• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab II ini menjelaskan kajian pustaka yang digunakan dalam penelitian Kualitatif yang mencakup dalam beberapa subbab, yaitu a) Multimedia, b) Pengenalan KARUNA, c) Anak Tunagrahita, d) Penelitian yang Relevan, dan e) Kerangka Berpikir. Pembahasan secara rinci akan dipaparkan sebagai berikut.

A. Multimedia

1. Pengertian Multimedia

Pengertian tentang multimedia setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda- beda. Secara umum, multimedia berhubungan dengan penggunaan lebih dari satu macam media untuk menyajikan informasi. Menurut Rubinson (2008) dalam Munir (2012: 6) Multimedia adalah presentasi pembelajaran/ instruksional yang mengkombinasikan tampilan teks, grafis, video, dan audio serta dapat menyediakan interaktivitas. Menurut Mao Neo dan Ken T. K. Neo (2002) dalam Munir (2012: 6) Multimedia adalah kombinasi berbagai tipe media digital seperti teks, gambar, suara dan video yang dipadukan dalam aplikasi atau presentasi interaktif multisensory untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi kepada pemirsa.

Berdasarkan dari dua definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media yang berupa teks,

gambar, grafik, sound, animasi, video, interaksi, dan lain sebagainya yang

dikemas menjadi file digital (komputerisasi) untuk digunakan menyampaikan

pesan kepada publik. Multimedia pada awalnya digunakan dalam dunia

(2)

10

informatika dan dunia game, namun seiring berkembangnya teknologi penggunaan multimedia juga dimanfaatkan dalam dunia pendidikan sebagai media pembelajaran.

Penggunaan multimedia sebagai media pembelajaran memberikan peranan yang sangat penting dalam meningkatkan motivasi belajar terhadap siswa karena adanya multimedia membuat kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, namun penggunaan multimedia harus dipilih sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dikarenakan ada beberapa materi pembelajaran yang memerlukan multimedia dan ada juga materi pembelajaran yang cukup disampaikan secara lisan tanpa perlu bantuan perangkat multimedia.

2. Elemen atau Komponen Multimedia

Multimedia adalah penggunaan berbagai jenis media (teks, suara, grafik, animasi dan video) untuk menyampaikan informasi, kemudian ditambahkan elemen atau komponen interaktif (Munir, 2012: 19- 22). Berikut penjelasan dari elemen- elemen tersebut adalah :

a. Teks

Teks merupakan hal yang sangat penting dalam penggunaan multimedia. Teks

adalah suatu kombinasi huruf yang membentuk satu kata atau kalimat yang

menjelaskan suatu maksud atau materi pembelajaran yang dapat dipahami oleh

orang yang membacanya. Oleh karena itu, penggunaan teks pada multimedia

perlu memperhatikan penggunaan jenis huruf, ukuran huruf, dan style hurufnya

seperti warna, bold, dan italic (Munir, 2012:20).

(3)

11

b. Grafik

Grafik merupakan komponen penting dalam multimedia (Munir, 2012:20).

Hal ini dikarenakan grafik merupakan sarana untuk menyampaikan sebuah informasi yang lebih menarik dan efektif. Selain itu, grafik lebih mudah dipahami dibandingkan dengan informasi dalam bentuk teks.

c. Gambar

Gambar merupakan salah satu elemen terpenting dalam multimedia

.

Gambar atau images berarti pula gambar raster (halftone drawing), seperti foto (Munir, 2012: 21). Penggunaan gambar didalam multimedia bertujuan untuk mendeskripsikan sesuatu agar lebih jelas.

d. Video

Agnew dan Kellerman dalam Munir (2012: 21) mendefinisikan video sebagai media digital yang menunjukkan susunan atau urutan gambar-gambar bergerak dan dapat memberikan ilusi/fantasi. Penggunaan video di dalam multimedia diharapkan informasi yang disampaikan dapat menarik dan jelas.

e. Animasi

Neo & Neo dalam Munir (2012: 21) mendefinisikan animasi sebagai satu

teknologi yang dapat menjadikan gambar yang diam menjadi bergerak kelihatan

seolah-olah gambar tersebut hidup, dapat bergerak, beraksi dan berkata. Fungsi

animasi dalam multimedia adalah sebagai media bantu untuk menyampaikan

materi kepada peserta didik agar menarik dan penyampaian informasi menjadi

mudah.

(4)

12

f. Audio

Audio didefinisikan sebagai macam-macam bunyi dalam bentuk digital seperti suara, musik, narasi dan sebagainya yang bisa didengar untuk keperluan suara latar ( Munir, 2012: 22). Penggunaan suara di dalam multimedia dapat berupa narasi, lagu, dan sound effect, sehingga informasi yang disampaikan menjadi lebih jelas.

3. Karakteristik Multimedia dalam Pembelajaran

Penggunaan multimedia dalam pendidikan mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh media lain. Diantara keistimewaan tersebut menurut (Munir, 2012: 27-28) adalah sebagai berikut:

a) Multimedia dalam pendidikan berbasis komputer; b) Multimedia mengintegrasikan berbagai media (teks, gambar, suara, video, dan animasi) dalam satu program secara digital; c) Multimedia menyediakan proses interaktif dan memberikan kemudahan umpan balik; d) Multimedia memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menentukan materi pelajaran; e) multimedia memb erikan kemudahan mengontrol yang sistematis dalam pembelajaran.

Beberapa karakteristik yang berkenaan dengan multimedia pembelajaran selain yang dikemukakan oleh Munir adalah karakteristik menurut ( Daryanto, 2015: 55):

a) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual; b) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna ; c) bersifat mandiri, dalam pengertian memberikan kemudahan dan kelengkapan isis sedemikian rupa sehingga pengguna dapat menggunakan tanpa bimbingan orang lain.

Berikut ini adalah karakteristik multimedia pembelajaran menurut Darmawan , 2012: 55) :

a) Berisi konten materi yang representative dalam bentuk visual, audio, dan audio-visual; b) Beragam media kumunikasi dalam penggunaannya; c) Memiliki kekuatan bahasa warna, dan bahasa resolusi objek; d) tipe- tipe pembelajaran yang bervariasi; e) Respons dan pembelajaran dan penguatan bervariasi; f) Mengembangkan prinsip Self evaluation dalam mengukur proses dan hasil belajarnya; g) Dapat digunakan secara klasikal atau individual; h) Dapat digunakan secara offline maupun online.

(5)

13

Berdasarkan dari pernyataan- pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik multimedia pembelajaran adalah mengintegrasikan berbagai media (teks, gambar, suara, video dan animasi) dalam satu program secara digital, bersifat interaktif dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna, dapat digunakan secara klasikal atau individual, serta dapat digunakan secara offline maupun online.

4. Kelebihan dan Kekurangan Multimedia dalam Pembelajaran

Berikut ini adalah kelebihan mengenai pengggunaan multimedia dalam pembelajaran ( Munir, 2012: 132-133) adalah :

Berdasarkan dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kelebihan dari multimedia pembelajaran adalah mampu menciptakan sistem pembelajaran yang lebih inovatif dan interaktif, Mampu menvisualisasikan materi sehingga menambah motivasi peserta didik selama proses belajar mengajar hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Penggunaan multimedia dalam pembelajaran tidak selalu menampilkan kelebihan- kelebihan yang dimiliki oleh multimedia itu sendiri, tetapi dalam penggunaannya sesorang atau pengguna tentu akan menemukan kekurangan- kekurangan dari multimedia pembelajaran. Berikut adalah beberapa dari

a) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; b) Pendidik akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran; c) Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran; d) Menambah motivasi peserta didik selama proses belajar mengajar hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang diinginkan; e) Mampu menvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga yang konvensional;

f) Melatih peserta didik lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

(6)

14

kekurangan dari multimedia adalah a) Penggunaan multimedia memerlukan biaya yang mahal sehingga tidak dapat dijangkau oleh wali murid yang berpenghasilan rendah. b) Pembuatannya multimedia membutuhkan kekreatifan yang tinggi untuk dapat menghasilkan multimedia yang menarik, c) Apabila multimedianya menarik. Siswa akan tertarik dengan tampilan multimedia tersebut daripada materi yang disampaikan, d) penggunaan multimedia yang terus-menerus tanpa diiringi dengan metode yang lain, maka hasilnya tidak akan berjalan dengan maksimal.

B. Pengenalan KARUNA (Angka, Huruf, dan Warna)

Aspek perkembangan kognitif adalah aspek penting yang harus dikuasai oleh setiap anak, termasuk anak tunagrahita. Aspek kognitif yang harus dikuasai oleh anak adalah aspek kemampuan dasar yaitu tentang pengenalan angka, huruf, dan warna. Aspek kemampuan dasar ini merupakan tahap penting dalam proses perkembangan anak karena aspek ini merupakan gerbang pertama untuk menuju proses pembelajaran yang lebih kompleks. Kemampuan mengenal angka, huruf, dan warna adalah pengetahuan dasar agar anak dapat membaca, menghitung, dan mengenal warna. Jika di usia sekolah anak tidak bisa mengasai pengetahuan dasar ini, maka anak akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi pada kelas- kelas berikutnya.

Pengajaran dalam mengenalkan angka, huruf, dan warna sangat penting

diberikan untuk semua anak, termasuk anak tunagrahita. Proses belajar

mengenalkan angka, huruf, dan warna pada anak tunagrahita sangat berbeda

dengan anak- anak pada umumnya. Hal ini dikarenakan anak tunagrahita memiliki

hambatan perkembangan fungsi intelektualnya dan tidak dapat berfikir secara

abstrak serta mudah lupa. Oleh karena itu, dalam mengajarkan angka huruf, dan

(7)

15

warna kepada anak tunagrahita harus dilakukan secara berulang-ulang agar anak dapat menghafal angka- angka, huruf- huruf dan warna.

C. Anak Tunagrahita

1. Pengertian Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus.

Menurut PP No. 72 tahun 1991 menyatakan bahwa anak- anak dalam kelompok di bawah normal dan atau lebih lamban daripada anak normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya disebut anak terbelakang mental: istilah resminya di Indonesia disebut anak Tunagrahita. Menurut Ganda Sumekar (2009 : 123 ) Tunagrahita adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh dibawah rata-rata sedemikian rupa sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi, maupun sosial, dan karenanya memerlukan layanan pendidikan khusus. Menurut Bratanata (2006: 88) dalam Mohammad Effendi menyatakan bahwa “seseorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (dibawah normal), sehingga untuk melihat tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya”. Menurut (Apriyanto, 2012 :21) Anak tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya dengan disertai hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya.

Berdasarkan dari beberapa definisi diatas, maka dapat di simpulkan bahwa

anak tunagrahita adalah anak yang berada dalam kelompok di bawah normal yang

memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata- rata dan dengan disertai hambatan

(8)

16

dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya dan akibat dari kondisi tersebut, anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berfikir abstrak, kesulitan belajar akademik, kesulitan dalam mengurus diri, serta kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut (Apriyanto, 2012:27) Kategori anak tunagrahita bermacam- macam yaitu, ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan badan yang kerdil, disertai dengan bau badan tertentu, namun meskipun anak- anak tunagrahita memiliki keterbatasan, mereka tetap sama seperti anak normal lainnya, yaitu mereka juga ingin diakui, dihargai dan diterima oleh lingkungan sekitarnya.

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Pengklasifikasian anak tunagrahita penting dilakukan karena anak tunagrahita memiliki perbedaan individu yang bervariasi. Klasifikasi untuk anak tunagrahita bermacam-macam sesuai dengan disiplin ilmu maupun perubahan pandangan terhadap keberadaan anak tunagrahita (Apriyanto, 2012: 30).

Pengklasifikasian untuk anak tunagrahita yang telah lama dikenal adalah debil

untuk anak tunagrahita ringan, imbesil untuk anak tunagrahita sedang dan idiot

untuk anak tunagrahita berat. Klasifikasi anak tunagrahita yang dikemukakan oleh

AAMD dalam Apriyanto (2012: 31) adalah sebagai berikut: a) Mild Mental

Reatadation (tunagrahita ringan) dengan IQnya 70-55; b) Moderate Mental

Retardation (tunagrahita sedang) dengan IQnya 55- 40; c) Severe Mental

Retardation (tunagrahita berat) IQnya 40- 25; d) Profound Mental Retardation

(sangat berat) dengan IQnya 25 ke bawah. Namun, klasifikasi yang digunakan di

Indonesia saat ini disesuaikan dengan PP 72 Tahun 1991. Pengklasifikasian anak

(9)

17

tunagrahita berdasarkan PP 72 Tahun 1991 adalah sebagai berikut: tunagrahita ringan IQnya 50- 70, tunagrahita sedang IQnya 30- 50, tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30 (Apriyanto, 2012:31).

3. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak Tunagrahita

Hambatan- hambatan yang dialami oleh anak tunagrahita menurut Apriyanto (2012: 91) adalah sebagai berikut:

a. Masalah Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan masalah utama yang dialami oleh anak tunagrahita. Kesulitan belajar pada anak tunagrahita telihat jelas ketika mereka berhadapan dengan bidang pengajaran akademik di sekolah, seperti berhitung, membaca, atau pelajaran lain yang memerlukan pemikiran (Apriyanto, 2012:

91). Masalah kesulitan belajar ini dapat diatasi apabila guru mampu menciptakan kondisi yang dapat menarik anak tunagrahita untuk mau belajar.

b. Masalah Penyesuaian Diri

Penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya merupakan masalah yang dialami oleh anak tunagrahita. Penyesuaian diri ini sangat berkaitan dengan sikap dan pola asuh orang tua serta perlakuan dari orang di sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua harus membimbing dan membantu anak tunagrahita agar mereka memiliki perilaku yang baik.

c. Masalah Gangguan Kepribadian dan Emosi

Anak tunagrahita memiliki dasar psikologis, sosial, dan emosi yang sama

dengan anak normal lainnya. Namun, karena anak tunagrahita memiliki keunikan

dalam berhubungan dengan lingkungan sekitarnya, anak tunagrahita sering

(10)

18

mengembangkan pola- pola perilaku yang kurang produktif untuk merealisasikan potensi mereka sepenuhnya (Apriyanto 2012: 92).

4. Media Pembelajaran Animasi untuk Anak Tunagrahita

Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat ini membawa dampak yang cukup besar dalam dunia pendidikan. Termasuk dalam hal media yang digunakan guru untuk mengajar kepada peserta didik. Media pembelajaran saat ini semakin bervariasi dengan adanya dukungan dari teknologi informasi.

Penggunaan media yang memanfaatkan teknologi infomasi ini diharapkan dapat meningkatkan tujuan pembelajaran itu sendiri, yaitu meningkatnya daya serap materi oleh peserta didik. Demikian juga halnya untuk peserta didik tunagrahita.

Penggunaan media yang memanfaatkan teknologi berupa animasi dalam pembelajaran, diharapkan penyerapan informasi dan pelajaran bagi anak tunagrahita menjadi lebih baik. Bahkan yang semula tidak mungkin menjadi mungkin.

Sebagai media dalam ilmu pengetahuan, animasi memiliki banyak

kelebihan, yaitu animasi dapat memaparkan sesuatu yang tidak dapat dijelaskan

dengan gambar atau kata- kata. Animasi juga dapat digunakan untuk

memvisualisasikan materi yang digunakan untuk mengajar. Selain itu, menurut

Agus suheri dalam Apriyanto (2012: 95). Animasi sebagai media ilmu

pengetahuan dapat dijadikan sebagai perangkat ajar yang siap digunakan kapan

saja untuk mengajarkan

materi

yang telah dianimasikan.

(11)

19

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian ini berkedudukan sebagai pelengkap dari penelitian sebelumnya, penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang dilakukan oleh: Indriyani, Fintri dan Sihite, R Kurniasih (2015) dengan judul

“Pengenalan Huruf, Angka dan Warna Pada Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Berbasis Multimedia”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media pembelajaran dengan menggunakan disajikan dalam bentuk multimedia dianggap lebih efektif dibanding dengan pembelajaran yang disajikan secara konvensional, dengan media pembelajaran seperti ini akan membantu anak-anak dalam mengenal huruf, angka dan warna tanpa terbatas masalah waktu maupun tempat. Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hikmah, Ainur Dimas (2015): “Penggunaan media Pembelajaran Interaktif Membilang dan Mengenal Huruf-huruf Alfabet untuk Meningkatkan Keaktifan dan Pemahaman Pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas 1 SDLB N Cendono Kabupaten Kudus”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang didesain membantu siswa tunagrahita ringan kelas 1 SDLB N Cendono Kabupaten Kudus dalam meningkatkan pemahaman belajar membilang dan mengenal huruf-huruf alfabet.

Berdasarkan dari penelitian relevan tersebut, terdapat persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Persamaan kedua

penelitian tersebut dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah kedua

penelitian tersebut sama- sama menggunakan media untuk meningkatkan ilmu

kemampuan dasar. Perbedaan kedua penelitian relevan tersebut dengan penelitian

yang akan peneliti lakukan adalah terletak di jenis pendekatannya yaitu penelitian

(12)

20

tindakan kelas dan penelitian pengembangan. Subyek yang juga diteliti terdapat

persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu

untuk penelitian Indriyani, Fintri (2015) , subyek yang diteliti adalah anak usia

dini, sedangkan subyek yang di teliti oleh Hikmah, Ainur Dimas (2015) memiliki

kesamaan dengan subyek yang akan diteliti oleh peneliti yaitu sama- sama anak

tunagrahita.

(13)

21

E. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Kondisi Ideal :

Penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk membantu guru dalam menyajikan materi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Kondisi Lapangan:

SDN Junrejo 2 Batu adalah sekolah inklusi, dimana di sekolah tersebut terdapat media pembelajaran berbasis multimedia yang digunakan guru pembimbing khusus untuk membantu siswa tunagrahita dalam meningkatkan kemampuan mengenal angka, huruf, dan warna.

Analisis Penggunaan Media:

1. Penggunaan multimedia KARUNA pada anak tunagrahita di SDN Junrejo 2 Batu.

2. Kendala dalam penggunaan multimedia KARUNA pada anak tunagrahita di SDN Junrejo 2 Batu.

3. Upaya yang dilakukan guru untukmengatasi kendala yang dihadapi dalam penggunaan multimedia KARUNA di SDN Junrejo 2 Batu.

Hasil penelitian deskripsi Penggunaan Multimedia KARUNA pada anak Tunagrahita di SDN Junrejo 02 Batu

Gambar

Grafik merupakan komponen penting dalam multimedia (Munir, 2012:20).
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Kondisi Ideal :

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai state of the art, pada penelitian ini diusulkan sebuah rancangan broadband metamaterial BPF menggunakan bahan mikrostrip dengan menggunakan metode open split

Kejang berkaitan tumor otak ini awalnya berupa kejang fokal (menandakan adanya kerusakan fokal serebri) seperti pada meningioma, kemudian dapat menjadi kejang umum

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Amdi Noviwijaya, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Pengaruh Keragaman Gender dan Usia Pejabat Perbendaharaan

Pengertian ini sejalan dengan pendapat Doney dan Cannon (1997, p. 36) yang menyatakan bahwa rasa percaya timbul sebagai hasil dari kehandalan dan integritas mitra yang

Inkubasi tabung mikrosentrifus kedua selama 10 menit pada temperatur ruang (bolak-balikkan tabung 2-3 kali selama masa inkubasi) untuk melisis sel-sel darah

Berita yang terkait dengan garis atau area ditampilkan dalam bentuk chartlet untuk membantu pelaut mengetahui posisi suatu objek, Contoh : Peletakan kabel laut

Dan ambil perhatian bahawa, jika jumlah/mana-mana daripada jumlah yang dinyatakan di ruangan akhir itu tidak dibayar dengan sepenuhnya dalam tempoh tiga bulan tersebut, maka saya

Berdasarkan hasil analisis One Way Anava menunjukakan bahwa perlakuan padat tebar yang berbeda, memiliki pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak