• Tidak ada hasil yang ditemukan

Putrianna Kusuma Wardhani 1*, Atwal Arifin M.Si 2 ¹²Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Putrianna Kusuma Wardhani 1*, Atwal Arifin M.Si 2 ¹²Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

7

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE

SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

(Studi Empiris Pada Perusahaan Consumerm Goods Industry Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia 2016- 2018)

Putrianna Kusuma Wardhani

1*

, Atwal Arifin M.Si

2

¹²Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta

*Email: kusumaputri616@gmail.com , Arifinatwal@gmail.com Abstract

The purpose of this study is to analyze the effect of leverage on CSR disclosure. To analyze the effect of profitability on CSR disclosure. To analyze the effect of board size on CSR disclosure. To analyze the effect of institutional ownership on CSR disclosure. To analyze the effect of company size on CSR disclosure. The population used in this studycompanies listed on the IDX in the costomer good sector for the period 2016-2018.

Meanwhile, the sampling method used was purposive sampling method and the sample used was 54 companies.

Based on the research results, it is known that DER has an effect on CSR. Liquidity affects CSR. ROE has an effect on CSR. The size of the board of commissioners (DK) has no effect on CSR. Institutional ownership (KI) affects CSR. Meanwhile, simultaneously DER, ROE, DK and KI have a significant effect on CSR.

Keywords: CSR, DER, ROE, Board of Commissioners Size, and Institutional Ownership.

1. PENDAHULUAN

CSR didefinisikan sebagai komitmen berkelanjutan dari perusahaan yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka, dan juga komunitas lokal serta masyarakat luas (Watt, 1986). Hal ini dikarenakan perusahaan, yang menghasilkan barang ataupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen, dalam kegiatannya memiliki dampak yang bersifat positif maupun negatif. Dilihat dari sisi pengaruh yang positif, perkembangan dunia usaha ini memberikan peningkatan perekonomian di masyarakat dan juga membuka lapangan pekerjaan yang akhirnya akan menurunkan angka pengangguran. Selain itu juga memicu perkembangan di bidang informasi dan teknologi, peningkatan sarana prasana dan juga di bidang sosial lainnya. Namun peningkatan dunia usaha yang semakin cepat ini juga memberikan kontribusi yang bersifat negatif, terutama yang terkait dengan lingkungan. Semakin bertambahnya perusahaan dengan berbagai aktivitas di dalamnya, tentu saja menimbulkan kerusakaan lingkungan, terutama di sekitar lokasi industri. Berbagai dampak negatif ini secara langsung maupun tidak langsung membuat banyak perusahaan berhadapan dengan tuntutan stakeholder, termasuk masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi pabrik. Terkait dengan masalah lingkungan yang timbul sebagai dampak peningkatan dunia bisnis, maka perusahaan juga harus memiliki tanggung jawab sosial atau dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) yang merupakan bentuk kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.

Lebih jauh lagi, adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undangundang tersebut menyebutkan bahwa

”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber

daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”setiap

penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.

(2)

8

Pelaporan tanggungjawab sosial perusahaan dapat mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan, khususnya paragraf kesembilan. Pada PSAK tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggung jawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran dan pelaporan juga belum diatur, jadi untuk pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada masing-masing perusahaan. Akibatnya terdapat multitafsir dalam menyikapi PSAK No 1, sehingga kemungkinan akan berdampak pada tidak seriusnya perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya yang berakibat pula pada berbedanya tingkat pengungkapan sosial antar bank.

Dalam lingkup wilayah Indonesia, standar akuntansi keuangan Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, akibatnya yang terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Secara implisit Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004) paragraf 9 menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut:

“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor- faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Mathews, 1995). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et all, 1987).

Perusahaan dapat mengacu pada Global Reporting Initiative (GRI) untuk membuat laporan keberlanjutan (sustainability report) CSR. Laporan Global Reporting Initiative (GRI) yang dinyatakan dalam World Business Council for Sustainable Development (1999) merupakan sebuah standar panduan sustainability reporting yang dapat diterapkan dan diterima secara luas.

Pedoman laporan GRI terbaru adalah Global Reporting Initiative (GRI) G3.1 yang disusun berdasarkan enam kategori yang perlu diungkapkan oleh perusahaan-perusahaan. Dalam indikator tersebut terdapat kategori yang berjumlah 79 indikator (ekonomi 9 kategori, lingkungan 30 kategori, tenaga kerja 14 kategori, hak asasi manusia 9 kategori, sosial 8 kategori, dan produk 9 kategori) jenis kategori. Indikator-indikator tersebut mengandung item- item yang diungkapkan. Semakin banyak item-item yang diungkapkan oleh suatu perusahaan maka dapat dikatakan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin baik.

Untuk mendorong perusahaan bersedia mengungkapkan seluas-luasnya tentang CSR, maka diperlukan pengetahuan dan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi CSR.

Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ale (2014), yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR.

Diantara faktor-faktor yang menjadi variabel dalam penelitian tersebut adalah ukuran

perusahaan (size), leverage, kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris.

(3)

9

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ale (2014), dengan menambahkan variabel independen, yaitu profitabilitas.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 3. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 4. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 5. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini digunakan untuk: 1.

Menganalisis pengaruh leverage terhadap terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 2. Menganalisis adanya pengaruh Profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 3.Menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 5. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.

2. METODE

2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2018. Adapun kriteria penentuan sampel yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan tahun dan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember periode 2016 – 2018 secara berturut-turut.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah secara berturut-turut.

3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan laba bersihnya.

4. Perusahaan Consumer Goods yang memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian meliputi leverage, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan secara lengkap di dalam laporan keuangannya.

2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Terikat atau Dependent Variables (Y)

Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR merupakan pengkomunikasian data oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan. Indikator CSR dalam penelitian ini menggunakan indikator Global Reporting Intiative (GRI) dengan jumlah 79 pengungkapan yang meliputi:

economic (EC), environment (EN), human right (HR). labor prectices (LP), product responsibility (PR) dan society (SO). Perhitungan CSR digunakan untuk melihat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan. Rumus untuk perhitungan CSR adalah:

CSR = Jumlah pengungkapan yang diungkapkan Jumlah indikator (79)

Jika semakin banyak perusahaan melakukan praktik CSR dan mngungkapkannya , maka

semakin banyak manfaat yang didapatkan baik dari aspek profit, planet dan people.

(4)

10

2. Variabel Bebas atau Independent Variables (X)

Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau menjadi sebab timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011:64). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leverage, Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris, kepemilikan institusional, dan Ukuran Perusahaan.

a. Leverage

Leverage atau DER (Debt to Equity Ratio) adalah jumlah hutang yang digunakan untuk membiayai atau membeli aset-aset perusahaan. DER (Debt to Equity Ratio) menggunakan hutang dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Adapun rumus untuk menghitung leverage adalah:

DER= Total Debt

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥100%

DER (Debt to Equity Ratio menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Jika semakin tinggi rasio, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.

b. Profitabilitas

Untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan. Menurut Pearce (2008:241) dalam Rahmawati (2015) berpendapat bahwa profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dipilih oleh manajemen suatu perusahaan untuk menghasilkan laba.

Rasio Profitabilitas menghitung kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.

Dalam penelitian ini digunakan proxy Return On Equity (ROE) untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan dalam erusahaan (Rahmawati, Topowijono, & Sulasmiyati, 2015). ROE dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Return On Equity (ROE) :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘

𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖

𝑥 100%

c. Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan perwakilan para pemilik saham yang berperan sebagai pengawas kinerja perusahaan, termasuk kinerja sosial perusahaan. Dewan komisaris mempunyai wewenang untuk memberi petunjuk dan arahan serta mengawasi pengelola perusahaan, salah satunya adalah dengan memberi petunjuk atau arahan kepada manajemen untuk mengungkapkan CSR. Menurut Krisna dan Suhardianto (2016) ukuran dewan komisaris dapat diukur dari:

Ukuran Dewan Komisaris = ∑ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖s.

(5)

11 d. Kepemilikan institusional

Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak instusi pada akhir tahun yang diukur dengan persentase. Institusi yang dimaksud dalam kepemilikan tersebut dapat dimiliki oleh perusahaan asuransi, dana pensiun, dan koperasi.

Kepemilikan institusional diukur dengan cara membandingkan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah saham beredar.

Adapun rumus untuk mengitung kepemilikan institusion adalah:

KI= Jumlah saham yang dimiliki institusi

Total saham beredar 𝑥100%

Jika rasio kepemilikan institusional tinggi, maka akan meningkatkan sistem kontrol perusahaan yang ditujukan meminimalisir tindak opurtunistik pihak manajer.

e. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan pada dasarnya adalah pengelompokan perusahaan ke dalam beberapa kelompok, diantaranya perusahaan besar, sedang, dan kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan (Suwito dan Herawaty, 2005)

Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total penjualan juga dapat digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan. Karena biaya-biaya yang mengikuti penjualan yang tinggi cenderung memilih kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Sidharta, 2000).

Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset. Karena total aset perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikan ke dalam logaritma natural (Ghozali, 2006); sehingga ukuran perusahaan dapat dihitung dengan:

Size = Ln (Total Assets) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau rasidual didalam suatu persamaan memiliKI distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov Smirno (K-S). Adapun hasil uji normalitas secara ringkas disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 1 Hasil Uji Normalitas Variabel Kolmogorov-Smirnov

Test

Asym. Sig (2-tailed)

Kesimpulan Unstandardized

Residual

0,499 0,965 Normal

Sumber : data sekunder diolah, 2020

Berdasarkan hasil uji normalitas yang disajikan dalam tabel 4.2 diketahui bahwa

nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 (> 0,05), dengan demikian hasil tersebut dapat

(6)

12

disimpulkan bahwa data berdistribusi normal karena nilai probabilitas lebih besar dari

 (005).

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Uji multikolinearitas dalam penelitian dengan melihat dari variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan tidak adanya multikolinearitas adalah nilai toleran > 0,10 atau VIF < 10. Adapun hasil uji multikolinearitas sebagai berikut:

Tabel 2

Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Tolerance VIF Kesimpulan DER

ROA UUDK KI UK

0,413 0,334 0,347 0,777 0,241

2,422 2,992 2,879 1,287 4,152

Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Tidak terjadi multikolinearitas Sumber : data sekunder diolah, 2020

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas dari persamaan dalam penelitian ini. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.

Adapun hasil uji heteroskedastisitas sebagai berikut : Tabel 3.

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig Keterangan

DER ROE UUDK

KI UK

0,500 0,557 0,547 0,051 0,474

Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: Data sekunder diolah, 2020

Hasil tersebut diketahui bahwa variabel bebas yang meliputi DER, ROE, UDK, dan KI dan UK dengan nilai signifikasi lebih besar dari  = 0,05. Dengan demikian hasil tersebut disimpulkan tidak tejradi adanya heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

(7)

13

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1. Adapun hasil uji autokorelasi sebagai berikut :

Tabel 4.

Hasil Uji Autokorelasi

Nilai DW-hitung Kriteria Keputusan

1,756 dU ≤ 1,756 ≤ dL Tidak ada autokorelasi positif

Sumber : data sekunder diolah, 2020

Hasil tersebut menunjukkan nilai DW hasil regresi adalah sebesar 1,756 dengan derajat kesalahan (α) =5%, prediktor sebanyak 2 maka batas atas (U) adalah sebesar 1,803 sedang batas bawah (L) adalah sebesar 1,550. Hal ini berarti lebih besar dari nilai batas bawah dan nilai batas atas, maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil regresi tersebut terbebas dari masalah autokorelasi. Dengan kata lain, hipotesis yang menyatakan tidak terdapat masalah autokorelasi dapat diterima, sedangkan hipotesis nol yang menyatakan terdapat autokorelasi dapat ditolak.

3.2 Uji Hipotesis

1. Uji Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi berganda yaitu untuk mengetahui pengaruh perubahan hubungan variabel independen terhadap dependen. Adapun hasil regresi linear berganda ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5.

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B

Std.

Error Beta

(Constant) .052 .007 7.676 .000

DER -.009 .002 -.327 -4.160 .001

ROE -.043 .007 -.507 -5.798 .000

UDK .006 .001 .888 10.351 .000

KI -.017 .004 -.232 -4.040 .001

UK -7.395E-5 .000 -.032 -.310 .761

Sumber : data sekunder diolah, 2020

Y = 0,052 – 0,009(DER) - 0,043(ROE) + 0,006(UUDK) – 0,017(KI) – 7,395(UK) + e Adapun interprestasi hasil persamaan regresi sebagai berikut :

1) Konstanta sebesar 0,621 dengan parameter positif menunjukkan bahwa apabila tidak terdapat DER, ROE, UUDK, KI dan UK maka dapat diartikan CSR akan meningkat sebesar 0,052.

2) Koefisien regresi DER = -0,009 yaitu DER menunjukkan semakin meningkatnya

DER maka akan dapat menurunkan CSR dan sebaliknya.

(8)

14

3) Koefisien regresi ROE = -0,043 yaitu ROE menunjukkan semakin meningkatnya ROE maka akan dapat menurunkan CSR dan sebaliknya.

4) Koefisien regresi UUDK = 0,006 yaitu UUDK menunjukkan semakin meningkatnya UUDK maka akan dapat meningaktkan CSR dan sebaliknya.

5) Koefisien regresi KI = -0,017 yaitu KI menunjukkan semakin meningkatnya KI maka akan dapat menurunkan CSR dan sebaliknya.

6) Koefisien regresi UK = -7,395 yaitu UK menunjukkan semakin meningkatnya UK maka akan dapat menurunkan CSR dan sebaliknya.

2. Uji Koefisien Determinasi (R

2

)

Koefisien determinasi (adjusted R Square) pada intinya menguur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai adjusted R Square berkisar antara 0 sampai dengan 1, bila adjusted R square kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas.

Adapun hasil koefisien determinasi (R

2

) sebagai berikut : Tabel 6.

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R

2

) Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .981 .962 .949 .00313

Sumber : data sekunder diolah, 2020

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh adjusted R square (R

2

) diperoleh sebesar 0,949, berarti variasi perubahan variabel CSR dapat dijelaskan oleh variabel DER, ROE, UUDK, KI dan UK berpengaruh signifikan sebesar 94,9%. Sedangkan sisanya sebesar 5,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

3. Uji F Test

Uji statustik (uji anova) pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Suatu model regresi dinyatakan baik (goodness of fit) jika dari uji Anova menghasilkan nilai kesalahan maksimum (sig) kurang dari 5%. Adapun hasil uji Ftest dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Tabel 7.

Hasil Uji F

F

hitung

F

tabel

p-value Keterangan 75,303 2,84 0,000 Ho ditolak Sumber: Data diolah

Berdasarkan hasil diperoleh nilai F

hitung

> F

tabel

(75,303 > 2,84), maka Ho ditolak, Berarti secara bersama-sama variabel terdapat DER, ROE, UDK, KI dan UK secara bersama-sama terhadap CSR, sehingga model dalam penelitian dapat digunakan adalah Goodnes of fit.

4. Uji t test (Uji Hipotesis)

(9)

15

Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t

hitung

dengan t

tabel

. Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh DER, ROE, UDK, KI dan UK terhadap CSR. Hasil uji t dapat dijelaskan sebagaimana terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8.

Hasil Uji t

test

Variabel t

hitung

t

tabel

Sig. Standar Keterangan DER -4.160 -2,093 0,001 0,05 H1 diterima ROE -5.798 -2,093 0,000 0,05 H2 diterima UDK 10.351 2,093 0,000 0,05 H3 diterima KI -4.040 -2,093 0,001 0,05 H4 diterima UK -.310 -2,093 0,761 0,05 H5 ditolak

Sumber: Data sekunder diolah penulis, 2020.

Berdasarkan Tabel 8 hasil perhitungan untuk masing-masing variabel dapat diuraikan pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:

1) Berdasarkan hasil yang disajikan diketahui bahwa DER berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -4,160 lebih besar dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,000 lebih besar dari 0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa DER berpengaruh terhadap CSR, dengan demikian H1 diterima.

2) Hasil diketahui ROE berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -5,798 lebih besar dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa ROE berpengaruh terhadap CSR, dengan demikian H2 diterima.

3) Hasil diketahui UDK berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar 10,351 lebih besar dari t

tabel

sebesar 2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa UDK berpengaruh terhadap CSR, dengan demikian H3 diterima.

4) Hasil diketahui KI berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -4,040 lebih besar dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa KI berpengaruh terhadap CSR, dengan demikian H4 diterima.

5) Hasil diketahui UK tidak berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -0,310 lebih kecil dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,761 lebih besar dari 0,05 (0,761 < 0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa KI berpengaruh terhadap CSR, dengan demikian H4 diterima.

3.3 Pembahasan

1. Variabel DER berpengaruh terhadap CSR

Variabel DER berpengaruh signifikan terhadap CSR atau karena t.sig

(0,001) lebih kecil dari 0,05 () maka secara signifikan DER berpengaruh terhadap

CSR. Hal ini menunjukkan leverage yang digunakan dengan harapan dapat

meningkatkan pengembalian ke para pemegang saham. Leverage menguntunkan

terjadi jika perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dengan

menggunakan dana yang didapat dalam bentuk biaya tetap tersebut daripada biaya

pendanaan tetap yangh arus dibayarkan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Herawati (2013) dan Rachmawati dan Pinem (2015).

(10)

16 2. Variabel ROE berpengaruh terhadap CSR

Variabel ROE berpengaruh signifikan terhadap CSR atau karena t.sig (0,000) lebih kecil dari 0,05 () maka secara signifikan DER berpengaruh terhadap CSR. Hal ini menunjukkan semakin tinggi profitabilitas yang dihasilkan maka perusahaan akan lebih termotivasi untuk semakin memperluas pengungkapan CSR.

Dengan semakin luasnya pengungkapan CSR maka diharapkan akan semakin menarik minat dan ketertarikan investor terhadap perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian Putra dan Lestari (2016), Putri et al (2018), Herawati (2013), Rachmawati dan Pinem (2015), Mardiyati et al (2012), Pertiwi et al (2018), Lumoly et al ( 2018), Prasetyorini (2013), Nurhayati (2013), Dewi (2017), Rahmawati et al (2015), dan Ferina et al (2015).

3. Variabel UDK berpengaruh terhadap CSR

Variabel UDK berpengaruh signifikan terhadap CSR atau karena t.sig (0,000) lebih kecil dari 0,05 () maka secara signifikan UDK tidak berpengaruh terhadap CSR. Hal ini menunjukkan rata-rata proporsi dewan komisaris independen masih rendah, sehingga pengawasan kepada manajemen belum maksimal. Jumlah anggota dewan komisaris independen harus sebanding dengan jumlah komisaris non independen, apabila tidak maka komisaris independen akan selalu kalah dalam perdebatan, apalagi kalau sampai terjadi pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara. Hasil ini konsisten dengan penelitian Rachmawati dan Pinem (2015), Mardiyati et al (2012), Pertiwi et al (2018), Lumoly et al ( 2018), Dewi (2017), Rahmawati et al (2015).

4. Variabel KI berpengaruh terhadap CSR

Variabel KI pengaruh signifikan terhadap CSR atau karena t.sig (0,001) lebih kecil dari 0,05 () maka secara signifikan KI berpengaruh terhadap CSR. Hal ini menunjukkan bahwa institusi seperti pemerintah sebagai pembuat kebijakan terkait CSR yang mengawasi manajemen perusahaan untuk melaksanakan kebijakan tersebut dengan sebaik-baiknya agar perusahaan dapat diterimaoleh masyarakat sehingga tidak menimbulkan permasalahan yang terjadi ketika perusahaan kurang memperhatikan efek yang diakibatkan dari aktivitas usahanya terhadap masyarakat. Hasil ini konsisten dengan penelitian Putri et al (2018), Herawati (2013), Rachmawati dan Pinem (2015), Pertiwi et al (2018), Lumoly et al ( 2018), Prasetyorini (2013) dan Ferina et al (2015).

5. Variabel UK berpengaruh terhadap CSR

Variabel UK tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR atau karena t.sig (0,761) lebih besar dari 0,05 () maka secara signifikan UDK tidak berpengaruh terhadap CSR. Hal ini secara teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan politis yaitu tekanan untuk melakukan pertanggungjawaban sosial. Perusahaan besar dengan aktivitas operasi yang besar akan lebih memperhatikan kegiatan sosial sehingga pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan akan semakin luas.. Hasil ini konsisten dengan penelitian Rachmawati dan Pinem (2015), Mardiyati et al (2012), Pertiwi et al (2018), Lumoly et al ( 2018), Dewi (2017), Rahmawati et al (2015).

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang ditelah diuraikan pada bab sebelumnya peneliti

dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:

(11)

17

1. Variabel DER berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -4,160 lebih besar dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (0,001 > 0,05). Dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya.

2. Variabel ROE berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -5,788 lebih besar dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya.

3. Variabel UDK berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar 10,351 lebih besar dari t

tabel

sebesar 2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05). Dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya.

4. Variabel KI berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -4,040 lebih besar dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (0,001

< 0,05). Dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya.

5. Variabel UK tidak berpengaruh CSR, hal ini terbukti nilai t

hitung

sebesar -0,310 lebih kecil dari t

tabel

sebesar -2,093 dan nilai signifikansi (sig t) sebesar 0,761 lebih besar dari 0,05 (0,761 < 0,05). Dengan demikian hipotesis yang diajukan tidak terbukti kebenarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Yogyakarta: Ekosinia

Mathews, M.R (1995). “Social and Environmental Accounting: A Practical Demonstration of Ethical Concern”, Journal of Business Ethics, Vol. 14, pp 663-671.

Gray, R, Owen, D. and Maunders, K. (1987), Corporate Social Reporting: Accounting and Accountability, Prentice-Hall, London.

Ale, Lusyana. 2014. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Dewan Komisaris Terhdap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Yogyakarta:

Fakultas Ekonomi, Universitas Atmajaya Yogyakarta.

Brigham, Eugene.F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan Buku 2. Jakarta: Erlangga.

Ghozali, Imam dan A. Chariri, 2007, Teori Akuntansi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro : Semarang.

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from Charity to Sustainability. Salemba

Empat. Jakarta.

(12)

18

Jalal. 2008. Pembangunan Berkelanjutan dan Tanggung Jawab Perusahaan. CSR Workshop Series 1.

Darwin, Ali, 2004. Penerapan Sustainability Reporting di Indonesia. Konvensi Nasional Akuntansi V, Program Profesi Lanjutan. Yogyakarta.

Hadi, Nor. 2011. “Corporate Social Responsibility (CSR)”.Edisi 1. Graha Ilmu.Jakarta

Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam:

Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Jakarta: Rajawali Pers.

Anggraini, Fr. Reni Retno (2006), “Pengungkapan Informasi Sosial dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi 9

Kasmir. (2010). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Agus Sartono. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi 4. Yogjakarta: BPFE Agnes Sawir. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Perusahaan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Fama, E.F. dan M.C. Jensen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and

Economics, Vol.26

Gambar

Tabel 1  Hasil Uji Normalitas  Variabel  Kolmogorov-Smirnov  Test  Asym. Sig   (2-tailed)  Kesimpulan  Unstandardized  Residual  0,499  0,965  Normal

Referensi

Dokumen terkait

Setelah pengakuan awal, aset keuangan AFS diukur dengan nilai wajar dengan keuntungan atau kerugian yang belum terealisasi diakui dalam komponen ekuitas sampai

MATRI: YANG DIJUMLAH HARUS MEMPUNYAI JUMLAH BARIS DAN KOLOM

setelah barang disetujui oleh bagian receiving untuk dibongkar, pada saat proses bongkar tersebut jika memang barang sesuai dengan PO maka akan dilakukan proses penyimpanan di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat nilai signifikan 0,000 &lt; 0,05 sehingga dapat disimpulkan fasilitas e-filing dan fasilitas e-SPT secara bersama-sama

Eddig csak a piaci szerepl˝ ok k¨ olcs¨ onhat´ as´ at vizsg´ altuk, csup´ an megjegyz´ esben utaltunk arra, hogy gyakran sz¨ uks´ eg lehet a piac korm´ anyzati befoly´ asol´

Olahraga tradisional menurut (Rhea, 2010) adalah yang dapat “ didefinisikan sebagai olahraga kompetitif peristiwa yang melibatkan manusia dalam persaingan dengan

Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. 99mTc-L,L-ECD merupakan suatu senyawa kompleks dalam bentuk ester sehingga bersifat lipofil clan dengan mudah

Berdasarkan penelitian ini, model regresi nonparametrik spline terbaik dengan kombinasi titik knot (3,2,3,3,3) dengan semua variabel signifikan yaitu persentase balita gizi