• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH PERTANIAN (Studi di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok. Barat) JURNAL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PELAKSANAAN KONSOLIDASI TANAH PERTANIAN (Studi di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok. Barat) JURNAL ILMIAH"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH

Oleh:

GILANG NASTIANDI D1A015086

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM

2019

(2)

Barat)

JURNAL ILMIAH

Oleh:

GILANG NASTIANDI D1A015086

Menyetujui, Pembimbing Pertama

Arief Rahman, SH, M. Hum Nip. 19610816 198803 1 004

(3)

(Studi di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok Barat) GILANG NASTIANDI

D1A015086

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Pertanian di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok Barat, mengkaji hambatan serta solusinya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan akademis dan pemerintah. Jenis penelitian hukum empiris. Pelaksanaan Konsolidasi Tanah di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok Barat 1. Tahap persiapan: Penyuluhan, persetujuan, pendataan subyek dan obyek, pengukuran keliling. 2. Tahap pelaksanaan:

Pembentukan Tim yang didasarkan pada Surat Keputusan Walikota Lombok Barat, pengukuran topografi, penyusunan desain tata ruang konsolidasi tanah, musyawarah, konstruksi, sertifikasi. Hambatan-hambatannya antara lain, proses penyuluhan tidak berjalan baik dan proses pengumpulan administrasi yang lambat. Solusinya antara lain membuat jadwal penyuluhan Kembali, apparat desa dengan petugas dari Kantor Pertanahan mendatangi rumah warga untuk mengurus keperluan administrasi.

Kata Kunci: Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Pertanian

IMPLEMENTATION OF AGRICULTURAL CONSOLIDATION (Study in Giri Sasak Village Buntage Hamlet Kuripan District, West Lombok)

ABSTRACT

This study aims to determine the Implementation Of Agricultural Land Consolidation in the village of Giri Sasak, Buntage Hamlet, Kuripan District, West Lombok, to examine the obstacles and solutions. This research is expected to provide benefist for academic and government interests. Types of empirical legal research. Implementation of land Consolidation in Giri Sasak Village Buntage Hamlet, Kuripan District, West Lombok 1.

Preparation stage: counseling, approval, data collection of subjects and objects, circumference measurements. 2. Implementation phase: the formation of a team based on the decree of the mayor of west Lombok, topography measurement, preparation of land-use spatial consolidation design, deliberation, construction, certification. The obstacles are, among others, the counseling, process is not going well and the process of collecting administration is slow. The solution includes making a re-education schedule, village officials with officers from the land office come to the resident’s houses to take care of administrative needs.

Keywords: Implementation of Agricultural Land Consolidation.

(4)

I. PENDAHULUAN

Tanah merupakan bagian dari bumi yang disebut permukaan bumi. Tanah adalah salah satu objek yang diatur oleh Hukum Agraria.

Tanah yang diatur oleh hukum agrarian itu bukanlah tanah dalam berbagai aspeknya, akan tetapi tanah dari aspek yuridisnya yaitu yang berkaitan langsung dengan hak atas tanah yang merupakan bagian dari permukaan bumi sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (1) UUPA, yang menentukan:

“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan dapat dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan- badan hukum”.

Kata tanah dalam pengertian yuridis adalah permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu atas permukaan bumi yang terbatas, berdimensi dua dengan usuran panjang kaki lebar yang diatur oleh hukum tanah. Tanah diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang dengan hak yang disediakan oleh UUPA adalah untuk digunakan dan dimanfaatkan.1

Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari dan merupakan kebutuhan hidup manusia yang mendasar. Manusia hidup dan berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia berhubungan

1 H.M. Arba, Hukum Agraria Indonesia, SINAR GRAFIKA, Jakarta Timur, 2016, hlm 7.

(5)

dengan tanah. Dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya berhubungan dengan tanah.2 Setiap memerlukan tanah tidaknya pada masa hidupnya tetapi pada saat meninggal pun manusia membutuhkan tanah guna tempat penguburannya. Karena pentingnya tanah bagi kehidupan maka manusia selalu berusaha untuk memiliki dan menguasai tanah.

Penguasaan tanah diupayakan semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia untuk dapat menguasai tanah dan tentunya mempertahankan juga dari pihak lain.

Teori Negara Hukum Modern mengatakan bahwa tugas Negara bukan hanya sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat semata, akan tetapi berkewijiban mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan teori tersebut, Pembukaan UUD 1945 alinea ke IV mengatakan:

“Guna mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa guna mewujudkankan cita-cita Hukum Negara tersebut, maka di dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 diatur: Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergnakan sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”.

Penatagunaan tanah merupakan kewenangan pemerintah, dalam hal ini kewenangan dari pemerintah daerah, sebagaimana diatur dalam

2 Marihot Pahala Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, PT Raja Persada, Jakarta, 2003. Hlm, 1

(6)

ketentuan UU Penataan Ruang, UUPA Pasal 2, 14 dan PP No. 16 Tahun 2004. Rencana tata guna tanah mempunyai fungsi memberikan arah penggunaan tanah serta sebagai sarana mengkoordinasi semua kegiatan yang membutuhkan tanah. Rencana tata guna tanah juga menjadi acuan dan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menertibkan izin lokasi dan izin membangun.3

Dengan demikian penatagunaan tanah bertujuan uantuk 4:

1. Terwujudnya tertib penggunaan tanah, pemeliharaan tanah dan lingkungan hidup;

2. Terarahnya peruntukan tanah sesuai rencana tata ruang wilayah dan adanya kepastian penggunaan bagi setiap orang dan badan hukum yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah;

3. Terarahnya penyediaan tanah bagi berbagai kebutuhan kegiatan pembangunan yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun masyarakat sesuai dengan rencana tata ruang wilayah;

4. Mengatur persediaan, peruntukan, penggunaan tanah agar memberi manfaat yang lestari, optimal, serasi, dan seimbang (LOSS);

5. Prosedur penyediaan tanah dan pengarahan kegiatan penggunaan tanah jangka pendek, menengah dan jangka panjang, sesuai dengan rencana pembangunan.

3 Ibid hlm. 29.

4 H.M. Arba, Hukum Tata Ruang Dan Tata Guna Tanah, SINAR GRAFIKA, Jakarta, 2017, hlm 26.

(7)

II. PEMBAHASAN

Pelaksanaan Kegiatan Konsolidasi Tanah Pertanian di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok Barat

Dalam Negara agraris tanah merupakan harta berharga bagi pertanian, perkebunan, perumahan, serta tempat usaha yang dikelola baik individu maupun badan hukum. Pembangunan yang dikelola oleh pemerintahpun membutuhkan tanah sebagai instrument pembangunan.

Mengingat Indonesia adalah Negara hukum segala kegiatan pembangunan harus berdasarkan hukum. Hukum diperlukan agar pembangunan dapat berjalan dengan tertib dan terhindar dari perbenturan kepentingan, khususnya perbenturan kepentingan soal tanah sehingga hukum akan melindungi hak seseorang yang memiliki tanah tersebut.

Konsep asas hak menguasai Negara secara formal dirumuskan dalam pasal 2 Undang-undang Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang berbunyi sebagai berikut:

1. Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 dan hal- hal yang dimaksud dalam pasal bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya serta ruang angkasa, pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.

2. Hak menguasai dari Negara termasuk dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang untuk:

a. Mengatur dan menyekenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa tersebut;

b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hokum antara orang-orang dengan bumi, dan ruang angkasa;

(8)

c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan perbuatan-perbuatan hukum mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

3. Wewenang yang bersumber pada hak menguasai Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi rakyat, dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, dan kemerdekaan dalam angkasa.

4. Hak menguasai dari Negara tersebut di atas, pelaksanaannya dapat dilaksanakan kepada daerah-daerah swantara dan masyarakat- masyarakat hukum adat sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional menurut ketentuan peraturan pemerintah.

Jika dilihat dari ide atau inisiatif pelaksanaan konsolidasi tanah dikenal dua macam metode, yaitu:

1) Metode Wajib, yaitu ide pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan datangnya dari pemerintah berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2) Metode Sukarela, yaitu pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dilakukan berdasarkan persetujuan pemilik tanah.5

Subyek Konsolidasi Tanah

Konsolidasi tanah merupakan konsepsi pembangunan yang berpihak kepada masyarakat. Program ini dikembangkan dan dilator belakangi filosofi pembangunan yaitu dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dalam program konsolidasi tanah, pembangunan dilakukan tanpa adanya penggusuran (improve without remove). Partisipasi rakyat menjadi bagian utama dalam kerangka peningkatan kualitas dan kuantitas fungsi tanah.

Partisipasi masyarakat merupakan kunci keberhasilan konsolidasi tanah pertanian sebab pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian atas dasar

5 Maria S.W. Sumardjono, “Aspek Yuridis dan Sosial Ekonomi, dalam pelaksanaan Konsolidasi Pertanahan”, Dalam Kumpulan Makalah Lokakarya Regional Konsolidasi Tanah Perkotaan yang dilaksanakan di Semarang, tanggal 12-13 Desember 1994, Hal. 51.

(9)

persetujuan para pihak pemilik tanah. Para pemilik tanah merupakan subyek dari pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian.

Obyek Konsolidasi Tanah

Konsolidasi tanah dilaksanakan di Desa Giri Sasak Kecamatan Kuripan Lombok Barat tepatnya di wilayah pertanian. Konsolidasi tanah di Desa Giri Sasak dengan luas tanah sebesar.

Penggunaan tanah di lokasi konsolidasi tanah berupa persawahan yang memiliki luas 24 Ha atau 80 bidang tanah persawahan setelah dilakukannya konsolidasi tanah tersebut masih dalam tahap pengerjaan atau pelaksanaan, dan untuk fasilitas umumnya.

Desa Giri Sasak Kecamatan Kurupan merupakan wilayah target Lombok Barat dalam rangka pengembangan Desa yang sudah tentu memerlukan penataan tanah untuk sarana umum lainnya. Sehingga ini membutuhkan tanah yang dilepaskan guna keperluan dimaksud, namun karena keterbatasan maka guna mengantisipasi hal tersebut ditempuh dengan system konsolidasi tanah pertanian.

Tata Cara Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Pertanian di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok Barat

1. Tahap Persiapan a. Penyuluhan

b. Bimbingan Masyarakat c. Penjajakan Kesepakatan d. Persetujuan

(10)

e. Pendataan Subyek dan Obyek f. Pengukuran keliling

2. Tahap Pelaksanaan a. Pembentukan Tim

1) Tim Koordinasi 2) Tim Pelaksana b. Pengukuran dan Pemetaan c. Kegiatan topografi

d. Penyusunan Desain Tata Ruang Konsolidasi Tanah e. Konstruksi

f. Sertipikasi

Didalam pelaksanaan penataan tanah serta penguasaan tanah ada beberapa instansi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berbeda, akan tetapi saling terkait, antara lain:

A. Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah)

Bappeda adalah sebagai unsur penunjang pemerintah daerah yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Bappeda mempunyai fungsi:6

1. Penyusunan Rencana

a. Rancangan rencana pembangunan daerah;

b. Musyawarah perencanaan pembangunan daerah;

6 https://www.slideshare.net.DadangSolihin/peran-dan-fungsi-badan-perencanaan- pembangunan-daerah, diakses pada tanggal 22 Februari 2015 pukul: 21.56

(11)

c. Rancangan akhir rencana pembangunan daerah.

2. Pengendalian Pelaksanaan Rencana

Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

3. Evaluasi Pelaksanaan Rencana

a. Kepala Bappeda menyusun evaluasi pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD;

b. Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan daerah untuk periode berikutnya.

B. Dinas Tata Kota

Adapun tugas dari Dinas Tata Kota, sebagai berikut :

1. Melaksanakan sosialisasi dan penyebaran informasi peraturan Perundang-undangan tentang rencana tata ruang;

2. Melaksanakan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang Kawasan (RDTRK), Rencana Teknis Tata Ruang Kawasan (RTRK) serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;

3. Melaksanakan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah dan Kebijakan daerah lainnya terhadap Rencana Tata Ruang Daerah;

C. DPU (Dinas Pekerjaan Umum)

(12)

Dinas Pekerjaan Umum (DPU) adalah sebagian unsur pelaksanaan pemerintah daerah yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Dinas Pekerja Umum mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan rumah tangga daerah di bidang pekerjaan umum.

D. Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Dapertemen. Badan Pertanahan Nasional bertugas membantu presiden dalam pengelolaan dan mengembangkan administrasi pertanahan, baik berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria maupun perundangan yang lain yang meliputi pengaturan penggunaan penguasaan dan pemiikan tanah, pengurusan hak atas tanah, pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Presiden.

Hambatan dan Solusi Dalam Pelaksanaan Konsolidasi Tanah Pertanian di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok Barat

Secara umum pelaksanaan konsolidasi tanah di Desa Giri Sasak Kecamatan Kuripan Lombok Barat sedang berlangsung, hal ini terbukti pelaksanaan konsolidasi tanah yang sedang berlangsung sesuai

(13)

jadwal yang telah ditentukan dan mendapat respon yang baik dari masyarakat.

Guna mengetahui sejauh mana pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian tersebut dapat diketahui dari tanggapan warga masyarakat yang mengikuti konsolidasi tanah pertanian di Desa Giri Sasak Kecamatan Kuripan tepatnya di wilayah tanah pertanian dalam rangka pengaturan penguasaan tanah, peneliti meminta tanggapan masyarakat khususnya yang tanahnya terkena pelaksanaan konsolidasi tanah dengan cara melakukan wawancara langsung kepada beberapa pihak antara lain Kantor Pertanahan Lombok Barat yang melaksanakan kegiatan konsolidasi tanah dan kades Desa Giri Sasak yang mewakili peserta Konsolidasi Tanah Pertanian.

Namun dalam pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian di Desa Giri Sasak Kecamatan Kuripan Lombok Barat terdapat beberapa permasalahan yang terjadi, yaitu dalam pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian dalam rangka pembuatan jalan dan fasilitas umum, namun demikian masalah-masalah yang muncul dapat diselesaikan dengan baik oleh pihak-pihak terkait.

Permasalahan tersebut di antaranya:

1. Dalam pelaksanaan penyuluhan dari instansi terkait, tidak semua pemilik tanah dapat hadir sehingga penyuluhan dilangsungkan beberapa kali;

(14)

2. Lambatnya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh warga, karena para warga masyarakat belum tertib administrasi kependudukan seperti : KTP, KK, dan lain-lainnya;

3. Pencabutan pal yang telah dipasang oleh petugas ukur Kantor Pertanahan Lombok Barat sehingga hal ini mengakibatkan hilangnya tanda batas pemilik tanah, pencabutan pal dilakukan karena lamanya jangka waktu pemasangan pal dengan timbunan tanah, akibatnya pal dipasang dua kali.

Dari berbagai permasalahan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian dalam rangka pembuatan jalan dan fasilitas umum, oleh instansi terkait telah melakukan upaya-upaya penyelesaian sebagai berikut:

1. Penyuluhan tidak hanya dilaksanakan untuk warga masyarakat peserta konsolidasi tanah saja, akan tetapi juga aparat desa serta melibatkan tokoh-tokoh masyarakat dan dilaksanakan beberapa kali. Penyuluhan dilakukan pada waktu siang karena meraka ada dirumah/tidak bekerja agar tidak sedikit yang menghadiri penyuluhan.

2. Lambatnya persyaratan administrasi yang dipenuhi oleh warga dapat diatasi dangan jalan aparat desa dengan petugas dari Kantor Pertanahan Lombok Barat mendatangi rumah warga untuk mengurus keperluan-keperluan administrasi tersebut.

(15)

3. Pencabutan pal yang telah dipasang oleh Kantor Pertanahan Lombok Barat dilepas oleh peserta yang melihat bahwa pal yang terpasang ditengah-tengah bidang tanahnya da nada juga yang merasa jauhnya selang waktu antara pemasangan pal dengan penimbunan tanah. Dikarenakan kurang mengerti arti dari pelaksanaan konsolidasi tanah masalah tersebut dapat diatasi dengan penjelasan ulang mengenai pelaksanaan konsoldasi tanah.

Setelah dipasang kembali pal langsung dilaksanakannya penimbunan tanah jalan.

Banyak sekali warga pemilik hak atas tanah yang ingin tanahnya dilakukan konsolidasi tanah juga, oleh karena itu pihak dari Kantor Pertanahan Lombok Barat meminta pemerintah agar melakukan konsolidasi tanah pada tahun berikutnya untuk bidang-bidang tanah yang belum tertata dengan rapi dan pemilik tanah yang belum ikut konsolidasi tanah di masukkan dalam daftar tunggu untuk pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian selanjutnya.

(16)

III. PENUTUP Kesimpulan

1. Pelaksanaan Knsolidasi Tanah Pertanian di Desa Giri Sasak Dusun Buntage Kecamatan Kuripan Lombok Barat, konsolidasi tanah dilaksanakan dengan luas tanah sebesar 240.000 m2 dengan jumlah bidang tanah 80 bidang tanah, konsolidasi tanah diadakan untuk menata kembali penguasaan dan penggunaan tanah sehingga menjadi teratur bentuknya, serta pelaksanaannya dilaksanakan dengan system peran serta masyarakat dalam memberikan sumbangan tanahnya untuk kepentingan umum.

Tata cara pelaksanaan: 1. Tahap persiapan: penyuluhan, persetujuan, pendataan subyek dan obyek, pengukuran keliling. 2.

Tahap pelaksanaan: pembentukan tim yang didasarkan pada Surat Keputusan Walikota Lombok Barat, pengukuran topograpi, penyusunan desain tata ruang konsolidasi tanah, musyawarah, konstruksi, sertifikasi.

Pembiayaan konsolidasi tanah ditanggung para peserta konsolidasi tanah untuk fasilitas umum dan fasilitas social melalui sumbangan berupa tanah yang disebut dengan Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP) tidak ada yang membayar dengan biaya ganti rugi, sedangkan pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah melalui APBN/APBD. Konsolidasi tanah menggunakan prinsip:

membangun tanpa menggusur, kegiatan pembangunan dari rakyat,

(17)

oleh rakyat, dan untuk rakyat, musyawarah, tanah yang diberikan akan dikembalikan kepada pemilik mempunyai nilai tinggi dari pada sebelum konsolidasi tanah, transparasi, keadilan, kepastian hak atas tanah dengan lingkungan yang tertata, penyediaan tanah melalui STUP, pembiayaan dibiayai melalui TPBP (Tanah Pengganti Biaya Pelaksanaan).

2. Hambatan dalam pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian di Desa Giri Sasak antara lain, Proses penyuluhan yang tidak berjalan lancer dengan baik dikarenakan tidak semua pemilik tanah dapat hadir, proses administrasi yang lambat.

Saran

1. Kegiatan konsolidasi tanah hendaknya disosialisasikan sedini mungkin kepada masyarakat peserta konsolidasi tanah sehingga dalam pelaksanaan nantinya tidak menemui kendala, baik pada saat penentuan Desain Tata Ruang maupun kegiatan kelanjutan lainnya;

2. Peran aktif semua pihak dalm pelaksanaan konsolidasi tanah pertanian di wilayah pedesaan lebih ditingkatkan, khususnya pemerintah atau instansi terkait dalam mengoptimalkan Sumbangan Tanah Untuk Pembangunan (STUP) yang selama ini menjadi kendala pemerintah dalam penyediaan tanah untuk kepentingan umum;

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

H.M. Arba, 2017, Hukum Tata Ruang Dan Tata Guna Tanah, SINAR GRAFIKA, Jakarta.

H.M. Arba, 2016, Hukum Agraria Indonesia, SINAR GRAFIKA, Jakarta Timur.

Maria S.W. Sumardjono, 1994, “Aspek Yuridis dan Sosial Ekonomi, dalam pelaksanaan Konsolidasi Pertanahan”, Dalam Kumpulan Makalah Lokakarya Regional Konsolidasi Tanah Perkotaan yang dilaksanakan di Semarang, tanggal 12-13 Desember.

Marihot Pahala Siahaan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan, PT Raja Persada, Jakarta, 2003. Hlm, 1

Website

https://www.slideshare.net.DadangSolihin/peran-dan-fungsi-badan- perencanaan-pembangunan-daerah, diakses pada tanggal 22 Februari 2015 pukul: 21.56

Referensi

Dokumen terkait

Sukamara Tahun Anggaran 2013, berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung Nomor : PL.45/PU_BM/PPBJ-BAHPL/IX/2013 pada tanggal 09 September 2013, dengan ini

Sebuah virus akan memodifikasi pada program lain sehingga virus tersebut. merupakan bagian dari

Sesuai dengan permendiknas No.27 tahun 2010 pasal 1 ayat 1 Program induksi bagi guru pemula yang selanjutnya disebut program induksi adalah kegiatan orientasi,

It seems the second year students have more confidence regarding their own competencies; it is proved by seeing the students who agree they know all safety and security measures

Dari 37 responden yang memiliki sikap positif terhadap gizi seimbang diperoleh data responden yang memiliki sikap yang positif baik sebelum maupun sesudah

ajarkan agar anak perempuan dipisahkan dari laki dalam hal apapun termasuk pendidikan, (b) adanya keamanan, dimana perempuan dapat terhindar dari gangguan laki­laki, seperti

Selain itu, komitmen Pemerintah Kabupaten Barito Kuala untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan kesehatan juga berimplikasi pada meningkatnya belanja subsidi pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dengan indikator PDRB dan pendapatan perkapita tidak secara signifikan berpengaruh terhadap