• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada usia dini adalah peletak dasar bagi pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada usia dini adalah peletak dasar bagi pendidikan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada usia dini adalah peletak dasar bagi pendidikan selanjutnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No 20 tahun 2003 bahwa Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (pasal 1, butir 14).

Sejak dini anak harus diberikan berbagai ilmu (dalam bentuk berbagai rangsangan/stimulan). Mendidik anak pada usia dini ibarat membentuk ukiran di batu yang tidak akan mudah hilang, bahkan akan melekat selamanya. Pentingnya pendidikan usia dini ini juga disampaikan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya uthlubul’ilma minalmahdi ilallahdi yang artinya tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat (HR. Bukhari dalam Rahmayanti, 2008).

Abdulhak (Martini, 2004) menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini memegang posisi fundamental. Fundamental dalam pengertian bahwa pengalaman pendidikan pada usia dini memberikan pengaruh yang “membekas”, oleh karena itu merupakan kesempatan luar biasa memberikan pendidikan kepada anak dalam rangka mengembangkan semua potensi anak. Menurut Nugraha dkk. (2005) pentingnya pendidikan sejak dini tidak diragukan lagi, paling tidak karena dua hal mendasar, pertama usia dini adalah fase fundamental bagi individu, dan kedua

1

(2)

anak adalah praktisi dan investasi masa depan. Sebagai wujud maka guru harus memfasilitasinya dengan baik. Terdapat tiga kegiatan mendasar yang diharapkan terpenuhi, yaitu menyediakan lingkungan yang kondusif, mendidik dan mengajarkan dengan benar, serta membimbing dan mengarahkan dengan tepat.

Memberikan pendidikan yang tepat pada anak usia dini akan menjadi pondasi keberhasilannya pada masa yang akan datang, akan menjadi sebuah individu yang cerdas, penuh percaya diri dan mampu mengarungi kehidupan dengan segala tantangannya dengan baik dan akan menjadi manusia yang berkualitas, berkepribadian kuat, berguna bagi orang tua, masyarakat dan Negara.

Jelaslah, mendidik anak dengan baik bukan saja untuk kepentingan masa depan anak itu sendiri atau untuk jaminan hari tua ayah dan ibunya, namun juga demi kemajuan bangsa dan negara serta umat secara keseluruhan. Karena itu, pendidikan anak usia dini tidak dapat dipandang sempit hanya demi kemaslahatan anak itu sendiri atau orang tuanya, melainkan untuk kepentingan yang jauh ke depan, demi kemajuan umat di dunia dan tabungan pahala di akhirat.

Keberhasilan pengembangan anak usia dini hendaklah dapat dicapai secara utuh. Untuk mencapai harapan itu, cara yang dianggap paling tepat dan relevan adalah segala kegiatan pengembangannya didasarkan atas pengembangan yang berbasis dan berprinsip pada perkembangan kebutuhan dan karakteristik belajar anak (DAP=Develompentally Appropriate Practice) dan memperhatikan seluruh dimensi tumbuh kembang anak (holistik), sehingga proses dan hasil dari tindakan pengembangan lebih bermakna dan fungsional bagi kehidupan anak.

(3)

Mengacu kepada isi kurikulum TK 2004, maka yang menjadi sasaran bidang pengembangan pada level anak usia dini ruang lingkupnya adalah pengembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan social, emosional dan kemandirian, pengembangan kemampuan berbahasa, pengembangan kognitif, pengembangan fisik/motorik, serta pengembangan seni.

Upaya pengembangan moral dan nilai-nilai agama pada pendidikan anak usia dini diperlukan kegiatan yang terus menerus atau kegiatan pembiasaan pada anak sehingga diharapkan akan meningkatkan ketakwaan anak terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan membina sikap anak dalam rangka meletakkan dasar agar anak menjadi warga Negara yang baik. Prof. Dr Hidayat Syarief (Rahmayanti, 2008) mengatakan, bahwa kualitas SDM sangat ditentukan oleh kondisi pada saat manusia berupa janin dalam kandungan seorang ibu sampai dengan usia balita, anak dan remaja. Dengan demikian dalam konteks pembangunan sumber daya manusia kita dihadapkan pada agenda menyiapkan generasi masa depan yang mampu menjadi tumpuan umat dalam meneruskan pembangunan.

Dalam teori tabularasa yang dipopulerkan John Locke bahwa anak ibarat kertas putih bersih, tinggal lingkungannya yang akan menggores kepribadian anak tersebut akan menjadi apa (Purwanto, 1994). Dengan kata lain, pada masa ini pula menjadi masa yang strategis dan kritis. Dikatakan strategis karena pada masa ini anak memperoleh stimulan dan pembelajaran yang memungkinkan anak dikondisikan untuk memperoleh keberhasilan dalam kehidupannya. Namun, dikatakan masa kritis karena jika terjadi salah dalam pola asuhnya, maka anak tidak memperoleh stimulan dan perlakuan yang tepat sehingga perkembangan

(4)

anak pada masa selanjutnya akan mengalami gangguan. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan anak usia dini merupakan suatu kebutuhan yang menentukan kepribadian pada masa yang anak datang.

Untuk mewujudkan berlangsungnya pendidikan anak usia dini secara sistematis dan terarah maka dilakukan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran merupakan akumulasi proses belajar dan mengajar (Sanjaya, 2007).

Proses pembelajaran ini merupakan salah satu dari delapan standar yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional (BSNP) yang harus dipenuhi dalam suatu proses pendidikan yang terdiri dari: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan (PP.RI.N0 19 Tahun 2005). Dalam standar yang ditetapkan BSNP ini, pembelajaran merupakan bagian dari standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi kelulusan.

Mengarahkan proses pembelajaran anak pada al-Qur’an akan memiliki potensi pengaruh positif kepada akhlak anak, karena dalam ayat-ayat al-Qur`an banyak menerangkan tentang akhlakul-karimah (Muhyidin, 2008). Dalam jangkauan yang lebih luas. Akhlak berarti hidup untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam, artinya hidup berakhlak bukan hanya untuk sebagian umat Islam, melainkan untuk seluruh umat manusia dan alam semesta. Berakhlak tidak akan

(5)

tumbuh tanpa adanya pembinaan dan pembiasaan dari orang-orang yang ada disekitar anak, seperti orangtua, anggota keluarga dan pendidik serta masyarakat.

Pembelajaran berbasis al-Qur’an menjadi sangat penting diberikan sejak usia dini sebagai upaya membentuk anak yang berkepribadian islam, yaitu memiliki aqidah Islam sebagai landasan ketika berpikir dan bersikap didalam menjalani kehidupan (Muhyidin, 2008). Anak yang memiliki kepribadian Islam adalah anak yang memiliki kelebihan dalam banyak hal, sehingga mereka bisa dikatakan sebagai anak unggul. “Anak unggul” adalah anak yang sholeh/sholehah, cerdas, sehat dan pemimpin. “Anak sholeh/ah” adalah anak yang banyak melakukan amal yang diridloi oleh Allah SWT dan orang tuanya. Anak sholeh adalah anak yang menyenangkan orang tua dan semua orang di sekitarnya. Anak yang sholeh memahami betul hakekat hidupnya didunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang artinya:“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah”(QS. Adz-dzariyat 51:56).

Dengan kata lain, anak sholeh adalah anak yang bertaqwa (senantiasa melaksanakan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi seluruh larangan-Nya termasuk menghiasi diri mereka dengan akhlaq-akhlak mulia seperti jujur, bertutur kata yang sopan dan punya rasa malu). Sebagai orangtua, pastilah ibu menginginkan memiliki anak yang sholeh yang didalam al Qur’an dikatakan sebagai “qurrata a’yun”, sebagimana do’a yang sering ibu lafadzkan setelah sholatnya; “Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatinaa qurrata a’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa” (QS: Al-Furqan 25:74).

(6)

Oleh karena itu, pembelajaran al-Qur’an merupakan misi yang harus dilakukan secara interaktif dan dibutuhkan beberapa faktor-faktor yang dapat mensukseskan pembelajaran al-Qur’an, seperti media, metode, alat dan guru sebagai pendidiknya (M.Khair, 2006). Diantara beberapa terobosan penting dari hasil penelitian yang mengkaji tentang upaya-upaya mengajarkan al-Qur’an sesuai dengan perkembangan anak usia dini untuk pencapaian tujuan pembentukan karakter kepribadian yang Islami adalah metode pembelajaran iqra’, al-baghdadi, libat (lihat, baca dan tulis), belajar al-Qur’an sambil bermain, metode qiroati dan lain sebagainya.

Pembelajaran al-Qur’an merupakan salah satu stimulasi bagi pengembangan potensi anak diantaranya pengembangan kemampuan membaca, menulis dan menghafal. Kegiatan ini bisa dilakukan kepada anak dengan cara pembiasaan atau terus menerus. Kemampuan tersebut bukan tidak mustahil mampu diajarkan kepada anak usia dini karena menurut penelitian di bidang neurologi menyebutkan bahwa selama tahun-tahun pertama, otak bayi berkembang pesat dan menghasilkan neutron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Sambungan tersebut harus diperkuat dengan berbagai rangsangan.

Sebab, kalau tidak, sambungan itu akan mengalami atrohy (menyusut dan musnah). Banyaknya sambungan inilah yang mempengaruhi kecerdasan anak.

Dosis rangsangan yang seimbang dan tepat akan mampu melipatgandakan kemampuan otak sebanyak 5 – 10 kali lipat (Suara Merdeka, 31 Mei 2008).

Berbagai penemuan mutakhir, seperti konsep IQ dan SQ, serta kecerdasan berganda (multiple intellegences) semakin memperkuat perlunya inovasi dalam

(7)

pembelajaran seorang pendidik. Hal ini tentu akan sangat membantu para pendidik dalam proses pembelajaran al-Qur’an bersama anak-anak. Oleh karena itu, sudah saatnya para orang tua dan pendidik untuk memanfaatkan temuan- temuan ilmiah bagi proses pembelajaran al-Qur’an bagi anak-anak. Tujuannya, tidak saja mereka bebas dari buta huruf baca tulis al-Qur’an tapi juga memiliki bekal wawasan dan apresiasi positif terhadap nalar al-Qur’an. Bekal demikian itu tentu dapat digunakan untuk beramal shaleh.

Fenomena tersebut menjadi dasar bagi lembaga-lembaga Pendidikan Anak Usia Dini untuk menjadikan al-Qur’an sebagai basis penanaman akidah akhlaknya, seperti sekolah-sekolah terpadu, boarding school dan lain-lain. Dari sinilah kemudian peneliti berupaya mengkaji dalam bentuk penelitian praktek- praktek pembelajaran al-Qur’an yang dilaksanakan dilembaga PAUD. Penelitian ini berupaya memotret dan menganalisis proses pembelajaran al-qur’an; mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian, masalah dan solusi yang dihadapi dalam pembelajaran al-Qur’an anak usia dini. Salah satu lembaga PAUD yang memiliki perhatian dalam pembelajaran al-Qur’an anak usia dini adalah TK Khas Daarut Tauhiid Bandung. Penelitian diarahkan untuk mengkaji perencanaan pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung, pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung, penilaian pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung, masalah dan solusi yang dihadapi dalam pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung.

(8)

Untuk melakukan penelitian proses pembelajaran al-Qur’an untuk anak usia dini tersebut, perlu dirumuskan suatu topik penelitian yaitu: “Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Pada Anak Usia Dini (Studi Kasus Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Pertanyaan penelitian merupakan langkah yang penting dalam penelitian ilmiah. Pertanyaan penelitian berguna untuk mengatasi kerancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, pertanyaan pokok penelitian tersebut adalah:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung?

3. Bagaimana penilaian pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung?

4. Bagaimana masalah dan solusi dalam pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung?

(9)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan Umum dari penelitian ini adalah ketercapaian tujuan pembelajaran al-Qur’an untuk anak usia dini yaitu adanya perubahan prilaku anak.

Adapun tujuan khusus penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses pembelajaran yang meliputi:

1. Perencanaan pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung

2. Pelaksanaan pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung

3. Penilaian pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung

4. Masalah dan solusi pembelajaran al-Qur’an anak usia 5-6 tahun di TK Khas Daarut Tauhiid Bandung

D. Manfaat Penelitian

Dengan penilitian ini, diharapkan bisa memberikan manfaat secara teoritis dan secara praktis: Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembendaharaan kajian dan informasi tentang pembelajaran al-Qur’an anak usia dini. Adapun manfaat secara praktis,

a. Sebagai masukan bagi guru TK Khas Daarut Tauhiid khususnya dalam rangka omptimalisasi implementasi pembelajaran al-Qur’an pada anak usia dini.

(10)

b. Sebagai masukan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat serta lembaga/tenaga kependidikan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada TK yang bersangkutan.

E. Penjelasan Istilah

1. Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an

Implementasi pembelajaran al-Qur’an dalam penelitian ini adalah upaya optimalisasi proses belajar dan mengajar dengan materi ajar al-Qur’an untuk menanamkan moral dan nilai-nilai agama pada anak melalui kajian bahasa dan kognitif anak yang dilakukan secara terintegrasi dalam tema kegiatan pembelajaran. Kajian bahasa dalam pembelajaran al-Qur’an terdiri dari kegiatan membaca dini, dan menulis al-Qur’an; sementara kajian kognitif dalam pembelajaran al-Qur’an yaitu dengan kegiatan menghafal al-Qur’an.

2. Anak Usia Dini

Anak usia dini yang dimaksud dalam penelitian adalah anak usia 5-6 tahun. Seperti yang disebutkan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, anak usia dini adalah kelompok manusia berusia 0 – 6 tahun. Anak usia 5-6 tahun diasumsikan memiliki kemampuan untuk membaca, menulis dan menghafal al-Qur’an. Anak pada usia 5-6 dikenal sebagai the imitate age, anak yang memiliki kemampuan meniru atau mengikuti proses belajar dari stimulasi yang diberikan oleh lingkungan edukatif.

(11)

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalama penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pemilihana pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus, karena penelitian ini dilakukan berawal dari fakta dilapangan kemudian diambil makna dan memahami fenomena. Fenomena yang akan difahami dalam penelitian ini adalah fenomena pembelajaran al-Qur’an pada anak usia dini.

G. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah TK Khas Daarut Tauhiid Bandung, Jl.

Gegerkalong Girang No 55, kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung 40154 Jawa Barat–Indonesia. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan diantaranya telah melakukan pembelajaran al-Qur’an, memiliki prestasi dalam bidang hafalan al-Qur’an, berada dalam lingkungan pesantren Daarut Tauhiid.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam undang – undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

Mahasiswa diminta untuk menjelaskan istilah yang belum dimengerti pada skenario “masalah”, mencari masalah yang sebenarnya dari skenario, menganalisis masalah

Seminar Nasional Lahan Basah 2016 ini merupakan wadah temu ilmiah yang diadakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarat (LPPM) Universitas Lambung

Situasi yane dimaksudkan pada kesimpulan pertama , ada - lah struktur kekuasaan pemukiman Siem yang boleh dikatakan dl1atarbelakangi oleh ketidakseimbangan pengar~h

Pada Tabel 1.1 menunjukkan Perusahaan Bank dan non-bank yang telah memiliki izin dari Bank Indonesia pada September 2017 mengenai peredaran uang elektronik

Sistematika penulisan terdiri dari: Judul dan Nama Penulis lengkap dengan alamat pos (ditulis sentris), diikuti oleh Abstract (dengan keywords); Abstrak (dengan

Pengenalpastian kawasan yang hendak dimajukan sahaja tidak memadai kerana perancangan pembangunan seharusnya mengambilkira bukan hanya persekitaran fizikal dan manusia di

bahwa kewajiban pengusaha merupakan hak pekerja/buruh, dan sebaliknya kewajiban pekerja- /buruh adalah hak pengusaha. Untuk itu jika terjadi pelanggaran kewajiban yang