• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK TAHUN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK TAHUN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TERHADAP PENERIMAAN PAJAK

TAHUN 2013 - 2014 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA

OLEH :

NAMA : FINKA AYU SAPUTRI LUBIS NIM : 132600086

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016

(2)

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang diberi judul “Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2013 – 2014 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota” dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan dukungan yang sangat berarti dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini, penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Patar N.M.P. Hutabarat selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan banyak saran, bimbingan dan

(3)

pengarahan dalam penyusunan tugas akhir ini sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Bapak Hajopan selaku Kasubbag umum yang telah bersedia menjadi Supervisor Lapangan.

5. Kak Julia selaku pelaksana sub bagian umum yang telah banyak membantu kami selama melakukan riset di KPP Medan Kota.

6. Bang Berry dari bagian seksi PDI yang juga turut memberikan bimbingan, nasihat dan berbagai data yang diperlukan.

7. Kak Inggrit dari seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan yang juga telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan.

8. Ibunda Kasmawati, yang selalu menyayangi, mengasihi, mendidik, menasehati, membimbing, dan memberikan motivasi kepada anak-anaknya, serta tidak kenal lelah dalam menafkahi hidup anak-anaknya. Semoga penulis dapat membalas atas jasa–jasa dan membahagiakan Ayah dan ibu.

9. Seluruh staff Program Studi Administrasi Perpajakan yang selalu mendukung, membantu dan memotivasi penulis dalam banyak hal, salah satunya dalam penyelesaian tugas akhir penulis.

10. Abang Muhammad Reza Lubis dan Adik Femmy Anggilia Saputri Lubis dan keluarga besar yang selalu menyayangi dan memotivasi dari awal hingga akhir penulisan.

11. Jabirun Mulutun (Adinda Khoirudin, Bulan Rahmadhani, Danda Primadhesi, Efriani, Mellisa Sepani Ekatrin, Rio Aswara Dika, Shofi Arika, Suryo

(4)

Prabowo) yang sering ikut serta dalam belajar barsama, mengumpulkan informasi, yang saling menyemangati, dan teman berbagi segala hal, penulis bangga memiliki dan menjadi bagian dari kalian.

12. Maria Octaviani, Rio Maciste, Rizqan Fadhly, Rizky Novanda, Maulana Rasyid, Amos Sujatmiko, M. Reski Ansyah terimakasih telah menjadi teman berbagi segala hal selama masa perkuliahan.

13. Chindya Zahara Nasution, Sonia Suharni, Desi Fadillah Sari, Dian Rahmayani, Muhammad Risky, Ilham Pratama, Aditya Ananda, Windy Yesika Putri, Andika Elfrida sahabat lama yang selalu ada untuk menyemangati dan memotivasi penulis.

14. Feblina Nainggolan, Melita Manurung, Wulan Kurnia Desty yang berjuang bersama dalam mengerjakan tugas akhir, melakukan riset, mengumpulkan informasi dan saling bertukar informasi mengenai judul tugas akhir selama masa bimbingan hingga berakhirnya penulisan tugas akhir.

15. Kak Justitie, Bg Fauzi, Kak Puspa, Bg Wendi, dan semua senior yang telah sangat banyak membantu penulis mulai semester satu sampai akhir dalam belajar.

16. Keluarga Tax ”B”ersatu 2013 terima kasih telah menjadi bagian selama 3 tahun yang mengesankan.

17. Teman-Teman seangkatan 2013 terima kasih atas keramahan dan pertemanannya.

(5)

18. Buat junior – junior penulis Administrasi Perpajakan FISIP USU, yang tidak mungkin penulis tulis satu per satu tulis, terima kasih atas ramah dan mau berbagi tertawa kepada penulis.

19. Pengurus IMPROSAJA Periode 2015-2016.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan yang harus dibenahi, hal ini disebabkan keterbatasan Ilmu yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, dengan sikap terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak.

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Harapan penulis semoga Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak dan mudah-mudahan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.

Medan, Juni 2016

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Manfaat ... 4

C. Uraian Teoritis ... 7

D. Ruang Lingkup ... 14

E. Metode Penulisan ... 14

F. Metode Pengumpulan Data ... 16

G. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II : GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN KOTA A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Kota ………... 19

B. Visi dan Misi KPP Pratama Medan Kota……….. 22

C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota………. 23

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota ……… 23

E. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota ………… 26

(7)

BAB III : GAMBARAN DATA

A. Beberapa Pengertian dalam Pajak Penghasilan……… .. 30

B. Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013………. 32

1. Dasar Hukum……… 32

2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013……….. 32

a. Objek dan Subjek Pajak PP No. 46 Tahun 2013………… 34

b. Penentuan Peredaran Bruto……… 35

c. Penghasilan Dipotong dan/atau Dipungut Pihak Lain…... 40

d. Pajak Yang Dibayar Atau Terutang Di Luar Negeri……. 41

e. Kompensasi Kerugian……… 42

f. Pajak Penghasilan Pasal 25 menurut PMK Nomor 107/PMK.011/2013……….... 43

g. Surat Keterangan Bebas Pajak atas Peraturan Pemerintah Nomor 46……… 45

C. Penghitungan, Pelaporan, dan Penyetoran Pajak Penghasilan Final Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013………. 48

1. Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Final……….. 48

a. Cara mengitung SPT Tahunan Orang Pribadi 2013…….. 48

b. Cara menghitung SPT Tahunan PPh Badan……… … 50

2. Penyetoran dan Pelaporan……….. … 51

(8)

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

A. Jumlah Target Penerimaan Pajak dan Realisasi Pajak di KPP Pratama

Medan Kota……….……….. 52

B. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Terhadap Pembayaran Pajak PP 46/2013

Pada KPP Pratama Medan Kota……….……… 53

C. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan PP 46/2013 yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota ………... 55 D. Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 di KPP Pratama Medan

Kota……….…... 59

E. Permasalahan dan upaya yang ditempuh dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013……….. 67

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……… 69

B. Saran ………... 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL & BAGAN

Tabel :

1. Bagan 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota 2. Tabel 3.1 Perhitungan Pajak PP 46/2013 Orang Pribadi 3. Tabel 3.2 Perhitungan Pajak PP 46/2013 Badan

4. Tabel 4.1 Jumlah Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

5. Tabel 4.2 Jumlah Penerimaan Pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan yang Setor SPT dan Jumlah Setoran PP 46 tahun 2013

6. Tabel 4.3 Data Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan PP 46 Tahun 2013 per Sektor Pajak yang terdaftar Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota 7. Tabel 4.4 Data Penerimaan Pajak PP 46 Tahun 2013 dan PPh Pasal 25/29

berdasarkan Sektor pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota (Analisis Secara Horizontal)

8. Tabel 4.5 Data Penerimaan Pajak PP 46 Tahun 2013 dan PPh Pasal 25/29 berdasarkan Sektor pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota (Analisis Secara Vertikal)

(10)

A. Latar Belakang

Dalam mensukseskan Pembangunan Nasional, peranan penerimaan dalam negeri mempunyai kedudukan yang sangat strategis. Roda pemerintah akan terus berjalan jika sumber penerimaan yang mendukung terus membantu dalam mewujudkan kemandirian bangsa dalam hal mensehjahterakan rakyat secara adil dan makmur. Untuk mencukupi kebutuhan bangsa itu, pemerintah harus mencari sumber penerimaan yang dapat menutupi segala kebutuhan dalam Negara tersebut. Salah satu sumber penerimaan dalam negeri yang turut berperan dalam membangun suatu negara adalah pajak.

Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang menginginkan pembangunan nasional yang harus dibiayai dari sumber dana yang berasal dari masyarakat negara itu sendiri sebagai upaya untuk mengurangi tingkat ketergantungan pinjaman luar negeri dan untuk meningkatkan kemandirian bangsa. Di negara – negara yang sedang berkembang bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah yang berperan penting dalam mensukseskan pembangunan sesuai dengan cita-cita pancasila, sedangkan masyarakat diberikan tanggung jawab terhadap negara untuk menyadari akan peraturan dan hukum serta mengerti akan kewajiban dan hak pada negara.

(11)

Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi setiap Negara khususnya Indonesia di samping peranan pajak dalam pembangunan Nasional juga peranannya dalam mensejahterakan rakyat. Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Setiap tahunnya pemerintah Indonesia terus meningkatkan Penerimaan Pajak dari semua sektor, karena pajak merupakan sektor utama yang dapat diandalkan sebagai sumber penerimaan. Sehingga pemerintah terus menggali potensi-potensi yang dapat dikenakan pajak.

Belum lama ini pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah yang mengatur perlakuan khusus Pajak Penghasilan untuk usaha kecil, mikro dan menengah.

Peraturan Pemerintah tersebut adalah Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang terbit tanggal 12 Juni 2013 dan mulai diberlakukan tanggal 1 Juli 2013.

Dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 dipicu oleh rendahnya penerimaan pajak dari sektor UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 0,7% sedangkan kontribusinya ke perekonomian Indonesia sangat Besar yakni 57,94% bedasarkan data Badan Pusat Statistik (Majalah UKM, 10 Februari 2013).

UMKM Menurut Undang – Undang No 20 Tahun 2008 merupakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yakni usaha yang dilakukan orang perorangan dan badan usaha dengan peredaran maksimum Rp 50.000.000.000 dalam setahun.

(12)

Berdasarkan ketentuan ini, wajib pajak yang memiliki Kriteria dikenakan PPh final dengan tarif 1% dan dasar pengenaan pajaknya adalah peredaran bruto setiap bulan. Wajib pajak yang dimaksud adalah wajib pajak orang pribadi atau Badan tidak termasuk bentuk usaha tetap dan menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000 (empat milyar delapan ratus juta rupiah) dalam satu tahun pajak. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 termasuk dalam Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) yang bersifat final.

Sebelumnya sudah ada ketentuan perpajakan yang mengatur tarif khusus PPh untuk UMKM tetapi hanya berlaku untuk berbentuk badan usaha. Dalam Undang- Undang No. 36 Tahun 2008 (UU PPh) Pasal 31 E dinyatakan bahwa wajib pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000 mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif umum sebagaimana diatur dalam pasal 17 ayat (2) UU PPh yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian predaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000.

Diharapkan dengan adanya peraturan pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 penerimaan negara semakin meningkat, serta tercapainya target penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), meningkatnya kepatuhan wajib pajak, dan memudahkan administrasi perpajakan wajib pajak khususnya untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam hal menghitung, membayar, dan melaporkan pajak nya yang terutang.

(13)

Dengan bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membahasnya dan penulis akhirnya mengangkat judul ” Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2013 – 2014 Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota”.

B. Tujuan dan Manfaat

Tugas Akhir merupakan salah satu syarat yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

1. Tujuan

Adapun tujuan dari Tugas Akhir ini, yaitu;.

1.1. Mengetahui pengaruh pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Peneriaan Pajak PPh Pasal 25/29 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

1.2. Mengetahui Pengaruh Penerimaan PPh Final, PP 46/2013, dan PPh Pasal 25/29 Terhadap Realisasi Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

1.3. Mengetahui jumlah Wajib Pajak yang terdaftar terhadap pembayaran pajak dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 pada Kantor Pelayanan Pratama Medan Kota.

(14)

1.4. Mengetahui permasalahan dan upaya yang ditempuh dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

2. Manfaat

2.1. Bagi Mahasiswa

a. Untuk menambah ilmu mengenai Peraturan Pemerintah ini.

b. Untuk mendorong mahasiswa untuk selalu update dengan peraturan- peraturan dibidang perpajakan.

c. Untuk memberitahukan adanya potensi prodi administrasi perpajakan didunia kerja.

d. Untuk menerapkan ilmu yang sudah didapat dibangku perkuliahan ke masyarakat.

2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

a. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

b. Sebagai sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota dengan lembaga pendidikan Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan yang bertujuan untuk meningkatan sumber daya manusia.

(15)

c. Untuk mendorong munculnya ide–ide dan pemikiran baru dalam sosialiasi.

d. Mempromosikan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota kepada masyarakat.

2.3. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU a. Meningkatkan hubungan kerja sama antara Universitas Sumatera Utara

pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah

b. Membuat mahasiswa yang berkualitas dan berintegritas dalam dunia kerja.

c. Meningkatkan mutu mahasiswa agar menjadi tenaga ahli yang profesional.

d. Mempromosikan adanya Sumber Daya Manusia di Universitas Sumatera Utara pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

e. Memasukkan kritik dan saran dan memperbarui kurikulum perpajakan yang ada di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

(16)

C. Uraian Teoritis 1. Dasar Hukum

1.1. Pasal 1 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

1.2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, Peredaran Bruto tertentu 1.3. Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PJ.011/2013

1.4. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE – 42/PJ/2013

2. Defenisi Pajak

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang- Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraperestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S. H.). Sedangkan Pajak menurut Undang - Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang - Undang Nomor 16 tahun 2009 adalah kontribusi Wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

(17)

3. Subjek Pajak Penghasilan

a. Orang Pribadi; Orang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak; Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak, yaitu ahli waris.

Penunjukan dimaksudkan agar pengenaanpajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

c. Badan; Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lannya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

d. Bentuk Usaha Tetap; Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

(18)

4. Objek Pajak Penghasilan

Yang menjadi Objek Pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

5. Pembagian Pajak penghasilan terbagi atas:

a. Pajak Penghasilan Pasal 21 b. Pajak Penghasilan Pasal 22 c. Pajak Penghasilan Pasal 23 d. Pajak Penghasilan Pasal 24 e. Pajak Penghasilan Pasal 25 f. Pajak Penghasilan Pasal 26 g. Pajak Penghasilan Pasal 15 h. Pajak Penghasilan Bersifat Final

6. Pajak penghasilan bersifat final

Pajak penghasilan final adalah pajak penghasilan yang tidak dapat dikreditkan (dikurangkan) dari total pajak penghasilan terutang pada akhir tahun pajak. Berdasarkan pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh (Direktorat Jenderal Pajak, 2009), pajak penghasilan yang bersifat final terdiri atas:

(19)

1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi.

2. Penghasilan berupa hadiah undian.

3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau

pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura.

4. Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estat, dan persewaan tanah dan/atau bangunan.

5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Pada pembagian Pajak Penghasilan bersifat final terdapat Penghasilan tertentu lainnya yang diatur Berdasarkan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Tentang Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

a. Dasar Hukum

Peraturan yang terkait dengan pajak penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Pasal 4 ayat (2) huruf e Undang - Undang Pajak Penghasilan, Peraturan Pemerintah

(20)

Nomor 46 Tahun 2013, Peraturan Menteri Keuangan No.

107/PMK.11/2013.

b. Objek Pajak

Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.

c. Subjek Pajak (Wajib Pajak)

Subjek Pajak dalam Objek Pajak dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 tahun 2013 Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap; dan

2. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000 dalam satu Tahun Pajak. Peredaran bruto yang tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) ditentukan berdasarkan peredaran bruto dari usaha seluruhnya, termasuk dari usaha cabang, tidak termasuk peredaran bruto dari:

a. jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;

b. penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri;

(21)

c. usaha yang atas penghasilannya telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan tersendiri; dan

d. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.

Tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, meliputi pihak-pihak berikut.

a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari.

c. Olahragawan.

d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

e. Pengarang, peneliti, dan penerjemah.

f. Agen iklan.

g. Pengawas atau pengelola proyek.

h. Perantara.

i. Petugas penjaja barang dagangan.

j. Agen asuransi.

(22)

k. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel

marketing) atau penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

Tidak Termasuk Subjek Pajak (Wajib Pajak)

1. Tidak termasuk Wajib Pajak orang pribadi adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya:

a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk

kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.

2. Tidak termasuk Wajib Pajak Badan adalah:

a. Wajib Pajak badan yang belum beroperasi secara komersial;

atau

b. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu satu tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000.

d. Tarif pajak

Besarnya tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final ini adalah 1%(satu persen).Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak

(23)

Penghasilan yang bersifat final adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan.

Pengenaan Pajak Penghasilan didasarkan pada peredaran brutodari usaha dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak yang bersangkutan.

D. Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup Tugas Akhir yaitu melakukan pengumpulan data dan membahas permasalahan mengenai:

1. Data yang berkenaan dengan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 terhadap penerimaan pajak PPh pasal 25/29 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

2. Pengaruh Pelaksanaan Peraturan Pemerinah Nomor 46 Tahun 2013 terhadap Penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota pada bidang Perekaman Data dan Informasi serta bidang Pengawasan dan Konsultasi.

E. Metode Penulisan 1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini penulis menyediakan persiapan yang dibutuhkan mulai dari pengenalan objek pajak yang akan dibahas, pengajuan judul, persetujuan judul oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, penyusunan proposal, seminar proposal, berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diloma III Administrasi Perpajakan, dan

(24)

memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri dari pihak Fakultas / Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan Perundang - Undangan di bidang perpajakan, bahan-bahan kuliah, materi brevet, internet, majalah, surat kabar, catatan-catatan, maupun bahan tertulis yang ada hubungannya dengan laporan penelitian.

3. Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan pengamatan secara langsung terhadap Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

4. Pengumpulan Data

Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun Tugas Akhir yang terdiri dari :

4.1. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui dan memahami tentang Pajak khususnya tentang Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013.

4.2. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang mendukung seperti buku-buku literatur, peraturan Perundang - Undangan di bidang perpajakan, bahan-bahan kuliah, materi brevet, internet,

(25)

majalah, surat kabar, catatan-catatan, maupun bahan tertulis yang ada hubungannya dengan laporan penelitian

5. Analisis Dan Evaluasi Data

Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap, maka penulis sudah dapat memulai menganalisis dan mengevaluasi data tersebut serta menarik kesimpulan berdasarkan pemikiran, pengetahuan, dan teori yang telah diterima dan menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis dan secara objektif.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dalam Tugas Akhir ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Daftar Wawancara ( Interview Guide )

Dengan melakukan tanya jawab secara langsung dengan melibatakan pegawai pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan maupun secara tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu tentang Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013.

2. Daftar Observasi ( Observasi Guide )

Melakukan kegiatan pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran dari sumber data yang perlu.

(26)

3. Daftar Dokumentasi ( Dokumentasi Guide )

Pengumpulan data dengan studi dokumentasi, untuk lebih memperjelas teori- teori dan penjelasan tentang Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013. Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi. Penulis juga melakukan pengamatan yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan di perpustakaan, Undang - Undang Perpajakan, Peratuaran Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, Surat Edaran, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan Tugas Akhir penulis, untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tugas akhir ini.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan laporan Tugas Akhir adalah :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemilihan dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat, uraian teoritis, ruang lingkup, metode praktek, metode pengumpulan data serta sistematika penulisan laporan Tugas Akhir.

(27)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, Struktur Organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi gambaran pegawai.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai ketentuan yang mengatur tentang Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 dan lain-lain yang dilakukan selama melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Pada bab ini penulis membahas tentang analisa dan evaluasi data yang diperoleh mengenai Peraturan Pemerintah No 46 Tahun 2013 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini penulis mengemukan tentang kesimpulan dan saran-saran mengenai objek PKLM dan permasalahan yang penulis hadapi selama melaksanakan PKLM di lapangan.

(28)

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota

Sejarah umum dari kantor Pelayanan Pajak dimulai dari masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak bernama Belasting, kemudian setelah kemerdekaan berubah menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada Tahun 1976 berdiri tiga kantor Inspeksi Pajak, yaitu:

a. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan b. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara c. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Tahun 1976 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak Medan Timur (sekarang Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dan Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota). Dan untuk semakin memantapkan Pelayanannya Kepada masyarakat dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan

(29)

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisir Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, yang sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:

Kep.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur merupakan pecahan dari Tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Dan sesuai dengan keputusan menteri keuangan, Kantor Pelayanan Pajak berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur 2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat 3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia 4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Sejak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak - Departemen Keuangan melakukan modernisasi perpajakan sebagai bagian dari reformasi perpajakan (tax-

(30)

reform) dan reformasi birokrasi. Dilakukan perubahan paradigma perpajakan dengan mengedepankan aspek pelayanan kepada Wajib Pajak, yang diimbau dengan pengawasan dan konsultasi. Untuk implementasinya dibentuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP) modern dengan tiga model, yakni KPP Wajib Pajak Besar, KPP Madya, dan KPP Pratma. Salah satunya adalah KPP Pratama Medan Kota yang terletak di Jalan P. Diponegoro No. 30 A Medan sebelum akhirnya pindah ke Jalan Suka Mulia No. 17 A Medan lantai III.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Kota dibentuk dan merupakan pecahan dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/ KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak, dan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan maka secara hirearkis KPP Medan Kota berada di bawah pembinaan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, maka sejak 6 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan reformasi dan modernisasi birokrasi pada Direktorat Jenderal Wajib Pajak.

(31)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama memiliki tugas untuk melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan nilai (PPN), Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sejak awal tahun 2011 pengelolaan BPHTB telah dialihkan pengelolaannya ke Pemarintah Daerah, dan pada awal tahun 2012 pengelolaan PBB untuk wilayah perkotaan dan pedesaan di Kota Medan juga telah dialihkan ke Pemerintah Daerah Kota Medan dan pengalihan pengelolaan PBB tersebut dilakukan secara nasional secara bertahap sampai tahun 2014.

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

1. Visi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Menjadi institusi pemerintah yang menyelengarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.

(32)

2. Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

Menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

C. Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Kota

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KPP Pratama Medan Kota memiliki wilayah kerja di empat kecamatan di Kota Medan, yaitu :

a. Kecamatan Medan Kota;

b. Kecamatan Medan Amplas;

c. Kecamatan Medan Denai;

d. Kecamatan Medan Area;

D. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Kota

Struktur organisasi adalah suatu bagian yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas,fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing- masing dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat pilaksanakan dengan teratur dan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan secara maksimal

KPP pratama Medan Kota adalah instansi vertikal direktorat jenderal pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala kantor wilayah yang

(33)

dipimpin oleh seorang kepala kantor. KPP pratama Medan Kota terdiri dengan sebelas seksi. Masing-masing seksi dipimpin oleh kepala seksi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 176/PMK.01/2012 tentang Perubahan Kadua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, KPP Pratama Medan Kota tediri dari :

a. Sub bagian Umum dan Kepatuhan Internal b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi;

c. Seksi Pelayanan;

d. Seksi Penagihan;

e. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal;

f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan;

g. Seksi Pengawasan dan konsultasi I;

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II;

i. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III;

j. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV; dan k. Kelompok Jabatan Funsional.

(34)

Bagan 2.1

STRUKTUR ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN KOTA 2016

Sumber: Sub Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota, 2016

Ka. SUBBAG UMUM PELAKSANA

KASI EKSTENSIFIKASI PELAKSANA

KASI PDI

PELAKSANA

KASI PELAYANAN PELAKSANA

KASI PEMERIKSAAN PELAKSANA KASI

WASKON IV PELAKSANA KASI

WASKON III PELAKSANA KASI

WASKON I PELAKSANA

KASI WASKON II PELAKSANA

KELOMPOK FUNGSIONAL

SUPERVISOR II PEMERIKSA SUPERVISOR I

PEMERIKSA

KEPALA KANTOR

(35)

E. Uraian Tugas Pokok Dan Fungsi KPP Pratama Medan Kota Dalam menjalankan tugas, KPP Pratama menjalankan fungsi :

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak;

f. Pelaksanaan ekstesifikasi;

g. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

h. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

j. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

k. Pelaksanaan intensifikasi;

l. Pembetulan ketetapan pajak;

m. Pelaksanaan administrasi kantor;

Dalam melaksanakan fungsinya kantor pelayanan pajak pratama Medan Kota menyelenggarakan tugas-tugas pokok sebagai berikut :

(36)

a. Kepala KPP (Kepala Kantor) mempunyai tugas untuk mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan dan pengawasan Wajib Pajak di Bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

b. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dalam mengkoordinasi tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam mengatur urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

c. Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencerian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunandan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing, pelaksanaan i-SISMIOP dam SIG, serta penyiapan laporan Kinerja.

d. Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, peneimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan sura lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama perpajakan.

e. Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan

(37)

aktif,usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen- dokumen penagihan.

f. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Serat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemanauan pengendalian intern, pengelolaan resiko, kepatuhan terhadap kode etik dan displin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomedasi persetujuan proses bisnis.

g. Seksi Ektensifikasi Perpajakan mempunyain tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendapatan objek dan subjek, pembentukan dan pemuktakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

h. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, serta Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak,analisis Kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

(38)

i. Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Pejabat Fungsional dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Kota. Dalam melaksanakan pekerjaanya, Pejabat Fungsional Pemeriksa berkoodinasi dengan Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.

(39)

A. Beberapa Pengertian dalam Pajak Penghasilan

1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang - Undangan perpajakan.

3. Orang Pribadi; Orang Pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.

4. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

(40)

5. Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.

6. Bentuk Usaha Tetap; Bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

7. Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

8. Bagian Tahun Pajak adalah bagian dari jangka waktu 1 (satu) Tahun Pajak.

9. Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang - Undangan perpajakan.

10. Surat Pemberitahuan Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

(41)

11. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

12. Surat Setoran Pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir ke kas negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

B. Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 1. Dasar Hukum

a. Pasal 1 Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013, Peredaran Bruto tertentu c. Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PJ.011/2013

d. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE – 42/PJ/2013

2. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu atau biasa disebut PP No.

46 Tahun 2013 merupakan kebijakan perpajakan yang tergolong baru.

Peraturan ini mulai berlaku sejak diterbitkan pada 1 Juli 2013 dan wajib dilaksanakan maksimal per 1 Januari 2014.

(42)

Adapun mekanisme pengenaan Pajak Penghasilan Final dijelaskan oleh Menteri Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.011/2013. Sesuai dengan ketentuan Pasal 4 ayat (2) huruf e Undang- Undang Nomor 36 tahun 2008, pemerintah diberikan kewenangan untuk menentukan jenis-jenis penghasilan yang dapat dikenai PPh bersifat final.

Tujuan penerbitan peraturan ini adalah untuk memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak orang pribadi dan badan yang memiliki peredaran bruto tertentu dalam melaksanakan kewajiban pajaknya. Pengenaan PPh Final umumnya dilakukan dengan mekanisme pemotongan dan penyetoran oleh pihak pemberi penghasilan. Apabila pihak pemberi penghasilan bukan pemotong pajak atau tidak melakukan pemotongan pajak, maka mekanisme PPh Final mewajibkan Wajib pajak yang menerima penghasilan tersebut untuk melakukan penyetoran sendiri.

Pemotongan atau penyetoran sendiri ini harus dilakukan pada setiap bulan (masa pajak) saat penghasilan itu dibayarkan atau terutang (jika dilihat dari sisi pemberi penghasilan) atau saat penghasilan tersebut diterima atau diperoleh (jika dilihat dari sisi penerima penghasilan). PPh Final yang sudah dipotong maupun yang disetor sendiri tersebut dianggap sebeagai pelunasan PPh atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP. Sehingga di akhir tahun pajak, WP penerima penghasilan tidak perlu lagi melakukan penghitungan PPh atas penghasilan tersebut.

(43)

Oleh karena itu pemerintah memberikan perlakuan tersendiri terkait ketentuan mengenai penghitungan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan yang terutang.

Adapun Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final diatur sebagai berikut :

a. Objek dan Subjek Pajak PP No. 46 Tahun 2013

Pasal 2 PP 46 Tahun 2013 ini menyebutkan kriteria yang menjadi objek dan subjek pajak peraturan ini sebagai berikut:

1. Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final.

2. Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Wajib pajak orang pribadi atau wajib pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap; dan

b. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, dengan

peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.

(44)

3. Tidak termasuk wajib pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang dalam usahanya:

a. Menggunakan sarana atau prasarana yang dapat dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap; dan

b. Menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan.

4. Tidak termasuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah:

a. Wajib Pajak badan yang belum beroprasi secara komersial;

atau

b. Wajib Pajak badan yang dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).

b. Penentuan Peredaran Bruto

Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan Final sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 adalah peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Menurut Peraturan Pemerintah ini, semua pendapatan termasuk pendapatan perusahaan cabang (bila ada), namun

(45)

tidak termasuk pendapatan yang telah dikenakan PPh final dan pendapatan yang berupa jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.

Misalnya:

1. Data pendapatan (revenue) PT. ABC pada tahun fiskal 2012 diketahui sebagai berikut:

Penjualan : Rp 4.785.000.000

Pendapatan Bunga Jasa Giro : Rp 25.000.000

Total : Rp 4.810.000.000

Dapat dilihat dari totalnya, pendapatan PT. JAK sudah di atas Rp 4.800.000.000. Namun karena nilai yang Rp 25.000.000 berupa pendapatan jasa giro dan telah dikenakan PPh final oleh pihak bank, maka perdedaran bruto yang diperhitungkan hanya Rp 4.785.000.000 sehingga masuk kriteria Wajib Pajak yang dikenakan PPh Final dengan tarif 1% (satu persen), sesuai PP 46/2013.

2. Tahun fiskal 2012, data pendapatan PT. Timbul Jaya yang berkantor pusat di tangerang memiliki data pendapatan sebagai berikut:

Penjualan di Kantor Pusat : Rp 2.900.000.000 Penjualan di Cabang I : Rp 1.500.000.000 Penjualan di Cabang II : Rp 1.700.000.000

Total : Rp 6.100.000.000

(46)

Total pendapatan PT. ABC termasuk cabang melebihi Rp 4.800.000.000, sehingga tidak memenuhi kriteria Wajib Pajak yang dikenakan PPh Final dengan tarif 1% (satu persen).

3. Tahun fiskal 2012, data pendapatan Tuan Dedi Timoti, pemilik Minimarket UD Makmur dan Toko Bangunan UD Silitonga, adalah sebagai berikut:

Penjualan Minimarket UD Makmur : Rp 1.750.000.000 Penjualan Toko Bangunan UD Silitonga : Rp 2.975.000.000 Pendapatan dari pekerjaan bebas : Rp 150.000.000

Total : Rp 4.875.000.000

Total pendapatan Tuan Dedi Timoti memang melebihi Rp 4.800.000.000 dalam satu tahun fiskal. Namun karena pendapatan dari pekerjaan bebas tidak dihitung, jadi belum melewati Rp 4.800.000.000, sehingga memenuhi kriteria untuk dikenakan PPh Final dengan tarif 1% (satu persen).

Hal khusus terkait peredaran bruto sebagai dasar untuk dapat dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, diatur sebagai berikut:

1. Didasarkan pada jumlah peredaran bruto Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal Tahun Pajak terakhir sebelum

(47)

Tahun Pajak berlakunya Peraturan Pemerintah ini meliputi kurang dari jangka waktu 12 (dua belas) bulan.

Misalnya:

PT. Sentosa menggunakan tahun kalender sebagai Tahun pajak. Terdaftar sebagai Wajib Pajak sejak bulan agustus 2013. Peredaran bruto selama bulan Agustus-Desember 2013 adalah Rp 200.000.000. peredaran bruto yang disetahunkan adalah Rp 200.000.000 x 12/5 = Rp 480.000.000

2. Didasarkan pada jumlah peredaran bruto dari bulan saat Wajib Pajak terdaftar sampai dengan bulan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak terdaftar pada Tahun Pajak yang sama dengan Tahun Pajak saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini di bulan sebelum Peraturan Permerintah ini berlaku.

Misalnya:

PT. Risky Jaya terdaftar 3 (tiga) bulan sebelum berlakunya PP ini pada tahun fiskal yang sama dengan tahun berlakunya PP ini. Jumlah peredaran bruto selama 3 (tiga) bulan tersebut adalah Rp 200.000.000. Peredaran bruto selama 3 bulan yang disetahunkan adalah Rp 200.000.000 x 12/3 = Rp 800.000.000

(48)

3. Didasarkan pada jumlah peredaran bruto pada bulan pertama diperolehnya penghasilan dari usaha yang disetahunkan, dalam hal Wajib Pajak yang baru terdaftar sebagai Wajib Pajak sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

Misalnya:

Tagor terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan November 2014. Pada bulan November 2014 memperoleh peredaran bruto sebesar Rp 10.000.000. Penghasilan bruto bulan November yang disetahunkan adalah 12/1 x Rp 10.000.000 = Rp 120.000.000

4. Tahun Pajak menurut ketentuan umum perpajakan adalah sama dengan tahun kalender. Namun demikian, bagi Wajib Pajak yang tahun bukunya tidak sama dengan tahun kalender, Tahun Pajak ditentukan berdasarkan tahun buku yang didalamnya termasuk 6 (enam) bulan pertama atau lebih dari 6 (enam) bulan dari tahun buku tersebut. Misalnya, Jika tahun buku Wajib Pajak dimulai pada tanggal 1 Juli 2013 dan berakhir pada tanggal 30 Juni 2014 maka tahun buku tersebut berarti Tahun Pajak 2013 karena memenuhi 6 (enam) bulan pertama dari tahun 2013.

(49)

Contoh:

Reza merupakan pedagang tekstil yang memiliki tempat kegiatan usaha di beberapa pasar di wilayah yang berbeda.

Berdasarkan pencatatan yang dilakukan diketahui rincian peredaran usaha di tahun 2013 adalah sebagai berikut:

a. Pasar A sebesar Rp 90.000.000,00;

b. Pasar B sebesar Rp 150.000.000,00;

c. Pasar C sebesar Rp 350.000.000,00.

Dengan demikian peredaran bruto usaha perdagangan tekstil Reza sebagai dasar pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final adalah sebesar Rp 590.000.000,00.

c. Penghasilan Dipotong dan/atau Dipungut Pihak Lain

Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu, yang dipotong dan/atau dipungut oleh pihak lain diatur sebagai berikut:

1. Atas pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 oleh bendahara pemerintah dengan menggunakan Surat Setoran Pajak yang telah diisi atas nama rekanan:

a. Dapat diajukan permohonan pemindahbukuan ke setoran Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan ketentuan

(50)

mengenai tata cara pembayaran pajak melalui pemindahbukuan; atau

b. Dapat diajukan permohonan pengembalian pajak yang seharusnya tidak terutang sesuai dengan ketentuan mengenai tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang; atau

c. Dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.

2. Atas pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain dengan bukti pemotongan dan/atau pemungutan, termasuk pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 atas impor:

a. Dapat diajukan permohonan pengembalian pajak yang seharusnya tidak terutang sesuai dengan ketentuan mengenai tata cara pengembalian atas kelebihan pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang; atau

b. Dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan.

d. Pajak Yang Dibayar Atau Terutang Di Luar Negeri

Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan Undang- Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya.

(51)

e. Kompensasi Kerugian

Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini dan menyelenggarakan pembukuan dapat melakukan kompensasi kerugian dengan penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Kompensasi kerugian dilakukan mulai Tahun Pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) Tahun Pajak. Misalnya: PT.

ABC mengalami kerugian pada tahun pajak 2010, maka kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan penghasilan pada tahun pajak 2011-2015.

2. Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tetap diperhitungkan sebagai bagian dari jangka waktu sebagaimana dimaksud di atas. Misalnya:

PT. ABC pada tahun pajak 2014 dikenai Pajak Penghasilan final berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini, maka jangka waktu kompensasi kerugian tetap dihitung sampai dengan tahun pajak 2015.

3. kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak berikutnya. Misalnya: PT. ABC pada tahun pajak 2014 dikenai Pajak Penghasilan final berdasarkan

(52)

Peraturan pemerintah dan mengalami kerugian berdasarkan pembukuan, maka atas kerugian tersebut tidak dapat

dikompensasikan dengan tahun pajak berikutnya.

f. Pajak Penghasilan Pasal 25 menurut PMK Nomor 107/PMK.011/2013

Pengenaan PPh Pasal 25 diatur pada PMK Nomor 107/PMK.011/2013 yang terdapat pada pasal 9 dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Wajib Pajak yang hanya menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final, tidak diwajibkan melakukan pembayaran angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2. Dalam hal Wajib Pajak selain menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dan juga menerima atau memperoleh penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum Undang-Undang Pajak Penghasilan, atas penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum UU PPh, atas penghasilan yang dikenai Pajak Penghasilan berdasaran tarif umum tersebut wajib dibayar angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang- Undang Pajak Penghasilan.

(53)

3. Besarnya angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang-Undang Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang memenuhi ketentuan peredaran bruto Wajib Pajak yang telah melebihi Rp 4.800.000.000 pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf d dan c Undang-Undang Pajak Penghasilan, besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya angsuran pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai besarnya angsuran pajak bagi Wajib Pajak tersebut.

b. Bagi Wajib Pajak selain Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a, perhitungan besarnya angsuran pajak diberlakukan seperti Wajib Pajak baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.

4. Untuk Wajib Pajak orang pribadi, jumlah penghasilan neto yang disetahunkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dikurangi terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

5. Angsuran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 Undang- Undang Pajak Penghasilan dan pajak yang telah dipotong dan/atau

(54)

dipungut pihak lain boleh dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang untuk Tahun Pajak yang bersangkutan, kecuali untuk penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final.

g. Surat Keterangan Bebas atas Peraturan Pemerintah 46/2013

Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang berdasarkan ketentuan Undang- Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya wajib dilakukan pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final, dapat dibebaskan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain dengan tata cara sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur mengenai pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain.

Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh PP 46 Tahun 2013 digunakan oleh Wajib Pajak agar tidak dipotong/dipungut PPh Pasal 21/22/23 oleh Pemungut/Pemotong Pajak apabila terjadi transaksi penjualan barang/penyerahan jasa. Dengan adanya Surat Keterangan Bebas, Wajib Pajak mendapatkan pembebasan dan pemotongan/pemungutan PPh.

Permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diajukan secara tertulis

(55)

kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak menyampaikan kewajiban Surat Pemberitahuan Tahunan dengan syarat:

1. Diajukan ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan.

2. Telah menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak sebelum tahun pajak diajukan permohonan, untuk Wajib Pajak yang telah terdaftar pada tahun pajak sebelum tahun pajak diajukannya Surat Keterangan Bebas.

3. Menyerahkan surat pernyataan yang ditandatangani Wajib Pajak atau kuasa Wajib Pajak yang menyatakan bahwa peredaran bruto usaha yang diterima atau diperoleh termasuk dalam PPh PP 46/2013 disertai lampiran jumlah peredaran bruto setiap bulan sampai dengan bulan sebelum diajukannya Surat Keterangan Bebas, untuk Wajib Pajak yang terdaftar pada tahun pajak yang sama dengan tahun pajka diajukannya Surat Keterangan Bebas.

4. Menyerahkan dokumen-dokumen pendukung teransaksi seperti Surat Perintah Kerja, Surat Keterangan Pemenang Lelang dari Instansi Pemerintah, atau dokumen pendukung sejenis lainnya.

5. Ditandatangani oleh Wajib Pajak, atau dalam hal permohonan ditandatangani oleh bukan Wajib pajak harus dilampiri dengan

(56)

Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 Undang-Undang KUP.

Permohonan pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan oleh pihak lain sebagaimana dimaksud dalam huruf E butir 8 dapat diajukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-1/PJ/2011 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan Pembebasan dari Pemotongan dan/atau Pemungutan Pajak Penghasilan oleh Pihak Lain.

Sampai dengan ditetapkannya Peraturan Direktur Jenderal Pajak yang mengatur mengenai tata cara pembebasan dari pemotongan dan/atau pemungutan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.

(57)

C. Penghitungan, Pelaporan, dan Penyetoran Pajak Penghasilan Final Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013

1. Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Final a. Cara mengitung SPT Tahunan Orang Pribadi 2013

Pak Riski memiliki toko peralatan barang dapur dan pecah belah. Pada tahun 2013 Pak Riski wajib PP 46 dan sudah setor sejak Juli 1%. Selama tahun 2013 total penjualan sebesar Rp 380.000.000. Dari tabel penjualan per bulan diketahui seperti di bawah berikut:

Tabel 3.1

Perhitungan PP 46 Tahun 2013 Orang Pribadi Bulan Penjualan Januari 40.000.000 Februari 33.000.000 Maret 29.000.000 April 33.000.000

Mei 28.000.000

Juni 28.000.000 Juli 30.000.000 Agustus 29.000.000 September 26.000.000 Oktober 37.000.000 November 28.000.000 Desember 39.000.000 Total 380.000.000

(58)

Diketahui juga PTKP adalah K/I, dan angsuran PPh 25 Pak Riski perbulannya (januari-Juni) Rp 150.000 maka berapakah pajak yang harus dibayar pada SPT Tahunan PPh OP 2013 Pak Riski?

Jawaban:

PPh OP tarif umum

Total omset Januari-Juni 2013 = Rp 191.000.000

Norma dagang = 20%

Total angsuran PPh 25 Januari-Juni 2013 = Rp 900.000

(Rp 150.000 x 6 bulan)

Omset januari - juni : Rp 191.000.000

Omset disetahunkan 2013 : Rp 382.000.000

Norma : 20%

Penghasilan Neto : Rp 76.400.000

PTKP K/1 2013 : Rp 28.350.000

PKP : Rp 48.050.000

PPh Terutang Setahun : Rp 2.402.500

PPh Terutang 6 bulan : Rp 1.201.250

Kredit PPh 25 : Rp 900.000

Pajak Tahunan Kurang Bayar : Rp 301.250

(59)

Jadi yang masih harus dibayar pada SPT Tahunan PPh OP 2013 sebesar Rp 301.250

b. Cara menghitung SPT Tahunan PPh Badan

CV. Merdeka adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha di bidang Penjualan Alat dan Mesin Pertanian. Pada Tahun 2014 mempunyai Peredaran Bruto sebesar Rp 4.700.000.000. Dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 3.2

Perhitungan PP 46 Tahun 2013 Badan Bulan Peredaran Bruto Tarif

Pajak

PPh Pasal 4 ayat 2

Januari 390.000.000 1% 3.900.000

Februari 400.000.000 1% 4.000.000

Maret 300.000.000 1% 3.000.000

April 360.000.000 1% 3.600.000

Mei 390.000.000 1% 3.900.000

Juni 420.000.000 1% 4.200.000

Juli 430.000.000 1% 4.300.000

Agustus 410.000.000 1% 4.100.000

September 390.000.000 1% 3.900.000

Oktober 430.000.000 1% 4.300.000

November 380.000.000 1% 3.800.000

Desember 400.000.000 1% 4.000.000

Jumlah 4.700.000.000 1% 47.000.000

Jadi, Pajak yang terutang oleh CV Merdeka Rp 47.000.000 yang harus disetorkan setiap bulan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya dengan menggunakan kode MAP 411128 dan KJS 420.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan Kotamadya Daerah Tingkat II Palembang, Kabupaten Daerah Tingkat II Musi Banyuasin dan

Analisis Arus Kas Bersih Operasi Sebagai Alat Ukur Kinerja Keuangan Pada Industri Rokok Di BEI.Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.. Fundamentals of Financial

Usaha yang dilakukan untuk menyediakan kebutuhan gizi bagi masyarakat yaitu dengan memanfaatkan lahan tidur dan pekarangan yang tidak terpakai dengan program KRPL

Sementara pelaksanaan ujrah yang terjadi dilapangan seperti yang terjadi di Desa Koto Pulai, Kenagarian Barung- Barung Belantai Selatan Kabupaten Pesisir Selatan

Pengembangan produk materi menyimak ini dikaji berdasarkan pemahaman interkultural dan materi pembelajaran mengacu pada hasil analisis kebutuhan pembelajar BIPA dan wawancara

Tujuan penelitian ini adalah menentukan kondisi optimum ekstraksi fasa padat kobalt(II) dan nikel(II) yang meliputi pH adsorpsi optimum, konsentrasi eluen

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat Beliau, penulis dapat menyelesaikan skripsi penulis yang berjudul “Peranan The Green

▪ Anda dapat mengubah nilai default dari Formatter ini melalui file konfigurasi dari aplikasi (misal:.. "web.php" untuk