BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi yang membawa liberalisasi pada segala bidang, termasuk liberalisasi ekonomi mendorong profesi audit internal untuk lebih responsif terhadap kebutuhan manajemen dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif di pasar bisnis. Di era globalisasi, auditor internal akan menghadapi tantangan yang lebih berat terutama adanya perkembangan yang pesat dalam bidang teknologi informasi serta lingkungan yang turbulensi (Effendi, 2006). Dalam melakukan tugasnya auditor baik eksternal maupun internal memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas sesuai dengan standar profesional yang telah ditetapkan. Faktanya bahwa auditor diwajibkan oleh standar untuk selalu mempertahankan independensi, objektivitas dan selalu meningkatkan kompetensi serta kecermatan profesional dalam menjalankan tugasnya.
Menurut Yeganeh (2005) bahwa auditor berperan penting untuk memberikan nilai tambah untuk pelaporan keuangan yang menunjukkan adanya relevansi dan keandalan dalam laporan keuangan sehingga mengurangi masalah dari konflik kepentingan yang tinggi, sehingga meningkatkan relibility laporan keuangan. Namun ada kemungkinan bahwa auditor tidak mampu memenuhi harapan semua users (masyarakat) sehingga menimbulkan expectations and the gap antara auditor dengan pengguna laporan keuangan terkait persepsi
tanggungjawab auditor (siddiqui et al., 2008). Kesenjangan ini berasal dari perbedaan auditor’s features yang dapat mempengaruhi pelaksanaan audit yang
1
dilakukan oleh auditor dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang auditor harus independen, berpengetahuan dan berpengalaman, rahasia, jauh dari penilaian bias (saeid jabbarzadeh et al. 2012). Auditor tidak akan memiliki nilai tambah dan juga tidak akan efektif ketika ada perbedaan persepsi apa yang diharapkan auditee dengan apa yang dilakukan auditor.
Audit expectation gap merupakan persoalan yang krusial terkait dengan
fungsi audit independent dan memiliki implikasi yang signifikan pada perkembangan standar dan praktek audit (lin dan Chen, 2004). Audit expectation gap dapat didefinisikan sebagai perbedaan antara apa yang masyarakat harapkan
dari auditor dalam menjalankan tugasnya. audit expectation gap sangat penting untuk profesi audit karena semakin besar harapan yang tidak terpenuhi dari masyarakat, semakin rendah kredibilitas terkait dengan pekerjaan auditor (lee et al., 2009). Munculnya audit expectation gap dalam audit dapat dikaitkan dengan perubahan peran audit yang diperluas secara bertahap yaitu dari memastikan bahwa entitas menggunakan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat dan memastikan bahwa tidak ada kesalahan serta mengkaji sistem pengendalian internal juga pengelolaan risiko di entitas tersebut. Pentingnya peran auditor dalam konteks keandalan informasi keuangan dan penggunaan dana dari masyarakat yang harus dikelola untuk kepentingan masyarakat menjadi hal yang harus diperhatikan bersama.
Fenomena mengenai audit internal sekarang ini masih jauh yang diharapkan termasuk adanya berbagai penilaian dan persepsi negatif yang sering ditujukan terhadap fungsi audit internal. Auditee sering kali merasa bahwa
keberadaan Divisi Audit Internal hanya akan mendatangkan cost yang lebih besar dibandingkan benefit yang akan diterima. Auditor internal dianggap masih jauh perannya untuk dapat menjadi konsultan internal (yang merupakan ekspresi tertinggi dalam peran pengawasan internal). Seringkali usulan perubahan atau rekomendasi dari audit internal masih dianggap menyulitkan dan merugikan bagi auditee, bahkan terkesan formalitas dan cenderung mengabaikan tingkat kesulitan
atau kendala yang akan dihadapi auditee nantinya atas pelaksanaan saran dari berbagai audit internal tersebut (Hery, 2004).
Fakta tersebut juga dipertegas oleh Tri Wibowo (2012) dalam majalah yang berjudul “Profesionalisme” yang diterbitkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yaitu penyusunan perencanaan audit sering kali dilakukan dengan 'ala kadarnya' dan terkadang hanya 'copy paste' dari audit sebelumnya, menerima ajakan makan siang, tanpa disadari dan sedikit banyak, dapat mempengaruhi sikap independensi auditor. Selain itu, penjadualan inspeksi lapangan bersama-sama auditee sudah mengurangi kualitas 'detective control' dari audit itu sendiri.
Terkait profesi audit internal pemerintah di Indonesia, permasalah profesionalisme menjadi penting untuk dipertanyakan. Hal ini tidak lepas dari realita yang ada bahwa kualitas auditor internal di Indonesia masih membutuhkan banyak perbaikan dibeberapa sektor. Sebuah kajian menyebutkan bahwa sebagian besar kapabilitas auditor internal pemerintah di Indonesia masih ‘sekedar ada’.
Berdasarkan kriteria IACM, konon kapabilitas sebagian besar auditor internal pemerintah di Indonesia masih pada level satu atau ‘initial’. Hal ini tentunya
mendorong munculnya harapan besar dari masyarakat untuk meningkatkan profesionalisme auditor internal pemerintah. Tanpa profesionalisme yang memadai, mustahil kapabilitas auditor internal pemerintah di Indonesia dapat meningkat hingga memenuhi harapan seluruh shareholder dan stakeholder-nya (BPKP, 2012).
Kota Balikpapan merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur yang mendapat opini dari tahun 2009 sampai dengan 2012 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) (Kaltim Post). Opini yang didapat tersebut tidak lepas peran auditor internal Inspektorat Kota Balikpapan sebagai unit yang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah pada Pemerintah Kota Balikpapan. Faktanya bahwa tidak adanya peningkatan opini dari tahun ke tahun merupakan salah satu hal yang harus diperbaiki auditor internal dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan publik serta peningkatan kompetensi profesional auditor internal yang masih harus ditingkatkan untuk memberikan jaminan yang memadai dalam peningkatkan efektivitas dan efisien operasional organisasi.
Hal ini merupakan salah satu persoalan yang dimiliki auditor Internal Inspektorat Kota Balikpapan dalam meningkatkan opini Kota Balikpapan. Salah satu cara untuk memperbaiki hal tersebut dengan meneliti tentang independensi auditor internal dan kompetensi profesional yang dimiliki auditor serta pengawasan dari sisi proses yang dilakukan oleh auditor dalam melakukan tugasnya dengan cara melihat melalui pendapat auditee terkait dengan
independensi, kompetensi profesional dan pengawasan apakah terdapat expectation gap antara auditor internal dengan auditee.
Sedangkan penelitian expectation gap ini banyak dilakukan di sektor privat, terkesan penelitian di sektor publik kurang mendapat perhatian baik dari kalangan akademisi maupun dari kalangan profesional. Kondisi tersebut tidak sebanding dengan tanggungjawab yang diemban auditor dalam mengawasi pengelolaan keuangan publik yang dilakukan oleh pemerintah atau lembaga- lembaga sektor publik (Halim, 2007)
Penelitian audit expectation gap di sektor publik masih sangat kurang bahkan terabaikan (Chowdhury et al., 2005) terutama lagi penelitian mengenai expectation gap auditor internal pemerintah masih sedikit, padahal dilihat dari
fenomena yang ada auditor internal butuh perbaikan-perbaikan serta masukan- masukan dari kalangan akademisi maupun kalangan profesional untuk memperbaiki permasalahan yang ada sekarang ini. Kebanyakan penelitian- penelitian terdahulu lebih meneliti auditor eksternal dari pada auditor internal sehingga penelitian ini berfokus mencari bukti secara empiris mengenai expectation gap antara auditor internal dengan auditee dilihat dari sudut pandang
independensi, kompetensi profesional dan pengawasan tersebut sudah sesuai dengan apa yang diharapkan selama ini.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai expectation gap antara auditor internal dan auditee di Inspektorat Kota Balikpapan dengan judul penelitian sebagai berikut
“Persepsi Auditor Internal dan Auditee Terhadap Expectation Gap Terkait Dengan Independensi, Kompetensi Profesional, dan Pengawasan Pada Inspektorat Kota Balikpapan”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena uraian diatas mengenai kapabilitas sebagian besar auditor internal pemerintah di Indonesia masih pada level satu atau ‘initial’ dan persepsi negatif yang sering ditujukan terhadap fungsi audit internal dari Auditee, ini masih perlu membutuhkan banyak perbaikan dibeberapa sektor, terutama auditor internal Inspektorat Kota Balikpapan yang masih membutuhkan perbaikan-perbaikan dalam meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam menjalankan tugasnya dengan cara mempertahankan independensi, meningkatkan kompetensi auditor internal dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang diharapkan Kota Balikpapan. Khususnya melalui penelitian-penelitian yang masih kurang mendapat perhatian di bidang sektor publik baik dikalangan akademisi maupun kalangan profesional mengenai expectation gap auditor internal dengan auditee.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah yang diteliti selanjutnya dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat expectation gap auditor internal dan auditee terkait dengan independensi auditor internal?
2. Apakah terdapat expectation gap auditor internal dan auditee terkait dengan kompetensi profesional auditor internal?
3. Apakah terdapat expectation gap auditor internal dan auditee terkait dengan pengawasan dari sisi proses yang dilakukan auditor internal?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, sehingga tujuan penelitian adalah sebagai berikut
1. Untuk menguji secara empiris expectation gap auditor internal dan auditee terkait dengan independensi auditor internal.
2. Untuk menguji secara empiris expectation gap auditor internal dan auditee terkait dengan kompetensi profesional auditor internal.
3. Untuk menguji secara empiris expectation gap auditor internal dan auditee terkait dengan pengawasan dari sisi proses yang dilakukan auditor internal.
1.5. Motivasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan kontribusi dalam penelitian mengenai expectation gap dilingkungan sektor publik yang masih kurang terhadap perilaku auditor internal terhadap auditee serta memberikan informasi dan referensi expectation gap mengenai isu independensi, kompetensi profesional, pengawasan sehingga dapat dilakukanya upaya-upaya perbaikan kedepannya.
1.6. Kontribusi Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Pemerintah Kota Balikpapan, hasil peneltian ini diharapkan memberikan informasi secara empiris dan referensi bagi Pemerintah Kota Balikpapan mengenai expectation gap yang terjadi antara auditor dan auditee di Pemerintahan Kota Balikpapan.
2. Inspektorat, hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi Inspektorat Kota Balikpapan sebagai auditor internal mengenai harapan auditee tentang pelaksanaan audit sehingga berjalan dengan optimal.
3. Penulis, untuk memperoleh gambaran secara langsung bagaimana teori-teori expectation gap dan apa yang menyebabkan gap tersebut dilingkungan pemerintah atas peran dan fungsi audit internal dalam praktek dunia pemerintahan sehingga dapat menambah pengetahuan dan cakrawala pemikiran penulis.
4. Bagi pihak-pihak lain terutama rekan-rekan mahasiswa diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi ilmu akuntansi, khususnya sebagai bahan referensi dan pembanding bagi mereka yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut dibidang ini, sehingga penelitian-penelitian selanjutnya di masa yang akan datang tentunya menjadi lebih baik dan reliable.
1.7. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun secara sistematis agar diperoleh suatu bentuk pembahasan yang terstruktur. Adapaun sistematika penelitian disusun sebagai berikut:
Bab 1 : Pendahuluan
Bagian ini akan diuraikan rencana penelitian yang dijabarkan ke dalam latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan
Bab 2 : Tinjauan Literatur
Bagian ini akan membahas mengenai teori-teori utama yang digunakan, mengenai expectation gap, independensi, kompetensi profesional dan pengawasan serta mengenai penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis dan kerangka pemikiran teoritis.
Bab 3 : Metode Penelitian
Bagian ini menguraikan mengenai metode penelitian yang menguraikan jenis sumber data, penetapan populasi dan teknik pengambilan sample, pendefinisian dan pengukuran variabel penelitian, metode dalam pengumpulan dan teknik analisis
Bab 4 : Hasil Analisis dan Pembahasan
Bagian ini berisi hasil dari pengelolaan data dengan menggunakan metode penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan menginterprestasikan hasil yang diperoleh tersebut.
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Bagian ini berisi kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan saran-saran bagi pihak terkait.