• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

2.1.1 Botani dan Morfologi

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit melimuti akar, batang, daun, sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangan terdiri dari bunga dan buah (Fauzi dkk, 2012).

Subdivisi : Angiospermae Kingdom : Plantae

Class : Monocotyledone Ordo : Palmales

Family : Palmae Sub-family : Cocoidae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

a) Akar

Tanaman kelapa sawit termasuk kedalam tanaman berbiji satu (monokotil) yang memiliki akar serabut. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu, radikula akan mati dan membentuk akar utama atau primer. Selanjutnya, akar primer akan membentuk akar skunder, tertier dan kuartier. Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna umumnya memliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar skunder 2-4 mm, akar tertier 1-2 mm dan kuantier 0.1-0,3 mm. akar yang paling aktif menyerap air dan unsure hara adalah akar tersier dan kuartier yang berada dikedalaman 0- 60 cmdengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Widanarko, 2011).

(2)

b) Batang

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai struktur tempat melekatnya daun, bunga dan buah. Batang juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan yang memiliki sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke tajuk serta hasil fotosintesis dari daun keseluruh bagian tanaman (Fauzi dkk, 2012).

Tabel 2.1 Standar Pertumbuhan Tinggi Kelapa Sawit D x P Tergolong Normal

Umur (Bulan) Tinggi (cm) Diameter (cm)

3 20 1.3

4 25 1.5

5 32 1.7

6 40 1.8

7 52 2.7

8 64 3.6

9 88 4.5

10 102 5.5

11 114 5.8

(Sumber : PPKS, 2008)

c) Daun

Daun dibentuk didekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya tumbuh dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan berikutnya akan membentuk sudut 135 derajat. Dan pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus keatas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80 - 120 lembar (Sastrosayono, 2009).

Panjang cabang daun di ukur dari pangkalnya dapat mencapai 9 m pada tanaman dewasa, sedangkan pada tanaman muda kurang dari angka tersebut. Panjang pelepah ini dapat bervariasi tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap pelepah di isi oleh

(3)

daun di kiri dan di kanan. Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125 - 200. Anak daun yang ditenagh dapat mencapai 4,5 kg berat kering pada daun dewasa dapat dijumpai 40 - 50 pelepah luas permukaan daun dapat dipakai untuk tujuan pengamatan pertumbuhan (Lubis dan Widanarko, 2011).

Tabel 2.2 Standar Pertumbuhan Daun Kelapa Sawit D x P Tergolong Normal

Umur (Bulan) Rata-rata Jumlah Daun Pelepah (cm)

3 3.5

4 4.5

5 5.5

6 8.5

7 10.5

8 11.5

9 13.5

10 15.5

11 16.5

(Sumber : PPKS, 2008)

d) Bunga

Bunga kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu, artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman serta masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun (ketiak daun). Setiap ketiak daun hanya menghasilkan infloresen (bunga majemuk). Perkembangan infloresen dari proses inisiasi awal sampai membentuk infloresen lengkap yang siap diserbukkan memerlukan waktu 2.5 – 3 tahun (Fauzi dkk, 2012).

e) Buah

Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium, sedangkan kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah

(4)

yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi.

Sementara itu, endosperm atau disebut juga kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman (Fauzi dkk, 2012).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Sebagai tanaman yang dibudidayakan, tanaman kelapa sawit memerlukan kondisi lingkungan yang baik atau cocok, agar mampu tumbuh subur dan dapat berproduksi secara maksimal. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit antara lain keadaan iklim dan tanah. Selain itu, faktor yang juga dapat mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit adalah faktor genetis, perlakuan budidaya, dan penerapan teknologi (Widya, 2009).

2.2.1 Iklim

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu rata-rata 27ºC dengan suhu maksimum 33ºC dan suhu minimum 22ºC. curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1250 - 3000 mm yang merata sepanjang tahun dengan jumlah bulan kering kurang dari 3 bulan. Curah hujan optimal berkisar 1750 - 2500 mm. intensitas 8 sinar matahari yang optimal adalah 6 jam per hari dan kelembapan untuk kelapa sawit pada kisaran 50 - 90% (optimalnya pada 80%). Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umumnya dapat tumbuh di daerah antara 12 LU dan 12 LS. Curah hujan optimal antara 2000 - 2500 mm per tahun. Lama penyiraman matahari yang optimum antara 5 - 7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 24ºC - 38ºC. Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat juga untuk memacu pembentukan bunga dan buah.

Lama penyiraman optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5 - 7 jam/hari (Lubis dan Widanarko, 2011).

2.2.2 Tanah

(5)

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah pH 4,0 - 6,5 dan pH optimumnya antara 5,0 - 5,5. Tanah yang memiliki pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut, terutama tanah gambut. Tanah organosol atau gambut mengandung lapisan yang terdiri atas lapisan mineral dengan lapisan bahan organik yang belum terhumifikasi lebih lanjut memiliki pH rendah (Widya, 2009).

Pertumbuhan kelapa sawit akan baik pada tanah yang datar atau sedikit miring, solum dalam dan mempunyai drainase yang baik, tanah gembur, subur, permeabilitas sedang, dan lapisan padas tidak terlalu dekat dengan permukaan tanah. Tanah yang baik bagi pertumbuhan juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alamiah maupun hara tambahan. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal. Dalam menentukan batas-batas yang tajam mengenai kesesuaian sifat fisis tanah di antara tipe-tipe tanah memang relatif sulit (Fauzi dkk, 2012).

2.3 Pembibitan Kelapa Sawit

Pembibitan adalah kegiatan untuk mempersiapkan bahan tanam, persiapan media, pemeliharaan, seleksi bibit hingga siap untuk ditanam yang dilaksanakan dalam satu tahap atau lebih (Widya, 2009). Terdapat beberapa tahap dalam kegiatan pembibitan yang harus dilakukan, meliputi penyemaian, pengelompokan varietas, pembangunan naungan, pemilihan polibag, pengisisan media tanah, penanaman, penyiraman, pemupukan, ketepatan transplanting, pengendalian gulma-hama dan penyakit, seleksi bibit, serta pelaksanaan pengawasan dan manajemen pembibitan (Darmosarkoro dkk, 2008).

Bibit merupakan produk yang dihasilkan dari suatu proses pengadaan bahan tanam yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian hasil produksi pada masa selanjutnya. Dapat dikatakan bahwa pembibitan merupakan langkah awal dari

(6)

seluruh rangkain kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit. Tahap pembibitan akan menghasilkan bibit yang baik dan berkualitas (Hartono, 2011).

2.3.1 Sistem Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan satu atau dua tahapan pekerjaan tergantung kepada persiapan yang dimiliki sebelum kecambah dikirim ke lokasi pembibitan. Untuk pembibitan yang menggunakan satu tahap (single stage), berarti penanaman kecambah kelapa sawit langsung dilakukan ke pembibitan utama (main nursery). Sedangkan sistem pembibitan dua tahap (double stage) terdiri dari pembibitan awal (pre nursery) selama ± 3 bulan pada polybag berukuran kecil kemudian

dipindahkan ke pembibitan uatama (main nursery) dengan polybag berukuran lebih besar (Sulistyo, 2010).

2.4 Tanah Salin

Perilaku manusia yang mengubah fungsi lahan pertanian menjadi tempat pemukiman dan industri karena berbagai sebab menyebabkan lahan pertanian semakin sempit. Lahan-lahan marginal seperti tanah salin akhirnya terpaksa menjadi areal pertanian. Penyebab tanah salin adalah: (1) tanah tersebut mempunyai bahan induk yang mengandung deposit garam. (2) intruksi air laut, akumulasi garam dari irigasi yang digunakan atau gerakan air tanah yang direklamasi dari dasar laut. (3) Laju evapotranspirasi yang tinggi dengan curah hujan rendah sehingga mineral tidak tercuci sepenuhnya (Kusmiyati dkk, 2014).

Pemanfaatan tanah salin menjadi areal pertanian banyak mengalami hambatan. Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam mudah larut yang jumlahnya cukup besar bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman seperti klorida atau sulfat. Kemasan (pH) tanah salin sekitar 8,5 dan perturan kation kurang dari 15%. Masalah salinitas timbul apabila kosentrasi garam NaCl, Na²CO³, Na²SO4 terdapat dalam tanah jumlah yang berlebih (Kusmiyati dkk, 2014).

(7)

Gambar 2.1 Proses Kering Angin Tanah Salin (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Tanah yang mengandung kadar garam menjadi lebih salin mengakibatkan tanah tanah tidak dapat menyerap air dari tanah. Hal ini dikarenakan tanaman atau tumbuhan banyak mengandung berbagai macam konsentrasi ion (garam) yang membuat aliran air dari tanah ke akar tanaman dapat menghambat pergerakan air dari akar tanaman akan ditarik kembali ke dalam tanah sehingga tanaman tidak dapat mengambil air yang cukup untuk proses pertumbuhan (Muliawan dkk, 2016).

Salinitas tanah menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein, serta penambahan biomass protein, sehingga hasil menjadi menurun. Pemberian pupuk kandang seperti kotoran kambing dapat memperbaiki sifat tanah dan memberikan nutrisi bagi mikroorganisme pada tanah salin jika dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang (syahril dkk, 2019).

2.5 Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan dan/atau limbah organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat diperkaya dengan

(8)

bahan mineral, dan/atau mikroba yang bermanfaat untuk meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (Hartatik dkk, 2015).

Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, atau kesuburan tanah. Secara umum berdasarkan asalnya pupuk dibedakan menjadi dua yaitu pupuk alami (organik) seperti pupuk kandang, kompos, bokasi, pupuk hijau, dan lainnya serta pupuk buatan (anorganik) seperti urea (N), Sp-36(P), Kcl (K), majemuk dan pupuk daun. Pupuk organic terdiri dari pupuk padat dan pupuk cair (Afrizon, 2017).

2.5.1 Fungsi dan Peran Pupuk Organik

Peranan pupuk organik terhadap sifat biologi tanah adalah sebagai sumber energi dan makanan bagi mikro dan meso fauna tanah. Dengan cukupnya tersedia bahan organik maka aktivitas organisme tanah meningkat yang juga meningkatkan ketersediaan hara, siklus hara tanah, dan pembentukan pori mikro dan makro tanah oleh makroorganisme seperti cacing tanah, rayap, colembola (Hartatik dkk, 2015).

Pupuk organik dapat memperbaiki tanah serta mengandung unsure hara makro dan mikro yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi (Afrizon, 2017). Unsur N yang terkandung didalam bahan organik berperan sebagai pembentukan sel, jaringan dan organ tanaman, sintesa klorofil, protein, serta asam amino. Sehingga unsure dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tanaman pada masa vegetative, selanjutnya digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Ramadhaini dkk, 2014).

2.5.2 Pupuk Kandang Kambing

Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap

(9)

proses dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang kambing umumnya masih diatas 30. Pupuk kandang kambing yang baik harus mempunyai rasio <20, sehingga pupuk kandang kambing akan lebih baik penggunaannya bila dikomposkan terlebih dahulu. Pupuk kandang ini akan memberikan manfaat yang lebih baik pada musim kedua penanaman.

Kadar air pupuk kandang kambing relatif lebih rendah dari pupuk kandang sapi dan sedikit lebih tinggi dari pupuk kandang ayam (Simanungkalit dkk, 2006).

Gambar 2.2 Sebelum Dan Sesudah pengomposan Pupuk Kandang Kambing (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Pupuk kotoran kambing memiliki kandungan unsur hara nitrogen yang lebih tinggi dari pupuk kotoran hewan lainnya. Nitrogen sangat diperlukan tanaman ketika dalam masa perkembangan vegetatif untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Nitrogen berfungsi dalam pembentukan protein yang terdapat hampir di seluruh bagian tumbuhan terutama pucuk dan daun muda.

Tanaman yang kekurangan nitrogen maka pertumbuhannya akan terhambat, daun menguning dan mati. Selain nitrogen, pupuk kotoran kambing juga memiliki unsur hara posfor, kalium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan zink. Unsur-unsur tersebut sangat diperlukan tanaman baik dalam jumlah besar atau kecil yang satu sama lainnya tidak dapat digantikan (Aspan, 2017).

(10)

Menurut Susilo (2014) Pupuk kandang kambing mengandung unsur hara yang cukup tinggi dan mampu berperan mempercepat pertumbuhan bibit.

Pupuk kandang kambing memiliki kandungan unsur makro : 1,28% N, 0,19%

P, 0,93% K, 0,59% Mg. Unsur mikro : 46% Mn, 28% Fe, 42% Cu, 29% Zn.

2.6 Jamur Trichoderma sp

Kingdom : Fungy Divisi : Ascomycota Sub division : Pezizomycotina Kelas : Sordariomycetes Ordo : Hypocreales Famili : Hypocreaceae

Genus : Trichoderma

Trichoderma sp merupakan salah satu mikroorganisme yang memiliki kemampuan sebagai biodekomposer yang baik, mampu memproduksi asam organik, dapat menetralkan pH tanah dan kation mineral seperti Fe, Mn, dan Mg. Manfaatnya adalah untuk metabolisme tanaman serta metabolit ysng meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produksi hormone pertumbuhan tanaman, juga sebagai agen, biokontrol terhadap jamur fitopatogen (Sihombing dkk, 2016).

Hubungan timbal balik antara Trichoderma sp dengan tanaman adalah bersifat mutualisme. Tanaman diuntungkan dalam hal pertumbuhan maupun pengendalian penyakit, sedangkan Trichoderma sp diuntungkan karena mendapatkan nutrisi yang dihasilkan oleh tanaman. Pemanfaatan Trichoderma sp juga mampu meningkatkan produksi tanaman, khususnya

pertumbuhan tanaman dan pengendalian penyakit, sehingga didapatkan hasil produksi yang optimal dan juga telah menerapkan sistem budidaya yang ramah lingkungan (Rizal dan Susanti, 2010).

(11)

Kehadiran mereka disukai oleh akar tanaman tingkat tinggi, dimana Trichoderma sp. Dapat berguna sebagai pemicu pertumbuhan tanaman,

pengurai unsur hara tanaman, pengurai herbisida dialat dalam tanah meskipun lambat dan juga berpotensi sebagai agen hayati dalam pengendalian penyakit tanaman (Ismail dan Tenrirawe, 2011).

Gambar 2.3 Jamur Trichoderma sp (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

2.6.1 Peranan Trichoderma sp Pada Tanaman

Spesies Trichoderma sp di samping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agensia hayati. Trichoderma sp dalam peranannya sebagai agensia hayati bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya. Trichoderma sp merupakan jamur parasit yang dapat menyerang dan mengambil nutrisi dari jamur lain. Kemampuan Trichoderma sp yaitu mampu memarasit jamur patogen tanaman dan

(12)

bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan jamur lain (Yudha dkk, 2016).

Penggunaan Trichoderma sp yang dapat membantu merangsang pertumbuhan tanaman dan sebagai agen hayati. Trichoderma sp menginfeksi akar tanaman sehingga akar yang terinfeksi Trichoderma sp akan lebih banyak dibandingkan dengan akar yang tidak terinfeksi.

Perakaran yang banyak tersebut menyebabkan penyerapan unsure hara lebih optimum, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Trichoderma sp juga dapat menguraikan unsur hara yang terikat dalam

tanah, menghasilkan antibiotik glikotoksin dan viridian yang dapat digunakan untuk melindungi bibit tanaman dari serangan penyakit (Ismail dan Tenrirawe, 2011).

Referensi

Dokumen terkait

Azospirillum yang menghasilkan IAA mampu mempercepat pertumbuhan tanaman, perkembangan akar lateral, merangsang kerapatan dan panjang rambut akar, yang pada akhirnya

Penurunan kadar air ini disebabkan oleh adanya hidrasi ion-ion garam yang menarik ion molekul air suatu bahan pangan dimana konsentrasi garam yang rendah akan menghasilkan kadar

(2011) menyatakan konsentrasi fipronil tinggi yang terdapat dalam tanah dapat menghambat pertumbuhan vegetatif (akar, batang, dan daun) bahkan dalam kondisi tanaman

Pengaruh tanaman di atas permukaan tanah memiliki dua fungsi, yaitu menghambat aliran air di permukaan tanah sehingga kesempatan berinfiltrasi lebih besar, dan dengan sistem

dan dalam proses demineralisasi air, dikarenakan pertimbangan pengambilan lokasi industri di daerah pantai atau dekat dengan laut yang menyebabkan air tersebut banyak

Antiperspiran yang mengandung garam aluminium mempunyai aktivitas tidak langsung pada kelenjar keringat tetapi, dengan cara memblokade pori dengan koagulasi protein oleh ion

Lumpur akan tertahan oleh penyaringan lapisan tanah, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat kimia (garam-garam

Pemupukan bertujuan untuk menambahkan unsur hara dalam tanah. Karna apabila tanah kekurangan unsur hara maka akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman nilam dikarenakan