• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VII - Page 1 of 30 - DOCRPIJM 1501517614BAB VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab VII - Page 1 of 30 - DOCRPIJM 1501517614BAB VII"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

Bab VII - Page 1 of 30 BAB VII

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan kawasan permukiman, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.1.1 Kondisi Eksisting, berisikan:

i. Data kondisi eksisting kawasan kumuh, sebagai baseline perencanaan pembangunan menuju 100-0-100, dilengkapi dengan SK bupati/walikota

Tabel 7.1 Data Penanganan Kawasan Kumuh

11 Kab. Bolaang Mongondow Selatan 48.42 0

12 Kab. Bolaang Mongondow Timur 0 0

13 Kab. Siau Tagulandang Biaro 10.4 0

14 Kab. Bolaang Mongondow Utara 50.76 10

15 Kab. Minahasa Tenggara 69.66 0

(2)

Bab VII - Page 2 of 30

ii. Kondisi eksisting permukiman perdesaan, permukiman nelayan, rawan bencana, perbatasan, dan pulau kecil

iii. Potensi dan tantangan pengembangan kawasan permukiman Tabel 7.2 Potensi dan Permasalahan Kumuh

POTENSI - KUMUH

Masih cukup lahan untuk

pengembangan permukiman yang layak

Masih terdapat daerah yang bisa dibuka

akses jalan lingkungan baru

(3)

Bab VII - Page 3 of 30

iv. Pemetaan dan evaluasi program-program yang telah dilaksanakan di kabupaten/kota terkait dengan pembangunan kawasan permukiman, baik di perkotaan maupun perdesaan

7.1.2 Sasaran Program

Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan kawasan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Terlampir di Bab 8.

7.1.3 Usulan Kebutuhan Program,

(4)

Bab VII - Page 4 of 30 7.2 Sektor Penataan Bangunan Dan Lingkungan

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam penataan bangunan dan lingkungan, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

1. Pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah; b.Rencana Detail Kawasan;

c. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang bersangkutan. 2. Peruntukan lokasi merupakan peruntukan utama, sedangkan apabila pada bangunan tersebut terdapat peruntukan penunjang agar berkonsultasi dengan Dinas;

3. Setiap pihak yang memerlukan informasi tentang peruntukan lokasi atau ketentuan tata bangunan dan lingkungan lainnya, dapat memperolehnya pada Dinas;

4. Untuk pembangunan di atas jalan umum, saluran, atau sarana lain, atau yang melintasi sarana dan prasarana jaringan kota, atau dibawah / di atas air atau pada daerah hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi harus mendapat Izin Kepala Daerah.

Koefisien Dasar Bangunan (KLB)

1. Setiap bangunan gedung yang dibangun dan dimanfaatkan harus memenuhi kepadatan bangunan bangunan yang diatur dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sesuai yang ditetapkan;

(5)

Bab VII - Page 5 of 30

terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan;

3. Ketentuan besarnya KDB disesuaikan dengan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan untuk lokasi yang sudah mempunyai atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDB maksimum 60 %.

Koefisien Daerah Hijau (KDH)

1. Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian lingkungan/ resapan air permukaan tanah;

2. Ketentuan besarnya KDH disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten atau sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

3. Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan KDH minimum 30 %.

Ketinggian Bangunan

1. Ketinggian bangunan ditentukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kabupaten;

2. Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat tata ruangnya, ketinggian maksimum bangunan ditetapkan oleh kepala dinas dengan mempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan serta keserasian lingkungannya;

3. Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai dan selebihnya harus berjarak dengan persil tetangga.

Garis Sempadan Bangunan

(6)

Bab VII - Page 6 of 30

3. Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar. Untuk daerah pantai, bilamana tidak di tentukan lain adalah 100 meter dari garis pasang tertinggi pada pantai yang bersangkutan;

4.Untuk lebar jalan/sungai yang kurang dari 5 meter, letak garis sempadan adalah 2.5 meter dihitung dari tepi jalan/pagar;

5. Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian samping yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kapling;

6. Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian belakang yang berbatasan dengan tetangga bilamana tidak ditentukan lain adalah minimal 2 meter dari batas kapling;

7. Garis sempadan pagar yang berbatasan dengan jalan bilamana tidak ditentukan lain adalah berhimpit dengan batas terluar daerah ruang jalan;

8. Garis pagar di sudut persimpangan jalan ditentukan dengan serongan/lengkungan atas dasar fungsi dan peranan jalan;

9. Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan maksimum 1.5 meter dari permukaan halaman/trotoar dengan bentuk transparan atau tembus pandang.

10. Letak garis sempadan bangunan bila tidak diatur lain adalah sebagai berikut :

a. Pada kawasan jalan Nasional adalah minimal 10 meter dari pagar pembatas halaman ke dinding bangunan;

b. Pada kawasan jalan Propinsi adalah minimal ½ . Lebar Jalan + 1 meter dari pagar pembatas halaman ke dinding bangunan;

c. Pada kawasan jalan Kabupaten adalah minimal ½ . Lebar Jalan + 1 meter dari pagar pembatas halaman ke dinding bangunan

Jarak Antar Bangunan

(7)

Bab VII - Page 7 of 30

2. Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak massa / blok bangunan dengan bangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6 (enam) meter dan 3 (tiga) meter

1. Setiap bangunan harus mempertimbangkan perletakan ruang sesuai dengan fungsi ruang dan hubungan ruang didalamnya;

2. Setiap bangunan harus mempunyai faktor keindahan, kandungan lokal, dan sosial budaya setempat;

3. Setiap bangunan diusahakan mempertimbangkan segi-segi pengembangan konsepsi arsitektur bangunan tradisional, hingga secara estetika dapat mencerminkan perwujudan corak budaya setempat.

Persyaratan Lingkungan

1. Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan lalu lintas;

2. Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan mengganggu atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum, keseimbangan/ pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan;

(8)

Bab VII - Page 8 of 30

Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

a. Rencana sistem perkotaan terdiri atas Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) ditetapkan di Kecamatan Ratahan.

Pusat Kegiatan Lokal (PKL ) tersebar di Kecamatan Tombatu, Belang, Posumaen, Touluaan dan Ratatotok

Rencana Persebaran Pengembangan Kawasan Budi Daya

1. Kawasan permukiman tersebar pada wilayah wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

a. Kecamatan Ratahan seluas 211,62 Ha

b. Kecamatan Tombatu seluas 195,89 Ha

c. Kecamatan Touluaan seluas 261,48 Ha

d. Kecamatan Belang seluas 127,64 Ha

e. Kecamatan Pusomaen seluas 87,38 Ha

f. Kecamatan Ratatotok seluas 70,73 Ha

2. Kawasan industri dan pergudangan tersebar pada wilayah wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

a. Kecamatan Belang seluas 236,63 Ha (industri perikanan)

b. Kecamatan Tombatu seluas 75 Ha (agroindustri)

3. Kawasan pariwisata tersebar pada wilayah wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

a. Kecamatan Touluaan seluas 16,88 Ha (Air Panas Kelewaha, danau Kawelaan, Agrowisata)

b. Kecamatan Tombatu seluas 20,24 Ha (Danau Bulilin)

c. Kecamatan Ratahan seluas 60, 50 Ha (Air terjun Poniki, Air Konde Danau Lumpias, Danau Mongawo, Danau Wongangaan, Agrowisata salak pangu)

(9)

Bab VII - Page 9 of 30

e. Kecamatan Belang seluas 10,75 Ha (Pantai Belang Desa Buku)

f. Kecamatan Ratatotok seluas 30,20 Ha (Lakban Beach, Pulau Sekitarnya untuk Diving)

huruf e tersebar pada wilayah wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

a. Kecamatan Ratahan seluas 9.597,72 Ha

b. Kecamatan Tombatu seluas 3.588,71Ha

c. Kecamatan Touluaan seluas 6.253,47 Ha

d. Kecamatan Belang seluas 4.100,29 Ha

c. Kecamatan Ratatotok seluas 17.167,30 Ha (Gunung Surat)

7. Kawasan hutan rakyat/penyanggah tersebar pada wilayah wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

(10)

Bab VII - Page 10 of 30

b. Kecamatan Tombatu seluas 1221,61Ha c. Kecamatan Touluaan seluas 3.626,04 Ha

8. Kawasan pertambangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 49 ayat (3)

huruf h tersebar pada wilayah wilayah kabupaten dengan rincian sebagai berikut :

a. Kecamatan Ratatotok seluas 451,61 Ha

b. Kecamatan Ratahan seluas 225,13 Ha (sepanjang bukit Morea dan Toumpasak)

9. Kawasan perikanan terdiri dari perikanan laut dan perikanan darat:

a. Perikanan laut terdiri dari penangkapan (703,76 km2)dan budidaya (1490 ha);

b.Perikanan darat meliputi perairan umum (danau 123.1 ha dan sungai 118 km) dan budidaya (kolam 785 ha, tambak 75 ha, minapadi 670 ha)

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten

1. Kawasan strategis di wilayah kabupaten dari sudut kepentingan

Pertumbuhan ekonomi:

a.Kawasan Strategis Pusat Pemerintahan di Ratahan (Wawali dan Tosuraya) b.Kawasan Strategis Pusat Industri di Belang dan Tombatu

c.Kawasan Strategis Perdagangan dan Jasa di Tombatu, Belang dan Ratahan (CBD dan Terminal)

2. Kawasan strategis di wilayah kabupaten dari sudut kepentingan Sosial

Budaya:

b.Kawasan Budaya Batulesung, Ratuoki, Kali, di Tombatu c. Kawasan Kubur Raja Bantik Kecamatan Ratahan

d.Kawasan Budaya Pesta Adat Labuang Bentenan e. Kawasan Sport Centre di Rasi

3. Kawasan Strategis wilayah kabupaten dari sudut kepentingan

(11)

Bab VII - Page 11 of 30

a. Kawasan strategis DAS Molompar sebagai sumber energi listrik sistem mikrohidro

b.Kawasan strategis sungai di Tababo dan Kalaid (pemanfaatan sumberdaya air untuk situ atau danau buatan sebagai sumber air irigasi dan perikanan darat)

c. Kawasan strategis agropolitan hortikultura (Ratahan-Liwutung-Tababo) dan (Lobu-Touluaan-Tombatu); agropolitan buah salak di Pangu; agropolitan tanaman kelapa (Molompar-Tombatu-Touluaan); agropolitan aren di Rasi; agropolitan peternakan (sapi dan kambing) di Belang

d. Kawasan strategis minapolitan budidaya perikanan laut (Bentenan-Belang-Ratatok); minapolitan budidaya perikanan darat (Ratahan, Molompar, Tombatu)

e. Kawasan strategis pariwisata bahari (Bentenan, Hais, Lakban); pariwisata tirta (Air Konde Danau Lumpias)

ii. Kondisi kota pusaka, kota hijau (RTH, Kebun Raya, Bangunan Gedung Hijau) dan kawasan strategis lainnya

Gambaran Kawasan Delineasi RTBL

(12)

Bab VII - Page 12 of 30

Gambar 7.1 Deliniasi Kawasan RTBL

Kawasan delineasi penyusunan RTBL Kabupaten Minahasa Tenggara memiliki identitas fisik yang menjadi pengenal kawasan tersebut, dengan adanya sculpture di pusat kota Kelurahan Tosuraya. Sculpture tersebut berfungsi sebagai pengarah lalu lintas sekaligus sebagai vocal point pada kawasan tersebut.

(13)

Bab VII - Page 13 of 30

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di kawasan delineasi penyusunan RTBL cukup bervariasi. Kawasan lebih didominasi dengan fungsi permukiman yang bercampur dengan perkantoran dan fungsi perdagangan dan jasa.

Bentukan alamiah kawasan RTBL memiliki kondisi topografi berkontur dan dilintasi oleh Sungai Palaus yang berada di kawasan pasar Kelurahan Tosuraya, seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(14)

Bab VII - Page 14 of 30

Kondisi Kawasan Perdagangan dan Jasa

Sepanjang ruas jalan utama Kecamatan Ratahan Kelurahan Lowu, Tosuraya dan Wawali didomiasi fungsi perdagangan dan jasa dengan tingkat kepadatan sangat tinggi

Gambar 7.4 Kawasan Perdagangan dan Jasa Kawasan Deliniasi Penyusunan RTBL

(15)

Bab VII - Page 15 of 30

(16)

Bab VII - Page 16 of 30

Kawasan Perkantoran

Kawasan perkantoran mendominasi kawasan yang bercampur dengan kawasan permukiman, tersebar sepanjang kawasan penyusunan RTBL. Bangunan perkantoran memanfaatkan bangunan dengan karakter rumah tradisional dengan ketinggian 1-2 lantai.

(17)

Bab VII - Page 17 of 30

Fasilitas Peribadatan

Bangunan peribadatan pada kawasan RTBL letaknya tersebar dan terdiri dari gereja dan mesjid. Bangunan peribadatan dengan langgam/ style modern sesuai dengan agama penduduk pada kawasan tersebut.

(18)

Bab VII - Page 18 of 30

Fasilitas Pendidikan

Bangunan pendidikan hanya berada di Kelurahan Tosurya seperti yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(19)

Bab VII - Page 19 of 30

Kawasan Permukiman

Kawasan Permukiman tersebar merata pada kawasan RTBL dengan kondisi bangunan bervariasi dan tingkat kepadatan tinggi. Kondisi bangunan non permanen dan permanen dengan ketinggian 1-2 lantai.

(20)

Bab VII - Page 20 of 30

iii. Potensi dan tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

 Kawasan kota yang terus mengalami perkembangan, dan cenderung menjadi tidak terkendali.

 Adanya dorongan untuk berkembang dengan cepat pada kawasan-kawasan strategis dan memiliki nilai dan arti penting bagi pengembangan kota di masa yang akan datang.

 Regulasi/ Pedoman Tata Bangunan yang belum ada, khususnya yang mengatur secara tiga dimensi (pedoman fisik).

iv. Data lain yang terkait dengan penataan bangunan dan lingkungan

7.2.2 Sasaran Program

Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan kawasan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.

7.2.3 Usulan Kebutuhan Program,

(21)

Bab VII - Page 21 of 30 7.3 Sektor Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan SPAM, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.3.1Kondisi Eksisting, berisikan:

i. Data pelayanan air minum, baik perpipaan maupun non perpipaan Tabel 7.3 Kondisi Pelayanan Air Minum Perpipaan& Non Perpipaan

KAB/KOTA JML PEND 2014

PERPIPAAN NON PERPIPAAN

2014 (%) 2014 (JIWA) 2014 (%) 2014 (JIWA)

EKSISTING EKSISTING EKSISTING EKSISTING

(22)

Bab VII - Page 22 of 30

ii. Luas cakupan pelayanan per kecamatan

Tabel 7.4

iii. Lokasi dan kapasitas air baku

Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Minahasa Selatan di wilayah Minahasa Tenggara terdiri dari 5 buah sumber mata air. Sumber air baku tersebut antara lain:

a. Mata Air Kalatin

Mata air Kalatin terletak di Kecamatan Ratahan, Total debit Mata Air Kalatin diperkirakan sekitar ± 20,0 l/dt, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 15,0 l/dt.

(23)

Bab VII - Page 23 of 30

Sumur Bor Ratatotok terletak di Kecamatan Ratatotok, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 20,0 l/dt.

f. Sungai Abuang

Suangai Abuang terletak di Kecamatan Ratahan, Total debit Sungai Abuang diperkirakan sekitar ± 50,0 l/dt, yang telah dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 5,0 l/dt.

b. Belum adanya kejelasan penyerahan aset sumber, pengolahan dan jaringan transmisi dan distribusi baik dari PDAM Minahasa amupun Minahasa Selatan c. Belum adanya sistem pola tata kelola dan sistem akuntabilitas yang mendukung dalam optimalisasi pengelolaan UPTD-AM Kabupaten Minahasa Tenggara.

vi. Serta data-data lain, baik kuantitatif maupun kualitatif

Sungai

(24)

Bab VII - Page 24 of 30

Tabel 7.6

Sumber: Dokumen RISPAM Minahasa Tenggara Tabel 7.7

Sumber: Dokumen RISPAM Minahasa Tenggara

7.3.2Sasaran Program

Merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Sasaran program mengaitkan kondisi eksisting dengan target yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan SPAM baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota.

7.3.3 Usulan Kebutuhan Program

(25)

Bab VII - Page 25 of 30 7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

Bagian ini memaparkan kondisi eksisting, sasaran program, serta usulan kebutuhan program dan pembiayaan dalam pengembangan PLP, khususnya dalam rangka pencapaian gerakan nasional 100-0-100.

7.4.1 Kondisi Eksisting, berisikan:

i. Data terkait pengelolaan air limbah eksisting (terpusat maupun setempat)

Tabel 7.8 Rekapitulasi Infrastruktur Air Limbah Tahun 2015

(26)

Bab VII - Page 26 of 30

(27)

Bab VII - Page 27 of 30

Sumber: Dokumen RAD 100-0-100 2016

ii. Kondisi eksisting pengelolaan persampahan di kabupaten/kota (TPA dan 3R)

Tabel 7.10 Kondisi Pengolahan Persampahan

(28)

Bab VII - Page 28 of 30

iii. Kondisi eksisting drainase permukiman

(29)

Bab VII - Page 29 of 30

iv. Tantangan dan permasalahan pengembangan penyehatan lingkungan permukiman

Tabel 7.11 Potensi Sektor PLP

Tabel 7.12 Permasalahan Sektor PLP

7.4.2 Sasaran Program

(30)

Bab VII - Page 30 of 30

7.4.3 Usulan Kebutuhan Program,

Gambar

Tabel 7.1 Data Penanganan Kawasan Kumuh
Gambar 7.1 Deliniasi Kawasan RTBL
Gambar 7.3 Penggunaan Lahan Eksisting Kawasan Penyusunan RTBL
Gambar 7.5 Kondisi Pasar Kawasan Pusat Kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Pendekatan Saintifik melalui Model Discovery Learning dengan Permainan. No Aspek Indikator

Quinazolinone derivative compounds has anticancer activity, so this study synthesized some phenylquinazolinone derivatives.. Novel of phenylquinazolinone ( 4a-h )

Diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi kepala sekolah, guru BKI, dan peserta didik di MA Al-Irsyad Kecamatan Gajah Kabupaten Demak untuk mengimplementasikan

9 Oleh karena itu penulis ingin meneliti lebih jauh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan nasabah yaitu dengan faktor keagamaan, faktor pelayanan, faktor

Gambar 2.3 Sabuk Tipe V (Sumber : Lit 1 hal 164).. Pada poros terjadi momen, maka dapat dihitung dengan rumus. Bahan pasak dipilih berbeda dengan bahan poros, diharapkan

ntcmerlukau alat tes kn=ativitas verbal. SehubWJgan dcngan Ita! terscbut kmni mohtm sudi klran)·a Jbu mcmb<mtu m~h.wa t~out. Atas terkubulnya p¢rmoru;;nan iru,

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengungkap lebih jauh ada tidaknya hubungan antara sikap terhadap keperawanan dengan intensitas perilaku seksual

Yang juga menjadi pertimbangan peneliti menggunakan produk ini dalam penelitian adalah karena produk ini dijual dengan harga yang sama (Hidayat, 2003, Adu Jos