• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kematangan Karir

1. Pengertian kematangan karir

Crites (dalam Brown, 2002) mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai dengan tahap perkembangan karir. Levinson, dkk (2001) mengemukakan bahwa kematangan karir merupakan kemampuan individu untuk membuat pilihan karir yang tepat, termasuk kesadaran tentang hal yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir dan tingkat dimana pilihan individu tersebut realistik dan konsisten. Luzzo (dalam Levinson, dkk 2001) juga mengatakan bahwa kematangan karir dapat diartikan sebagai sebuah kesiapan individu untuk membuat informasi, kesesuaian umur dengan keputusan karir dan mengatasi tugas-tugas pengembangan karir yang sesuai.

Zunker (2006) mengatakan bahwa kematangan karir adalah proses

perkembangan yang berkelanjutan dan menyajikan karakteristik yang dapat

diidentifikasi secara spesifik serta merupakan sifat-sifat yang penting untuk

pengembangan karir. Sedangkan dari perspektif CIP (Cognitive Information

Processing), kematangan karir didefinisikan sebagai kemampuan untuk membuat

keputusan karir mandiri dan bertanggung jawab didasarkan pada integrasi

pemikiran dari informasi terbaik yang tersedia tentang diri sendiri dan dunia kerja.

(2)

Berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi kematangan karir adalah kemampuan individu untuk mengetahui minat dan bakatnya, mengetahui informasi yang berkaitan dengan bidang karir yang diminatinya sehingga dapat membuat keputusan dalam pilihan karir yang tepat, yang akan mengeluarkan seluruh kemampuan dan potensi dirinya dengan maksimal, sehingga membuat keputusan karir individu yang konsisten.

2. Dimensi kematangan karir

Menurut Super (dalam Levinson, E. M; Ohler, D. L; Caswell, S; &

Kiewra, K., 2001) kematangan karir terdiri dari:

a. Perencanaan Karir (Planfulness)

Dimensi ini mengukur tingkat perencanaan melalui sikap terhadap masa

depan. Individu memiliki kepercayaan diri, kemampuan untuk dapat belajar dari

pengalaman, menyadari bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan

pekerjaan, serta mempersiapkan diri untuk membuat pilihan tersebut. Nilai rendah

pada dimensi career planning menunjukkan bahwa individu tidak merencanakan

masa depan di dunia kerja dan merasa tidak perlu untuk memperkenalkan diri atau

berhubungan dengan pekerjaan. Nilai tinggi pada dimensi career planning

menunjukkan bahwa individu ikut berpartisipasi dalam aktivitas perencanaan karir

yaitu belajar tentang informasi karir, berbicara dengan orang dewasa tentang

rencana karir, mengikuti kursus dan pelatihan yang akan membantu dalam

menentukan karir, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler dan bekerja paruh

waktu.

(3)

b. Pengambilan Keputusan (Decision making)

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang prinsip dan cara pengambilan keputusan. Individu memiliki kemandirian, membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan, kemampuan untuk menggunakan metode dan prinsip pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalah termasuk memilih pendidikan dan pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu tidak tahu apa yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan. Hal ini berarti individu tidak siap untuk menggunakan informasi pekerjaan yang telah diperoleh untuk merencanakan karir. Nilai tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu siap mengambil keputusan.

c. Eksplorasi Karir (Exploration)

Dimensi ini mengukur sikap terhadap sumber informasi. Individu berusaha untuk memperoleh informasi mengenai dunia kerja serta menggunakan kesempatan dan sumber informasi yang berpotensial seperti orangtua, teman, guru, dan konselor. Nilai rendah pada dimensi career exploration menunjukkan bahwa individu tidak perduli dengan informasi tentang bidang dan tingkat pekerjaan.

d. Pengumpulan Informasi (Information Gathering)

Dimensi ini mengukur pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan, cara

untuk memperoleh dan sukses dalam pekerjaan serta peran-peran dalam dunia

pekerjaan. Nilai rendah pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu perlu

untuk belajar tentang jenis-jenis pekerjaan dan tugas perkembangan karir.

(4)

Individu kurang mengetahui tentang pekerjaan yang sesuai dengannya. Nilai tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa individu dengan wawasan yang luas dapat menggunakan informasi pekerjaan untuk diri sendiri dan mulai menetapkan bidang serta tingkat pekerjaan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kematangan karir

Menurut Naidoo (1998) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan karir individu, yaitu:

a) Tingkat Pendidikan (Educational level)

Kematangan karir individu ditentukan dari tingkat pendidikannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCaffrey, Miller, dan Winstoa (dalam Naidoo, 1998) pada siswa junior, senior, dan alumni terdapat perbedaan dalam hal kematangan karir. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi pula kematangan karir yang dimiliki. Hal ini mengindikasikan kematangan karir meningkat seiring tingkat pendidikan.

b) Ras (Race ethnicity)

Kelompok minoritas sering dikaitkan dengan kematangan karir yang rendah yang berhubungan dengan orang tua. Jika orang tua mendukung anaknya walaupun mereka berasal dari kelompok minoritas, anak tersebut tetap akan memiliki kematangan yang baik.

c) Locus of control

Hasil penelitian Dhillon dan Kaur (2005) menunjukkan bahwa individu

dengan tingkat kematangan karir yang baik cenderung memiliki orientasi locus of

(5)

control internal. Taganing (2007) juga menambahkan bahwa individu dengan locus of control internal, ketika dihadapkan pada pemilihan karir, maka akan melakukan usaha untuk mengenal diri, mencari tahu tentang pekerjaan dan langkah-langkah pendidikan, serta berusaha mengatasi masalah yang dihadapi.

Hal tersebut akan membuat kematangan karir individu menjadi tinggi.

d) Status Ekonomi Sosial (Social economi status)

Individu yang berasal dari latar belakang sosial ekonomi menengah ke bawah menunjukkan nilai rendah pada kematangan karir. Hal ini ditandai dengan kurangnya akses terhadap informasi tentang pekerjaan, figur teladan dan anggapan akan rendahnya kesempatan kerja.

e) Makna Bekerja (Work salience)

Pentingnya pekerjaan mempengaruhi individu dalam membuat pilihan, kepuasan kerja yang merujuk pada komitmen kerja, serta kematangan karir pada mahasiswa.

f) Jenis Kelamin

Wanita memiliki nilai kematangan karir yang lebih rendah dibandingkan

dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena wanita lebih rentan dalam

memandang konflik peran sebagai hambatan dalam proses perkembangan karir,

dan kurang mampu untuk membuat keputusan karir yang tepat dibandingkan

dengan laki-laki.

(6)

4. Tahap perkembangan karir

Super (dalam Brown, 2002) memandang bahwa karir sebagai jalannya peristiwa-peristiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan dan peranan kehidupan lainnya yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang pada pekerjaan dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super (dalam Brown, 2002) membuat tahapan-tahapan perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas yang spesifik pada masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut, yang terdiri dari:

a. Perkembangan / Growth (4-13 tahun)

Pada tahap ini individu ditandai dengan perkembangan kapasitas, sikap, minat, dan kebutuhan yang terkait dengan konsep diri. Konsep diri yang dimiliki individu terbentuk melalui identifikasi terhadap figur-figur keluarga dan lingkungan sekolah. Pada awalnya, anak-anak mengamati lingkungan untuk mendapatkan informasi mengenai dunia kerja dan menggunakan rasa penasaran untuk mengetahui minat. Seiring berjalannya waktu, rasa penasaran dapat mengembangkan kompetensi untuk mengendalikan lingkungan dan kemampuan untuk membuat keputusan. Disamping itu, melalui tahap ini, anak-anak dapat mengenali pentingnya perencanaan masa depan dan memilih pekerjaan. Tahap ini terdiri dari tiga sub tahap yaitu:

1) Sub tahap Fantasi / fantasy (4-10 tahun)

Pada sub tahap ini ditandai dengan minat anak berfantasi untuk menjadi

individu yang diinginkan, kebutuhan dan menjalani peran adalah hal yang

penting.

(7)

2) Sub tahap Minat / interest (11-12 tahun)

Individu pada sub tahap ini menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan karir mulai dipengaruhi oleh kesukaan anak. Hal yang disukai dan yang tidak tersebut menjadi penentu utama aspirasi dan aktifitas.

3) Sub tahap Kapasitas / capacity (13-14 tahun)

Individu yang berada pada sub tahap ini mulai mempertimbangkan kemampuan pribadi dan persyaratan pekerjaan yang diinginkan.

b. Eksplorasi / Exploration (14-24 tahun)

Pada tahap ini individu banyak melakukan pencarian tentang karir apa yang sesuai dengan dirinya, merencanakan masa depan dengan menggunakan informasi dari diri sendiri dan dari pekerjaan. Individu mulai mengenali diri sendiri melalui minat, kemampuan, dan nilai. Individu akan mengembangkan pemahaman diri, mengidentifikasi pilihan pekerjaan yang sesuai, dan menentukan tujuan masa depan yang sementara tetapi dapat diandalkan. Individu juga akan menentukan pilihan melalui kemampuan yang dimiliki untuk membuat keputusan dengan memilih di antara alternatif pekerjaan yang sesuai. Tahap ini terdiri dari tiga sub tahap, yaitu :

1) Sub tahap Tentatif / Tentative (14-17 tahun).

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah menentukan pilihan pekerjaan.

Individu mulai menggunakan pilihan tersebut dan dapat melihat bidang

serta tingkat pekerjaan yang sesuai dengan dirinya. Hal-hal yang

dipertimbangkan pada masa ini adalah kebutuhan, minat, kapasitas, nilai

dan kesempatan.

(8)

2) Sub tahap Transisi / Transition (18-21 tahun).

Sub tahap ini merupakan periode peralihan dari pilihan pekerjaan yang bersifat sementara menuju pilihan pekerjaan yang bersifat khusus. Tugas perkembangan pada masa ini yaitu mengkhususkan pilihan pekerjaan dengan memasuki pasar pekerja, pelatihan profesional, bekerja sambilan dan mencoba mewujudkan konsep diri.

3) Sub tahap Percobaan / Trial (22-24 tahun).

Tugas perkembangan pada masa ini adalah melaksanakan pilihan pekerjaan dengan memasuki dunia kerja.

c. Pembentukan / Establishment (25-44 tahun)

Pada tahap ini individu mulai memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan bekerja keras untuk mempertahankan pekerjaan tersebut. Masa ini merupakan masa paling produktif dan kreatif. Tahap ini terdiri dari dua sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap Percobaan dengan Komitmen / trial with commitment (25-30 tahun)

Pada tahap ini individu merasa nyaman dengan pekerjaan, sehingga ingin terus mempertahankan pekerjaan yang dimiliki. Tugas perkembangan pada masa ini adalah menstabilkan pilihan pekerjaan.

2) Sub tahap Stabilisasi / stabilization (31-44 tahun).

Pada tahap ini pola karir individu menjadi jelas dan telah menstabilkan

pekerjaan. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada

(9)

masa ini adalah menetapkan pilihan pekerjaan agar memperoleh keamanan dan kenyamanan dalam bekerja serta melakukan peningkatan dalam dunia kerja dengan menunjukkan perilaku yang positif dan produktif dengan rekan kerja.

d. Pemeliharaan / Maintenance (45-64 tahun)

Individu pada tahap ini telah menetapkan pilihan pada satu bidang karir, fokus mempertahankan posisi melalui persaingan dengan rekan kerja yang lebih muda dan menjaga posisi tersebut dengan pengetahuan yang baru. Tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh individu pada tahap ini, yaitu:

1) Holding

Pada tahap ini individu menghadapi tantangan dengan berkompetisi bersama rekan kerja, perubahan teknologi, memenuhi tuntutan keluarga, dan berkurangnya stamina.

2) Updating

Individu pada tahap ini harus bekerja keras dalam mengerjakan tugas dengan lebih baik melalui memperbarui pengetahuan dan keterampilan.

3) Innovating

Pada tahap ini individu melakukan pekerjaan dengan cara yang berbeda, melakukan pekerjaan yang berbeda, dan menghadapi tantangan baru.

e. Penolakan / Decline (lebih dari 65 tahun)

Individu pada tahap ini mulai mempertimbangankan masa pra-pensiun,

hasil kerja, dan akhirnya pensiun. Hal ini dikarenakan berkurang kekuatan mental

(10)

dan fisik sehingga menyebabkan perubahan aktivitas kerja. Tahap ini terdiri dari dua sub tahap, yaitu:

1) Sub tahap decelaration (65-70 tahun).

Tugas perkembangan pada sub tahap ini adalah mengurangi tingkat pekerjaan secara efektif dan mulai merencanakan pensiun. Hal ini ditandai dengan adanya penyerahan tugas sebagai salah satu langkah mempersiapkan diri menghadapi pensiun.

2) Sub tahap retirement (lebih dari 71 tahun).

Sub tahap ini ditandai dengan masa pensiun dimana individu akhirnya mulai menarik diri dari lingkungan kerja.

B. Mahasiswa

1. Pengertian Mahasiswa

Monks, Knoers, dan Siti (2002) menyatakan bahwa sebagian mahasiswa masuk ke dalam kategori remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang ditandai dengan perubahan-perubahan pada diri individu, baik secara psikologis, fisiologis, seksual, sosial dan kognitif serta adanya berbagai tuntutan dari masyarakat dan perubahan sosial yang menyertai untuk menjadi dewasa yang mandiri (Papalia, Old, & Feldman, 2008).

Menurut Hurlock (2004) terdapat beberapa tugas perkembangan yang

harus dipenuhi pada masa remaja akhir, antara lain:

(11)

1) Mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

2) Mencapai peran sosial pria dan wanita.

3) Menerima keadaan fisik dan menggunakan tubuh secara efektif.

4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

5) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa lainnya.

6) Mempersiapkan karir ekonomi.

7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

Menurut Sukadji (2001) mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda yang mendapatkan kesempatan untuk mengasah kemampuan yang dimiliki di perguruan tinggi. Salim dan Salim (2002) menyebutkan bahwa mahasiswa adalah individu yang terdaftar dan menjalani pendidikan di perguruan tinggi.

C. Organisasi Kemahasiswaan 1. Pengertian

Berdasarkan Kepmen Dikbud nomor: 155/U/1998 (dalam Widayanti,

2005) organisasi kemahasiswaan merupakan salah satu elemen yang sangat

penting dalam proses pendidikan di perguruan tinggi. Keberadaan organisasi

mahasiswa merupakan wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah

perluasan wawasan, peningkatan kecendekiawan, integritas kepribadian,

(12)

menanamkan sikap ilmiah, dan pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjaama serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan.

Organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab (Schein, dalam Muhammad, 2000).

2. Bentuk Organisasi Kemahasiswaan

Terdapat dua macam organisasi yang dikenal yaitu organisasi intra kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi intra kampus yaitu organisasi yang berada di dalam kampus, yang ruang lingkup kegiatan dan anggotanya hanya terbatas pada mahasiswa yang ada di kampus tersebut atau sewaktu-waktu melibatkan peserta dari luar. Organisasi intra ini terbagi dalam dua bagian, yaitu pertama, berdasarkan ruang lingkupnya yang terdiri dari organisasi tingkat jurusan (ruang lingkupnya satu jurusan), organisasi tingkat fakultas (ruang lingkupnya satu fakultas) dan organisasi tingkat universitas (ruang lingkupnya tingkat universitas). Kedua, organisasi berdasarkan minat dan bakat atau yang lebih dikenal dengan nama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan ruang lingkupnya ada yang setingkat fakultas dan yang lebih banyak setingkat universitas.

Organisasi ekstra kampus merupakan organisasi yang berada di luar kampus, di mana ruang lingkup dan anggotanya adalah mahasiswa seperguruan tinggi atau lintas perguruan tinggi (As‟ari, 2007).

Pada dasarnya organisasi kemahasiswaan (Widayanti, 2005) adalah

wahana berlatih mahasiswa sepenuhnya diselenggarakan oleh, untuk, dan dari

(13)

mahasiswa. Oleh karena itu, keberadaan, bentuk, dan tempat kedudukan sepenuhnya tergantung dari prakarsa dan kemauan mahasiswa. Walaupun demikian organisasi kemahasiswaan di dalam kampus beserta aktivitasnya harus semata-mata ditujukan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan mahasiswa sejalan dengan misi perguruan tinggi yang bersangkutan.

3. Organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara (USU) Organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara adalah sebagai media bagi mahasiswa dalam menumbuhkembangkan visi keintelektualan, sikap ilmiah dan komitmen yang progresif dalam menyuarakan kebenaran dan keadilan sehingga terbentuk insan akademis yang memiliki kemandirian, kepemimpinan, dan kepedulian terhadap lingkungan (Sumber: Tata Laksana Organisasi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara).

4. Bentuk organisasi kemahasiswaan di Univeritas Sumatera Utara (USU)

Ada beberapa bentuk organisasi kemahasiswaan di Universitas Sumatera Utara, yaitu:

1. Organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yang merupakan

perwakilan tertinggi mahasiswa USU sebagai lemaga legislatif disebut

sebagai Majelis Mahasiswa yang disingkat MM USU.

(14)

2. Organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas yang melaksanakan berbagai aktivitas mahasiswa Univeritas Sumater Utara sebagai lembaga eksekutif disebut Pemerintahan Mahasiswa yang disingkat PM USU.

3. Organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas yang merupakan perwakilan tertinggi di fakultas sebagai lembaga legislatif disebut Majelis Mahasiswa Fakultas (MMF).

4. Organisasi kemahasiswaan di tingkat fakultas yang melaksanakan berbagai aktivitas mahasiswa di fakultas sebagai lembaga eksekutif disebut Pemerintahan Fakultas (PMF)

5. Organisasi kemahasiswaan di tingkat Universitas dan fakultas yang merupakan lembaga penyaluran aspirasi dalam PEMILU disebut Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM).

6. Organisasi kemahasiswaan yang melaksanakan kegiatan berdasarkan

spesifikasi bidang minat, bakat, kegemaran, kesejahteraan mahasiswa,

penalaran dan keilmuan serta pengabdianan masyarakat berada dibawah

bidang-bidang Eksekutif sebagai lembaga Semi Otonom disebut Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM mencakup bidang olahraga, seni,

keorganisasian dan keagamaan. Saat ini, UKM yang berada dibawah

binaan BKK USU adalah Suara USU (Kegiatan Pers/ Jurnalistik

Mahasiswa), Kompas (Korp Pecinta Alam), Pramuka, Menwa (Resimen

Mahasiswa), PEMA (Pemerintahan Mahasiswa), yang mana termasuk

dalam UKM bidang keorganisasian; Fotografi, Teater "O", Paduan Suara,

yang termasuk dalam UKM bidang seni; Fitnes, Tekwondo, Boxing Camp,

(15)

Tenis Lapangan, Futsal, Bulutangkis, Sepak Bola, Bola Volly, Bola Basket, yang termasuk dalam UKM bidang olahraga; dan KMK, UKMI AD DAKWAH yang termasuk dalam UKM bidang keagamaan

7. Organisasi Mahasiswa di tingkat jurusan sebagai lembaga non departemen di PMF disebut Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).

(sumber: Tata Laksana Organisasi Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

Mahasiswa yang mengikuti UKM

Menurut data statistik pada tahun 2011, jumlah mahasiswa sarjana (s1)

yang terdaftar di Universitas Sumatera Utara adalah 21.236 orang. Mahasiswa

yang mengikuti UKM adalah sekitar 1% dari jumlah mahasiswa yang terdaftar

(http://www.usu.ac.id/).

Referensi

Dokumen terkait

Uji coba sistem KSA dilakukan di seluruh kecamatan di kabupaten Indramayu dan Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, dengan jumlah sampel masing-masing sebanyak

(1) Setiap orang yang akan melakukan perjalanan internasional sesuai ketentuan Peraturan Menteri ini harus menunjukkan Sertifikat Vaksinasi Internasional sebagaimana dimaksud

Hasil uji t-Student’s dan uji Chi-Square untuk gerombol 2 dalam Gambar 5 menunjukkan bahwa peubah kategorik yaitu tipe kendaraan berpengaruh terhadap pembentukan

Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang memberikan expected return yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih suka

Iz skupine ispitanika koji su istodobno kupili više vrsta pripravaka za samoliječenje, njih 42 % kupilo je acetilsalicilnu kiselinu u dozi od 100 mg (B01AC) te još jedan

2019 LPIDB UMS 5-10 APRIL 2021 di web http://lpidb.ums.ac.id/ Mahasiswa S1 baik reguler maupun internasional termasuk mahasiswa prodi pendidikan bahasa Inggris

Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui industri pengolahan juga harus disertai dengan penguatan daya dukung lingkungan sehingga semakin kondusif dan

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis, merancang dan menghasilkan suatu basisdata yang mendukung sistem CRM ( Customer Relationship Management ) yang berbasiskan website