• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POP-UP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI TEGAL PANGGUNG KECAMATAN DANUREJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POP-UP PADA SISWA KELAS VB SD NEGERI TEGAL PANGGUNG KECAMATAN DANUREJAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017."

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POP-UP PADA SISWA

KELAS VB SD NEGERI TEGAL PANGGUNG KECAMATAN DANUREJAN KOTA YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Adiza Belva Hendrakusuma NIM 13108244011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring rasa syukur kepada Allah, SWT, skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikanku kasih sayang sekaligus mengajarkan betapa besar arti perjuangan dan pengorbanan.

(7)

vii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA POP-UP PADA SISWA

KELAS VB SD NEGERI TEGAL PANGGUNG KECAMATAN DANUREJAN KOTA YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Oleh

Adiza Belva Hendrakusuma NIM 13108244011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 dengan menggunakan media pop-up.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah 21 siswa. Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc. Taggart, yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap tindakan dan observasi, dan tahap refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Untuk menjamin validitas data, maka digunakan teknik triangulasi sumber.

Dalam kegiatan pembelajaran IPS menggunakan media pop-up, guru membagi siswa menjadi tiga kelompok, dimana setiap kelompok mendapatkan buku pop-up yang berbeda-beda. Setiap siswa memperoleh lembar kerja siswa yang sesuai dengan materi pada media pop-up. Kemudian, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas. Dengan menggunakan media pop-up dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS, yaitu pada kondisi awal pratindakan hasil belajar rata-rata kelas sebesar 64,28 dengan persentase ketuntasan sebesar 42,86%. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I diperoleh hasil belajar rata-rata kelas sebesar 73,46 dengan persentase ketuntasan sebesar 71% dan setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II diperoleh hasil belajar rata-rata kelas sebesar 80,47 dengan persentase kelulusan 80,95%. Hal ini berarti bahwa target penelitian untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yaitu 75% siswa yang mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan media pop-up

mendapatkan nilai ≥ 70.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah subhanahu wata’ala,

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan Menggunakan Media Pop-Up pada Siswa Kelas VB SD Negeri Tegal Panggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta Tahun Pelajaran 2016/2017”. Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya kerjasama, bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh Karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor UNY yang telah memberikan kebijaksanaan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dekan FIP UNY yang telah memberikan kelancaran administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Wakil Dekan I FIP UNY yang telah memberikan kelncaran administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ketua Jurusan PPSD yang telah memberikan kelancaran administrasi dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)

ix

6. Ibu Purwanti Handayani, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tegal Panggung yang telah berkenan memberikan izin penelitian dan membantu dalam pengumpulan data-data penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini. 7. Bapak Marmo Gupito, S.Pd., selaku wali kelas VB SD Negeri Tegal

Panggung yang bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menjadi kolaborator dalam penelitian ini.

8. Seluruh siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung, atas kerjasama yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.

9. Sahabat-sahabatku yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang senantiasa memberikan semangat, dorongan, dan doa.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga amal baik yang telah mereka berikan senantiasa mendapat ridho dari Allah SWT. Amin.

Penulis

(10)

x

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 7

D.Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Tinjuan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar ... 10

1. Pengertian IPS SD ... 10

2. Tujuan Pembelajaran IPS SD ... 11

3. Pentingnya Pembelajaran IPS SD ... 13

4. Ruang Lingkup IPS SD ... 14

B.Tinjauan Hasil Belajar ... 15

1. Pengertian Hasil Belajar ... 15

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 18

C.Tinjauan Media Pembelajaran Pop-Up ... 20

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 20

(11)

xi

3. Ciri-Ciri Media Pembelajaran... 23

4. Macam-Macam Media Pembelajaran ... 25

5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 26

6. Jenis-Jenis Media Pembelajaran IPS SD ... 27

7. Pengertian Pop-Up... 28

8. Manfaat Media Pop-Up ... 29

9. Kelebihan Media Pop-up ... 30

10. Langkah-Langkah Penggunaan Media Pop-up ... 31

11. Jenis-Jenis Teknik Pembuatan Pop-Up ... 32

D.Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 33

E. Penelitian yang Relevan ... 35

F. Kerangka Pikir ... 35

G.Hipotesis Tindakan ... 36

H.Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A.Jenis Penelitian ... 39

B.Subjek dan Objek Penelitian ... 39

C.Setting Penelitian ... 40

D.Model Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Instrumen Penelitian ... 44

G.Teknik Analisis Data ... 45

H.Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A.Hasil Penelitian ... 47

1. Deskripsi Pratindakan ... 47

2. Deskripsi Hasil Penelitian... 49

B.Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pikir... 36

Gambar 2. Model Penelitian Kemmis dan Mc Taggart ... 41

Gambar 3. Diskusi Kelompok Pertemuan Pertama Siklus I ... 54

Gambar 4. Diskusi Kelompok Pertemuan Kedua Siklus II... 57

Gambar 5. Presentasi Kelompok Pertemuan Pertama Siklus II ... 65

Gambar 6. Diskusi Kelompok Pertemuan Kedua Siklus II... 69

Gambar 7. Diagram Perbandingan Persentase Ketuntasan Siswa ... 76

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata Ulangan Tengah Semester ... 4

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V ... 15

Tabel 3. Kisi-Kisi Butir Soal Post-Test Siklus I & Siklus II ... 45

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Ulangan Tengah Semester IPS Kelas V ... 48

Tabel 5. Waktu Pelaksanaan Siklus I & Siklus II ... 49

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Belajar Pertemuan Pertama Siklus I ... 55

Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Belajar Pertemuan Kedua Siklus I ... 58

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus I ... 59

Tabel 9. Rekapitulasi Hasil Belajar Pertemuan Pertama Siklus II ... 66

Tabel 10. Rekapitulasi Hasil Belajar Pertemuan Kedua Siklus II ... 70

Tabel 11. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II ... 72

Tabel 12. Peningkatan Hasil Belajar Pratindakan ke Siklus I ... 74

Tabel 13. Peningkatan Hasil Belajar Siklus I ke Siklus II. ... 75

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. RPP Siklus I ... 84

Lampiran 2. Lembar Soal Post-Test Pertemuan Pertama Siklus I ... 99

Lampiran 3. Lembar Soal Post-Test Pertemuan Kedua Siklus I ... 100

Lampiran 4. RPP Siklus II ... 103

Lampiran 5. Lembar Soal Post-Test Pertemuan Pertama Siklus II ... 118

Lampiran 6. Lembar Soal Post-Test Pertemuan Kedua Siklus II ... 120

Lampiran 7. Surat Keterangan Validasi Ahli Media ... 122

Lampiran 8. Contoh Hasil Post-Test Pertemuan Pertama Siklus I ... 125

Lampiran 9. Contoh Hasil Post-Test Pertemuan Kedua Siklus I ... 127

Lampiran 10. Contoh Hasil Post-Test Pertemuan Pertama Siklus II ... 133

Lampiran 11. Contoh Hasil Post-Test Pertemuan Kedua Siklus II ... 137

Lampiran 12. Surat Izin Penelitian dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ... 141

Lampiran 13. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan ... 142

Lampiran 14. Surat Keterangan Penelitian dari SD Tegal Panggung ... 143

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya mencerdaskan bangsa, karena melalui pendidikan dapat mencetak generasi yang cerdas, terampil, dan berkepribadian. Kecerdasan yang harus dimiliki suatu bangsa tidak hanya kecerdasan intelektual, tetapi juga kecerdasan interpersonal. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 menyebutkan bahwa:

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan yang ada di Indonesia diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, pendidikan informal, dan pendidikan nonformal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional, pemerintah mewajibkan pendidikan formal bagi warga negara meliputi Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

(16)

2

di jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk menghadapi tantangan kehidupan bermasyarakat yang selalu mengalami perubahan.

Guru memiliki peran penting dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Keberhasilan pendidikan sebuah bangsa dapat dilihat dari keberhasilan guru dalam mengembangkan potensi siswa. Menurut Moh Uzer Usman (2006: 9) peran guru adalah sebagai pengelola kelas, fasilitator, demonstrator, mediator, dan evaluator, sehingga sebagai pengelola kelas guru harus mampu menciptakan suasana kelas yang dapat membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar diharapkan guru lebih banyak memposisikan diri sebagai fasilitator, sehingga siswa memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam menggali dan memecahkan masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari.

(17)

3

jenjang pendidikan dasar, mata pelajaran IPS menjadi sangat penting, karena usia sekolah dasar merupakan usia yang tepat dalam menanamkan dan membentuk sikap peduli sosial di lingkungannya.

(18)

4

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Gupito, selaku wali kelas V SD Negeri Tegal Panggung pada tanggal 17 Oktober 2016, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum optimal dan terbilang rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata mata pelajaran lain. Hal ini terlihat dari hasil nilai Ulangan Tengah Semester Ganjil dengan nilai rata-rata kelas sebesar 64,28 dari keseluruhan siswa yang berjumlah 21 siswa. SD Negeri Tegal Panggung memiliki batas nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70. Dari jumlah siswa kelas V sebanyak 21 siswa terdapat 12 siswa atau sebesar 57,14 % yang belum mencapai KKM dan terdapat 9 siswa atau sebesar 42,86 % yang telah mencapai KKM. Oleh karena itu, nilai rata-rata kelas tersebut masih berada dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Apabila dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain, hasil belajar mata pelajaran IPS masih lebih rendah, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata UTS Mata Pelajaran IPS dan Mata Pelajaran Lain di Kelas V SD Negeri Tegal Panggung

No. Mata Pelajaran Rata-Rata Nilai Ujian Tengah Semester

1. Ilmu Pengetahuan Alam 78,63

2. Matematika 75,3

3. Ilmu Pengetahuan Sosial 64,28

4. Bahasa Indonesia 73,40

(19)

5

lebih menarik apabila menggunakan media pembelajaran yang dapat melibatkan siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru berperan sebagai fasilitator.

Menurut Sabuda (dalam Aditya Dewa Kusuma, 2013: 8) mengatakan bahwa buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Mulai dari gambar yang terlihat memiliki tampilan tiga dimensi dan kinetik, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser dapat bergerak sehingga dapat membentuk seperti benda aslinya. Hal lain yang membuat buku pop-up menarik dan berbeda dari buku cerita ilustrasi biasa adalah pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menakjubkan itu karena mereka memiliki andil ketika membuka halaman buku tersebut. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa media pembelajaran pop-up dapat membantu siswa dalam menerima materi yang disampaikan guru, menarik perhatian siswa dan meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran.

Pada penelitian ini, peneliti menerapkan penggunaan media pop-up dalam proses pembelajaran, karena media pop-up dapat memperbaiki proses pembelajaran IPS. Hal ini berdampak positif pada peningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta.

(20)

6

untuk meningkatkan hasil belajar IPS terutama pada materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia.

Pemilihan media pembelajaran berbentuk pop-up di atas mengingat bahwa usia sekolah dasar dengan rentan usia 7-12 tahun memasuki tahap operasional konkret dalam berpikir. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia sekolah dasar, siswa akan lebih mudah memahami dan menerima materi pelajaran dengan menggunakan media yang konkret. Pada materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia yang terdiri dari berbagai provinsi yang ada di Indonesia, siswa akan mengalami kesulitan dalam menerima materi pelajaran, karena siswa hanya dapat membayangkan terkait materi tersebut dan guru mengalami kesulitan dalam menghadirkan langsung benda konkret, seperti pakaian adat, tarian tradisional, senjata khas, dan rumah adat. Media pop-up yang dimaksud berupa miniatur wilayah Indonesia yang dilengkapi dengan keragaman suku dan kebudayaan Indonesia dengan efek dua dimensi. Dengan menggunakan media

pop-up tersebut, guru dapat memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima (siswa), sehingga siswa memperoleh gambaran yang konkret dari materi yang disampaikan. Selain itu, media pop-up tersebut dapat meningkatkan antusiasme dan peran aktif siswa dalam mengikuti proses pembelajaran serta membantu siswa untuk mengenal bentuk benda yang asli dari materi yang disampaikan. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil

(21)

7

Siswa Kelas V SD Negeri Tegal Panggung Kecamatan Danurejan Kota Yogyakarta Tahun Pelajaran 2016/2017”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Pada waktu pembelajaran IPS, guru tidak menggunakan media pembelajaran

pop-up.

2. Pada waktu pembelajaran IPS, siswa kurang memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru.

3. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS belum mencapai KKM.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti melakukan pembatasan masalah pada rata-rata hasil belajar IPS siswa belum mencapai KKM, karena belum menggunakan media pembelajaran yang membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Dari hal tersebut, peneliti akan memperbaiknya melalui penggunaan media pop-up pada pembelajaran IPS pada siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung, Danurejan, Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

(22)

8 E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan media pop-up pada siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung, Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan informasi mengenai berbagai hal yang berkaiatan dengan penggunaan media pop-up sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa di sekolah dasar.

b. Hasil penelitian ini memperkuat teori dari Azhar Arsyad (2011: 15) yang mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

1) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran.

2) Sebagai bahan informasi tentang penggunaan media pembelajaran pop-up

(23)

9

3) Sebagai bahan masukkan untuk petimbangan dalam pemilihan media pembelajaran sebelum pelaksanaan proses pembelajaran IPS.

b. Manfaat bagi siswa

1) Mempermudah pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran IPS terutama pada materi Keragaman Suku dan Budaya di Indonesia secara konkret.

2) Meningkatkan peran aktif dan rasa antusiasme siswa dalam mengikuti proses pembelajaran IPS.

(24)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar

1. Pengertian IPS SD

IPS SD adalah nama mata pelajaran yang membahas hubungan antara peserta didik dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana peserta didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat yang dihadapkan pada berbagai permasalahan sosial di lingkungannya. Nursid Sumaatmadja (Supriatna, 2008:1) mengemukakan bahwa secara mendasar pengajaran IPS di SD berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.

Sapriya (2009: 20) mengemukakan bahwa IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang diintegrasikan dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains serta berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Oleh karena itu, pendidikan IPS di sekolah dasar memiliki peran dalam memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar sebagai media pelatihan bagi siswa agar menjadi warga negara yang baik. Fakih Samlawi dan Bunyamin Maftuh (1998: 1) mengemukakan bahwa IPS di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan psikologis serta kelayakan dan kebermaknaannya bagi siswa dan kehidupannya.

(25)

11

integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial dan mengkaji terkait fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar agar siswa menguasai pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap sebagai bekal siswa untuk menghadapi permasalahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Tujuan Pembelajaran IPS SD

Pembelajaran IPS di SD bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan kesadaran terhadap masalah sosial yang terjadi di lingkungannya, serta memiliki keterampilan mengkaji dan memecah masalah sosial tersebut.

Sapriya (2009: 157) mengemukakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mempersiapkan warga negara Indonesia agar dapat berpartisipasi dalam hidup di masyarakat, baik dalam masyarakat lokal, nasional, maupun masyarakat dunia. Hal ini senada dengan Ahmad Susanto (2014: 10) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPS di sekolah, adalah sebagai berikut.

a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

(26)

12

Arah mata pelajaran IPS dilatar belakangi oleh pertimbangan bahwa di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat, karena kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisi terhadap kondisi sosial masyarakat yang dinamis. Ahmad Susanto (2014: 33) menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD secara umum, sebagai berikut.

a. Memperoleh gambaran tentang suatu daerah/lingkungan sendiri. b. Mendapatkan informasi tentang suatu lingkungan daerah/wilayah

Indonesia.

c. Memperoleh pengetahuan tentang penduduk Indonesia. d. Menumbuhkembangkan kesadaran dan wawasan kebangsaan. e. Mengetahui kebutuhan hidup.

f. Mampu merasakan sebuah kemajuan khususnya teknologi mutakhir. g. Mampu berkomunikasi, bekerja sama dan bersaing di tingkat lokal,

nasional, dan internasional.

h. Mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya. i. Memiliki kepekaan terhadap fenomena sosial budaya.

j. Memiliki integritas yang tinggi terhadap negara dan bangsa.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006: 67), mata pelajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional, dan global.

(27)

13

pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan agar siswa mampu mengembangkan potensi diri dalam kehidupan bermasyarakat, serta membantu pembentukan pribadi siswa agar menjadi warga nergara yang baik dan berbudaya, peka, serta peduli terhadap masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

3. Pentingnya Pembelajaran IPS SD

Dengan mempelajari IPS di SD, siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kemampuan berfikir kritis dan rasional dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa sekolah dasar belum mampu memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh, tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut. Melalui pengajaran IPS, siswa dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan tantangan-tantangannya.

Menurut Hidayati (2002: 16) alasan penting mempelajari IPS di sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut.

a. Agar siswa dapat mensistematisasikan bahan, informasi, dan kemampuan yang dimiliki yang telah dimiliki mejadi lebih bermakna. b. Agar siswa dapat lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah

sosial secara rasional dan bertanggung jawab.

c. Agar siswa dapat mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.

(28)

14

masyarakat yang beraneka ragam sebagai bekal siswa dalam menghadapi tantangan-tantangan kehidupan bermsyarakat di kemudian hari.

4. Ruang Lingkup IPS SD

Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan (SKL) pada mata pelajaran IPS SD adalah sebagai berikut.

a. Memahami identitas diri dan keluarga, serta mewujudkan sikap saling menghormati dalam kemajemukan keluarga.

b. Mendeskripsikan kedudukan dan peran anggota dalam keluarga dan lingkungan tetangga, serta kerjasama di antara keduanya.

c. Memahami sejarah kenampakan alam dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten, kota dan provinsi.

d. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kota, kabupaten, dan provinsi.

e. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah nasional, keragaman suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

f. Menghargai peranan tokoh pejuang dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

g. Memahami perkembangan wilayah Indonesia sosial di Asia Tenggara serta benua-benua.

h. Mengenal gejala (peristiwa) alam yang terjadi di Indonesia dan negara tetangga, serta dapat melakukan tindakan dalam menghadapi bencana alam.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (BSNP, 2009: 19) menyebutkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya.

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

(29)

15

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu, Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia.

1.1 Menghargai makna peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.2 Menceritakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

1.3 Mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta/atlas/globe dan media lainnya.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia. 1.5 Mengenal jenis-jenis usaha dan

kegiatan ekonomi di Indonesia.

Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan ruang lingkup materi pada Standar Kompetensi 1. Menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu, Budha, dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa serta kegiatan ekonomi di Indonesia dengan Kompetensi Dasar 1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia.

B. Tinjauan Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

(30)

16

sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2009: 22). Soedijarto (Purwanto, 2010: 46) mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Asep Jihad & Abdul Haris (2008: 14) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. Purwanto (2010: 49) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

a. Ranah Kognitif

Hasil belajar kognitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognisi. Proses belajar yang melibatkan kognisi meliputi kegiatan sejak dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, penyimpanan dan pengolahan dalam otak menjadi informasi hingga pemanggilan kembali informasi ketika diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Bloom (Purwanto, 2010: 50) membagi dan menyusun secara hirarkhis tingkat belajar kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana yaitu hafalan sampai yang paling tinggi dan kompleks yaitu evaluasi. Enam tingkatan hasil belajar tersebut, yaitu:

(31)

17

2) kemampuan pemahaman (C2) merupakan kemampuan untuk melihat hubungan fakta dengan fakta,

3) kemampuan penerapan (C3) merupakan kemampuan kognitif untuk memahami aturan, hukum, rumus, dan sebagainya yang digunakan untuk memecahkan masalah,

4) kemampuan analisis (C4) merupakan kemampuan memahami sesuatu dengan menguraikannya ke dalam unsur-unsur,

5) kemampuan sintesis (C5) merupakan kemampuan memahami dengan mengorganisasikan bagian-bagian ke dalam kesatuan, dan

6) kemampuan evaluasi (C6) merupakan kemampuan membuat penilaian dan mengambil keputusan dari hasil penilaiannya.

b. Ranah Afektif.

Krathwohl (Purwanto, 2010: 51) membagi hasil belajar afektif menjadi lima tingkat, yaitu:

1) penerimaan adalah kesediaan menerima rangsangan dengan memberikan perhatian kepada rangsangan yang datang kepadanya, 2) partisipasi adalah kesediaan memberikan respon dengan

berpartisipasi,

3) penilaian adalah kesediaan untuk menentukan pilihan sebuah nilai dari rangsangan tersebut,

4) organisasi adalah kesediaan mengorganisasikan nilai-nilai yang dipilihnya untuk menjadi pedoman yang mantap dalam perilaku, dan 5) internalisasi adalah menjadikan nilai-nilai yang diorganisasikan untuk

tidak hanya menjadi pedoman perilaku tetapi juga menjadi bagian dari pribadi dalam perilaku sehari-hari.

c. Ranah Psikomotorik

Simpson (Purwanto, 2010: 53) mengklasifikasikan hasil belajar psikomotorik menjadi enam, yaitu:

1) persepsi adalah kemampuan membedakan suatu gejala dengan gejala lain,

2) kesiapan adalah kemampuan menempatkan diri untuk memulai suatu gerakan,

3) gerakan terbimbing adalah kemampuan melakukan gerakan meniru model yang dicontohkan,

4) gerakan terbiasa adalah kemampuan melakukan gerakan tanpa ada model contoh,

(32)

18

6) kreativitas adalah kemampuan menciptakan gerakan-gerakan baru yang tidak ada sebelumnya atau mengombinasikan gerakan-gerakan yang ada menjadi kombinasi gerakan baru yang orisinal.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu pencapaian dari tujuan pendidikan yang diperoleh peserta didik dari pengalaman-pengalaman belajarnya dan ditandai dengan perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik ke arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini, hasil belajar IPS yang dimaksud adalah tingkat keberhasilan siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran IPS pada materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya di Indonesia.

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Dimyati & Mudjiono (2002: 10) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar terdiri dari dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari luar diri siswa. Salah satu faktor yang berasal dari luar siswa adalah peranan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas seperti penggunaan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dibahas. Clark (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2001: 39) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Slameto (2003: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor

ekstern.

a. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Di dalam faktor intern akan dibahas beberapa faktor yang mempengaruhi, yaitu:

(33)

19

a) kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit, karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat indera serta tubuhnya. b) cacat tubuh, adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau

kurang sempurna mengenai tubuh atau badan, seperti buta, tuli, patah kaki, dan lumpuh.

2) faktor psikologis, yang terdiri dari:

a) inteligensi, adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengn cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, dan mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b) perhatian, adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek, sehingga untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan yang dapat menyebabkan ia tidak lagi suka belajar.

c) minat, dapat diartikan dengan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, sehingga apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.

d) motivasi, dapat diartikan suatu penggerak pada diri individu dalam mewujudkan tujuan yang akan dicapai dan besarnya motivasi yang dimiliki individu akan sangat berpengaruh terhadap kualitas tingkah laku yang ditampilkan.

b. Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu, meliputi: 1) keluarga, merupakan lingkungan pertama dari anak dimana di

keluarga anak memperoleh pendidikan pertama, sehingga kondisi keluarga yang baik akan mempengaruhi perkembangan dan hasi belajar anak, selain itu suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, hubungan dengan orang tua, dan bimbingan orang tua sangatlah berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar anak.

2) sekolah, faktor di sekolah yang memperngaruhi hasil belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

(34)

20

Jadi berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmaniah dan faktor rohani, sedangkan faktor ekstern meliputi keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini, salah satu faktor ekstern yaitu sekolah, terutama penggunaan media pembelajaran pop-up untuk meningkatkan hasil belajar IPS. C. Tinjauan Media Pembelajaran Pop-up

1. Pengertian Media Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan edukatif dimana terjadi interaksi antara siswa dan guru. Kegiatan pembelajaran memiliki nilai edukatif dikarenakan guru mengarahkan siswa secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dituntut untuk kreatif dan inovatif dalam proses pengajaran agar materi yang disampaikan mudah diterima dan dipahami oleh siswa. Pembelajaran yang efektif dan banyak diminati siswa diperlukan media atau alat bantu pembelajaran yang dipilih secara tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

(35)

21

menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, siswa dan isi pelajaran.

Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2011: 4) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi meteri pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, form, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Oleh karena itu, apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran. Burden dan Byrd (Ahmad Susanto, 2014: 313) mendefinisikan bahwa media pembelajaran sebagai alat yang menyediakan fungsi-fungsi pembelajaran dalam pendidikan terutama dalam mengantarkan informasi dari sumber ke penerima, yang dapat memfasilitasi dan meningkatkan kualitas belajar siswa.

(36)

22

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Berdasarkan pernyataan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang berupa fisik digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran guna memperoleh proses belajar yang efektif dan efisien. Dengan menggunakan media pembelajaran, maka interaksi guru dan siswa akan lebih interaktif serta dapat menarik minat siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terutama materi keanekaragaman suku dan budaya Indonesia.

2. Manfaat Media Pembelajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, adalah sebagai berikut.

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati dan demonstrasi.

(37)

23

media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran.

Ahmad Susanto (2014: 322) mengemukakan bahwa tujuan diterapkannya media pembelajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut.

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga kativitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan di atas yang dikaitkan dengan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa manfaat media pembelajaran untuk mempermudah siswa dalam menerima dan menyerap materi pelajaran yang diberikan guru serta menciptakan proses pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, efisien, dan efektif pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial terutama materi keanekaragaman suku dan budaya Indonesia.

3. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Menurut Arsyad Azhar (2005: 6), ciri-ciri umum yang terkandung dalam media, adalah sebagai berikut.

a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.

(38)

24

dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.

c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.

d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.

e. Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

f. Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya radio dan televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide, video, OHP) atau perorangan (misalnya modul, komputer, radio tape, video recorder).

g. Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

Gerlach & Ely (Azhar Arsyad, 2011: 12) mengemukakan tiga ciri media sebagai berikut.

a. Ciri Fiksatif (Fixative Property)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya dengan kamera atau video kamera dapat direproduksi sesuai yang diperlukan dengan mudah dan tanpa mengenal waktu.

b. Ciri Manipulatif (Manipulative Property)

Tranformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu beberapa menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Kemampuan media dari ciri manipulatif memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah, maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan.

c. Ciri Distributif (Distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian tersebut.

(39)

25

kebutuhan. Selain itu, media memiliki kemampuan untuk menyamakan informasi yang diterima siswa di berbagai tempat yang berbeda.

4. Macam-Macam Media Pembelajaran

Leshin, Pollock, dan Reigeluth (Azhar Arsyad, 2011: 36) mengemukakan bahwa media dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, field trip).

b. Media berbasis buku cetak (buku, penuntun, buku latihan). c. Media berbasis visual (buku, bagan, grafik, peta, gambar, slide). d. Media berbasis audio-visual (video, film).

e. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext).

Djamarah (Ahmad Susanto, 2014: 317) menyebutkan bahwa berdasarkan jenisnya media pembelajaran dapat dikelompokkan, sebagai berikut.

a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.

Azhar Arsyad (2011: 29) mengemukakan bahwa berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu media hasil teknologi cetak, media hasil teknologi audio-visual, media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer. Adapun penjelasannya sebagai berikut.

a. Teknologi cetak, adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses pencetakan mekanis atau fotografis. Kelompok media hasil teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto atau representasi fotografik dan reproduksi.

(40)

26

dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pengajaran melalui audio-visual bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.

c. Teknologi berbasis komputer, adalah cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Pada media yang dihasilkan dari teknologi berbasis komputer, informasi atau materi disimpan dalam bentuk digital, bukan dalam bentuk cetak atau visual.

d. Teknologi gabungan, adalah cara untuk menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam perkembangan media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi, baik media pembelajaran berbasis cetak, visual, audio-visual, komputer, maupun berbasis manusia. Dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat, guru diharapkan mampu melakukan inovasi dalam penyampaian isi atau pesan pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efisien dan efektif. 5. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Dari segi teori belajar, berbagai kondisi dan prinsip-prinsip psikologis yang perlu mendapatkan pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media antara lain motivasi, perbedaan individual, tujuan pembelajaran, organisasi isi, persiapan sebelum belajar, emosi, partisipasi, umpan balik, penguatan, latihan dan pengulangan, dan penerapan (Azhar Arsyad, 2011: 72).

John Jarolimek (Hidayati, 2002: 121) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam menentukan pemilihan media, sebagai berikut.

a. Tujuan instruksional yang akan dicapai. b. Tingkat usia dan kematangan anak. c. Kemampuan baca anak.

d. Tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran.

(41)

27

Azhar Arsyad (2011: 75) mengemukakan beberapa kriteria yang patut diperhatikan dalam memilih media, antara lain sebagai berikut.

a. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.

c. Praktis, luwes, dan bertahan.

d. Guru terampil dalam menggunakannya.

e. Pengelompokkan sasaran, media yang efektif untuk kelompok besar belum tentu sama efektifnya untuk kelompok kecil atau perseorangan. f. Mutu teknis, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi

harus memenuhi persyaratan teknis tertentu.

Basuki Wibawa dan Farida Mukti 1992: 67) mengatakan bahwa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, adalah sebagai berikut.

a. Tujuan

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat kriteria-kriteria dalam pemilihan media yang akan digunakan oleh guru, antara lain sesuai dengan tujuan pembelajaran dan perkembangan peserta didik. Pemilihan media yang sesuai kriteria, dapat memudahkan siswa dalam menerima materi yang diberikan guru, sehingga akan berpengaruh positif pada meningkatnya hasil belajar siswa.

6. Jenis-Jenis Media Pembelajaran

(42)

28

Sedangkan Hidayati (2002: 113) menyebutkan bahwa macam-macam ragam dan bentuk media pembelajaran, sebagai berikut.

a. Media yang tidak diproyeksikan, berupa gambar diam, bahan-bahan grafis serta model dan realita.

b. Media yang diproyeksikan, contohnya slide, film, televisi, OHP, tape recorder, dan sebagainya.

c. Media audio, contohnya radio dan rekaman.

d. Sistem Multi Media berupa gabungan dari satu jenis media yang disusun berdasarkan atas topik tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat bahwa jenis media pembelajaran sangatlah beragam dan bermacam-macam yang hal ini dapat memotivasi guru agar lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mendorong peran aktif siswa dan antusiasme siswa terhadap mata pelajaran IPS. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media yang tidak diproyeksikan, yaitu media pop-up.

7. Pengertian Pop-Up.

Joko D. Muktiono (2003: 65) mengemukakan bahwa pop-up book adalah sebuah buku yang memiliki tampilan gambar yang bisa ditegakkan serta membentuk obyek-obyek yang indah dan dapat bergerak atau memberi efek yang menakjubkan. Sedangkan, Dzuanda (Nila Rahmawati, 2014: 4) mengemukakan bahwa pop up book adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka.

(43)

29

interaksinya melalui penggunaan kertas sebagai bahan lipatan, gulungan, bentuk, roda atau putarannya. Sabuda (Aditya Dewa Kusuma, 2013) mengemukakan bahwa buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari gambar yang terlihat memiliki tampilan tiga dimensi dan kinetik, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser dapat bergerak sehingga dapat membentuk seperti benda aslinya. Hal lain yang membuat buku pop-up menarik dan berbeda dari buku cerita ilustrasi biasa adalah pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menakjubkan itu karena mereka memiliki andil ketika membuka halaman buku tersebut.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pop-up book adalah media pembelajaran yang memiliki unsur 3 dimensi dan dapat bergerak ketika halaman dibuka yang disertai dengan ilustrasi gambar yang lebih menarik dan bisa ditegakkan. Media pop-up book dapat meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, karena siswa memiliki andil dan dapat mengeksplorasi pengalaman-pengamalan belajar ketika membuka halaman buku tersebut

8. Manfaat Media Pop-Up

Dzuanda (Nila Rahmawati, 2014: 4) mengemukakan bahwa manfaat dari media pop-up book, adalah sebagai berikut.

a. Mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan memperlakukannya dengan baik.

b. Mendekatkan anak dengan orang tua karena buku pop-up memiliki bagian yang halus sehingga memberikan kesempatan untuk orang tua untuk duduk bersama dengan putra-putri mereka dan menikmati cerita (mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak)

(44)

30

e. Menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda (pengenalan benda).

f. Dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan kecintaan anak terhadap membaca.

Bluemel dan Taylor (Nila Rahmawati, 2014: 4) menyebutkan bahwa beberapa kegunaan media pop-up, sebagai berikut.

a. Untuk mengembangkan kecintaan anak muda terhadap buku dan membaca.

b. Bagi peserta didik anak usia dini untuk menjebatani hubungan antara situasi kehidupan nyata dan simbol yang mewakilinya.

c. Bagi siswa yang lebih tua dapat berguna untuk mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.

Dari beberapa pendapat ahli di atas disimpulkan bahwa media pop-up

dapat meningkatkan kecintaan siswa terhadap buku dan menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda.

9. Kelebihan Media Pop-Up

Anggi Nur Cahyani (2014: 23) menjelaskan kelebihan pop-up dalam bentuk buku cerita yaitu dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik dibandingkan dengan buku cerita pada umumnya. Inovasi lain yang dimiliki buku

pop-up, seperti gambar yang dapat bergerak, berubah bentuk, bahkan dapat mengeluarkan bunyi dapat membuat anak-anak terkesan untuk membuka setiap halamannya dan mengikuti alur ceritanya. Selain itu, melalui pop-up, dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikan melalui cerita ilustrasi. Sedangkan, Van Dyk (Na’ilatun Ni’mah, 2014: 22) mengemukakan bahwa kelebihan dari media pop-up dalam pemebelajaran, adalah sebagai berikut.

a. Membuat pembelajaran lebih efektif, interaktif, dan mudah diingat. b. Menyediakan umpan pembelajaran, karena bagi siswa ilustrasi visual

(45)

31

c. Membantu siswa dalam mendokumentasi, meneliti, dan memberikan pengalaman mengenai lingkungan sekitar.

d. Menyediakan pengalaman baru dan menambah pengalaman tentang aktivitas sehari-hari.

e. Menghibur dan menarik perhatian siswa.

f. Memberikan pengalaman langsung atau kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi saat menggunakan pop-up dalam proses pembelajaran.

Surakhmad (1998: 17) yang mengemukakan bahwa sistem belajar siswa aktif akan lebih efektif jika diterapkan dalam pembelajaran di sekolah, artinya sistem belajar mengajar yang menekankan pada keaktifan siswa secara fisik, intelektual, emosional untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran, semakin baik aktivitas belajar siswa, maka semakin baik hasil belajar siswa tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pop-up dapat menunjukkan objek secara lebih utuh dan terlihat seperti nyata, sehingga siswa lebih mudah mengilustrasikan materi yang disampaikan guru. Selain itu, pembelajaran akan lebih efektif dan interaktif, karena siswa terlibat dalam penggunaan media pop-up, yang hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

10. Langkah-Langkah Penggunaan Media Pop-Up a. Bukalah media pop-up dengan hati-hati

b. Lihat daftar isi untuk menemukan provinsi yang ingin kamu pelajari

c. Bukalah halaman provinsi yang ingin kamu pelajari dan perhatikan pop-up

yang terbentuk.

(46)

32

e. Terdapat pop-up berbentuk laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian adat provinsi yang sedang kamu pelajari

f. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan senjata tradisional untuk menemukan keterangan terkait senjata tradisional provinsi yang sedang kamu pelajari g. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan rumah adat untuk menemukan

keterangan terkait rumah adat provinsi yang sedang kamu pelajari

h. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan pakaian adat untuk menemukan keterangan terkait pakaian adat provinsi yang sedang kamu pelajari

i. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan tarian daerah untuk menemukan keterangan terkait tarian daerah provinsi yang sedang kamu pelajari

j. Bukalah buku kecil pada bagian bawah pop-up untuk menemuka keterangan terkait suku, bahasa, lagu daerah, dan peta provinsi yang sedang kamu pelajari

k. Baca dan amati dengan seksama keterangan pada setiap lipatan kecil untuk memudahkanmu menemukan jawaban yang sedang kamu cari

11. Jenis-Jenis Teknik Pembuatan Pop-Up

Sabuda (Aditya Dewa Kusuma, 2013: 9) menyebutkan bahwa terdapat beberapa macam teknik pop-up, diantaranya sebagai berikut.

a. Transformations, yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari potongan-potongan pop-up yang disusun secara vertikal.

b. Volvelles, yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran dalam pembuatannya.

c. Peepshow, yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan kertas yang disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi kedalaman dan perspektif.

(47)

33

e. Carousel, yaitu teknik yang didukung dengan tali, pita atau kancing yang apabila dibuka dan dilipat kembali berbentuk benda yang kompleks.

f. Box and Cylinder, yaitu gerakan sebuah kubus atau tabung yang bergerak naik dari tengah halaman ketika halaman dibuka.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, terdapat beberapa teknik dalam pembuatan pop-up. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pembuatan

volvelles, pull-tabs, serta box and cylinder.

D. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

Menurut Conny R. Semiawan (1999: 63) karakteristik yang diharapkan pada cara pembelajaran untuk anak SD, adalah sebagai berikut.

1. Programnya disusun fleksibel dan tidak kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak.

2. Tidak dilakukan secara monoton dan verbalistik, tetapi disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas seperti eksperimen, praktek, observasi langsung, permainan, dan sejenisnya.

3. Melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan berbagai proses mental dan perseptual.

Utami Munandar (1999: 4) mengemukakan bahwa masa usia sekolah dasar dapat dibagi menjadi dua fase, sebagai berikut.

1. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, sekitar usia 6 sampai 9 tahun. 2. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, sekitar usia 10 sampai 12-13 tahun Lebih lanjut, Utami Munandar (1999: 4) mengemukakan beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini, sebagai berikut.

1. Sifat khas masa kelas-kelas rendah, sebagai berikut.

a. Ada korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.

b. Sikap tunduk kepada peraturan permainan yang tradisional. c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.

(48)

34

e. Kalau tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.

f. Pada masa ini, anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.

2. Sifat khas masa kelas-kelas tinggi, sebagai berikut.

a. Minat kepada kehidupan praktis konkret sehari-hari, kecenderungan membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b. Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar.

c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus.

d. Sampai kira-kira umur 11 tahun, anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya.

e. Pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat terhadap prestasi sekolah.

f. Di dalam permainan biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.

Syamsudin dkk (2004: 87) mengemukakan bahwa sifat khas kelas tinggi sekolah dasar, sebagai berikut.

1. Perhatiannya tertuju kepada kehidupan praktis sehari-hari. 2. Ingin tahu, ingin belajar, realistis.

3. Timbul minat kepada pelajaran khusus.

4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.

5. Anak suka membentuk kelompok sebaya atau peer group untuk bermain bersama dan mereka membuat peraturan sendiri di dalam kelompok.

(49)

35

aktif, dan memiliki minat yang tinggi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

E. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Adiza Belva Hendrakusuma, Septi Rohni Undari, Wildan Isnaini Yahya, Neng Sa’adah, dan Imas Widowati yang berjudul

“POBUNDO (Pop-up Budaya Indonesia): sebagai Media Pembelajaran Berbasis Kebudayaan Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Tegal Panggung masih berpusat pada guru dan belum menggunakan media pembelajaran yang variatif, sehingga siswa mengalami kesulitan menerima materi yang disampaikan guru terutama pada materi Keragaman Suku dan Budaya di Indonesia. Hal ini menyebabkan siswa kurang antusias pada mata pelajaran IPS, yang berdampak terhadap rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri Tegal Panggung. Guru perlu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa sebagai subjek pendidikan memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya solusi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, salah satunya dengan memanfaatkan media pembelajaran yang sesuai dan relevan, sehingga siswa lebih antusias dalm mengikuti proses pembelajaran IPS dan diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

(50)

36

siswa kelas V SD termasuk dalam golongan kelas tinggi yang memiliki sifat khas, yaitu lebih tertuju pada suatu hal yang konkret, realistis, dan praktis. Oleh karena itu, media pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penggunaan media pembelajaran pop-up, akan memberikan pengetahuan secara konkret dan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat.

Gambar 1. Kerangka Pikir

G. Hipotesis Tindakan

(51)

37 H. Definisi Operasional Variabel

1. Hasil belajar adalah suatu pencapaian dari tujuan pendidikan yang diperoleh peserta didik dari pengalaman-pengalaman belajarnya dan ditandai dengan perubahan-perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik ke arah yang lebih baik. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksud adalah hasil perubahan kemampuan kognitif yang dicapai dari suatu kegiatan pembelajaran yang diukur dengan tes. Perubahan kognitif yang dicapai pada penelitian ini meliputi tingkat kemampuan C1 (menghafal), C2 (pemahaman), dan C3 (penerapan) pada mata pelajaran IPS materi Keragaman Suku dan Budaya Indonesia.

2. Media pop-up adalah sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi serta memberikan visualisasi cerita yang menarik, mulai dari tampilan gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka. Terdapat beberapa jenis teknik pembuatan pop-up seperti

transformations, volvelles, peepshow, pull-tabs, carousel, box and cylinder.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis teknik pembuatan volvelles,

pull-tabs, serta box and cylinder. Langkah-langkah dalam penggunaan media

pop-up, adalah sebagai berikut.

a. Bukalah media pop-up dengan hati-hati.

b. Lihat daftar isi untuk menemukan provinsi yang ingin kamu pelajari. c. Bukalah halaman provinsi yang ingin kamu pelajari dan perhatikan

(52)

38

d. Bagian tengah merupakan rumah adat provinsi yang sedang kamu pelajari.

e. Terdapat pop-up berbentuk laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian adat provinsi yang sedang kamu pelajari.

f. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan senjata tradisional untuk menemukan keterangan terkait senjata tradisional provinsi yang sedang kamu pelajari.

g. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan rumah adat untuk menemukan keterangan terkait rumah adat provinsi yang sedang kamu pelajari.

h. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan pakaian adat untuk menemukan keterangan terkait pakaian adat provinsi yang sedang kamu pelajari. i. Bukalah lipatan kecil yang bertuliskan tarian daerah untuk menemukan

keterangan terkait tarian daerah provinsi yang sedang kamu pelajari. j. Bukalah buku kecil pada bagian bawah pop-up untuk menemuka

keterangan terkait suku, bahasa, lagu daerah, dan peta provinsi yang sedang kamu pelajari.

(53)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Wina Sanjaya (2011: 26) menjelaskan bahwa PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Jasa Ungguh Muliawan (2010: 1) mengemukakan bahwa PTK merupakan salah satu bentuk penelitian yang dilakukan di kelas yang biasanya dilakukan oleh guru bekerja sama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah dan atau di tempat ia mengajar untuk tujuan penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu penelitian berdasarkan suatu masalah yang terjadi di kelas yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melakukan perbaikan dan penyempurnaan terkait hasil belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung dengan menggunakan media pop-up. B. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

(54)

40

bahwa rata-rata hasil belajar IPS siswa belum mencapai KKM dan terdapat 12 siswa atau sebesar 57,14% yang belum tuntas dan 9 siswa atau sebesar 42,86% yang sudah tuntas. Sedangkan objek penelitian pada penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung dengan menggunakan media pop-up pada materi keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia.

C. Setting Penelitian

(55)

41 D. Model Penelitian

Kurt Lewin (Suharsimi Arikunto, 2010: 131) mengemukakan bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok, yaitu perencanaan atau

planning, tindakan atau acting, pengamatan atau observing, dan refleksi atau

reflecting.

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart. Kemmis & Mc Taggart memandang komponen sebagai langkah dalam siklus sehingga mereka menyatukan dua komponen, yaitu tindakan (acting) dan pengamatan (observing) sebagai satu kesatuan. Begitu berlangsungnya suatu tindakan dilakukan, tahap observasi juga harus dilakukan sesegera mungkin. Hasil dari pengamatan kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi (Suharsimi Arikunto, 2010: 131).

Model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Mc Taggart dalam penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.

(56)

42

Kegiatan penelitian ini direncanakan melalui beberapa siklus. Setiap siklus yang dilaksanakan dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti melakukan pengamatan proses belajar mengajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas VB SD Negeri Tegal Panggung, Yogyakarta. Dari hasil observasi selama kegiatan belajar mengajar diperoleh suatu permasalahan, yaitu guru belum menggunakan media pembelajaran secara optimal sehingga nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS masih rendah. Dari masalah tersebut, maka peneliti dalam tahap perencanaan ini dapat membuat sebuah perencanaan, yaitu:

1) menentukan materi pelajaran IPS yang akan diteliti, yaitu keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia,

2) menentukan indikator pembelajaran,

3) membuat RPP tentang materi keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia dengan menggunakan media pop-up,

4) mempersiapkan media pop-up yang akan digunakan dalam pembelajaran IPS, 5) mempersiapkan lembar kerja siswa tentang materi keragaman suku bangsa

dan budaya Indonesia,

6) mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati keaktifan siswa selama pembelajaran IPS dengan menggunakan media pop-up, dan

7) mempersiapkan soal tes yang akan diberikan kepada siswa pada akhir pertemuan.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Rata-Rata UTS Mata Pelajaran IPS dan Mata
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas V
Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar 2. Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggart (Kusumah dan Dwitagama, 2009: 20)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada menu data kegiatan dapat diakses oleh seluruh pengguna yang ada di sistem, sub menu tambah data kegiatan digunakan untuk memasukan data kegiatan yang dilakukan

Selain SMS yang dikirim kita dapat melihat gambar objek yang menyebabkan sinar laser tidak mengenai LDR karena pada sistem yang dibuat ditambahkan webcam. Webcam

Sumber : Dirjen Perhubungan Darat, 1998. Pintu Masuk Dan Keluar Menjadi Satu. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pintu masuk

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan perhitungan rencana pemberian air irigasi dan hasil perhitungan dibandingkan dengan pemberian air

Diagram ini hanya digunakan untuk jarak terhadap singkapan (diukur dari titik yang ingin diketahui kedalaman lapisan batuannya) pada bidang horisontal yang diukur tegak lurus

bandul tanpa celah menghasilkan jumlah ayunan lebih kecil karena adanya arus Eddy yang terbentuk pada plat akibat perubahan fluks pada sumber magnet ketika plat

Untuk guru SMA Negeri 10 Palembang, dari 10 indikator tentang kompetensi pedagogik guru, indikator keempat yaitu kemampuan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran

Akan tetapi, sebagaimana diperlihatkan oleh Deleuze, Guattari, Lyotard, Foucault, dan Baudrillard, fondasi dari dunia penampakan itu telah beralih pada hasrat dan kehendak