• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PENGARUH PENDANAAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PENGARUH PENDANAAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA OLEH:"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PENDANAAN MODAL KERJA TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI YANG

TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH:

RICARDO SIJABAT 090502153

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2013

(2)

ABSTRAK

Pengaruh Pendanaan Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh pendanaan modal kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic product and service solution) versi 16,0. Jumlah populasi 10 (sepuluh) perusahaan sektor aneka Industri di Bursa Efek indonesia. Metode pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak variabel dana jangka panjang dan variabel hutang lancar berpengaruh terhadap laba usaha perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial dana jangka panjang dan hutang lancar berpengaruh signifikan terhadap laba usaha perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.

Nilai Koefisien determinasi (R

2

) sebesar 93,4% yang berarti kemampuan menjelaskan pengaruh variabel dana jangka panjang dan hutang lancar terhadap laba usaha perusahaan Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya yang tidak diteliti.

Kata kunci : Dana Jangka Panjang, Hutang lancar dan Laba Usaha.

(3)

ABSTRACT

Effect of Working Capital Financing for Corporate Financial Performance Industry Sector in Indonesia Stock Exchange

The research goal is to identify and analyze the effect of working capital financing to the company's financial performance Various Industrial Sectors in Indonesia Stock Exchange.

The research was conducted by using SPSS ( Statistic product and service solutions ) version 16.0 . Total population of 10 ( ten ) firms in the various sectors of Industry Indonesia Stock Exchange . Methods of data collection using the study documentation . Methods of data analysis using descriptive analysis and multiple linear regression analysis . The results showed that the variables simultaneously long-term funds and variable current liabilities affect the company's operating profit Industry Sector in Indonesia Stock Exchange . Partially fund the long-term and current liabilities significantly influence the company's operating profit Industry Sector in Indonesia Stock Exchange .

Value of coefficient of determination ( R2) is 93.4%, which means the ability to explain the effect of long-term funds and variable current debt to operating profit Industry Sector companies listed in Indonesia Stock Exchange, while the rest is influenced by the other independent variables were not examined.

Keywords : Long-Term Funds , Debt and Operating Profit.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

“Pengaruh Pendanaan Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”

Begitu banyak bimbingan, saran, motivasi dan doa yang penulis terima dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda M. Sijabat dan Ibunda B. Butar-Butar untuk segala doa, kasih sayang dan pengorbanannya yang selalu mendukung penulis.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof.Dr.Azhar Maksum, SE., M.Ec.Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si., selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah

bersediamemberikan waktu, saran, tenaga untuk membantu penulis didalam

penyempurnaan skripsi ini.

(5)

6. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku dosen pembaca yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam penulisan skripsi ini.

7. Ayahanda M.Sijabat, Ibunda B.Butar-butar S.pd serta kakanda Bukti Hartono S.E. dan Junardo Sijabat S.T., adinda Bonar Sijabat, Zippo Benediktus Sijabat yang banyak memberikan dukungan sehingga Skripsi ini terselesaikan dengan baik.

8 . Teman-teman saya Surya Jaya, Syahril Huda, Adinatan Chen, Harry Pranata Hidup five Pardosi, Ahdian Nasyar, Posman Kennedy, Rico, Clara Angraeni, Yulia Simbolon, Rosianna teman-teman manajemen 2009 dan temen-temen di keuangan yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dan memberikan semangat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.

Semoga bentuk bantuan yang telah diberikan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Medan, 7 Oktober 2013 Penulis,

Ricardo Sijabat

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... . 1

1.1 Latar Belakang ... . 1

1.2 Perumusan Masalah ... . 9

1.3 Tujuan Penelitian ... .. 9

1.4 Manfaat Penelitian ... .. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Modal Kerja ... 10

2.1.1 Pengertian Modal Kerja ... 10

2.1.2 Jenis-Jenis Modal Kerja ... 12

2.1.3 Kebijakan Modal Kerja ... 13

2.1.4 Manajemen Modal Kerja ... 14

2.2 Pendanaan Modal Kerja ... . 15

2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan ... ... 17

2.4 Pengaruh Modal Kerja terhadap Kinerja Keuangan... 19

2.5 Penelitian Terdahulu ... 21

(7)

2.6 Kerangka Konseptual ... 22

2.7 Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Jenis Penelitian ... 25

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3.3 Batasan Operasional ... 26

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 26

3.5 Skala Pengukuran ... 27

3.6 Populasi dan Sampel ... 28

3.7 Jenis Data dan Sumber Data ... 29

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.9 Metode analisis ... 30

3.10 Pengujian Hipotesis ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 38

4.2 Hasil Penelitian ... 43

4.4 Pengujian Asumsi Klasik ... 44

4.4.1 Uji Normalitas ... 44

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 45

4.4.3 Uji Autokorelasi ... 48

4.4.4 Uji Multikolinearitas ... 4.4.5 Koefisien Regresi ... 51

4.5 Hasil Regresi Linear Berganda...53

4.6 Pengujian Hipotesis ... 54

4.6.1 Uji Serempak (Uji-f) ... 54

(8)

4.6.2 Uji parsial (Uji- t) ... 55

4.7 Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 61

5.1 Kesimpulan ... 61

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 64

(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1. Data Rata-Rata dan Laba Bersih Perusahaan Sektor Aneka Industri

Tahun 2007 –2011... 7

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian...28

Tabel 3.2 Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel…... 29

Tabel 3.3 Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Perusahaan ... 30

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 44

Tabel 4.2 Kolmogorov Smirnov Data Perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia ... 47

Tabel 4.3 Heteroskedastisitas Uji Glejser... 48

Tabel 4.4 Perbaikan Heteroskedastisitas... 50

Tabel 4.5 Kriteria Pengambilan Keputusaan Uji Autokorelasi ... 51

Tabel 4.6 Autokorelasi ... 51

Tabel 4.7 Autokorelasi Runs Test ... 52

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil dan Pengolaan Data... 53

Tabel 4.9 Uji-F Anova ... 54

Tabel 4.10 Uji-t Secara Parsial ... 55

Tabel 4.11 Koefisien Determinasi ... 53

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual...…...23

Gambar 4.1 Grafik Histogram Laba Bersih Perusahaan Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia ...45 Gambar 4.2 Grafik Normal Plot Data Perusahaan aneka Industi Di BEI...47 Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Perusahaaan Aneka Industri di Bursa Efek

Indonesia ...48

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Keberadaan modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan untuk menunjang seluruh kegiatan perusahaan. Hal ini disebabkan karena modal kerja yang dibutuhkan perusahaan sangat menentukan kontuinitas usahanya. Modal kerja yang dikeluarkan untuk operasional perusahaan tersebut diharapkan dapat kembali atau dapat menghasilkan laba pada perusahaan dalam jangka waktu dekat melalui hasil penjualan barang/hasil produksinya. Adapun elemen-elemen pembentuk modal kerja adalah meliputi kas, surat berharga yang dapat diperjual belikan, piutang dan persediaan. Dengan adanya efisiensi dan efektifitas modal kerja maka diharapkan perusahaan dapat meningkatkan laba usaha, karena semakin cepat perputaran modal kerja maka semakin cepat pula modal kerja menjadi kas.

Pendanaan modal kerja sangat penting dalam kelangsungan hidup suatu perusahaan agar perusahaan dapat dipertahankan, pertumbuhan atau ekspansi dapat dilakukan dan selanjutnya prestise dari perusahaan dapat ditingkatkan.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan pendanaan yang tepat. Kelebihan modal kerja menunjukan adanya dana yang tidak produktif sehingga kesempatan memperoleh laba yang lebih besar jadi terhambat.

Sedangkan kekurangan modal kerja akan menghambat kelancaran operasional

perusahaan karena tidak tersedianya dana yang dibutuhkan dengan segera.

(12)

Setiap perusahaan memerlukan dana dalam kegiatan operasionalnya. Dana yang digunakan untuk melangsungkan kegiatan operasional sehari-hari suatu perusahaan disebut modal kerja. Modal kerja merupakan total investasi perusahaan dalam aset lancar atau aset yang diharapkan bisa diubah menjadi kas dalam setahun atau kurang yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, membayar hutang dan lain-lain (Riyanto, 2008:57). Oleh sebab itu, modal kerja harus dikelola dengan baik agar kegiatan usaha dapat berjalan dengan lancar. Adanya modal kerja yang cukup serta digunakan secara efektif untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari, maka perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.

Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi laporan laba rugi dan neraca perusahaan tersebut. Laba yang diperoleh suatu perusahaan dapat dipakai sebagai dasar penilaian kinerja keuangan perusahaan. Kinerja suatu perusahaan merupakan suatu hasil keputusan yang dibuat oleh manajemen.

Kedudukan manajemen keuangan dalam perusahaan merupakan pelaksana dari

fungsi keuangan perusahaan. Manajemen keuangan adalah alat bagi manajemen

dalam membuat membuat perencanaan, tindakan, pengelolaan, dan pengendalian

keuangan perusahaan yang dapat dikelola secara efisien untuk mencapai tujuan

perusahaan secara menyeluruh.

(13)

Hutang merupakan modal yang berasal dari luar perusahaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan perusahaan dimana saatnya harus dikembalikan (Brigham, 2009:101). Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan dapat dipenuhi melalui dua bentuk yaitu modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Modal jangka pendek pada umumnya merupakan hutang lancar seperti utang dagang dan utang surat-surat berharga. Modal jangka panjang merupakan sumber pendanaan yang terdiri dari hutang jangka panjang dan modal sendiri.

Penentuan sumber pendanaan ini ditetapkan melalui kebijakan modal kerja yang ditentukan oleh perusahaan tersebut.

Kebijakan modal kerja yang diterapkan suatu perusahaan melibatkan dana yang digunakan perusahaan tersebut dalam mendanai modal kerja. Penentuan pendanaan harus mempertimbangkan profitabilitas dan risiko. Pendanaan melalui hutang lancar mengakibatkan risiko yang dimiliki perusahaan semakin besar diakibatkan semakin pendeknya jadwal jatuh tempo pembayaran atas hutang tersebut dan biaya bunga yang berfluktuasi tetapi di lain sisi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan semakin tinggi karena biaya pendanaan yang cenderung rendah dan perputaran aktiva lancar yang tinggi (Van Horne, 2005:317).

Asumsi- asumsi profitabilitas ini menyarankan perusahaan untuk

mempertahankan aktiva lancar pada tingkat yang rendah dan sebaliknya, proporsi

hutang jangka pendek yang tinggi terhadap total hutang. Strategi ini akan

menghasilkan modal kerja bersih yang rendah tetapi di lain sisi akan terjadi

peningkatan risiko perusahaan.

(14)

Modal kerja bersih perusahaan yang merupakan perbedaan antara aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan pada waktu tertentu memberikan rangkuman ukuran keputusan pembiayaan jangka pendek yang sangat berguna (Keown, 2010:240). Jika modal kerja bersih perusahaan berkurang, keuntungan perusahaan cenderung naik. Akan tetapi kenaikan keuntungan ini justru membuat risiko likuiditas meningkat. Risiko likuditas yang meningkat mengakibatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya semakin rendah.

Pendanaan melalui hutang jangka panjang membuat pendanaan perusahaan semakin mahal karena semakin lama jadwal jatuh tempo pembayaran hutang perusahaan yang mengakibatkan perusahaan akan membayar biaya bunga yang semakin tinggi dalam jangka waktu yang panjang sehingga mempengaharui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Oleh karena itu, keputusan pihak menajemen atas komposisi waktu jatuh tempo hutang perusahaan akan menentukan bagian modal kerja yang didanai oleh hutang lancar dan hutang jangka panjang.Modal kerja yang telah dikeluarkan tersebut diharapkan dapat masuk kembali dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui penjualan produksinya. Uang yang masuk dari hasil pejualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan selanjutnya.

Dengan demikian perusahaan dalam hal ini manajemen harus dapat

memperkirakan kebutuhan modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai

terjadi keadaan dimana modal kerjanya banyak yang menganggur, atau sebaliknya

dimana keadaan modal kerja yang tersedia lebih kecil daripada modal kerja yang

dibutuhkan sehingga akan mengakibatkan terganggunya operasional perusahaan.

(15)

Penentuan pendanaan atas modal kerja yang digunakan perusahaan mempunyai efek yang langsung terhadap kinerja perusahaan (Keown, 2010:240).

Oleh Sebab itu, Perusahaan harus memperkirakan modal kerjanya. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi keadaan dimana modal kerja yang tersedia lebih besar daripada yang dibutuhkan sehingga akan mengakibatkan terganggunya kelancaran operasi perusahaan. Pendanaan modal kerja yang dilakukan dengan hutang sangat perlu dikelola dengan baik karena akan berdampak pada tingkat laba perusahaan dan menentukan tingkat risiko keuangan perusahaan.

Selanjutnya dalam penelitian ini, peneliti memilih perusahaan pada sektor aneka industri untuk diteliti. Peneliti memilih sektor aneka industri karena sektor aneka industri terdiri dari berbagai industri yang berbeda, dan menghasilkan produk yang berbeda pula, yaitu produk otomotif dan komponennya, produk tekstil dan garmen, produk industri alas kaki, kabel dan produk elektronik.

Perbedaan produk yang dihasilkan akan menyebabkan tren penjualan yang

berbeda, namun terdapat kesamaaan bahwa perusahaan pada sektor aneka industri

sangat terpengaruh oleh kondisi perekonomian, karena produk yang dihasilkan

berupa barang yang umur pemakaiannya dapat bertahan lama, misalnya

kendaraan, produk tekstil, alas kaki, dan produk elektronik.

(16)

Sedangkan pada masa kesulitan ekonomi, biasanya pelanggan menunda pembeliannya, karena masih dapat menggunakan barang yang lama sebagai pengganti, dengan demikian, tidak selamanya proses produksi dan penjualan pada sektor ini dapat menghasilkan return yang stabil, sehingga dibutuhkan estimasi- estimasi yang tepat dalam keputuasn investasi dan pendanaan.

Selanjutnya, berkaitan dengan kinerja keuangan, sektor aneka industri dalam dua tahun terahir (2010-2011) menunjukkan perkembangan yang baik.

Berdasarkan informasi yang diberitakan oleh Indonesia Finance Today melalui situs www.indonesiafinancetoday.com bahwa indeks sektor Aneka Industri mengalami pertumbuhan 12,34% pada tahun 2011, tertinggi dari seluruh sektor.

Pertumbuhan sektor aneka industri terutama terjadi pada subsektor otomotif dan komponennya dan subsektor tekstil dan garmen. Perkembangan positif industri otomotif pada 2011 ini didukung tingkat inflasi yang terkendali sehingga suku bunga kredit tetap stabil bahkan cenderung turun. Hal ini menyebabkan peningkatan pada penjualan kendaraan bermotor di Indonesia, sehingga menguntungkan bagi industri otomotif.

Peningkatan kinerja keuangan perusahaan sektor aneka industri yang

dimotori oleh perkembangan industri otomotif dan komponennya dan industri

kecil dan garmen menunjukkan bahwa kinerja keuangan sektor aneka industri

membaik seiring membaiknya kondisi perekonomian.

(17)

Tabel 1.1

Data Rata-Rata Aktiva Lancar, Hutang Lancar dan Dana Jangka Panjang,Total Utang serta Laba Bersih Pada Perusahaan Sektor Aneka

Industri Tahun 2007-2011 (Dalam Jutaan Rupiah) Periode Aktiva

Lancar

Hutang Lancar

Dana Jangka Panjang

Laba Usaha 2007 9.125.553 3.857.865 4.690.219 1.514.326 2008 9.638.317 6.589.317 3.871.822 1.699.592 2009 9.613.374 5.763.909 3.980.783 1.822.058 2010 11.095.642 6.797.521 4.461.921 2.359.128 2011 12.879.103 7.820.599 5.058.504 2.611.553 Sumber: www.idx.co.id (data diolah)

Dari data pada Tabel 1.1 menjelaskan bahwa pada periode 2007 hingga 2011 aktiva lancar mengalami peningkatan setiap tahun diikuti dengan peningkatan laba usaha perusahaan, kecuali periode tahun 2009 laba usaha mengalami penurunan. Penurunan laba usaha pada tahun 2009 diakibatkan oleh krisis ekonomi dunia yang berimbas pada seluruh sektor perusahaan di Indonesia.

Laba usaha perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahun menggambarkan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba semakin meningkat sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan perusahaan semakin meningkat setiap tahun.

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 proporsi hutang lancar

terhadap total hutangnya untuk mendanai modal kerja lebih kecil. Hal ini

bertentangan dengan teori profitabilitas yaitu semakin besar proporsi hutang

jangka pendek dibandingkan dengan total utangnya dalam mendanai modal kerja

maka semakin tinggi profitabilitas perusahaan (Van Horne, 2005:309).

(18)

Semakin besar jumlah hutang lancar yang digunakan untuk mendanai modal kerja maka akan semakin agresif kebijakan modal kerja perusahaan (Van Horne, 2005:319). Oleh karena itu risiko yang akan dimiliki perusahaan semakin tinggi tetapi di sisi lain apabila perusahaan memiliki manajemen modal kerja yang baik maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan semakin tinggi.

Modal kerja yang dapat didefinisikan sebagai aktiva lancar (Van Horne, 2005:313) mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan aktiva lancar perusahaan tentunya akan meningkatkan likuiditas perusahaan. Tingkat likuiditas yang tinggi mengakibatkan semakin banyaknya modal yang tertanam berupa kas yang menganggur, piutang tak tertagih, persediaan yang tidak efisien di dalam perusahaan sehingga laba yang diperoleh perusahaan semakin rendah. Menurut Van Horne (2005:372) hal ini diakibatkan oleh biaya- biaya investasi yang berlebihan dan tidak optimum seperti biaya atas piutang tak tertagih ataupun biaya pemeliharaan atas persediaan yang terlalu besar jumlahnya, hal ini akan menurunkan profitabilitas perusahaan. Peningkatan likuiditas biasanya dibayar dengan penurunan profitabilitas (Van Horne, 2005:313).

Dengan demikian masalah modal kerja dengan kinerja keuangan

perusahaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, Karena modal kerja

dipergunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan operasi

sedangkan laporan kinerja keuangan digunakan untuk menilai keberhasilan

operasi perusahaan dan kinerja keuangan juga digunakan untuk menunjukkan

efektifitas dan effisiensi suatu organisasi untuk mencapai tujuannya.

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang, maka dirumuskan masalah bagaimana pengaruh pendanaan modal kerja terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pendanaan modal kerja terhadap kinerja keuangan pada perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Manfaat Penelitan

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan rekomendasi dan informasi bagi praktisi bisnis tentang pentingnya pendanaan modal kerja bagi perusahaan, sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan keuangan di masa mendatang.

2. Memberikan informasi dan pengetahuan yang dapat digunakan civitas akademika Universitas Sumatera Utara sehingga dapat menghasilkan wawasan ilmiah baru.

3. Memberikan kontribusi yang besar bagi pemikiran penulis untuk memperluas cakrawala befikir ilmiah dalam bidang keuangan khususnya modal kerja.

4. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi peneliti yang lain

dalam melakukan penelitian dengan masalah yang sama yang berkaitan

dengan penelitian .

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Modal Kerja

2. 1.1 Pengertian Modal kerja

Modal kerja adalah sejumlah dana yang berasal dari keseluruhan aktiva jangka pendek yang dipergunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari, misalnya untuk membeli barang dagangan, membayar utang dan lain-lain.

Sudjana dan Barlian (2002 : 155) memberikan pandangan tentang pengertian modal kerja sebagai berikut, modal kerja adalah aktiva lancar yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari suatu bentuk ke bentuk lainnya dalam melaksanakan suatu usaha, atau modal kerja adalah kas/bank, surat surat berharga yang mudah diuangkan(misalnya giro, cek, deposito), piutang dagang , dan pesediaan yang tingkat perputarannya tidal lebih dari satu tahun atau jangka operasional normal perusahaan.

Weston dan Coopeland ( 1999 : 327 ) memberi pengertian tentang modal

kerja bersih sebagai berikut. Modal kerja didefenisikan sebagai aktiva lancar yang

dikurangi dengan kewajiban lancar. Jadi modal kerja merupakan investasi

perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang, dan persediaan

dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aktiva

lancar.

(21)

Van Horne (2005:308) mengemukakan bahwa modal kerja mengandung dua pengertian yaitu gross working capital dan net working capital. Berkaitan dengan modal kerja ini dapat dikemukan beberapa konsep, yaitu:

1. Konsep Kuantitatif

Modal kerja menurut konsep kuantitatif didasarkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, sekali berputar akan kembali ke bentuk semula dalam waktu yang tidak terlalu lama. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

Umumnya elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang dan persediaan.

2. Konsep Kualitatif

Modal kerja menurut konsep kualitatif adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa menggunakan likuiditasnya, yaitu merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancarnya. Modal kerja dalam pegertian ini sering disebut modal kerja bersih (net working capital).

3. Konsep Fungsional

Modal kerja menurut konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana

dalam menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam periode

akuntansi tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan pada

periode tersebut dan ada sebagian dana lainnya digunakan selama periode

tersebut.

(22)

2.1.2 Jenis-Jenis Modal kerja

Modal kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut, (Van Horne, 2005:315) : 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja ini dapat dibedakan atas modal kerja primer yaitu jumlah modal kerja minimum yang haris ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya dan modal kerja normal yaitu modal kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sesuai kapasitas produksi normal secara dinamis.

2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini dibedakan atas:

1. Modal Kerja Musiman (SeasonalWorking Capital)

Modal kerja musiman yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

2. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)

Modal kerja siklis yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi konjungtur.

3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena

adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya.

(23)

2.1.3 Kebijakan Modal Kerja

Penentuan kebijakan modal kerja dalam perusahaan sangat penting terutama dalam penentuan proporsi aktiva lancar yang dibiayai oleh sumber dana jangka pendek dan dana jangka panjang. Menurut Van Horne ada 3 (tiga) kebijakan yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu:

1. Kebijakan Modal Kerja Moderat

Kebijakan modak kerja moderat yaitu kebijakan untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap dan aktiva lancar permanen menggunakan sumber dana jangka panjang, baik dari hutang jangka panjang maupun modal sendiri.

2. Kebijakan Modal Kerja Konservatif

Kebijakan modal kerja konservatif yaitu kebijakan untuk membiayai kebutuhan aktva tetap dan aktiva lancar permanen serta aktiva lancar yang berfluktuasi dengan menggunakan sumber dana hutang jangka panjang atau modal sendiri.

3. Kebijakan Modal Kerja Agresif

Kebijakan modal kerja agresif yaitu kebijakan untuk membiayai aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan sumber dana dari hutang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar permanen lainnya dan aktiva lancar variabel dengan hutang jangka pendek.

(24)

2.1.4 Manajemen Modal Kerja

Modal kerja sangat menentukan posisi likuiditas perusahaan yang merupakan persyaratan menuju keberhasilan perusahaan. Oleh sebab itu, pengelolaan modal kerja yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu perusahaan yang merupakan persyaratan menuju keberhasilan perusahaan.

Menurut Sudjana dan Barlian (2003 : 155 ) manajemen modal kerja pada dasarnya sangat penting karena penelitian diketahui bahwa sebagian besar waktu manager keuangan digunakan untuk mengatur modal kerja. Bagi banyak perusahaan, aktiva lancar dan hutang lancar merupakan bagian investasi yang terbesar. Aktiva lancar dan hutang lancar merupakan pos yang cepat berubah. Investasi dalam aktiva lancar tetap bisa dikurangi misalnya dengan menyewa, tetapi Investasi dalam kas dan persediaan seringkali tidak mungkin dihindarkan .

Ketiga alasan tersebut memberi kita pemahaman bahwa tugas utama seorang manager keuangan adalah menentukan modal kerja yang optimal, yaitu menjaga supaya besarnya modal kerja tersedia dalam jumlah yang tepat setiap saat, tidak berlebihan dari semestinya. Modal yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat membawa perusahaan ke berbagai masalah yang apabila tidak diatasi dengan baik akan menyebabkan kegagalan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

(25)

2.2 Pendanaan Modal Kerja

Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Secara umum, dana yang dibutuhkan tersebut dapat diperoleh dari dalam perusahaan maupun luar perusahaan. Keadaan perusahaan akan sangat ideal apabila perusahaan menggunakan dana intern untuk melakukan pendanaan pada modal kerja. Namun dalam kenyataannya perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk memenuhi kebutuhana modal kerja sehingga dana intern yang dimiliki perusahaan tidak cukup untuk membiayai pendanaan tersebut. Oleh karena itu, dalam setiap rencana pendanaan manajer keuangan harus mencari sumber dana dari luar perusahaan untuk dapat menambah aktiva yang diperlukan dalam rangka mewujudkan pencapaian target perusahaan.

Menurut Syahyunan (2004:124) ada beberapa pengklasifikasikan dana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, yaitu:

1. Menurut Jangka Waktu

Dana menurut jangka waktunya terdiri dari dana jangka pendek dan dana

jangka panjang. Dana jangka pendek dapat berupa pendanaan spontan yang

merupakan sumber dana yang ikut berubah apabila aktivitas perusahaan

berubah dan pendanaan tidak spontan yang merupakan sumber dana yang

memerlukan negosiasi dan melakukan perjanjian formal untuk

memperolehnya. Sedangkan dana jangka panjang dapat bersal dari saham

biasa, saham preferen, obligasi, kredit investasi dan hipotek yang dimiliki

oleh perusahaan.

(26)

2. Menurut Sumber

Sumber dana bagi perusahaan terdiri dari sumber dana dari dalam perusahaan dan sumber dana dari luar perusahaan. Sumber dana dari dalam perusahaan berasal dari hasil operasi berupa laba yang ditahan sedangkan sumber dana dari luar perusahaan dapat berupa modal sendiri atau dalam bentuk saham.

3. Menurut kepemilikan

Sumber dana menurut kepemilikannya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu modal sendiri dan utang. Modal sendiri merupakan dana jangka panjang dari pemilik perusahaaan dan diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan utang merupakan modal pinjaman yang diperoleh perusahaan.

Dalam penelitian ini pendanaan modal kerja yang digunakan difokuskan

pada sumber dana berupa hutang lancar dan dana jangka panjang. Menurut Stice

(2004:142) hutang lancar adalah kewajiban yang diharapkan akan dibayar dengan

menggunakan aktiva lancar atau dengan menciptakan kebijakan jangka pendek

lain. Secara umum kewajiban lancar diharapkan dapat dibayar dalam waktu 12

bulan atau kurang dari 12 bulan. Dana jangka panjang merupakan sumber

pendanaan yang memiliki jatuh tempo dalam waktu satu siklus operasi atau lebih

dari satu siklus operasi. Dana jangka panjang terdiri atas hutang jangka panjang

dan modal sendiri perusahaan.

(27)

2.3 Kinerja Keuangan Perusahaan

Kinerja keuangan Perusahaan adalah hasil dari keputusan individual yang dibuat oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja keuangan perusahaan perlu melibatkan para analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi. Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan efesiensi suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Efektifitas apabila manajemen memiliki kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau salah satu alat yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan efisiensi diartikan sebagai ratio (perbandingan) antara masukan dan keluaran, yaitu dengan jumlah masukan tetentu memperoleh jumlah keluaran yang optimal.

Kinerja keuangan sebagai salah satu aspek penting dalam perusahaan memiliki sejumlah elemen yang harus mendapat penilaian dan perhatian khusus.

Menurut Munawir (2002:31) tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan adalah:

1. Mengetahui tingkat likuiditas.

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangan perusahaan yang harus segera diselesaikan pada saat

ditagih.Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya pada saat ditagih

berarti perusahaan tersebut berada dalam likuid. Sebaliknya, apabila

perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya pada saat ditagih berarti

perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan unlikuid.

(28)

2. Mengetahui tingkat solvabilitas

Solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan itu dilikuidasi, baik keuangan jangka pendek atau jangka panjang.

3. Mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas

Rentabilitas atau sering juga disebut profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selam periode tertentu. Rentabilitas suatau perusahaan dapat diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemempuan perusahaan dalm menggunkan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahan dapat diketahi dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam satu periode dengan jumlah modal perusahaan.

4. Mengetahui tingkat stabilitas

Menunjukkan kemampuan perusaan melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur degnan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya serta membayar beban bunga atas hutangnnya tetap pada waktunya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja

keuangan perusahaan memberikan penilaiaan atas pengelolaan aset dan dana

yang diinvestasikan dala aset tersebut. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan

dituntut untuk melakukan evaluasi atas kinerja keuangannya.

(29)

2.4 Pengaruh Modal Kerja terhadap kinerja keuangan

Pengaruh Modal kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan tercermin dalam hubungan antar modal kerja dengan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dikemukakan oleh Sutoro (2000 : 214) menurutnya modal kerja sangat berpengaruh penting dalam kinerja keuangan perusahaan. Salah satu hal penting aktiva lancar dari perusahaa jumlahnya lebih dari setengah jumlah aktiva.

Untuk perusahaan distribusi jumlahnya lebih besar lagi. Untuk menjalankan perusahaan secara efesien, piutang dan persediaan harus dimonitor dan dikendalikan secara seksama. Hal ini sangatlah penting bagi perusahaan yang sedang berkembang, karena investasi pada kedua aktiva ini cepat sekali berubah dan sulit dikendalikan. Kelebihan jumlah aktiva lancar dapat berakibat pada realisasi pengembalian investasi. Namun perusahaan dengan aktiva lancar yang lebih sedikit dapat menimbulkan kekurangan dan kesulitan dalam pelaksanaan operasionalnya. Modal kerja mendasari dua keputusan penting perusahaan, yaitu Tingkat optimal dari investasi pada aktiva lancar dan perpaduan yang sesuai antara pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Keputusan – keputusan tersebut mempengaruhi hasi- hasil yang diharapkan yaitu laba.

Menurut Sartono (2007 : 76) menyatakan hubungan modal kerja dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba, dan konsep yang mendasari manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut persoalan dasar perusahaan, yaitu sebagai berikut :

a. Tingkat optimal dari investasi pada aktiva lancar.

(30)

b. Perpaduan yang sesuai antara pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi pada kativa lancar.

Dengan demikian perusahaan dalam hal ini manajemen harus dapat memperkirakan kebutuhan modal kerja. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi keadaan dimana modal kerjanya banyak yang menganggur, atau sebaliknya dimana keadaan modal kerja yang tersedia lebih kecil daripada modal kerja yang dibutuhkan sehingga akan mengakibatkan terganggunya operasional perusahaan.

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan sangat menentukan kontuinitas usahanya. Kelebihan atau kekurangan modal kerja akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Kelebihan modal kerja menunjukkan adanya dana yang tidak produktif sehingga kesempatan memperoleh memperoleh laba yang lebih besar jadi terhambat. Sedangkan kekurangan modal kerja akan menghambat kelancaran operasional perusahaan karena tidak tersdianya dana yang dibutuhkan dengan segera. Adanya modal kerja yang cukup serta digunakan secara efektif untuk menjalankan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari maka perusahaan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dengan demikian masalah modal kerja dengan kinerja keuangan

perusahaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, Karena modal kerja

dipergunakan oleh perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan operasi

sedangkan laporan kinerja keuangan digunakan untuk menilai keberhasilan

operasi perusahaan dan kinerja keuangan juga digunakan untuk menunjukkan

efektifitas dan efisiensi suatu organisasi .

(31)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian Theresia (2007), mengenai pengaruh hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap laba usaha pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap laba usaha di perusahaan Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia. penelitian ini menggunakan perhitungan melalui aplikasi komputer SPSS 16.00 dengan tingkat signifikan (α) = 5%. Kesimpulan yang dihasilkan melalui uji F adalah hutang lancar dan hutang jangka panjang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laba usaha. Pengujian secara parsial (uji t), hutang lancar dan hutang jangka panjang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laba usaha.

Penelitian Darminto (2006), mengenai Pengaruh investasi aktiva, Pendanaan dan pengelolaan Aktiva terhadap kinerja keuangan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). 1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel investasi aktiva dengan tingkat signifikan (α) = 1%

berpengaruh terhadap kinerja keuangan. 2) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendanaan dengan tingkat signifikan (α) = 1% berpengaruh terhadap kinerja keuangan. 3) Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengelolaan aktiva dengan tingkat signifikan (α) = 1% berpengaruh terhadap kinerja keuangan.

Ini beberarti bahwa variabel invetasi akriva, variabel pendanaan dan variabel

pengelolaan aktiva secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja

keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

(32)

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual atau kerangka berfikir adalah “sintesa tentang hubungan variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.Berdasarkan teori-teori yang teah dideskripsikan trsebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sitesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti” (Sugiyono, 2006 : 49). Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disusun suatu kerangka konseptual tentang bagaimana hubungan antara variabel bebas yaitu hutang lancar dan dana jangka panjang dengan variabel terikat yaitu kinerja keuangan.

Sumber dana yang digunakan untuk membiayai modal kerja perusahaan berasal dari dalam dan luar perusahaan. Sumber dana dari dalam perusahaan berasal dari hasil operasi berupa laba yang ditahan sedangkan sumber dana dari luar perusahaan dapat dana jangka pendek dan dana jangka panjang

Hutang lancar adalah sumber pendanaan dari luar perusahaan berupa kewajiban yang diharapkan akan dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau dengan menciptakan kebijakan jangka pendek lain. Semakin besar proporsi hutang jangka pendek mendanai aktiva lancar dibandingkan dengan total hutangnya maka profitabilitas perusahaan semakin tinggi (Van Horne, 2005:309).

Peningkatan laba tersebut diakibatkan semakin pendeknya jadwal jatuh tempo

sehingga tingkat bunga semakin kecil tetapi di sisi lain semakin besar risiko

perusahaan.

(33)

Dana jangka panjang merupakan sumber pendanaan yang memiliki jangka waktu yang panjang dibandingkan dengan hutang yang lainnya. Menurut Van Horne (2005:318) semakin tinggi garis pendanaan jangka panjang, semakin konservatif kebijakan pendanaan perusahaan sehingga akan semakin tnggi biayanya. Semakin lama jadwal jatuh tempo hutang perusahaan akan semakin mahal pendanaanya dimana beban bunga yang lebih tinggi dibandingkan denga hutang jangka pendek tetapi di sisi lain resiko perusahaan untuk pembayaran semakin kecil.

Penentuan kebijakan sumber pendanaan yang digunakan perusahaan tersebut tentunya akan mempengaruhi laba yang akan diperoleh perusahaan. laba usaha merupakan laba operasi berkelanjutan yang dikombinasikan dengan jumlah biaya dalam suatu periode tertentu Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba menjadi tolak ukur perusahaan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan

Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka kerangka konseptual sebagai berikut :

Kerangka Konseptual Gambar 2.1

Kinerja keuangan

(Y) Hutang Lancar

(𝑿

𝟏

)

Dana Jangka

Panjang (𝑿

𝟐

)

(34)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, maka di hipotesiskan bahwa :

“Pendanaan modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

keuangan pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia”.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian sebab akibat (causal research) yaitu untuk menjelaskan fenomena dalam bentuk hubungan antar

variabel (Erlina, 2011:20). Pada penelitian ini pendanaan modal kerja menjadi objek yang diteliti pengaruhnya dengan kinerja keuangan pada perusahaan Perusahaan Sektor Aneka Industri di perusahaan Sektor Aneka Industri.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitan a) Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan menggunakan situs www.idx.co.id sebagai situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).

b) Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan September 2012 sampai dengan bulan

Mei 2013.

(36)

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Laporan keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan dalam bentuk neraca dan laporan laba rugi tahunan selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2011.

b. Variabel independen (X) adalah pendanaan modal kerja yaitu berupa hutang lancar dan dana jangka panjang untuk membiayai modal kerja.

c. Variabel dependen (Y) adalah kinerja keuangan perusahaan yaitu berupa laba usaha perusahaan.

d. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Defenisi operasinal variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a). Variabel Independen (X) adalah variabel yang nilainya tidak bergantung pada variabel lain. Adapun yang menjadi variabel bebas adau independent variabel dari penelitian ini adalah :

1. Hutang Lancar (X

1

)

Hutang lancar adalah kewajiban yang diharapkan akan dibayar dengan

menggunakan aktiva lancar atau dengan menciptakan kebijakan jangka pendek

lain yang biasanya dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun.

(37)

2 Dana Jangka Panjang (X

2

)

Dana jangka panjang adalah sumber pendanaan yang memiliki jatuh tempo dalam waktu satu siklus operasi atau lebih dari satu siklus operasi. Dana jangka panjang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal sendiri perusahaan

b). Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi dan nilainya tergantung pada variabel lain. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2006). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keungan perusahaan yang diproyeksikan melalui laba usaha perusahaan.Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan perusahaan yang diproyeksikan melalui laba usaha perusahaan.

Laba usaha perusahaan adalah laba operasi berkelanjutan yang dikombinasikan dengan jumlah biaya dalam suatu periode tertentu.

3.5 Skala pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio. Dengan menggunakan laporan keuangan sebagai instrumen untuk mendapatkan data yang dibutuhkan peneliti.

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah 36 emiten perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia.

Adapun kriteria atau karakteristik dari perusahaan yang dijadikan

sebagai sampel peneltian adalah :

(38)

1. Perusahaan yang terus menerus tercatat di bursa ekfek indonesia selama periode penelitian .

2. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap selama periode penelitian.

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Berdasarkan Kriteria Seleksi Sampel

No Kriteria Sampel Jumlah

1 Perusahaan sektor aneka industri yang go public di BEI mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2011

36 2 Perusahaan yang memiliki data laporan keuangan yang

tidak lengkap selama periode 2007-2011. (26)

Jumlah Sampel Penelitian 10

Berdasarkan kriteri? maka diperoleh sampel sebanyak 10 perusahaan.

Hasil Penarikan sampel dijelaskan dalam tabel berikut : Tabel 3.3

Nama Perusahaan yang Menjadi Sampel Perusahaan

No NAMA PERUSAHAAN KODE PERUSAHAAN

1 PT Selamat Sempurna Tbk SMSM

2 PT Prima alloy Steel Universal Tbk PRASS 3 PT Multi Prima Sejahtera Tbk LPIN

4 PT Indosping Tbk INDS

5 PT Poychem Indonesia Tbk ADMG

6 PT Jembo Cable Company Tbk JECC

7 PT Gajah Tungggal Tbk GJTL

8 PT Astra Otoparts Tbk AUTO

9 PT Sumi Indo Kabel Tbk IKBI

10 PT Sat Nusapersada Tbk PTSN

Sumber: http://www.idx.co.id (Diolah)

(39)

3.7 Jenis data dan Sumber Data a). Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berupa laporan neraca dan laba rugi Perusahaan sektor aneka industri dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia, buku-buku referensi, dan literatur ilmiah yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

b). Sumber Data

Data yang dipergunakan pada penelitian ini diperoleh dari data yang ada di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 -2011.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan studi deskriptif yaitu dengan membuat

gambaran lengkap tentang keadaan obyek yang diteliti. Penelitian yang dilakukan

secara langung oleh peneliti guna mendapatkan data – data yang diperlukan,

dengan cara Studi dokumentasi yaitu melakukan pengumpulan dokumen dan

catatan perusahaan sektor aneka industri yang terkait, berupa laporan keuangan

dari perusahaan sektor aneka industri.

(40)

3.9 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik analisis yaitu analisis deskriptif dan analisis regresi.

a). Analisis Deskriptif

Teknik analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data- data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

b). Analisis Statistik

Penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh pendanaan modal kerja yang terdiri dari hutang lancar dan dana jangka pendek terhadap kinerja keuangan pada perusahaan sektor aneka industri di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2011.

Adapun persamaan regresi yang digunakan, yaitu:

Y = a + b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ e

Keterangan:

Y = Laba Usaha Perusahaan a = Konstanta

X

1

= Hutang Lancar X

2

= Dana Jangka Panjang

b

1

= Koefisien regresi variabel X

1

b

2

= Koefisien regresi variabel X

2

(41)

c). Uji Asumsi Klasik

Penelitian ini menggunakan bantuan program software SPSS 16.0 for Windows (Statistic Product & Service Solution) dalam penelitian ini. Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bisa dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun syarat Asumsi Klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas yang baik adalah bentuk distribusi normal atau mendekati normal. Jika data berdistribusi normal, titik-titik plotnya harus berada pada suatu garis lurus. Sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk seperti huruf S, maka menunjukkan bahwa data menjulur (skew). Uji ini juga dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Kolmogorv-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Hipotesisnya sebagai berikut:

H

0

= data residual berdistribusi normal H

a

= data rasidual tidak berdistribusi normal

Dengan menggunakan tingkat signifikan (𝛼) 5%. Jika nilai Asymp.Sig (2 tailed) > taraf nyata (α), maka H

0

diterima artinya data residual berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai Asymp.Sig (2 tailed)< taraf nyata (α), maka H

0

diterima artinya data residual tidak berdistribusi normal.

(42)

b . Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu diantaranya adalah mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama “kemiringan kurva” atau

“kemencengan kurva” (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

c. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoritis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linier (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung plot masih berbentuk linier, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

2. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi heteroskedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians

dari residual tidak sama untuk satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians

dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas. Salah satu uji untuk mengetahui heteroskedastisitas ini adalah

dengan melihat penyebaran dari varians residual pada diagram pencar (scatter

plot). Analisis pada gambar scatter plot yang menyatakan model regresi linear

berganda tidak terdapat heteroskedastisitas (Nugroho, 2005:63) jika:

(43)

1. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0 2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk bola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.

Uji ini juga dapat dilakukan melalui uji Glejser, yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Apabila signifikansi > dari taraf nyata 5%, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, dan begitu sebaliknya.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun yang berkaitan dengan tahun yang lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data yang time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan uji Langrange Multiplier (LM Test) atau Breusc-GodfreyTest (BG Test). Menurut Imam

(2006:98) Uji autokorelasi dengan LM Test terutama digunakan untuk sampel

besar di atas 100 observasi. Uji ini memang lebih tepat digunakan dibandingkan

uji Durbin-Watson (DW), terutama bila sampel yang digunakan relatif besar dan

derajat autokorelasi lebih.

(44)

Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi adalah dengan melihat nilai koefisien parameter untuk residual dimana probabilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5%, maka disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Selanjutnya untuk lebih memastikan tidak adanya autokorelasi pada model dilakukan uji nonparametrik yaitu dengan Run Test dengan melihat nilai signifikansi residual.

Apabila signifikansi residual di atas tingkat kepercayaan 5%, maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi dan apabila di bawah tingkat kepercayaan 5% maka terjadi autokorelasi.

4. Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara veriabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinieritas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

1. Bila VIF >5 terdapat masalah multikolinieritas 2. Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinieritas

3. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinieritas

4. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinieritas.

(45)

3.10 Pengujian Hipotesis

Model regresi yang sudah memenuhi asumsi-asumsi klasik tersebut akan digunakan untuk menganalisis, yaitu melalui pengujian hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujiannya adalah:

H

0

:b

1

=𝑏

2

=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari hutang lancar dan dana jangka panjang

H

a

: minimal satu 𝑏

𝑖

≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari hutang lancar dan dana jangka panjang

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H

0 d

iterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka H

a d

iterima, artinya ada pengaruh yang signifikan secara bersamaan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F

hitung d

an nilai F

tabel.

Dimana kriterianya, yaitu:

H

0

diterima jika F

hitung

< F

tabel

pada α = 5%

H

a

diterima jika F

hitung

> F

tabel

pada α = 5%

(46)

2. Uji Signifikansi Parsial (uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.

Bentuk pengujiannya adalah:

a). Hutang Lancar

H

0

: b

1

= 0, artinya hutang lancar tidak berpengaruh signifikan terhadap laba usaha perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.

H

0

: b

1

≠ 0, artinya hutang lancar berpengaruh signifikan terhadap laba usaha perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.

b). Dana Jangka Panjang

H

0

: b

2

= 0, artinya dana jangka panjang tidak berpengaruh yang signifikan terhadap laba usaha perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.

H

0

: b

2

≠ 0, artinya dana jangka panjang berpengaruh yang signifikan terhadap laba usaha perusahaan Sektor Aneka Industri di Bursa Efek Indonesia.

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t> 0,05 H

0

diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika sig. t< 0,05 H

a

ditolak, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai t

hitung

juga dapat dibandingkan dengan nilai t

tabel

. Kriteria pengambilan keputusannya yaitu:

Terima H

0

jika : - t

tabel

≤ t

hitung

≤ t

tabel

α = 5%

Terima H

1

jika : - t

tabel

> t

hitung

> t

tabel

α = 5%

(47)

3. Koefisien Determinasi (R

2

)

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel terikat (dependent variable) yang dipengaruhi oleh variasi variabel bebas (independent variable). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R

2

(koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas).

Apabila nilai R

2

suatu regresi (mendekati satu), maka semakin baik

regresi tersebut dan semakin mendekati nol, maka variabel independen secara

keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen.

(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Selamat Sempurna Tbk.

PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Januari 1976 dan memulai kegiatan operasi komersialnya sejak tahun 1980.

Perusahaan berkedudukan di Jakarta, dengan kantor pusat di Wisma ADR, Jalan Pluit Raya I No. 1, Jakarta Utara, sedangkan pabriknya berlokasi di Jakarta dan Tangerang.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama adalah bergerak dalam bidang industri alat-alat perlengkapan (suku cadang) dari berbagai macam alat-alat mesin pabrik dan kendaraan, dan yang sejenisnya.

2. PT Prima Alloy Steel Universal Tbk

PT Prima Alloy Steel Universal Tbk (PRAS) didirikan tanggal 20 Februari

1984 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1986. Kantor pusat

PRAS dan pabrik terletak di Jalan Muncul No. 1, Gedangan, Sidoarjo, Jawa

Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PRAS

meliputi industri rim, stabilizer dan peralatan lain dari alloy aluminium dan baja,

serta perdagangan umum untuk produk-produk tersebut.Pada tahun 1990, PRAS

memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran

Umum Perdana Saham (IPO) PRAS kepada masyarakat .

(49)

3. PT Multi Prima Sejahtera Tbk

PT Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN) didirikan tanggal 07 Januari 1982 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1987. Kantor pusat LPIN berdomisili di di Karawaci Office Park Blok M No. 39-50 Lippo Karawaci, Tangerang, sedangkan pabriknya berlokasi di Jl. Kabupaten No. 454, Desa Tlajung Udik, Kecamatan Gunung Putri, Bogor Jawa Barat.

Pada tahun 1990, LPIN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) LPIN kepada masyarakat sebanyak 1.250.000

4. PT Indospring Tbk

PT Indospring Tbk (INDS) didirikan tanggal 05 Mei 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1979. Kantor pusat INDS terletak di Jalan Mayjend Sungkono No. 10, Segoromadu, Gresik 61123, Jawa Timur.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDS bergerak

dalam bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas, yang

berupa leaf spring (pegas daun) dan coil spring (pegas spiral).Hasil dari

perusahaan ini didistribusikan hampir seluruh wilayah indonesia juga ke beberapa

negara di dunia. Pada tanggal 26 Juni 1990, INDS memperoleh pernyataan efektif

dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)

INDS kepada masyarakat.

Gambar

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Grafik Histogram Laba Usaha Perusahaan Aneka Industri di BEI
Tabel 4.9  Uji F
Tabel 4.11  Koefisien Determinasi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Nilai yang digunakan untuk melakukan pengujian adalah nilai t hitung yang diperoleh dari rumus yang sudah dijelaskan sebelumnya (dalam print out. juga

Situating polygamy issue on Madurese society, it seems that the phenomenon within this community is more cultural and phenomenological matter for its unique description in terms of;

Penata Dokumen Keuangan Pengolah Data Ketatalaksanaan Pengolah Data Barang Milik Negara Pengadministrasi Barang Milik Negara Pengelola Laman. Pengadministrasi Kerumahtanggaan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) terdapat hubungan positif antara berpikir kritis (X1) dengan

Jaringan komunikasi antara satu sel dengan yang lain menghasilkan suatu koordinasi untuk mengatur pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, dan lain-lain pada

In this case, the researcher tries to analyze about the students construct their ideas in the simply monologue text and how the overall meaning of the

Dalam menghadapi dan memeriksa sesuatu tindakan pidana (melakukan penyilidikan/penyidikan) khususnya penangkapan tidaklah semudah seperti kita membalikan telapak tangan karena dalam

Pengaruh Working Capital Turnover, Account Receivable Turnover dan Cash Turnover Terhadap Current Ratio Pada Perusahaan Properti dan Real Estate Yang Terdaftar di