I.
P E N D A H U L U A N
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan penjabaran visi dan misi Kepala Daerah yang diselaraskan dengan kebijakan nasional dengan mempertimbangkan isu strategis dan permasalahan daerah aktual. RPJMD Kabupaten Barito Kuala berisikan strategi dan kebijakan serta program dan kegiatan yang dilengkapi dengan kebutuhan alokasi pendanaan yang menjadi rujukan agenda pembangunan lima tahun ke depan. Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu, diperlukan suatu sistem perencanaan pembangunan daerah yang komprehenship, handal dan berpihak pada kepentingan masyarakat. Perencanaan pembangunan daerah selain disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan evaluasi diharapkan dapat sebagai problem solving bagi daerah.
1.1. Latar Belakang
Dinamika perubahan yang menjangkau seluruh aspek kehidupan bermasyarakat menuntut perubahan pada tata cara, penyusunan, pengendalian dan evaluasi perencanaan pembangunan yang lebih komprehenship. Untuk itu sejalan dengan perkembangan perencanaan pembangunan daerah, telah diberlakukan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sebagai penjabaran dari Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008. Sistem perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian penting yang mendukung keberhasilan sistem perencanaan pembangunan nasional, sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Perencanaan pembangunan daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Dalam pelaksanaannya, perencanaan pembangunan daerah ini disusun secara berjenjang untuk jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek, dalam suatu sistematika dokumen perencanaan pembangunan daerah yang mencakup :
a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu kepada RPJP Nasional dan RPJPD provinsi;
b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5
(lima) tahun merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program kepala daerah yang penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dengan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam
c. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari RPJM Daerah untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat, dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
RPJMD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013 - 2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan yang digunakan oleh pemerintah daerah untuk menerjemahkan visi dan misi Bupati dan wakil Bupati terpilih ke dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran dirumuskan kedalam kebijakan yang akan melahirkan program dan kegiatan prioritas yang akan diselenggarakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
1.2. Dasar Hukum Penyusunan
Landasan hukum penyusunan RPJMD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan
Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410);
e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
f. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
i. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373;
j. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4598);
k. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
l. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);
m. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
n. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);
o. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas
Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);
p. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);
q. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (Lembaran Negara 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817);
r. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;
s. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG);
t. Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 6
Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Tata Gender Daerah (PUG – Daerah);
u. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan dirubah menjadi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
v. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan, Nomor 28 Tahun 2010, Nomor 0199/M PPN/04/2010, Nomor PMK 95/PMK 07/2010 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;
w. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah ;
x. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengarusutamaan Gender Daerah (PUG – Daerah)
y. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2010 - 2014;
z. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 067 Tahun 2004 tentang
Pengarusutamaan Gender (PUG) Daerah;
aa. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 19 Tahun 2007 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Kabupaten Barito Kuala (Lembaran Daerah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 Nomor 19);
bb. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 15 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Barito Kuala.
cc. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 16 tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Barito Kuala.
dd. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Badan, Kantor dan Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Barito Kuala.
ee. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 03 Tahun 2012 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun 2005-2025.
ff. Peraturan Daerah Kabupaten Barito Kuala Nomor 06 Tahun 2012 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2012 – 2031.
1.3. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
Hirarki perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diamanatkan dalam Undang- Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjadi dasar dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Oleh karena itu RPJMD merupakan bagian yang terintegrasi dengan perencanaan pembangunan nasional, yang bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan. RPJMD harus sinkron dan sinergi antar daerah, antar waktu, antar ruang dan antar fungsi pemerintah, serta menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi pembangunan
RPJMD Kabupaten Barito Kuala diterjemahkan dari visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih untuk periode RPJMD 2012- 2017 yang dalam penyusunannya berpedoman pada RPJPD Kabupaten Barito Kuala dengan memperhatikan RPJMN. Penyelarasan dilakukan dengan mensinkronkan tujuan dan sasaran RPJMD. Selanjutnya, RPJMD Kabupaten Barito Kuala digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pembangunan tahunan atau Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan menjadi acuan bagi penyusunan rencana strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD). Sebagai dokumen perencanaan kebijakan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan, RPJMD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013–2017 mengacu dan mengarah bagi terwujudnya ketentuan yang telah ditetapkan dalam kebijakan pemanfaatan ruang, baik kebijakan struktur tata ruang maupun kebijakan pola tata ruang.
1.4. Sistematika Penyusunan RPJMD
Sistematika RPJMD Kabupaten Barito Kuala tahun 2013-2017 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dengan susunan sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar dokumen 1.4. Sistematika Penyusunan RPJMD 1.5. Maksud dan Tujuan
BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.3. Aspek Pelayanan Umum
2.4. Aspek Daya saing Daerah
BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.2. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu 3.3. Kerangka Pendanaan
BAB IV. ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
4.1. Permasalahan Pembangunan 4.2. Isu Strategis
BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
5.1. Visi 5.2. Misi
5.3. Tujuan dan Sasaran
BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
6.1. Strategi
BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
7.1 Kebijakan Umum
7.2 Program Pembangunan Daerah
BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
8.1. Program Prioritas Untuk Pencapaian Visi Misi dan Layanan Urusan Pemerintahan Daerah
BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X. PENUTUP
1.5. Maksud dan Tujuan
1.5.1. Maksud
RPJMD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013 - 2017 adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode lima tahun yang merupakan penjabaran dari RPJPD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2005-2025 atau dokumen lain yang dimaksudkan untuk itu dan mengacu pada RPJMN Tahun 2009-2014. Oleh karena itu, penyusunan RPJMD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013 -2017 dimaksudkan untuk memberikan visi, misi, strategi, tujuan dan sasaran bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Barito Kuala pada Tahun 2013-2017 yang harus dilaksanakan secara terpadu, sinergis, harmonis dan berkesinambungan.
1.5.2. Tujuan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013-2017 disusun dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menerjemahkan visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih ke dalam tujuan dan sasaran pembangunan periode tahun 2013 - 2017 yang disertai dengan program atau kegiatan prioritas untuk masing-masing SKPD Kabupaten Barito Kuala sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan dalam RPJPD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2005 -2025;
b. Merumuskan rancangan kerangka perekonomian daerah serta pembiayaan
pembangunan untuk periode Tahun Anggaran 2013-2017;
c. Menetapkan berbagai program dan kegiatan terpilih yang disertai dengan indikasi pagu anggaran dan target indikator kinerja yang akan dilaksanakan pada Tahun 2013- 2017.
Mengacu pada maksud dan tujuan tersebut, maka RPJMD Kabupaten Barito Kuala Tahun 2013 - 2017 mempunyai fungsi pokok sebagai acuan dalam penyusunan Rencana strategis SKPD, merumuskan visi dan misi kepala daerah terpilih ke dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai selama tahun 2013 - 2017, perumusan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah dalam bentuk program dan kegiatan beserta kerangka pendanaannya selama tahun 2013 - 2017.
II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
KABUPATEN BARITO KUALA
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
2.1.1. Luas Dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Barito Kuala berada di bagian Barat dari Provinsi Kalimantan Selatan. Terletak pada 20 29’ 50’ – 30. 30’ 18’ Lintang Selatan dan 1140 20’ 50’ – 1140 50’ 18” Bujur Timur dan berada pada pertemuan 3 (tiga) sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas dan Sungai Negara yang bermuara ke Kecamatan Tabunganen akhirnya ke Laut Jawa.
Letak wilayah Kabupaten Barito Kuala secara keseluruhan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Tapin, Banjar dan Kota Banjarmasin, selengkapnya adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara dan
Kabupaten Tapin
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Laut Jawa
c. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Kuala Kapuas Provinsi
Kalimantan Tengah.
d. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin
Luas wilayah Kabupaten Barito Kuala adalah 2.996,96 Km2 dan terbagi menjadi 17 kecamatan dengan 195 desa dan 6 kelurahan.
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kabupaten Barito Kuala berdasarkan Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan Jumlah Desa/Kelurahan Luas (Km) Persentase
(1) (2) (3) (4) (5) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Tabunganen Tamban Mekarsari Anjir Muara Anjir Pasar Alalak Rantau Badauh Barambai Belawang Wanaraya Cerbon Bakumpai Marabahan Mandastana 14 16 9 15 15 18 9 11 13 13 8 9 10 14 249,00 164,30 143,50 117,25 126,00 106,85 206,00 261,81 80,25 37,50 183,00 261,00 221,00 136,00 8,01 5,48 4,79 3,91 4,20 3,57 6,87 8,74 2,68 1,25 6,11 8,71 7,37 4,54 15. 16. 17. Tabukan Kuripan Jejangkit 11 9 7 166,00 343,50 303,00 5,54 11,46 6,77
Terlihat bahwa kecamatan Kuripan merupakan Kecamatan terluas yakni 343,50 km2 atau 11,46 % dari total luas wilayah Kabupaten Barito Kuala. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Wanaraya yakni 37,50 km2 atau hanya 1,25 % dari total luas Kabupaten Barito Kuala.
Gambar 2.1.
Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Barito Kuala
2.1.2. Topografi
Kabupaten Barito Kuala terletak pada ketinggian 0,2 – 3 meter dpl yang kemampuan dan kesuburan tanahnya dipengaruhi oleh pasang surut air dan sebagian tergenang dan dan didominasi oleh rawa. Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Barito Kuala merupakan daerah dataran rendah yang relatif datar.
2.1.3. Hidrologi
Kondisi wilayah Kabupaten Barito Kuala sangat strategis karena wilayahnya dilalui oleh Sungai Barito, Sungai Negara dan Sungai Kapuas yang bermuara ke laut Jawa. Kabupaten Barito Kuala berada pada pertemuan tiga sungai tersebut. Sungai – sungai tersebut menjadi jalur transportasi bagi angkutan berbagai hasil bumi baik antar kabupaten dalam provinsi Kalimantan Selatan maupun antar provinsi di Kalimantan. Disamping berfungsi sebagai prasarana transportasi, Sungai Barito juga sebagai jaringan irigasi utama untuk berbagai usaha pertanian dan perikanan.
2.1.4. Klimatologi
Seperti umumnya daerah-daerah lain yang berada di Kalimantan Selatan Kabupaten Barito Kuala termasuk daerah yang beriklim tropis. Data curah hujan tahunan selama 5 (lima) tahun terakhir yakni dari tahun 2007 sampai dengan 2011 memperlihatkan bahwa curah hujan agreagat tertinggi terjadi pada tahun 2010 mencapai 3.284 milimeter dengan jumlah hari hujan sebanyak 154,1 hari. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 2.047 milimener.
Sumber : Dinas Pertanian TPH Kab. Barito Kuala Gambar 2.2
Curah Hujan Selama 5 (lima) Tahun Terakhir (2007 – 2011)
2.1.5. Potensi Pengembangan Wilayah 2.1.5.1. Potensi Penggunaan Lahan
Kabupaten Barito Kuala mempunyai potensi terbesar pada sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan. Jenis penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala terdiri dari penggunaan lahan terbangun dan lahan non terbangun. Jenis lahan terbangun yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala terdiri dari bangunan perumahan, perkantoran, fasilitas umum dan sosial, industri dan lain-lain. Sedangkan jenis lahan non terbangunnya, antara lain persawahan, perkebunan,
3.040 2.970 2.047 3.284 2.337 -500 1.000 1.500 2.000 2.500 3.000 3.500 2007 2008 2009 2010 2011 C u rah h u jan ( mm)
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Barito Kuala, sampai dengan tahun 2011, jumlah penggunaan lahan tertinggi di Kabupaten Barito Kuala adalah untuk lahan pertanian (sawah) yaitu seluas 120.962 ha. Dari luasan tersebut jumlah lahan produktif sebesar 99.794 ha. Kemudian terdapat pula lahan non sawah yang terdiri dari pekarangan seluas 25.308 ha, tegalan/kebun 13.336 ha, ladang/huma 123 ha, penggembalaan ternak 13.336 ha, sementara tidak diusahakan 8.631 ha dan lain-lain seluas 53.105 ha.
2.1.5.2. Potensi Pengembangan Wilayah Berdasarkan Rencana Pola Ruang
Pengembangan wilayah ke depan berdasarkan rencana pola ruang yang terkait dengan pengembangan potensi ekonomi terbagi atas kawasan budidaya, kawasan perumahan, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri dan pergudangan dan kawasan pariwisata.
Jenis budidaya yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala meliputi budidaya pertanian dan budidaya perkebunan. Kawasan perdagangan dan jasa menjadi kawasan yang mendominasi kegiatan di kawasan strategis cepat tumbuh yang terdiri dari pergudangan, perumahan, perkantoran, pusat perbelanjaan dan peruntukan lain.
Untuk kawasan industri besar di kecamatan Tamban, Tabunganen, Anjir Muara dan Alalak. Dan untuk kawasan industri sedang diarahkan ke Kecamatan Alalak Tamban, Anjir Muara, Tabunganen dan Rantau Badauh.
Pengembangan kawasan pariwisata di Kabupaten Barito Kuala diarahkan dengan potensi wisata religius, wisata buatan dan wisata alam.
2.1.6. Kawasan Rawan Bencana
Topografi Kabupaten Barito Kuala yang relatif datar dan berada hanya 0,2 - 3 meter di atas permukaan laut menyebabkan Kabupaten Barito Kuala rawan terhadap genangan-genangan air baik yang disebabkan oleh air hujan maupun dari pengaruh pasang surut air laut. Potensi banjir kiriman juga bisa saja terjadi karena posisi Kabupaten Barito Kuala yang berada di antara pertemuan 2 (dua) sungai besar yakni Sungai Barito dan Sungai Negara. Curah hujan yang cukup tinggi dari daerah atau wilayah hulu serta pasang air laut merupakan sumber penyebab terjadinya bencana alam banjir di Kabupaten Barito Kuala.
Adapun daerah-daerah yang rawan banjir yaitu di Kecamatan Kuripan, Bakumpai, Tabunganen, Mandastana, Jejangkit dan Tabukan. Sedangkan daerah yang rawan bencana gelombang pasang adalah Kecamatan Tabukan, Marabahan, Cerbon, Rantau Badauh, Belawang, Anjir Pasar, Alalak, Tamban dan Tabunganen.
2.1.7. Demografi
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Barito Kuala, jumlah penduduk Kabupaten Barito Kuala sebanyak 276.147 jiwa dan pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi 278.678 jiwa. Pertumbuhan jumlah penduduk di Kabupaten Barito Kuala, disamping disebabkan oleh faktor internal berupa angka kelahiran (natalitas) dan angka kematian (mortalitas), juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yakni terjadinya perpindahan (migrasi) penduduk dari luar ke
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011 (dalam jiwa)
No Tahun Jumlah
Penduduk Laki-laki % Perempuan %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 2007 269.448 135.487 50,28 133.961 49,72 2. 2008 272.332 137.077 50,33 135.255 49,67 3. 2009 275.143 135.240 49,15 139.903 50,85 5. 2010 276.147 138.357 50,10 137.790 49,90 6. 2011 278.678 139.605 50,10 139.073 49,10
Sumber: BPS Kabupaten Barito Kuala
Sementara Jika dilihat dari sex ratio, penduduk Kabupaten Barito Kuala setiap tahunnya selalu didominasi oleh penduduk berjenis kelamin laki-laki meskipun dengan selisih yang relative kecil. Namun pada tahun 2009, jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan lebih besar dibandingkan dengan yang berjenis kelamin laki-laki yakni 49,15 % dan penduduk berjenis kelamin perempuan 50,85 %.
Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Barito Kuala tahun 2007 sampai dengan 2011 sebesar 0,85 % dengan rata-rata kepadatan sebanyak 91,99 jiwa per km2. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Alalak yakni sebanyak 52.057 jiwa dan penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Kuripan yakni sebanyak 5.383 jiwa.
Sebagaimana diketahui, Kecamatan Alalak dengan penduduk terbesar di Kabupaten Barito Kuala, tidak terlepas dari posisinya yang berbatasan langsung dengan Kota Banjarmasin.
Sedangkan Kecamatan Kuripan dengan penduduk terkecil, merupakan kecamatan paling Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kuala Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah. Sementara aksesibilitas ke kecamatan ini hanya dapat dijangkau lewat transportasi air. Rendahnya mobilitas ini menyebabkan pertumbuhan penduduk hanya dipengaruhi oleh faktor internal (kelahiran dan kematian).
Mengenai jumlah penduduk Kabupaten Barito Kuala Tahun 2011 tertuang dalam Tabel 2.3 berikut :
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Kabupaten Barito Kuala Per Kecamatan Tahun 2011 (jiwa)
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) 1 Tabunganen 9.688 9.517 19.205 2 Tamban 15.703 15.414 31.117 3 Mekarsari 8.273 8.393 16.666 4 Anjir Pasar 7.627 7.764 15.391 5 Anjir Muara 9.678 9.647 19.325 6 Alalak 25.955 26.102 52.057 7 Mandastana 7.020 7.036 14.056
(1) (2) (3) (4) (5) 9 Wanaraya 6.278 6.160 12.438 10 Barambai 7.133 7.116 12.248 11 Rantau Badauh 7.008 6.908 13.916 12 Cerbon 4.226 4.204 8.430 13 Bakumpai 4.689 4.698 9.387 14 Marabahan 9.862 9.812 19.674 15 Tabukan 4.109 4.099 8.208 16 Kuripan 2.686 2.697 5.383 17 Jejangkit 3.164 3.013 6.177 Jumlah 139.605 139.073 278.678
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala.
Secara umum penduduk Kabupaten Barito Kuala terdiri dari beberapa suku yaitu Suku Dayak Bakumpai, Banjar, Jawa, Bali, Sunda, Madura dan Sasak. Penduduk Kabupaten Barito Kuala sebagian besar adalah beragama Islam selebihnya beragama Hindu, Protestan dan Katolik.
2.1.7.1. Jumlah Penduduk Menurut Usia
Berdasarkan data tahun 2011, penduduk terbanyak adalah di kelompok umur 0 - 4 tahun yang mencapai 30.086 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah penduduk dengan usia pensiun yakni penduduk kelompok usia 70 - 74 tahun yang mencapai 2.739 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan struktur usia Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2.4 dibawah ini :
Tabel 2.4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Struktur Usia Tahun 2011 (jiwa)
No Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) 1 0 – 4 tahun 14.544 15.542 30.086 2 5 – 9 tahun 13.736 11.592 25.328 3 10 – 14 tahun 13.121 14.549 27.670 4 15 – 19 tahun 11.559 10.527 22.086 5 20 – 24 tahun 10.784 13.275 24.059 6 25 – 29 tahun 13.446 11.856 25.302 7 30 – 34 tahun 12.083 12.963 25.046 8 35 – 39 tahun 13.767 11.282 25.049 9 40 – 44 tahun 10.487 10.393 20.880 10 45 – 49 tahun 7.972 8.237 16.209 11 50 – 54 tahun 5.975 4.816 10.791
No Golongan Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 13 60 – 64 tahun 3.448 3.191 6.639 14 65 – 69 tahun 995 2.215 3.210 15 70 – 74 tahun 1.323 1.416 2.739 16 75 tahun ke atas 1.540 2.138 3.678 Jumlah 139.605 139.073 278.678
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala
2.1.7.2. Jumlah Penduduk Menurut pendidikan
Sebagai modal dasar pembangunan, kualitas sumberdaya manusia harus menjadi prioritas dalam rangka peningkatan produktivitas suatu wilayah. Kualitas SDM suatu wilayah dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan derajat kesehatannya. Tingkat pendidikan Penduduk Kabupaten Barito Kuala dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori yaitu tidak/belum pernah sekolah/ tidak/belum tamat, Tingkat SD, Tingkat SMP, Tinkat SMA , Diploma dan sarjana.
Tabel 2.5
Persentase Penduduk 15 Tahun ke atas Menurut Pendidikan yang Ditamatkan
No Tingkat Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Tidak/Belum Pernah Sekolah/Belum Tamat 28,72 29,68 27,75 25,82 21,53 2 SD 33,04 28,90 26,72 24,22 22,12 3 SMP/MTs 18,49 20,49 22,09 23,28 25,28 4 SMA/SMK/MA 12,88 13,12 15,33 17,71 20,51
5 Diploma dan sarjana 6,87 7,81 8,11 8,97 10,56
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS Kabupaten Barito Kuala 2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari dua fokus yakni fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi serta fokus kesejahteraan sosial. Gambaran dan analisis dari masing-masing fokus tersebut dan capaian indikator setiap variable selengkapnya pada uraian di bawah ini.
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Aspek kesejahteraan masyarakat menjelaskan tentang perkembangan
pendapatan per kapita; produktifitas tenaga kerja, PDRB menurut penggunaan, dan gambaran singkat dari beberapa sektor ekonomi.
2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB
Pembangunan ekonomi akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi terkait dan sangat erat hubungannya dengan masing-masing sektor yang membentuknya. Hal ini berkaitan erat dengan kontribusi masing-masing sektor yang berpotensi besar maupun sektor-sektor yang masih perlu mendapat perhatian lebih untuk dijadikan prioritas pengembangan sehingga diharapkan dapat menjadi sektor yang mempunyai peranan lebih besar dimasa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor skunder dan tersier, sehingga tercipta pendapatan masyarakat yang meningkat secara mantap dengan pemerataan yang memadai.
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala
Gambar 2.3
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011
Laju pertumbuhan ekonomi tanpa Industri Besar Sedang (IBS) tahun 2007 sebesar 5,35, % tahun 2008 sebesar 6,54 % sedangkan tahun 2009 turun menjadi 5,69 %, tahun 2010 meningkat menjadi 6,52 %, namun pada tahun 2011 kembali mengalami penurunan menjadi 6,05 %. Sedangkan apabila mengikutsertakan Industri Besar Sedang (IBS) perekonomian Kabupaten Barito Kuala cenderung mengalami pertumbuhan yang terus meningkat dari 0,34% pada tahun 2007, 0,96 % pada tahun 2008, naik menjadi 2,29 % pada tahun 2009, tahun 2010 mencapai 3,85 % dan terakhir tahun 2011 pertumbuhan
0,34 0,96 2,29 3,85 5,09 8,41 6,54 5,69 6,52 6,05 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2007 2008 2009 2010 2011 Pe rtu m bu ha n (% ) IBS Tanpa IBS
2.2.1.2. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data Produk Domestik Regional Brutto (PDRB). Peningkatan PDRB Barito Kuala terus meningkat setiap tahunnya yang menggambarkan peningkatan perekonomian di Kabupaten Barito Kuala. Berikut perkembangan PDRB Kabupaten Barito Kuala selama 4 (empat) tahun teraknir.
Tabel 2.6
PDRB Atas Dasar Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011 (juta rupiah)
Tahun ADHB ADHK
IBS Tanpa IBS IBS Tanpa IBS
(1) (2) (3) (4) (5) 2007 2.837.032,22 1.962.224,37 1.811.671,29 1.234.750,45 2008 3.033.436,61 2.211.322,10 1.829.055,09 1.315.551,25 2009 3.264.825.84 2.472.047,02 1.882.482,94 1.390.376,33 2010 3.620.980,04 2.810.855,55 1.954.890,96 1.480.928,95 2011 4.001.118.18 3.125.643.04 2.054.547,71 1.570.522,39
Catatat : *) Angka sementara
Sumber: BPS Kabupaten Barito Kuala 2.2.1.3. Pendapatan Per Kapita
Perkembangan perekonomian Kabupaten Barito Kuala yang diikuti dengan pertambahan jumlah penduduk akan berdampak pada PDRB perkapita. Tingkat kesejahteraan suatu daerah salah satunya dapat tercermin dari besarnya PDRB perkapita, meskipun angka tersebut tidak menggambarkan pendapatan penduduk secara nyata dan tidak mencerminkan pemerataan karena angka ini hanya merupakan rata-rata.
PDRB perkapita penduduk Kabupaten Barito Kuala berdasarkan harga konstan tahun 2000 mengalami peningkatan terus menerus sejak tahun 2007 hingga tahun 2011. Pada tahun 2007 PDRB perkapita Kabupaten Barito Kuala hanya sebesar Rp 6,765 juta meningkat menjadi Rp 11.215 juta pada tahun 2011. Sedangkan berdasarkan atas harga berlaku tahun 2007 PDRB per kapita Rp. 11,138 juta naik menjadi Rp. 14,357 Juta. Perkembangan PDRB per kapita selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2.7
PDRB Perkapita Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 - 2011
Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Pertumbuhan (%) Atas Dasar Harga Konstan Pertumbuhan (%) (1) (2) (3) (4) (5) 2007 11,138,745 3,77 6,765,824 -0.75
(1) (2) (3) (4) (5)
2009 11,935,722 6.50 6,882,080 1.84
2010 13,112,510 9.86 10,178,840 47.90
2011*) 14,357,500 9.49 11,215,970 10.19
Catatat : *) Angka Sementara
Sumber: BPS Kabupaten Barito Kuala 2.2.1.4. Tenaga Kerja
Jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja di Kabupaten Barito Kuala berfluktuasi dari tahun ke tahun, baik yang berhubungan dengan angkatan kerja, bukan angkatan kerja, pencari kerja, tingkat partisipasi, tingkat pengangguran terbuka dan tingkat kesempatan kerja. Selengkapnya mengenai perkembangan data tenaga kerja selama tahun 2007 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada Tabel 2.8 berikut ini.
Tabel 2.8
Perkembangan Data Tenaga Kerja Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 - 2011
No. Uraian Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Angkatan kerja (jiwa) 132.814 129.430 158.803 142.640 151.803
2 Bukan angkatan kerja (jiwa) 54.024 42.268 32.988 35.101 47.206
3 Bekerja (jiwa) 128.544 127.119 152.857 136.575 144.398
4 Pencari kerja (jiwa) 4.270 2.311 5.945 6.065 7.405
5 Tingkat partisipasi angkatan
kerja (%)
71,09 75,38 82,80 80,25 76,28
6 Tingkat pengangguran
terbuka (%)
3,22 1,79 3,70 4,25 3,72
7 Tingkat kesempatan kerja
(%)
96,78 98,21 96,30 97,75 95,12
Sumber : Barito Kuala Dalam Angka Tahun 2012
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa, angkatan kerja di Kabupaten Barito Kuala mengalami peningkatan dari 132.814 jiwa pada tahun 2007 meningkat menjadi 151.803 jiwa pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 14,30 %. Angkatan kerja yang sudah bekerja tahun 2007 sebanyak 128.554 jiwa, naik menjadi 144.398 jiwa pada tahun 2011 atau meningkat sebesar 12,33 %. Tingkat pengangguran meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2008, namun pada 3 (tiga) tahun terakhir memperlihatkan adanya peningkatan. Sehingga bila dibandingkan dengan tahun 2007, tingkat pengangguran tahun 2011 di Kabupaten Barito Kuala meningkat sebesar 15,53 %.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
Kondisi kesejahteraan sosial dapat dilihat dari beberapa analisis tentang kondisi layanan pendidikan yakni Angka Melek Huruf (AMH), Angka Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) sedangkan kondisi layanan kesehatan antara lain angka Usia Harapan Hidup, Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu; ketenagakerjaan, kondisi kemiskinan serta pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
2.2.2.1. Pendidikan
Untuk menghasilkan kualitas sumber daya manusia yang handal, penduduk harus di bekali dengan modal pendidikan yang memadai. Salah satu faktor utama dalam peningkatan pendidikan adalah tersedianya SDM, sarana dan prasarana pendidikan yang cukup memadai. Dengan tersedianya kedua faktor tersebut diharapkan program pemerintah tentang wajib belajar akan dapat direalisasikan sepenuhnya. Sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Barito Kuala dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan.. Sampai dengan tahun 2011 sarana dan prasarana pendidikan terdiri dari Taman Kanak-Kanak 158 unit, SD 270 unit, Madrasah Ibtidaiyah 56 unit, SMP 59 unit, MTs 40 unit, SMA 16 unit, SMK 3 unit dan MA 19 unit. Sedangkan jumlah guru pada masing-masing jenjang pendidikan tersebut tercatat masing-masing-masing-masing TK sebanyak 481 orang, SD 2487 orang, MI 619 orang, SMP 757 orang, MTs 560 orang, SMA 329 orang, SMK 83 orang, MA 279 orang, , sehingga jumlah keseluruhan 5.595 guru.
a. Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf merupakan salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pencapaian Angka Melek Huruf di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 adalah 92,18 dan meningkat di tahun 2011 sebesar 94,15. Dengan demikian Angka Melek Huruf di Kabupaten Barito Kuala mengalami peningkatan sebesar 1,97 atau 2,14 %.
SSumber: BPS Kabupaten Barito Kuala
Gambar 2.4 92,18 92,18 92,19 93,03 94,15 95,26 95,3 95,3 95,94 96,14 90 91 92 93 94 95 96 97 2007 2008 2009 2010 2011
b. Angka Partisipasi Murni (APM)
Salah satu indikator keberhasilan pendidikan tercermin pada tingkat partisipasi pendidikan baik secara kasar maupun murni. Terjadi trend capaian angka partisipasi kasar selama kurun waktu 2005-2010.
Pada tahun 2007 APM SD/MI Kabupaten Barito Kuala adalah sebesar 82,11 dan tahun 2011 sebesar 95,55 hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi sekolah pada tingkat Dasar meningkat. APM pada tingkat SMP/MTs pada tahun 2007 sebesar 73,31 naik menjadi 86,78 pada tahun 2011. Sedangkan APM tingkat SMA/MA adalah 38,91 pada tahun 2007, naik menjadi 57,96 pada tahun 2011. Besarnya APM di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menunjukan bahwa pada tingkat SD/MI anak usia sekolah yang bersekolah lebih banyak dibandingkan dengan tingkat lainnya. Hal ini juga menunjukan bahwa tingkat pemerataan yang paling baik berada di tingkat ini.
Sumber: BPS Kabupaten Barito Kuala
Gambar 2.5
Perkembangan APM Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011
c. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Berdasarkan APK yang ada, ternyata APK yang tertinggi terdapat di tingkat SD/MI yaitu sebesar 104,08 pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 107,73 pada tahun 2011. Selanjutnya APK SMP/MTs pada tahun 2007 sebesar 87,15 mengalami kenaikan pada tahun 2011 menjadi 98,81. APK terendah adalah untuk tingkat SMA/MA dengan 50,51 pada tahun 2007 dan naik menjadi 58,84 pada tahun 2011. Tingginya APK pada jenjang pendidikan SD/MI membuktikan pada jenjang pendidikan ini banyak siswa di luar usia sekolah SD 7-12 tahun berada dijenjang tersebut.
82,11 82,90 89,01 90,61 95,55 73,31 75,40 76,26 80,50 85,78 38,91 41,26 45,64 61,12 57,96 0 20 40 60 80 100 120 2007 2008 2009 2010 2011 SD/MI SMP/MTs SMA/MA
Gambar 2.6
Perkembangan APK Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala
d. Angka Rata-Rata Lama Sekolah
Angka rata-rata lama sekolah Kabupaten Barito Kuala pada Tahun 2011 adalah sebesar 7,15 artinya rata-rata penduduk bersekolah sampai 7 tahun 2 bulan atau setingkat kelas satu SLTP (SMP dan Mts). Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Barito Kuala berada di bawah rata-rata Provinsi Kalsel (7,68) dan di bawah rata-rata nasional (7,47). Sehingga ke depan Rata-Rata Lama Sekolah harus menjadi perhatian bagi instansi terkait karena angka ini menjadi ukuran akumulasi modal manusia suatu daerah yang pada akhirnya dapat menunjukan seberapa tingginya tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Barito Kuala.
Gambar 2.7
Perkembangan Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011
Sumber : BPS Kabupaten Barito Kuala 2.2.7.2. Kesehatan
Derajat kesehatan masyarakat sangat menentukan kualitas SDM, agar kondisi
104,08 106,49 106,54 106,94 107,73 87,15 90,12 94,55 98,53 98,81 50,51 56,40 59,01 51,34 58,84 0 20 40 60 80 100 120 2007 2008 2009 2010 2011 SD/MI SMP/MTs SMA/MA 6,68 6,68 6,82 7,07 7,15 7,40 7,44 7,54 7,65 7,68 6 6,5 7 7,5 8 2007 2008 2009 2010 2011
kesehatan harus memadai baik kuantitas maupun kualitasnya. Jumlah sarana kesehatan seperti Rumah Sakit Umum dan Puskesmas pada tahun 2010 adalah Rumah Sakit Umum 1 unit dan Puskesmas 19 unit, sementara itu jumlah Puskesmas pembantu sebanyak 65 unit. Jumlah dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, bidan dan perawat kesehatan masing-masing sebanyak 3 orang, 47 orang, 13 orang, 234 orang dan 186 orang.
a. Angka Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi Kabupaten Barito Kuala tahun 2010 adalah 9,87. Angka ini menunjukan bahwa terdapat 9 bayi yang meninggal sebelum usia tepat 1 (satu) tahun dari 1.000 kelahiran hidup. Jumlah Angka kematian bayi tahun 2007 mencapai 13,70 , dan tahun 2008 turun menjadi 12,20, kemudian tahun 2009 turun lagi menjadi 9,97. Dengan demikian, Kabupaten Barito Kuala selama 4 (empat) tahun terakhir telah berhasil menekan angka kematian bayi menjadi 9,87 pada tahun 2011.
b. Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup Kabupaten Barito Kuala tahun 2011 adalah 64,17 tahun, meningkat bila dibandingkan tahun 2007 sebesar 62,60. Angka ini menggambarkan bahwa setiap bayi yang lahir tahun 2011 ini mempunyai harapan untuk hidup sampai dengan umur 64,17 tahun. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya 63,81 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan masyarakat semakin baik sebagai dampak dari kebijakan pembangunan bidang kesehatan yang secara konsisten dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala.
c. Balita Gizi Buruk
Masalah utama gizi di Kabupaten Barito Kuala masih diwarnai dengan masalah gizi buruk (khususnya pada kelompok umur Balita dan Ibu Hamil). Dari data status gizi Balita yang didapatkan dari pemantauan status gizi dapat dilihat bahwa Balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang pada setiap tahunnya cenderung berkurang.
Pada tahun 2011 persentase anak penderita gizi buruk adalah 2,75 persen menurun dibandingkan tahun 2007 sebesar 4,60 persen. Posisi Kab. Barito Kuala masih berada di bawah rata-rata Kalimantan Selatan sebesar 2,00. Peranan Posyandu dalam melakukan identifikasi tumbuh kembang Balita adalah sangat penting bagi penurunan gizi buruk.
2.2.7.3. Ketenagakerjaan
Salah satu tujuan pembangunan adalah perluasan kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang luas akan berdampak kepada peningkatan kesejahteraan penduduk. Pencari kerja di Kabupaten Barito Kuala tahun 2007 sebesar 4.270 jiwa meningkat menjadi 7.405 jiwa pada tahun 2011 atau 73,42 %.
Tingkat pengangguran terbuka tahun 2007 sebesar 3,22 % meningkat menjadi 3,72 % pada tahun 2011. Berdasarkan dokumen Barito Kuala Dalam Angka Tahun 2012 yang dipublis oleh BPS dan Bappeda, pada tahun 2011 jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2010. Pada tahun 2010 jumlah angkatan kerja sebesar 142.640 jiwa dan tahun 2011 meningkat menjadi 151.803 jiwa.
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani sawah dan perkebunan sebesar 29,9 %, PNS 2,27 % , karyawan swasta 3,19 %, buruh 4,21 %, pedagang 0,81 %, TNI Polri 0.35 %, pensiunan 0.34 %, peternak/ nelayan 0.18 %, BUMN/BUMD 0.09 % Lain-lainnya 2,16 %. Sedangkan untuk mengurus rumah tangga sebesar 16,02 % dan pelajar / mahasiswa 12,95 % dan belum/tidak bekerja 27,27 %
2.2.7.4. Kondisi Kemiskinan
Program-program pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala yang tertuang di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Kabupaten Barito Kuala pada hakikatnya adalah upaya pemerintah mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan yang bermuara pada kesejahteraan masyarakat. Artinya bahwa sebagian anggaran pendapatan dan belanja yang diperoleh dipergunakan seluas-luasnya bagi program-program prioritas dalam rangka peningkatan perekonomian dan pengentasan kemiskinan.
Perkembangan penduduk miskin di Kabupaten Barito Kuala dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu pada periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 terus terjadi penurunan dari 24.139 pada tahun 2006 menjadi 15.253 pada tahun 2009 atau dari 9.07 % tahun 2006 menjadi 5,61 % tahun 2009, akan tetapi pada tahun 2010 terjadi kenaikan menjadi sebesar 5,72 % atau 15.800 jiwa, kenaikan ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan inflasi yang cukup tinggi sementara produksi pertanian relatife sama, sebagaimana gambar dibawah ini. Namun pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin mengalami penurunan menjadi 15.800 jiwa.
Gambar 2.8
Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2006 – 2011
2.2.8. Fokus Seni Budaya dan Olahraga
Organisasi pemuda di suatu wilayah menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan. Semakin banyak jumlah organisasi pemuda menunjukkan ketersediaan fasilitas penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah untuk memberdayakan pemuda dalam pembangunan daerah.
Jumlah organisasi kepemudaan yang ada menyebar di beberapa kecamatan diantaranya merupakan organisasi pemuda yang sudah cukup terkenal di masyarakat
24.139 21.549 19.298 15.253 15.800 15.278 -5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 2006 2007 2008 2009 2010 2011
seperti: AMPI, KNPI, Karang Taruna, dan Kelompok Pemuda Produktif yang telah terdaftar dan dibina oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala.
Penyelenggaraan kegiatan olah raga, yang dilaksanakan/diprogramkan oleh Pemerintah Daerah meliputi: Pekan Olahraga Daerah (PORDA), Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA), Kompetisi, Festival, Kejurda, dan Turnamen-turnamen lainnya dan kegiatan-kegiatan olahraga yang dilaksanakan oleh masyarakat/swasta/sponsor/pihak ketiga. Kegiatan olah raga yang rutin dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Barito Kuala adalah seperti event dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan dan hari jadi Kabupaten Barito Kuala baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta.
Kabupaten Barito Kuala juga mempunyai potensi wisata untuk dikembangkan pada masa yang akan datang. Beberapa tempat wisata yang terdapat di Kabupaten Barito Kuala seperti Taman Wisata Alam Pulau Kembang, Jembatan Barito, Agropolitan Terantang, Wisata Agro Sungai Kambat, Peternakan Kerbau Rawa di Kuripan, Makam Datuk H. Abdussamad, Makam Datuk Kayan, Pulau Kaget dan Jembatan Rumpiang.
Jumlah wisatawan yang datang ke berbagai obyek wisata yang ada di Kabupaten Barito Kuala sebagian besar merupakan wisatawan nusantara / wisatawan lokal. Jumlah kunjungan wisata tahun 2009 sebanyak 45.015 orang. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 48.450 orang dan pada tahun 2011 sebanyak 158.605 orang.
Kelompok kesenian budaya dan keagamaan juga tersebar di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Barito Kuala. Jenis kesenian budaya dan keagamaan tersebut antara lain Maulid Habsyi, Rebana, Sinoman Hadrah, Kuda Lumping, Kuda Gepang dan Keroncong.
2.3. Aspek Pelayanan Umum
Aspek pelayanan umum mencakup pelayanan urusan wajib dan urusan pilihan. Selanjutnya di bawah ini dijelaskan untuk fokus pelayanan tersebut.
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Pendidikan
Berhasil tidaknya pembangunan suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduknya berdampak positif bagi masa depan. Perkembangan akses pendidikan di Kabupaten Barito Kuala selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang signifikan.
a.1. Murid
Jumlah murid berdasarkan jenjang pendidikan dari TK sampai dengan Tingkat SMA dapat dilihat pada Tabel 2.9. Jumlah Murid TK/PAUDNI pada tahun 2007 sampai dengan 2011 menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2007 jumlah murid TK/PAUDNI 3.582 orang, tahun 2011 meningkat menjadi 4.686 orang.
Tabel 2.9
Jumlah Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007– 2011
2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 TK / PAUDNI 3.582 4.625 4.666 4.657 4.686 2 SD 29.435 29.739 30.041 30.965 30.137 3 SMP 5.724 6.047 6.547 7.263 7.804 4 SMA 2.717 4.004 3.496 4.004 3.748 5 SMK 589 669 822 766 871 6 MI 1.466 1.471 1.495 1.459 1.559 7 MTs 1.112 1.728 1.610 1.612 1.583 8 MA 1.063 1.102 1.053 1.137 1.129 45.688 49.385 49.730 51.863 51.517 No. Jenjang Pendidikan Jumlah
Jumlah Murid (org)
Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Barito Kuala
Jumlah Murid tingkat SD pada tahun 2007 sebanyak 29.435 orang, dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 30.137 orang; sedangkan untuk SMP pada tahun 2007 sebanyak 5.724 orang meningkat pada tahun 2011 menjadi 7.804 orang, Untuk jenjang SMA juga mengalami peningkatan dari 2.717 orang pada tahun 2007 menjadi 3.748 orang pada tahun 2011.
Besarnya jumlah selisih antara murid SD dengan Murid SLTP dan SLTA, menunjukkan bahwa tingkat dropout sekolah transisi antar jenjang pendidikan relatif tinggi. Tingginya dropout transisi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain jarak sekolah SLTP dan SMA yang jauh yakni hanya ada pada pusat kecamatan,. Keadaan ini akan ikut menyumbang terhadap rendahnya kualitas sumberdaya manusia Kalimantan Selatan.
a.2. Guru
Jumlah guru pada berbagai jenjang pendidikan di Kabupaten Barito Kuala secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada Tabel 2.10 dapat dilihat sebaran jumlah guru menurut jenjang pendidikan dari tahun 2007 sampai dengan 2011.
Tabel 2.10
Jumlah Guru Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011
2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 TK / PAUDNI 357 375 409 419 462 2 SD 2.394 2.281 2.278 2.495 2.471 3 SMP 622 672 726 782 757 4 SMA 294 298 298 304 313 5 SMK 68 68 72 80 83 6 MI 684 555 578 609 615 7 MTs 570 560 649 655 629 8 MA 356 343 345 279 291 No. Jenjang Pendidikan
Jumlah Guru (org)
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Kuala
Berdasarkan tabel jumlah murid dan jumlah guru tersebut diatas dapat dihitung rasio guru murid sebagaimana terlihat pada Tabel 2.11
Tabel 2.11
Rasio Guru dan Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kabupaten Barito Kuala 2007 - 2011
2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 TK / PAUDNI 7,00 7,34 6,38 6,23 6,47 2 SD 12,00 13,00 12,99 12,02 12,09 3 SMP 9,20 8,99 9,00 9,36 10,30 4 SMA 9,00 9,00 10,00 10,00 10,00 5 SMK 8,66 9,84 11,42 9,58 10,49 6 MI 11,00 11,00 11,00 11,00 11,00 7 MTs 5,81 6,88 7,09 6,88 7,09 8 MA 4,98 6,06 7,00 7,00 8,21 8,46 9,01 9,36 9,01 9,46 No. Jenjang Pendidikan
Rata-Rata Per Sekolah
Ratio Murid dengan Guru
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Kuala
Dilihat dari rasio guru dan murid di Kabupaten Barito Kuala menunjukkan kondisi yang sangat baik, hal ini menunjukkan bahwa jumlah guru sudah mencukupi tetapi distribusinya yang belum merata.Komite sekolah sering mengangkat guru honorer untuk mencukupi kekurangan guru..
Tabel 2.12
Rasio Murid dengan Kelas Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Di Kabupaten Barito Kuala 2007 – 2011
2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 TK / PAUDNI 8,33 22,00 19,50 16,13 15,37 2 SD 18,72 17,83 17,73 18,65 18,26 3 SMP 22,36 23,50 24,52 20,34 21,34 4 SMA 28,08 28,60 32,55 33,30 31,17 5 SMK 32,72 27,88 27,40 23,94 23,54 6 MI 24,52 24,92 23,42 22,92 22,50 7 MTs 32,00 30,38 29,85 28,52 28,22 8 MA 27,55 28,23 23,40 22,50 22,20 No. Jenjang Pendidikan
Rasio Murid dengan Kelas
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Kuala 2.3.2. Kesehatan
a. Sarana dan Prasarana Kesehatan a.1. Puskesmas
Jumlah puskesmas di Kabupaten Barito Kuala dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007, puskesmas di Barito Kuala berjumlah 17, bertambah menjadi 19 pada tahun 2011. Berdasarkan konsep wilayah, setiap 30.000 penduduk harus tersedia minimal satu buah puskesmas. Dengan jumlah Puskesmas yang mencapai 19 buah, rata-rata setiap puskesmas di Kabupaten Barito Kuala melayani 14.500 orang. Hal ini berarti berdasarkan konsep wilayah, jumlah puskesmas di Kabupaten Barito Kuala sudah memenuhi persyaratan. Untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui puskesmas, pelayanan kesehatan juga dilakukan oleh puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Tabel 2.13
Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011 2007 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Puskesmas 17 18 19 19 19 2 Puskesmas Pembantu 64 64 65 65 65 3 Poskesdes 70 96 135 144 150 4 Puskesling Mobil 16 17 17 17 17 5 Puskesling Perahu 4 6 6 6 6 171 201 242 251 257 No. Sarana Kesehatan
Jumlah
Tahun
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala a.2. Rumah Sakit
Di Kabupaten Barito Kuala memiliki 1(satu) buah Rumah Sakit Type C dan 1 buah Klinik/ Yankes Handil Bhakti. Indikator jangkauan pelayanan rumah sakit adalah rasio antara jumlah tempat tidur rumah sakit dengan jumlah penduduk, di mana satu tempat tidur rumah sakit minimal untuk 1.000 penduduk. Saat ini jumlah tempat tidur di RSUD H.Abdul Aziz sebanyak 75 buah, sehingga satu tempat tidur untuk 3.680 orang. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa jumlah rumah sakit di Kabupaten Barito Kuala masih belum mencukupi khususnya jumlah tempat tidurnya.
a.3. Tenaga Kesehatan
Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk di Kabupaten Barito Kuala masih berada di bawah standar yang telah ditetapkan. Semua jenis tenaga kesehatan jumlahnya masih sangat sedikit dibandingkan dengan kebutuhan di sarana pelayanan kesehatan.
Tabel 2.14
Rasio Tenaga Kesehatan dan Jumlah Penduduk di Kabupaten Barito Kuala Tahun 2007 – 2011
Standar 2008 2009 2010 2011 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dokter Spesialis 6,00 0,36 0,72 1,09 1,45 Dokter Umum 40,00 10,86 12,67 13,76 14,49 Dokter Gigi 11,00 1,81 2,90 3,62 4,35 Apoteker 10,00 1,45 1,81 2,17 3,20 Perawat 117,50 82,53 87,56 91,86 98,68 Bidan 100,00 80,74 84,33 89,35 93,30
Jumlah dokter di Kabupaten Barito Kuala pada tahun 2011 sebanyak 38 orang dengan ratio 14.49. Distribusi tenaga dokter, relatif tidak merata, khususnya di Puskesmas. Kondisi ini dapat menurunkan pelayanan kesehatan di puskesmas. akibatnya terjadi disparitas pelayanan kesehatan di beberapa kecamatan.
2.3.3. Pekerjaan Umum
Pelayanan umum terkait bidang infrastruktur merupakan salah satu layanan yang penting dalam rangka menunjang kegiatan ekonomi di suatu daerah. Salah satu indikator yang dapat dilihat adalah perkembangan sarana dan prasarana transportasi yakni kondisi jalan dan jembatan yang ada baik pertambahan panjang jalan, jenis permukaan dan kondisi fisik jalan.
Panjang jalan di Kabupaten Barito Kuala tahun 2011 terdiri dari jalan Negara 62 km, jalan provinsi 60,21 km dan jalan kabupaten sepanjang 628,13 km. Panjang jalan tersebut relatif tetap dari tahun ke tahun. Panjang jalan tersebut relatif tetap dari tahun ke tahun.
Panjang jalan berdasarkan permukaan jalan terdiri dari jalan aspal sepanjang 352,84 km, jalan kerikil sepanjang 162,27 km, dan jalan permukaan tanah sepanjang 190,02 km.
Jembatan di Kabupaten Barito Kuala dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan status aset, yakni jembatan negara, jembatan provinsi dan jembatan kabupaten. Jembatan yang menjadi aset provinsi terletak di sepanjang ruas jalan provinsi/negara. Jembatan yang menjadi aset kabupaten tahun 2011 sebanyak 1.068 buah dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Barito Kuala.
Daerah Iigasi (DI) dan Daerah Rawa (DR) di Kabupaten Barito Kuala terbagi atas 2 (dua) pengelolaan yaitu yang dikelola provinsi dan yang dikelola kabupaten.
Daerah irigasi (DI) dan Daerah Rawa (DR) yang dikelola oleh provinsi yaitu DI Tamba Jaya, DI Karya Makmur, DI Ulu Benteng, DI Sei. Gampa Asahi, DI Sei. Bamban, DI Palingkau, DI Sawahan, DI Sei. Tunjang, DI Sei. Muhur, DI Jejangkit II, DI Sei. Rasau, DI Sei. Kambat, DI Sei. Raya, DI Bandandan, DI Karya Tani, DI Karya Baru dan DI Sei. Telan Besar. Sedangkan Daerah Irigasi (DI) dan Daerah Rawa (DR) yang dikelola oleh kabupaten hampir tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Barito Kuala.
2.3.4. Fokus Layanan Urusan Pilihan a. Pertanian
Pertanian merupakan sektor potensial di Kabupaten Barito Kuala, dengan luas sawah pasang surut mencapai 99.794 hektar. Dari luas tersebut, memberikan hasil 342.869 ton Gabah Kering Giling (GKG) di tahun 2011. Barito Kuala juga merupakan kabupaten dengan kontribusi pangan khususnya padi terbesar yakni sebesar 17,86 % untuk kebutuhan pangan Kalimantan Selatan.
Sumber : Profil Daerah Kabupaten Barito Kuala Tahun 2011 Gambar 2.9
Perkembangan Produksi Padi Tahun 2007 – 2011
Produksi padi tahun 2011 sebagaimana diutarakan sebelumnya adalah sebesar 342.869 ton GKG dengan produktivitas rata-rata 37,21 kw/ha. Kecamatan Tabunganen memproduksi padi terbesar di Kabupaten Barito Kuala yakni sebesar 13,17 %, disusul oleh Kecamatan Anjir Pasar sebesar 8,71 %, Kecamatan Rantau Badauh 8,14 %, Tamban 7,89 %, Anjir Muara 7,84 %, Barambai 7,26 %, Mekarsari 7,18 % dan yang terkecil adalah Kecamatan Kuripan sebesar 0,02 %.
Populasi ternak Kabupaten Barito Kuala menunjukkan perkembangan yang menggembirakan baik ternak besar maupun ternak kecil dan unggas. Hal ini ditunjang oleh adanya program pemerintah yang menggelontorkan bantuan dana dan pembinaan teknis. Tahun 2007, populasi ternak besar (sapi) mencapai 8.245 ekor yang pada tahun 2011 ada penurunan menjadi 6.569 ekor, penurunan ini terjadi karena Kabupaten Barito Kuala sudah dikenal sebagai penghasil sapi potong terbaik sehingga banyak keluar bibit ternak Sapi Potong secara besar-besaran ke Kabupaten Tanah Laut dan Provinsi Kalimantan Tengah. Kerbau tahun 2007 sebanyak 995 ekor meningkat menjadi 1.245 ekor pada tahun 2011. Ternak kecil seperti kambing, domba dan unggas juga mengalami perkembangan yang cukup baik.
b. Kehutanan dan Perkebunan
Kayu galam, rotan dan purun merupakan hasil hutan yang ada di wilayah Kabupaten Barito Kuala. Kayu galam dan purun hampir dijumpai di seluruh wilayah Kabupaten Barito Kuala. Sedangkan potensi sumberdaya hutan lainnya adalah rotan yang hanya dijumpai di Kecamatan Tabukan dan Kuripan.
Komoditas perkebunan yang dominan adalah kelapa sawit, kelapa dalam dan karet. Kelapa sawit tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Barito Kuala. Luas tanaman kelapa sawit pada tahun 2011 sebanyak 5.255 hektar. Kelapa dalam tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Barito Kuala kecuali Rantau Badauh, Marabahan dan Kuripan. Luas tanaman kelapa dalam meningkat pada 13.940 hektar pada tahun 2011 sedangkan tahun 2007 hanya 13.476,58,00 hektar pada tahun 2007. Luas tanam karet pada tahun 2007 seluas 875,94 hektar terus meningkat sampai pada
316.312 336.062 317.605 329.089 342.869 300.000 305.000 310.000 315.000 320.000 325.000 330.000 335.000 340.000 345.000 2007 2008 2009 2010 2011
c. Perikanan dan Kelautan
Produksi perikanan di Kabupaten terdiri dari perikanan budidaya (kolam, tambak, karamba dan karamba jaring apung dan mina padi) dan penangkapan baik di perairan umum maupun di laut. Produksi perikanan laut tahun 2007 sebesar 2.863,20 ton hingga tahun 2011 meningkat menjadi 2.875 ton/tahun, kemudian produksi perikanan budidaya merupakan gabungan dari seluruh kegiatan usaha budidaya ikan mulai dari kegiatan kolam ikan, karamba jaring apung sampai tambak ikan bandeng tahun 2007 produksinya 1.424 ton terus naik menjadi 10.441 ton pada tahun 2011. Produksi perikanan tangkap dan budidaya tambak merupakan penyumbang terbesar produksi perikanan di Kabupaten Barito Kuala. Sedangkan Kecamatan Tabunganen merupakan satu-satunya kecamatan yang terdapat aktivitas budidaya tambak dan penangkapan ikan di laut.
2.3.5. Fokus Layanan Umum Lainnya a. Air Bersih dan Listrik
Pelayanan air bersih Kabupaten Barito Kuala dikelola oleh perusahaan Daerah/BUMD. Pelayanannya sudah menjangkau 9 (sembilan) wilayah kecamatan yakni IKK Marabahan, IKK Bakumpai, IKK Cerbon, IKK Rantau Badauh, IKK Alalak, IKK Anjir Pasar, IKK Tabukan, IKK Tamban dan IKK Tabunganen. Produksi air minum di Kabupaten Barito Kuala tahun 2010 2.837.917 m3, dengan volume distribusi mencapai 2.449.841 m3 dan penjualan mencapai 2.218.436 m3. Pelayanan air bersih yang tidak terjangkau oleh perpipaan dilaksanakan melalui program PAMSIMAS.
Kebutuhan listrik di Kabupaten Barito Kuala seluruhnya dipenuhi oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) ranting Marabahan yang merupakan ranting dari cabang Banjarmasin. Berikut perkembangan pelayanan listrik di Kabupaten Barito Kuala selama 5 (lima) tahun terakhir.
Gambar 2.10 47.201 48.052 49.741 54.438 57.096 29.690.810 30.743.860 31.605.360 34.505.383 37.424.333 43.574.172 47.285.667 54.347.992 61.723.905 64.428.972 -10.000.000 20.000.000 30.000.000 40.000.000 50.000.000 60.000.000 70.000.000 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun 2007 - 2011
Jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Barito Kuala tahun 2007 sebesar 47.201 pelanggan meningkat menjadi 57.096 pelanggan pada tahun 2011 atau naik 20,96 %. VA tersambung tahun 2007 sebesar 29.690.810 VA meningkat menjadi 37.424.333 Va pada tahun 2011 atau naik sebesar 26,05 %. Demikian juga dengan KWh terjual tahun 2007 sebesar 43.574.172 KWh meningkat menjadi 64.428.972 KWh pada tahun 2011 atau naik sebesar 47,86 %.
b. Per-Bank-an
Dunia per-Bank-an juga tumbuh pesat di Kabupaten Barito Kuala. Saat ini jumlah Bank yang beroperasi di Kabupaten Barito Kuala berdasarkan jenisnya sebanyak 3 buah yaitu Bank Kalsel, Bank BRI dan Bank BNI. Bank BRI selain memberikan pelayanan di tingkat cabang, juga pelayanan dilakukan oleh beberapa unit Bank BRI yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Barito Kuala.
Berdasarkan data dari Bank Kalsel Cabang Marabahan, jumlah Giro pada posisi Desember 2007 sebesar Rp. 27. 363.373.000,- sedangkan pada Desember 2011 sebesar Rp. 37.191.632.000,-. Deposito tahun 2007 sebesar Rp. 2.893. 500.000,- sedangkan pada
Desember 2011 sebesar Rp. 12.771.761.000,-. Tabungan tahun 2007 sebesar Rp. 22.112.623.000,- dan pada Desember tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 79.211.065.000,-
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan dan keunggulan daerah. Suatu daya saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Daya saing daerah terdiri dari kemampuan ekonomi daerah, fasilitas wilayah/infrastruktur, iklim berinvestasi dan sumber daya manusia.
2.4.1. Kemampuan Ekonomi Daerah
Salah satu indikator kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari tingkat PDRB, semakin tinggi tingkat PDRB per kapita maka semakin tinggi kemampuan ekonomi suatu daerah tersebut. PDRB perkapita penduduk Kabupaten Barito Kuala berdasarkan harga konstan tahun 2000 memperlihatkan kecendrungan meningkat pada tahun 2008 sampai dengan 2011. Meskipun sebelumnya yakni tahun 2007 dan 2008 sempat mengalami pertumbuhan negatif (-) namun kembali bangkit pada tahun 2009 dan 2011.
Tahun 2007 PRDB per kapita penduduk Kabupaten Barito Kuala atas dasar harga konstan tercatat sebesar Rp. 6.765.824,- atau tumbuh sebesar -0,75 %, meningkat menjadi Rp. 6.757.734,- juta atau tumbuh sebesar – 0,12 % pada tahun 2008. Namun untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terus meningkat dengan pertumbuhan positif dimana pada tahun 2011 PDRB perkapita mencapai Pp. 11.215.970,- dengan pertumbuhan 10,19 %.
Perkonomian Kabupaten Barito Kuala dengan IBS tumbuh rata-rata sebesar 2,51 % per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010. Pada tahun tersebut perekonomian Kabupaten Barito Kuala tumbuh sebesar 6,54 %. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2007 yang hanya mencapai 0,34 %. Namun demikian secara umum perekonomian Kabupaten Barito Kuala semakin stabil dan kondusif, terlihat dari beberapa tahun terakhir yakni dari tahun 2007 sampai dengan 2011 terus tumbuh positif dengan angka pertumbuhan yang signifikan.
2.4.2. Iklim Investasi
Perkembangan investasi di Kabupaten Barito Kuala relative lambat dibandingkan dengan beberapa kabupaten/kota lainnya di Kalimantan Selatan. Guna memacu tumbuhkembangnya investasi di Kabupaten Barito Kuala, Pemerintah Daerah telah melakukan beberapa terobosan dan kebijakan agar para investror menjadikan Kabupaten Barito Kuala sebagai daerah tujuan investasi. Kebijakan pemerintah daerah yang turut mendukung iklim investasi adalah kebijakan penanaman modal dan peningkatan promosi dan investasi yakni:
a. Mempertahankan dan mengembangkan investasi yang sudah ada;
b. Menambah dan mencari serta menarik investor-investor baru baik lokal, nasional maupun asing;
c. Memberikan jaminan keamanan dan kepastian hukum bersama aparat keamanan
terhadap para investor;
d. Memberikan kemudahan pelayanan perizinan yang cepat, keringanan pajak,
pembebasan pajak untuk masa persiapan dan konstruksi (berupa tax holiday secara selektif).
2.4.3. Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia secara umum yang terkait dengan aspek daya saing adalah sumberdaya manusia produktif yakni penduduk yang termasuk dalam usia angkatan kerja (penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja). Pada tahun 2007 tercatat 132.814 jiwa dan pada tahun 2011 meningkat menjadi 151.803 jiwa atau naik sebesar 14,30 %.
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani sawah dan perkebunan sebesar 29,9%, PNS 2,27% , karyawan swasta 3,19%, buruh 4,21%, pedagang 0,81%, TNI Polri 0.35%, pensiunan 0.34%, peternak/ nelayan 0.18%, BUMN/BUMD 0.09% Lain-lainnya 2,16%. Sedangkan untuk mengurus rumah tangga sebesar 16,02 % dan pelajar / mahasiswa 12,95% dan belum/tidak bekerja 27,27%