i
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
FakultasKeguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar
OLEH : MUIS
NIM. 105 4100293 10
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana (S1) Pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa
FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH:
MUIS
NIM. 105 410 293 10
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015
ii
Selalu kuat meskipun selalu dihantam ombak
Dan lakukanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri Dan juga untuk orang lain.
Ku persembahkan Skripsi ini untuk:
Kedua orang tuakudanadik-adikku Yang telah menjadi motivasi dan inspirasi serta tiadahenti-hentimya Memberikan dukungan dan do’anya.
Dan juga kepada sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat Dan slalu menemani disetiap hariku.
Saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
.vii
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu untuk mengungkapkan bagaimana proses pembuatan badik di kecamatan baraka kabupaten enrekang, serta mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penunjang dan penghambatnya.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif–kualitatif yang akan menggambarkan keadaan apaadanya berdasarkan hasil penelitian di lapangan. Mengenai proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.Hasil penelitian ini yakni diperoleh gambaran mengenai pembuatan badik yang meliputi pemilihan bahan, pengolahan bahan baku hingga siap diprodiksi menjadi sebuah badik. Pembuatan badik di kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sesui dengan kriteria-kriteria pembuatan benda tersebut yang baik, karena sama dengan yang dijelaskan dalam teori dan tatacara pembuatannya, terlihat dari proses pengerjaannya yang masih menggunakan peralatan yang relatif sederhana. Faktor penunjang yaitu banyaknya pemesan yang ingin dibuatkan badik, tempatnya mudah dijangkau. Factor penghambat adalah kurangnya perajin yang mengetahui cara pembuatan badik yang bersifat non teknis, tempat kerja yang kurang memadai dan kurangnya pehatian dari instansi terkait dalam membina dan membantu para perajin. Dengan demikian jenis usaha ini tidak berkembang pesat sampai saat ini.
viii
Assalamu Alaikum, Wr.Wb
Tiada rasa syukur yang terucap selain rasa syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan segala rahmat serta hidayah-Nya pada semua umat manusia, shalawat serta salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan nabi Muhammad SAW, yang telah membebaskan kita dari belenggu-belenggu dari zaman jahiliyah.
Suka duka, senang susah mewarnai proses-proses dalam menjalani penulisan skripsi ini. Walaupun demikian, sebuah kata yang mampu membuat bertahan yakni semangat sehingga segala tantangan mampu ditaklukan sampai akhir penyelesaian penulisan skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna mengikuti ujian skripsi pada Program Studi Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul “Proses Pembuatanbadik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
Dengan penuh kerendahan hati tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dr. H.Irwan Akib, M.Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.
2. Dr.H.Andi Syukri Syamsuri,M.Hum. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. MeisarAshari, S.Pd.,M.Sn.Pembimbing I.
7. Muh.Faisal, S.Pd.,M.Pd. Pembimbing II.
8. Khususnya, Kedua Orang Tua yang dengan tulus dan penuh kasih sayang mendukung langkah kemajuan Ananda.
9. Seluruh pengurus Himpunan Pendidikan Seni Rupa yang telah memberikan semangat dan motivasi.
10. Terima kasih kepada teman-teman Seni rupa angkatan 010,Seni Rupa Ex-Project, dan Rumah Seni Kasumba yang telah membantu baik secara moril maupun secara materil.
11. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan angkatan 2010 tanpa terkecuali, terima kasih atas kerja sama dan kekompakannya yang diberikan selama menjalani perkuliahan.
12. Terima kasih kepada sahabatku yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada saya.
13. Semu pihak yang telah memberikan bantuan yang tidak sempat disebutkan
satu persatu semoga menjadi ibadah dan mendapat imbalan dari-Nya.
manfaat bagi kita semua. Tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah SWT. Penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama ini bernilai ibadah disisi-Nya Amin.
Billahi FisabililHaq Fastabiqul Khaerat Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Makassar, 22 Desember 2015
Muis
ix
HALAMAN JUDUL ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
SURAT PERNYATAAN ... v
SURAT PERJANJIAN ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK
...viii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR SKEMA ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian... 2
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR…………... 4
A. Tinjauan Pustaka ... 4
BAB III METODE PENELITIAN... 15
A. Jenis dan lokasi Penelitian... 15
B. Objek Penelitian ... 16
C. Definisi Oprasional Variabel ... 16
D. Desain Penelitian ... 17
E. Teknik Pengumpulan Data ... 18
F. Teknik Analisis Data ... 19
G. Jadwal Penelitian ... 20
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 21
A. Hasil Penelitian ... 21
1. Proses pembuatan badik ... 21
2. Faktor penunjang dan penghambat ... 39
B. Pembahasan ... 41
1. Proses pembuatan badik ... 41
2. Faktor penunjang dan penghambat ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN PERSURATAN
RIWAYAT HIDUP
Skema 1. Kerangka Pikir ... 13
Skema 2. Desain Penelitian ... 17
Skema 3. KomponenAnalisis Data ... 20
Gambar 1 Badik Gecong ... 8
Gambar 2 Badik Lagecong ... 9
Gambar 3. Badik Luwu ... 10
Gambar 4. Badik Lompo Battang ... 10
Gambar 5. Lokasi Penelitian ... 15
Gambar 6. Tungku Pembakaran.. ... 23
Gambar 7. Palu ... 24
Gambar 8. Betel ... 24
Gambar 9. Cipi’ ... 25
Gambar 10. Cobo’ ... 25
Gambar 11. Gergaji ... 26
Gambar 12. Parang ... 26
Gambar 13. Gurinda ... 27
Gambar 14. Blower ... 27
Gambar 15. Bor ... 28
Gambar 16. Penampungan air ... 28
Gambar 17. Lem korea ... 29
Gambar 18. Arang ... 29
Gambar 19. Clear/pewarna ... 30
Gambar 20. Pemotongan besi baja ... 31
Gambar 24. Proses pembuatan bagian badik yang tajam ... 39
Gambar 25. Proses Perendaman Bilah Badik ...34
Gambar 27 Proses Pembuatan Pola Wanua ... 35
Gambar 28. Proses Pemotongan Pola ... 35
Gambar 39. Proses PengelemanWanua ... 36
Gambar 30. Proses Penghalusan wanua ... 36
Gambar 31. Proses Pembuatan Pangulu ... 37
Gambar 32. Proses Pengeleman Pangulu ...37
Gambar 33. Proses Finishing ...38
Lampiran 2. Format Wawancara Lampiran 3. Dokumentasi
xviii
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :Muis
Stambuk : 1054100 293 10 Jurusan : Pendidikan Seni Rupa Dengan ini menyatakan Perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal penelitian sampai selesainya skripsi ini. Saya yang menyusunnya sendiri(tidak dibuat oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini, saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak melakukan penjiplakan(plagiat)dalam penyusunan skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti yang tertera pada butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian surat perjanjian ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran.
Makassar, 22 Desember 2015 Yang Membuat Perjanjian
Muis
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muis
Stambuk : 1054100 293 10 Jurusan : Pendidikan Seni Rupa
Judul Skripsi : Proses Pembuatanbadik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan didepan tim penguji adalah hasilkarya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 22 Desember 2015 Yang Membuat Pernyataan
Muis
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
Industri yang berkembang di Indonesia mulai dari industri berat sampai ke industri ringan dan yang paling kecil sekalipun.Namun kenyataannya terkadang hasil kerajinan dari industi kecil kurang mendapat perhatian dan bantuan dari pemerintah sehingga seakan terlupakan begitu saja.
Salah satu industri kerajinan yang menarik perhatian penulis adalah industri logam pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.Badik tradisional yang mungkin bagi kita sudah tidak asing lagi khususnya bagi orang Bugis, memiliki nilai estetika yang cukup menarik untuk diteliti.Pada saat ini usaha pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, sudah jarang dilakukan kalaupun ada hanya dilakukan sebagai pekerjaan sampingan saja dengan menggunakan peralatan yang sederhana serta berdasarkan pesanan.
Karena makin rendahnya minat masyarakat mempelajari teknik pembuatan badik tersebut, maka perlu ada usaha pelestarian kerajinan tradisional tersebut mengigat bahwa badik itu merupakan salah satu aset budaya bangsa Indonesia pada umumnya dan Sulawesi selatan pada khususnya.
Menyadari hal tersebut diatas serta daya tarik yang terdapat pada badik tersebut sehingga penulis merasa tergugah untuk meneliti dalam satu kajian yang
1
bersifat ilmiah, dan sifatnya berupa tinjauan tentang proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, bahwa di kecamatan tersebut tedapat seorang yang dikenal sebagai ahli dalam membuat badik yang hasil karyanya telah dikoleksi oleh banyak pencinta senja-senjata tradisional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti, sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?
2. Apa faktor penunjang dan penghambat dalam proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang?
C. TujuanPenelitian
Dari rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan memperoleh data dan informasi yang aktual dan benar di antaranya sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Untuk mendeskripsikan apa faktor penunjang dan penghambat dalam
proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
D. ManfaatPenelitian
Melalui penelitian ini,diharapkan dapat menambah wawasan apresiasi kita terhadap proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, antara lain:
1. Sebagai masukan bagi pemerintahtentang pentingnya mempertahankan industri kerajinan rakyat khususnya badik.
2. Sebagai bahan latihan bagi penulis dalam mengemukakan gagasan secara tertulis dan sistematis dalam bentuk karya ilmiah.
3. Dapat menambah literatur perpustakaanUniversitas Muhammadiyah
Makassar nantinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa hal yang merupakan landasan teori untuk dijadikan bahan dalam penelitian ini, mengingat pentingnya hal tersebut maka keseluruhan hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, dengan demikian berguna untuk dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam mencari titik permasalahan seputar objek penelitian yang relevan dengan objek penulisan.Sebagai dasar penelitian ini penulis mengutip teori atau pendapat yang berhubungan dengan penelitian yaitu :
1. Pengertian Proses
Proses adalah runtutan perubahan atau peristiwa dalam pengembagan sesuatu (Poerwadarminta, 1982 :769). sedangkan menurut pengetahuan teknologi kerajina anyam bahwa proses adalah runtutan kerja dari suatu pekerjaan yang merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perubahan yang dilakukan dalam pengembangan sesuatu . (Wahyudi, 1979 : 155)
2. Pengertian Pembuatan
Dalam kamus umum bahasa indonesia kata pembuatan di artikan sebagai : cara yang di lakukan untuk mengadakan sesuatu benda, (Poerwadarninta, 1982 : 155) ,
4
maksudnya adalah kegiatan yang sengaja di lakukan oleh manusia dalam menghasilkan suatu benda atau barang yang menjadi tujuan dalam kegiatan tersebut.
3. Eksplanasi Badik a) Pengertian Badik
Dalam kamus umum bahasa indonesia dijelaskan tentang pengertian kata badik sebagai : pisau belati yang bermata satu. (Poerwadarminta, 1982 : 63)
Badik merupakan senjata tradisional yang dikenal dan dipergunakan dalam masyarakat sulawesi selatan. Jika dilihat dari bentuknya badik adalah benda tajam yang terbuat dari besi dimana dari salahsatu sisi bilahnya tajam dengan ujung yang runcing. Badik terdapat di seluruh daerah sulawesi selatan dengan nama dan bentuk yang berbeda, seperti di daerah Makassar, Bone, dan Luwu.
Secara umum badik terbagi atas tiga bagian yaitu: hulu (gagang) ,bilah (besi), warangka (sarung badik) sebagai pelengkap badik.Disamping itu terdapat juga bagian-bagian lain dengan nama dan makna tertentu dari tipa-tiap daerah.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari proses pembuatan badik adalah: runtutan peristiwa
pengembangan kegiatan yang sengaja dilakukan dalam menghasilkan suatu
pisau belati yang bermata satu yang sifatnya masih selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan secara turun temurun.
b). Sejarah Badik
Badik atau badek adalah pisau dengan bentuk khas yang dikembangkan oleh masyarakat Bugis dan Makassar.Badik bersisi tajam tunggal atau ganda. Seperti keris, bentuknya asimetris dan bilahnya kerap kali dihiasi dengan pamor. Namun demikian, berbeda dari keris, badik tidak pernah memiliki penyangga besi.
Badik ini merupakan senjata khas tradisonal Makassar, Bugis dan Mandar yang berada dikepulauan Sulawesi.Ukurannya yang pendek dan mudah dibawa kemana mana maka biasanya senjata adat yang bernama Badik ini dahulu sering dipakai oleh kalangan petani untuk melindungi dirinya dari binatang melata atau membunuh hewan hutan yang mengganggu tanamannya.Selain itu karena orang bugis gemar merantau maka penyematan badik dipinggangnya membuat dia merasa terlindungi.
Badik memiliki bentuk dan sebutan yang berbeda-beda tergantung dari daerah
mana ia berasal. Di Makassar badik dikenal dengan nama badik sari yang memiliki
kale (bilah) yang pipih, batang (perut) buncit dan tajam serta cappa dan banong
(sarung badik). Sementara itu badik Bugis disebut kawali, seperti kawali raja
(Bone) dankawali rangkong (Luwu). Kawali Bone terdiri dari bessi (bilah) yang
pipih, bagian ujung agak melebar serta runcing.Sedangkan kawali Luwu terdiri
dari bessi (bilah) yang pipih dan berbentuk lurus.Kawali memiliki bagian bagian:
Pangulu (gagang), bessi (bilah) dan wanoa (sarung).
Umumnya badik digunakan untuk membela diri dalam mempertahankan harga diri seseorang atau keluarga.Hal ini didasarkan pada budaya siri' dengan makna untuk mempertahankan martabat suatu keluarga. Konsep siri' ini sudah menyatu dalam tingkah laku, sistem sosial budaya dan cara berpikir masyarakat Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Selain dari pada itu ada pula badik yang berfungsi sebagai benda pusaka, seperti badik saroso yang memiliki nilai sejarah.Ada pula sebagian orang yang meyakini bahwa badik berguna sebagai azimat yang berpengaruh pada nilai baik dan buruk seseorang.
c). Jenis-jenis badik
Ada beberpa jenis badik khususnya badik tradisional Bugis dan Makassar 1) Badik Raja (Badik Gecong Bontoalak)
Badik yang asalnya dari daerah kajuara Kabupaten Bone, badik ini bilahnya aga”
besar ukurannya 20-25 cm, Ciri-ciri badik lagecong hampir mirip dengan badik
lompobattang(perut besar), bentuk bilahnya agak membungkuk, dari hulu agak
kecil kemudian melebar kemudian meruncing. Pada umumnya mempunyai pamor
timpalaja atau mallasoankale di dekat hulunya.Bahan besi dan bajanya
berkualitas tinggi serta mengandung meteorit yang menonjol dipermukaan, kalau
kecil disebut uleng-puleng kalau besar disebut batu-lappa dan kalau menyebar di
seluruh permukaan seperti pasir disebut bunga pejje atau busa-uwae. Badik raja di
masa lalu hanya digunakan oleh arung atau dikalangan bangsawan-bangsawan dikerajaan Bone
Gambar 01: Badik gecong Sumber :http://www.google.co.id/imgres
2) Badik Lagecong
Banyak orang mencarinya karena sangat begitu terkenal dengan
(racunnya) mosonya, banyak orang percaya bahwa semua alat perang akan
tunduk pada badik gecong tersebut. Panjang gecong biasanya sejengkalan
orang dewasa, pamor lonjong, bentuknya lebih pipih, tipis tapi kuat. Dan
dilihat dari gambar sebelumnya Ragam Hias pada sarung badik lagecong ini
lebih sederhana, karena kurangnya ukiran pada sarung badik ini kelihatan
simpel dan sederhana.Badik lagecong, badik Bugis satu ini dikenal sebagai
badik perang,
Gambar 02. Badiklagecong
(Sumber :http://iqbalxnrl.blogspot.com/2012/11/macam-macam-badiksenjata-khas- bugis.html#ixzz2zAf9b140)
3) Badik Luwu
Badik Luwu, yang berasal dari Kabupaten Luwu, bentuknya sedikit
membungkuk, mabbukku tedong (bungkuk kerbau), bilahnya lurus dan
meruncing kedepan,, badik bugis kadang diberikan pamor yang sangat indah,
hingga kadang menjadi buruan para kolektor ..di bajanya terdapat rakkapeng
atau sepuhan pada baja yang konon disepuh dengan bibir dan “maaf” alat
kelamin gadis perawan sehingga konon tidak ada orang yang kebal dengan
badik Luwu ini
Gambar 03 : Badik Luwu
Sumber:http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com
4) Badik lompo battang (perut besar)
Badik lompo battang atau sari, badik ini berasal dari Makassar, bentuknya seperti jantung pisang, ada juga yang menyebutkan seperti orang hamil, atau dalam bahasa Makassar disebut lompo battang (perut besar).
Gambar 04: Badik Lompo Battang
Sumber:http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://4.bp.blogspot.com
c). Jenis-Jenis Pamor Badik
1. Batu Lappa, Uleng-Puleng, Dan Ure' Tuo
Pamor Batu Lappa, Uleng-Puleng, Dan Ure' Tuo adalah pamor yang terbentuk dan dihasilkan dari bahan pamor dengan dengan kandungan meteorit yang tinggi, Bentuk dari Pamor Batu Lappa,Uleng-Puleng, Dan Ure' Tuo pada dasarnya dari Bahan yang sama dengan ciri kesamaan yaitu mengkilap menyerupai warna perak/nikel. Jika Bentuknya berupa gumpalan-gumpalan besar atau melebar maka disebut Batu Lappa'.Jika Bentuknya berupa gumpalan-gumpalan kecil kira-kira sebesar biji cabe maka disebut Uleng-Puleng.Dan Jika bentuknya membentuk guratan guratan tipis memanjang maka disebut Ure' Tuo.
2. Kurissi Gamecca'
Pamor kurissi Gamecca' adalah jenis pamor yang sangat Langka,
Dahulu kala pamor ini hanya dibuat pada saat terjadi prosesi
pernikahan putera puteri Raja/Bangsawan.Motif Pamor ini berbentuk
Anyaman Bambu yang dalam Bahasa Bugis disebut Gamecca' Pamor
ini sangat sulit dibuat, dan menggunakan bahan pamor yang cukup
banyak.
3. Sippa Sikadong
Jenis Pamor yang diatas juga sangat banyak diistimewakan oleh orang-orang. Badik yang memmiliki pamor sippa sikadong atau mungkin lebih banyak lagi sering disebut dengan Pamor Sukku' (Cukup).dalam kepercayaan Bugis,Makassar pamor sippa sikadong juga dipercaya mempunyai makna bahwa orang yang memiliki badik dengan pamor tersebut akan dimudahkan dalam berdagang atau bisnis.
4. Pamor Mata Rakkapeng
Pamor ini juga termasuk pamor yang banyak diburu oleh para
kolektor. Bentuknya berupa 1/2 bulatan/lingkaran (busur) pada
mata/baja besi pusaka yang menampilkan warna berbeda dari warna
baja lainnya, terkadang bentuk pamor ini bersusun bak pelangi, dan
terkadang juga bentuknya tunggal saja. Hal yang membuat pamor ini
banyak dicari karena tehnik pembuatannya yang tidak bisa dibuat oleh
sembarang panre dan sembarang bahan baja.Baja yang digunakan
harus berkwalitas terbaik, Disebut mata Rakkapeng karena
menyerupai mata rakkapeng (alat kuno untuk menuai padi) yang
sering digunakan petani.
B. Kerangka Berpikir
Dengan beberapa konsep yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka dapat di buat kerangka berpikir sebagai berkut.
Gambar Skema 01. Kerangka Pikir
Dengan melihat skema di atas maka dapat dijelaskan secara singkat keterkaitan antara satu bagian dengan bagian yang lain yakni, proses pembuatan, bahan dan alat, faktor penunjang dan penghambat, hasil, serta laporan hasil penelitian,dengan demikian hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini dapat memenuhi data dan informasi sesuai permasalahan yang diangkat.
Pembuatan Badik
Proses Pembuatan Faktor penunjang
dan penghambat
Hasil Penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif–kualitatif yang akan menggambarkan keadaan apaadanya berdasarkan hasil penelitian di lapangan.
Mengenai proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. , dimana di kecamatan ini perajin yang menekuni pembuatan badik sudah berkurang dan kerajinan ini memerlukan ketrampilan khusus dalam pembuatannya, inilah faktor yang menggugah peneliti ingin mengetahui dan terjun langsung ke daerah tersebut.
14
Gambar 05. Lokasi Penelitian Peta kacamatan Baraka.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran atau permasalahan yang akan diteliti. Objek dari penelitian ini adalah proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Objek dari penelitian ini adalah pengrajin badik individu yang ada di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang bernama Sayya.
C. Defenisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas makna kata-kata yang terdapat dalam masalah penelitian ini dan menghindari kesalah tafsiran, maka vareabel penelitian ini perlu didefenisikan sebagai berikut:.
1. Proses pembuatan badik adalah segala rangkaian kegiatan yang dilakukan
dalam membuat badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Faktor penunjang adalah faktor pendorong dalam proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, sedangkan fakor penghambat adalah segala hal yang menjadi kendali bagi para perajin badik yang ada di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
D. Desain penelitian
Untuk memudahkan proses penelitian di lapangan maka perlu dibuatkan sesuatu desain penelitian sebagai berikut:
Gambar skema 02: Desain Penelitian Perencanaan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan Data lengkap alat dan bahan 1. Proses pembuatan 2. Faktor penghambat dan pembuatan
3. Kualitas dan hasil
kesimpulan
Pengolahan/Analisis Data
Deskripsi data
Berdasarkan desain tersebut di atas kita dapat menarik suatu kesinpulan bahwa, untuk membuat sebuah badik perlu diadakan pemilihan bahan yang baik serta mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menghambat proses pembuatan badik.
E. Teknik pengumpulan Data
Dalam peenelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Teknik Observasi
Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media pengamatan. Dalam melakukan observasi ini penelitian menggunakan sarana utama indra penglihatan. Melalui pengamatan mata dan kepala sendiri seorang peneliti diharuskan melakukan tindakan pengamatan terhadap tindakan, dan prilaku responden dilapangan dan kemudian mencatat atau merekamnya sebagai material utama untuk di analisis. (Sukardi 2006 : 49).
Pada metode ini, peneliti mengamati langsung terhadap objek penelitian
dengan maksud untuk mengumpulkan data yang lengkap dan akurat dari Nutik
(panre) sebagai subjek penelitian.Dilakukan dengan pengamatan langsung
terhadap objek penelitian. Penulis akan mengamati langsung proses pembuatan
badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
2. Teknik Wawancara
Teknik pengumpulan data lain yang sering digunakan oleh pera peneliti dilapangan adalah teknik wawancara, yaitu pertemuan langsung yang direncanakan antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan atau menerima informasi tertuntu (Sukardi 2006 : 53).
Menurut Nasution (1998 : 73) dijelaskan bahwa wawancara adalah
“percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewancara (yang mengajukan pertanyaan) yang diwawancarai (interview) yang memberikanjawaban atas pertanyaan itu.” Jadi wawancara merupakan suatu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan, dimana dua anggota atau lebih bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi- informasi atau keterangan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi nara sumber wawancara adalah Sayya (panre) sebagai pembuatbadik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
3. Teknik Dokumentasi
Metode ini dilakukan untuk menyempurnakan data hasil wawancara dan
observasi. Menurut Dep. Dikbud penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1995 : 240) Dokumentasi berarti : 1) Pengumpulan, pemilihan, pengolahan,
dan penyimpanan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan; 2) Pemberian atau
pengumpulan bukti-bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan
Koran dan refrensi lain). Dikemukakan juga oleh Winarno dalam Ahmad Syaikhudin lewat Mujitahid (2008 : 16) dokumentasi berarti segala macam bentuk atau benda yang tertulis sehingga merupakan sumber keterangan untuk memperoleh data dan dapat digunakan untuk melengkapi data-data lain. Jadi dapat diartikan dokumentasi adalah cara mengumpulkan data dengan menggunakan dokumentasi atau catatan-catatan, foto-foto, gambar, dan laporan tertulis dari suatu kejadian yang telah lampau yang merupakan sumber keterangan untuk melengkapi data-data lain yang telah diperoleh.
Data-data yang dimaksudkan merupakan catatan atau ulasan dari hasil penelitian yang berisi tentang subjek yang diteliti.Oleh sebab itu, metode dokumentasi digunakan dalam penelitian ini, untuk melengkapi data-data yang diperlukan dengan menggunakan kamera.
F. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman (1994) ada tiga teknik utama dalam analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun teknik analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, mengatur
dan menyederhanakan data. Dengan demikian data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan dan mencari data bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.Hal ini merujuk pada suatu penyajian informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Menarik kesimpulan
Langkah ini merupakan bagian dari hasil pengumpulan data yang diperoleh dan merupakan inti dari hasil deskripsi dan uraian yang ditampilkan, sehingga dapat menarik kesimpulan atas data yang diperoleh selama kegiatan
.Gambar Skema 03 : Komponen Analisis Data Model interaktif Pengumpulan
data
Penyajian data
Reduksi data
Penarikan /verifikasi
Kesimpulan data
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil penelitian
Pada bab ini akan dibahas secara lengkap mengenai data hasil penelitian yang diperoleh langsung dari lapangan.tentang proses pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
1. Proses Pembuatan Badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Gambaran tentang pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.
a. Pemilihan Alat dan Bahan
Pemilihan bahan pada pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan memilih logam dan kayu yang cocok dan baik untuk membuat sebuah badik yang indah dan bermutu serta mudah didapat didaerah tersebut.
Untuk membuat sebuah badik perlu memilih logam yang kuat supaya dapat bertahan lama dan tidak dapat dimakan karat, disamping itu efek yang ditimbulkan pada pamor badik sangat menentukan dalam pemilihan logam, karena pamor pada badik dapat menunjukkan jenis dan kegunaan badik tersebut.
21
Bahan logam yang biasa digunakan untuk membuat sisi bilah yang tajam adalah besi baja biasa yang dapat dibeli di toko bangunan, dan bengkel-bengkel sekitar yang mempunyai besi-besi yang sudah tidak terpakai yang siap diolah menjadi sebuah badik.Disamping itu perajin badik diKecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, biasa juga membuat badik dari besi tua atau sisa-sisa senjata tajam peninggalan masa lalu yang diolah kembali dengan mencampurkannya dengan baja untuk menghasilkan badik yang baik dan dipercaya dapat memberikantuah atau kekuatan gaib bagi pemiliknya.
Disamping pemilihan logam untuk bagian sisi bilah yang tajam, hal lain yang sangat penting diperhatikan adalah memilih bahan logam yang baik untuk membuat pamor pada badik, pamorpada badik umumnya terjadi secara alamiah tergantung pada bahan yang dibuat badik, pemunculan pamor menuntut pula keahlian dari panre bessi (pandai besi) didalam mencampur dan menempa bahan bahan badik, sehingga dapat menghasilkan kualitas badik yang baik, sedangkan pemunculan pamor pada badik yang sudah tua atau berkarat dapat dilakukan secara tradisional dengan merendam badik kedalam air jeruk kemudian diurut secara perlahan sehingga pamor badik muncul kembali.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk
membuat wanua atau sarung badik serta pangulu atau gagang badik
.wanua atau pangulu yang baik adalah yang terbuat darikayu yang kuat dan mempunyai garis urat yang indah. Kayu yang biasa dibuat wanua dan pangulu untuk badik diKecamatan Baraka Kabupaten Enrekang adalah kayu cendana, suren dan kayu nangka karena memiliki garis-garis yang unik, yang bila digosok dengan baik akan muncul urat kayunya yang sangat indah.
Dalam proses pembuatan badik ada beberapa alat yang digunakan yang terdiri dari alat-alat pokok dan alat pelengkap
a). Tungku pembakaran
Gambar 06.Tungku Pembakaran
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Tungku pembakaran adalah tempat pembakaran besi yang didalamnya terdapat arang, yang menggunakan udara dari blower.
Cara kegunaannya: besi diletakkan pada arang yang membara dan selama proses pembakaran, blower yang merupakan sumber angin harus diseimbangkan untuk menjaga kestabilan suhu pada arang yang membara, tungku pembakaran menggunakan batu gunung yang tahan dengan suhu panas dan tidak mudak retak atau pecah.
b) Palu
Gambar 07.Palu
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Palu yang digunakan untuk menempa besi ini adalah terbuat
dari besi bajadengan kualitas tinggi yang berbentuk silinder dengan
berbagai diameter dan tinggi sekitar 15 cm, yang pada sisinya terdapat
lubang untuk tangkai palu yang terbuat dari batangan kayu. Cara
kegunaannya: palu diangkat dengan memegang tangkainya, lalu
diayunkan pada besi yang ditempa secara berulang-ulang, palu yang digunakan dalam mempbuar bilah badik adalah palu yang berukuran sedang.
c) Betel
Gambar 08.Betel
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Betel terbuat dari baja yang kuat,berbentuk pipih memanjang
sekitar 10 cm dengan ketebalan setengah cm sampat 1 cm. Pada salah
satu ujungnya ditajamkan untuk memudahkan membelah dan
memotong besi. Cara kegunaannya: betel diletakkan pada besi yang
akan dipotong dibelah kemudian dipukul dengan palu
d) Cipi’
Gambar 09.Cipi’
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Cipi’ adalah alat penjepit yang mirip kunci tang, berguna untuk
mengangkat besi yang dibakar dari tungku dan pada waktu besi
ditempacipi’ mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam.Cara
penggunaanya: besi dijepit dengan cipi’ agar tangan tidak terbakar
pada waktu mengangkat besi dari tungku pembakaran.
e) Cobo’(Sejenis pisau kecil yang dipakai mengukir)
Gambar 10.Cobo’
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Cobo’ adalah sejenis pisau kecil yang sisih bilah tajamnya
melengkung dan bagan ujungnya di pertajam, sangat baik untuk
mengukir kayu, cobo’ digunakan untuk mengerjakan bagian-bagian
tertentu yang ingin di detailkan ukuran cobo’ yang kecil dan pendek
memudahkan perajin dalam membuat ukiran pada wanua dan
pangulu.
f) Gergaji
Gambar 11.Gergaji
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Gergaji digunakan dalam puntuk memotong dan membelah
kayu yang akan dibuat wanua dan pangulu badik. Gergaji bergerigi
tajam berselang seling berhadapan sedemikian rupa sehingga dapat
dengan mudah memotong kayu.Gergaji yang digunakan dalam
pembuatan wanua dan pangulu yaitu gergaji besi dan gergaji
kayu.Cara penggunaanya: gergaji ditekankan ke kayu kemudian di
dorong kedepan dan kebelakang digerakkan menurut irama dan
tekanan jari tangan.
g) Parang
Gambar 12.Parang
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Parang adalah sejenis pisau namun berukuran besar yang
dibuat dari baja keras digunakan untuk membentuk wanua dan
pangulu secara global.Parang yang digunakan harus parang yang
tajam dan tidak terlaulu berat.Cara penggunaannya parang dibacokkan
atau ditebas-tebaskan pada kayu yang akan dibuat wanua atau pangulu
badik dengan sedemikian rupa, yang mengikuti bentuk dari desain
yang sudah ditentukan.
h) Gurinda
Gambar 13.Gurinda
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Gurinda adalah alat yang mempunyai banyak kelebihan
disamping diunakan sebagai pemotong juga dapat digunakan sebagai
pengasah, hal ini disebabkan karenabatu asah atau mata gerinda
sangat beragam, digunakan untuk mengasah badik yang sudah ditempa
dan menghaluskan bagian-bagian yang kasar. Gurinda terdiri dari batu
asah yang bulat pipih dengan sisih yang rata, dengan beberapa jenis
dan fungsinya. Cara penggunaanya: mesin gurinda dinyalakan dengan
tegangan listrik kemudian ditekankan pada besi yang akan di ratakan
atau dihaluskan sesui dengan yang diinginkan.
i) Blower
Gambar 14.Blower
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Blower merupakan alat yang digunakan sebagai sumber angin
untuk menyalakan bara api, yang menggunakan tegangan listrik yang
terdiri dari mesin pemutar dan baling-baling. Bentuk blower cukup
tertutup sehigga angin yang dihasilkan hanya melewati satu lubang
j) Bor
Gambar 15.Bor
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Bor digunakan untuk melubangi pangulu badik yang akan dipasangi bilah badik. Bor terdiri dari mesin pemutar anak bor dan anak bor yang terbuat dari besi baja dengan berbagai jenis ukuran.
Cara penggunaannya: mata bor ditekankan pada kayu atau logam dengan posisi tegak lurus, setelah mesin bor dinyalakan.
1. Alat–alat pelengkap
Peralatan pelengkap yang dimaksud disini adalah alat-alat yang
sewaktu-waktu digunakan selama pembuatan badik, diantaranya:
a) Penampungan air
Gambar 16.Penampungan air Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Tempat penampungan air merupakan alat yang digunakan sebagai tempat mendinginkan besi yang yang sudah di tempa
b) Lem
Gambar 17.Lem korea
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Lem merupakan bahan yang digunakan sebagai perekat dalam pembuatan wanua badik.
c) Arang
Gambar 18.Arang
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Arang merupakan bahan yang digunakan dalam proses
pembakaran besi sebagai sumber bara api, arang digunakan dalam
proses pembuatan badik harus arang yang keras dan tidak cepat
dimakan api, kayu yang biasanya digunakan dalam membuat arang
adalah kayu jadi dan kayu hitam karena memilki tingkat kekrasan
yang tinggi
d) Clear
Gambar 19.Clear
Dokumentasi: Muis 13 November 2015
Clear mrupakan bahan yang digunakan sebagai pewarna pada bagian wanua dan pangulu agar terlihat lebih indah kemudian juga berfungsi untuk memperjelas motif-motif kayu pada wanua dan pangulu.
b. Pengolahan Bahan
Pengolahan bahan pada pembuatan badik di Kecamatan Baraka
Kabupaten Enrekang, dilakukan dengan cara mengolah bahan bakutersebut
dari bentuk aslinya menjadi bentuk dasar sebuahbadik, adapun bentuk dan
desain dari bahan baku tersebutdisesuikan dengan fungsi bahantersebut
dalam membuat badik dengan memperhitungkan besar kecilnya badik yang
akan dibuat. Dalam pengolaha bahan ada tiga tahap yang ditempuh oleh perajin antara lain:
1. Pembuatan Bilah Badik a). Pemotongan Besi Baja
Gambar 20: Pemotongan Besi Baja Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembuatan badik
yang pertama yaitu pemotongan besi baja, karena bahan dasar pembuatan
badik adalah besi baja yang berbentuk lingkaran sehingga harus dipotong
dengan menggunakan gurinda mesin setelah besi baja tersebut di potong
maka langkah selanjutnya adalah proses pembakaran.
a) Proses Pembakaran
Gambar 21: Pembakaran besi baja dalam tungku Dokumentasi: Muis, 13 November 2 b) Proses Penempaan
Gambar 22: Proses Penempaan
Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
Setelah pemotongan besi maka langkah selanjutnya adalah proses
pembakaran, pembakaran besi baja dilakukan dengan memasukkan potongan
besi tersebut kedalam tungku pembakaran yang telah diisi arang dan sudah di
panaskan, proses pembakaran berlangsung sampai besi baja tersebut membara
atau berwarna merah. Selanjutnya proses penempaan menggunakan palu yang
berukuran sedang untuk meluruskan besi tersebut secara berulang-ulang
sampai didapat bentuk yang diinginkan kemudian dipotong sesui dengan
panjang badik yang ingin dibuat, lalu di masukkan lagi kedalam tungku
sampai membara, kemudian ditempa lagi untuk membuat salah satu sisi bilah
menjadi pipih sesui yang diinginkan. Langkah selanjutnya adalah proses
pembuatan oting(bagian yang diperkecil pada pangkal bilah yang berfungsi
sebagai tempat dipasangnya pangulu) proses penempaan dilakukan dengan
menempa bagian pangkal bilah badik hingga memanjang dan mengecil,
panjang ukuran pada bagian terkecil bilah badik sekitar tiga centi meter.
c) Proses Penghalusan Bilah Badik
Gambar 24: Proses penghalusan bilah badik Dokumentasi: Muis, 13 November 2015 a) Proses pembakaran ulang
Gambar 25: Proses Pembakaran Ulang
Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
b) Proses Perendaman Bilah Badik
Gambar 25: Proses Perendaman Bilah Badik (massa’po) Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
Setelah pembuatan oting, langkah selanjutnya adalah penghalusan besi
yang sudah berbentuk bilah badik untuk menghilangkan bagian-bagian yang
kasar akibat penempaan, bilah badik yang sudah halus masih melalui proses
pembakaran ulang namun tidak sampai membara, setelah bilah badik tersebut
panas maka langkah terakhir adalah perendaman badik yang dijepit dengan
cipi’kedalam air yang biasa juga di sebut dengan proses massa’poyang
bertujuan untuk membuat bilah badik semakin kuat dan tidak mudah retak.
2. Pembuatan wanua dan pangulu
Setelah pembuatan bilah badik selesai, maka langkah selanjutnya dalam proses pembuatan badik yaitu pembuatan wanua dan pangulu badik dengan bahan dasar kayu nangka.
a) Proses Pembuatan Pola Wanua Badik
Gambar 27: Membuat Pola Wanua
Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
b) Proses Pemotongan Pola
Setelah bilah badik selesai, maka tahap selanjutnya adalah membuat wanua dan pangulu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat wanua dan pangulu adalah:membuat pola wanua disesuikan dengan ukuran bilah badik pada satu potongan kayu nangka yang telah diolah menjadi sebuah papan dengan ukuran yang tebal, dibelah menjadi dua bagian dengan menggunakan gergaji atau gerinda, kemudian ukuran bilah badik disesuikan dengan lubang yang akan di buat pada wanua,selanjutnya bagian atas papan di lubangi dengan menggunakan gerinda yang bermata seperi gergaji sesui dengan ukuran bilah badik yang ditentukan, setelah bilah badik sudah bisa masuk kedalam wanua maka langkah selanjunya adalah menutup lubang bagian atas yang telah dilubangi dengan gerinda dengan kayu.
c) Proses Pengeleman Wanua
Gambar 29:Pemotongan PolaWanua
Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
d) Proses Penghalusan wanua
Gambar 30: Proses penghalusan wanua Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
Setelah bagian atas wanua di tutup kembali maka wanuatersebut
diikat dengan karet dan dilem dengan menggunakan lem korea, setelah
wanua menyatu maka ikatan karet dibuka kemudian wanua tersebut
didetailkan bentuknya sesui dengan pola dan desain wanua badik dengan
menggunakan parang dan cobo’, setelah semua bagian wanua didetailkan,
langkah terakhir dalam pembuatan wanua badik adalah proses
penghalusan wanua dengan meggunakan amplas, amplas yang digunakan
dalam menghaluskan wanua adalah amplas yang tidak terlalu kasar.
a) Proses pembuatan pangulu
Gambar 31: Pembuatan pangulu Dokumentasi: Muis, 13 November 2015 b) Proses pengeleman pangulu dan bilahbadik
Gambar 31: Proses pengeleman
Dokumentasi: Muis, 13 November 2015
Setelah pembuatan wanua selesai, langkah selanjutnya adalah pembuatan pangulu, pangulu yang menggunakan bahan dasar kayu nangka yang telah dipilihdan diolah sehingga didapat kayu yang sudah mendekati bentuk global dari pangulu badik, yaitu berbentuk melengkung mirip huruf L, didetailkan bentuknya dengan menggunakan parang dan gurindasesui dengan pola yang telah ditentukan. Setelah selesai bagian ujung tempat bilah akan dipasangi cincin dari logam yang berguna untuk menguatkan pangulu, kemudian ujung pangulu tersebut dibor sebagai tempat pemasangan bilah badik. Setelah semuanya selesai pangulu tersebut diperhalus dengan menggunakan amplas.
2. Faktor Penunjang dan Penghambat Dalam Proses Pembuatan Badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang
Gambaran tentang faktor penunjang dan penghambat dalam pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, menurut Bapak Sayya meliputi kondisi fisik, biaya, tempat, alat dan bahan, lingkungan serta pemasaran (Wawancara 13 November 2015).
a. Kondisi fisik
Kondisi fisik dari Bapak Sayya yang sudah tua membuat beliau
tidak seproduktif dulu lagi, hal ini cukup menghambat produktifitas dalam
pembuatan badik, mengingat hanya beliau yang tahu betul mengenai
pembuatan badik baik hal-hal yang bersifat teknis maupun non teknis, disamping itu minat dari masyarakat sekitar utuk mempelajari teknik pembuatan badik sangat kurang.
b. Biaya
Masalah permodalan ditanggung sendiri oleh pengrajin tanpa adanya bantuan dari pemerintah ataupun dari pihak-pihak yang dapat dijadikan mitra kerja ini yang kemudian menjadi kendala karena untuk mendapatkan besi baja yang berkualitas tentunya dibutuhkan modal yang cukup besar.
c. Tempat
Tempat pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, tepatnya di tampang desa tirowali, berupa sebuah gubuk kecil yang tidak berdinding dan beratap seng alumunium yang berada tepatnya disamping rumah bapak Sayya, karena tempatnya terbuka maka keamanan alat-alat pokok yang tidak dapat dipindahkan dengan mudah, tidak terjamin, walaupun demikian tempat mereka cukup strategis karena dekat dengan jalan raya.
d. Alat dan Bahan
Alatdan bahan yang digunakan dalam pembuatan badik di
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ini adalah, tungku pembakaran,
palu, betel, cipi’,cobo’,gergaji, parang, gurinda, tempat air pendingin, blowyer, bor, amplas, lem, arang, kayu dan karet pengikat.
e. Lingkungan
Lingkungan disekitar tempat pembuatan badik kurang tersedia bahan baku yang baik sehingga dipesan dari daerah yang pempunyai bahan baku yang diperlukan dalam membuat badik yang berkualitas.
Walaupun minat masyarakat mempelajari teknik pembuatan badik semakin berkurang, namun banyak masyarakat, khususnya yang menyenangi senjata-senjata tradisonal yang memesan badik tersebut, terutama dari luar daerah.
f. Pemasaran
Hasil produk perajin dipasarkan sendiri tanpa bantuan dari
pemerintah, para perajin hanya mengandalkan pesanan dari masyarakat,
namun demikian produk dari perajin tersebut sangat dikenal dikalangan
masyarakat peminat benda-benda tradisional dan kalangan kolektor, hal
tersebut cukup membantu perajin dalam mempromosikan badik hasil
produksinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang menempuh tahap pemilihan bahan baku,pengolahan bahan baku dengan proses pembuatan dengan rincian sebagai berikut:
1. Pemilihan bahan baku dilakukan cara memilih bahan baku yang baik, cocok dan kuat untuk diolah menjadi bahan yang siap untuk diproduksi mejaadi sebuah badik yang berkualitas.
2. Proses pembuatan badik dimulai dengan memotong besi, kemudian membakar besi ditungku setelah membara besi ditempa hingga berbentuk sebilah badik, kemudian di gerinda untuk menghaluskan permukaan badik dan membuat salah satu sisi bilah badik menjadi tajam, setelah bilah badik selesai langkah berikutnya adalah membuat wanua dan pangulu yang dilakukan dengan cara memotong papan dari kayu nangka yang berukuran tebal, kemudian membelah bagian atas papan yang sudah dibuatkan pola sesui ukuran bilah badik, setelah bilah badik sudah bisa masuk dalam lubang tadi maka langkah selanjutnya adalah menutup bagian atas wanua yang dilubangi dan diikat dengan karet kemudian
48
dilem dengan menggunakan lem korea, setelah kering kayu tersebut dibentuk menjadi sebuah wanua dengan menggunakan parang dan gerinda kemudian dihaluskan dengan amplas. Setelah semua selesai maka langkah selanjunya adalah membuat pangulu yang juga menggunakan kayu nangka dengan menggunakan parang,gerinda dan cobo’ lalu bagian ujung badik dipasangi cincin dari logam agar pangulu badik tidak mudah pecah atau retak kemudian melubangi bagian ujung pangulu dengan menggunakan bor mesin sebagai tempat oting bilah badik yang akan dipasang, dan langkah terakhir adalah memasukkan oting bilah badik kedalam lubang pangulu yang sudah di buat dan diberi perekat atau lem.
3. Faktor penunjang dan pengambat dalam proses pembuatan badik di
Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, faktor penunjang yaitu
banyaknya pesanan yang diterima, tempat yang strategi sehingga mudah
dijangkau. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat adalah
kurangnya tenaga kerja yang mengetahui tata cara pembuatan badik yang
bersifat non teknis, tempat pembuatan badik yang kurang memadai dan
kurangnya modal karena tidak adanya bantuan dari pemerintah ataupun
pihak lain.
B. Saran-saran
1. Disarankan kepada pemerintah dalam hal ini departemen perindustrian, departemen koperasi dan dinas kebudayaan agar lebih memperhatikan dan memberi bantuan dan pembinaan.
2. Diharapkan kepada mahasiswa khususnya jurusan seni rupa, hasil penelitian ini dijadikan referensi dalam menambah wawasan tentang badik.
3. Diharapkan kepada mahasiswa kiranya dapat mengadakan penelitian lanjutan
mengenai badik dimasa-masa yang akan datang demi kelestarian salah satu
budaya kita.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
1. Profil pandai besi
2. Format wawancara
3. Lokasi penelitian
4. Dokumentasi
5. Hasil akhir
6. Riwayat hidup
Lampiran 1
PROFIL B.SAYYA
Nama : Sayya
Tempat/TanggalLahiR : Enrekang 15-08-1965
A g a m a : ISLAM
Alamat/Tlp. : Jl. Porostampang kalimbua (Enrekang) / Hp: 085397673977
Jabatan/Pekerjaan :Panre
Bapak sayya kelahiran tampang, enrekang tepatnya pada tanggal 15
Agustus 1965. Beliau merupakan salah satu dari empat pandei besi yang ada di
kecamatan Baraka, bapak Sayya menekuni pekerjaannya sebagai pandre besi
sejak tahun 2000 beliau keliling antar Kecamatan pada saat pertama memulai
profesinya sebagai pandei besi untuk memperkenalkan karya-karya kerajinannya
kepada masyarakat sekitar kecamatan Baraka khususnya dan masyakat Enrekang
pada umumnya. Karya kerajinan bapak Sayya sudah banyak dikoleksi bahkan
bukan hanya masyarakat Enrekang tapi sudah sampai di propinsi lain seperi
Kalimantan. Dan pada tahun 2008 bapak Sayya mendapatkan izin dari pemerintah
Enrekang untuk mengembangkan usahanya dengan nama USAHA KITA.
Lampiran 2
FORMAT WAWANCARA
Wawancara yang dilakukan dalam rangka mengumpulkan data dalam penelitian yang berjudul “Proses pembuatanbadik di Kecamatan Baraka Kabupaten E nrekang”. Adapun proses pertanyaan dalam format wawancara yang akan diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
A. Proses pemilihan bahan baku
1. Bagaimana cara menentukan bahan baku yang baik untuk dibuat badik?
2. Dimana lokasi pengambilan bahan baku tersebut?
3. Bagaimana cara mendapatkan bahant ersebut?
B. Proses pengolahan bahan baku
1. Alat apasaja yang digunakan dalam proses pengolahan bahan baku?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dalam proses pengolahan bahan baku hingga siap untuk dibuat badik?
C. Proses pembuatan
1. Bagaimana tahapan-tahapan dalam proses pembuatan badik?
2. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan badik?
D. Faktor penunjang dan penghambat
1. Apa yang menjadi faktor penunjang dalam melaksanakan kegiatan ini?
2. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam melaksanakan kegiatan ini?
Lampiran 3
LOKASI PENELITIAN
Gambar14.LokasiPenelitian
Lampiran 4
DOKUMENTASI
Gambar15. Proses Wawancara (Dokumentasi: Muis, 2015)
Gambar15. Proses pemotongan besi baja
(Dokumentasi: Muis, 2015)
Gambar17. Proses pembakaran (Dokumentasi: Muis, 2015)
Gambar18. Proses Finishing
(Dokumentasi: SarwanEkoRiadi, 2013)
Lampiran 5
Hasil Akhir
Gambar17.Hasilakhir
(Dokumentasi: Muis, 2015)
RIWAYAT HIDUP
MUIS, lahir di Angin-Angin Pada Tanggal 03 Februari 1992 Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Andak, dan Dija, Penulis memulai jenjang pendidikan pada tahun 1999 SDK Angin- Angin Desa Latimojong Kabupaten Enrekang, selesai pada tahun 2004, ditahun 2004 penulis melanjutkan pendidikan di MTS N 1 Baraka, dan ditahun 2007 penulis melanjutkan pendidikan di SMA N 1 BARAKA, tamat pada tahun 2010, dan pada tahun 2010 penulis tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Sejak menjadi Mahasiswa, penulis aktif berkarya dan telah menyelesaikan pameran studi khusus tepatnya di Warkop 27 Bos lompoa Makassar, pada tanggal 12-14 Juni 2015 bersama 4 perupa lainnya dengan tema pameran INTUISI.
Atas dasar keyakinan yang kuat kepada sang pencipta serta do’a dan restu
ayah dan ibu yang tercinta bersama saudara, keluarga, teman-teman, penulis dapat
berkarya dalam bentuk tulisan yakni: menyusun skripsi yang berjudul “Proses
pembuatan badik di Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang”.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1985. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:
Angkasa.
Arie, Kunto dkk. 1977. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara Kallo, Nurdin. 1985.Desain dua Dimensional. Ujung pandang: IKIP.
Kanwil, dep. P &K Sul-Sel. 1982. Motif-Motif Ornamen Dan RagamHias Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Balai Kajian Sejarahdan Nilai-Nilai Tradisional
Mujitahid. 2008. Metodelogi Penelitian.Bandung
Ningsih, MurniIrian. 2015. Senjata Khas Nusantara. Bandung: Alfarabi Putra.
Pahlawan, Yudi. 2015. “Proses pembuatan topeng karya handy craft cupak gerantang di labuapi, Lombok barat, NTB.”Makassar: FKIP UNISMUH Makassar.
Pabittei, St. Aminah (Ed). 1998. Badik Sulawesi Selatan. Ujung Pandang: Kanwil Dekdikbud.
Poerwadarminta, W.J.S..1982 Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purba, T.K. 1980. Pendidikan Keterampilan Teknik DanKerajinan. Jakarta: pt.
Rora Karya.
Rukmini. 1979. Tenum Tradisional Bugis Makassar. Ujung Pandang: Museum Negeri Sulawesi Selatan.
Sukardi. 2006. Metodologi Penelitian. Bandung: tarsito
Syamsuri, Sukri, A. dkk. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: FKIP UNISMUH Makassar.
Wahid, Abdulkahar . 1984. Apresiasi Seni. IKIP: Ujung pandang.
Http://Luyokita.Blogspot.Com/Search/Label/Bugis%20makassar/ Di Akses Pada 28 Agustus 2015.
51
Http://Dzargon.Blogspot.Com/Search/Label/Gowa di akses pada 28 agustus 2015.
Http://Sulengka.Com/Category/Sejarah_Budaya_Kota_Makassar/Di Akses Pada 1 September 2015.
http://www.kompasiana.com/rdkurniawan/jenis-pamor-badik-dan-arti maknanya/
Di akses pada 8Oktober 2015.
http://musicalandpsychologist.blogspot.com/2015/04/analisis-data-kualitatif-
model-miles.html di akses pada 8 Oktober 2015
60