• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI MEJA ALUMUNIUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE FUZZY MAMDANI Di UD. Meubel Alumunium, Mojokerto.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI MEJA ALUMUNIUM UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE FUZZY MAMDANI Di UD. Meubel Alumunium, Mojokerto."

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN JUMLAH PRODUKSI MEJA ALUMUNIUM

UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PRODUKSI

DENGAN METODE FUZZY MAMDANI

Di UD. Meubel Alumunium, Mojokerto

S

S

K

K

R

R

I

I

P

P

S

S

I

I

O Olleehh::

MUISA OCTAVIA MUISA OCTAVIA

N

NPPMM::00663322001100118855

J

J

U

U

R

R

U

U

S

S

A

A

N

N

T

T

E

E

K

K

N

N

I

I

K

K

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

T

T

E

E

K

K

N

N

O

O

L

L

O

O

G

G

I

I

I

I

N

N

D

D

U

U

S

S

T

T

R

R

I

I

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

P

P

E

E

M

M

B

B

A

A

N

N

G

G

U

U

N

N

A

A

N

N

N

N

A

A

S

S

I

I

O

O

N

N

A

A

L

L

V

V

E

E

T

T

E

E

R

R

A

A

N

N

J

J

A

A

W

W

A

A

T

T

I

I

M

M

U

U

R

R

2

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

COVER

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Asumsi ... 3

1.5. Tujuan Penelitian ... 3

1.6. Manfaat Penelitian ... 4

1.7. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Produksi ... 7

2.2 Jenis-jenis Perencanaan Produksi ... 9 2.3 Faktor-faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan

(3)

Produksi ... 11

2.4 Logika Fuzzy ... 13

2.5 Fuzzy Inference System (FIS) ... 31

2.5.1. Metode Mamdani ... 31

2.6 Pengertian Biaya ... 36

2.6.1. Klasifikasi Biaya ... 37

2.6.2. Penggunaan dari Data Biaya ... 41

2.6.3. Penggolongan dari Biaya ... 42

2.6.4. Biaya dalam hubungannya dengan Volume Produksi ... 42

2.7 Peramalan (Forecasting) ... 45

2.7.1. Meramal Horison Waktu ... 46

2.7.2. Macam-macam Peramalan ... 47

2.7.3. Analisis Deret Waktu (Time Series) ... 49

2.7.4. Metode-metode Peramalan yang Digunakan dalam Time Series ... 52

2.7.5. Ukuran Akurasi dalam Peramalan ... 57

2.7.6. Verifikasi dan Pengendalian Peramalan ... 58

2.7.7. Moving Range Chart (MRC) ... 58

2.7.8. Uji Kondisi Diluar Kendali ... 61

2.8 Peneliti Terdahulu ... 62

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 66

3.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 66

(4)

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 68

3.4. Metode Pengolahan Data ... 68

3.5. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data ... 79

4.1.1. Data Permintaan Produk ... 79

4.1.2. Data Persediaan ... 80

4.1.3. Data Jumlah Produksi ... 80

4.1.4. Data Biaya-biaya ... 81

4.1.4.1. Harga Bahan Baku dan Bahan Pelengkap ... 81

4.1.4.2. Biaya Pewarnaan dan Pengemasan Produk ... 81

4.1.4.3. Biaya Bahan Baku ... 82

4.1.4.4. Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 86

4.1.4.5. Biaya Overhead Pabrik ... 87

4.2. Pengolahan Data ... 87

4.2.1. Perhitungan Biaya Produksi Perusahaan (TCA) ... 87

4.2.2. Perencanaan Jumlah Produksi Tahun 2009 dengan Metode Fuzzy Mamdani ... 89

4.2.2.1. Menentukan Variabel Fuzzy dan Semesta Pembicaraan ... 89

4.2.2.2. Menentukan Himpunan Fuzzy dan Domain ... 90

4.2.2.3. Aplikasi Operator Fuzzy dan Fungsi Implikasi ... 109

4.2.2.4. Penentuan Rencana Produksi dengan Defuzzyfikasi ... 111

4.2.3. Perhitungan Biaya Produksi Metode Fuzzy Mamdani (TCB) ... 112

(5)

vii

4.2.3.1. Biaya Bahan Baku ... 112

4.2.3.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 116

4.2.3.3. Biaya Overhead Pabrik ... 117

4.2.4. Perbandingan Biaya Produksi Perusahaan (TCA) dengan Biaya Produksi Metode Fuzzy Mamdani (TCB) ... 119

4.2.5. Peramalan ... 122

4.2.5.1. Ploting Data Permintaan ... 122

4.2.5.2. Penetapan Metode Peramalan ... 123

4.2.5.3. Menghitung Mean Square Error (MSE) ... 123

4.2.5.4. Pengujian Verifikasi dengan Moving Range Chart (MRC)124 4.2.5.5. Peramalan dengan Metode Peramalan yang terpilih ... 126

4.2.6. Perencanaan Jumlah Produksi Tahun 2010 dengan Defuzzyfikasi 127 4.3. Pembahasan ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 132

5.2. Saran ... 133

DAFTAR PUSTAKA

(6)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Himpunan Fuzzy untuk Variabel Umur ... 15

Gambar 2.2. Himpunan Fuzzy pada Variabel Temperatur... 15

Gambar 2.3. Representasi Linier Naik ... 17

Gambar 2.4. Himpunan Fuzzy : PANAS ... 18

Gambar 2.5. Representasi Linier Turun ... 19

Gambar 2.6. Himpunan Fuzzy : DINGIN ... 19

Gambar 2.7. Kurva Segitiga ... 20

Gambar 2.8. Himpunan Fuzzy : NORMAL (kurva segitiga) ... 21

Gambar 2.9. Kurva Trapesium ... 21

Gambar 2.10. Himpunan Fuzzy : NORMAL (kurva trapesium) ... 22

Gambar 2.11. Daerah ‘bahu’ pada Variabel TEMPERATUR ... 23

Gambar 2.12. Himpunan Fuzzy dengan Kurva-S : PERTUMBUHAN ... 23

Gambar 2.13. Himpunan Fuzzy dengan Kurva-S : PENYUSUTAN ... 24

Gambar 2.14. Karakteristik Fungsi Kurva-S ... 24

Gambar 2.15. Himpunan Fuzzy : TUA ... 25

Gambar 2.16. Himpunan Fuzzy : MUDA ... 26

Gambar 2.17. Karakteristik Fungsional Kurva PI ... 27

Gambar 2.18. Himpunan Fuzzy : PAROBAYA dengan kurva phi ... 28

Gambar 2.19. Karakteristik Fungsional Kurva BETA ... 29

Gambar 2.20. Himpunan Fuzzy : SETENGAH BAYA dengan kurva Beta ... 30

Gambar 2.21. Karakteristik Fungsional Kurva GAUSS ... 31

(7)

Gambar 2.22. Komposisi Aturan Fuzzy : Metode MAX ... 33

Gambar 2.23. Proses Defuzzyfikasi ... 35

Gambar 2.24. Pola Data Horisontal (Stationary) ... 50

Gambar 2.25. Pola Data Musiman (Seasonal) ... 50

Gambar 2.26. Pola Data Siklus (Cyclical) ... 51

Gambar 2.27. Pola Data Trend ... 51

Gambar 2.28. Model Garis Regresi Trend Linier ... 56

Gambar 2.29. MRC (Moving Range Chart) untuk Data Diluar Kendali ... 62

Gambar 3.1. Langkah-langkah Pemecahan Masalah ... 70

Gambar 4.1. Kurva Permintaan turun Meja Alumunium ASR CT 004A... 92

Gambar 4.2. Kurva Permintaan biasa Meja Alumunium ASR CT 004A ... 93

Gambar 4.3. Kurva permintaan naik Meja Alumunium ASR CT 004A... 94

Gambar 4.4. Kurva Persediaan sedikit Meja Alumunium ASR CT 004A... 95

Gambar 4.5. Kurva Persediaan sedang Meja Alumunium ASR CT 004A ... 96

Gambar 4.6. Kurva Persediaan banyak Meja Alumunium ASR CT 004A... 97

Gambar 4.7. Kurva Jumlah produksi berkurang Meja Alumunium ASR CT 004A ... 98

Gambar 4.8. Kurva Jumlah produksi normal Meja Alumunium ASR CT 004A ... 99

Gambar 4.9. Kurva jumlah produksi bertambah Meja Alumunium ASR CT 004A ... 100

Gambar 4.10. Kurva Permintaan turun Meja Alumunium ASR CT 033... 102

Gambar 4.11. Kurva Permintaan biasa Meja Alumunium ASR CT 033 ... 102

Gambar 4.12. Kurva Permintaan Naik Meja Alumunium ASR CT 033 ... 103

(8)

  x

Gambar 4.13. Kurva Persediaan sedikit Meja Alumunium ASR CT 033 ... 104 Gambar 4.14. Kurva Persediaan sedang Meja Alumunium ASR CT 033 ... 105 Gambar 4.15. Kurva Persediaan banyak Meja Alumunium ASR CT 033... 106 Gambar 4.16. Kurva Jumlah Produksi berkurang

Meja Alumunium ASR CT 033 ... 107 Gambar 4.17. Kurva Jumlah produksi normal

Meja Alumunium ASR CT 033 ... 108 Gambar 4.18. Kurva Jumlah produksi bertambah

Meja Alumunium ASR CT 033 ... 109 Gambar 4.19. Ploting Data Permintaan Meja Alumunium ASR CT 004A ... 122 Gambar 4.20 Ploting Data Permintaan Meja Alumunium ASR CT 033 ... 123 Gambar 4.21. Moving Range Chart (MRC) produk Meja Alumunium

ASR CT 004A ... 125 Gambar 4.22. Moving Range Chart (MRC) produk Meja Alumunium

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Klasifikasi Biaya dalam hubungannya dengan Produk ... 39

Tabel 3.1. Penentuan Fungsi Variabel dan Semesta Pembicaraan ... 74

Tabel 3.2. Himpunan Fuzzy ... 75

Tabel 4.1. Data Permintaan Produk Periode Januari 2009 – Maret 2010 ... 79

Tabel 4.2. Data Persediaan Produk Jadi Periode Januari 2009 – Maret 2010 ... 80

Tabel 4.3. Data Jumlah Produksi Periode Januari 2009 – Maret 2010 ... 81

Tabel 4.4. Harga Bahan Baku dan Bahan Pelengkap ... 81

Tabel 4.5. Biaya Pewarnaan Produk Meja Alumunium... 82

Tabel 4.6. Biaya Pengemasan Produk Meja Alumunium ... 82

Tabel 4.7. dan 4.8 Biaya Bahan Baku Meja Alumunium ASR CT 004A Periode Januari – Desember 2009 ... 83

Tabel 4.9 dan 4.10 Biaya Bahan Baku Meja Alumunium ASR CT 033 Periode Januari – Desember 2009 ... 84

Tabel 4.11. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2009 ... 86

Tabel 4.12. Biaya Overhead Meja Alumunium ASR CT 004A dan 033 Tahun 2009 ... 87

Tabel 4.13. Perhitungan Biaya Produksi Rill Perusahaan untuk Kedua Produk Meja Alumunium ... 88

Tabel 4.14. Variabel Fuzzy dan Semesta Pembicaraan Meja Alumunium ASR CT 004A... 89

Tabel 4.15. Variabel Fuzzy dan Semesta Pembicaraan Meja Alumunium ASR CT 033... 90

(10)

Tabel 4.16. Himpunan Fuzzy dan Domain Meja Alumunium

ASR CT 004A ... 92 Tabel 4.17. Himpunan Fuzzy dan Domain Meja Alumunium ASR CT 033 ... 101 Tabel 4.18 Rencana Produksi Metode Fuzzy Mamdani untuk Produk Meja

Alumunium ASR CT 004A... 111 Tabel 4.19. Rencana Produksi Metode Fuzzy Mamdani untuk Produk Meja

Alumunium ASR CT 033 ... 112 Tabel 4.20. dan 4.21 Biaya Bahan Baku Meja Alumunium ASR CT 004A

Periode Januari – Desember 2009 ... 113 Tabel 4.22 dan 4.23. Biaya Bahan Baku Meja Alumunium ASR CT 033

Periode Januari – Desember 2009 ... 115 Tabel 4.24. Biaya Tenaga Kerja Langsung Tahun 2009 ... 117 Tabel 4.25. Biaya Overhead Meja Alumunium ASR CT 004A Tahun 2009 ... 117 Tabel 4.26. Perhitungan Biaya Produksi Metode Fuzzy Mamdani untuk Kedua

Produk Meja Alumunium ASR CT 004A... 119 Tabel 4.27. Perbandingan Biaya Produksi Meja Alumunium Metode Fuzzy Mamdani dengan Riil Perusahaan ... 121 Tabel 4.28. Hasil Peramalan Keempat Metode untuk Produk

Meja Alumunium ... 124 Tabel 4.29. Hasil Peramalan dengan Metode Moving Average 6 Bulanan untuk

produk Meja Alumunium ASR CT 004A dan ASR CT 033 ... 126 Tabel 4.30. Rencana Produksi Metode Fuzzy Mamdani untuk Produk Meja

Alumunium ASR CT 004A... 128

(11)

  xii

(12)

ABSTRAKSI

Pada saat era globalisasi pada saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk selalu berupaya memiliki kompetensi dalam bersaing dengan perusahaan lain. Kompetensi tersebut dalam arti kata lain adalah untuk mendapatkan keunggulan bersaing (competitive advantage ). Salah satu aspek keunggulan bersaing seluruh usaha khususnya bidang manufaktur di antaranya adalah dapat memenuhi keinginan konsumen terhadap permintaan produk dengan jenis dan dalam jumlah yang senantiasa berubah seiringnya waktu.

Metode fuzzy mamdani dianggap mampu untuk memetakan suatu input kedalam suatu output tanpa mengabaikan faktor-faktor yang ada. Metode ini merupakan kerangka matematis yang digunakan untuk mempresentasikan ketidakpastian, ketidakjelasan, ketidaktepatan, kekurangan informasi, dan kebenaran parsial, sehingga sangat sesuai dengan permasalahan permintaan yang fluktuatif dan jumlah produksi yang tidak pasti.

Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan jumlah produksi di UD. Mebel Alumunium adalah jumlah produksi Meja Alumunium ASR CT 004A dan ASR CT 033 yang harus direncanakan untuk memenuhi permintaan konsumen pada bulan April – September 2010 adalah untuk bulan April sebesar 317 unit dan 382 unit, bulan Mei sebesar 317 unit dan 382 unit, bulan Juni sebesar 317 unit dan 382 unit, bulan Juli sebesar 317 unit dan 382 unit, bulan Agustus sebesar 317 unit dan 382 unit dan bulan September sebesar 317 unit dan 382 unit

Biaya produksi untuk produk Meja Alumunium ASR CT 004A dan ASR CT 033 pada tahun 2009 dengan metode riil perusahaan sebesar Rp1.784.065.168,- , sedangkan dengan menggunakan metode fuzzy mamdani sebesar Rp1.728.392.611,- . Sehingga metode fuzzy mamdani dapat menghasilkan total biaya produksi yang lebih minimal daripada total biaya produksi rill perusahaan dengan selisih sebesar Rp55.672.557,- per tahun atau 2,69%

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pada saat era globalisasi pada saat ini, sebuah perusahaan dituntut untuk selalu berupaya memiliki kompetensi dalam bersaing dengan perusahaan lain. Kompetensi tersebut dalam arti kata lain adalah untuk mendapatkan keunggulan bersaing ( competitive advantage ). Salah satu aspek keunggulan bersaing seluruh usaha khususnya bidang manufaktur di antaranya adalah dapat memenuhi keinginan konsumen terhadap permintaan produk dengan jenis dan dalam jumlah yang senantiasa berubah seiringnya waktu.

UD. MEUBEL ALMUNIUM, adalah unit dagang yang memproduksi mebel yang berlokasi di JL. Ngoro Industri Blok H-1, Mojosari- Mojokerto di ambil sebagai studi kasus perencaanaan jumlah produksi untuk meminimkan biaya produksi, sehingga profit yang dihasilkan meningkatkan. Produk yang dihasilkan adalah meja dan kursi rotan sintetis. Salah satu diantaranya yang paling diminati oleh konsumen adalah Meja ASR CT 004A dan Meja ASR CT 033.

(14)

atau penurunan permintaan sehingga proses produksi tetap berjalan lancar dan perusahaan tidak mengalami kerugian.

Metode fuzzy mamdani merupakan metode yang memetakan suatu input kedalam suatu output tanpa mengabaikan faktor-faktor yang ada. Metode ini merupakan kerangka matematis yang digunakan untuk mempresentasikan ketidakpastian, ketidakjelasan, ketidaktepatan, kekurangan informasi, dan kebenaran parsial, sehingga sangat sesuai dengan permasalahan permintaan yang fluktuatif dan jumlah produksi yang tidak pasti.

Dengan adanya masalah tersebut maka untuk menentukan jumlah produksi dalam memenuhi permintaan konsumen yang fluktuatuif diperlukan suatu alternatif pemecahan masalah tanpa menambah fasilitas yang ada, yaitu dengan mengaplikasikan metode fuzzy mamdani. Penerapan metode fuzzy mamdani dalam perencanaan jumlah produksi, diharapkan perusahaan dapat mengatasi fluktuasi permintaan konsumen dengan biaya produksi yang minimal.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan dari penelitian yang akan dilakukan yaitu :

(15)

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan-batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Produk yang diteliti adalah Meja ASR CT 004A dan Meja ASR CT 033.

2. Penalaran fuzzy menggunakan metode mamdani dan penegasan (defuzzyfikasi) dengan metode centroid.

3. Data permintaan, data persediaan, dan data jumlah produksi serta data biaya-biaya yang digunakan adalah periode bulan Januari 2009 sampai dengan Maret 2010.

1.4 Asumsi

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi-asumsi yaitu sebagai berikut :

1. Proses produksi tidak mengalami perubahan selama penelitian dilaksanakan. 2. Tidak ada perubahan spesifikasi produk selama penelitian dilaksanakan. 3. Biaya-biaya yang berkaitan proses produksi tidak berubah terhadap waktu

selama periode perencanaan.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Merencanakan jumlah produksi Meja ASR CT 004A dan Meja ASR CT 033 untuk bulan April sampai dengan September 2010.

(16)

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan kemampuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu Teknik Industri, khususnya dalam bidang perencanaan produksi untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan.

b. Mengetahui fakto-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan jumlah produksi.

2. Bagi Perusahaan

a. Memberikan informasi kepada pihak perusahaan dalam menentukan jumlah produksi agar dapat mengatasi fluktuasi permintaan konsumen dengan biaya produksi yang minimal .

b. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak perusahaan dalam melakukan perencanaan jumlah produksi pada periode yang akan datang.

3. Bagi Universitas

a. Menambah koleksi buku referensi yang ada di Perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

(17)

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memberikan penjelasan isi skripsi, yaitu mengenai latar belakang serta permasalahan yang akan diteliti dan di bahas. Juga diuraikan tentang tujuan, batasan penelitian, asumsi, dan manfaat yang ada.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang dasar-dasar teori yang digunalan sebagai landasan dalam penelitian ini. Dasar teori ini mencakup teori yang berkaitan dengan metode fuzzy mamdani yang dijadikan sebagai acuan dan pedoman untuk melakukan langkah-langkah penelitian sehingga permasalahan yang ada dapat dipecahkan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang langkah-langkah dalam penelitian yang berbentuk kerangka penelitian beserta penjelasannya. Dalam bab ini diuraikan tentang lokasi dan waktu penelitian, identifikasi variabel, langkah-langkah pemecahan masalah (Flow Chart), metode pengumpulan data dan metode pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(18)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan uraian tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang nantinya bisa dilanjutkan untuk penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Produksi

Perencanaan merupakan salah satu fungsi management. Dalam

perencanaan ditentukan usaha-usaha atau tindakan-tindakan yang akan atau perlu

diambil oleh pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan

mempertimbangkan masalah-masalah yang mungkin timbul di masa yang akan

datang. Untuk dapat membuat perencanaan yang baik, maka perlu diperhatikan

masalah intern dan ekstern. Masalah intern adalah masalah yang datangnya dari dalam perusahaan (masih dalam kekuasaan pimpinan perusahaan), seperti mesin

yang digunakan, buruh yang dikaryakan, bahan yang diperlukan dan sebagainya.

Sedangkan masalah ekstern adalah masalah yang datangnya dari luar perusahaan

(di luar kekuasaan pimpinan perusahaan), seperti inflasi, kebijaksanaan, keadaan

politik dan sebagainya.

Perencanaan dapat dibedakan antara lain :

1. Perencanaan usaha yang bersifat umum (general business planning) adalah

perencanaan kegiatan yang dijalankan oleh setiap perusahaan, baik perusahaan

besar maupun kecil, untuk berhasil (sukses)nya perusahaan mencapai tujuan.

Dalam perencanaan ini ditentukan tujuan jangka panjang yang merupakan

masa depan perusahaan yang diharapkan. Oleh karena itu perlu diperhatikan

dan dipertimbangkan keadaan atau situasi faktor-faktor yang dapat

(20)

keperluan-keperluan pabrik (plant requirement) dan pengaruh saingan serta trend ekonomi.

2. Perencanaan produksi (production planning) adalah perencanaan dan

pengorganisasian sebelumnya mengenai orang-orang, bahan-bahan,

mesin-mesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memprodusir

barang-barang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang

diperkirakan atau diramalkan.

Barang yang direncanakan akan diproduksi pada suatu periode di masa

depan harus memenuhi beberapa syarat yaitu :

a. Bahwa barang tersebut harus dapat diproduksi atau dibuat pada waktu itu.

b. Bahwa barang tersebut harus dapat dikerjakan dengan/oleh pabrik ini.

c. Bahwa barang tersebut harus sesuai atau dapat memenuhi/dicocokkan

dengan keinginan pembeli sesuai dengan ramalan baik mengenai harga,

kuantitas, kualitas dan waktu yang dibutuhkan. (Sofjan Assauri,1993 : 166

- 167)

Perencanaan produksi membutuhkan pertimbangan dan ketelitian yang

terinci dalam menganalisis kebijaksanaan, karena perencanaan ini merupakan

dasar penentuan bagi manajer dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Perencanaan produksi ini merupakan suatu fungsi yang menentukan batas - batas

(level) dari kegiatan perusahaan pabrik di masa yang akan datang.

Berdasarkan rencana-rencana produksi yang telah disusun, pimpinan

perusahaan dapat menentukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Bilamana kegiatan produksi dimulai dan berapa banyak buruh/pekerja

(21)

b. Menentukan alat-alat dan perlengkapan/peralatan yang diperlukan dalam

proses produksi.

c. Tingkat persediaan yang dibutuhkan.

Tujuan Perencanaan Produksi ini adalah :

1. Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu. Misalnya berapa hasil (output) yang diproduksi supaya dapat dicapai tingkat/level profit yang diinginkan dan tingkat persentase tertentu dari keuntungan (profit) setahun terhadap penjualan (sales) yang diinginkan.

2. Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini tetap

mempunyai pangsa pasar (market share) tertentu.

3. Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini dapat bekerja pada tingkat

efisiensi tertentu.

4. Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan

kerja yang sudah ada tetap pada tingkatnya dan berkembang.

5. Untuk menggunakan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang sudah ada pada

perusahaan yang bersangkutan. (Sofjan Assauri,1993 : 167 - 168)

2.2 Jenis-jenis Perencanaan Produksi

Perencanaan Produksi yang terdapat dalam suatu perusahaan dapat

dibedakan menurut jangka waktu yang tercakup, yaitu:

1. Perencanaan Produksi Jangka Pendek (Perencanaan Operasional) adalah

penentuan kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu

tahun mendatang atau kurang, dengan tujuan untuk mengatur penggunaan

(22)

pabrik. Oleh karena perencanaan produksi jangka pendek berhubungan dengan

pengaturan operasi produksi, maka perencanaan ini disebut juga dengan

perencanaan operasional.

2. Perencanaan Produksi Jangka Panjang adalah penentuan tingkat kegiatan

produksi lebih daripada satu tahun, dan biasanya sampai dengan lima tahun

mendatang, dengan tujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan

atau mesin-mesin, ekspansi pabrik dan pengembangan produk (product

development).

Perencanaan produksi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Perencanaan produksi yang menyangkut kegiatan pada masa yang akan datang,

dibuat berdasarkan panaksiran atau ramalan kegiatan yang ditentukan oleh

ramalan penjualan pada masa yang akan datang.

2. Perencanaan produksi mempunyai jangka waktu tertentu.

3. Perencanaan produksi mempersiapkan tenaga kerja/buruh, bahan-bahan,

mesin-mesin, dan peralatan lain pada waktu yang diperlukan.

4. Perencanaan produksi harus menentukan jumlah dan jenis serta kualitas dari

produk yang akan diproduksi.

5. Perencanaan produksi harus dapat mengoordinir kegiatan produksi dengan

mengoordinir bagian-bagian yang mempunyai hubungan langsung ataupun

tidak dengan kegiatan produksi.

Syarat-syarat suatu rencana produksi yang baik ialah :

1. Harus disesuaikan atas dasar tujuan atau obyektivitas perusahaan yang

(23)

2. Rencana tersebut harus sederhana dan dapat dimengerti serta mungkin

dilaksanakan.

3. Rencana itu harus memberikan analisis dan klasifikasi kegiatan. (Sofjan

Assauri,1993 : 168 - 169).

2.3 Faktor-faktor yang perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan Produksi

Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan

produksi , antara lain : (Sofjan Assauri,1993 : 169)

1. Sifat Proses Produksi

Proses produksi dapat dibedakan atas :

a. Proses produksi yang terputus-putus (intermittent process manufacturing) Perencanaan produksi dalam perusahaan pabrik yang mempunyai proses

produksi yang terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah pesanan

(order) yang diterima. Oleh karena kegiatan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan (order), maka jumlah produknya biasanya sedikit atau relatif kecil, sehingga perencanaan produksi yang dibuat semata-mata tidak

berdasarkan ramalan penjualan (sales forecasting), tetapi terutama

didasarkan atas pesanan yang masuk. Perencanaan produksi dibuat untuk

menentukan kegiatan produksi yang perlu dilakukan bagi pengerjaan setiap

pesanan yang masuk. Ramalan penjualan ini membantu untuk dapat

memperkirakan order yang akan diterima, sehingga dapat diperkirakan dan

ditentukan bagaimana penggunaan mesin dan peralatan yang ada agar

(24)

apa yang perlu diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan.

Perencanaan produksi yang disusun haruslah fleksibel, agar peralatan

produksi dapat dipergunakan secara optimal.

b. Proses produksi yang terus-menerus (continuous process)

Perencanaan produksi pada perusahaan yang mempunyai proses produksi

yang terus - menerus, dilakukan berdasarkan ramalan penjualan. Hal ini

karena kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi

untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan

telah mempunyai blueprint selama jangka waktu yang tertentu. Langkah-langkah perencanaan produksi yang dilakukan dalam perusahaan yang

mempunyai proses produksi yang terus-menerus adalah :

1). Membuat ramalan penjualan (sales forecasting).

2). Membuat master schedule yang didasarkan atas ramalan penjualan. 3). Setelah master schedule dibuat, dilakukan perencanaan yang lebih teliti. 2. Jenis dan Mutu dari Barang yang Diproduksi

Untuk menyusun suatu perencanaan produksi, ada beberapa hal mengenai jenis

dan sifat produk yang perlu diketahui dan diperlihatkan, yaitu :

a. Mempelajari dan menganalisis jenis barang yang diproduksi sejauh

mungkin.

b. Apakah produk yang akan diproduksi itu merupakan costumer’s goods

(barang-barang yang langsung dikonsumsi oleh konsumen) atau producer’s goods (barang yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang lain).

c. Sifat dari produk yang akan dihasilkan, apakah merupakan barang yang

(25)

d. Sifat dari permintaan barang yang akan dihasilkan, apakah mempunyai sifat

permintaan yang musiman (seasonal) yang permintaannya hanya pada

musim-musim tertentu saja ataukah sifat permintaannya sepanjang masa.

e. Mutu dari barang yang akan diproduksi, yang akan tergantung pada biaya

persatuan yang diinginkan, dan permintaan atau keinginan konsumen

terhadap barang hasil produksi tersebut.

f. Sifat dari barang yang diproduksi apakah barang baru ataukah barang lama.

(Sofjan Assauri,1993 : 170)

3.Barang yang diproduksi apakah merupakan barang yang baru ataukah barang

lama. Hal ini perlu kita perhatikan, karena untuk barang yang baru maka perlu

diadakan penelitian (research) pendahuluan mengenai :

a. Lokasi perusahaan, apakah perusahaan perlu diletakkan berdekatan dengan

sumber bahan mentah ataukah dekat dengan pasir,

b. Jumlah barang yang akan diproduksi,

c. Sifat permintaan barang ini, apakah musiman atau sepanjang masa, dan

d. Hal-hal lain yang dibutuhkan untuk memulai produksi tersebut. (Sofjan

Assauri,1993 : 171)

2.4Logika Fuzzy

Pencetus gagasan logika fuzzy adalah Prof. Lotfi Zadeh pada tahun 1965 dari California University. Pada prinsipnya himpunan fuzzy adalah perluasan

himpunan tegas (crisp), yaitu himpunan yang membagi sekelompok individu

(26)

suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang

output. (Sri Kusumadewi, 2003 : 153)

Ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara

lain:

1) Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Konsep matematis yang mendasari

penalaran fuzzy sangat sederhana dan mudah dimengerti. 2) Logika fuzzy sangat fleksibel.

3) Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.

4) Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat

kompleks.

5) Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan

pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan.

6) Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara

konvensional.

7) Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami. (Sri Kusumadewi, 2003 : 154)

Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy,

yaitu:

a. Variabel Fuzzy

Variabel fuzzy merupakan variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. Contoh : Umur, Temperatur, Permintaan, dsb.

b. Himpunan Fuzzy

Himpunan fuzzy merupakan suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau

(27)

Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suatu keadaan atau

kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: MUDA,

PAROBAYA, TUA.

Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu

variabel seperti : 40, 25, 50, dsb.

Contoh :

 Variabel umur, terbagi menjadi 3 himpunan fuzzy, yaitu: MUDA,

PAROBAYA, dan TUA. (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Himpunan fuzzy untuk variabel Umur.

 Variabel temperatur, terbagi menjadi 5 himpunan fuzzy, yaitu: DINGIN,

SEJUK, NORMAL, HANGAT, dan PANAS. (Gambar 2.2)

(28)

c. Semesta Pembicaraan

Suatu model variabel fuzzy seringkali dideskripsikan dalam syarat-syarat ruang fuzzy-nya. Ruang ini biasanya tersusun atas beberapa himpunan fuzzy,

himpunan-himpunan fuzzy yang overlap yang mana masing-masing himpunan

fuzzy mendeskripsikan suatu arti tertentu dari variabel-variabel yang diijinkan dalam permasalahan. Keseluruhan ruang permasalahan dari nilai terkecil

hingga nilai terbesar yang diijinkan disebut dengan semesta pembicaraan

(universe of discourse). Contoh, semesta pembicaraan pada model variabel

temperatur adalah 1000C hingga 3600C.

d. Domain

Domain himpunan fuzzy adalah keseluruhan nilai yang diijinkan dalam

semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy.

Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan

real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai

domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif. Sebagai contoh

himpunan fuzzy berat (untuk remaja putri Indonesia) memiliki domain antara 40 kg sampai 60 kg. Biasanya domain memiliki batas atas dan batas bawah.

Namun pada konsep fuzzy bisa jadi domain ini bersifat open ended. Pada himpunan fuzzy berat, batas atas berkisar 60 kg (kita dapat menerima berat badan seseorang yang lebih tinggi misalkan 70 kg atau bahkan 80 kg). Namun

demikian, himpunan fuzzy akan mencapai nilai 1, jika berat badan sudah

mencapai 60 kg (semua bobot diatas 60 kg dinyatakan pasti berat) kita akan

(29)

Fungsi Keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya

(sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0

sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai

keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Ada beberapa fungsi yang

bisa digunakan :

a. Representasi Linier

Pada representasi linear, pemetaan input ke derajat keanggotannya

digambarkan sebagai suatu garis lurus. Bentuk ini paling sederhana dan

menjadi pilihan yang baik untuk mendekati suatu konsep yang kurang jelas.

Ada 2 keadaan himpunan fuzzy yang linear, yaitu :

 Pertama, kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki

derajat keanggotaan nol [0] bergerak ke kanan menuju ke nilai domain

yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi (Gambar 2.3)

Gambar 2.3 Representasi Linear Naik. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 160)

(30)

Fungsi Keanggotaan :

Contoh :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan PANAS pada variabel temperatur

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.4.

 

32

PANAS

 = (32 – 25) / (35 – 25)

[image:30.595.149.473.283.476.2]

= 7/10 = 0,7

Gambar 2.4 Himpunan Fuzzy: PANAS.

 Kedua, merupakan kebalikan yang pertama. Garis lurus dimulai dari nilai

domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian

bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan

(31)

Gambar 2.5 Representasi Linear Turun. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 161)

Fungsi Keanggotaan :

Contoh :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan DINGIN pada variabel temperatur

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.6.

20

DINGIN

 = (30 – 20) / (30 – 15)

= 10/15 = 0,667

(32)

b. Representasi Kurva Segitiga

Kurva Segitiga pada dasarnya merupakan gabungan antara 2 garis (linear)

seperti terlihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Kurva Segitiga. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 162)

Fungsi Keanggotaan :

Contoh :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan NORMAL pada variabel temperatur

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.8.

23

NORMAL

 = (23 – 15) / (25 – 15)

(33)

Gambar 2.8 Himpunan Fuzzy: NORMAL (kurva segitiga).

c. Representasi Kurva Trapesium

Kurva Trapesium pada dasarnya seperti bentuk segitiga, hanya saja ada

beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 seperti terlihat pada Gambar

2.9.

(34)

Contoh :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan NORMAL pada variabel temperatur

ruangan seperti terlihat pada Gambar 2.10.

23

NORMAL

 = (35 – 32) / (35 – 27)

= 3/8 = 0,375

Gambar 2.10 Himpunan Fuzzy: NORMAL (kurva trapesium).

d. Representasi Kurva Bentuk Bahu

Daerah yang terletak di tengah-tengah suatu variabel yang direpresentasikan

dalam bentuk segitiga, pada sisi kanan dan kirinya akan naik dan turun

(misalkan: DINGIN bergerak ke SEJUK bergerak ke HANGAT dan bergerak

ke PANAS). Tetapi terkadang salah satu sisi dari variabel tersebut tidak

mengalami perubahan. Sebagai contoh, apabila telah mencapai kondisi

PANAS, kenaikan temperatur akan tetap berada pada kondisi PANAS.

Himpunan fuzzy ‘bahu’, bukan segitiga, digunakan untuk mengakhiri variabel suatu daerah fuzzy. Bahu kiri bergerak dari benar ke salah, demikian juga bahu kanan bergerak dari salah ke benar. Gambar 2.11 menunjukkan variabel

(35)

Gambar 2.11 Daerah ‘bahu’ pada variabel TEMPERATUR. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 165)

e. Representasi Kurva-S

Kurva PERTUMBUHAN dan PENYUSUTAN merupakan kurva-S atau

sigmoid yang berhubungan dengan kenaikan dan penurunan permukaan secara tak linear. Kurva-S untuk PERTUMBUHAN akan bergerak dari sisi paling

kiri (nilai keanggotaan = 0) ke sisi paling kanan (nilai keanggotaan = 1).

Fungsi keanggotaannya akan tertumpu pada 50% nilai keanggotaannya yang

[image:35.595.132.523.85.334.2]

sering disebut dengan titik infleksi (Gambar 2.12).

(36)

Kurva-S untuk PENYUSUTAN akan bergerak dari sisi paling kanan (nilai

keanggotaan = 1) ke sisi paling kiri (nilai keanggotaan = 0) seperti telihat pada

Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Himpunan Fuzzy dengan Kurva-S: PENYUSUTAN.

Kurva-S didefinisikan dengan menggunakan 3 parameter, yaitu: nilai

keanggotaan nol (α), nilai keanggotaan lengkap ( ), dan titik infleksi atau

[image:36.595.164.479.450.659.2]

crossover ( ) yaitu titik yang memiliki domain 50% benar. Gambar 2.14 menunjukkan karakteristik kurva-S dalam bentuk skema.

(37)

Fungsi keangotaan pada kurva PERTUMBUHAN adalah :

Contoh :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan TUA pada variabel umur seperti terlihat

pada Gambar 2.15.

 

50

TUA

 = 1 – 2 {(60-50) / (60-35)}2

= 1 – 2 (10/25)2

= 0,68

Gambar 2.15 Himpunan Fuzzy: TUA.

Sedangkan fungsi keanggotaan pada kurva PENYUSUTAN adalah :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan MUDA pada variabel umur seperti

(38)

50

MUDA

 = 2 {(50-37) / (50-20)}2

= 2 (13/30)2

= 0,376

Gambar 2.16 Himpunan Fuzzy: MUDA. f. Representasi Kurva Bentuk Lonceng (Bell Curve)

Untuk merepresentasikan bilangan fuzzy, biasanya digunakan kurva berbentuk lonceng. Kurva berbentuk lonceng ini terbagi atas 3 kelas, yaitu: himpunan

fuzzy PI, beta, dan Gauss. Perbedaan ketiga kurva ini terletak pada gradiennya. i. Kurva PI

Kurva PI berbentuk lonceng dengan derajat keanggotaan 1 terletak pada

pusat dengan domain ( ), dan lebar kurva ( ) seperti terlihat pada Gambar

(39)

Gambar 2.17 Karakteristik Fungsional Kurva PI. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 169)

Fungsi Keanggotaan :

Contoh :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan PAROBAYA pada variabel umur

seperti terlihat pada Gambar 2.18.

 

51 2

/ 1 BAYA

 = 1 - 2 {(45-42) / (45-35)}2

= 1 - 2 (3/10)2

(40)

 

51 2

/ 1 BAYA

 = 2 {(55-51) / (55-45)}2

= 2 (4/10)2

[image:40.595.192.462.99.335.2]

= 0,32

Gambar 2.18 Himpunan Fuzzy: PAROBAYA dengan kurva phi.

ii.Kurva BETA

Seperti halnya kurva PI, kurva BETA juga berbentuk lonceng namun lebih

rapat. Kurva ini juga didefinisikan dengan 2 parameter, yaitu nilai pada

domain yang menunjukkan pusat kurva ( ), dan setengah lebar kurva ( )

seperti terlihat pada Gambar 2.19. Nilai kurva untuk suatu nilai domain x

(41)
[image:41.595.145.498.86.414.2]

Gambar 2.19 Karakteristik Fungsional Kurva BETA. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 170 - 171)

Fungsi Keanggotaan :

Salah satu perbedaan mencolok kurva BETA dari kurva PI adalah, fungsi

keanggotaannya akan mendekati nol hanya jika nilai ( ) sangat besar.

Contoh :

Fungsi keanggotaan untuk himpunan SETENGAH BAYA pada variabel

(42)

 

51 2

/ 1 BAYA

 = 1 / {1 + [(42-45) / 5]}2

= 0,7353

 

51 2

/ 1 BAYA

 = 1 / {1 + [(51-45) / 5]}2

= 0,4098

Gambar 2.20 Himpunan Fuzzy: SETENGAH BAYA dengan kurva Beta.

iii. Kurva GAUSS

Jika kurva PI dan kurva BETA menggunakan 2 parameter yaitu ( ) dan

( ), kurva GAUSS juga menggunakan ( ) untuk menunjukkan nilai

domain pada pusat kurva, dan (k) yang menunjukkan lebar kurva (Gambar

(43)
[image:43.595.145.475.85.382.2]

Gambar 2.21 Karakteristik Fungsional Kurva GAUSS. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 172 - 173) Fungsi Keanggotaan :

2.5Fuzzy Inference System (FIS) 2.5.1 Metode Mamdani

Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min.

Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk

mendapatkan output, diperlukan 4 tahapan :

1. Pembentukan Himpunan Fuzzy

Pada Metode Mamdani, baik variabel input maupun variabel output dibagi

(44)

2. Aplikasi Fungsi Implikasi

Pada Metode Mamdani, fungsi implikasi yang digunakan adalah Min. Fungsi

ini akan memotong output himpunan fuzzy.

3. Komposisi Aturan

Tidak seperti penalaran monoton, apabila sistem terdiri dari beberapa aturan,

maka inferensi diperoleh dari kumpulan dan korelasi antar aturan. Ada 3

metode yang digunakan dalam melakukan inferensi sistem fuzzy, yaitu: max, additive dan probabilistik OR (probor).

a. Metode Max (Maximum)

Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi

daerah fuzzy, dan mengaplikasikannya ke output dengan menggunakan

operator OR (union). Jika semua proposisi telah dievaluasi, maka output akan berisi suatu himpunan fuzzy yang merefleksikan konstribusi dari tiap -tiap proposisi. Secara umum dapat dituliskan :

Dengan :

 

i sf x

 = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i

 

i kf x

 = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i

Misalkan ada 3 aturan (proposisi) sebagai berikut :

(45)

[R2] IF Biaya Produksi STANDART THEN Produksi Barang NORMAL;

[R3] IF Biaya Produksi TINGGI And Permintaan TURUN THEN Produksi Barang BERKURANG;

Proses inferensi dengan menggunakan metode Max dalam melakukan

komposisi aturan seperti terlihat pada Gambar 2.22. Apabila digunakan

fungsi implikasi MIN, maka metode komposisi ini sering disebut dengan

[image:45.595.144.509.282.654.2]

nama MAX-MIN atau MIN-MAX atau MAMDANI.

(46)

b. Metode Additive (Sum)

Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara melakukan bounded-sum terhadap semua output daerah fuzzy.

Secara umum dituliskan :

Dengan :

 

i sf x

 = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i

 

i kf x

 = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i

c. Metode Probabilistik OR (probor)

Pada metode ini, solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan cara melakukan product terhadap semua output daerah fuzzy. (Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo, 2004 : 40 - 41)

Secara umum dituliskan :

Dengan :

 

i sf x

 = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i

 

i kf x

 = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i

4. Penegasan (defuzzy)

(47)
[image:47.595.191.452.83.299.2]

Gambar 2.23 Proses defuzzifikasi.

(Sumber : Sri Kusumadewi dan Hari Purnomo, 2004 : 44)

Ada beberapa metode defuzzyfikasi pada komposisi aturan MAMDANI, antara

lain:

a. Metode Centroid (Composite Moment)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat (z*) daerah fuzzy. Secara umum dirumuskan :

untuk variabel kontinu, atau

untuk variabel diskrit

b. Metode Bisektor

(48)

sedemikian sehingga

c. Metode Mean of Maximum(MOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

d. Metode Largest of Maximum (LOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai

terbesar dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

e. Metode Smallest of Maximum (SOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai

terkecil dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum. (Sri

Kusumadewi dan Hari Purnomo, 2004 : 44 - 45)

2.6Pengertian Biaya

Perkembangan akuntansi sekarang ini banyak konsep-konsep yang timbul

untuk mengartikan dan merumuskan arti biaya walaupun pada dasarnya sama.

Menurut Mulyadi (1992), “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi

yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi

untuk mencapai tujuan tertentu”.

Menurut Supriyono (1995), “Biaya adalah hanya perolehan yang

dikorbankan dalam rangka memperoleh penghasilan dana akan dipakai sebagai

pengurang penghasilan”. Sedangkan menurut Usry / Hammer (1990), biaya

didefinisikan sebagai “suatu tukar prasyarat, pengorbanan yang dilakukan guna

(49)

2.6.1 Klasifikasi Biaya

Dalam perusahaan pabrikasi, total biaya operasi terdiri dari :

1. Biaya Pabrikasi

Biaya pabrikasi sering disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik (factory cost) adalah jumlah dari unsur biaya yaitu bahan langsung, pekerja langsung dan overhead pabrik. Bahan langsung dan pekerja langsung dapat

digabungkan ke dalam kelompok biaya utama (primer cost). Upah pekerja

langsung dan overhead pabrik dapat digabungkan ke dalam kelompok biaya

konversi (conversion cost), yang mencerminkan biaya pengubahan bahan

langsung menjadi barang jadi.

a. Bahan langsung (direct material) adalah semua bahan yang membentuk

bagian material dari barang jadi dan yang dimasukkan langsung dalam

kalkulasi biaya produk. Contoh bahan langsung adalah kayu untuk

membuat peralatan mebel, minyak mentah untuk membuat bensin dan kain

untuk membuat pakaian.

b. Pekerja atau tenaga kerja langsung (direct labour) adalah karyawan yang dikerahkan untuk mengubah bahan langsung menjadi barang jadi. Biaya

untuk ini meliputi gaji karyawan yang dapat dibebankan kepada produk

tertentu.

c. Overhead pabrik (factory overhead) yang juga disebut sebagai overhead pabrikasi, beban pabrikasi atau “beban” pabrik dapat didefinisikan sebagai

bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi

lainnya yang tidak dapat dibebankan langsung ke produk tertentu. Secara

(50)

biaya pabrikasi kecuali yang dicatat sebagai biaya langsung, yaitu bahan

langsung dan pekerja langsung.

d. Bahan tidak langsung (indirect material) adalah bahan-bahan yang

dibutuhkan guna menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakainya

sedemikian kecil atau sedemikian rumit, sehingga tidak dianggap sebagai

bahan langsung yang tidak berguna atau tidak ekonomis. Contohnya

sekrup, paku, perekat, dan lain-lain. Bahan-bahan seperti minyak pelumas,

minyak gemuk, lap pembersih dan sikat termasuk dalam perlengkapan

pabrik (factory supplies) yang merupakan bahan tidak langsung yang

diperlukan untuk menjaga lokasi kerja dan mesin-mesin tetap dalam

kondisi siap pakai dan aman.

e. Pekerja tidak langsung (indirect labour) dapat didefinisikan sebagai para karyawan yang dikerahkan dan tidak secara langsung mempengaruhi

pembuatan atau pembentukan barang jadi. Biaya pekerja tidak langsung

mencakup gaji penyelia, pelayan stock, pembantu umum, pekerja bagian

pemeliharaan dan pengawas bahan. Dalam usaha jasa, biaya pekerja tidak

langsung mencakup gaji resepsionis, karyawan bagian arsip, karyawan

bagian pemasok dan seketaris.

2. Beban Komersial

Beban komersial dibagi dalam dua kelompok, yaitu :

a. Beban Pemasaran (Distribusi dan Penjualan)

Beban pemasaran dimulai pada saat biaya pabrik berakhir, yaitu pada saat

proses pabrikasi diselesaikan dan barang-barang sudah dalam kondisi siap

(51)

b. Beban Administrasi

Beban administrasi meliputi beban yang dikeluarkan dalam mengatur dan

mengendalikan organisasi. Beberapa dari beban tersebut, seperti gaji

direktur yang ditugaskan bekerja di pabrik, mungkin dialokasikan sebagai

biaya pabrikasi dan gaji direktur yang ditugaskan di bagian pemasaran

mungkin dialokasikan sebagai beban pemasaran. (Matz-Usry, 1990).

Di bawah ini klasifikasi biaya dalam hubungannya dengan produk pabrik :

Tabel 2.1. Klasifikasi Biaya dalam Hubungannya dengan Produk Pabrik Bahan langsung + pekerja langsung =

Bahan tidak langsung + pekerja tidak langsung +

biaya tidak langsung lainnya =

Beban pemasaran + beban administrasi =

Biaya utama

+

Overhead pabrik

=

Biaya pabrikasi

+

Beban komersial

=

Total biaya produksi

Keterangan :

a. Bahan tidak langsung, meliputi :

 Perlengkapan pabrik

 Minyak pelumas

b. Pekerja tidak langsung, meliputi :

 Pengawasan

(52)

 Gaji buruh pabrik  Hasil kerja yang cacat

c. Biaya tidak langsung lainnya, meliputi :

 Sewa

 Asuransi kebakaran dan kewajiban

 Pajak bumi dan bangunan

 Penyusutan

 Pemeliharaan dan reparasi

 Sumber tenaga

 Penerangan

 Pajak penghasilan pimpinan

 Perkakas kecil

 Overhead pabrik lainnya

d. Beban pemasaran, meliputi :

 Gaji penjualan

 Komisi staf penjualan

 Pajak penghasilan kerja

 Iklan

 Contoh barang gratis

 Hiburan

 Ongkos perjalanan

 Sewa

 Penyusutan

(53)

 Telepon dan telegraf

 Alat tulis menulis dan cetak

 Benda-benda pos

 Ongkos transportasi / angkut

 Beban penjualan rupa-rupa

e. Beban administrasi, meliputi :

 Gaji administrasi kantor

 Pajak penghasilan pekerja

 Beban pemeriksaan akuntansi

 Beban urusan hukum

 Piutang yang tidak tertagih

 Sewa

 Penyustan

 Pajak bumi dan bangunan

 Telepon dan telegraf

 Alat tulis menulis dan cetak

 Benda-benda pos

2.6.2 Penggunaan dari Data Biaya

Pengumpulan, penyajian dan analisa dari data biaya harus dapat memenuhi

kegunaan dan tujuan utama antara lain : (Matz-Usry, 1990)

1. Perencanaan laba melalui penganggaran.

2. Pengawasan biaya melalui akunting tanggung jawab.

(54)

4. Membantu dalam menetapkan harga jual dan kebijaksanaan harga.

5. Menyediakan data biaya yang relevan untuk proses analisis bagi pengambilan

keputusan.

2.6.3 Penggolongan dari Biaya

Penggolongan dari biaya diperlukan untuk pengembangan dari suatu data

biaya yang berguna bagi manajemen sehubungan dengan kelima penggunaan data

biaya, maka biaya digolongkan menjadi : (Matz-Usry, 1990)

1. Menurut sifat dari unsur yang bersangkutan (penggolongan dasar).

2. Menurut masa akunting yang dilaluinya.

3. Menurut kecenderungannya untuk berubah sesuai dengan volume atau

kegiatan produksi.

4. Menurut hubungannya dengan hasil produksi.

5. Menurut hubungannya dengan bagian produksi.

6. Menurut sifatnya sebagai biaya bersama atau gabungan.

7. Untuk perencanaan dan pengawasan.

8. Untuk proses anlisis.

2.6.4 Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi

Beberapa jenis biaya bervariasi langsung dengan perubahan volume

produksi keluaran, sedang biaya lainnya relative tidak berubah (fixed).

Manajemen harus memperhatikan kecenderungan biaya yang bervariasi dengan

keluaran jika mereka ingin merencanakan suatu strategi perencanaan yang baik

(55)

1. Biaya Variabel

Secara umum yang dimaksud dengan biaya variabel adalah biaya yang

totalnya berubah secara proporsional dengan perubahan total kegiatan atau

volume yang berkaitan dengan biaya variabel tersebut selama periode tertentu.

Biaya yang mempunyai karakteristik ini umunya meliputi bahan langsung dan

pekerja langsung. Beberapa overhead pabrik dan biaya non pabrikasi juga

termasuk dalam kategori biaya variabel.

Karakteristik dari biaya variabel sebagai berikut :

a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan

semakin tinggi jumlah total biaya variabel. Semakin rendah volume

kegiatan, semakin rendah jumlah total biaya variabel.

b. Pada biaya variabel, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh perubahan

volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.

Yang termasuk overhead pabrik variabel antara lain :

a. Bahan baku / bahan bakar

b. Perkakas kecil

c. Upah lembur

d. Pengangkutan dalam pabrik

2. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap selama periode waktu

tertentu meskipun terjadi perubahan besar dalam total kegiatan atau volume

(56)

Karakteristik dari biaya tetap sebagai berikut :

a. Biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak dipengaruhi oleh

perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkatan

tertentu.

b. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan, semakin tinggi volume kegiatan

semakin rendah biaya satuan. Semakin rendah volume kegiatan semakin

tinggi biaya satuan.

Biaya overhead pabrik berikut ini biasanya diklasifikasikan sebagai biaya

tetap antara lain :

a. Gaji eksekutif produktif

b. Pajak bumi dan bangunan

c. Gaji satpam dan pesuruh pabrik

3. Biaya Semi Variabel

Biaya semi variabel adalah biaya yang mengandung unsure-unsur tetap dan

variabel, yaitu mencakup suatu jumlah yang sebagian tetap dan bagian lainnya

bervariasi sebanding dengan perubahan volume kegiatan selama periode

tertentu. Sebagai contoh biaya listrik yang digunakan untuk penerangan

cenderung lebih tetap, karena berapun volume produksi penerangan akan tetap

diperlukan. Sebaliknya tenaga listrik yang digunakan untuk pengoperasiannya

akan bervariasi sesuai dengan pemakaian peralatan tersebut.

Karakteristik dari baiya semi variabel sebagai berikut :

a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan perubahan

(57)

tinggi volume kegiatan semakin besar jumlah biaya total, semakin rendah

volume kegiatan semakin rendah biaya, tetapi perubahannya tidak

sebanding.

b. Pada biaya semi variabel, biaya satuan akan berubah terbalik dihubungkan

dengan perubahan volume kegiatan tetapi sifatnya tidak sebanding sampai

dengan tingkatan kegiatan tertentu. Semakin tinggi volume kegiatan

semakin rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin

tinggi biaya satuan.

Yang termasuk dalam overhead semi variabel antara lain ;

a. Pemeliharaan dan reparasi mesin

b. Jasa-jasa administrasi pabrik.

Dalam akuntansi tingkah laku biaya dinyatakan dalam persamaan

matematis dalam bentuk garis lurus (linier) yaitu y = a + bx dimana :

y = Jumlah total biaya

a = Jumlah total biaya tetap

b = Biaya variabel satuan

x = Volume kegiatan

2.7 Peramalan (Forecasting)

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa

akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, dan waktu

(58)

Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang

stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi permalan akan sangat

dibutuhkan bila kondisi permintaan bersifat kompleks dan dinamis.

Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan

dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi,

politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. Oleh karena itu,

peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam

pengambilan keputusan manajemen. (Nasution, 2003)

2.7.1 Meramal Horison Waktu

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horison waktu masa

depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori, yaitu : a.Peramalan Jangka Panjang.

Peramalan yang dilakukan untuk penysunan hasil ramalan yang jangka

waktunya tuga tahun atau lebih. Digunakan dalam merencanakan

produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas atau ekspansi dan

penelitian serta pengembangan.

b.Peramalan Jangka Menengah.

Peramalan yang dilakukan untuk penysunan hasil ramalan yang jangka

waktunya tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat

dalam perencanaan penjualan, perancanaan dan penganggaran produksi,

penganggaran kas dan menganalisis berbagai rencana produksi.

c.Peramalan Jangka Pendek.

Peramalan yang dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan yang jangka

(59)

Peramalan jangka pendek digunakan untuk merencanakan pembelian,

penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan dan tingkat

produksi.

2.7.2 Macam-macam Peramalan

Secara umum, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Peramalan yang bersifat subjektif 2. Peramalan yang bersifat objektif

Perbadaan antara kedua macam peramalan ini didasarkan pada cara

mendapatkan nilai-nilai ramalan. Peramalan subjektif lebih menekankan pada

keputusan-keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang

meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik.

Peramalan subjektif diwakili oleh Metode Delphi dan Metode Penelitian Pasar. a.Metode Delphi.

Metode ini merupakan cara sistemetis untuk mendapatkan keputusan

bersama dari suatu grup yang terdiri dari para ahli dan berasal dari

displin ilmu yang berbeda. Metode Delphi dipakai dalam peramalan

teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka panjang.

Selain itu, metode ini bermanfaat dalam pengembangan produk baru,

pengembangan kapasitas produksi, penerobosan ke segmen pasar baru,

dan strategi keputusan bisnis lainnya.

b.Metode Penelitian Pasar.

Metode ini mengumpulkan dan menganalisis fakta secara sistematis

pada bidang yang berhubungan dengan pemasaran. Salah satu teknik

(60)

penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar

peramalan permintaan produk baru.

Peramalan Objektif merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara

permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Selain itu,

juga mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara

variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan

berulang pada masa akan datang. Peramalan obyektif terdiri atas dua metode,

yaitu metode intrinsik dan metode ektrinsik. a.Metode Intrinsik.

Metode ini membuat peramalan hanya berdasarkan pada proyeksi

permintaan historis tanpa mempertimbangkan faktor-faktor eksternal

yang mungkin mempengaruhi besarnya permintaan. Metode ini hanya

cocok pada peramalan jangka pendek pada kegiatan produksi dimana

dalam rangka pengendalian produksi dan pengendalian persediaan yang

sering kali perusahaan haurs melibatkan banyak item yang berbeda.

Metode ini diwakili oleh analisis deret waktu (Time Series). b.Metode Ekstrinsik.

Metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin

dapat mempengaruhi besarnya permintaan dimasa datang dalam model

peramalannya. Metode ini lebih cocok untuk peramalan jangka panjang

karena dapat menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas dalam

hasil peramalannya sehingga disebut metode kausal dan dapat

(61)

untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini diwakili oleh metode regresi. (Nasution, 2003)

2.7.3 Analisis Deret Waktu (Time Series)

Baik model deret berkala maupun kausal mempunyai keuntungan dalam

situasi tertentu. Model deret berkala seringkali dapat digunakan dengan mudah

untuk meramal, sedangkan model kausal dapat digunakan dengan keberhasilan

yang lebih besar untuk pengambilan keputusan dan kebijaksanaan. Bilamana data

yang diperlukan tersedia, suatu hubungan peramalan dapat dihipotesiskan baik

sebagai fungsi dari waktu atau sebagai fungsi dari variabel bebas, kemudian diuji.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala yang tepat adalah

dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat

dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi empat (4)

jenis, yaitu :

a. Pola Data Horizontal (Stationary), terjadi bilamana nilai-nilai dari

data observasi berfluktuasi di sekitar nilai konstan rata-rata. Misalnya

pola jenis ini terdapat bila suatu produk mempunyai jumlah penjualan

yang tidak menaik atau menurun selama beberapa waktu atau periode.

(62)

Y

Waktu

Waktu Y

Gambar 2.24 Pola Data Horisontal (Stationary)

b. Pola Data Musiman (Seasonal), terjadi bilamana suatu data

dipengaruhi oleh faktor musiman (kuartalan, bulanan, mingguan dan

harian) dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini disebabkan oleh

faktor cuaca, musim libur panjang dan hari raya keagamaan yang akan

berulang secara periodik setiap tahunnya. Banyak produk yang

penjualannya menunjukkan pola musiman, seprti minuman segar, ice

cream, jasa angkutan, obat-obatan tertentu dan ban mobil. Contoh pola musiman kuartalan seperti terlihat pada Gambar 2.25.

Gambar 2.25 Pola Data Musiman (Seasonal)

c. Pola Data Siklus (Cyclical), terjadi bilamana data observasi

dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang yang berkaitan

(63)

menunjukkan pola siklus, seperti mobil sedan, besi baja dan perkakas

atau peralatan bengkel. Pola dari jenis ini seperti terdapat pada Gambar

2.26.

Y

Waktu Gambar 2.26 Pola Data Siklus (Cyclical)

d. Pola Data Trend (T), terjadi bilamana ada kenaikan atau penurunan

dari data observasi untuk jangka panjang. Pola ini terlihat pada

penjualan produk dari banyak perusahaan. Pola trend ini dapat dilihat pada Gambar 2.27. (Nasution, 2003)

Y

Waktu

(64)

2.7.4 Metode-Metode Peramalan yang Digunakan Dalam Time Series

Metode yang digunakan dalam peramalan diantaranya yaitu :

1. Metode Simple Moving Average

Adalah metode Time Series yang paling sederhana. Pada metode ini

diasumsikan bahwa pola time series hanya terdiri dari komponen Average

Level dan komponen Random Error.

Menurut Teguh Baroto, 2002 rumusnya sebagai berikut :

m

f f

f f

f t t t M

t

 

   

 1 1 2 3 ...

^

Keterangan : m = adalah jumlah periode yang digunakan sebagai dasar

peramalan (nilai m ini bila minimal 2 dan maksimal

tidak ada ditentukan secara subjektif).

= ramalan permintaan (real) untuk periode t. ^

t

f

ft = permintaan aktual pada periode t.

2. Metode Weighted Moving Average

Model peramalan Time Series dalam bentuk lain dimana untuk mendapatkan

tanggapan yang lebih cepat, dilakukan dengan cara memberikan bobot lebih

pada data-data periode yang terbaru dari pada periode yang terdahulu.

Menurut Teguh Baroto, 2002 rumusnya sebagai berikut :

m t m

t c f c f

f c t

f1 12 12 ^

) (

Keterangan : f t = ramalan permintaan (real) untuk periode t ^

(65)

1

c = bobot masing-masing data yang digunakan ( ),

ditentukan secara subjektif

c1

m = jumlah periode yang digunakan untuk peramalan

(subjektif)

3. Metode Exponential Smoothing

Adalah salah satu jenis metode peramalan Time Series yang didasarkan pada asumsi bahwa angka rata-rata baru dapat diperoleh dari angka rata-rata lama

dan data demand yang terbaru.

Ada beberapa metode yang dikelompokkan dalam metode exponential

smoothing, yaitu :

a. Single (Simple) Exponential Smoothing b. Double Exponential Smoothing

c. Exponential Smoothing With Linear Trend

d. Double Exponential Smoothing With Linear Trend

a. Single (Simple) Exponential Smoothing

Menurut Teguh Baroto, 2002 rumusnya sebagai berikut :

^ 1 ^

) 1

( 

t t

t f f

f  

Keterangan : = perkiraan pada periode t ^

t

f

 = suatu nilai (0 <  < 1) yang ditentukan secara subjektif

= permintaan aktual pada periode t ^

f

= perkiraan permintaan pada periode t-1 ^

1 

t

(66)

b. Exponential Smoothing With Linier Trend

Merupakan sekelompok metode yang menunjukkan pembobotan menurun

secara exponential terhadap nilai observasi yang lebih tua disebut sebagai prosedur pemulusan (smoothing) exponential. Seperti halnya dengan rata - rata bergerak, metode pemulusan (smoothing) exponential terdiri atas tunggal, ganda dan metode yang lebih rumit semuanya mempunyai sifat

yang sama, yaitu nilai yang lebih baru diberi bobot yang relatif lebih besar

dibanding nilai observasi lebih lama Bentuk persamaan yang digunakan

dalam menghitung ramalan dengan pemulusan exponential. FT + 1 =  Xt + ( 1 -  ) Ft

Metode ini banyak mengurangi masalah penyimpanan data, karena tidak

perlu lagi menyimpanan semua data historis atau sebagian dari padanya.

Cara lain untuk menuliskan peramalan diatas adalah dengan susunan

sebagai berikut :

Ft+ m = Ft +  (et)

Dimana (et) adalah kesalahan ramalan (nilai sebenarnya dikurangi

ramalan). (Makridakis, 1995).

c. Metode Double Exponential Smoothing

Menurut Teguh Baroto, 2002 rumusnya sebagai berikut :

F’t = a 0 + a 1 t + et

Dimana a0, a1, adalah parameter proses dan e mempunyai nilai harapan

dari 0. Misalnya  = 1-  , sehingga :

Ft =

   1

0

0

t

i

t i t i

f

f

(67)

Double exponential smoothing adalah modifikasi dari exponential smoothing, yang dirumuskan sebagai berikut :

Xt[2] =  Xt + X[2]t-1

Keterangan : Xt[2] = F’t = peramalan double exponential smoothing

 = faktor smoothing dan  =1- 

Xt = Ft

d. Metode Double Exponential Smooting With Linier Trend

Peramalan dengan menggunakan metode exponential smoothing yang

linier dapat dilakukan dengan perhitungan yang hanya membutuhkan 3

(tiga) buah nilai data dan 1 (satu) nilai  pendekatan ini juga memberikan

timbangan (bobot) yang menurun untuk data atau observasi yang lebih

lam

Gambar

Gambar 2.4 Himpunan Fuzzy: PANAS.
Gambar 2.12 Himpunan Fuzzy dengan Kurva-S : PERTUMBUHAN.
Gambar 2.14 Karakteristik fungsi Kurva-S. (Sumber : Sri Kusumadewi, 2003 : 165 - 167)
Gambar 2.18 Himpunan  Fuzzy: PAROBAYA dengan kurva phi.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian dapat dihasilkan temuan yang merupakan hasil dari penelitian sebagai berikut : pertama, Implementasi Sistem Syirkah dalam Pendistribusian Hasil Usaha Dana

1) Penerimaan piutang mengirimkan daftar piutang yang sudah saatnya ditagih kepada bagian penagihan. 2) Bagian penagihan mengirimkan penagih untuk melakukan

Saya mengesahkan bahawa satu Jawatankuasa Peperiksaan Tesis telah berjumpa pada 5 September 2013 untuk menjalankan peperiksaan akhir bagi Nor Suhaili Binti Saharudin bagi menilai

Berdasarkan hasil pengujian pita suara buatan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa rentang nilai frekuensi dasar yang dihasilkan dari model biomekanik pria bernilai 151.2 Hz –

Awalnya sinyal pada siaran radio ditransmisikan melalui gelombang data yang kontinyu baik melalui modulasi amplitudo (AM), maupun modulasi frekuensi (FM).. Metode pengiriman

Model mangsa-pemangsa dengan fungsi respon tipe Holling III dan pemanenan pada kedua populasi tersebut menunjukkan bahwa diperoleh titik interior �� ∗ ∗ , ∗ yang

1. Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya disebut KEK adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan

usahakan agar tidak satupun permataan dalam angket yang