• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP HUBUNGAN CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

Choms Gary Ganda Tua Sibarani 107017055/ Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP HUBUNGAN CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Choms Gary Ganda Tua Sibarani 107017055/ Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY TERHADAP HUBUNGAN

CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Choms Gary Ganda Tua Sibarani

Nomor Pokok : 107017055

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui, Komisi Pembimbing :

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Drs.Firman Syarif, M.Si,Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA, CPA) (Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc)

(4)

Tanggal:

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof.Dr.Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA

Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak

2. Dr. HB.Tarmizi, SU

4. Drs. Rasdianto, MA, Ak

(5)

PERNYATAAN Judul Tesis

“PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP HUBUNGAN CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Akuntansi Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya

penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian

tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis

cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis

ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian

tertentu, penulis bersedia menaerima sanksi pencabutan gelar akademik yang

penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan

yang berlaku

Medan, 20 Mei 2013 Penulis,

Choms Gary Ganda Tua Sibarani

Materai

(6)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP HUBUNGAN CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di bursa efek indonesia, dan menguji dan menganalisis apakah variabel corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan serta corporate social responsibility sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan variabel corporate governance terhadap harga nilai perusahaan. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak yaitu 131 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2010-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 63 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji statistic regresi linier berganda untuk hipotesis pertama, metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis kedua, dan uji nilai absolute selisih mutlak untuk hipotesis ketiga dengan menggunakan software SPSS. Hasil Penelitian ini membukt ikan pada hipotesis pertama bahwa corporate governance yang terdiri dari 4 indikator yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit dan komisaris independen beserta variabel control size dan leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan pada hipotesis kedua corporate social responsibility yang berperan sebagai independen variabel dan variabel control berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dan untuk yang ketiga variabel corporate social responsibility yang digunakan sebagai variabel moderating pada pengujian hipotesis ketiga, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility berpengaruh namun tidak signifkan terhadap hubungan antara variabel corporate governance dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

(7)

THE EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON THE RELATIONSHIP BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE AND

FIRM VALUE AT MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE INDONESIAN

STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

The purpose of this study was to test and analyze the influence of corporate governance on the value of company in the manufacturing companies registered in the Indonesia Stock Exchange, and to test and analyze whether or not be the variable of corporate social responsibility as moderating variable had influence on the relationship between the variable of corporate governance and the value of company. The population of this study was 131 manufacturing companies registered in Indonesia Stock Exchange from 2010 to 2011 and 63 of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. The first hypothesis of the data obtained was processed through multiple linear regression statistic tests, and for the second hypothesis was processed through multiple linear regression statistic tests too, and for the third hypothesis was processed through absolute different value test using SPSS program. The result of this study proved that, in the first hypothesis, corporate governance comprised 4 (four) indicators such as managerial ownership, institutional ownership, audit committee, independent commissioner with the variables of size control and leverage with influence on the value of company; in the second hypothesis, corporate social responsibility in its role as independent variable and control variable had influence on the value of company; and the variable of corporate social responsibility was used as moderating variable in testing the third hypothesis. The result of this study showed that the variable of corporate social responsibility had an insignificant influence on the relationship between the variable of corporate governance and the value of company in the manufacturing companies registered in the Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Structure, Managerial Ownership, Institutional Ownership, Audit Committee, Independent Commissioner, Size Control, Leverage, Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, The value of Company.

(8)

Kata Pengantar

Puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa,

atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Thesis yang

berjudul “Pengaruh Corporate social responsibility dalam Hubungan corporate

governance dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang listing di

Bursa Efek Indonesia”. sebagai salah satu persyaratan pemenuhan untuk

memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada Program Studi Akuntansi Sekolah

Pascasarjana Sumatera Utara.

Penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak dalam

penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr Syahril Pasaribu, DTH&H,M.Sc (CTM),Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof.Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascasasrjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA, selaku Ketua Program

Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

sekaligus dosen pembanding utama penulis dalam meyusun tesis ini.

4. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS,MBA,CPA, selaku dosen pembimbing

utama yang telah banyak membantu dalam mengarahkan, membimbing dan

memberikan saran kepada penulis dalam menyusun tesis ini.

5. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku dosen pembimbing yang telah

(9)

6. Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU dan Bapak Drs. Rasdianto, MA, AK, beserta Ibu

Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak selaku dosen pembanding yang telah

memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam

penyempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan Staf pada Program Magister Akuntansi Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Prof.Dr. Berlin Sibarani, M.Pd dan Ibu

Dr. Betty Marisi Turnip, M.Pd yang telah memberikan bantuan saran,

motivasi, dukungan, baik dukungan moril maupun dukungan materil yang

diberikan dengan tulus ikhlas.

9. Kak Dory, Kak yusna, Kak Juli, Bang Bang Erwin dan staf bagian

administrasi lainnya yang telah banyak membantu dalam pengurusan

administrasi untuk selesai dari Sekolah Pascasarjana ini.

10. Sahabat terbaik penulis Angela Surya Sigalingging dan Bayu Wulandari

terima kasih atas segala bantuan, dukungan dan masukan dalam

menyelesaikan tesis ini.

11. Teman-teman seperjuangan menyusun tesis Rike Yolanda, Mesrawati, Kak

Nisa, Kak Mitha, Kak Devry, Enda, Lias, Duma, Kak Widy dan yang terakhir

Kak Togi terima kasih banyak atas segala bantuan dan supportnya.

12. Teman-teman sesama stambuk 2011 lainnya yang tidak mungkin disebutkan

(10)

13. Teman-teman seperjuangan stambuk 2008 Pendidikan Bahasa Inggris yang

telah banyak memberi dukungan dan doa, eka rezeki, haryanto, benny, dan

lainnya yang tak bias disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, mengingat

keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan, sehingga segala kritik dan saran

yang bersifat membangun sangat diharapkan. Namun demikian besar harapan

penulis, tesis ini bermanfaat bagi para investor dalam memprediksi harga saham,

serta bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti pada bidang

yang sama.

Medan, Mei 2013

Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN……….i

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI………..ii

HALAMAN PERNYATAAN………iii

ABSTRAK………..iv

KATA PENGANTAR………vi

DAFTAR ISI………...ix

DAFTAR TABEL………..xii

DAFTAR GAMBAR………xiv

DAFTAR LAMPIRAN………..xv

BAB IPENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Originalitas ... 9

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Corporate Governance ... 11

2.1.2 Teori dan Prinsip-prinsip Dasar Corporate Governance ... 13

2.1.3 Dewan Komisaris... 16

2.1.4 Komisaris Independen ... 17

2.1.4 Komite Audit ... 18

2.2 Struktur Kepemilikan ... 19

2.2.1 Struktur Kepemilikan Manajerial ... 21

2.2.2 Struktur Kepemilikan Institusional ... 22

2.3 Teori Corporate Social Responsibility... 23

2.3.1 Legitimacy Theory (Teori Legitimasi) ... 23

(12)

2.3.3 Corporate Social Responsibility ... 25

2.3.4 Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan ... 27

2.4 Nilai Perusahaan ... 28

2.5 Size Perusahaan ... 30

2.6 Leverage ... 31

2.6 Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping) ... 31

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS... 35

3.1 Kerangka Konseptual... 35

3.2 Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan ... 36

3.3 Pengaruh Corporate Social Responsibility dengan Nilai perusahaan ... 37

3.4 Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai perusahaan dengan Corporate Social Responsibility sebagai variabel moderating ... 38

3.5 Hipotesis penelitian ... 40

BAB IVMETODE PENELITIAN ... 42

4.1. Jenis Penelitian ... 42

4.2 Lokasi Penelitian ... 42

4.3. Populasi dan Sampel ... 43

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 44

4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 45

4.5.1. Variabel Penelitian ... 45

4.5.2 Definisi Operasional Variabel ... 45

4.6 Metode Analisis Data ... 50

4.6.1 Statistik Deskriptif ... 51

4.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 51

4.6.3. Pengujian Hipotesis ... 53

BAB VHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

5.1 Statistik Deskripsi ... 58

5.2 Uji Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... 61

5.2.1 Uji Normalitas... 61

5.2.3 Uji Multikolonieritas ... 64

(13)

5.2.5 Uji Heteroskedastisitas ... 66

5.3 Uji Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 66

5.3.1 Uji Normalitas... 67

5.3.2 Uji Multikolinieritas ... 69

5.3.3 Uji Autokorelasi ... 70

5.3.4 Uji Heteroskedastisitas ... 71

5.4 Uji Asumsi Klasik Hipotesis Ketiga ... 71

5.4.1 Uji Normalitas... 71

5.4.2 Uji Multikolinieritas ... 74

5.4.3 Uji Autokorelasi ... 75

5.4.4 Uji Heteroskedastisitas ... 76

5.5 Hasil Analisis Data Hipotesis Pertama ... 76

5.5.1 Persamaaan Regresi ... 76

5.5.2 Pengujian Hipotesis ... 79

4.6 Hasil Analisis Data Hipotesis Kedua... 83

4.6.1 Persamaan Regresi ... 83

5.6.2 Pengujian Hipotesis ... 85

5.7 Hasil Analisis Data Hipotesis Ketiga ... 88

5.8 Pembahasan Hasil Penelitian ... 93

5.8.1 Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai perusahaan ... 93

5.8.2 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai perusahaan . 94 5.8.3 Interaksi Corporate Social Responsibility dengan Corporate Governance dan pongaruhnya terhadap nilai perusahaan ... 95

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN... 97

6.1 Kesimpulan ... 97

6.2 Keterbatasan Penelitian... 98

6.3 Saran ... 98

(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu (TheoreticalMapping)………29

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian………...38

Tabel 3.2. Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun 2010-2011………..35

Tabel 3.3. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur………36

Tabel 3.4. Defenisi Operasional Variabel………..46

Tabel 4.1 Deskriptif Data………...55

Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test Hipotesis Pertama………...60

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Setelah Transformasi…………...61

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokolerasi………...61

Tabel 4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test……….…...65

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolonieritas………...……...66

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokolerasi……… 66

Tabel 4.8 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test………70

Tabel 4.9 Hasil Uji Multikolonieritas ………..71

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokolerasi………..71

Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Pertama………73

Tabel 4.12 Hasil Regresi Uji F………75

Tabel 4.13 Hasil Regresi Uji t………76

Tabel 4.14 Koefisien Determinasi Hipotesis Pertama……….78

Tabel 4.15 Hasil Analisis Regresi Hipotesis Kedua………79

Tabel 4.16 Hasil Regresi Uji F………81

Tabel 4.17 Hasil Regresi Uji t……….82

Tabel 4.18 Koefisien Determinasi Hipotesis Kedua………...84

Tabel 4.19 Hasil Pengujian Interaksi (uji F) Corporate Governance, Size, Leverage dan Corporate Social Responsibility sebagai Moderating terhadap Nilai perusahaan……….85

(15)

Tabel 4.20 Hasil Pengujian Interaksi (uji t) Corporate Governance, Size,

Leverage dan Corporate Social Responsibility sebagai Moderating

terhadap Nilai perusahaan……….86

(16)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual……….31

Gambar 4.1. Normal P-Plot ……….58

Gambar 4.2. Grafik Histogram ……….59

Gambar 4.3 Scaterplott Heteroskedastisitas ………62

Gambar 4.4. Normal P-Plot………...63

Gambar 4.5. Grafik Histogram ……….64

Gambar 4.6 Scaterplott Heteroskedastisitas ………67

Gambar 4.7. Normal P-Plot………...68

Gambar 4.7 Grafik Histogram ………..69

Gambar 4.8 Scaterplott Heteroskedastisitas ……….72

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Daftar Item-Item Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan….106

2. Daftar Populasi dan Sampel Manufaktur 2010-2011………111

3. Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur 2010-2011...115

4. Daftar total pengungkapan sosial tahun 2010-2011 berdasarkan 7 kriteria………117

5. Data Sampel Kepemilikan Manajerial Manufaktur 2010-2011…………121

6. Data Sampel Kepemilikan Institusional Manufaktur 2010-2011………..123

7. Data Sampel Komite Audit Manufaktur 2010-2011……….125

8. Data Sampel Komisaris Independen Manufaktur 2010-2011………… 127

9. Data Sampel Size Manufaktur 2010-2011………130

10.Data Sampel Leverage Manufaktur 2010-2011………132

11.Data Sampel Corporate Social Responsibility 2010-2011………134

12.Data Sampel Nilai Perusahaan Manufaktur 2010-2011………137

13.Hasil Output SPSS………139

(18)

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP HUBUNGAN CORPORATE GOVERNANCE DAN NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh corporate governance terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang listing di bursa efek indonesia, dan menguji dan menganalisis apakah variabel corporate social responsibility berpengaruh terhadap nilai perusahaan serta corporate social responsibility sebagai variabel moderating mempengaruhi hubungan variabel corporate governance terhadap harga nilai perusahaan. Populasi penelitian ini yaitu sebanyak yaitu 131 perusahaan yang merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2010-2011. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling berjumlah 63 perusahaan. Data diolah menggunakan metode uji statistic regresi linier berganda untuk hipotesis pertama, metode uji statistik regresi linier berganda untuk hipotesis kedua, dan uji nilai absolute selisih mutlak untuk hipotesis ketiga dengan menggunakan software SPSS. Hasil Penelitian ini membukt ikan pada hipotesis pertama bahwa corporate governance yang terdiri dari 4 indikator yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komite audit dan komisaris independen beserta variabel control size dan leverage berpengaruh terhadap nilai perusahaan, dan pada hipotesis kedua corporate social responsibility yang berperan sebagai independen variabel dan variabel control berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dan untuk yang ketiga variabel corporate social responsibility yang digunakan sebagai variabel moderating pada pengujian hipotesis ketiga, dan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility berpengaruh namun tidak signifkan terhadap hubungan antara variabel corporate governance dan nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

(19)

THE EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ON THE RELATIONSHIP BETWEEN CORPORATE GOVERNANCE AND

FIRM VALUE AT MANUFACTURING COMPANY REGISTERED IN THE INDONESIAN

STOCK EXCHANGE

ABSTRACT

The purpose of this study was to test and analyze the influence of corporate governance on the value of company in the manufacturing companies registered in the Indonesia Stock Exchange, and to test and analyze whether or not be the variable of corporate social responsibility as moderating variable had influence on the relationship between the variable of corporate governance and the value of company. The population of this study was 131 manufacturing companies registered in Indonesia Stock Exchange from 2010 to 2011 and 63 of them were selected to be the samples for this study through purposive sampling technique. The first hypothesis of the data obtained was processed through multiple linear regression statistic tests, and for the second hypothesis was processed through multiple linear regression statistic tests too, and for the third hypothesis was processed through absolute different value test using SPSS program. The result of this study proved that, in the first hypothesis, corporate governance comprised 4 (four) indicators such as managerial ownership, institutional ownership, audit committee, independent commissioner with the variables of size control and leverage with influence on the value of company; in the second hypothesis, corporate social responsibility in its role as independent variable and control variable had influence on the value of company; and the variable of corporate social responsibility was used as moderating variable in testing the third hypothesis. The result of this study showed that the variable of corporate social responsibility had an insignificant influence on the relationship between the variable of corporate governance and the value of company in the manufacturing companies registered in the Indonesia Stock Exchange.

Keywords: Structure, Managerial Ownership, Institutional Ownership, Audit Committee, Independent Commissioner, Size Control, Leverage, Corporate Governance, Corporate Social Responsibility, The value of Company.

(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Secara mendasar, hubungan yang terjadi antara struktur kepemilikan dan

nilai ekonomi dan keuangan perusahaan telah menjadi isu utama dalam perspektif

corporate governance. (Kumar, 2000). Corporate governance fokus pada pada

konflik ketidakselarasan yang terjadi diantara para stakeholders, seperti pemilik,

karyawan dan manajer. Schleifer dan Vishny (1997) mengemukakan bahwa

Corporate governance merupakan suatu mekanisme yang digunakan untuk

memastikan bahwa pemegang saham (shareholder) dan kreditur (blockholders)

dari suatu perusahaan akan menerima keuntungan (return) yang seutuhnya dari

seluruh kegiatan yang dilakukan oleh para manajer. Untuk memastikan hal

tersebut maka pemegang saham (shareholder) harus selalu mengontrol kegiatan

yang dilakukan oleh manajer.

Berdasarkan teori keagenan (Agency theory), corporate governance

memiliki mekanisme dan kontrol yang berbeda-beda untuk mengawasi biaya

keagenan (agency cost) (Kesuma, 2005). Teori keagenan (Agency theory)

digunakan untuk menganalisis hubungan antara principal dan agents. Perlu ada

pemahaman yang lebih untuk memahami konflik setiap principal. Beberapa

bentuk perusahaan yang kepemilikannya terpisah antara pemilik (owners) dan

manajer memiliki cara yang berbeda untuk melakukan pengawasan terhadap para

(21)

manajernya dan pemilik memiliki hak untuk mengawasi keadaan pasar yang

nantinya akan menaikkan nilai perusahaan (Kumar, 2000).

Beberapa literatur terdahulu seperti yang dikemukakan oleh Zangina et.al

(2009) bahwa ada pengaruh positif Corporate governance terhadap nilai

perusahaan. Peneliti selanjutnya juga meyebutkan bahwa investor yang

menanamkan sahamnya dalam suatu perusahaan namun dengan perlindungan

yang minim akan membuat para investor tidak mendapatkan keuntungan

maksimal seperti yang mereka harapkan sebelumnya. (Pinkowitz et. Al, 2006).

Selanjutnya, Darnev dan Kim (2005) mengemukakan bahwa nilai perusahaan

memiliki hubungan yang negative terhadap perlindungan keamanan keuangan

para investor.

Dalam perspektif teori agensi, agen yang risk adverse akan lebih

mementingkan dirinya sendiri dan akan mengalokasikan resources dari investasi

yang tidak meningkatkan nilai perusahaan ke alternatif investasi yang lebih

menguntungkan para pemegang saham (shareholder). Herawaty (2008)

mengemukakan bahwa permasalahan agensi akan mengindikasikan bahwa nilai

perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku

manajemen agar tidak menghamburkan resources perusahaan, baik dalam bentuk

investasi yang tidak layak maupun dalam bentuk shirking. Penelitian terdahulu

Black Jang dan Kim (2005) membuktikan bahwa membuktikan bahwa corporate

governance index secara keseluruhan merupakan hal penting dan menjadi salah

satu faktor penyebab yang dapat menjelaskan nilai pasar bagi

(22)

Dalam riset penelitian sebelumnya, juga telah dibahas hubungan struktur

kepemilikan (ownership structure) dengan nilai perusahaan. Morck et. Al (1988)

dan Mcconnell dan Servaes (1990) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

non-linier antara pemilik internal (managerial ownership) dengan nilai

perusahaan. Dengan demikian, kepemilikan internal mampu menaikkan nilai

perusahaan dengan menyesuaikan kepentingan pemegang saham yang berada

didalam dan luar perusahaan. Penelitian ini juga mendukung riset yang dilakukan

oleh Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan bahwa naiknya managerial

ownership dapat menyesuaikan kepentingan antara manajer dan pemegang saham

yang tentunya dapat menaikkan nilai perusahaan. Jensen dan Meckling (1976)

juga menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial yang tinggi dapat mengurangi

masalah keagenan dari arus kas.

Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan secara

maksimal. Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar

Semakin tinggi nilai perusahaan maka akan menggambarkan semakin sejahtera

pemilik perusahaan tersebut. Nilai perusahaan tersebut akan tercermin dari harga

sahamnya yang beredar di pasar modal. Menurut Jensen and Meckling (1976)

menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai

ekuitas saja yang harus diperhatikan, tetapi juga semua klaim faktor keuangan

seperti jumlah kewajiban, Jumlah asset dan Jumlah profitabilitasnya.

Pelaksanaan manajemen keuangan yang baik juga merupakan salah satu

langkah untuk meningkatkan nilai pasar. Dimana satu keputusan keuangan yang

(23)

nilai perusahaan (Fama dan French, 1998). Keputusan-keputusan itu misalnya

seperti keputusan pendanaan, Keputusan investasi maupun kebijakan lain seperti

kebijakan dividen yang secara langsung mampu meningkatkan nilai perusahaan.

Eksploitasi terhadap sumber-sumber daya alam dan juga perlindungan hak

dan kewajiban karyawan serta melindungi keseimbangan kehidupan di sekitar

perusahaan telah menjadi isu yang sangat penting seiring dengan bertambahnya

jumlah produksi yang ada di dalam perusahaan. (Tjia dan setiwati, 2010).

Besarnya proses produksi yang ada tentunyan akan merusak lingkungan dan

kehidupan manusia. Saat ini perusahaan tidak hanya bertanggung jawab terhadap

pemilik saham (shareholderds) ataupun pihak-pihak yang berkepentingan

(Stakholders) saja namun berpijak pada tiga landasan (triple bottom lines) utama

dari Corporate Social responsibility yaitu people, profit dan planet yang

didalamnya juga terdapat masalah sosial, lingkungan dan keuangan. Kepedulian

terhadap aspek sosial dan lingkungan untuk keberlangsungan (sustainability)

hidup perusahaan kedepannya. Komitmen terhadap Corporate social

responsibility menjadi salah satu indikator dan komitmen untuk menilai kinerja

perusahaan. (Soemanto, 2007). Program Corporate Social responsibility

merupakan penyeimbang bagi perusahaan dengan lingkungan sekitarnya yang

mampu memaksimalkan profit perusahaan. (Tjia dan setiwati, 2010).

Laporan keuangan tahunan merupakan penjembatan serta sumber

komunikasi yang sangat penting bagi perusahaan dengan masyarakat yang

membutuhkan informasi keuangan dan juga perkembangan perusahaan itu sendiri.

(24)

(Corporate Social Responsibility) terhadap seluruh aspek maka perusahaan go

public yang telah menyadari akan betapa pentingnya program tersebut sudah

menuangkan kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial mereka ke dalam laporan

tahunan sebagai tujuan akhir pembangunan keberlanjutan (Sustainable

Development). Yang dimaksud dengan pembangunan keberlanjutan sendiri adalah

suatu proses perubahan secara kualitatif, tidak hanya pada aspek ekonomi akan

tetapi juga aspek sosial dan lingkungan.

Perkembangan CSR Di Indonesia wacana mengenai CSR mulai

mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah

banyak perusahaan yang menjalankan CSR dan sangat sedikit yang

mengungkapkannya dalam laporan tahunannya. (Rika Nurlela dan Islahuddin,

2008). Hal ini terjadi mungkin karena perusahaan belum mempunyai sarana

pendukung seperti: standar pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan

maupun auditornya). Rika Nurlela dan Islahuddin, 2008) juga menjelaskan bahwa

sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum adanya

penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah

mempraktikkan CSR. Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow

Jones Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang

dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu

kriterianya adalah praktik CSR. Begitu pula London Stock Exchange yang

memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index.

Hackston dan Milne (1999) mengatakan bahwa perusahaan yang

(25)

pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan

dan meningkatkan penjualan. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini (2006) menemukan bahwa variabel prosentase kepemilikan

manajemen berpengaruh terhadap kebijakan perusahaan dalam mengungkapkan

informasi sosial dengan arah sesuai dengan yang diprediksi. Semakin besar

kepemilikan manajer di dalam perusahaan, manajer perusahaan akan semakin

banyak mengungkapkan informasi sosial dari kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan di dalam program CSR. Damsetz (1986) dalam Junaidi (2006)

berargumen bahwa kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif

memonitoring aktivitas perusahaan dan dia menyimpulkan bahwa konsentrasi

kepemilikan akan meningkatkan nilai perusahaan. Dan seperti penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Machmud (2006) menemukan hasil bahwa

struktur kepemilikan asing (Institusional ownership) tidak berpengaruh secara

positif terhadap praktek Corporate Social Responsibility, hal ini sama artinya

bahwa kriteria sosial terkhusus dalam struktur kepemilikan asing belum menjadi

bahan pertimbangan yang penting dalam keputusan invetasi.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh

Rika Nurlela dan Islahudin (2008) yang mengatakan bahwa Corporate Social

Responsibility tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan untuk periode seluruh

perusahaan pada tahun 2008. Artinya bahwa Corporate Social Responsibility di

dalam perusahaan bukan merupakan faktor yang menentukan nilai perusahaan

atau sebaliknya. dan digunakannya kepemilikan manajemen sebagai variabel

(26)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan sementara

bahwa ada hubungan Corporate governance dengan nilai perusahaan, dan

corporate social responsibility juga memiliki hubungan dengan nilai perusahaan.

Sehingga untuk membuktikan dugaan ini, perlu dilakukan pengujian secara

empiris. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti ingin melakukan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Hubungan

Corporate Governance dan Nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Corporate Governance yang terdiri dari (struktur kepemilikan

manajerial, struktur kepemilikan institusional, komite audit, komisaris

independen) berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah Corporate Social Responsibility yang terdiri dari tujuh kriteria

berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia?

3. Apakah Corporate Governance yang terdiri dari (struktur kepemilikan

manajerial, struktur kepemilikan institusional, komite audit, komisaris

independen) berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diperkuat dengan

(27)

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Untuk menguji dan menganalisis apakah Corporate Governance yang

terdiri (struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional,

komite audit, komisaris independen) berpengaruh terhadap nilai

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menguji dan menganalisis apakah Corporate Social Responsibility

yang terdiri dari tujuh kriteria berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia?.

3. Untuk menguji dan menganalisis Apakah Corporate Governance yang

terdiri dari (struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan

institusional, komite audit, komisaris independen) berpengaruh terhadap

nilai perusahaan yang diperkuat dengan adanya Corporate Social

Responsibility?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi Peneliti, menambah pemahaman mengenai pentingnya corporate

governance dan pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan

di dalam laporan yang disebut sustainibility reporting perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagi Investor, akan memberikan wacana baru dalam

mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam

(28)

3. Para akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

literatur yang membantu di dalam perkembangan ilmu akuntansi dan

menambah wawasan tentang corporate governance.

1.5 Originalitas

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitan Nurlela dan Islahudin tahun

2008) berjudu l pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai

perusahaan dengan prosentase kepemilikan manajemen sebagai variabel

moderating (studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di bursa efek jakarta).

Replikasi penelitian ini dilakukan karena pada penelitian Nurlela dan

Islahudin hanya melihat persentase kepemilikan manajemen sebagai variabel

moderatingnya dan menggunakan laporan tahunan periode 1 tahun sehingga

hasilnya kurang akurat.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Nurlela dan Islahudin (2008)

adalah:

1. Tahun penelitian, Nurlela dan Islahudin hanya menggunakan 1 tahun

pengamatan, sedangkan penelitian ini menggunakan 2 tahun pengamatan

2010 - 2011

2. Item-item pengungkapan social Corporate Social Responsibility pada

tahun penelitian sebelumnya masih belum penuh semua kriterianya hanya

32 item pengungkapan. Sedangkan pada penelitian ini sudah menggunakan

78 pengungkapan.

3. Penelitian ini melihat corporate social responsibility dengan 78

(29)

kuat lemahnya hubungan antara variabel independen yaitu Corporate

Governance dengan nilai perusahaan sebagai variabel dependen.

4. Pada penelitian Nurlela dan Islahudin menggunakan seluruh emiten yang

terdaftar di BEI, sedangkan pada penelitian ini lebih spesifik pada

perusahaan manufaktur yang melakukan corporate governance dan

(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Corporate Governance

Struktur Corporate governance yang modern merupakan suatu entitas

bisnis yang terhubung dengan kontrak perjanjian formal dan informal yang

disetujui oleh seluruh stakeholders. (North, 1994) dalam (Lashgari, 2012). Hal ini

termasuk didalamnya tentang pola pemotongan untuk para pemasok modal seperti

stockholders dan lenders, insentif yang khusus bagi manajer perusahaan dan

struktur organisasi dalam menjaga keseimbangan harga pasar dari suatu

perusahaan. Lashgari (2012) juga menambahkan bahwa secara umum struktur

organisasi yang telah ada ini disebut sebagai biaya transaksi untuk tetap menjaga

dan menunjang kontrak perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.

Berbagai peristiwa baik yang terjadi didalam dan diluar perusahaan telah

menjadikan Corporate Governance sebagai isu yang sangat penting dikalangan

principal, organisasi-organisasi, konsultan suatu perusahaan, dan regulator

(pemerintahan) yang ada di berbagai belahan dunia. isu-isu yang terkait dengan

corporate governance seperti insider trading, transparency, accountability,

indepedency, business ethics dan corporate social responsibility telah menjadi

ungkapan-ungkapan yang lazim terdengar di kalangan para pelaku bisnis.

(Kesuma, 2005). Dan kini isu-isu tentang corporate governance tersebut telah

berkembang menjadi suatu prinsip yang berlaku tidak hanya diluar namun juga di

(31)

Penerapan prinsip Good Corporate Governance, yang didukung dengan

regulasi yang memadai, akan mencegah terjadinya bentuk overstated,

ketidakjujuran dalam financial disclosure yang dapat merugikan stakeholders,

misalnya karena ekspektasinya yang jauh melampaui kinerja perusahaan yang

sesungguhnya. (Kesuma, 2005). Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang

semakin kompleks, Harjoto dan Jo (2011) mengemukakan bahwa ada dua

konsentrasi dalam corporate governance yaitu pihak internal yang terdiri dari

konsentrasi kepemilikan dan dewan komisaris dan pihak eksternal yang terdiri

dari kepemilikan institusional dan monitoring oleh security analyst.

Organisasi untuk kerjasama Ekonomi dan Pembangunan/ OECD (2004)

mendefinisikan corporate governance yaitu: “sebuah sistem yang ada didalam

perusahaan yang mengarahkan dan mengontrol usaha bisnis”. Struktur corporate

governance terdiri dari penyaluran hak dan tanggung jawab ke seluruh bagian

dalam suatu perusahaan. Seperti dewan direksi, manajer, pemegang saham, dan

investor serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dan dengan merinci aturan dan

prosedur untuk membuat keputusan yang jujur bagi perusahaan. Dengan

melakukan hal ini, juga menyediakan struktur bagaimana sebuah perusahaan

(32)

2.1.2 Teori dan Prinsip-prinsip Dasar Corporate Governance

Dua teori utama yang terkait dengan corporate governance adalah stewardship

theory dan agency theory yang dikemukakan oleh (Donaldson dan Davis, 1991)

yaitu:

a. Stewardship Theory

Teori ini berdasar pada pertimbangan-pertimbangan yang terkait dengan

motivasi manajer. Seorang eksekutif manajer dalam teori ini dianggap bukan

sebagai pihak yang opportunistic, yang mana secara esensi mereka hanya

melakukan pekerjaan dengan baik untuk menjadi pengurus yang baik bagi seluruh

asset yang dimiliki perusahaan. Stewardship theory dibangun di atas asumsi

filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat

dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas

dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan yang

dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory

memandang manajemen sebagai dapat di percaya untuk bertindak dengan

sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder.

b. Agency theory

Teori ini telah lama dikembangkan oleh Jensen and Meckling (1976) yang

mengemukakan bahwa ada pemisahan kepemilikan (ownership structure) dengan

manajer (agent) dalam suatu perusahaan. Tujuan dari dipisahkannya pengelolaan

dari kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik perusahaan memperoleh

(33)

tenaga-tenaga profesional. Dalam menjalankan manajemen perusahaan Manajer

sadar sepenuhnya dengan kepentingannya sendiri akan perusahaan, bukan sebagai

pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Teori ini

secara mendasar merupakan teori yang dapat memunculkan biaya keaganen

(agency costs). Agency cost merupakan pengorbanan yang timbul dari hubungan

keagenan apapun, termasuk hubungan di dalam kontrak kerja antara pemegang

saham (sebagai prinsipal) dan corporate management (sebagai agen). Dalam

hubungan keagenan, bukan hanya prinsipal yang menanggung cost tersebut. agen

pun menanggungnya. Hal ini dapat dipahami dari jenis-jenis biaya keagenan yang

menurut Jensen dan Meckling (1976) (1) biaya monitoring, (2) biaya bonding, dan

(3) residual loss . Biaya monitoring adalah biaya yang ditanggung oleh prinsipal

untuk membatasi agen dari aktivitas yang menyimpang dari yang diinginkannya.

Biaya bonding, adalah biaya unt uk mengikat agen yang dapat berupa uang atau

selain uang. Adapun residual loss merupakan pengorbanan berupa berkurangnya

kemakmuran prinsipal sebagai akibat dari perbed aan antara keputusan agen dan

keputusan prinsipal.

Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih

luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai

pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada

agency theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada

berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Menurut Organization for Economic Corporation and Development

(34)

(fairness), akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency ), dan

responsibilitas (responsibility). Prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk

mengukur seberapa jauh Good Corporate Governance telah diterapkan dalam

perusahaan. Berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia

yang dikemukakan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good

Corporate Governance prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :

1. Transparansi (Transparency), Untuk menjaga obyektivitas dalam

menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang

material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami

oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh

peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk

pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku

kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability), Perusahaan harus dapat

mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai

dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain.

Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai

kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility), Perusahaan harus mematuhi

(35)

terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat

pengakuan sebagai good corporate citizen.

4. Independensi (Independency), Untuk melancarkan pelaksanaan asas

GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga

masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak

dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness), Dalam melaksanakan

kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.3 Dewan Komisaris

Dewan komisaris yang berperan sebagai supervisor atau yang melakukan

pengawasan, sementara dewan direksi bertanggung jawab atas kegiatan

operasional perusahaan. Keduanya memiliki tanggung jawab penuh dan juga

otoritas dalam mengambil keputusan dalam hal member perintah, mengontrol, dan

mengawasi sistem manajemen sumber daya yang berkaitan dengan tujuan

perusahaan. (Nugroho dan Eko, 2011).

Dalam perusahaan sering terjadi konflik kepentingan (Conflict of interests)

antara dewan komisaris dan dewan direksi. Dewan komisaris memegang otoritas

yang lebih tinggi, posisi yang lebih kuat daripada dewan direksi, namun memiliki

(36)

perusahaan. Sehingga salah satu solusi untuk menilai permasalahan ini yaitu

dengan melihat kinerja para dewan direksi.

Dalam riset Fama dan Jensen (1983) mengatakan bahwa dewan komisaris

merupakan elemen vital dalam menerapkan corporate governance, yang secara

esensi diterapkan untuk melindungi dan mengawasi asset para investor. Dan tidak

ada mekanisme pengawasan yang lebih efektif daripada pengawasan yang

dilakukan oleh para pihak pemangku kepentingan (stockholders). Klein (2002)

juga mengatakan bahwa direksi yang independen yang bukan berasal dari dewan

komisaris mampu manjadi alat pengawasan yang lebih efektif. Cornell et, al

(2008) menyatakan bahwa kinerja operasional dan keuntungan yang didapat akan

mampu menaikkan jumlah dewan komisaris independen. Dan riset Liu dan Lu

(2007) juga menyatakan bahwa struktur dewan tidak hanya mengawasi proses

laporan keuangan namun juga menghindari intervensi para pemegang saham

(shareholders) dari aktivitas yang dapat merugikan para stakeholders.

2.1.4 Komisaris Independen

Keberadaan dewan komisaris independen di Indonesia diatur dengan

Ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli

tahun 2004. Komisaris independen dapat melakukan aktivitas pengawasan dan

pengendalian terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan aturan tersebut, jumlah

dewan komisaris independen minimal adalah 30%. Ketentuan ini memberikan

pengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen dalam

(37)

perusahaan. Aplikasi pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen oleh

komisari independen adalah ketika ma najemen tidak melakukan

aktivitas-aktivitas yang sesuai dengan capaian yang telah dite ntukan dan aktivitas-aktivitas lainnya

yang dapat memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan perusahaan di

masa yang akan datang. Aktivitas yang dimaksud adalah pelaksanaan dan

pengungkapan aktivitas CSR. (Nurkhin, 2009).

Dalam suatu dewan komisaris terdapat jabatan komisaris independen yaitu

anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang

berurusan langsung dengan organisasi tersebut dan tidak mewakili pemegang

saham. Nugroho dan Eko (2011) mengemukakan bahwa komisaris independen

beserta para komite audit harus memiliki kontribusi terhadap corporate

governance dan semua dewan direksi yang telah ditunjuk secara sah oleh

pemegang saham juga bertanggung jawab atas governance perusahaan. Namun

dalam prakteknya, harus dibedakan antara para dewan direksi yang menempati

posisi manajemen perusahaan dan para komisaris yang mengawasi mereka

(oversight). (Kesuma, 2005).

2.1.4 Komite Audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan pengelolaan

perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi pengelolaan

perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara

pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam

(38)

Komite audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang

lebih besar, untuk mengerjakan pekerjaan terten tu untuk melakukan tugas-tugas

khusus. Di dalam perusahaan, komite ini sangat berguna untuk menangani

masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga

dimungkinkan permasalahan-permasalahan yang signifikan atau penting dapat

segera teratasi (Kusumaning, 2004).

Komite audit bukan bersifat wajib (mandatory) dan tidak selalu ada pada

perusahaan kecil. Tanggung jawab komite audit meliputi: mengawasi laporan

keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian

internal (termasuk audit internal). Dari ketiga tanggung jawab tersebut,

pengawasan pada laporan keuangan dan pengawasan pada audit eksternal adalah

yang berkaitan dengan aktivitas manajemen laba. Pengawasan pada laporan

keuangan meliputi laporan keuangan dan kebijakan akuntansi. (Antonia, 2008).

2.2 Struktur Kepemilikan

Pengelolaan perusahaan yang semakin dipisahkan dari kepemilikan

perusahaan merupakan salah satu ciri perekonomian modern, hal ini sesuai dengan

agency theory yang menginginkan pemilik perusahaan (principal)

menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga professional (agent)

yang lebih mengerti dalam menjalankan bisnis. Tujuan dipisahkannya

pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yaitu agar pemilik memperoleh

keuntungan maksimal dengan biaya yang efisien.

Wicaksono (2000) menjelaskan bahwa keberhasilan penerapan

(39)

Struktur kepemilikan tercermin baik melalui instrumen saham maupun

instrumen utang sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah

kemungkinan bentuk masalah keagenan yang akan terjadi. Ada beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam struktur kepemilikan, antara lain:

1. Kepemilikan sebagian kecil perusahaan oleh manajemen

mempengaruhi kecenderungan untuk memaksimalkan nilai pemegang

saham dibanding sekedar mencapai tujuan perusahaan semata.

2. Kepemilikan yang terkonsentrasi memberi insentif kepada pemegang

saham mayoritas untuk berpartisipasi secara aktif dalam perusahaan.

3. Identitas pemilik menentukan prioritas tujuan sosial perusahaan dan

maksimalisasi nilai pemegang saham, misalnya perusahaan milik

pemerintah cenderung untuk mengikuti tujuan politik dibanding tujuan

perusahaan.

Menurut Ittuiraga & Saz (1998) dalam Carolina (2007) masalah keagenan

timbul karena adanya benturan keinginan antara pemilik perusahaan

(pemegang saham mayoritas) dengan manajer pengelola. Karena itu, struktur

kepemilikan dianggap sebagai sebagai hal yang krusial untuk mengatasi

masalah keagenan karena dengan struktur kepemilikan yang baik terwujud suatu

nilai perusahaan yang layak karena manajer sebagai pihak yang berkompeten

dalam pengelolaan perusahaan mempunyai wewenang cukup untuk menjalankan

(40)

2.2.1 Struktur Kepemilikan Manajerial

Shleifer & Vishny (1986) menyatakan bahwa kepemilikan saham

yang besar dari segi ekonomi memiliki insentif untuk memonitor perilaku manajer

dalam perusahaan. Secara teoritis ketika kepemilikan manajerial rendah maka

insentif untuk memonitor terhadap kemungkinan terjadinya perilaku

opportunistik manajer akan meningkat. Kepemilikan manajer akan saham

perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan

antara pemegang saham diluar manajemen sehingga permasalahan keagenan

diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer adalah juga sebagai seorang

pemilik (Jensen & Meckling, 1976).

Kepemilikan saham manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki

oleh para manajemen, yang dapat diukur dari presentase saham biasa yang

dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif terlibat dalam pengambilan

keputusan perusahaan. Menurut Bagnani et, al (1996) struktur kepemilikan

saham manajerial diukur sebagai presentase saham biasa dana atau opsi

saham yang dimiliki direktur dan officer. Dan menurut Setiyono (2000)

struktur kepemilikan saham manajerial diukur sebagai persentase saham

biasa yang dimiliki oleh Board of Management, didalamnya terdapat direktur

dan komisaris. Itturiaga & Sanz (2000) berpendapat bahwa struktur

kepemilikan manajerial dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu

melalui pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan

ketidakseimbangan (asymmetric information approach). Pendekatan keagenan

(41)

untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim (claim holder)

terhadap perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang

mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk

mengurangi ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider melalui

pengungkapan informasi didalam pasar modal.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dengan hipotesis pemusatan

kemungkinan (convergence of interest hypothesis) menyatakan bahwa

kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara

pemegang saham dan manajer. Semakin meningkatnya proporsi kepemilikan

saham manajerial maka nilai perusahaan juga semakin baik. Dengan

meningkatkan kepemilikan saham manajerial akan mensejajarkan kedudukan

manajer dengan pemegang saham sehingga manajer temotivasi untuk

meningkatkan nilai perusahaan. Kebangkrutan perusahaan bukan hanya

menjadi tanggungan pemilik utama, namun manajer juga ikut menanggungnya.

2.2.2 Struktur Kepemilikan Institusional

Husnan (2001) menyatakan bahwa ada dua jenis ownership dalam

perusahaan Indonesia yaitu perusahaan dengan kepemilikan sangat menyebar dan

perusahaan dengan kepemilikan terkonsentrasi. Dalam tipe perusahaan

dengan kepemilikan sangat menyebar, masalah keagenan yang sering timbul

adalah antara pihak manajemen (agent) dengan pemegang saham (shareholders).

Perusahaan yang kepemilikannya lebih menyebar memberikan imbalan yang

lebih besar kepada pihak manajemen dibandingkan dengan perusahaan yang

(42)

Jenis kepemilikan perusahaan yang kedua adalah perusahaan dengan

kepemilikan terkonsentrasi atau kepemilikan institusional. Dalam tipe

perusahaan seperti ini, timbul dua kelompok pemegang saham yaitu

controlling dan minority shareholders (Asian Development Bank, 2000

dikutip dalam Husnan, 2001). Pemegang saham pengendali atau pemegang

saham mayoritas (controlling shareholders) dapat bertindak sama dengan

kepentingan pemegang saham atau bertentangan dengan kepentingan

pemegang saham. Dan menurut Jensen dan Meckling (1976) bahwa kepemilikan

institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik

keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaaan investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam

setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Disamping itu juga mempunyai

informasi yang lebih lengkap daripada pemegang saham minoritas, dan hal ini

akan mempengaruhi perilaku perusahaan (The Business Roundtable, 1997).

2.3 Teori Corporate Social Responsibility 2.3.1 Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)

Dengan melakukan social disclosure, perusahaan merasa keberadaan

dan aktivitasnya terlegitimasi. Dalam perspektif ini, perusahaan akan

menghindarkan adanya peregulasian suatu aspek, yang dirasakan akan lebih

berat dari sisi cost karena mereka melakukan secara sukarela.

Sayekti dan Wondabio (2007) mengemukakan Legitimacy theory bahwa

(43)

usahanya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan

menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan

perusahaan. Corporate social responsibility disclosure dalam laporan keuangan

tahunan diharapkan mampu membantu perusahaan untuk memperoleh

legitimasi sosial dan memaksimalkan keuangannya dalam jangka panjang,

serta terjadi keseimbangan antara sistem nilai perusahaan dengan nilai

masyarakat, karena apabila terjadi ketidakseimbangan maka perusahaan akan

kehilangan legitimasinya dan akan mengancam keberlangsungan perusahaan

tersebut

2.3.2 Teori Stakeholder (Stakeholders Theory)

Teori Stakeholders ini dikemukakan oleh Ullmann (1985) dan Roberts,

R.W. (1992) dalam Gray et, al (1995) yang mengasumsikan bahwa eksistensi

perusahaan ditentukan oleh para stakeholders. Perusahaan berusaha mencari

pembenaran dari para stakeholders dalam menjalankan operasi

perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholders, semakin besar pula

kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para

stakeholdersnya.

Januarti dan Apriyanti (2005) mengemukakan bahwa terdapat

beberapa alasan yang mendorong perusahaan perlu memperhatikan

kepentingan stakeholders, yaitu : (1) Isu lingkungan melibatkan kepentingan

berbagai kelompok dalam masyarakat yang dapat mengganggu kualitas

(44)

diperdagangkan harus bersahabat dengan lingkungan; (3) Para investor dalam

menanamkan modalnya cenderung untuk memilih perusahaan yang memiliki dan

mengembangkan kebijakan dan program lingkungan; (4) LSM dan pecinta

lingkungan semakin vokal dalam melakukan kritik terhadap

perusahaan-perusahaan yang kurang peduli terhadap lingkungan

2.3.3 Corporate Social Responsibility

Konsep Corporate Social Responsibility pertama kali dikemukakan oleh

Howard R. Bowen pada tahun 1953 dan sejak itu hingga sekarang telah

mengalami ‘pengayaan’ konsep. Perkembangan konsep corporate social

responsibility yang terjadi selama kurun waktu lima puluh tahun tersebut, tak

pelak lagi telah banyak mengubah orientasi corporate social responsibility.

(Ardianto dan Machfudz, 2011). Bila pada awalnya aktivitas corporate social

responsibility lebih dilandasi oleh kegiatan yang bersifat ‘filantropi’, maka saat ini

kita melihat bahwa corporate social responsibility telah dijadikan sebagai salah

satu strategi perusahaan untuk meningkatkan ‘citra perusahaan’ yang akan turut

mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan.

Penerapan corporate social responsibility di perusahaan menjadi semakin

penting dengan munculnya konsep Sustainable Development oleh The World

Business Council for Sustainable Development (WBCSD). Seiring dengan itu

maka konsep corporate social responsibility mengalami penyesuaian dan

dikembangkan dalam bingkai sustainable development. Hal ini tercermin dari

defenisi yang diberikan oleh WBCSD yakni Corporate Social Responsibility

perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi

(45)

karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun

masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang

bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.

Menurut Hasibuan (2001) Corporate Social Responsibility adalah

mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan

perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya

dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang

hukum. Dengan konsep ini, kendati secara moral tujuan perusahaan untuk

mengejar keuntungan adalah sesuatu yang baik, tetapi tidak dengan sendirinya

perusahaan dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan

kepentingan pihak-pihak lain.

Konsep Corporate Social Responsibility melibatkan tanggung jawab

kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas

setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini

merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders.

Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan di dalam laporan yang

disebut Sustainibility Reporting. Sustainibility Reporting adalah pelaporan

mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja

organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan

(sustainable development). Sustainibility Reporting harus menjadi dokumen

strategis yang berleval tinggi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang

Sustainibility Development yang membawanya menuju kepada core business dan

(46)

2.3.4 Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan

Hendriksen (1991:203) mendefinisikan pengungkapan (disclosure)

sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian

secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib

(mandatory) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang

didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela

(voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan

minimum dari paraturan yang berlaku.

Setiap unit/pelaku ekonomi selain berusaha untuk kepentingan pemegang

saham dan mengkonsentrasikan diri pada pencapaian laba juga mempunyai

tanggung jawab sosial, dan hal itu perlu diungkapkan dalam laporan tahunan.

Nurlela dan Islahudin (2008) mengungkapkan bahwa corporate social

responsibility yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat sukarela

(voluntary), belum diaudit (unaudited), dan tidak dipengaruhi oleh peraturan

tertentu (unregulated).

Corporate Social Responsibility (CSR) disclosure merupakan

pengungkapan yang dilakukan perusahaanberkaitan dengan aktivitas

lingkungan dan sosial di dalam laporan tahunan perusahaan (Rakhiemah dan

Agustia, 2009 dalam Djuitaningsih dan Ristiawati, 2011). Pengukuran CSR

Disclosure padapenelitian ini menggunakan indeks, dimana instrumen

pengukuran checklist yang digunakan mengacu pada instrumen yang telah

ditetapkan oleh Global Reporting Initiative (GRI) dalam Sustainability

Reporting Guidelines (SRG). Instrumen ini mengelompokkan informasi CSR

kedalam 7 kategori, yakni lingkungan, energi, keselamatan tenaga kerja,

lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat, dan umum. Pengukuran ini

(47)

2008), serta (Rakiemah dan Agustia, 2009). Kategori ini terbagi dalam 90 item

pengungkapan. Berdasarkan peraturan Bapepam No. VIII G.2, tentang laporan

tahunan, maka dilakukan penyesuaian atas item-item tersebut untuk dapat

diaplikasikan di Indonesia, sehingga tersisa 78 item pengungkapan. Jumlah

ini kemudian disesuaikan kembali dengan masing-masing sektor industri.

Pendekatan untuk mengukur CSRDI pada dasarnya menggunakan pendekatan

dikotomi, yaitu setiap item CSR dalam instrumen penelitian diberi nilai 1

jika diungkapkan, dan nilai 0 jika tidak diungkapkan. Skor dari tiap item

kemudian, dijumlahkan untuk mendapatkan keseluruhan skor untuk setiap

perusahaan. Sehingga menghasilkan suatu rasio nilai corporate social

responsibility.

2.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dapat didefinisikan sebagai nilai wajar perusahaan yang

menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan. Nilai

perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Nurlela dan

Islahudin (2008) Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran

pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat.

Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham.

Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan

pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai

manajer ataupun komisaris.

Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan

(48)

perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator

bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005)

dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan

merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan

tersebut di jual.

Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi,

perkiraan, dan judgment. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu : nilai

ditentukan untuk suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan

pada harga yang wajar; penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli

tertentu. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan

dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah : a) pendekatan laba antara

lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi

proyeksi laba; b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c)

pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan

aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f)

pendekatan economic value added (Suharli, 2002) dalam Kusumadilaga (2010).

Morck dkk (1998), Mc Connell dan Servaes (1990), Steiner (1996), Cho

(1998), Itturiaga dan Sanz (1998), Mark dan Li (2000) dalam Suranta dan

Machfoedz (2003) menyatakan bahwa hubungan struktur kepemilikan manajerial

dan nilai perusahaan merupakan hubungan monotonik. Hubungan

non-monotonik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan di sebabkan

adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan mereka cenderung berusaha untuk

(49)

meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari

investasi meningkat. Wennerfield dkk (1988) di dalam Suranta dan Machfoedz

(2003) menyimpulkan bahwa tobin’s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam

menentukan nilai perusahaan.

2.5Size Perusahaan

Suatu perusahaan besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang

mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang

masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar

modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas

dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga

perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada

perusahaan kecil.

Menurut Zulkifli (dalam Purba, 2011) ukuran untuk menentukan firm size

adalah dengan log natural dari total aktiva. Ukuran perusahaan (firm size)

mencerminkan bahwa perusahaan yang mapan dan besar akan memiliki akses

yang lebih mudah ke pasar modal, dibandingkan dengan perusahaan yang masih

baru ataupun perusahaan yang kecil. Perusahaan yang masih baru ataupun

perusahaan yang kecil karena keterbatasan aksesnya ke pasar modal sehingga

kemampuannya untuk mendapatkan modal dan memperoleh pinjaman dari pasar

modal juga terbatas. Oleh karena itu, maka mereka cenderung untuk menahan

labanya guna membiayai operasinya dan ini berarti dividen yang akan diterima

(50)

(firm size) maka dividen yang dibagikan juga akan semakin besar, begitu juga

sebaliknya.

2.6 Leverage

Menurut Van Horn (1997) Financial Leverage merupakan penggunaan

sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan

tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya, sehingga

keuntungan pemegang saham bertambah. Alasan yang kuat menggunakan beban

tetap adalah untuk meningkatkan pendapatan yang tersedia bagi pemegang saham.

Leverage juga merupakan sarana untuk mendorong peningkatan keuntungan atau

pengembalian hasil / nilai tanpa menambah investasi. Rawi (2008) juga

mengemukakan bahwa Perusahaan dengan rasio leverage yang lebih tinggi

berusaha menyampaikan lebih banyak informasi sebagai instrumen untuk

mengurangi monitoring costs bagi investor. Mereka memberikan informasi yang

lebih detail dalam laporan tahunan untuk memenuhi kebutuhan tersebut

dibandingkan dengan perusahaan yang leveragenya lebih rendah.

2.6Review Penelitian Terdahulu (Theoretical Mapping)

Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan dasar dalam

melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penelitian oleh Nurlela dan Islahudin (2008) dengan judul penelitian

“Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan

Prosentase Kepemilikan Manajerial sebagai variabel moderating”. Dengan

(51)

manajemen, serta interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan

prosentase kepemilikan manajemen secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan.

Penelitian oleh Herawaty (2008) dengan judul “Peran Praktek Corporate

Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management

Terhadap Nilai Perusahaan”. Dengan kesimpulan bahwa Secara parsial earnings

management berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Dan

Secara simultan earnings management dengan corporate governance sebagai

moderating berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian oleh Raharja (2012) dengan judul “Pengaruh Good corporate

governance dan

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 4.2.
Tabel 4.4  Defenisi Operasional Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan meneliti pengaruh Earning Management dan mekanisme Good Corporate Governance (Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan

simultan Struktur Modal dan good corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris independen dan komite audit) berpengaruh signifikan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris dari pengaruh mekanisme corporate governance (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komite audit dan

corporate governance yang diproksikan oleh proporsi dewan komisaris independen, komite audit, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional secara simultan

Penelitian ini akan fokus pada mekanisme good corporate governance dengan proksi komite audit, dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, kepemilikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Komite Audit, Proporsi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial indikator dari Good Corporate Governance, Kualitas