• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Seks di Luar Nikah: Studi Kasus FaktorFaktor yang Menyebabkan Perilaku Seks di Luar Nikah Mahasiswa UKSW T1 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perilaku Seks di Luar Nikah: Studi Kasus FaktorFaktor yang Menyebabkan Perilaku Seks di Luar Nikah Mahasiswa UKSW T1 Full text"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU SEKS DI LUAR NIKAH : STUDI KASUS

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERILAKU

SEKS DI LUAR NIKAH MAHASISWA UKSW

ARTIKEL TUGAS AKHIR

diajukan kepada Program Studi Bimbingan dan Konseling untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Theresa Silviana Fury 132013057

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

1

PERILAKU SEKS DI LUAR NIKAH : STUDI KASUS

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PERILAKU

SEKS DI LUAR NIKAH MAHASISWA UKSW

Oleh : Theresa Silviana Fury

Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-UKSW

Pembimbing I : Drs. Sumardjono Pm., M.Pd Pembimbing II : Yustinus Windrawanto, M.Pd

Program Studi Bimbingan dan Konseling-FKIP-BK

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks di luar nikah. Di era globalisasi sekarang ini, rasa keingintahuan tidak bisa dikontrol lagi. YZ adalah subyek dari penelitian ini, YZ menjalin hubungan berpacaran dengan kekasihnya mahasiswa RA selama 5 bulan mengaku sudah pernah bahkan sering melakukan hubungan seksual dengan RA. YZ mengalami keguguran selama 2 kali dan pernah menggugurkan 2 kali. Tidak hanya dengan pacarnya yang sekarang, YZ mengaku juga sering melakukan hubungan seksual dengan mantan pacarnya dahulu. YZ mengaku seks di luar nikah sudah melekat pada dirinya. YZ salah seorang wanita yang mengalami kecanduan seks. YZ juga mengaku bahwa apa yang sudah dilakukan itu menyimpang dan berbahaya jika dilakukan terus menerus. Oleh sebab itu penulis menerapkan teori Sarwono (2003) untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks di luar nikah pada YZ. Teknik pengumpulan data menggunakan teori Sugiyono (2009) yaitu observasi, wawacara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang menyebabkan YZ melakukan seks di luar nikah adalah 1) Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas; 2) Semakin terbukanya peluang pergaulan di luar nikah; 3) Kekosongan aktivitas fisik dan kognitif dalam kehidupan sehari-hari; 4) Kepekaan penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan di luar nikah dan seks di luar nikah relatif tinggi; 5) Banyaknya media yang mempertontonkan seks di luar nikah; 6) Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan; 7) Rendahnya pengetahuan YZ tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya. Selain itu kurangnya pengendalian diri dan tidak belajar dari pengalaman juga menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya seks di luar nikah.

PENDAHULUAN

Di era globalisasi yang terus berkembang ini, teknologi juga kian

(7)

2 dengan seks bebas atau seks di luar

nikah. Teknologi yang kian berkembang seperti televisi dan internet membuat siapa saja dengan sangat mudah mengakses film-film maupun gambar-gambar yang berbau seks.

Hubungan seksual pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan pernikahan atau diluar pernikahan, tidak ada komitmen dan tanggung jawab didalamnya (Julianto dan Roswitha, 2009). Menurut Sarwono (2012) perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun sesama jenis. Bentuk tingkah laku ini dapat bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang lain, orang dalam khayalan maupun diri sendiri. Menurut Hyde (dalam Botlani, 2012) mengatakan bahwa perilaku seksual itu dimulai dengan necking, berciuman bibir, memegang payudara, laki-laki memegang alat kelamin perempuan, perempuan memegang alat kelamin laki-laki,petting, bersenggama, dan oral seks

Menurut Hudson (2003) pengertian seks telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Seks memiliki makna yang luas dan berbeda-beda. Oleh karena itu pembahasan seks dapat membawa ke perdebatan yang mengarah pada unsur negatif dari seks itu yaitu seks di luar nikah.

Berdasarkan hasil survei Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) 21,2 persen dari para

siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi ilegal. Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap bahwa tren perilaku seks di luar nikah pada remaja Indonesia tersebar secara merata di seluruh kota dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan status ekonomi dan sosial, baik kaya maupun miskin. Data tersebut diperoleh berdasarkan survei oleh KOMNAS-PA yang dikumpulkan dari 4.726 responden siswa SMP dan SMA di 17 kotabesar. Temuan itu KOMNAS-PA juga menunjukan 97 persen remaja SMP mengaku pernah menonton film porno, dan 93,7 persen remaja itu mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim lawan jenis sesama pelajar. Lebih lanjut Sudibyo menyatakan, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) sampai penghujung 2013, diperoleh temuan bahwa remaja yang mengaku pernah melakukan hubungan seks di luar nikah adalah remaja berusia antara 13 sampai 18 tahun. Dari data tersebut sebanyak 62,7 persen dari para remaja itu mengaku tidak menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan intim dan mengaku melakukannya di rumah sendiri. (Farhan, 2014)

(8)

3 Dalam pandangannya, tingginya

tingkat kehamilan pelajar di Yogya dipengaruhi kurangnya informasi reproduksi bagi remaja. (Kresna, 2016)

Salah satu akibat dari seks di luar nikah adalah HIV/AIDS. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi dan penyakit. Salah satu cara penularan virus ini adalah melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom dan berganti-ganti pasangan. Penyebaran virus HIV/AIDS di Jakarta terus menjadi perhatian. Data terakhir sebanyak 47.440 warga terjangkit virus mematikan tersebut. Sekjen Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta, Rohana Manggala, mengungkapkan jumlah pengidap tersebut terdiri dari penderita HIV ada sebanyak 39.347 orang dan orang dengan AIDS mencapai 8.093 orang. Itu data terakhir Desember 2015.

Berdasarkan hasil pemetaan tahun 2014 oleh KPAP DKI Jakarta, jumlah populasi kunci HIV/AIDS di Kota Jakarta mencapai 141.633 orang. Dengan rincian, LSL sebanyak 4.465 orang, waria sebanyak 1.206 orang, wanita pekerja seks (WPS) langsung sebanyak 4.193 orang, WPS tidak langsung sebanyak 7.669 orang dan penasun sebanyak 2.009 serta Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) sebanyak 122.096 orang. Data sementara populasi kunci yang terkena HIV mengalami penurunan. Tetapi populasi umum atau masyarakat umum terlihat cenderung naik. Kenaikan populasi

umum yang terkena HIV/AIDS terjadi salah satunya adalah LBT dan LSL, sehingga mengakibatkan jumlah ibu rumah tangga yang terkena HIV juga mengalami kenaikan (Guruh, 2016)

(9)

4 oleh YZ agar meminimalisir resiko

harus bertanggungjawab.

Penulis tertarik untuk melakukan studi kasus terhadap perilaku mahasiswa YZ tersebut karena perilaku mahasiswa tersebut termasuk perilaku menyimpang dari norma agama dan sosial serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi subyek mengapa melakukan hal tersebut yang sesungguhnya perilaku tersebut sudah diketahui oleh subyek sebagai hal yang menyimpang dan YZ sudah menyatakan bahwa dirinya takut dan cemas jika melakukan seks di luar nikah terus menerus namun YZ tidak jera.

LANDASAN TEORI

Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Dewasa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan sosial baru. Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum individu yang tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah individu yang berusia 20 sampai 40 tahun. Sebagai individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggungjawabnya tentu semakin bertambah besar. individu tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis maupun psikologis pada orangtuanya. Berbeda

dengan Kenniston (dalam Santrock, 2002) yang mengemukakan masa muda (youth) adalah periode kesementaraan secara ekonomi dan pribadi, dan perjuangan antara ketertarikan pada kemandirian dan menjadi terlibat secara sosial. Periode masa muda rata-rata terjadi dua sampai delapan tahun, tetapi dapat juga lebih lama. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh atau tetap (Santrock, 2002).

Perkembangan dewasa dibagi menjadi tiga bagian yaitu, dewasa muda (young adulthood) dengan usia berkisar antara 20 sampai 40 tahun. Dewasa menengah (middle adulthood) dengan usia berkisar antara 40 sampai 65 tahun dan dewasa akhir (late adulthood) dengan usia mulai 65 tahun ke atas (Papalia et al, 2007).

Pengertian Seks di Luar Nikah

(10)

5 terhadap lawan jenis dengan tujuan

akhir melakukan hubungan seksual (bersetubuh). Pada awalnya dorongan seksual muncul karena pengaruh hormon, tetapi kemudian ada faktor lain yang mempengaruhi dorongan seksual yaitu faktor psikis, rangsangan seksual dari luar dan pengalaman seksual sebelumnya (bercumbu dan berciuman) disertai faktor coba-coba dan ingin tahu yang akhirnya keterusan dan terjerumus dalam seks di luar nikah. (Tjokronegoro, 2000). Menurut Hudson (2003) perilaku seksual adalah perilaku dan aktivitas fisik seorang yang didorong oleh hasrat seksual dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotik yang dilakukan sendiri maupun melibatkan masyarakat lain di luar ikatan pernikahan. Menurut Sarwono (2007) perilaku seks pranikah adalah perilaku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis maupun sesama jenisnya. Bentuk perilaku seksual bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai perilaku sentuhan, berciuman, berpelukan, menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan dengan memegang payudara atau memegang alat kelamin (bercumbuan sampai menempelkan alat kelamin yaitu dengan saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan) dan kemudian bersenggama yang dilakukan di luar hubungan pernikahan. Objek seksualnya dapat berupa orang lain, orang dalam khayalan maupun diri sendiri (Sarwono, 2003).

Menurut Sarwono (2003), dipengaruhi 10 faktor, yaitu :

1) Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas.

Banyak orang tua yang menganggap membicarakan seksualitas sangat tabu bagi anak. Ini mengakibatkan anak yang berada dalam masa ingin mencoba yang tinggi mencari pengetahuannya sendiri dan tidak tahu itu benar atau salah. Orangtua juga kurang mengajarkan betapa pentingnya pendidikan moralitas dan agama dalam anak. Orangtua merasa anak sudah cukup mengerti dan tidak perlu terlalu dalam sedangkan lingkungan diluar orang tua sangat ramai mempengaruhi anak.

2) Semakin terbukanya peluang pergaulan di luar nikah

Pergaulan yang makin di luar nikah didukung oleh peluang yang ada. Dewasa awal yang baru melepas masa remajanya kurang mendapati perhatian dan kontrol orang tua dikarenakan orang tua terlalu sibuk dan tidak memberikan kasih sayang yang pas sehingga semakin mudah bagi orangtua untuk melakukan pergaulan di luar nikah karena mendapati perhatian yang mereka butuhkan di luar sana.

3) Kekosongan aktivitas fisik dan kognitif dalam kehidupan sehari-hari

(11)

6 seperti melalukan masturbasi, onani

dan melamun/berimaginasi.

4) Kepekaan penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan di luar nikah dan seks di luar nikah relatif tinggi

Terlalu mudah untuk menerima hal baru tanpa mereka mengetahui secara benar termasuk seks di luar nikah. Berawal dari rasa penasaran dan kemudian mencoba tanpa tahu apa resiko yang akan dihadapi.

5) Rendahnya kepedulian dan kontrol sosial masyarakat

Sebagian masyarakat hanya diam melihat orang berpacaran dan berciuman di depan rumahnya. Rendahnya kontrol masyarakat mengakibatkan sebagian merasa di luar nikah berperilaku seks di luar nikah karena masyarakat tidak menegurnya.

6) Banyaknya media yang mempertontonkan seks di luar nikah

Banyaknya media yang memperlihatkan hubungan seksualitas ini sangat mudah diaskes seperti internet, majalah, VCD atau melalui HP. Orang membuka dan mendapatkan banyak video dan gambar porno dengan mudah.

7) Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan

Banyaknya alat kontrasepsi yang mudah didapatkan dan dijual secara umum membuat pelaku seks di luar nikah merasa aman. Penjualpun tidak memandang pada siapa saja mereka menjualnya. Usia berapapun

mereka berikan sehingga mendapatkan dengan mudah.

8) Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya

Kurangnya pengetahuan dan informasi di kalangan mengenai bahaya hubungan seksualitas pranikah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksualitas pranikah. Individu dengan di luar nikahnya melakukan tanpa tahu bahayanya seperti hamil dan HIV.

9) Sikap dan busana yang mengundang hasrat seksualitas Wanita yang sekarang banyak mengikuti budaya barat seperti pakaian mereka yang minim digunakan. Melihat banyak aurat yang dibuka mengundang pikiran laki-laki yang ingin melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan.

10) Tersedia lokalisasi atau legalitas pekerja seks

Dengan mudah memperoleh pasangan untuk melakukan hubungan seksual di tempat-tempat yang disediakan. Hanya dengan membayar dan dengan mudah mendapatkan kepuasan seksualitas. Sampai sekarang lokasi sangat mudah didatangi siapapun dan usia berapapun asal individu mempunyai uang.

Bentuk-Bentuk Perilaku Seks di Luar Nikah

(12)

7

1) Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian yang sensitif yang bisa menimbulkan rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum dilakukan. Berciuman dengan bibir terbuka dan termasuk menggunakan lidah itulah yang disebut dengan

french kiss. Kadang-kadang ciuman ini juga dinamakan ciuman mendalam/soul kiss.

2) Necking

Berciuman biasanya termasuk mencium wajah dan leher. Necking

adalah istilah yang umunya untuk menggambarkan ciuman dan pelukan yang lebih mendalam

3) Petting

Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif seperti payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Ini termasuk merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, entah di luar atau di dalam pakaian.

4) Intercourse

Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk kedalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual.

METODE

Pendekatan yang digunakan ini adalah pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor (1992;21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati. Jenis penelitian ini diselenggarakan dalam bentuk studi kasus dengan tipe the uncontrolled case study berjenis

singgle subject design mengacu pada rumusan Hepnner (2008), mengenai penyelenggaraan studi kasus dengan subyek tunggal. Penulis memilih metode ini dengan tiga pertimbangan, yaitu 1) yang diteliti adalah fenomena sosial sebagaimana Sugiyono (2008), mendefinisikan studi kasus sebagai salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial, 2) yang diteliti adalah situasi sosial yang kompleks sebagaimana pendapat Wittgenstein (dalam Thomas, 2011), penelitian studi kasus untuk meneliti sesuatu yang kompleks, dan 3) situasi sosial yang diteliti menunjukkan hal yang tidak biasa atau istimewa sebagaimana pendapat Thomas (2011), penelitian studi kasus diselenggarakan karena ada sesuatu hal yang berbeda dari biasanya.

Langkah-langkah penelitian studi kasus menurut Yin (2011) adalah 1) Pemilihan kasus, 2) Pengumpulan data, 3) Analisis Data, 4) Perbaikan

(13)

8 Teknik pengumpulan data berupa

triangulasi teknik yaitu pengumpulan data dengan teknik yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber data yang sama (Sugiyono, 2009). Berikut teknik pengumpulan data penelitian ini, yaitu:

1. Pengamatan

Melalui pengamatan seorang peneliti mempelajari apa yang ada di sekitarnya. Dari data hasil pengamatan ini, penulis akan mengidentivikasi perilaku subyek. Pengamatan dilakukan dengan metode partisipatif secara tersamar itu pada saat penulis mengadakan wawancara. Pihak yang dilibatkan dalam proses observasi adalah keluarga, teman sekitar dan saudara YZ.

2. Wawancara

Dalam penelitian ini akan dilakukan dengan tiga cara yaitu tak terstruktur, semiterstruktur dan terstruktur. Penulis mengunakan tiga metode tersebut untuk menciptakan proses wawancara yang terfokus. Menurut Esterberg (dalam Sugiyono, 2009), wawancara tak terstruktur digunakan pada tahap awal karena peneliti belum mengetahui data apa saja yang diperoleh, sehinggga dapat diperoleh informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada subyek yang diteliti.

Menurut Yin (2011) wawancara merupakan sumber bukti yang esensial bagi studi kasus karena umumnya berkenaan dengan urusan kemanusiaan. Urusan kemanusiaan ini harus dilaporkan dan diinterpretasikan melalui penglihatan pihak yang diwawancara dan responden lain yang mempunyai informasi dan dapat

memberikan keterangan-keterangan penting dengan baik.

3. Dokumentasi

Untuk studi kasus dokumen sangat penting dalam mendukung dan menambahkan bukti dari sumber lain (Yin, 2011). Penulis akan menggunakan dokumen-dokumen terkait dengan subyek yang dapat diperoleh dengan seijin dari YZ.

Dalam menganalisis data studi kasus, Yin (2011) menyarankan untuk menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman. Data-data yang terkumpul di analisis dengan tiga langkah mengikuti model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009) yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan verifikasi.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisis hasil penelitian YZ, dapat diuraikan sebagai berikut:

Faktor yang mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah adalah:

1. Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas.

(14)

9 aturan, YZ berontak. Ada

anggota keluarga yang sakit juga membuat perhatian keluarga tertuju kepada satu anggota keluarga saja sehingga YZ kurang mendapat perhatian. Norma agama dalam keluarga sangat penting namun ketika orang tua dalam keluarga itu memiliki dua keyakinan yang berbeda, YZ diharuskan memilih satu diantara keduanya, itu menimbulkan kecemburuan dan perbedaan dalam pengajaran norma-norma yang berlaku. Itu menjadi peluang YZ melakukan seks di luar nikah.

2. Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas Faktor ini juga berpengaruh kepada YZ karena YZ sering menginap atau tinggal bersama RA. Kos yang bebas dan peluang mendapat pinjaman kos menjadi suatu kesempatan bagi YZ. Memasuki dunia

punk juga yang membuat YZ melakukan itu. Lingkungan keberadaan sangat mempengaruhi. 3. Kekosongan aktivitas fisik

dan kognitif dalam kehidupan sehari-hari Di kala YZ memiliki waktu luang, YZ tidak menggunakannya untuk berolahraga karena YZ tidak menyukai olahraga. Main hanya hal yang dilakukan YZ. Inilah

peluang besar saat YZ merasa kesepian hanya berdua dengan pacarnya atau bersama dengan teman-temannya, hasrat seksualitas YZ tidak tersalurkan sehingga seks di luar nikah menjadi peluang yang amat besar. 4. Kepekaan penyerapan dan

penghayatan terhadap struktur pergaulan bebas dan seks bebas

Mengapa penyerapan dan penghayatan terhadap seks bebas dan pergaulan bebas sangat penting? Karena disini dapat mempelajari bagaimana sebaiknya individu mulai berhubungan seksual. Sharing dengan teman kadang sangat penting namun jika berada di lingkungan yang salah maka itu juga menjadi faktor penyebab terjadinya seks di luar nikah. YZ berada di lingkungan anak

punk yang mengajari YZ melakukan hal demikian. Pemahaman lingkungannya sudah salah dan menjadi kebiasaan dalam diri YZ sehingga kini YZ juga tidak merasa takut melakukan hal demikian.

5. Banyaknya media yang mempertontonkan seks bebas

(15)

10 disebabkan banyaknya web

di internet yang dengan mudah mengakses video maupun gambar-gambar porno. Ini sangat mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah.

6. Adanya kemudahan mengantisipasi resiko kehamilan

Sekarang ini banyak dijual bebas di apotek/toko eceran alat kontrasepsi dan tidak memandang berapa umur pembelinya. YZ mengaku memakai alat kontrasepsi yang dijual bebas agar mencegah resiko kehamilan karena YZ mengaku lelah jika harus hamil terus menerus. Mudahnya mendapatkan alat kontrasepsi ini sangat berpengaruh terhadap seks di luar nikah karena bagi yang melakukannya, resiko yang dihadapi semakin sedikit.

7. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya Sosialisasi yang banyak diselenggarakan belum tentu efektif bagi anak jaman sekarang. Sekarang ini banyak yang tidak mempedulikannya dan tidak berpikir panjang. YZ tahu bagaimana cara melakukan dan tahu akibatnya melakukan seks di luar nikah namun YZ tidak berpikir panjang. Ketika sudah terlanjur terkena penyakit yaitu YZ

pernah menstruasi 3 bulan tanpa berhenti, YZ sudah terlanjur tidak bisa mengendalikan dirinya untuk berhenti melakukan seks di luar nikah karna sudah menjadi kebiasaan.

8. Tersedianya lokalisasi atau legalisasi pekerja seks Lokalisasi yang dimaksud disini adalah tempat untuk melakukan hubungan seks di luar nikah. Bagi seorang mahasiswa, YZ memiliki pacar RA yang tinggal di mengaku sering menginap bersama RA.

Faktor yang tidak mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah adalah:

(16)

11 tentang apa yang dilakukan

YZ, itu adalah salah satu contoh kepedulian tetangga YZ karena hanya YZ yang dapat merasakan dan mendapat teguran tidak langsung dari tetangganya. 2. Sikap dan busana yang

mengundang hasrat seksualitas

Banyak yang beranggapan ketika orang memakai pakaian yang terbuka atau seksi itu adalah orang yang tidak baik pergaulannya. Namun menurut data penulis, subyek YZ memakai pakaian yang biasa saja, yang penting nyaman. Hanya kaos dan sebatas celana namun perilaku seseorang ternyata tidak bisa dinilai dari penampilannya saja.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis, faktor yang mempengaruhi perilaku seks di luar nikah menurut Sarwono (2003) yaitu:

1. Gagalnya norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas.

2. Semakin terbukanya peluang pergaulan bebas

3. Kekosongan aktivitas fisik dan kognitif dalam kehidupan sehari-hari

4. Kepekaan penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan bebas dan seks bebas 5. Banyaknya media yang

mempertontonkan seks bebas

6. Adanya kemudahan mengantisipasi resiko kehamilan

7. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya

8. Tersedianya lokalisasi atau legalisasi pekerja seks

Faktor yang tidak mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah yaitu: 1. Rendahnya kepedulian dan

kontrol sosial masyarakat 2. Sikap dan busana yang

mengundang hasrat seksualitas

Faktor lainnya yang

mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah menurut Rintyastini (2006: 108) ada beberapa faktor yang menjadi penyebab remaja terjebak dalam seks bebas yaitu:

1. Perubahan hormon ketika seseorang memasuki masa remaja. Hal ini mengakibatkan organ-organ seks menjadi matang dan membutuhkan penyaluran. YZ memasuki dunia remaja dan mulai tumbuh sebagai dewasa muda menjadi sosok yang tidak menyukai olahraga sehingga napsu seksualitasnya tidak tersalurkan.

(17)

12 kearah yang lebih matang yaitu

menikah.

3. Rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. YZ memiliki rasa ingin tahu yang besar. YZ berani mencoba sebelum belajar mengenai seks di luar nikah dan resiko yang akan terjadi.

1. Faktor lingkungan, lingkungan juga punya peranan cukup besar dalam membuat remaja terjebak pada seks di luar nikah. Lingkungan yang menjadikan seks di luar nikah hal yang biasa membuat YZ makin terdukung hingga YZ lepas dari lingkungannya namun menjadi kebiasaan atau sekarang bisa disebut kebutuhan.

4. Adanya budaya barat yang masuk ke dalam negeri yang mengutamakan nafsu, merambah aspek hidup remaja. Banyaknya tontonan video maupun gambar yang mudah diakses sehingga dapat merangsang seksualitas tubuh. Seperti YZ yang sering menonton video porno.

5. Kurangnya dasar-dasar keimanan di dalam diri. YZ mengakui akan kurangnya kedekatan YZ dengan Tuhan. Hal ini merupakan penyebab tidak ada pondasi ketaatan dalam norma agama.

Penelitian ini relevan dengan penelitian dari “Perilaku Seks Pranikah dalam Berpacaran: Studi Kasus Perilaku Seks Pranikah di Lingkungan Remaja di Kota Salatiga” yang ditulis oleh Susi Septi Harningrum tahun 2014 yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku seks di luar nikah adalah rasa ingin tahu, pergaulan dan minimnya pendidikan seks serta banyaknya media yang mempertontonkan seks di luar nikah.

PENUTUP

Berdasarkan analisis hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah dikalangan mahasiswa. Sarwono (2003) menyebutkan ada 10 faktor yang menjadi faktor penyebab terjadinya seks di luar nikah. Peneliti mengambil subyek YZ dan dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

Faktor yang mempengaruhi terjadinya seks di luar nikah adalah:

Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama keyakinan agama dan moralitas, semakin terbukanya peluang pergaulan bebas, kekosongan aktivitas fisik dan kognitif dalam kehidupan sehari-hari, kepekaan penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan bebas dan seks bebas, banyaknya media yang mempertontonkan seks bebas, adanya kemudahan mengantisipasi resiko kehamilan, rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya.

(18)

13 nikah adalah rendahnya kepedulian

dan kontrol sosial masyarakat, sikap dan busana yang mengundang hasrat seksualitas dan tersedianya lokalisasi atau legalisasi pekerja seks.

Selain itu YZ juga tidak

memiliki pengendalian diri yang cukup dan tidak belajar dari pengalaman yang sudah YZ alami.

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2008. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMMPress. 2012

Dariyo, A. 2003. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Farhan, K. 2014. Setengah dari Jumlah Gadis Muda Kota Hilang Keperawanan, (online), (

http://beritakaltara.com/?p=2053,

diaskes 17 Mei 2017)

Guruh. 2016. 47.440 Pengidap HIV/AIDS di Jakarta, (Online),

(http://poskotanews.com/2016

/03/25/47-440-pengidap-hivaids-di-jakarta/, diaskes 17

Mei 2017)

Howe, N. & Nadler, R. (2012). Why Generations Matter: Ten Findings from LifeCourse Research on the Workforce, (Online),

(https://www.lifecourse.com/a

ssets/files/Why%20Generatio ns%20Matter%20LifeCourse %20Associates%20Feb%202

012.pdf, diaskes pada 9 Mei

2017)

Hyde, J. S. 2012. Understanding Human Sexuality (ed. Ke-11). USA: McGraw Hill

Hudson W.W. 2003. Sexual Attitude Scale, (Online),

(http://walmyr.com.tallahasse

e, diakses pada tanggal 19 Januari 2017)

Julianto dan Roswitha. 2009. Seks Pranikah dan Tanggung Jawab Kita, (Online), (http://ebahana.com/warta- 694-Seks-Pranikah-dan-Tanggung-Jawab-Kita.html. diakses pada 8 Mei 2017)

Kauma, Fuad. 2002. Sensasi Remaja di Masa Puber: Dampak Negatif dan Penanggulangannya. Jakarta: Kalam Mulia.

Kresna. 2016. Dalam Setahun 976 Pelajar Yogyakarta Hamil di Luar Nikah, (Online),

(https://www.merdeka.com/pe

ristiwa/dalam-setahun-976-

pelajar-yogyakarta-hamil-di-luar-nikah.html, diaskes 17

Mei 2017)

Masland, P.R. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks. Jakarta: Bumi Aksara. Miron, Amy G. dan Miron, Charles D.

(19)

14 Papalia, D.E., Old, S.W., dan Feldman,

R.D. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana.

Rintyastini, Y, Charlotte, SY. 2006.

Bimbingan dan Konseling SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (edisi kelima). (Penerj. Ahmad Chusairi, Juda Damanik; Ed. Herman Sinaga, Yati Sumiharti). Jakarta: Erlangga.

Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sarwono, S.W. 2012. Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Thomas, Gary. 2011. How to Do Your Case Study: for Student and Researches. London: Sage publication.

Gambar

gambar porno dengan mudah.  Adanya

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini sejalan dengan peneltian yang dilakukan Maryatun (2009), terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan dengan perilaku seksual pranikah pada anak

Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara religiusitas terhadap perilaku seksual pranikah remaja akhir di

Hubungan Pengetahuan Tentang Seks Dengan Intensitas Perilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Di Organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Maluku Utara Malang (IPMA-MUM),

Salah satu fenomena kehidupan remaja yang sangat menonjol adalah terjadinya peningkatan minat dan motivasi terhadap seksualitas. Hubungan seksual yang dilakukan remaja sekarang

Pengaruh teman sebaya, hubungan orang tua-remaja dan paparan media pornografi merupakan faktor pemicu terjadinya perilaku seksual pranikah berisiko pada remaja di

Hasil penelitian Seotjiningsih (2006), menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja adalah hubungan orangtua remaja, tekanan negatif

Bagaimana pendapat kamu mengenai pengelola kost yang menerapkan aturan khusus untuk menghindari terjadinya hubungan seksual pranikah pada remaja di tempat kost?.

Latar Belakang Terjadinya Kehamilan di luar Nikah pada Subjek Faktor penyebab subjek melakukan hubungan seksual dari ketiga subjek, yaitu saat pacaran ada rangsangan pornografi dari