• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STIMULASI TERSTRUKTUR TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUMAH BINTANG ISLAMIC PRESCHOOL ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STIMULASI TERSTRUKTUR TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUMAH BINTANG ISLAMIC PRESCHOOL ABSTRACT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH STIMULASI TERSTRUKTUR TERHADAP

PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI RUMAH BINTANG ISLAMIC PRESCHOOL

Nunung Nurjanah1), Nadirawati2)

1Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi

ABSTRACT

Number of developmental delay in preschool children reached 5-10%. Developmental delay could be intervere with developmental stimulation in four area, which are gross motor, fine motor, language and speech, and also independece and socialization. The purpose of this researchis is to apply the structurised stimulation to increase the developmental in pre school children. This was a quasi eksperimental pilot research. Sample to this research were pre school children (3-5 years). Number of samples were 32 pre school children by using purposive sampling technique. Data collecting was done by developmental examination, by using Developmental Questionair Pre Screening which is develop by Indonesian government health ministry.Data analysis used paired t test to compare the children developmental, before and after intervention. Statistical test result showed p value 0,000, so it can be concluded there was the influence of structurised stimulation to pre school children developmental. Suggestion for the pediatric nurse are to make the collaboration with the pre school institution to detect and stimulate the pre school children developmental.

(2)

2 A. Pendahuluan

Pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya endokrin, genetika, konstitusional, lingkungan, dan nutrisi (Hockenberry & Wilson, 2009).Selain faktor tersebut, perkembangan juga memerlukan stimulasi, sehingga dapat berjalan secara optimal.Stimulasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan perkembangan (Hockenberry & Wilson, 2009).Stimulasi dapat dilakukan oleh keluarga dan kelompok masyarakat di sekitar lingkungan anak (Henningham & Boo, 2010). Stimulasi dilakukan kepada anak sesuai dengan usia anak.

Stimulasi perkembangan dapat dilakukan dalam 4 aspek perkembangan yaitu stimulasi pada area motorik halus, motorik kasar, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.Stimulasi dapat dilakukan pada semua anak dalam semua periode.Stimulasi dapat diberikan pada anak yang mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan kemampuan anak agar dapat mencapai tingkat perkembangan sesuai usianya.Stimulasi juga dapat diberikan pada anak normal yang sesuai tingkat perkembangan dengan usianya, hal ini agar pertumbuhan dan perkembangan anak tetap berjalan secara optimal.

Anak yang kurang mendapat stimulasi dapat mengalami keterlambatan tumbuh kembang, sehingga dapat menjadi gangguan yang menetap (Kemenkes, 2010). Anak usia pra sekolah sebagian besar mengalami keterlambatan terutama pada aspek bahasa dan bicara, sosialisasi dan kemandirian, serta motorik halus dan motorik kasar. Angka kejadian keterlambatan perkembangan pada anak usia pra sekolah berkisar 5 sampai 10 % (Soebadi, 2012). Pada anak usia 5 tahun, keterlambatan perkembangan terutama bicara dan bahasa dialami sekitar 19% anak (Dewi, 2012). Stimulasi perkembangan sangat tepatdilakukan pada anak, salah satunya anak pra sekolah. Anak pra sekolah adalah anak yang berada pada rentang usia 3 sampai 5 tahun (Hockenberry & Wilson, 2009). Pada periode usia pra sekolah, anak berada dalam periode kritis, karena merupakan periode anak mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan dan belajar untuk mandiri. Selain itu periode ini, merupakan periode persiapan memasuki pendidikan formal yaitu sekolah dasar, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak, harus senantiasa dipantau agar berjalan dengan optimal. Orang tua yang memiliki anak usia pra sekolah, mulai mengenalkan anak pada dunia pendidikan diluar rumah, dengan memasukkan anaknya di taman kanak-kanak.

Berdasarkan hasil wawancara, di wilayah Kelurahan Sekejati terdapat 4 taman kanak-kanak, dari ke empat taman kanak-kanak tersebut, satu diantaranya merupakan taman kanak-kanak yang

(3)

3 sudah berdiri sekitar 5 tahun dan memiliki jumlah anak terbanyak. Taman kanak-kanak tersebut bernama Rumah Bintang Islamic Pre School. Di Rumah Bintang ini, belum pernah dilakukan pemeriksaan perkembangan pada anak secara rutin dan belum pernah dilakukan kegiatan stimulasi perkembangan secara terstruktur. Berdasarkan pemeriksaan perkembangan yang dilakukan pada 10 anak, diketahui 5 anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan. Oleh karenaitu perlu kiranya dilakukan stimulasi secara terstruktur, agar perkembangan anak berjalan dengan optimal sesuai dengan usia perkembangannya.

B. Metode Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen “Pre Test Post Test One Group

Design” (before and after) yaitu penelitian yang dilakukan terhadap satu kelompok sebanyak dua

kali, yaitu sebelum eksperimen (01) dan sesudah eksperimen (02) yang lazim disebut pre test dan

post test (Arikunto, 2006).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan purposive

sampling yang merupakan salah satu teknik non-probability atau non randomsampling, yaitu suatu

teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Hastono, 2007). Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive

sampling.Penelitian ini dengan derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji (power) 90%, maka besar

sampel 32 responden.Besar sampel didapatkan dari rumus pengambilan sampel dengan variable berpasangan (Sabri & Hastono, 2008).

Pengumpulan data dilakukan di Rumah Bintang Islamic Pre School mulai juni sampai dengan agustus 2014.Pengumpulan data dilakukan dengan cara tim peneliti melakukan pemeriksaan perkembangan pada anak usia pra sekolah dengan menggunakan instrumen KPSP, lalu peneliti memberikan stimulasi perkembangan pada anak setiap hari selama 30 menit, dalam waktu 2 minggu. Setelah diberikan stimulasi secara terstruktur, peneliti melakukan pemeriksaan perkembangan kembali kepada anak dengan menggunakan instrumen yang sama yaitu KPSP.

Dalam satu hari dapat dilakukan pemeriksaan kepada 4 anak oleh seorang peneliti.Sedangkan untuk stimulasi dapat dilakukan secara berkelompok, sehingga setiap hari peneliti dalam hal ini Ketua dan Anggota Peneliti memberikan stimulasi setiap hari dengan membagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Masing-masing tim peneliti memberikan stimulasi kepada 16 anak,

(4)

4 lalu 16 anak ini dibagi menjadi 4 kelompok kecil, masing-masing kelompok terdiri dari 4 anak, dan setiap kelompok diberikan stimulasi secara bergiliran.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah stimulasi terstruktur dan variabel dependen adalah perkembangan anak usia pra sekolah dengan hasil ukur perkembangan anak berdasarkan KPSP dengan skor 0-10.

Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat untuk mengetahui perbedaan perkembangan anak sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan menggunakan uji beda dua

mean dependen. Pada hasil uji normalitas data yang menunjukkan data berdistribusi normal maka

analisis bivariat yang digunakan adalah uji parametrik dengan jenis uji beda dua mean dependen (paired t test).

C. Hasil dan Pembahasan

Tabel 1

Distribusi Rata Rata Nilai Perkembangan Anak di Rumah Bintang Islamic Pre School Bulan Juni Tahun 2014 (n=32)

Hasil analisis pada tabel diatas didapatkan rata-rata nilai perkembangan berdasarkan pemeriksaan KPSP pada anak di Rumah Bintang Islamic Pre School adalah 7.46, dengan standar deviasi 1.106. Nilai terkecil adalah 5 dan nilai terbesar adalah 9. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata nilai perkembangan anak berdasarkan pemeriksaan KPSP diantara 7.06 – 7.86.

Tabel 2

Distribusi Rata Rata Nilai Perkembangan Anak di Rumah Bintang Islamic Pre School Bulan Juni Tahun 2014 (n=32)

Hasil analisis pada tabel diatas didapatkan rata-rata penilaian perkembangan anak di Rumah Bintang Islamic Pre School setelah dilakukan stimulasi adalah 9.53, dengan standar deviasi 0.621. Nilai terkecil adalah 8 dan nilai terbesar adalah 10. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata nilai tumbuh kembang anak setelah dilakukan stimulasi diantara 9.30 – 9.75.

Variabel Mean SD Min- Max 95% CI Pre Intervensi 7.46 1.106 5 – 9 7.06 – 7.86

Variabel Mean SD Min- Max 95% CI

(5)

5 Tabel.3

Distribusi Rata Rata nilai Perkembangan Anak Menurut Pengukuran Pertama dan Kedua

Rata – rata

penilaian perkembangan pada pengukuran pertama (sebelum stimulasi ) adalah 7.46 dengan standar deviasi 1,106. Pada pengukuran kedua didapatkan rata rata penilaian perkembangan adalah 9.53 dengan standar deviasi 0,621. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 2,06 dengan standar deviasi 0,71. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0.000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh stimulasi terstruktur terhadap perkembangan anak.

1. Pembahasan

a. Perkembangan Anak Sebelum Dilakukan Stimulasi Terstruktur

Berdasarkan hasil penelitian diiidentifikasi bahwa perkembangan anak di Rumah Bintang Islamic Pre School sebelum diberikan stimulasi terstruktur berada pada rentang nilai 5-9. Penilaian tersebut diperoleh melalui pemeriksaan perkembangan dengan menggunakan instrumen KPSP yaitu Kuesioner Pra Skrining Perkembangan yang dapat mengukur aspek perkembangan meliputi motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kognitif, serta sosialisasi dan kemandirian. Instrumen ini terdiri dari 9-10 item pemeriksaan, dengan interpretasi normal bila mendapat nilai 9-10, meragukan bila mendapat nilai 7-8, dan kemungkinan penyimpangan bila mendapat nilai 6 atau kurang (Kemenkes, 2010).

Pada pemeriksaan perkembangan sebelum dilakukan stimulasi terstruktur diperoleh bahwa 7 dari 32 anak atau sekitar 21,8 % mendapatkan nilai 6, hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut berada pada rentang nilai yang diinterpretasikan kemungkinan ada penyimpangan. Berdasarkan pemeriksaan setiap item perkembangan, kekurangan atau keterlambatan pencapaian perkembangan masing-masing anak tersebut berada pada kemampuan motorik kasar yaitu dalam menjaga keseimbangan dalam hal ini yaitu belum mampu berdiri satu kaki secara seimbang sesuai yang diharapkan pada usia pra sekolah, kemudian anak-anak tersebut juga belum mampu menangkap bola sebesar bola tenis dengan menggunakan tangannya.

Selain itu kekurangan atau keterlambatan lainnya adalah pada ranah motorik halus yaitu belum mampu menggambar bagian tubuh manusia lebih dari 6 bagian. Kemudian kekurangan atau

Variabel Mean SD SE p Value N

Pre Int Post Int 7.46 9.53 1.106 0.621 0.19 0.10 0.000 32

(6)

6 keterlambatan lainnya adalah dalam aspek bahasa yaitu belum mampu menjawab secara benar ketika ditanyakan mengenai asal / bahan untuk membuat sesuatu.

Hasil penilaian perkembangan pada anak lainnya berada pada rentang meragukan dengan jumlah sebanyak 19 dari 32 anak atau sekitar 59,4 %. Aspek meragukan ini hampir sama dengan aspek keterlambatan pada anak dengan nilai kemungkinan penyimpangan yaitu keterlambatan rata-rata diperoleh pada motorik kasar, motorik halus, dan pada aspek bicara dan bahasa yaitu belum mampu mengetahui asal / bahan suatu benda. Namun perbedaan dengan anak yang diduga kemungkinan ada penyimpangan dan dengan anak yang meragukan adalah apabila pada anak yang diduga kemungkinan ada penyimpangan semua aspek tersebut kurang, sedangkan pada kelompok anak yang berada pada rentang meragukan hanya 2-3 aspek yang kurang.

Keterlambatan perkembangan pada anak usia pra sekolah masih dapat dilakukan intevensi melalui stimulasi secara terstruktur untuk meningkatkan pencapaian perkembangan sesuai usia anak (Santrock, 2011). Keterlambatan perkembangan apabila tidak diintervensi akan dapat menurunkan pencapaian pertumbuhan, karena perkembangan dan pertumbuhan saling berkaitan satu sama lain. Apabila anak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, maka kualitas hidup anak akan menurun. Oleh karena itu sangat penting sekali dilakukan stimulasi terutama secara terstruktur pada anak-anak pra sekolah agar dapat dioptimalkan perkembangannya (Soetjiningsih, 2014).

b. Perkembangan Anak Setelah Dilakukan Stimulasi Terstruktur

Setelah diberikan stimulasi secara terstruktur diketahui bahwa rentang nilai perkembangan anak berada pada angka 8-10.Dari 32 anak, hanya 2 anak yang mendapat nilai 8 dengan interpretasi meragukan.Aspek yang menjadikan adanya keterlambatan pada anak ini adalah anak pertama masih menunjukkan kegagalan dalam kemampuan menangkap bola sebesar bola tenis dan tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.Sedangkan anak ke 2 masih belum mampu untuk menjaga keseimbangan dan tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan. Kedua anak ini dalam kehidupan sehari-hari memang memiliki kesulitan dalam berkomunikasi, dan saat ini masih dalam proses pemeriksaan atau terapi secara medis.

Adapun 30 anak lainnya berdasarkan hasil pemeriksaan mendapatkan nilai 9-10 dengan interpretasi normal.Setelah intervensi atau pemberian stimulasi terstruktur anak mengalami perubahan. Kegagalan anak-anak rata-rata adalah dalam menggambar 6 bagian tubuh, hampir

(7)

7 semuanya hanya menggambar sekitar 4-5 bagian tubuh, padahal sudah diberikan stimulasi dengan buku cerita mengenai gambaran tubuh manusia dan dilatih untuk menggambar manusia secara lengkap.

Namun upaya stimulasi yang sudah diberikan selama 2 minggu ini belum semuanya memberikan hasil karena anak-anak ketika menggambar manusia atau orang sudah terbiasa menggambar dengan simbol atau gambar manusia hanya berupa kepala badan tangan dan kaki, sehingga memerlukan waktu lebih lama untuk mengubah suatu kebiasaan. Selain itu mendapatkan informasi dari guru, bahwa gurunya juga saat menggambar manusia hanya terdiri dari 4 bagian tubuh, sehingga gambar ini sudah terekam oleh otak bawah sadar anak. Oleh karena itu sesuatu yang telah menjadi kebiasaan akan lebih sulit untuk diubah dan memerlukan waktu yang lebih lama.

Hal ini sesuai dengan penjelasan menurut Setyono (2008), bahwa kebiasaan akan menetap dalam otak bawah sadar anak, sehingga kebiasaan yang negatif harus diubah dengan diberikan intervensi secara konsisten dan berkelanjutan. Oleh karena itu untuk merubah kebiasaan tidak akan optimal bila hanya diintervensi dalam 2 minggu, sehingga perlu diintervensi lebih lama dan konsisten.

c. Perbedaan Perkembangan Anak Sebelum dan Sesudah Stimulasi Terstruktur

Nilai perkembangan anak sebelum dilakukan intervensi berada pada rentang 5-9 sedangkan setelah intervensi berada pada rentang 8-10. Sedangkan bila dilihat dari nilai rata-rata diidentifikasi pada sebelum intervensi mendapat nilai rata-rata 7,46 dan setelah intervensi berubah menjadi 9,53. Sehingga terdapat selisih sebesar 2,53 poin, perbedaan poin ini sangat bermakna karena menunjukkan ketidakmampuan anak dalam tugas perkembangan tertentu berubah menjadi mampu melakukan sesuai tugas perkembangan.

Anak-anak yang semula belum mampu untuk menjaga keseimbangan dengan berdiri 1 kaki selama 11 detik berubah menjadi mampu menjaga keseimbangan.Begitu pula anak-anak yang semula belum mampu menangkap bola karet sebesar bola tenis, berubah menjadi mampu menangkap bola tenis.Begitu pula dalam aspek bicara dan bahasa, anak-anak yang semula belum memahami asal bahan suatu benda, berubah menjadi mengetahui asal bahan suatu benda.Sedangkan aspek motorik halus dalam kemampuan menggambar lebih dari 6 bagian tubuh manusia, belum semuanya mampu melakukan ini.Dalam menggambar manusia anak-anak sudah terbiasa menggambar 4 bagian tubuh yaitu kepala, tangan, badan, dan kaki.

(8)

8 Perubahan kemampuan anak-anak tersebut diperoleh melalui pemberian stimulasi secara terstruktur yaitu setiap anak diberikan stimulasi selama 30 menit per hari selama 2 minggu.Stimulasi yang diberikan sesuai dengan keterlambatan pada masing-masing anak.

Stimulasi untuk melatih motorik kasar terutama untuk menjaga keseimbangan dengan melatih anak berjalan lurus pada satu garis lurus dan berjalan di atas titian balok panjang, serta belajar berdiri dengan satu kaki secara bergantian antara kaki kanan dan kiri. Kemudian untuk menangkap bola, setiap anak belajar melemaskan tangan dengan membuat bentuk dari play dough dan dilatih untuk menangkap bola mulai menggunakan 2 tangan hingga 1 tangan . Adapun untuk melatih dan meningkatkan kemampuan motorik halus, setiap anak menyusun bangunan atau bentuk tertentu dengan menggunakan lego dan mewarnai dengan menggunakan buku mewarnai dan pensil warna. Sedangkan stimulasi yang diberikan untuk melatih kemampuan bicara dan bahasa adalah dengan memberikan buku cerita, lalu membacakan cerita kepada anak, dan meminta setiap anak untuk membacakan kembali cerita tersebut. Selanjutnya untuk meningkatkan kemampuaan sosialisasi dan kemandirian setiap anak diajak bermain puzzle secara perorangan dan berkelompok.

Pada masa pra sekolah, perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya (Kementrian Kesehatan, 2010). Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian anak juga dibentuk pada masa ini, sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak dideteksi dan tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia di kemudian hari.

Perkembangan adalah perubahan dan perluasan kemampuan atau kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi, dan pembelajaran yang terjadi secara bertahap, memiliki tingkat kompleksitas dari yang lebih rendah menuju yang lebih tinggi (Ball & Bindler, 2007).Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan tubuh dalam gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Hockenberry & Wilson, 2009).Perkembangan dapat berlangsung optimal apabila diberikan stimulasi.

Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal (Hockenberry & Wilson, 2009).Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.Stimulasi tumbuh kembang anak dapat dilakukan oleh orang tua yang merupakan orang terdekat dengan anak, pengganti atau

(9)

9 pengasuh anak, anggota keluarga lain, atau kelompok masyarakat di lingkungan rumah masing-masing dalam kehidupan sehari-hari (Kementrian Kesehatan, 2010).

Stimulasi bukanlah sesuatu yang sulit dan mahal.Stimulasi adalah sesuatu yang mudah dan murah, namun memberikan manfaat yang sangat luar biasa untuk pencapaian perkembangan. Stimulasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu atau permainan yang sederhana, aman, dan ada di sekitar anak. Pada saat dilakukan stimulasi harus memberikankesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan, agar keduanya baik anak laki-laki atau perempuan mampu mencapai tingkat perkembangan yang optimal.

(10)

10 D. Simpulan dan Saran

Simpulan

Sebelum pemberian stimulasi terstruktur didapatkan rata-rata nilai perkembangan berdasarkan pemeriksaan KPSP pada anak di Rumah Bintang Islamic Pre School adalah 7.46, dengan standar deviasi 1.106. Nilai terkecil adalah 5 dan nilai terbesar adalah 9. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata nilai perkembangan anak berdasarkan pemeriksaan KPSP diantara 7.06 – 7.86. Bila berdasarkan interpretasi penilaian KPSP nilai diantara rentang 7 menunjukkan bahwa anak berada dalam tingkat perkembangan yang meragukan, artinya ada beberapa tugas perkembangan yang belum tercapai. Berdasarkan penelitian diketahui rata-rata tugas yang tidak tercapai adalah motorik kasar dalam keseimbangan tubuh, motorik halus dalam kemampuan menggambar orang atau manusia, serta ranah bicara dan bahasa.

Setelah intervensi didapatkan rata-rata penilaian perkembangan anak di Rumah Bintang

Islamic Pre School setelah dilakukan stimulasi adalah 9.53, dengan standar deviasi 0.621. Nilai

terkecil adalah 8 dan nilai terbesar adalah 10. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata nilai tumbuh kembang anak setelah dilakukan stimulasi diantara 9.30 – 9.75. Setelah intervensi menunjukkan adanya kenaikan nilai perkembangan dari 5 menjadi 8 dan dari 9 menjadi 10. Terdapat peningkatan kemampuan anak dalam mencapai tugas perkembangan, namun masih ada 1 tugas perkembangan yang belum tercapai optimal yaitu dalam kemampuan menggambar manusia, karena hal ini sudah menjadi kebiasaan para siswa yang memerlukan waktu lebih lama untuk mengalami perubahan.

Rata – rata penilaian perkembangan pada pengukuran pertama (sebelum stimulasi ) adalah 7.46 dengan standar deviasi 1,106. Pada pengukuran kedua didapatkan rata rata penilaian perkembangan adalah 9.53 dengan standar deviasi 0,621. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 2,06 dengan standar deviasi 0,71. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0.000 maka dapat disimpulkan ada pengaruh stimulasi terstruktur terhadap perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa melalui pemberian stimulasi terstruktur yang diberikan setiap hari selama 2 minggu dengan durasi sekitar 30 menit, terdapat perubahan dalam kemampuan anak mencapai tuga perkembangan.

(11)

11 Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Ball, J.W., & Bindler, R.C. (2003). Pediatric nursing: Caring for children (3rd ed.). New

Jersey: Prentice Hall.

Dahlan, M.S. (2008). Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

___________ (2008). Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang kedokteran dan

kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

___________ (2008). Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Dewi, N. (2012). Angka kejadian gangguan perkembangan. Jakarta: Grow Up Clinique Hastono, S.P. (2007). Analisis data kesehatan. Depok: FKM UI.

Henningham, H.B., & Boo, F.L.(2010). Early childhood stimulations intervention in developing countries: A comprehensive literature review. Journal of IZA, 52(10). Diakses, November 2013.

Hockenberry, M.J., & Wilson, D. (2009).Essential of pediatric nursing. St. Louis: Mosby Year Book.

Kementrian Kesehatan RI. (2006). Pedoman pelaksanaan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini

tumbuh kembang anak di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Polit, D.F., & Hungler, B.P. (2005).Nursing research: Principles and methods. Philadelphia: Lippincott.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2006).Clinical nursing skills and techniques (3rded.). St. Louis: Mosby

Company.

Notoatmodjo, S.(2007). Pengantar pendidikan dan perilaku kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset. Sabri, L., & Hastono, S.P. (2008).Statistik kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Santrock, J.W. (2011). Masa perkembangan anak volume 1.Jakarta: EGC Santrock, J.W. (2011). Masa perkembangan anak volume 2. Jakarta: EGC

Soebadi, A. (2012). Keterlambatan perkembangan. Jakarta: Departemen IKA FKUI RSCM Soetjiningsih.,& Ranuh, IGN. (2014). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC

Timby, B.K. (2009). Fundamental nursing skills and concepts. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

(12)

12 Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winklestein, M., & Schwartz.(2009). Buku ajar

keperawatan pediatrik volume 1. Jakarta: EGC

Wong, D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winklestein, M., & Schwartz.(2009). Buku ajar

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Sektor limbah menyumbang sekitar 11% emisi gas rumah kaca (GRK) yang merupakan sumber emisi GRK keempat terbesar di Indonesia. Indonesia telah berjanji untuk menurunkan

ditujukan untuk anak yatim dan kurang mampu di lingkungan Integrated Community Development (ICD). d) Pelatihan Bagi Guru ; merupakan program peningkatan kualitas skill

PERANCANGAN DAN ANALISIS KINERJA ANTRIAN M/M/1/N PADA WIRELESS LAN MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET..

Seperti yang dikemukakan olen Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status

Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Salmonella typhi , Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli oleh Ekstrak Etanol kulit buah manggis

Mengetahui dan mengenal secara langsung proses belajar mengajar di sekolah latihan, mengetahui bagaimana seorang guru mempersiapkan perencanaan pembalajaran dan

PBR dapat dengan cepat dan mudah untuk mendeteksi apabila terjadi keragaman yang diluar batas toleransi pada proses produksi mereka, untuk itu perlu dirancang suatu aplikasi

Prasad et al (2008) membuktikan pula bahwa pada infeksi awal (masa prepaten), antibodi serum domba yang diinfeksi dengan dosis 10000 telur infektif dapat mengenal