PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN GREY
DENGAN ANALISIS ABC PADA FIRMA ASATEX
SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Sebutan Ahli Madya di Bidang Manajemen Industri
Oleh :
Setyas Inggil Haristina F.3507105
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
BAB I
PENDAHULUANI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi dunia usaha sekarang yang semakin penuh dengan
persaingan menuntut pihak manajer untuk selalu mengarahkan
jalannya perusahaan ke arah tujuan yang telah ditujukan. Fungsi
manajemen dituntut untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang
timbul melalui pengambilan keputusan yang tepat, cepat dan terarah,
sehingga perusahaan dapat menjaga kondisi kelangsungan hidupnya.
Pelaksanaan fungsi pengambilan keputusan dalam perusahaan
menuntut manajemen yang rasional sehingga tidak mungkin hanya
berdasarkan pada hal-hal yang bersifat emosional belaka. Untuk
mendukung sebuah keputusan tidak cukup dengan sektor keberanian
saja. Keputusan yang diambil harus sistematis dan rasional agar
menghasilkan informasi guna mendukung pelaksanaan keputusan
yang diambil.
Persediaan bahan baku ataupun penyediaan bahan baku
merupakan salah satu aset yang mahal di perusahaan, karena
rata-rata porsi dana terbesar yang ditanamkan umumnya merupakan aset
dan persediaan. Masalah penentuan besanya alokasi modal dalam
persediaan barang mengakibatkan dampak yang nyata terhadap
keuntungan perusahaan. Kesalahan dalam menetapkan besarnya
Apabila persediaan bahan baku diselenggarakan dalam jumlah
yang terlalu besar (over stock) dapat mengakibatkan munculnya
kerugian pada alokasi modal yang kurang bermanfaat. Persediaan
bahan baku yang terlalu kecil (out of stock) dapat menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan perusahaan untuk melakukan proses
produksi yang optimal.
Fa. Asatex merupakan salah satu perusahaan Tekstil dimana saat
ini perusahaan berusaha melakukan pengendalian persediaan bahan
baku yaitu berupa benang agar dapat menentukan pembelian dan
penggunaan bahan baku yang tepat. Sehingga biaya persediaan
bahan baku lebih efisien di masa yang akan datang.
Menurut Render dan Heizer (2005 : 62) Analisis ABC membagi
persediaan menjadi tiga kelompok berdasarkan volume tahunan
dalam jumlah uang dengan klasifikasi sebagai berikut :
1. Barang kelas A adalah barang-barang dengan volume penggunaan
uang tahunan tinggi mungkin hanya mewakili sekitar 15% dari total
persediaan barang dan mempresentasikan 70% hngga 80% dari
total pemakaian uang.
2. Barang kelas B adalah untuk barang-barang persedian yang
memiliki volume penggunaan uang tahunan menengah yang
mempresentasikan sekitar 30% barang persediaan dan 15%
hingga 25% dari nilai total pemakaian uang.
3. Barang kelas C adalah barang-barang yang memiiki volume dolar
dari volume dolar tahunan tetapi sekitar 55% dari total barang
persediaan.
Dalam pengamatan yang dilakukan penulis selama ini perusahan
belum menerapkan Analisis ABC untuk kebijakan pengadaan
persediaan karena perusahaan masih memberikan perlakuan yang
sama pada seluruh persediaan bahan baku, sehingga penulis ingin
mengadakan analisis data bahan baku pada perusahaan jika
menerapkan Analisis ABC.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menguraikan
permasalahan tersebut ke dalam penulisan tugas akhir dengan judul
“PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KAIN GREY
DENGAN ANALISIS ABC PADA FIRMA ASATEX”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan
pembahasan masalah maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengelompokkan persediaan bahan baku pada Fa.
Asatex dengan Analisis ABC?
2. Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku pada Fa. Asatex
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan yang
didapatkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengelompokkan persediaan bahan baku pada Fa.
Asatex dengan Analisis ABC
2. Mengetahui pengendalian persediaan bahan baku pada Fa. Asatex
berdasarkan Analisis ABC.
D. Manfaat Penelitian
Dari penulisan Tugas Akhir ini memiliki beberapa manfaat dari
beberapa pihak, antara lain :
1. Bagi penulis
a. Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam
mengaplikasikan teori-teori tentang manajemen persediaan
yang telah didapatkan dalam perkuliahan dan diterapkan di
dunia kerja yang sesungguhnya dalam perusahaan.
b. Untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat untuk
mencapai derajat Ahli Madya Manajemen Industri Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi perusahaan
a. Diharapkan dalam hasil penelitian yang ini dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan yang berupa masukan tentang jumlah
b. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan manajemen
persediaan Fa. Asatex.
3. Bagi peneliti selanjutnya
a. Sebagai salah satu referensi keilmuan bagi kepentingan
penulisan dan penelitian yang lain dalam masalah yang sama
atau yang terkait dengan manajemen persediaan dimasa yang
akan datang.
b. Memberikan tambahan informasi khususnya mengenai
pengendalian bahan baku dengan menggunakan Analisis ABC.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan kerangka pemikiran
Gambar I.1 Kerangka Pemikiran
Penjelasan Kerangka Pemikiran :
Dari gambar diatas dapat dijelaskanbahwa semua bahan baku
dieveluasi terlebih dahulu dalam data kebutuan bahan baku yang
meliputi jumlah permintaan dan harga per unit. Setelah itu,dikalikan
masing-masing untuk menentukan Volume Total Penggunaan dalam
Rupiah dan menentukan persentase dalam nilai Rupiah. Kemudian Bahan Baku Kain Grey berupa Benang
Evaluasi Data Kebutuhan Bahan Baku
Persentase dalam nilai Rupiah Menentukan Volume Total
Penggunaan dalam Rupiah
Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Klasifikasi Persediaan
keduanya digunakan untuk Analisis ABC. Hasilnya item-tem
persediaan diklasifikasikan kedalam tiga kelas berdasarkan besarnya
Volume Total Penggunaan dalam Rupiah sehingga dapat diketahui
pengelompokkan persediaan bahan baku dan kebijakan pengendalian
persediaaan bahan baku optimal.
F. Metode Penelitian
1. Desain Penelitiaan
Penelitian ini merupakan desain kasus karena dilakukan untuk
menjawab pertanyaan “ Bagaimana “ yang menjadi permasalahan
utama peneliti dengan keharusan membuat metode deskriptif
yang digunakan untuk menjawab atau menganalisis masalah
tersebut.
Dalam penelitian ini kasus yang diteliti mengenai persediaan
bahan baku pembuatan kain Grey selama tahun 2009.
2. Objek Penelitian
Penelitian dilakukan di Fa. Asatex yang merupakan sebuah
industri textil. Lokasi perusahaan di Jalan Samratulangi no. 20,
Gremet, Manahan, Surakarta.
3. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
1) Data Kualitatif
Yaitu data yang tidak berupa angka, meliputi : Sejarah
data tenaga kerja perusahaan, dan data jenis kebutuhan
bahan baku untuk pembuatan kain Grey.
2) Data Kuantitatif
Yaitu data yang berupa angka, meliputi : Harga bahan baku
dan volume penggunaan bahan baku selama tahun 2009.
b. Sumber Data
1) Data primer
Adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung
pada Fa. Asatex dengan melakukan wawancara dengan
maksud agar diperoleh gambaran yang akurat tentang
persediaan bahan baku. Diantaranya adalah data tentang
persediaan bahan baku kain Grey Firma Asatex.
2) Data Sekunder
Adalah data yang diperoleh hasil laporan maupun
catatan-catatan dokumen yang dimiliki perusahaan yang mencakup
Sejarah berdirinya, struktur organisasi,gambaran umum
perusahaan, data tenaga kerja perusahaan, dan data
kebutuhan bahan baku untuk pembuatan kain Grey.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam membantu menyelesaikan penelitian ini, penulis
menggunakan teknik pengumpulan data. Adapun
teknik-teknik pengumpulan data tersebut antara lain :
Yaitu mengadakan pengamatan langsung di lapangan untuk
memperoleh data tentang manajemen persediaan yang
sebenarnya
b. Interview atau wawancara
Yaitu mengadakan wawancara secara langsung dengan
narasumber, antara lain dengan kepala bagian atau karyawan
bagian produksi untuk mengetahui proses produksi, manajemen
persediaan dan lain-lain.
c. Studi pustaka
Yaitu penulis mencari informasi yang dibutuhkan dari buku-buku
yang berkaitan dengan persediaan bahan baku.
d. Pemeriksaan dokumen
Yaitu dengan memeriksa arsip-arsip dan dokumen-dokumen
perusahaan yang berhubungan dengan proses produksi,
persediaan bahan baku, mesin yang dipakai dalam proses
produksi dan struktur organisasi perusahaan..
5. Metode Pembahasan
a. Metode Deskriptif
Adalah analisis data dengan cara menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Analisis ini
digunakan untuk mendeskripsikan kondisi perusahaan dengan
melihat data yang telah terkumpul ataupun melalui wawancara
manajemen persediaan yang diterapkan oleh perusahaan
selama ini.
b. Optimasi Keputusan
Menurut Gaspers (2004 : 274) terdapat sejumlah prosedur untuk
pengelompokan material-material inventori kedalam kelas A, B
dan C, antara lain :
1) Tentukan volume penggunaan per periode waktu (per tahun)
dari material-material inventori yang ingin diklasifikasikan.
2) Gandakan (kalikan)volume penggunaan per periode waktu
(per tahun) dari setiap material inventori dengan biaya per
unitnya untuk memperoleh nilai total penggunaan biayautuk
setiap material inventori itu.
3) Jumlahkan nilai totalpenggunan biaya dari semua material
inventori itu untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya
keseluruhan.
4) Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material
inventori itu dengan nilai total pengguanaan biaya
keseluruhan dari setiap material inventori itu.
5) Daftarkan material-material inventori itu kedalam rank
persentase nilai total penggunaan biaya dengan urutan
menurun dari terbesar sampai terkecil.
6) Klasifikasikan material-material inventori itu dengan kriteria
20% ke dalam kelas A, 30% dari ke dalam kelas B,50% dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persediaan
1. Pengertian Persediaan
Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008 : 114) Persediaan
adalah sumber daya menganggur (idle resourses) yang menunggu
proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut
tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur,
kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan
konsumsi pada sistem rumah tangga.
Menurut Ristono (2009 : 1) Persediaan dapat diartikan sebagai
barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada
masa atau periode yang akan datang.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau diproses
lebih lanjut.
2. Fungsi Persediaan
Menurut Render dan Heizer (2005 : 60) Persediaan dapat
melayani beberapa fumgsi yang akan menambah fleksibilitas
operasi perusahaan. Empat fungsi persediaan adalah:
a. Untuk men-“decouple” atau memisahkan beragam bagian
proses produksi. Sebagai contoh. Jika pasokan sebuah
tambahan untuk men-“decouple” proses produksi dari para
pemasok.
b. Untuk men- “decouple“ perusahaan dari fluktuasi permintaan
dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan
memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan umumnya
terjadi pada pedagang eceran.
c. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.
3. Jenis Persediaan
Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008 : 113) Menurut
jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas:
a. Bahan baku (raw material) adalah barang-barang yang dibeli
dari pemasok (supplier) yang akan digunakan atau diolah
menjadi produk jadi yang akandihasilkan oleh perusahaan.
b. Bahan setengah jadi (work in proses) adalah bahan baku yang
sudah diolah dan dirakit menjadi komponen namun masih
membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk
jadi.
c. Bahan jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah
selesai diproses, siap untuk disimpan digudang barang jadi,
dijual atau didistribusikan ke lokasi-lokasi pemasaran.
d. Bahan-bahan pembantu adalah barang-barang yang dibutuhkan
untuk menunjang proses produksi, namun tidak akan menjadi
Menurut Ristono (2009 : 7) jenis persediaan berdasarkan proses
manufaktur, maka persediaan dibagi dalam tiga kategori,yakni:
a. Persediaan bahan bakudan penolong.
b. Persediaan bahan setengah jadi.
c. Persediaan bahan jadi.
Sedangkan jenis persediaan berdasarkan tujuannya, terdiri dari:
a. Persediaan pengaman (Safety Stock)
Persediaan pengaman atau sering pula disebut sebagai
safety stock adalah persediaan yang dilakukan untuk
mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan
penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu
mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan
persediaan (stockout).
b. Persediaan Antisipasi
Persediaan Antisipasi disebut sebagai stabilization stock
merupakan persediaan persediaan yang dilakukan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat
diperkirakan sebelumnya.
c. Persediaan dalam pengiriman (transit stock) disebut work in
process stock adalah persediaan yang masih dalam
pengiriman, yaitu:
1) Eksternal Transit Stock adalah persediaan yang masih
2) Internal Transit Stock adalah persediaan yang masih
menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum
dipindahkan.
4. Tujuan Persediaan
Menurut Yamit (1998 : 216) Tujuan diadakannya persedian yaitu:
a. Untuk memberikan layanan yang terbaik pada pelanggan.
b. Untuk memperlancar proses produksi.
c. Mengantisipasi kemungkinanterjadinya kekurangan persediaan
(stockout).
d. Untuk menghadapi fluktuasi harga.
5. Biaya Persediaan
Menurut Nasution (2003 : 105) Biaya persediaan adalah semua
pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya
persediaan. Biaya persediaan terdiri dari:
a. Biaya Pembelian
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada
jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya
pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang
dibeli tergantung pada ukuran pembelian.
b. Biaya Pengadaan
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal – usul
barang yaitu:
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul
untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi
biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan
pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, baiya
penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan
untuk setiap kali pesan.
2) Biaya Pembuatan (setup cost)
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul
dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini
timbul di dalam pabrik yang meliputi biaya menyusun
peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan
gambar kerja dan seterusnya.
c. Biaya Penyimpanan (holding cost)
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul
akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi :
1) Biaya Memiliki Persediaan (biaya modal)
Penumpukan barang digudang berarti penumpukan
modal,dimana modal perusahaan mempunyai ongkos yang
dapat diukur dengan suku bunga bank.
2) Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan
sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan
sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang
sendiri maka biaya gudang merupakan biya depresiasi.
3) Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan
penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya
berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan
diukur dari pengalaman sesuai dengan persentasenya.
4) Biaya Kadaluarsa
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai
karena perubahan teknologi dan model seperti
barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa diukur dengan besarnya
penurunan nilai jual dari barang tersebut.
5) Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga hal-hal
yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi
tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian
dengan perusahaan asuransi.
6. Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasi persediaan
barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan
barang, maupun penyimpanannya dan biaya untuk
memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat
penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan
d. Biaya Kekurangan Persediaan (shortage cost)
1. Biaya Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi
Batasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak
dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat
terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai
biaya penalty atau hukuman kerugiian bagi peruahaan
dengan satuan misalnya : Rp/unit.
2. Biaya Waktu pemenuhan
Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang
diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan mialnya :
Rp/satuan waktu.
3. Biaya pengadaan darurat
Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan
pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang
lebih besar dari pengadaan normal. Biaya ini diukur dengan
satuan misalnya : Rp/setiap kali kekurangan
B. Pengendalian Persediaan
1. Pengertian Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan merupakan tindakan yang sangat penting
dalam menghitung berapa jumlah optimal tingkat persediaan yang
diharuskan, serta kapan saatnya mulai mengadakanpemesanaan
2. Tujuan Pengendalian Persediaan
Menurut Ristono (2009 : 4) tujuan Pengendalian Persediaan adalah
sebagai berikut :
a. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen
gdengan cepat (memuaskan konsumen).
b. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar
perusahan tidak mengalami kehabisan persediaan yang
mengakibatkan terhentinya proses produksi.
c. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan
penjualan dan laba perusahaan.
d. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari
karena dapat mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
e. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak
besar-besaran, karena akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
C. Bahan Baku
1. Pengertian Bahan Baku
Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008: 113) Bahan Baku
adalah barang – barang yang dibeli dari pemasok (supplier) dan
akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan
Ada dua macam kelompok bahan baku, yaitu:
(Ristono,2009 : 5)
a. Bahan baku langsung (direct material), yaitu bahan yang
membentuk dan merupakan bagiandari barang jadi yang
biayanya dengan mudah bias ditelusuridaribiaya barang jadi
tersebut. Jumlah bahan baku langsung bersifat variable, artinya
sangat tergantung atau dipengaruhi oleh besar produksi atau
perubahan output.
b. Bahan baku tak langsung (indirect material), yaitu bahan baku
yang dipakai dalam proses produksi tetapi sulit menelusuri
biayanya pada setiap barang jadi.
2. Arti Penting Bahan Baku
Menurut Nasution dan Prasetyawan (2008 : 118) Pengembangan
masalah dalam persediaan bahan baku adalah persediaan bahan
baku berupa komponen tertentu yang diproduksi secara missal dan
dipakai sendiri sebagai sub komponen suatu produk jadi oleh suatu
perusahaan. Dalam hal ini komponen harus dibuat lebih dahulu
dengan kecepatan produksi yang tetap, kemudian digunakan
kedalam proses lebih lanjut.
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persediaan Bahan Baku
Besar kecilnya persediaan bahan baku dipengaruhi oleh faktor –
faktor sebagai berikut :
a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yatu yang dimaksudkan
untuk menjaga kelangsungan (kontinuitas) proses produksi.
Semakin banyak jumlah bahan baku yang dibutuhka, maka
akan semakin besar tingkat persediaan bahan baku. Volume
produksi yang direncanakan ditentukan oleh penjualan
terdahulu dan ramalan penjualan.
b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat
persediaan bahan baku yang tinggi dan sebaliknya.
c. Sifat bahan baku atau penolong, apakah cepat rusak (durable
good) atau tahan lama (undurable good). Barang yang tidak
tahan lama, oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan
tergolong barang yang tidak tahan lama maka tidak perlu
disimpan dalam jumlah yang banyak.
4. Model Analisis ABC
Menurut Render dan Heizer (2005 : 62) Analisis ABC membagi
persediaan menjadi tiga kelompok berdasarkan volume tahunan
dalam jumlah uang. Analisis ABC yang merupakan penerpan
persediaan dari prinsip Pareto. Prinsip Pareto menyatakan ada
beberapa yang penting dan banyak yang sepele. Untuk
menentukan volume dolar tahunan analisis ABC, permintaan
tahunan dari setiap barang persediaan dihitung dan dikalikan
dengan harga per unit. Barang kelas anggaran adalah barang –
barang dengan volume dolar tahunan tinggi. Walaupun barang
persediaan barang, mereka mempresentasikan 70% hingga 80%
dari total pemakaian dolar. Kelas B adalah untuk barang – barang
persedian yang memiliki volume dolar tahunan menengah. Barang
ini mempresentasikan sekitar 30% barang persediaan dan 15%
hingga 25% dari nilai total. Barang – barang yang memiiki volume
dolar tahunan yang rendah adalah kelas C,yang mungkin hanya
mempresentasikan 5% dari volume dolar tahunan tetapi sekitar
55% dari total barang persediaan.
Kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC mencakup hal
– hal sebagai berikut :
a. Pembelian sumber daya yang dibelanjakan pada
pengembangan pemasok harus jauh lebih tinggi untuk barang A
dibandingkan barang C.
b. Barang A tidak seperti barang B dan C, perlu memiliki
pengendalian persediaan fisik yang lebih ketat, mungkin mereka
dapat diletakkan pada tempat yang lebih aman, dan mungkin
akurasi catatan pesediaan untuk barang A lebih sering
diverifikasi.
c. Prediksi barang A perlu lebih dijamin keabsahannya dibanding
Secara grafis persediaan di perusahaan akan terlihat
sebagaimana pada contoh penggunaan analisis ABC tunjukkan
dalam penggambaran grafik dari analisis ABC berikut ini :
Persentase Nilai Total Penggunaan Uang
A B C
Gambar 2.1 Grafik Pengelompokkan Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Analisis Klasifikasi ABC
70%
20%
5%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%
BAB III
PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Perusahaan tekstil Fa. Asatex yang berkedudukan di Jalan
Sam Ratulangi no. 20, Gremet, Manahan, Surakarta didirikan
berdasarkan Akta Notaris Raden Soegondo Notodisurjo, SH.,
Notaris di Surakarta, dengan nomor 20, tertanggal 12 Maret 1966.
Perusahaan tekstil Fa. Asatex mendapatkan Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP) dari Direktorat Jendral Pajak, Kantor Pelayanan Pajak
Surakarta dengan nomor: 01.139.790.8-526.000, serta tanggal
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP): 01 Februari 1985.
Sesuai dengan akta pendirian perusahaan susunan
pengurus perusahaan tekstil Fa. Asatex adalah sebagai berikut:
1. Persero Bp. Abubakar Ali Sungkar sebagai direktur.
2. Persero Bp. Faisal Ali Sungkar sebagai persero aktif.
3. Persero Bp. Taufiq Ali Sungkar sebagai persero aktif.
Perusahaan tekstil Fa. Asatex Surakarta adalah perusahaan
industri yang terdiri dari empat departemen yaitu:
1. Departemen Weaving.
3. Departemen Printing.
4. Departemen Garmen.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Fa. Asatex Surakarta merupakan perusahaan tekstil yang
berbadan hukum Firma (Perusahaan Perseorangan). Fa. Asatex
Surakarta menerapkan sistem organisasi yang disebut organisasi garis,
sehingga hubungan antara atasan dengan bawahan dapat diketahui
dengan jelas. Struktur organisasi merupakan garis untuk
mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab dari atasan dengan
bawahan sehingga dengan adanya garis wewenang dan tanggung
jawab yang jelas diharapkan dapat dilakukan koordinasi yang baik dan
dapat dihindarinya tindakan-tindakan yang dapat menimbulkan
kesalahpahaman.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi perusahaan tekstil Fa.
Deskripsi wewenang, tugas dan tanggung jawab dari
masing-masing bagian seperti yang digambarkan dalam Struktur Organisasi
Perusahaan Tekstil Fa. Asatex Surakarta adalah sebagai berikut:
1. SEKUTU FIRMA
Adalah pemilik perusahaan tekstil Fa. Asatex Surakarta, sebagai
penyedia dan penyelenggara perusahaan, mempunyai kedudukan
tertinggi dalam struktur organisasi perusahaan.
Mempunyai wewenang antara lain sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan dan arah perusahaan.
b. Menetapkan dan merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan
perusahaan yang harus dicapai.
c. Mengatur, membimbing, mengawasi dan melakukan penilaian
atas pelaksanaan penyelenggaraan perusahaan.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam
pengelolaan perusahaan seluruhnya kepada Direktur.
2. DIREKTUR
Mempunyai wewenang dan tanggungjawab antara lain sebagai
berikut:
a. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan umum perusahaan
untuk program jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang.
b. Menyusun peraturan pelaksanaan sebagai dasar pelaksanaan
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau seluruh kegiatan
operasional dalam perusahaan.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam
pengelolaan perusahaan kepada bawahan, yaitu kepada
Manager Produksi, Manager Keuangan dan Manager
Pemasaran.
e. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan perusahaan kepada
Sekutu Firma (Pemilik Perusahaan).
3. MANAGER PRODUKSI
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan produksi.
b. Menyusun rencana produksi dalam jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau seluruh kegiatan
produksi dalam perusahaan.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
produksi kepada bawahan, yaitu kepada Kepala Bagian
Produksi, Kepala Bagian Gudang, Kepala Bagian Mekanik serta
Kepala Bagian Listrik dan Air.
e. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan produksi kepada
Direktur.
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan keuangan.
b. Menyusun rencana keuangan dalam jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau seluruh kegiatan
keuangan dalam perusahaan.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
keuangan kepada bawahan, yaitu kepada Kepala Bagian
Akuntansi, Kepala Bagian Keuangan dan Kepala Bagian
Personalia.
e. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan keuangan kepada
Direktur.
5. MANAGER PEMASARAN
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Menetapkan kebijaksanaan-kebijaksanaan pemasaran.
b. Menyusun rencana pemasaran dalam jangka pendek, jangka
menengah dan jangka panjang.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau seluruh kegiatan
pemasaran dalam perusahaan.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
pemasaran kepada bawahan, yaitu kepada Kepala Bagian
e. Bertanggung jawab atas seluruh kegiatan pemasaran kepada
Direktur.
6. KEPALA BAGIAN WEAVING
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan produksi dari
Manager Produksi di Departemen Weaving yaitu memproduksi
kain grey.
b. Merencanakan jenis produksi, jenis bahan baku dan
melaksanakan produksi dalam jangka pendek, dalam jangka
menengah dan jangka panjang.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan produksi di
Departemen Weaving.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
produksi kepada bawahan, yaitu kepada Pengawas Produksi
Weaving.
e. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi di Departemen
Weaving kepada Manager Produksi.
7. KEPALA BAGIAN FINISHING
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan produksi dari
Manager Produksi di Departemen Finishing yaitu memproduksi
b. Merencanakan jenis produksi, jenis bahan baku dan
melaksanakan produksi dalam jangka pendek, dalam jangka
menengah dan jangka panjang.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan produksi di
Departemen Finishing.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
produksi kepada bawahan, yaitu kepada Pengawas Produksi
Finishing.
e. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi di Departemen
Finishing kepada Manager Produksi.
8. KEPALA BAGIAN PRINTING
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan produksi dari
Manager Produksi di Departemen Printing yaitu memproduksi
kain print.
b. Merencanakan jenis produksi, jenis bahan baku dan
melaksanakan produksi dalam jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan produksi di
Departemen Printing.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
produksi kepada bawahan, yaitu kepada Pengawas Produksi
e. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi di Departemen
Printing kepada Manager Produksi.
9. KEPALA BAGIAN GARMENT
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan produksi dari
Manager Produksi di Departemen Garment yaitu memproduksi
pakaian jadi.
b. Merencanakan jenis produksi, jenis bahan baku dan
melaksanakan produksi dalam jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan produksi di
Departemen Garment.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
produksi kepada bawahan, yaitu kepada Pengawas Produksi
Garment.
e. Bertanggung jawab atas kegiatan produksi di Departemen
Garment kepada Manager Produksi.
10. KEPALA BAGIAN GUDANG
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan keluar masuk
b. Memimpin, mengarahkan dan memantau dan melimpahkan
wewenang dan tanggung jawab kepada Pengawas Gudang
dalam menyediakan barang yang diperlukan sesuai dengan yang
tercantum dalam faktur penjualan.
c. Memimpin, mengarahkan dan memantau dan melimpahkan
wewenang dan tanggung jawab kepada Pengawas Gudang
dalam pengajuan permintaan pembelian sesuai dengan posisi
persediaan di gudang dan menyimpan barang yang telah
diterima oleh Bagian Penerimaan Barang.
d. Mengadakan koordinasi dengan bagian produksi tentang
pengadaan jenis stock bahan baku yang diperlukan.
e. Mengadakan koordinasi dengan bagian pemasaran tentang
pengadaan stock barang jadi, sehingga stock barang jadi dapat
memenuhi kebutuhan konsumen.
f. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
keluar masuk bahan baku, barang jadi lewat gudang kepada
bawahan, yaitu kepada Pengawas Gudang.
e. Bertanggung jawab atas kegiatan gudang kepada Manager
Produksi.
11. KEPALA BAGIAN MEKANIK, LISTRIK DAN AIR
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
a. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan reparasi dan
pemeliharaan yang berhubungan dengan mesin-mesin produksi,
peralatan produksi, listrik dan air.
b. Mengadakan koordinasi dengan bagian pembelian yang
berhubungan dengan reparasi dan pemeliharaan seperti:
sparepart mesin produksi, peralatan produksi, listrik dan air.
c. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
reparasi dan pemeliharaan kepada bawahan, yaitu kepada
Pengawas.
d. Bertanggung jawab atas kegiatan reparasi dan pemeliharaan
yang berhubungan terhadap mesin-mesin produksi, peralatan
produksi, listrik dan air kepada Manager Produksi.
12. KEPALA BAGIAN AKUNTANSI
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan yang
berhubungan dengan akuntansi seperti: bagian piutang, bagian
hutang, bagian penagihan, bagian kartu persediaan dan kartu
biaya, bagian jurnal, buku besar dan laporan keuangan atau
koordinator seluruh kegiatan akuntansi.
b. Mengadakan koordinasi dengan bagian-bagian tersebut di atas.
c. Menerima dan mengecek laporan yang dihasilkan dari
bagian-bagian tersebut di atas dan menyusun laporan keuangan
d. Bertanggung jawab atas kegiatan akuntansi kepada Manager
Keuangan.
13. KEPALA BAGIAN KEUANGAN
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan yang
berhubungan dengan keuangan seperti: bagian kasa, bagian
perpajakan, bagian asuransi, kredit dan anggaran.
b. Mengadakan koordinasi dengan bagian-bagian tersebut di atas.
c. Menerima dan mengecek laporan yang dihasilkan dari
bagian-bagian tersebut di atas dan menyusun laporan
pertanggungjawaban.
d. Bertanggung jawab atas kegiatan keuangan kepada Manager
Keuangan.
14. KEPALA BAGIAN PERSONALIA
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan yang
berhubungan dengan personalia seperti: bagian kepegawaian,
bagian presensi serta bagian gaji dan upah.
b. Mengadakan koordinasi, menerima dan mengecek kebenaran
laporan yang dihasilkan (disampaikan) oleh bagian-bagian
tersebut di atas.
d. Bertanggung jawab atas kegiatan personalia kepada Manager
Keuangan.
15. KEPALA BAGIAN PENJUALAN DAN PROMOSI
Mempunyai wewenang dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
a. Memimpin, mengarahkan dan memantau kegiatan yang
berhubungan dengan penjualan dan promosi seperti: bagian
penjualan, bagian pengiriman, bagian riset pasar dan promosi.
b. Mengadakan koordinasi dengan bagian produksi agar
memproduksi produk-produk yang disukai oleh konsumen
(produk yang laku di pasaran).
c. Mengadakan koordinasi dengan bagian gudang tentang stock
barang jadi.
d. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab dalam kegiatan
penjualan dan promosi kepada bawahan, yaitu Pengawas
Penjualan dan Promosi.
e. Bertanggung jawab atas kegiatan penjualan dan promosi kepada
Manager Pemasaran.
16. BAGIAN PIUTANG
a. Mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
penjualan kredit dari Bagian Penjualan dan dimasukkan dalam
kartu piutang atau sebagai pemegang kartu piutang.
b. Membuat daftar piutang yang akan ditagih dan menyiapkan
faktur (nota) yang asli kemudian menyerahkan kepada Bagian
Penagihan.
c. Mengadakan koordinasi dengan Bagian Penagihan tentang
informasi pelunasan piutang atau kepada Bagian Kasa.
d. Menyerahkan laporan dan bertanggung jawab atas kebenaran
piutang kepada Kepala Bagian Akuntansi.
17. BAGIAN HUTANG
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Mencatat transaksi-transaksi yang berhubungan dengan
pembelian kredit dari Bagian Pembelian dan dimasukkan dalam
kartu hutang atau sebagai pemegang kartu hutang.
b. Membuat daftar hutang yang akan dibayar (yang sudah jatuh
tempo) dan memberitahukan kepada Bagian Kasa.
c. Mengadakan koordinasi dengan Bagian Kasa tentang
pembayaran hutang.
d. Menyerahkan laporan dan bertanggung jawab atas kebenaran
hutang kepada Kepala Bagian Akuntansi.
18. BAGIAN PENAGIHAN
a. Mengadakan koordinasi dengan Bagian Piutang dan meminta
daftar piutang yang akan ditagih beserta faktur (nota) asli.
b. Menyerahkan faktur (nota) asli kepada debitur dan menerima
uang/cek/giro bilyet dari debitur serta memberi tanda terima
uang/cek/giro bilyet kepada debitur.
c. Menyerahkan uang/cek/giro bilyet dari hasil tagihan kepada
Bagian Kasa.
d. Bertanggung jawab membuat surat tagihan secara periodik
kepada Bagian Piutang.
19. BAGIAN KARTU PERSEDIAAN DAN KARTU BIAYA
a. Bagian Kartu Persediaan
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Mengawasi dan mencatat mutasi tiap jenis persediaan yang
disimpan di gudang.
2) Mencatat harga pokok tiap jenis persediaan, bertambah atau
berkurang.
3) Melakukan stock opname atau mencocokkan antara menurut
buku dengan kenyataan di gudang.
4) Menyerahkan laporan dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bagian Akuntansi.
b. Bagian Kartu Biaya
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
1) Merinci biaya overhead pabrik, biaya administrasi dan umum,
biaya pemasaran.
2) Bertanggung jawab atas pencatatan mutasi setiap jenis
persediaan dan atas pencatatan biaya produksi langsung,
biaya produksi tidak langsung dan biaya nonproduksi.
3) Menghitung alokasi biaya produksi ke dalam masing-masing
produk.
4) Menyerahkan laporan dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bagian Akuntansi.
20. BAGIAN JURNAL, BUKU BESAR DAN LAPORAN KEUANGAN
a. Bagian Jurnal
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Mencatat data dari bukti transaksi setiap hari.
2) Meringkas dan mengelompokkan data transaksi-transaksi.
3) Mencatat penyesuaian-penyesuaian yang timbul.
4) Bertanggung jawab atas kegiatan jurnal kepada Kepala
Bagian Akuntansi.
b. Bagian Buku Besar
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Meringkas dan menyortasi informasi yang telah dicatat dalam
2) Memasukkan/mencatat transaksi dalam jurnal sesuai dengan
kode rekening buku besar.
3) Menampung ringkasan data yang sudah diklasifikasikan.
4) Bertanggung jawab atas kegiatan buku besar kepada Kepala
Bagian Akuntansi.
c. Bagian Laporan Keuangan
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Merekap data-data dari buku besar sesuai dengan
kelompoknya.
2) Menyusun laporan keuangan di bawah pengawasan Kepala
Bagian Akuntansi.
3) Menyerahkan laporan keuangan tersebut kepada Kepala
Bagian Akuntansi.
21. BAGIAN KASSA
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Administrasi fisik uang/pembawa uang perusahaan.
b. Mencatat masuk dan keluar uang sesuai dengan bukti transaksi.
c. Mencocokkan keadaan fisik uang dengan catatan setiap hari.
d. Penerima Giro Bilyet (GB), Cek, uang tunai.
e. Mengeluarkan Giro Bilyet (GB), Cek, uang tunai setelah
diotorisasi oleh yang berwenang.
g. Mengarsip rekening koran, buku tabungan dan
dokumen-dokumen pendukung bank, bukti transaksi dan lain-lain.
h. Bertanggung jawab atas keadaan fisik uang kepada Kepala
Bagian Keuangan.
i. Memberikan laporan tentang keuangan yang diperlukan kepada
Kepala Bagian Akuntansi.
22. BAGIAN PERPAJAKAN
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Membuat dan mengeluarkan faktur pajak, baik faktur pajak
standar atau faktur pajak sederhana dan dokumen-dokumen
pendukung yang diperlukan, jika ada transaksi penjualan
b. Meminta faktur pajak, baik faktur pajak standar atau faktur pajak
sederhana dan dokumen-dokumen pendukungnya, jika ada
transaksi pembelian.
c. Membuat, melaporkan SPT Masa PPN ke Kantor Pelayanan
Pajak setiap bulan berdasarkan faktur pembelian dan faktur
penjualan dan membayar jika ada selisih PPN kurang bayar ke
Bank Persepsi/Kantor Pos.
d. Membuat, membayar ke Bank dan melaporkan ke Kantor
Pelayanan Pajak SSP masa PPh pasal 25 (badan) dan PPh
pasal 21 (karyawan) setiap bulan.
e. Mengisi, melaporkan SPT Tahunan PPh pasal 25 dan PPh pasal
f. Mengarsip dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
perpajakan.
g. Bertanggung jawab atas kegiatan perpajakan kepada Kepala
Bagian Keuangan.
23. BAGIAN ASURANSI, KREDIT DAN ANGGARAN
a. Bagian Asuransi
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Membayar asuransi pabrik.
2) Membayar asuransi tenaga kerja.
3) Membayar APINDO.
4) Membayar asuransi kapal.
5) Bertanggung jawab kegiatan asuransi kepada Kepala Bagian
Keuangan.
b. Bagian Kredit
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Memilih alternatif kredit.
2) Membuat proposal/pengajuan ke bank.
3) Menyerahkan laporan keuangan.
4) Menyerahkan jaminan.
5) Bertanggung jawab atas kegiatan kredit kepada Kepala
Bagian Keuangan.
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai
berikut:
1) Merencanakan anggaran keuangan perusahaan dalam jangka
pendek, jangka panjang.
2) Menyediakan anggaran keuangan untuk kegiatan operasi
perusahaan.
3) Bertanggung jawab atas anggaran kepada Kepala Bagian
Keuangan.
24. BAGIAN KEPEGAWAIAN
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Membuat daftar dari karyawan-karyawan yang ada secara
terperinci.
b. Mencatat penambahan dan pengurangan karyawan yang ada.
c. Mengurusi penerimaan karyawan baru.
d. Bertanggung jawab atas data kepegawaian kepada Kepala
Bagian Personalia.
25. BAGIAN PRESENSI
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Mencatat atau membuat daftar karyawan yang masuk kerja.
b. Mencatat jam kerja lembur karyawan.
c. Menyerahkan daftar karyawan yang masuk kerja termasuk jam
kerja lembur kepada Bagian Gaji dan Upah.
d. Bertanggung jawab atas presensi kepada Kepala Bagian
26. BAGIAN GAJI DAN UPAH
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Menerima laporan daftar karyawan yang masuk kerja termasuk
jam kerja lembur dari Bagian Presensi.
b. Menghitung gaji dan upah dan jam kerja lembur.
c. Menyerahkan gaji dan upah kepada karyawan yang
bersangkutan.
d. Bertanggung jawab atas gaji dan upah kepada Kepala Bagian
Personalia.
27. BAGIAN PENJUALAN
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Menerima order dari pembeli.
b. Melayani kebutuhan barang pelanggan.
c. Membuat dan menyerahkan faktur penjualan kepada pembeli.
d. Mencatat setiap transaksi penjualan.
e. Mengadakan koordinasi dengan Bagian Kasa untuk penjualan
dengan tunai.
f. Mengadakan koordinasi dengan Bagian Piutang untuk penjualan
dengan kredit.
g. Bertanggung jawab melaporkan penjualan kepada Kepala
Bagian Pemasaran.
28. BAGIAN PENGIRIMAN
a. Bertanggung jawab menyerahkan barang yang kuantitas, mutu
dan spesifikasinya sesuai dengan yang tercantum dalam faktur
penjualan yang diterima dari Bagian Penjualan. kepada pembeli.
b. Bertanggung jawab untuk memperoleh tanda tangan dari
pelanggan di atas faktur penjualan sebagai bukti telah
diterimanya barang yang dibeli oleh pelanggan.
c. Bertanggung jawab atas pengiriman barang kepada Bagian
Gudang.
29. BAGIAN RISET PASAR DAN PROMOSI
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Mencari pembeli dengan cara menawarkan produknya kepada
konsumen.
b. Mengadakan penelitian ke pasar tentang produk-produk yang
banyak digemari konsumen.
c. Mengadakan promosi guna menarik pembeli, dapat dilakukan
dengan pemberian diskon/potongan harga.
d. Bertanggung jawab atas informasi yang berhubungan dengan
riset dan promosi kepada Kepala Bagian Pemasaran.
30. BAGIAN PEMERIKSA INTERN
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Mengembangkan dan merevisi standar-standar yang kurang
memuaskan untuk mengukur dan menjadikan pedoman serta
bantuan-bantuan kepada anggota manajemen lainnya dalam
b. Menyiapkan, menganalisa dan menginterpretasikan laporan
keuangan supaya dimanfaatkan oleh manajemen di dalam
proses pengambilan keputusan, mengevaluasi data yang
berhubungan dengan tujuan perusahaan tekstil.
c. Merancang, menetapkan dan merawat sistem akuntansi
keuangan dan biaya pada semua tingkatan,agar
transaksi-transaksi keuangan dapat dicatat dengan benar-benar sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim dan pengendalian
intern yang baik.
d. Bertanggung jawab hasil pemeriksaan kepada Direktur.
31. BAGIAN PEMBELIAN
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Menerima surat order pembelian yang diotorisasi oleh yang
berwenang.
b. Mengeluarkan surat order pembelian kepada pemasok yang
dipilih.
c. Memilih pemasok dalam pengadaan barang.
d. Bertanggung jawab memperoleh informasi mengenai harga
barang-barang.
e. Meminta faktur pembelian dari penjual.
f. Mencatat setiap transaksi pembelian.
g. Mengadakan koordinasi dengan Bagian Kasa untuk pembelian
h. Mengadakan koordinasi dengan Bagian Hutang untuk pembelian
dengan kredit
i. Bertanggung jawab melaporkan pembelian kepada Kepala
Bagian Akuntansi.
32. BAGIAN PENERIMAAN BARANG
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan terhadap
jenis, mutu dan kuantitas barang yang diterima dari pemasok
guna menentukan dapat atau tidaknya barang tersebut diterima
oleh perusahaan.
b. Bertanggung jawab untuk menerima barang dari pembeli yang
berasal dari transaksi retur penjualan.
c. Bertanggung jawab menyerahkan barang yang diterima sesuai
dengan bagian yang memesan barang.
33. BAGIAN SEKRETARIAT
Mempunyai tugas dan tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab mencatat keluar masuk surat dalam buku
agenda.
b. Bertanggung jawab menyampaikan surat atau pemberitahuan
kepada yang bersangkutan.
c. Bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan kesekretariatan.
4. Proses Produksi
Proses Produksi Weaving:
a. Benang diambil menjadi 2 kelompok:
1) Benang Lusi
adalah benang yang membujur ke arah panjang kain.
a) Proses Persiapan Warping
Benang diproses dalam mesin warping dengan jalan
merubah bentuk gulungan cones, menjadi bentuk gulungan
sejajar memanjang pada beam warping.
b) Proses Sizing
Untuk memberikan tambahan kekuatan benang lusi,
terhadap gesekan mekanik yang terjadi dalam poses
pertenunan.
c) Proses Reaching
Proses ini sering disebut dengan proses pencucukan
benang lusi, di mana proses ini adalah proses memasukkan
benang lusi lembar demi lembar ke dalam dropper (penjaga
lusi bila putus), gun dan sisir.
d) Proses Tyeing
Mesin Tyeing adalah mesin yang berfungsi sebagai
penyambung benang lusi dari loom beam ke benang lusi sisa
akhir, pada mesin tenun yang harus selalu disesuaikan
dengan code kain yang kita buat.
2) Benang Pakan
Proses Persiapan Palet:
adalah merubah gulungan benang pakan dari bentuk gulungan
cones menjadi bentuk palet.
b. Proses Pertenunan.
adalah proses pembuatan kain tenun dengan cara menyilangkan
benang pakan dengan beang lusi dengan menggunakan mesin
tenun (loom).
5. Jenis Usaha dan Hasil Produksi
Perusahaan tekstil Fa. Asatex Surakarta adalah perusahaan
industri yang bergerak dalam usaha produksi barang jadi. Jenis
barang-barang jadi yang diproduksi di perusahaan tekstil Fa. Asatex dari
departemen Weaving adalah sebagai berikut:
1. Departemen Weaving memproduksi barang jadi, antara lain:
a. Kain grey PL.
b. Kain grey RY.
c. Kain grey TR.
d. Kain grey TR/PL.
6. Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran produk hasil produksi perusahaan tekstil Fa.
Asatex meliputi dalam negeri dan luar negeri. Daerah pemasaran dalam
Yogyakarta, Bali. Sedangkan daerah pemasaran luar negeri meliputi
United Emirates Arab, Dubai, Jeddah dan Hongkong.
Selama kurang lebih 5 tahun ini, Fa. Asatex hanya memproduksi
barang sesuai pesanan karena semakin banyaknya permintaan tetapi
kemampuan produksi yang dimiliki perusahaan terbatas. Selama ini
memproduksi barang untuk kebutuhan ekspor dirasa lebih
menguntungkan perusahaan sehingga perusahaan lebih mengutamakan
memproduksi barang sesuai pesanan dari luar negeri.
B. Laporan Magang Kerja
Magang kerja adalah suatu upaya mengarahkan mahasiswa agar
dapat merasakan situasi dunia kerja, melihat dan melakukan pekerjaan
yang berhubungan dengan program studinya.
2. Tujuan dan Magang Kerja
a. Mahasiswa dapat mengamati permasalahan yang ada didunia kerja.
b. Mahasiswa dapat belajar dan memperoleh pengalaman secara
langsung di lapangan tentang berbagai persoalan yang dihadapi
perusahan atau instansi tempat magang kerja.
c. Mahasiswa dapat melakukanadaptasi sebelum memasuki dunia
usaha / dunia kerja yang sesungguhnya, sehingga
dapatmenciptakan tenaga kerja terampil yang siap kerja serta
mampu mengembangkan diri secara profesional sesuai dengan
bidangnya.
3. Manfaat Magang Kerja
Magang kerja dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,
yaitu :
a. Bagi Mahasiswa
1). Agar mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
sudah didapat selama menempuh pendidikan.
2). Agar setelah lulus mahasiswa dapat menghadapi masalah
yang akan timbul dalam dunia kerja.
b. Bagi Perusahaan
1). Perusahaan akan mendapat sumber daya manusia yang
2). Hasil penelitian mahasiswa selama magang kerja dapat
dijadikan masukan dalam menentukan kebijakan – kebijakan
dalam perusahaan.
4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kerja
Kegiatan magang kerka dilakukan di Fa. ASATEX yang beralamat
di JL. Samratulangi no. 20 Manahan Surakarta. Jangka waktu
melakukan magang kerja adalah 1 bulan dari tanggal 1 Februari – 25
Februari 2010.
5. Kegiatan Magang Kerja
Dalam pelaksanaan magang kerja, peserta magang diharuskan
memakai baju sopan (berkrah dan bawahan berbahan kain). Setiap hari
peserta magang kerja harus melapor kepada pembimbing magang di
lapangan pada saat masuk dan pulang magang. Kegiatan magang
kerja dilaksanakan mulai dari pukul 08.00 – 13.00 selama 1 bulan pada
hari senin – jumat. Kegiatan magang kerja ditempatkan oleh
pembimbing dan ikut bekerja seijin pendamping.
a. Minggu Pertama : Perkenalan dengan pihak perusahaan,
mengamati lokasi proses produksi keempat Departemen,dan
wawancara dengan pendamping magang.
b. Minggu Kedua : Mengamati proses produksi, membantu proses
produksi dan melakukan wawancara dengan staf Departemen
c. Minggu Ketiga : Mengamati proses produksi, membantu proses
produksi dan melakukan wawancara dengan staf Departemen
Weaving.
d. Minggu Keempat : mengamati proses inspecting atau pengawasan
hasil akhir kain grey dan melengkapi data perusahaan yang
diperlukan.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Pengelolaan Persediaan Bahan Baku di Fa. Asatex
Selama ini Fa. Asatex memperoleh bahan baku dari
supplier-supplier yang sudah tetap. Pembelian bahan baku yang dilakukan dalam
frekuensi yang cukup tinggi. Perusahaan mengadakan pembeliaan sekali
dalam setiap bulan dengan alasan bahwa dalam mendapatkan bahan
baku dipasaran tidak mengalami kesulitan.
Dalam pengelolaan bahan baku perusahaan masih memperlakukan
bahan baku dengan sama rata tanpa mengelompokkan bahan baku
berdasarkan bsarnya nilai uang yang dikeluarkan. Jadi Fa. Asatex belum
menggunakan Analisis ABC.
2. Pengelompokkan Bahan Baku dengan Analisis ABC
a. Kebutuhan Bahan Baku
Kebutuhan bahan baku berupa benang pada Fa. Asatex
dalam data yang diperoleh penulis berasal dari Departemen
pembuatan Kain Grey di Fa. Asatex untuk tahun 2009 sebanyak 8
item diantaranya sebagai berikut :
Tabel III.1
Data Kebutuhan Bahan Baku Kain Grey pada Fa. Asatex selama Tahun 2009
10 Tetron Polyester 107000 14000
Sumber : Data Fa. Asatex Surakarta
b. Pengelompokan persediaan bahan baku dengan Analisis ABC
Dalam melakukan pengamatan mengenai persediaan bahan
baku kain Grey di Fa. Asatex ini, penulis menggunakan Analisis ABC.
Analisis ABC merupakan aplikasi yang menggunakan prinsip Pareto.
Idenya untuk memfokuskan pengendaliaan persediaan pada item
(jenis) persediaan yang bernilai tinggi (critical) daripada yang bernilai
rendah (trivial). Analisis ABC membagi persediaan dalam tiga kelas
berdasarkan atas nilai (volume) persediaan dengan mengetahui kelas
memerlukan pengendalian persediaan secara lebih ketat dibandingkan
item yang lain.
Prosedur yang penulis gunakan untuk pengelompokan
material- material inventori kedalam kelas A, B dan C, antara
lain :
7) Tentukan volume penggunaan per periode waktu (per tahun)
dari material –material inventori yang ingin diklasifikasikan.
8) Gandakan (kalikan)volume penggunaan per periode waktu
(per tahun) dari setiap material inventori dengan biaya per
unitnya untuk memperoleh nilai total penggunaan biayautuk
setiap material inventori itu.
9) Jumlahkan nilai totalpenggunan biaya dari semua material
inventori itu untuk memperoleh nilai total penggunaan biaya
keseluruhan.
10) Bagi nilai total penggunaan biaya dari setiap material
inventori itu dengan nilai total pengguanaan biaya
keseluruhan dari setiap material inventori itu.
11) Daftarkan material - material inventori itu kedalam rank
persentase nilai total penggunaan biaya dengan urutan
menurun dari terbesar sampai terkecil.
12) Klasifikasikan material - material inventori itu ke dalam kelas
A, B dan C dengan kriteria 20% dari jenis material
diklasifikasikan ke dalam kelas B,50% dari jenis material
diklasifikasikan ke dalam kelas C.
Hasil perhitungan Analisis ABC berdasarkan prosedur diatas
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel III.2
Perhitungan Klasifikasi Analisis ABC dari PersediaanBahan Baku Kain
Grey
Fa. Asatex
Jenis Benang Volume
penggunaan
1. Kelas A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 57.94% dari
total, yang terdiri dari 2 item persediaan yaitu : Tetron
30s/Polyester dan Rayon 60/2
2. Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 24.41 % dari
total, yang terdiri dari 3 item persediaan yaitu : Rayon 40/2, Rayon
30/2 dan Tetron 20s
3. Kelas C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar 14.8 % dari
total, yang terdiri dari 5 item persediaan yaitu : Tetron 30s, Tetron
12s, Polyester 30/75,Polyester 40/75 dan Polyester 20/75.
Apabila digambarkan dalam bentuk grafik dapat dilihat lebih jelas
lagi bagaimana besarnya proporsi kelas A dibandingkan dengan kelas
B dan C seperti pada gambar dibaawah ini. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa kelas A mendapat perhatian lebih intensif
Gambar III.1
Grafik Pengelompokkan Persediaan Bahan Baku Berdasarkan Analisis Klasifikasi ABC
Kebijakan yang dapat diambil berdasarkan Analisis ABC mencakup
hal-hal dibawah ini :
1. Butir persediaan A di Fa. Asatex berlainan dengan butir persediaan
B dan C harus dikendalikan secara lebih ketat, mungkin karena
butir persediaan A ini ditempatkan di wilayah yang lebih tertutup
dan keakuratan catatan persediaannya harus lebih sering
2. Fa. Asatex meramalkan butir persediaan A harus lebih berhati –
hati daripada meramalkan butir (kelas) persediaan lain.
Setelah menggunakan Analisis ABC, maka pengendalian bahan
baku pada Fa. Asatex dapat dikelola secara optimal. Perusahaan
dapat melakukan pembelian bahan baku dengan frekuensi yang
lebih teratur dan terencana. Dengan demikian biaya persediaan
yang dikeluarkan meliputi biaya pemesanan dan penyimpanan
bahan baku juga dapat diatur dengan baik tanpa adanya
pemborosan.selain itu Fa.Asatex sebaiknya mengelompokkan
kelas – kelas sesuai dengan Analisis ABC, yang kemudian
digunakan sebagai pedoman dalam pembelian bahan baku dari
supplier.
Pengendalian kelas –kelas itu meliputi :
1. Pengendalian untuk persedian bahan baku kelas A
Diperlukan pengendalian yang seksama untuk barang – barang
persediaan yang tinggi biaya persediaannya. Mungkin
pengendalian yang paling seksama di peruntukkan bagi
hardware yang secara berkala selama permintaan dan posisi
persediaan berubah. Tingkat persediaan minimum
dipertahankan untuk berjaga – jaga terhadap frekuensi
permintaan tinggi dan kemungkinan terhentinya pasokan bahan
baku dari supplier.
Pemesanan berkala yang dilakukan sekali atau dua kali dalam
sebulan mungkin cukup untuk bahan baku kelas B. Persediaan
pengaman untuk kelas B sebaiknya dikendalikan dengan
baik,agar tidak terjadi persediaan habis (stock out).
3. Pengendalian untuk persediaan bahan baku kelas C
Bahan baku di kelas C merupakan bagian – bagian dari seluruh
persediaan bahan baku. Untuk setiap bahan baku di kelas ini
tindaka aka dilakukan bila persediaan menurun sampai titik
pemesanan ulang. Tinjauan tengah tahunan harus dilaksanakan
untuk mengndalikan persediaan bahan baku pada kelas ini.
Tabel I.3
Kebijakan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Berdasarkan
Klasifikasi ABC
Deskripsi Kelas A Kelas B Kelas C
Fokus perhatian
Manajemen
Utama Normal Cukup
Pengendalian (control) Ketat Normal Longgar
Stock Pengaman Sedikit Normal Cukup
Akurasi Pengaman Tinggi Normal Cukup
Inventory(Cycle
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari Analisis ABC data dan pembahasan yang penulis uraikan
pada BAB III secara garis besar diambil kesimpulan sebagai berikut :.
1. Pengelompokan Persediaan Berdasarkan Analisis ABC
a. Kelas A memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar
Rp.1,759,600,000 (57.94%), yang terdiri dari 2 (20%) item
persediaan yaitu : Tetron 30s/Polyester dan Rayon 60/2
b. Kelas B memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar
Rp.742,462,500 (24.44%), yang terdiri dari 3 item (30%)
persediaan yaitu : Rayon 30/2, Rayon 40/2 dan Tetron 20s.
c. Kelas C memiliki nilai volume tahunan rupiah sebesar
Rp.535,030,000 (17.62%), yang terdiri dari 5 item (50%)
persediaan yaitu: Tetron 30s, Tetron 12s, Polyester 30/75,
Polyester 40/75 dan Polyester 20/75.
2. Pengendalian persediaan bahan baku pada Fa. Asatex
berdasarkan Analisis ABC
Pengendalian kelas –kelas itu meliputi :
4. Pengendalian untuk persedian bahan baku kelas A
Diperlukan pengendalian yang seksama untuk barang – barang
persediaan yang tinggi biaya persediaannya. Pengendalian
berkala selama permintaan dan posisi persediaan berubah
minimal sekali dalam sebulan. Tingkat persediaan minimum
dipertahankan untuk berjaga – jaga terhadap frekuensi
permintaan tinggi dan kemungkinan terhentinya pasokan bahan
baku dari supplier.
5. Pengendalian untuk persediaan bahan baku kelas B
Pemesanan berkala yang dilakukan sekali atau dua kali dalam
3-6 bulan mungkin cukup untuk bahan baku kelas B. Persediaan
pengaman untuk kelas B sebaiknya dikendalikan dengan
baik,agar tidak terjadi persediaan habis (stock out).
6. Pengendalian untuk persediaan bahan baku kelas C
Bahan baku di kelas C merupakan bagian – bagian dari seluruh
persediaan bahan baku. Untuk setiap bahan baku di kelas ini
tindakan akan dilakukan bila persediaan menurun sampai titik
pemesanan ulang. Tinjauan tengah tahunan harus dilaksanakan
untuk mengendalikan persediaan bahan baku pada kelas ini.
B. SARAN
Setelah penulis mengadakan perhitungan dan menganalisis
maslah yang yang dihadapi oleh Fa. Asatex, maka penulis dapat
kebijakan dalam pengelompokan bahan baku, adapun saran- saran
sebagai berikut :
1. Hendaknya perusahaan mempertimbangkan penggunaan Analisis
ABC dalam kebijakan pengelompokkan bahan baku kain Grey
untuk setiap kelas yang ada dan bisa dilakukan dengan
perhitungan computer. Adapun software yang digunakan untuk
membantu perhitungan ini yaitu Production and Operation
Manajement (POM for Windows), maka sebaiknya perusahaan
melengkapi perangkat computer dengan software tersebut.
2. Apabila Fa. Asatex menerapkan Analisis ABC ini perusahaan
sebaiknya melakukan pelatihan kepada karyawan tentang
bagaimana mengoperasikan program ini..
3. Sebaiknya perusahaan menempatkan bahan baku pada gudang
persediaan dengan pembagian masing-masing sesuai kelas yang
DAFTAR PUSTAKA
Gasper, Vincent. 2004. Production Planning and Inventory Control. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Nasuton, Arman Hakim. 2003. Perencanaan dan Pengendalian. Graha Ilmu. Yogyakarta
Nasution, Arman Hakim dan Prasetyawan Yudha. 2008. Perencanaan
dan Pengendalian Produksi. Graha Ilmu. Yogyakarta
Rangkuti, Freddy. 2002. Manajemen Persediaan : Aplikasi di Bidang
Bisnis. PT.Raja Grafindo Persada.Yogyakarta
Render, Barry dan Jay Heizer. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen
Operasi. Salemba Empat. Jakarta
Ristono, Agus. 2009. Manajemen Persediaan. PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta