurnalistik yang berisi tentang hidup, pikiran, opini, dan ketertarikan. Tujuannya pun berbeda-beda ada yang membuat konten vlog untuk tujuan komersial, edukasi, ingin menunjukkan eksistensi diri, hiburan semata dan lain sebagainya.

Video blogging biasanya ada juga yang dilengkapi dengan keterangan teks atau gambar

(www.loop.co.id)

foto, serta untuk beberapa video blogging, menyantumkan metadata lainnya. Video blogging sendiri dapat dibuat dalam bentuk rekaman satu gambar atau rekaman yang dipotong ke beberapa bagian. Dengan perangkat lunak yang tersedia, seseorang dapat menyunting video yang mereka buat dan memadukannya dengan audio, serta menggabungkan beberapa rekaman ke dalam satu gambar, sehingga menjadi suatu rekaman video blogging yang padu.

Terlepas dari genre, konten, dan tujuannya, video blog telah menciptakan sebuah ‘virtual environment’ yang dikontrol sendiri oleh vlogger, tanpa memerlukan tim produksi yang saklek seperti halnya program televisi maupun radio. Hal ini karena publikasi dan berbagi informasi baik dalam bentuk teks, audio, maupun video di internet sangatlah mudah, tidak perlu biaya tinggi.

Pendeknya, individu dari kalangan ‘biasa’ pun bisa menjadi vlogger. Sherry (1995:26) mengatakan, “Whenpresenting ourselves via digital environment, individuals are the producer[s], director[s], and star[s] of the show”.

Konten-konten video di YouTube sangat beragam jenisnya. Namun, sebuah riset yang dilakukan Jean Burgess dan Joshua Green (2007:38), menggolongkannya ke dalam dua jenis, yakni konten video yang berasal dari pengguna amatir (usercreatedcontent) dan yang berasal dari institusi media tradisional. Dalam riset tersebut juga ditemukan bahwa user-created content lebih mendominasi dan mayoritasnya adalah video blog (sekitar 40%).

(21)

Seperti yang dikutip dari situs detik.com, awalnya Youtube ini merupakan sebuah situs yang dipegang secara independen sebelum akhirnya pada akhir 2006 situs ini dibeli oleh Google. Situs ini memberikan pengguna kebebasan untuk mengunggah konten mereka sendiri seperti video klip, klip TV, video musik, hingga video blogging dengan teknologi HTML5 dan Adobe Flash Video yang digunakan. Dalam prakteknya, pengguna situs ini tidak hanya masyarakat biasa, tapi juga media korporat semacam BBC, CBS, Hulu, Vevo dan berbagai macam organisasi lainnya. Hingga kini ada 300 juta video yang di upload setiap menitnya dengan penonton mencapai 2 milyar setiap bulan.

Sambutan khalayak terhadap layanan berbagi video ini dinilai sangat fantastis. Pada November tahun 2007, YouTube menjadi ‘the most popular entertainment website’ di Britain, mengalahkan BBC website. Dan di awal 2008, YouTube termasuk ‘top tenmost visited websites’ secara global. April 2008, lembaga riset pasar internet, ComScore, melansir bahwa 37% dari seluruh video di internet yang telah ditonton di United States, berasal dari YouTube, mengalahkan Fox Interactive Media yang hanya 4,2% (Burgess, 2009).

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dalam surveinya pada akhir 2016 seperti dilansir liputan6.com menempatkan Youtube sebagai salah satu media sosial paling banyak dikunjungi setelah facebook dan instagram dengan jumlah pengguna sebanyak 14,5 juta atau 11 persen dari seluruh pengguna media sosial.

Seiring semakin populernya youtube jagat media sosial, maka berimbas pula pada beragam jenis video di youtube, salah satunya adalah vlog. Trend video blogging di Indonesia mendapat sambutan baik. Hal ini terbukti dari menjamurnya para vlogger di Indonesia. Umumnya para vlogger ini di dominasi oleh kalangan muda. Hal ini terbukti dari Top 10 Indonesian YouTubers menurut The Jakarta Globe yang kesemuanya adalah anak muda berusia di bawah 30 tahun. Konten yang dihadirkan juga beragam seperti percintaan, daily life, tutorial fashion dan make up, hingga parodi.

(www.liputan6.com)

(22)

Trend video blogging tidak hanya di gandrungi oleh masyarakat biasa namun juga populer di kalangan publik figur hingga para tokoh-tokoh politik yang notabene sudah sering mendapat ‘panggung’ di media massa. Salah satu yang mengejutkan publik adalah hadirnya kanal YouTube Presiden Republik Indonesia Joko Widodo atau yang akrab disapa Jokowi.

Sejak tanggal 28 Mei 2016 akun resmi YouTube Presiden Jokowi sudah dapat diakses. Akun official presiden ini sebenarnya sudah mulai ada sejak 6 Mei 2015. Video pertama yang diunggah pada akun tersebut adalah video yang berjudul “Turun Ke Bawah, Selesaikan Masalah di Lapangan”. Dalam video itu Jokowi sedang melakukan berbagai tugas diantaranya, membuka acara dialog publik, kunjungan kerja, dan blusukan. Namun, Jokowi mulai aktif memposting video blogging sejak awal tahun 2017. Vlog Jokowi ditandai dengan adanya tagar

#JKWVLOG. Vlog pertama yang diposting presiden ketujuh Indonesia ini berjudul ‘#JKWVlog-Olahraga Memanah : Fokus, Konsentrasi, Ada Targer dan Sasaran’. Hingga kini video tersebut sudah di saksikan sebanyak 668 ribu penonton, mendapat like sebanyak 16 ribu dan dislike sebanyak325. Pada 1 Maret 2017, Vlog Jokowi berjudul “Jamuan Makan Siang Bersama Raja Salman”

berhasil menarik perhatian publik hingga mencapai 2 juta viewers dengan 90 ribu like dan 1700 dislike.

Kanal YouTube dengan nama Presiden Joko Widodo hingga pertengahan Maret 2018 telah memiliki 85 video dengan jumlah penayangan mencapai 19 juta kali dan memiliki lebih dari 494 ribu subscriber. Unggahan video dibagi menjadi 6 rubrik diantaranya Arah ,Kabar Kerja, Sudut Lain, Blusukan, Internasional, dan Vlog yang diberi tagar #JKWVlog. Sejak pertama kali diluncurkan, jumlah video dengan jenis vlog mendominasi sebanyak 22 video sedangkan sisanya berupa video dengan berbagai jenis konten.

Jika pada tahun 2013 Jokowi dikenal dengan pemimpin yang kerap kali menerapkan pola komunikasi tatap muka langsung dengan publik atau yang terkenal dengan blusukan. Pada tahun 2017 ini Jokowi mendapat sorotan publik dengan berbagai video blog (vlog) yang diunggahnya dalam media sosial, YouTube. Sebagian besar video tersebut merupakan kegiatan sehari-hari Jokowi

(23)

yang merepresentasikan gaya hidup baik sebagai presiden maupun sisi lain sebagai seorang pribadi yang mempunyai keluarga dan hobi tersendiri. Sebagai seorang pejabat negara, Jokowi adalah yang paling aktif menggunakan vlog sebagai medium komunikasi alih-alih media sosial lainnya.

Peneliti melihat vlog Jokowi mempunyai kekhasan tersendiri dibandingkan vlog dari youtuber lainnya. Pertama, Jokowi sebagai orang nomor satu di Indonesia, kesan yang selama ini melekat adalah karakter sederhana Jokowi yang dekat dengan rakyat dan sering melakukan blusukan. Namun, hal tersebut sebagian besar di konstruksi oleh media massa. Melalui vlog, Jokowi mengkonstruksi identitas tersebut secara langsung dan terlihat lebih natural, apalagi kehidupan di ruang-ruang privat yang jarang ter-ekspose ke luar istana.

Kedua, vlog sebagai sebuah sarana komunikasi tentunya mempunyai bahasa, pesan dan sistem tanda-tanda yang membentuk makna tertentu.

Dari seluruh video, peneliti memilih tiga Vlog diantaranya “Bermain Bersama Cucu” “Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional” dan

“Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor” untuk diteliti. Masing masing video sudah diakses oleh 719ribu, 145ribu, dan 487ribu pengguna Youtube. Vlog edisi “Bermain Bersama Cucu” “Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional” dan “Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor” dipilih karena ketiga video ini paling sering menunjukkan gaya hidup sederhana yang ditampilkan Jokowi di Vlog-nya.

Penelitian ini menempatkan vlog sebagai sebuah panggung dimana terjadi sebuah ‘pertunjukkan’ disana. Vlog dilihat sebagai medium yang memperantarai individu melakukan self-presentation, mengonstruksi identitas diri, hingga merepresentasi gaya hidupnya dan ditunjukkan kepada audiens dunia maya. Oleh karena itu, berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik menganalisis gaya hidup presiden melalui video blogging Jokowi yang ia tampilkan di kanal youtube.

(24)

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana makna verbal & nonverbal dan gaya hidup presiden yang ditampilkan Jokowi melalui Vlog “Bermain Bersama Cucu” “Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional” dan

“Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor”di Youtube 1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk

1. Menganalisis makna melalui tanda verbal dan nonverbal dalam Vlog

“Bermain Bersama Cucu” “Mampir di Toko Tuku, Brand Lokal Citarasa Internasional” dan “Kelahiran Dua Ekor Anak Kambing di Istana Bogor”pada account Jokowi di Youtube.

2. Mendeskripsikan gaya hidup Jokowi dalam vlognya melalui analisis semiotika.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademis

Penelitian ini mampu memberikan kontribusi positif dalam memberi warna referensi wacana penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan contoh dan menambah wawasan berkaitan dengan nilai-nilai ideologi yang terkandung dalam sebuah video blogging. Penelitian ini juga mencoba untuk mengkonstruksikan sebuah fenomena dalam sebuah video blogging dimana fenomena tersebut bukan hanya realitas media, namun juga merupakan realitas sosial yang benar-benar terjadi di kalangan masyarakat.

(25)

3. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi masukan bagi beberapa pihak khususnya di bagian industri kreatif YouTube yang membutuhkan pengetahuan terkait bagaimana peran new media dalam mengkomunikasikan berbagai pesan kepada masyarakat.

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

Paradigma adalah basis kepercayaan atau metafisika utama dari sistem berpikir: basis dari ontologi, epistemologi dan metodelogi. Paradigma dalam pandangan filosofis, memuat pandangan awal yang membedakan, memperjelas dan mempertajam orientasi berpikir seseorang. Dengan demikian paradigma membawa konsekuensi praktis berperilaku, cara berpikir, interpretasi dan kebijakan dalam pemilihan terhadap masalah (Salim, 2006: 96).

Paradigma secara sederhana dapat diartikan sebagai kacamata atau cara pandang untuk memahami dunia nyata. Patton mengatakan dalam (Mulyana, 2004: 9) bahwa paradigma adalah suatu pandangan dunia, suatu perspektif yang umum, suatu cara mematahkan kompleksitas dalam dunia nyata. Dengan demikian, paradigma sangat tertanam dalam sosialisasi pengikut dan praktisi:

paradigma memberitahu mereka apa yang penting, sah dan masuk akal.

Paradigma juga normatif, memberitahu praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu pertimbangan eksistensial atau epistemologis yang panjang. Tapi itu adalah aspek paradigma yang merupakan kedua kekuatan dalam membuat tindakan yang mungkin, kelemahan mereka bahwa alasan untuk tindakan tersembunyi dalam asumsi diragukan paradigma.

Paradigma penelitian merupakan kerangka berfikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian merupakan perspektif penelitian yang digunakan oleh peneliti tentang bagaimana peneliti (Pujileksono, 2015: 26):

a. Melihat realita (world views) b. Bagaimana mempelajari fenomena

c. Cara-cara yang digunakan dalam penelitian

(27)

d. Cara-cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan.

Paradigma itu sendiri bermacam-macam. Guba dan Lincoln menyebutkan ada empat macam paradigma yaitu, positivisme, post positivisme, konstruktivisme, dan kritis. Sedangkan Cresswel membedakan dua macam paradigma, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakkan analisis data dengan prosedur statistik. Paradigma kualitatif merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada pemahaman mengenai masalah- masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas yang holistis, kompleks dan rinci.

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme

Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Deli dan rekan-rekan sejawatnya. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu melakukan interpretasi dan bertindak menurut berbagai kategori konseptual yang ada dalam pikirannya.

Menurut teori ini, realitas tidak menunjukkan dirinya dalam bentuknya yang kasar, tetapi harus disaring terlebih dahulu melalui bagaimana cara seseorang melihat sesuatu (Morissan, 2009:107)

Menurut paradigma konstruktivisme, realitas sosial yang diamati oleh seseorang tidak dapat digeneralisasikan pada semua orang. Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi.

Bahasa tidak lagi dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan, tetapi konstruktivisme menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek mampu melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana.

Paradigma konstruktivis dipengaruhi oleh perspektif interaksi simbolis dan perspektif strukturan fungsional. Perspektif interaksi simbolis ini mengatakan

(28)

bahwa manusia secara aktif dan kreatif mengembangkan respons terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif.

Weber (dalam Wibowo, 2011: 27) menerangkan bahwa substansi bentuk masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian objektif saja, melinkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari alasan-alasan subjektif. Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial itu memiliki makna manakala realitas sosial tersebut dikonstruksikan dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain, sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Littlejohn mengatakan bahwa paradigma konstruktivis berlandaskan pada ide bahwa realitas bukanlah bentukan yang objektif, tetapi dikonstruksi melalui proses interaksi dalam kelompok, masyarakat dan budaya.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis dianggap lebih relevan bila digunakan untuk melihat realitas signifikasi objek yang diteliti. Paradigma dalam penelitian semiotika banyak mengacu pada paradigm konstruktivis, meski sejumlah penelitian lainnya menggunakan paradigma kritis namun paradigma konstruktivis lebih relevan jika digunakan untuk melihat realitas signifikannya objek yang diteliti, dari paradigma konstruktivis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Hidayat (dalam Wibowo, 2011: 27) sebagai berikut:

1. Ontologis: relativism, relaitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.

(29)

2. Epstemologis: transactionalist/subjectivist, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti.

3. Axiologis: Nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjebatani keragaman subjektivitas pelaku sosial. Tujuan penelitian lebih kepada rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.

4. Metodologis: menekankan empati dan interaksi dialektis antara peneliti dengan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti, melalui metode-metode kualitatif seperti participant observasion. Kriteria kualitas penelitian authenticity dan revlectivty: sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati oleh para pelaku sosial.

2.2 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan acuan atau landasan berpikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan. Pencarian dan penelusuran kepustakaan atau literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian sangat diperlukan. Penelitian tidak dilakukan di ruang kosong dan tidak pula dapat dikerjakan dengan baik, tanpa basis teoritis yang jelas. Penelitian kekinian sesungguhnya menelusuri atau meneruskan peta jalan yang telah dirintis oleh peneliti terdahulu (Iskandar, 2009: 100). Dengan adanya kajian teori, maka peneliti akan mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian.

Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Media Baru (New Media)

Media baru ( new media) merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan konvergensi antara teknologi komunikasi digital yang terkomputerisasi serta terhubung ke dalam jaringan.Media baru (new media)

(30)

adalah bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang bisa langsung kita raakan. Media baru menjadi perkembangan dari teknologi media yang sudah ada sebelumnya. Salah satu bentuk new media yang sekarang ini dapat dengan mudah kita temui dan tidak lepas dari kehidupan kita adalah internet. Menurut Internet Society (ISOC), internet didefinisikan sebagai kemampuan menyampaikan infomrasi global yang cepat, mekanisme penyebaran informasi dan media kolaborasi serta interaksi antara individu dan kompter mereka tanpa melihat lokasi secara geografis (Purwanto, 2011: 428)

Media baru muncul sebagai hasil dari inovasi teknologi yang sering dicirikan dengan kekuatan dan tren dinamika laion yang bekerja dalam perubahan sifat dario komunikasi massa. Potensi media baru bagi akses yang terbuka dan konektivitas yang selama ini semakin menjadi realitas. Ada banyak suara baru yang menggunakan kemungkinan untuk komunikasi yang terbuka dan secara horizontal interaktif.

Karakter internet yang berbentuk digital memudahkan khalayak untuk saling bertukar informasi dan berbagai kegiatan lainnya. Tetapi penggunaan internet ini juga masih harus diperhatikan, karena dapat menimbulkan efek negatif. Untuk itu perkembangan internet sebagai new media juga harus diikuti dengan kebijakan dan pertanggungjawaban khalayak pengguna. Jika ada sisi negatif maka akan ada pula sisi positif yang dapat diperoleh dari penggunaan new media ini, seperti dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat, pola kehidupan dan juga budaya.

Media baru adalah perangkat teknologi komunikasi yang berbagi ciri yang sama yang mana selain dimungkinkan dengan digitalisasi dan ketersediaannya yang luas untuk penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi. Media baru sangat beragam dan tidak mudah didefenisikan, tetapi dalam penerapannya memasuki ranah komunikasi massa dan secara tidak langsung memiliki dampak terhadap media massa. Media baru inilah disambut dengan ketertarikan yang kuat, positif, bahkan pengharapan serta perkiraan yang bersifat euphoria, serta pikiran yang berlebihan mengenai signifikasi mereka (Rossler, 2001 : 148)

(31)

Menurut Tan dan Wright (dalam Ardianto, 2004: 3), komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu Menurut Mulyana (2007: 83), komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), berbiaya relatif mahal, yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakannya, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen.

Komunikasi massa juga sekaligus merupakan sebuah fenomena sosial dan dikursif. Media massa yang mewakili bagaimana cara instuisi berpikir. Dalam proses penyebaran pesan yang mengandung tanda-tanda dalam teks media akan membuat manusia memberikan makna pada tanda tersebut. Tanda-tanda yang sesuai dengan humaniora merupakan cara utama manusia untuk berinteraksi dengan realitas, yang kemudian memasuki ke dalam proses yang berkesinambungan dalam produksi makna yang berfungsi untuk mengkonstruksi realitas sosial sebagai aktivitas utama dari politik, ekonomi dan budaya. Pada prinsipnya, komunikasi massa berfungsi untuk membentuk forum budaya yang mencakup semua orang dan dapat mengatasi masalah apapun tentang kekuasaan dan struktur sosial (Jansen & Jankowski, 2002).

Ciri terpenting pertama komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah.

Beberapa memang menyelipkan dialog interaktif dengan khalayak, namun hanyalah untuk kepentingan yang terbatas. Kedua, selalu ada proses seleksi.

Setiap media memilih khalayaknhya sebagaimana khalayak juga memilih media.

Ketiga, media mampu menjangkau khalayak secara luas. Keempat, untuk menjangkau khalayak sebanyak mungkin, harus membidik sasaran tertentu.

Kelima, komunikasi dilakukan oleh institusi yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya.

Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun mempunyai perhatian dan minat terhadap isu yang sama. Dalam tataran komunikasi ini, komunikator dengan komunikan

(32)

dan antarkomunikan relative tidak saling kenal secara pribadi, anonym, dan heterogen. Dalam komunikasi massa, umpan balik tidak ada atau bersifat tunda.

Di dalam komunikasi massa terjadi pula komunikasi organisasi, komunikasi kelompok besar ataupun kecil, komunikasi antarpribadi, maupun intrapribadi.

Komunikasi massa memiliki fungsi-fungsi penting terhadap masyarakat.

Dominick (dalam Ardianto, 2004: 15) membagi fungsi komunikasi massa sebagai berikut:

1. Surveillance (Pengawasan)

Fungsi pengawasan komunikasi massa dibagi dalam bentuk utama, yaitu:

a. Fungsi pengawasan peringatan yaitu jenis pengawasan yang dilakukan oleh media massa untuk menginformasikan berbagai hal terutama tentang ancaman kepada khalayak.

b. Fungsi pengawasan instrumental yaitu penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Interpretation (Penafsiran)

Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting. Organisasi atau industri media memilih dan memutuskan peristiwa-peristiwa yang dimuat atau ditayangkan.

3. Linkage (Pertalian)

Media massa mampu menyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk suatu pertalian berdasarkan kepentingan dan minat yang sama tentang sesuatu.

4. Transmission of Values (Penyebaran nilai-nilai)

Media massa yang mewakili gambaran masyarakat dengan model peran yang diamati dan harapan untuk menirunya. Dalam hal ini, media massa

(33)

memberikan nilai-nilai kepada masyarakat dan nilai-nilai ini yang suatu saat bisa diadopsi oleh masyarakat.

5. Entertainment (Hiburan)

Hampir semua media massa menjalankan fungsi hiburan. Fungsi dari media massa sebagai fungsi menghibur adalah untuk mengurangi ketegangan pikiran khalayak.

Media baru kemudian memiliki beberapa perbedaan dari media massa, diantaranya media baru mengabaikan batasan percetakan dan model penyiaran dengan (1) memungkinkan terjadinya percakapan antara banyak pihak; (2) memungkinkan penerimaan secara stimulan; (3) mengganggu tindakan komunikasi dari posisi pentingnya , hubungan jewilayahan dari modernitas; (4) menyediakan kontak global secara instan; dan (5) memasukkan subjek modern ke dalam mesin apparat yang berjaringan (Poster, 1999:15)

Kategori media baru dapat diidentifikasikan ke dalam 5 kategori sebagai berikut:

a. Media komunikasi antar pribadi (interpersonal communication media).

Meliputi telepon dan surat elektronik. Konten bersifat pribadi dan mudah dihapus. Hubungan yang tercipta dan dikuatkan lebih penting daripada informasi yang disampaikan.

b. Media permainan interaktif (interactive play media). Media ini terutama berbasis computer dan video game, ditambah peralatan realitas visual.

c. Media pencarian informasi (information search media). Media ini dianggap sebagai perpustakaan dan sumber data yang ukuran, aktualitas, dan aksebilitasnya menjadi sangat penting bagi para pengguna intenet.

d. Media partisipasi kolektif (collective participatory media). Meliputi penggunaan internet untuk berbagi dan bertukar informasi, gagasan, dan pengalaman, serta untuk mengembangkan hubungan pribadi aktif.

Contohnya situs jejaring sosial.

(34)

e. Subsitusi media penyiaran. (substitution of broadcasting media). Acuan utamanya adalah penggunaan media untuk menerima atau mengunduh konten yang disebarkan dengan metode lain yang serupa.

Perkembangan Vlog mendapat terpaan yang sangat besar dari media baru yaitu YouTube. YouTubemerupakan situs video yang menyediakan berbagai informasi berupa ‘gambar bergerak’ dan bisa diandalkan. Situs ini memang disediakan bagi mereka yang ingin melakukan pencarian informasi video dan menontonnya langsung. Kita juga bisa berpartisipasi mengunggah video ke server YouTube dan membaginya ke seluruh dunia (Baskoro, 2009: 58). Dengan hadirnya YouTube, vlog mulai dipasarkan melalui internet dan dapat disaksikan oleh seluruh orang di dunia secara bebas sehingga akhirnya menjadi lebih populer.

Dengan format berkas (file) FLV (Flash Video) yang efisien dan ada di mana-mana sebagai standar pengodean film yang diupload oleh para user, menjadikan YouTube mudah diakses oleh masyarakat secara instan di internet.

Sebagai tambahan, dengan teknologi yang memungkinkan, YouTube menginspirasi masyarakat untuk menonton video melalui web dengan fitur jaringan sosial Web-2,0; seperti komentar, grup, halaman beranda untuk anggota, langganan, dan ide-ide lainnya yang berbasis komunitas yang dipopulerkan melalui website seperti MySpace, Facebook dan lain-lain (Yogapratama, 2009:1- 2).

2.2.2 Vlog

Video-Blogging, atau bisa disingkat vlogging (diucapkan Vlogging, bukan V-logging),atau vidblogging, merupakan suatu bentuk kegiatan blogging dengan menggunakan medium video di atas penggunaan teks atau audio sebagai sumber media utama. Berbagai perangkat seperti ponsel berkamera, kamera digital yang bisa merekam video, atau kamera murah yang dilengkapi dengan mikrofon merupakan modal yang mudah untuk melakukan aktivitas video blogging.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Video_blogging).

Pembuat Vlog biasa dikenal dengan sebutan Vlogger. Seperti yang dilansir dalam Wikipedia, seseorang bernama Adam Kontras mengunggah sebuah video

(35)

bersamaan dengan sebuah tulisan dalam blog yang menginformasikan rekan dan keluarganya tentang kepindahannya ke Los Angeles demi mengejar bisnis pertunjukan, menandai postingan pertama yang nantinya akan menjadi Vlog terlama sepanjang sejarah.

Adrian Miles kemudian juga mengunggah video yang mengganti tulisan dalam sebuah gambar diam dan menyebut istilah Vlog sebagai video blognya.

Tahun 2004, Steve Garfield membuat sendiri video blognya dan mendeklarasi tahun tersebut adalah “tahun video blog”.

Pelantar yang dapat digunakan para vlogger dalam mengunggah konten video mereka, tentu bermacam-macam. Sebenarnya ketika seseorang sudah aktif di blog dengan menggunakan salah satu pelantar blogging seperti Tumblr, Blogspot, Wordpress, dll, mereka dapat mengunggah konten video juga disana karena memang terdapat fitur yang memungkinkan untuk melakukannya. Namun sekarang ada juga pelantar lain yang dikhususkan untuk mengunggah video saja, seperti YouTube.

Aktivis vlog ini mempunyai tim dalam membuat suatu program acara.

Mereka terdiri dari kameraman, editor, dan membuat efek lagu sendiri. Bahkan ada pula vlog yang merangkap dan bekerja individu. Ide kreatif mereka dituangkan dalam media Youtube. Youtube adalah sebuah situs web berbagi video, menggugah ataupun pengguna dapat menonton video. Dengan tersedianya media seperti youtube inovasi pada media massa dapat terjadi.

Fenomena yang terdapat dalam vlog dapat berupa wawancara, liputan, kegiatan sehari-hari dari pembuat vlog tersebut, komedi ataupun dapat berupa pengetahuan. Hal ini serupa dengan fungsi komunikasi massa yaitu fungsi sebagai informasi. Fungsi informasi ini diartikan bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya.Dalam vlog tersebut kita dapat belajar musik, teknik kamera ataupun kita dapat belajar bahasa asing.

(36)

2.2.3 Semiotika

Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda.

Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia.

Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal-hal (things).

Memaknai (to signify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal di mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (Sobur, 2004: 15).

Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari kata yunani Semeion yang berarti tanda dan dalam bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti: bahasa, kode, sinyal dan sebagainya. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu –yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya – dapat mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai sesuatu hal yang menunjuk adanya hal lain (Wibowo, 2011: 5).

“Semiotika menaruh perhatian apa pun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu harus ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu waktu tertentu.

Dengan begitu, semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari apa pun yang bisa digunakan untuk mengatakan sesuatu kebohonganm sebaliknya, tidak bisa digunakan untuk mengatakan kebenaran” (Berger, 2000: 11-12)

(37)

Fiske (dalam Bungin, 2006: 67) mengatakan bahwa semiotika mempunyai tiga bidang studi utama yaitu:

a) Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara-cara tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusiadan hanya bisa dipahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

b) Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

c) Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.

Di lain pihak, menurut Littlejohn (2009: 55-56) semiotika dapat dibagi ke dalam tiga dimensi kajian, yaitu semantik, sintaktik dan pragmatik. Adapun penjabarannya yaitu:

1. Semantik, berkenaan dengan makna dan konsep. Dalam hal ini membahas bagaimana tanda memiliki hubungan dengan referennya, atau apa yang diwakili suatu tanda. Prinsip dasar dalam semiotika adalah bahwa representasi selalu diperantara atau dimediasi oleh kesadaran interpretasi seorang individu dan setiap interpretasi atau makna dari suatu tanda akan berubah dari suatu situasi ke situasi lainnya (Morrisan, 2009:29).

2. Sintaktik, berkenaan dengan keterpaduan dan keseragaman, studi ini mempelajari mengenai hubungan antara tanda. Tanda dilihat sebagai bagian dari sistem tanda yang lebih besar atau kelompok yang diorginisir melalui cara tertentu. Sistem tanda seperti ini biasa disebut dengan kode. Menurut pandangan semiotika, tanda selalu dipahami dalam hubungan dengan tanda lainnya (Morrisan, 2009: 30).

(38)

3. Pragmatik, berkenaan dengan teknis dan praktis. Aspek ini mempelajari bagaimana tanda menghasilkan perbedaan dalam kehidupan manusia dengan kata lain adalah studi yang mempelajari penggunaan tanda serta efek yang dihasilkan tanda. Berkaitan pula dengan mempelajari bagaimana pemahaman atau kesalahpahaman terjadi dalam berkomunikasi (Morrisan, 2009:30).

Ada dua pendekatan penting terhadap tanda-tanda yang biasa menjadi rujukan para ahli (Berger, 2000: 11-12). Pertama, adalah pendekatan yang didasarkan pada pandangan Ferdinand de Saussure (1857-1913) yang mengatakan bahwa tanda-tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra tentang bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep di mana citra bunyi disandarkan (Sobur, 2004a: 31).

Analisis semiotik biasanya diterapkan pada citra atau teks visual. Metode ini melibatkan pernyataan dalam kata-kata tentang bagaimana citra bekerja, dengan mengaitkan mereka pada struktur ideologis yang mengorganisasi makna (Stokes, 2006: 78).

Memahami semiotika tentu tidak bisa lepas dari pengaruh peran dua orang penting ini yaitu Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand De Saussure (1857-1913). Keduanya meletakkan dasar-dasar bagi kajian semiotika. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa sedangkan Pierce di Amerika Serikat.

Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan Peirce adalah filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiologi (semiology) (Tinarbuko, 2008: 11). Teori dari Pierce seringkali disebut sebagai “grand theory” dalam semiotika, karena gagasan Pierce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari sistem penandaan. Sebuah tanda atau representamen menurut Charles S Pierce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas (Wibowo, 2011: 13).

Dalam konsep semiotika Pierce, Pierce membagi tanda atas ikon (icon), indeks (index) dan simbol (symbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau bersifat

(39)

kemiripan, indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal, sementara simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya dan hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena (Sobur, 2004: 41).

Kategori tipe tanda menurut Pierce digambarkan sebagai berikut:

Ikon

Indeks Simbol

Gambar 1

Kategori Tipe Tanda dari Pierce (Bungin, 2010: 168)

Pierce mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda, objek, dan makna (Morrisan, 2009: 28). Dalam kajian komunikasi, pusat perhatian semiotika adalah menggali makna-makna tersembunyi di balik penggunaan simbol-simbol yang lantas dianalogikan sebagai teks atau bahasa.

Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu antaranya mengasumsikan adanya enam factor dalam komunikasi yaitu pengirim, penerima kode atau sistem tanda,pesanm saluran komunikasi, dan acuan yang dibicarakan. Semiotika signifikasi tidak mempersoalkan adanya tujuan berkomunikasi, yang lebih diutamakan adalah segi pemahaman suatu tanda hingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan ketimbang prosesnya.

(40)

2.2.3.1 Semiotika Komunikasi Visual

Semiotika sebagai sebuah cabang keilmuan memperlihatkan pengaruh pada bidang-bidang seni rupa, seni tari, seni film, desain produk, arsitektur, termasuk desain komunikasi visual. Menurut Tinarbuko (dalam Piliang, 2012:

339-340) semiotika komunikasi visual yaitu semiotika sebagai metode pembacaan karya komunikasi visual. Dilihat dari sudut pandang semiotika, desain komunikasi visual adalah sistem semiotika khusus, dengan perbendaharaan kata (vocabulary) dan sintaks (sintagm) yang khas, yang berbeda dengan sistem semiotika seni.

Fungsi signifikasi adalah fungsi dimana penanda yang bersifat konkritdimuati dengan konsep-konsep abstrak, atau makna, yang secara umum disebut petanda. Dapat dikatakan disini, bahwa meskipun semua muatan komunikasi dari bentuk-bentuk komunikasi visual ditiadakan, ia sebenarnya masih mempunyai muatan signfikasi, yaitu muatan makna.

Efektivitas pesan menjadi tujuan utama dari desain komunikasi visual.

Berbagai bentuk desain komunikasi visual yaitu iklan, fotografi jurnalistik, poster, kalender, brosur, film animasi, karikatur, acara televisi, video klip, web design, cd interaktif dan sebagainya. Di mana melalui pesan-pesan tertentu disampaikan dari pihak pengirim (desainer, produser, copywriter) kepada penerima (pengamat, penonton, pemirsa)

Semiotika komunikasi mengkaji tanda konteks komunikasi yang lebih luas, yang melibatkan berbagai elemen komunikasi, seperti saluran, sinyal, media, pesan, kode, bahkan juga noise. Semiotika komunikasi menekankan aspek produksi tanda di dalam berbagai rantai komunikasi, saluran dan media, dibandingkan sistem tanda. Di dalam semiotika komunikasi, tanda ditempatkan di dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam penyampaian pesan.

2.2.3.2. Semiotika Roland Barthes

Kancah penelitian semiotika tidak bisa begitu saja melepaskan nama Roland Barthes (1915-1980), ahli semiotika yang mengembangkan kajian yang

(41)

sebelumnya punya warna kental strukturalisme kepada semiotika teks (Wibowo, 2013: 21). Roland Barthes melontarkan konsep denotasi dan konotasi sebagai kunci dari analisisnya. Dalam studinya, Barthes menekankan pentingnya peran pembaca tanda (the readers). Konotasi yang walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi (Sobur, 2004b: 63).

Fokus perhatian Barthes tertuju kepada gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of significations). Signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified (makna denotasi). Pada tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda (objek) dan petanda (makna) di dalam tanda, dan antara tanda dan dengan referannya dalam realitasnya eksternal. Hal ini mengacu pada makna sebenarnya (riil) dari penanda (objek). Kemudian signifikasi tahap kedua adalah interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu (makna konotasi).

Mitos terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Selain itu, Barthes juga melihat makna yang lebih dalam tingkatnya, akan tetapi lebih bersifat konvensional, yaitu makna yang berkaitan dengan mitos. Mitos dalam pemahaman semiotika Barthes adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (yang sebetulnya arbitrer atau konotatif) sebagai sesuatu yang dianggap alamiah.

1. Signifier (Penanda)

2. Signified (Petanda) 3. Denotative Sign (Tanda Denotatif) 4. Connotative

Signifier

5. Connotative Signified (Petanda Konotatif) 6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)

(42)

Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes (Sobur, 2004:69)

Dari peta tanda Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri dari penanda (1) dan petanda (2), namun bersamaan pula dengan tanda denotatif menjadi penanda konotatif (4). Tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan tapi mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

Dalam kerangka Barthes, konotasi identik dengan operasi ideologi, yang disebut sebagai ‘mitos’ dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Budiman, 2003: 28). Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Barthes menempatkan ideologi dengan mitos karena baik di dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif antara penanda konotatif dan petanda konotatif terjadi secara termotivasi (Budiman, 2003: 28).

Adapun lima kode yang ditinjau Barthes (Lechte dalam Sobur, 2004b: 65- 66) adalah:

1. Kode hermeneutik, yaitu kode teka-teki berkisar pada harapan pembaca untuk mendapatkan ‘kebenaran’ bagi pertanyaan yang muncul dalam teks.

2. Kode semik atau kode konotatif, yaitu kode yang banyak menawarkan banyak sisi. Dalam dikatakan bahwa jika sejumlah konotasi melekat pada suatu nama tertentu, kita dapat mengenali suatu tokoh dengan atribut tertentu.

3. Kode simbolik, yaitu aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat struktural.

(43)

4. Kode proaretik atau kode tindakan, yaitu sebagai pelengkapan utama teks yang dibaca orang, dan semua teks tersebut bersifat naratif.

5. Kode gnomic atau kode kultural, yaitu acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya.

Di samping penanda teks (leksia) dan lima kode pembacaan yang telah dijabarkan di atas, beberapa konsep penting dalam analisis semiotika Roland Barthes adalah:

1. Penanda dan Petanda

Menurut Saussure, bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu penanda (signifier) dan petanda (signified). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah ‘bunyi yang bermakna’ atau ‘coretan yang bermakna’. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.

Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Menurut Saussure, penanda dan petanda merupakan kesatuan seperti seperti dua sisi dari sehelai kertas. Sausurre menggambarkan tanda yang terdiri signifier dan signified itu sebagai berikut:

Sign

Composed Of

Signification

Signifier Signified

External Reality Of Meaning

Gambar 3 .Elemen-elemen Makna Sausurre

Sumber: Sobur, Alex. (2004). Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

(44)

Pada dasarnya apa yang disebut signifier dan signified tersebut adalah produk kultural. Setiap tanda kebahasaan, menurut Sausurre, pada dasarnya menyatukan sebuah konsep (concept) dan suatu citra suara (sound image), bukan menyatakan sesuatu dengan sebuah nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier) sedangkan konsepnya adalah pertanda (signified). Dua unsur ini tidak bisa dipisahkan sama sekali. Pemisahan hanya akan menghancurkan ‘kata’ tersebut.

2. Denotasi dan Konotasi

Denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang

‘sesungguhnya’, bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan.

Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti sesuai dengan apa yang terucap (Sobur, 2004: 70)

Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama pada sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran.

Denotasi bersifat langsung, dapat dikatakan sebagai makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, sehingga sering disebut sebagai gambaran sebuah petanda.

Sedangkan menurut Kridalaksana, denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu.

Makna denotatif suatu kata ialah makna yang biasa kita temukan dalam kamus. Makna konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata itu. Kata konotasi itu sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu connotare, yang berarti ‘menjadi tanda’ dan mengarah kepada makna-makna kultural yang terpisah atau berbeda dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi)

Denotasi adalah hubungan yang digunakan di dalam tingkat pertama dalam sebuah kata yang secara bebas memegang peranan penting di dalam ujaran.

Makna denotasi bersifat langsung, yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda, dan pada intinya dapat disebut sebagai gambaran sebuah petanda (Berger, 2000: 55).

(45)

Sedangkan konotasi (connotation, evertone, evocatory) diartikan sebagai aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Dengan kata lain, makna konotatif merupakan makna leksikal + X (Sobur, 2004: 263).

Di dalam semiologi Roland Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketetutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis. Sebagai reaksi yang paling ekstrem adalah melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif, Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya, yang ada hanyalah konotasi semata-mata. Penolakan ini mungkin terasa berlebihan, namun ia tetap berguna sebagai sebuah koreksi atas kepercayaan bahwa makna ‘harfiah’

merupakan sesuatu yang bersifat alamiah (Budiman dalam Sobur, 2004: 71).

3. Paradigmatik dan Sintagmatik

Di dalam konteks strukturalisme bahasa, tanda tidak dapat dilihat hanya secara individu, akan tetapi dalam relasi dan kombinasinya dengan tanda-tanda lainnya di dalam sebuah sistem. Analisis tanda berdasarkan sistem atau kombinasi yang lebih besar ini (kalimat, buku, kitab) melibatkan apa yang disebut aturan pengkombinasian yang terdiri dari dua aksis, yaitu aksis paradigmatik, yaitu cara pemilihan dan pengkombinasian tanda-tanda, berdasarkan aturan atau kode tertentu, sehingga dapat menghasilkan sebuah ekspresi bermakna.

Bahasa adalah struktur yang dikendalikan oleh aturan main tertentu, semacam mesin untuk memproduksi makna. Dalam bahasa, kita harus mematuhi aturan main bahasa (grammar, sintaks) jika kita ingin menghasilkan ekspresi yang bermakna. Aturan main pertama dalam bahasa, menurut Sausurre adalah bahwa di dalam bahasa hanya ada prinsip perbedaan. Kata-kata mempunyai makna yang menyebabkan mereka berada di dalam relasi perbedaan. Jadi, yang pertama-tama dilihat di dalam strukturalisme bahasa adalah relasi, bukan hakikat tanda itu sendiri.

(46)

Perbedaan dalam bahasa, menurut Sausurre, hanya dimungkinkan lewat beroperasinya dua aksis bahasa yang disebutnya aksis paradigma dan aksis sintagma. Paradigma adalah satu perangkat tanda yang melaluinya pilihan-pilihan dibuat, dan hanya satu unit dari pilihan tersebut dapat dipilih, Sintagma adalah kombinasi tanda dengan tanda lainnya dari perangkat yang ada berdasarkan aturan tertentu, sehingga menghasilkan ungkapan bermakna (Piliang, 2012: 302-303).

Menurut semiotika Sausurren, apa pun bentuk pertukaran tanda, ia harus mengikuti model kaitan struktural antara penanda dan petanda yang bersifat stabil dan pasti (Sobur, 2004b: 278).

Sintagma

Paradigma

Gambar 4. Poros Paradigma dan Sintagma (Piliang, 2012: 303)

4. Mitos

Pada umumnya mitos adalah suatu sikap lari dari kenyataan dan mencari

‘perlindungan dalam dunia khayal’. Sebaliknya dalam dunia politik, mitos kerap dijadikan alat untuk menyembunyikan maksud-maksud yang sebenarnya, yaitu membuka jalan, mengadakan taktik untuk mendapat kekuasaan dalam masyarakat yang bersangkutan dengan ‘melegalisasikan’ sikap dan jalan anti-sosial. Tujuan dari suatu mitos politik adalah selalu kekuasaan dalam negara, karena dianggap bahwa tanpa kekuasaan keadaan tidak dapat diubahnya. Demikianlah mitos mudah menjadi ‘alat kekuasaan’ yang sukar dibuktikan kebenarannya selama tujuan mitos belum menjadi kenyataan, maka apa yang dijanjikan oleh mitos

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam dunia pendidikan tentu kita mengenal media pembelajaran, media pembelajaran merupakan saluran atau jembatan dari pesan- pesan pembelajaran yang disampaikan

Dengan adanya sistem informasi untuk menangani penyewaan lapangan, tidak hanya sekedar jadwal di papan tulis, dapat mempercepat pelayanan kepada semua pelanggan baik

NO NOMOR PESERTA NAMA INSTANSI KECAMATAN KELAS SESI WAKTU TEMPAT 147 201502771123 NUR ELIYANA ROSYIDAH TK ISLAM AL-AZHAR 15 SURABAYA Kec... NO NOMOR PESERTA NAMA INSTANSI

(3) Mahasiswa dari Gakin yang dapat diberikan tarif layanan SPP dan/atau DPP sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan

(jwb pelanggaran hukum apa / tidak pernah bila tdk penah melakukan pelanggaran hukum atau norma sosial) ...………..7. Sampai sejauh mana

Berdasarkan data hasil uji coba lapangan, kemudian modul matematika diskrit berbantuan software wxMaxima ( prototipe III) direvisi menjadi prototipe IV (prototipe final)

Tanah di pedesaan umumnya digunakan bagi kehidupan sosial seperti berkeluarga, bersekolah, beribadat, berekreasi, berolahraga dan sebagainya dilakukan di dalam

Penulisan hasil penelitian dengan judul “Aplikasi Ekstrak Kulit Melinjo (Gnetum gnemon Linn) Kuning Untuk Memperpanjang Masa Simpan Ikan Kembung Segar (Rastrelliger sp.)”