IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. FEDERAL KARYATAMA (PT. FKT) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi oli pelumas, dan memulai usaha pada tahun 1989. PT. FKT pada saat ini memproduksi oli pelumas untuk kendaraan bermotor roda 2 yang didistribusikan dari Sabang hingga Merauke melalui agen-agen yang ditunjuk oleh PT. FKT . Sejak 1 Januari 1997, PT. FKT menempati kantor utama dan pabrik di Kawasan Industri Pulogadung, yang kemudian pada tahun 2009 PT. FKT mendirikan pabrik yang kedua juga di Kawasan Industri Pulogadung. Penelitian dilakukan pada kedua pabrik tersebut, yang memiliki kapasitas produksi total mencapai 176.000 botol oli mesin baik kemasan 1 liter maupun 0,8 liter per hari, dan dengan mempekerjakan 218 karyawan.
Presiden direktur pada struktur organisasi PT. FKT merupakan pimpinan tertinggi yang bertanggungjawab atas kelancaran dan kemajuan perusahaan. Meskipun demikian kekuasaan tertinggi perusahaan tetap berada dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Struktur organisasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2. Produk-produk PT. FKT
Produk yang dihasilkan PT. FKT adalah oli pelumas mesin kendaraan bermotor roda dua kopling basah atau yang biasa disebut kendaraan bermotor roda dua manual dan juga kendaraan bermotor roda dua dengan kopling kering, atau biasa disebut dengan sebutan kendaraan bermotor roda dua matic. PT. FKT memproduksi oli dengan merek dagang sebagai berikut:
EVOTEC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, dengan spesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) dengan teknologi mesin baru yang membutuhkan pelumas encer.
REXTRON-R, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual), hasil pengembangan bersama R&D Honda dan salah satu perusahaan aditif internasional.
SUPREME FLICK, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W- 30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling kering (matic) hasil pengembangan PT. FKT sendiri.
PRIME 1 BLUE, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling kering (matic) pengembangan bersama R&D Honda dan salah satu perusahaan aditif internasional.
SUPREME ULTRATEC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 20W-50, berspesifikasi standar kualitas API - SG JASO MA. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) untuk mesin standar.
SUPREME XX, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 20W-50, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli sintetik yang sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) untuk mesin generasi baru.
RACING OIL, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli sintetik yang sesuai dengan mesin racing kandungan bahan sintetis untuk perlindungan maksimal pada kondisi ekstrim.
SUPERMATIC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli sintetik yang sesuai dengan mesin matic racing kandungan bahan sintetis untuk perlindungan maksimal pada kondisi ekstrim.
Angka SAE 10W-30 berarti 10W (Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 10 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan 30. Kualitas oli disimbolkan oleh API (American Petroleum Institute), Semakin mengarah ke huruf Z semakin baik kualitas oli. Sebagai contoh oli dengan spesifikasi API-SH lebih baik daripada oli dengan spesifikasi API-SG begitu pula oli dengan spesifikasi API-SL lebih baik daripada oli dengan spesifikasi API-SL.
Merk-merk tersebut pada pembahasan selanjutnya akan diganti dengan simbol Z1 hingga Z8, untuk menyederhanakan dalam proses formulasi matematika dan penyajian dalam tabel.
4.3. Proses Pengolahan Oli
Oli pelumas mesin berkualitas yang dihasilkan oleh PT. FKT dengan melakukan pengolahan dari oli dasar (base oil) menjadi produk jadi. Produk jadi ini diproses melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Pengecekan base oil.
Setelah base oil tiba, diambil sampel dari base oil tersebut untuk diteliti apakah memenuhi syarat mutu atau tidak, indikator kualitas base oil yang telah memenuhi syarat mutu diantaranya adalah visikositas dan standart API (American Petroleum Institute) yang digunakan.
2. Proses blending.
Pada proses ini oli dicampur dengan aditif sesuai dengan formulasi agar didapatkan karakteristik yang diinginkan menggunakan motor pengaduk.
3. Proses flushing.
Pada proses ini oli yang telah dicampur kemudian dipindah ke tangki homogenisasi, untuk membilas (flushing) tangki yang tadi digunakan dalam proses blending digunakan base oil (agar tidak ada aditif yang terbuang percuma).
4. Homogenisasi.
Pada tahap ini oli yang tadi telah dicampur kembali diaduk agar campuran merata dengan sempurna hingga pada tingkat molekul.
5. Pengepakan.
Setelah oli tercampur dengan merata maka oli siap dikemas pada botol kemasan, diagram proses pengolahan oli dapat dilihat pada lembar Lampiran 5
4.4. Bahan Baku
Bahan yang digunakan oleh PT. FKT untuk memproduksi 8 jenis oli mesin untuk kendaraan bermotor roda dua terdiri dari 14 jenis bahan yang dapat dikelompokkan menjadi base oil, aditif dan kemasan. Bahan didapatkan sebagian dari dalam negeri dan sebagian lain diimpor dari Singapura. Sistem pemesanan bahan dan jarak menyebabkan lead time untuk bahan lokal yaitu satu minggu dan bahan baku impor adalah satu bulan.
4.5. Peramalan Permintaan Oli
Rencana produksi yang digunakan oleh PT. FKT didapatkan dengan menganalisa potensi pasar yang berkembang untuk mendapatkan rencana produksi yang kemudian disesuaikan dengan rencana peningkatan market share.
Jumlah produk yang akan diproduksi oleh PT.FKT pada tabel Rencana Produksi PT.FKT 2011 (Tabel 1) dibanding dengan ramalan permintaan pada penelitian ini yang dapat di lihat pada tabel Ramalan Permintaan Produk 2011 (Tabel 2) terdapat perbedaan diantara keduanya.
Berikut ini (Tabel 2) adalah rencana produksi yang disusun oleh PT.FKT berdasarkan pada perkiraan kenaikan potensi pasar dan rencana PT.FKT untuk meningkatkan market share pada tahun 2011.
Peramalan permintaan yang dilakukan pada penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data historis, yaitu data time series total produksi produk dari tahun 2008 sampai dengan 2010 yang disajikan pada Lampiran 6 tanpa dilakukan pengujian pola musiman, dan metode yang digunakan adalah weighted moving average, Naïve method, moving average, exponential smoothing, linear regresion / least squares. Pada kasus rencana produksi PT. FKT metode weighted moving average memiliki tingkat kesalahan paling kecil, hasil perhitungan tingkat kesalahan terhadap seluruh
metoda untuk mencari yang paling sesuai digunakan untuk peramalan dapat dilihat pada Lampiran 7.
Seluruh produk baik naik maupun turun. Produk Z8 pada Tabel 3 merupakan produk dengan jumlah produksi tertinggi dan produk Z6
merupakan produk dengan tingkat produksi terendah.
Tabel 1. Rencana produksi PT.FKT 2011.
No. Jenis produk Jumlah produksi (botol)
1 Produk Z11 3.600
2 Produk Z12 91.200
3 Produk Z20 403.200
4 Produk Z30 1.152.000
5 Produk Z40 2.028.000
6 Produk Z50 28.800
7 Produk Z60 14.400
8 Produk Z71 1.086.000
9 Produk Z72 5.160.000
10 Produk Z81 7.644.000
11 Produk Z82 31.524.000
Total 49.135.200
Sumber : PT. Federal Karyatama (2010).
Perbedaan jumlah pada masing-masing produk antara rencana produksi yang dilakukan oleh PT. FKT dan rencana produksi yang disusun pada penelitian ini, bisa disebabkan karena PT. FKT melakukan perencanaan dengan metode yang berbeda, sedangkan peramalan pada penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada efisiensi biaya produksi.
Perhitungan peramalan penjualan dilakukan dengan memasukkan total penjualan tiap produk pada tahun 2008, 2009, dan 2010 untuk mendapatkan peramalan penjualan pada tahun 2011. Pembobotan dilakukan dengan cara memberi bobot paling kecil yaitu 1 pada data tahun 2008, memberi bobot 2 pada tahun 2009 dan data penjualan tahun 2010 diberi bobot paling besar yaitu 3, karena tahun yang paling akhir merupakan kondisi yang paling mendekati kondisi yang sebenarnya.
Tabel 2. Ramalan permintaan produk 2011.
No. Jenis produk jumlah produksi (botol).
1 Produk Z11 480
2 Produk Z12 337.696
3 Produk Z20 726.352
4 Produk Z30 237.758
5 Produk Z40 1.813.885
6 Produk Z50 28.800
7 Produk Z60 14.400
8 Produk Z71 993.837
9 Produk Z72 5.630.320
10 Produk Z81 5.912.940
11 Produk Z82 33.438.607
Total 49.135.075
4.6. Perumusan Model Pemrograman Linier 4.6.1 Perumusan Fungsi Tujuan
Fungsi tujuan dalam linear programming menggambarkan tujuan dalam penelitian ini, yaitu menemukan kombinasi produksi yang dapat meminimumkan biaya produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya produksi mulai dari pembelian bahan, hingga proses blending dan pengemasan.
Bahan-bahan untuk membuat oli hingga menjadi produk jadi terdiri dari 10 jenis bahan baku, 2 produk jadi (dibeli dari pihak ke-3 yang kemudian langsung dikemas pada kemasan botol) dan 2 ukuran botol kemasan, komposisi bahan dari produk Z1 hingga Z8 dan total biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 8.
Formulasi matematika pemrograman linier dengan tujuan meminimisasikan biaya produksi adalah sebagai berikut.
Z Min = 17.381 X11 + 17.181 X12 + 16.014 X20 + 15.884 X30 + 13.824 X40 + 20.356 X50 + 21.232 X60 + 16.240 X71 + 16.040 X72 + 13.623 X81 + 13.423 X82.
Keterangan:
Z : total biaya produksi.
X 11 : jumlah produk Z1 kemasan 1 liter.
X 12 : jumlah produk Z1 kemasan 0,8 liter.
X 20 : jumlah produk Z2 kemasan 0,8 liter.
X 30 : jumlah produk Z3 kemasan 0,8 liter.
X 40 : jumlah produk Z4 kemasan 0,8 liter.
X 50 : jumlah produk Z5 kemasan 1 liter.
X 60 : jumlah produk Z6 kemasan 1 liter.
X 71 : jumlah produk Z7 kemasan 1 liter.
X 72 : jumlah produk Z7 kemasan 0,8 liter.
X 81 : jumlah produk Z8 kemasan 1 liter.
X 82 : jumlah produk Z8 kemasan 0,8 liter.
4.6.2 Perumusan Persamaan Kendala
Proses produksi pada perusahaan termasuk PT. FKT pasti dibatasi oleh adanya kendala terkait dengan berbagai keterbatasan yang ada.
Tabel 3. Total rencana pembelian bahan baku berdasarkan ramalan permintaan (weighted moving average).
Nama bahan baku. Rencana Pembelian. (Liter)
A 32.651.825
B 5.488.093
C 2.115.594
D 9.510
E 58.146
F 126.347
G 11.729
H 77.223
I 11.256
J 123.351
K 2.902
L 173
Botol 1 Liter (buah) 9.636.456
Botol 0,8 Liter (buah) 40.676.150 Catatan:
Identitas bahan baku disembunyikan menjadi A sampai dengan L.
Kendala yang terkait dengan proses produksi di PT.FKT dan formulasi matematikanya adalah sebagai berikut:
1. Kendala bahan baku
Bahan baku oli yang diproduksi oleh PT.FKT terdiri dari 12 jenis. Jumlah total dari aditif pada Tabel 4 ditentukan berdasarkan peramalan permintaan yang diurai berdasarkan formula pada komposisi dan biaya produksi produk Z1 hingga Z8 pada Lampiran 8.
Persamaan kendala bahan baku:
a) X81 + 0,8 X82 ≤ 32.651.825 (constraint substrat A) b) X71 + 0,8 X72 ≤ 5.488.092 (constraint substrat B)
c) 0,8457 X11 + 0,67656X12 + 0,67736 X20 + 0,4144 X30 + 0,6956 X40 + 0,7992 X50 + 0,7938 X60 ≤ 2.115.594 (constraint substrat C)
d) 0,04 X30 ≤ 9.510 (constraint substrat D) e) 0,24456X30 ≤ 58.146 (constraint substrat E)
f) 0,1233 X11 + 0,09864X12 + 0,08784 X20 + 0,09864 X30 ≤ 126.347 ( constraint substrat F)
g) 0,031 X11 + 0,0248X12 + 0,003 X30 ≤ 11.729,4700 (constraint substrat G)
h) 0,0304 X20 + 0,0304 X4 ≤ 77.223 (constraint substrat H) i) 0,0044 X20 + 0,0044 X4 ≤ 11.256 (constraint substrat I) j) 0,068 X40 ≤ 123.350 (constraint substrat J)
k) 0,0016 X40 ≤ 2.902 (constraint substrat K)
l) 0,0044 X50 + 0,0044 X6 ≤ 172 (constraint substrat L)
m) X11 + X50 + X60 + X71 + X81 ≤ 9.636.4560 (constraint jumlah botol ukuran 1 liter)
n) X12 + X20 + X30 + X40 + X72 + X 82 ≤ 40.676.150 (constraint jumlah botol ukuran 0,8 liter)
Jumlah masing-masing constraint didapatkan dengan menjumlahkan kebutuhan masing-masing jenis produk setiap liternya dikalikan dengan jumlah total rencana produksi pada produk tersebut
2. Kendala jumlah minimum dan maksimum produk
Produk oli mesin adalah suatu produk yang dapat dikategorikan substitusi sempurna, dalam artian pelanggan dapat beralih ke lain produk sejenis dengan mudahnya. Kendala jumlah minimum produk adalah minimum jumlah produksi suatu jenis produk dalam setahun, ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekosongan suatu produk di pasaran yang dapat memancing pelanggan untuk berpindah ke produk lain.
Persamaan kendala jumlah minimum produk:
a) X11 ≥ 480 (constraint permintaan produk Z1 kemasan 1 liter) b) X12 ≥ 52.512 (constraint permintaan minimum produk Z1
kemasan 0,8 liter)
c) X12 ≤ 358.569 (constraint permintaan maksimum produk Z1
kemasan 0,8 liter)
d) X20 ≥ 283.968 (constraint permintaan minimum produk Z2
kemasan 0,8 liter)
e) X20 ≤ 1.199.225 (constraint permintaan maksimum produk Z2
kemasan 0,8 liter)
f) X30 ≥ 123.264 (constraint permintaan minimum produk Z3
kemasan 0,8 liter)
g) X30 ≤ 3.486.369 (constraint permintaan maksimum produk Z3
kemasan 0,8 liter)
h) X40 ≥ 889.344 (constraint permintaan minimum produk Z4
kemasan 0,8 liter)
i) X40 ≤ 5.417.157 (constraint permintaan maksimum produk Z4
kemasan 0,8 liter)
j) X50 ≥ 28.800 (constraint permintaan minimum produk Z5 kemasan 1 liter)
k) X60 ≥ 14.400 (constraint permintaan minimum produk Z6
kemasan 1 liter)
l) X71 ≥ 862.876 (constraint permintaan minimum produk Z7
kemasan 1 liter)
m) X71 ≤ 2.275.744 (constraint permintaan maksimum produk Z7
kemasan 0,8 liter)
n) X72 ≥ 4.889.635 (constraint permintaan minimum produk Z7
kemasan 1 liter)
o) X72 ≤ 12.895.887 (constraint permintaan maksimum produk Z7 kemasan 0,8 liter)
p) X81 ≥ 5.439.571 (constraint permintaan minimum produk Z8
kemasan 1 liter)
q) X81 ≤ 14.831.926 (constraint permintaan maksimum produk Z8
kemasan 0,8 liter)
r) X82 ≥ 30.824.236 (constraint permintaan minimum produk Z8
kemasan 1 liter)
s) X82 ≤ 84.047.585 (constraint permintaan maksimum produk Z8
kemasan 0,8 liter)
Constraint permintaan maksimum dan minimum didapatkan dengan melihat kecenderungan maksimum dan minimum penjualan yang dapat diketahui pada data time series penjualan tahun 2008-2010.
3. Kendala kapasitas produksi
Kendala kapasitas produksi adalah jumlah maksimum yang dapat diproduksi oleh PT. FKT. Kendala kapasitas produksi terjadi karena adanya keterbatasan pada kecepatan produksi setiap lini produksi.
Pabrik I pada PT. FKT memiliki 2 lini produksi yang menggunakan sistim in-line dengan kapasitas 3.800 botol per-jam yang dapat memproduksi oli dengan ukuran kemasan 1 liter dan 0,8 liter. Pabrik II pada PT. FKT juga memiliki 2 lini produksi tetapi
lini produksi pertama menggunakan sistim robotic dengan kecepatan 7.200 botol per jam yang dapat memproduksi oli dengan kemasan hanya 0,8 liter. Lini produksi yang kedua menggunakan sistim in-line dengan kapasitas produksi 3.800 botol per jam yang dapat memproduksi botol dengan ukuran 1 liter dan 0,8 liter.
Asumsi hari kerja per-tahun yang digunakan pada penelitian ini adalah adalah 250 hari.
Pabrik I memproduksi produk Z1 hingga produk Z7, sedangkan Pabrik II pada PT. FKT dikhususkan untuk memproduksi produk Z8.
Persamaan kendala kapasitas produksi:
a) X11 + X12 + X20 + X30 + X40 + X50 + X60 + X71 + X72 ≤ 30.400.000 (constraint kapasitas produksi pabrik I)
b) X81 + X82 ≤ 44.000.000 (constraint kapasitas produksi pabrik II)
Kapasitas produksi pada masing-masing produk didapatkan dengan menghitung kapasitas maksimum setiap lini produksi dalam satu tahun.
4. Kendala jumlah total produk dalam botol
Kendala jumlah total produk dalam botol, dimaksudkan agar hasil perhitungan optimisasi memenuhi target jumlah liter produk yang diproduksi oleh PT. FKT. Kuantitas produksi perlu diperhatikan karena apabila produksi berlebih, maka maka biaya penyimpanan akan bertambah, sedangkan apabila kuantitas produksi tidak memenuhi permintaan pasar maka perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh laba.
Penggunaan kendala jumlah total produk dalam botol dimaksutkan agar hasil dari optimasi memenuhi target jumlah target setiap produk minimal setara dengan yang telah direncanakan namun tidak melebihi jumlah maksimum penjualan produk yang telah diperkirakan.
Persamaan kendala jumlah total produk dalam botol:
a) X11 + X50 + X60 + X71 + X81 ≥ 7.070.499 (constraint jumlah total produk 1 ℓ).
b) X12 + X20 + X30 + X40 + X72 + X82 ≥ 42.040.570 (constraint jumlah total produk 0,8 ℓ).
Constraint jumlah total produk setiap kemasan dihitung dengan menambahkan total perkiraan kebutuhan masing-masing produk pada kemasan 0,8 ℓ dan kemasan 1 ℓ.
4.6.3 Hasil Optimisasi Fungsi Tujuan
Setlah formulasi matematik pemrograman linier kemudian dicari solusi optimalnya menggunakan program komputer POM agar diperoleh hasil kombinasi produk yang dapat meminimisasi biaya.
Input proses optimisasi pada program komputer POM dapat di lihat pada Lampiran 9.
Perbedaan jumlah total produksi pada masing-masing jenis produk terjadi karena dalam perhitungan rencana produksi PT. FKT berbeda dengan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu fokus pada optimisasi biaya produksi. Biaya produksi dengan rencana produksi yang telah disusun oleh PT. FKT adalah Rp 682.999.878.207, biaya produksi dalam hasil penelitian adalah Rp 682.682.142.425. Selisih antara keduanya adalah Rp 317.735.781.
4.7. Analisa Pola Permintaan Produk dan Rencana Produksi
Setelah jumlah optimal diketahui, maka total rencana produksi pada Sub-bab 4.7 dibagi ke dalam jumlah produksi tiap bulan selama satu tahun untuk memenuhi permintaan produk setiap bulan yang besarnya telah diperkirakan sebelumnya oleh PT. FKT.
Produk Z8 pada Lampiran 11 dan biaya produksi produk Z1 hingga Z8
terlihat merupakan produk dengan jumlah kontribusi biaya produksi tertinggi dan produk Z60 merupakan produk dengan tingkat kontribusi biaya produksi terendah. Rencana persebaran jumlah produksi tiap produk dapat dilihat pada Lampiran 11.
Tabel 4. Jumlah produksi tahunan setelah optimisasi.
No. Jenis produk Jumlah produksi (botol)
1 Produk Z11 480
2 Produk Z12 337.745
3 Produk Z20 726.580
4 Produk Z30 237.718
5 Produk Z40 1.815.650
6 Produk Z50 28.800
7 Produk Z60 14.400
8 Produk Z71 1.455.206
9 Produk Z72 5.053.615
10 Produk Z81 5.449.571
11 Produk Z82 34.015.310
Total 49.135.075
Gambar 4 di atas terlihat bahwa rencana penjualan produk Z82 atau produk Z8 dalam kemasan ukuran 0,8 liter adalah produk yang akan diproduksi paling banyak, yakni mencapai 34.015.310 unit pada bulan juli 2011, disusul dengan produk Z81 atau produk Z8 dalam kemasan ukuran 1 liter, yang mencapai 25.000 unit pada bulan juli 2011.
Gambar 4. Grafik rencana produksi setiap produk tahun 2011, diolah.
Gambar 5. Grafik penjualan produk tahun 2008 hingga 2010, diolah.
Grafik penjualan produk tahun 2008 hingga 2010 pada Gambar 5 menunjukkan bahwa produk Z8, baik kemasan 0,8 liter dan 1 liter merupakan produk dengan penjualan paling tinggi yakni mencapai 111.734 unit pada bulan 13, (Januari 2009), disusul dengan penjualan bulan ke 35, (November 2010) sebesar 110.157 unit.
Perkiraan jumlah penjualan produk paling tinggi pada Gambar 6 terjadi pada bulan juli, hal yang berbeda terlihat pada Gambar 7. Jumlah penjualan produk pada tahun pertama paling tinggi terjadi pada tahun 2008 adalah pada bulan Desember, sedangkan pada tahun 2009 penjualan tertinggi pada bulan Januari, dan pada tahun 2010 penjualan tertinggi ada pada bulan September.
4.8. Manajemen Persediaan Bahan Baku
Manajemen persediaan bahan baku pada PT. FKT menggunakan sistem continuous review pada keseluruhan bahan yang digunakan untuk memproduksi produk Z1 hingga Z8 berikut botol kemasannya.
Hal ini untuk menjaga agar sediaan bahan baku produksi selalu tersedia setiap saat. Bahan A, B, C, D, E, dan botol dibeli menggunakan sistem kontrak, dan bahan tersebut harus dipesan seminggu sebelum dapat diterima, sedangkan botol dipesan sebulan sebelumnya. Sedangkan bahan F, G, H, I, J, K harus dipesan sebulan sebelum tersedia di gudang dapat digunakan.
Bahan A, B, C dikirim oleh supplier dengan truk container atau tanki dengan volume 24.000 Liter. Sedangkan bahan D dan E dikirim oleh supplier dengan truk container dengan volume 16.000 liter. Bahan H diimpor dari Singapura dalam container dengan volume 16.965 liter.
Bahan F, G, I, J, K diimpor dari supplier di Singapura dalam kemasan drum 200 liter. Bahan F, G, I, J, K dikirim dalam volume masing-masing 193, 200, 193, 170, dan 196 liter setiap kali pengiriman.
Manajemen persediaan bahan baku pada model probalilistik pada sistem continuous review berfokus pada reorder point yang dihitung dengan menggunakan rumus:
R = ̅L + Z . σd
.
√Dimana : đ = rata rata penggunaan per satuan waktu.
Z = service level.
L = lead time.
Z . σd
.
√ = safety stock.Safety stock dihitung dengan menggunakan rumus:
Z . σd
.
√Dimana : Z = Service Level.
= Rata-Rata Kebutuhan
L = Lead Time.
Simbol Z pada Safety stock adalah besar service level yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu 95 persen, service level sebesar 95 persen berarti perusahaan mensyaratkan bahwa tingkat persediaan pengaman mengizinkan kemungkinan terjadi kekurangan stock bahan tidak lebih dari 5 persen, besar nilai Z apabila menggunakan service level sebesar 95 persen adalah 1,65.
Contoh perhitungan Safety stock bahan A:
SS √
Simbol σd menerangkan standar deviasi penggunaan bahan per satuan waktu, satuan waktu yang digunakan adalah hari, safety stock untuk setiap bahan cair dan botol dapat dilihat di bawah pada Tabel 5.
Reorder point dapat dihitung setelah mengetahui jumlah safety stock dari masing masing bahan. Reorder point untuk masing-masing bahan disajikan pada Tabel 6.
Tabel 5. Safety Stock untuk setiap bahan.
Jenis bahan Safety stock (liter).
A 2.244.813
B 377.306
C 146.261
D 769
E 4.700
F 17.433
G 1.638
H 10.633
I 1.550
J 17.271
K 406
L 30
Botol 1 Liter (buah) 972.194
Botol 0,8 Liter (buah) 5.780.579
Safety stock pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah persediaan botol kemasan 0,8 liter adalah bahan yang paling banyak disimpan karena setiap produk pasti memerlukan botol kemasan, sedangkan produk kemasan 0,8 liter diproduksi lebih banyak daripada produk kemasan 1 liter.
Tabel 6. Reorder point untuk setiap jenis bahan.
Jenis bahan Reorder Point (liter).
A 2.532.217
B 425.613
C 164.986
D 1.700
E 10.396
F 27.999
G 2.630
H 17.077
I 2.489
J 27.739
K 653
L 48
Botol 1 Liter (buah) 1.561.402
Botol 0,8 Liter (buah) 9.283.960
Jumlah pemesanan bahan didapatkan dengan membagi total kebutuhan bahan pada tahun 2011 dengan jumlah bahan pada setiap pembelian pembelian.
Tabel 7. Jumlah pemesanan bahan pada tahun 2011.
Jenis bahan Jumlah pemesanan bahan (kali).
A 13
B 13
C 13
D 7
E 7
F 5
G 5
H 5
I 5
J 5
K 5
L 5
Botol 1 Liter (buah) 5
Botol 0,8 Liter (buah) 5
4.9. Total Inventory Cost
Total inventory cost adalah total jumlah biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan setiap bahan.
Tabel 8. Total inventory cost.
Jenis bahan Total Inventory Cost (Rupiah).
A 3.773.468.306
B 777.860.866
C 162.597.206
D 980.925
E 5.997.373
F 73.123.103
G 9.388.637
H 21.388.068
I 17.698.569
J 53.872.567
K 1.383.855
L 201.741
Botol 1 Liter 164.997.830
Botol 0,8 Liter 896.981.624
Total 5.959.940.670
Total inventory cost yang terjadi selama periode produksi 2011 adalah Rp 5.959.940.670. Diantara bahan bahan diatas biaya persediaan yang paling besar adalah pada bahan A, sedangkan yang paling kecil adalah bahan L.
4.10. Implikasi Manajerial
Dengan perlunya perusahaan menggunakan metoda peramalan dalam membuat rencana produksi, pertimbangannya adalah Untuk mengetahui perkiraan jumlah permintaan produk, agar perusahaan dapat mengetahui periraan jumlah permintaan produk berikut pola permintaan, kapan diperkirakan mengalami puncak tertinggi, dan kapan diperkirakan akan mengalami penuruna permintaan terendah sehingga perusahaan dapat menyiapkan strategi yang tepat.
Metoda peramalan yang tepat juga dibutuhkan agar perusahaan dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku, sehingga perusahaan dapat melakukan persiapan seperti melakukan tender permintaan bahan baku lebih tinggi untuk mempersiapkan perkiraan lonjakan permintaan produk.
Perusahaan juga dapat menghitung perkiraan kebutuhan biaya, sehingga tidak terjadi kekurangan biaya untuk operasional selama periode produksi tersebut
Didalam menyusun rencana produksi akhir perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menetapkan kombinasi produk yang dapat menekan biaya produksi ketingkat yang minimal. Keuntungan yang optimal dan berlanjut lebih kuat apabila di dukung oleh biaya produksi yang minimal.
Pengelolaan persediaan yang baik dapat memudahkan perusahaan dalam menyediakan kebutuhan bahan baku dengan total biaya yang dapat ditekan pada tingkat terkecil. Pengelolaan persediaan bahan baku yang baik juga digunakan untuk menghindari kekurangan bahan baku.