7
PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, UKURAN DEWAN KOMISARIS, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE
SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
(Studi Empiris Pada Perusahaan Consumerm Goods Industry Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia 2016- 2018)
Putrianna Kusuma Wardhani
1*, Atwal Arifin M.Si
2¹²Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
*Email: kusumaputri616@gmail.com , Arifinatwal@gmail.com Abstract
The purpose of this study is to analyze the effect of leverage on CSR disclosure. To analyze the effect of profitability on CSR disclosure. To analyze the effect of board size on CSR disclosure. To analyze the effect of institutional ownership on CSR disclosure. To analyze the effect of company size on CSR disclosure. The population used in this studycompanies listed on the IDX in the costomer good sector for the period 2016-2018.
Meanwhile, the sampling method used was purposive sampling method and the sample used was 54 companies.
Based on the research results, it is known that DER has an effect on CSR. Liquidity affects CSR. ROE has an effect on CSR. The size of the board of commissioners (DK) has no effect on CSR. Institutional ownership (KI) affects CSR. Meanwhile, simultaneously DER, ROE, DK and KI have a significant effect on CSR.
Keywords: CSR, DER, ROE, Board of Commissioners Size, and Institutional Ownership.
1. PENDAHULUAN
CSR didefinisikan sebagai komitmen berkelanjutan dari perusahaan yang berjalan secara etis dan memiliki kontribusi terhadap pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka, dan juga komunitas lokal serta masyarakat luas (Watt, 1986). Hal ini dikarenakan perusahaan, yang menghasilkan barang ataupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen, dalam kegiatannya memiliki dampak yang bersifat positif maupun negatif. Dilihat dari sisi pengaruh yang positif, perkembangan dunia usaha ini memberikan peningkatan perekonomian di masyarakat dan juga membuka lapangan pekerjaan yang akhirnya akan menurunkan angka pengangguran. Selain itu juga memicu perkembangan di bidang informasi dan teknologi, peningkatan sarana prasana dan juga di bidang sosial lainnya. Namun peningkatan dunia usaha yang semakin cepat ini juga memberikan kontribusi yang bersifat negatif, terutama yang terkait dengan lingkungan. Semakin bertambahnya perusahaan dengan berbagai aktivitas di dalamnya, tentu saja menimbulkan kerusakaan lingkungan, terutama di sekitar lokasi industri. Berbagai dampak negatif ini secara langsung maupun tidak langsung membuat banyak perusahaan berhadapan dengan tuntutan stakeholder, termasuk masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi pabrik. Terkait dengan masalah lingkungan yang timbul sebagai dampak peningkatan dunia bisnis, maka perusahaan juga harus memiliki tanggung jawab sosial atau dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) yang merupakan bentuk kepedulian sosial perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
Lebih jauh lagi, adanya CSR di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undangundang tersebut menyebutkan bahwa
”Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber
daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam Undang-undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa ”setiap
penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
8
Pelaporan tanggungjawab sosial perusahaan dapat mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 tentang penyajian dan pengungkapan laporan keuangan, khususnya paragraf kesembilan. Pada PSAK tersebut tidak secara tegas mengharuskan perusahaan untuk melaporkan tanggung jawab sosial mereka. Pengelompokan, pengukuran dan pelaporan juga belum diatur, jadi untuk pelaporan tanggung jawab sosial diserahkan pada masing-masing perusahaan. Akibatnya terdapat multitafsir dalam menyikapi PSAK No 1, sehingga kemungkinan akan berdampak pada tidak seriusnya perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosialnya yang berakibat pula pada berbedanya tingkat pengungkapan sosial antar bank.
Dalam lingkup wilayah Indonesia, standar akuntansi keuangan Indonesia belum mewajibkan perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial, akibatnya yang terjadi di dalam praktik perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya. Secara implisit Ikatan Akutansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) Nomor 1 (revisi 2004) paragraf 9 menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial sebagai berikut:
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor- faktor lingkungan hidup memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”
Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Mathews, 1995). Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi (khususnya perusahaan), di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemilik modal, khususnya pemegang saham. Perluasan tersebut dibuat dengan asumsi bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dibanding hanya mencari laba untuk pemegang saham (Gray et all, 1987).
Perusahaan dapat mengacu pada Global Reporting Initiative (GRI) untuk membuat laporan keberlanjutan (sustainability report) CSR. Laporan Global Reporting Initiative (GRI) yang dinyatakan dalam World Business Council for Sustainable Development (1999) merupakan sebuah standar panduan sustainability reporting yang dapat diterapkan dan diterima secara luas.
Pedoman laporan GRI terbaru adalah Global Reporting Initiative (GRI) G3.1 yang disusun berdasarkan enam kategori yang perlu diungkapkan oleh perusahaan-perusahaan. Dalam indikator tersebut terdapat kategori yang berjumlah 79 indikator (ekonomi 9 kategori, lingkungan 30 kategori, tenaga kerja 14 kategori, hak asasi manusia 9 kategori, sosial 8 kategori, dan produk 9 kategori) jenis kategori. Indikator-indikator tersebut mengandung item- item yang diungkapkan. Semakin banyak item-item yang diungkapkan oleh suatu perusahaan maka dapat dikatakan bahwa tingkat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan semakin baik.
Untuk mendorong perusahaan bersedia mengungkapkan seluas-luasnya tentang CSR, maka diperlukan pengetahuan dan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi CSR.
Beberapa penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan telah banyak dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ale (2014), yang meneliti mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR.
Diantara faktor-faktor yang menjadi variabel dalam penelitian tersebut adalah ukuran
perusahaan (size), leverage, kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris.
9
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ale (2014), dengan menambahkan variabel independen, yaitu profitabilitas.
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah Leverage berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 2. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 3. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 4. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility? 5. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility?
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini digunakan untuk: 1.
Menganalisis pengaruh leverage terhadap terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 2. Menganalisis adanya pengaruh Profitabilitas terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 3.Menganalisis pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. Menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility. 5. Menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap terhadap pengungkapan Corporate Social Responsibility.
2. METODE
2.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016 – 2018. Adapun kriteria penentuan sampel yang harus dipenuhi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan tahun dan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember periode 2016 – 2018 secara berturut-turut.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan mata uang rupiah secara berturut-turut.
3. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan laba bersihnya.
4. Perusahaan Consumer Goods yang memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian meliputi leverage, profitabilitas, ukuran dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan secara lengkap di dalam laporan keuangannya.
2.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 1. Variabel Terikat atau Dependent Variables (Y)
Variabel dependen yang digunakan adalah pengungkapan CSR. Pengungkapan CSR merupakan pengkomunikasian data oleh perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan perusahaan. Indikator CSR dalam penelitian ini menggunakan indikator Global Reporting Intiative (GRI) dengan jumlah 79 pengungkapan yang meliputi:
economic (EC), environment (EN), human right (HR). labor prectices (LP), product responsibility (PR) dan society (SO). Perhitungan CSR digunakan untuk melihat pengungkapan tanggung jawab sosial dalam laporan tahunan. Rumus untuk perhitungan CSR adalah:
CSR = Jumlah pengungkapan yang diungkapkan Jumlah indikator (79)
Jika semakin banyak perusahaan melakukan praktik CSR dan mngungkapkannya , maka
semakin banyak manfaat yang didapatkan baik dari aspek profit, planet dan people.
10
2. Variabel Bebas atau Independent Variables (X)
Variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau menjadi sebab timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011:64). Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Leverage, Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris, kepemilikan institusional, dan Ukuran Perusahaan.
a. Leverage
Leverage atau DER (Debt to Equity Ratio) adalah jumlah hutang yang digunakan untuk membiayai atau membeli aset-aset perusahaan. DER (Debt to Equity Ratio) menggunakan hutang dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Adapun rumus untuk menghitung leverage adalah:
DER= Total Debt
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑥100%
DER (Debt to Equity Ratio menunjukkan persentase penyedia dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Jika semakin tinggi rasio, maka semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham.
b. Profitabilitas
Untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan. Menurut Pearce (2008:241) dalam Rahmawati (2015) berpendapat bahwa profitabilitas merupakan hasil dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dipilih oleh manajemen suatu perusahaan untuk menghasilkan laba.
Rasio Profitabilitas menghitung kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan.
Dalam penelitian ini digunakan proxy Return On Equity (ROE) untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Return On Equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan dalam erusahaan (Rahmawati, Topowijono, & Sulasmiyati, 2015). ROE dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Return On Equity (ROE) :
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖