i
TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA
PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL
Penelitian Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)Negeri di Wilayah Kota Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Gabriel Ayu Pertiwi 131334112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
SKRIPSI
iv
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada: Tuhan Allahku Yesus Kristus
Bunda Maria
Kedua orang tuaku, Alm. Bapak Damianus Susanto dan Ibu Cicilia Partinah
Kedua saudaraku, Maria Israel dan Yohanes Paska Gesang Prasojo
Beasiswa Bidikmisi 2013
Om Koko, Tante Ndari, Om Pipit, dan Om Hartoko
v
MOTTO
Belajar, Berusaha, dan Berdoa
Everything you do now is for your future, think about that!
“Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab
Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;
Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10)
Mendapatkan yang anda kejar adalah Kesuksesan, tetapi mencintai perjalanan
selama anda berusaha mendapatkannya itu adalah Kebahagiaan (Bertha
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Juni 2017 Penulis,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Gabriel Ayu Pertiwi
Nomor Mahasiswa : 131334112
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial dan Non Finansial Penelitian Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Wilayah Kota Yogyakarta”
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada Tanggal: 16 Juni 2017 Yang menyatakan,
viii
ABSTRAK
TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PROFESINYA PADA ASPEK FINANSIAL DAN NON FINANSIAL
Penelitian Dilakukan Pada Guru-Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Wilayah Kota Yogyakarta
Gabriel Ayu Pertiwi Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial dan apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru SMK Negeri di wilayah Kota Yogyakarta terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jenis kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah, dan status sertifikasi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian komparatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai April 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMK Negeri di wilayah Kota Yogyakarta dengan jumlah 736 guru. Sampel penelitian sebanyak 263 guru diambil dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan data dianalisis dengan: (1) analisis parametrik, yaitu uji t dan uji Anova; dan (2) analisis non parametrik, yaitu uji Mann Whitney dan uji Kruskal – Wallis (H Test).
ix
ABSTRACT
LEVEL OF TEACHERS’ SATISFACTION TO THEIR PROFESSION ON FINANCIAL AND NON FINANCIAL ASPECT
A Research on Public Vocational High School Teachers in Yogyakarta
Gabriel Ayu Pertiwi population of this research were 736 teachers of Public Vocational High Schools in Yogyakarta. The samples were 263 teachers taken by applying cluster random sampling. Data were collected by using questionnaires and were analized statistically: (1) parametric analysis applied t-test and Anova; and (2) non parametric analysis by using Mann Whitney and Kruskal-Wallis (H Test).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, penyertaan, dan
tuntunanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial dan Non
Finansial”.
Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK
Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Wakil Rektor I Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Ibu Benedecta Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen
xi
bimbingan, arahan, dan motivasi yang berarti bagi penulis dari awal sampai
akhir untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. dan Bapak Dr. Sebastianus
Widanarto Prijowuntato S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama
perkuliahan.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuan dan pengalaman selama masa perkuliahan.
7. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku tenaga administrasi Program Studi
Pendidikan Ekonomi, BKK Pendidikan Akuntansi.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Guru SMK Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2
Yogyakarta, SMK Negeri 6 Yogyakarta, dan SMK Negeri 7 Yogyakarta yang
telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian.
9. Kedua orang tuaku, Alm. Bapak Damianus Susanto dan Ibu Cicilia Partinah
yang telah memberikan dukungan, semangat, nasihat, dan doa yang sungguh
luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
10.Kedua saudaraku, Maria Israel dan Yohanes Paska Gesang Prasojo serta Om
dan Tanteku (Om Koko, Tante Ndari, Om Pipit, dan Om Hartoko) yang telah
banyak mendukung, memotivasi, dan mendoakan selama proses perkuliahan
sampai terselesainya penyusunan skripsi ini.
11.Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
xii
memberikan bantuan biaya pendidikan kepada penulis yaitu Beasiswa
Bidikmisi selama masa kuliah.
12.Teman-teman satu dosen pembimbing skripsi (Della, Laurent, Valent Indri,
Valent Putri, Yudha, Mita, Agatha, Linda, Ping, Michelle, Febri, dan Mirna)
yang selalu memberikan semangat, kekuatan, dan masukan yang sangat berarti
kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
13.Sahabat “sodarah” (Stephani, Anas, Kornel, dan Ira) yang selalu memberikan
bantuan, semangat, masukan, dan motivasi selama menjalani perkuliahan
sampai terselesainya skripsi ini.
14.Seluruh teman-teman Program Studi Pendidikan Ekonomi, BKK Pendidikan
Akuntansi angkatan 2013 yang selalu memberikan kekuatan untuk tetap
bersemangat dalam menjalankan tugas-tugas perkuliahan hingga sampai
terselesainya skripsi ini.
15.Sahabat “jogja-squad” (Fauzan, Lia, Fathur, dan Aditya) yang selalu
memberikan bantuan, semangat, dukungan, dan motivasi yang sangat berarti
sampai terselesainya skripsi ini.
16.My “perfect-code” yang selalu memberikan bantuan, masukan, motivasi,
semangat, dan dukungan yang sangat berarti sampai terselesainya skripsi ini.
17.Teman-temanku semasa sekolah yang selalu memberikan semangat, kekuatan
dan dukungan yang sangat berarti sampai terselesainya skripsi ini.
18.Semua pihak yang telah mendukung saya dalam menempuh perkulian hingga
xiii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Yogyakarta, 16 Juni 2017
Penulis,
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
xv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Kerja ... 8
1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 8
2. Teori Kepuasan Kerja ... 9
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 12
B. Profesi Guru ... 19
1. Pengertian Profesi ... 19
2. Guru ... 20
a. Pengertian Guru ... 20
b. Peran Guru ... 21
c. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 23
3. Pengertian Profesi Guru ... 26
C. Aspek Finansial dan Non Finansial ... 26
1. Aspek Finansial ... 26
2. Aspek Non Finansial ... 32
a. Iklim Organisasi ... 32
b. Sosial ... 33
c. Psikologis ... 34
d. Motivasi ... 36
D. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ... 41
E. Rasionalitas Penelitian atau Kerangka Berfikir ... 42
xvi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 48
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 49
D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 52
F. Teknik Pengumpulan Data ... 60
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 60
1. Validitas ... 60
2. Reliabilitas ... 63
H. Teknik Analisis Data ... 65
1. Analisis Deskriptif ... 65
2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 66
a. Uji Normalitas ... 66
b. Uji Homogenitas ... 72
3. Pengujian Hipotesis ... 74
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 78
1. Jenis Kelamin ... 84
2. Lama Menjalani Profesi ... 85
3. Status Kepegawaian ... 85
4. Jabatan di Sekolah ... 86
xvii
6. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial ... 87
B. Analisis Data ... 97
1. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 97
2. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Lama Menjalani
Profesi ... 102
3. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Status
Kepegawaian ... 106
4. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Jabatan di
Sekolah ... 110
5. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Status
Sertifikasi ... 115
C. Pembahasan ... 119
1. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari
Jenis Kelamin ... 119
2. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari
xviii
3. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari
Status Kepegawaian ... 131
4. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Jabatan di Sekolah ... 136
5. Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Ditinjau dari Status Sertifikasi ... 141
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 147
B. Saran ... 154
C. Keterbatasan ... 155
DAFTAR PUSTAKA ... 156
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Jumlah Populasi Guru SMK Negeri di Kota Yogyakarta ... 49
Tabel 3.2 : Sampel Sekolah yang Diteliti ... 52
Tabel 3.3 : Skor Jenis Kelamin ... 53
Tabel 3.4 : Skor Lama Menjalani Profesi ... 55
Tabel 3.5 : Skor Status Kepegawaian ... 55
Tabel 3.6 : Skor Jabatan di Sekolah ... 56
Tabel 3.7 : Skor Status Sertifikasi ... 57
Tabel 3.8 : Skor Skala Likert ... 57
Tabel 3.9 : Kisi-Kisi Kuesioner dan Operasionalisasinya ... 58
Tabel 3.10 : Hasil Pengukuran Uji Validitas Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial dan Non Finansial ... 61
Tabel 3.11 : Tabel Interpretasi ... 64
Tabel 3.12 : Hasil Uji Reliabilitas Instumen Variabel Kepuasan Guru ... 65
Tabel 3.13 : Kategori PAP Tipe II Kepuasan Guru Terhadap Profesinya ... 66
Tabel 3.14 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 67
Tabel 3.15 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Pada Setiap Aspek Kepuasan Guru Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 67
xx
Tabel 3.17 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Pada Setiap Aspek
Kepuasan GuruDitinjau dari Lama Menjalani Profesi ... 68
Tabel 3.18 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Ditinjau dari
Status Kepegawaian ... 69
Tabel 3.19 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Pada Setiap Aspek
Kepuasan Guru Ditinjau dari Status Kepegawaian ... 69
Tabel 3.20 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Ditinjau Dari
Jabatan di Sekolah ... 70
Tabel 3.21 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Pada Setiap Aspek
Kepuasan Guru Ditinjau dari Jabatan di Sekolah ... 70
Tabel 3.22 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Ditinjau dari
Status Sertifikasi ... 71
Tabel 3.23 : Hasil Pengujian Normalitas Kelompok Sampel Pada Setiap Aspek
Kepuasan Guru Ditinjau dari Status Sertifikasi ... 71
Tabel 3.24 : Hasil Pengujian Homogenitas Pada Beberapa Kelompok Sampel...72
Tabel 3.25 : Hasil Pengujian Homogenitas Beberapa Kelompok Sampel Pada
Setiap Aspek Kepuasan Guru ... 73
Tabel 4.1 : Distribusi Responden Penelitian Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 84
Tabel 4.2 : Distribusi Responden Penelitian Ditinjau dari Lama Menjalani
Profesi ... 85
Tabel 4.3 : Distribusi Responden Penelitian Ditinjau dari Status Kepegawaian 86
Tabel 4.4 : Distribusi Responden Penelitian Ditinjau dari Jabatan di Sekolah .. 86
xxi
Tabel 4.6 : Kategori Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Finansial dan Non Finansial ... 87
Tabel 4.7 : Diskripsi Data Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial ... 88
Tabel 4.8 : Kategori Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Finansial ... 89
Tabel 4.9 : Diskripsi Data Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial ... 90
Tabel 4.10 : Kategori Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Iklim Organisasi ... 91
Tabel 4.11 : Diskripsi Data Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Iklim Organisasi ... 92
Tabel 4.12 : Kategori Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Sosial ... 92
Tabel 4.13 : Diskripsi Data Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Sosial ... 93
Tabel 4.14 : Kategori Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
Aspek Psikologis ... 94
Tabel 4.15 : Diskripsi Data Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Psikologis ... 95
Tabel 4.16 : Kategori Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada
xxii
Tabel 4.17 : Diskripsi Data Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Motivasi ... 96
Tabel 4.18 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 98
Tabel 4.19 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Terhadap
Profesinya Ditinjau dari Jenis Kelamin... 99
Tabel 4.20 : Hasil Uji T Pada Aspek Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Ditinjau dari Jenis Kelamin ... 99
Tabel 4.21 : Hasil Uji Anova Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi 102
Tabel 4.22 : Hasil Uji Kruskal – Wallis (H Test) Pada Aspek Kepuasan Guru
Terhadap Profesinya Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi ... 103
Tabel 4.23 : Hasil Uji Anova Pada Aspek Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi ... 104
Tabel 4.24 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Status Kepegawaian ... 107
Tabel 4.25 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Terhadap
Profesinya Ditinjau dari Status Kepegawaian ... 108
Tabel 4.26 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Jabatan di Sekolah ... 111
Tabel 4.27 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Terhadap
xxiii
Tabel 4.28 : Hasil Uji T Pada Aspek Kepuasan Guru Terhadap Profesinya
Ditinjau dari Jabatan di Sekolah ... 112
Tabel 4.29 : Hasil Uji T Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek
Finansial dan Non Finansial Ditinjau dari Status Sertifikasi ... 116
Tabel 4.30 : Hasil Uji Mann Whitney Pada Aspek Kepuasan Guru Terhadap
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Kuesioner Penelitian... 161
Lampiran II : Data Induk Penelitian ... 172
Lampiran III : Uji Validitas dan Reliabilitas ... 240
Lampiran IV : Pengelompokan Variabel ... 245
Lampiran V : PAP Tipe II ... 249
Lampiran VI : Mean, Median, dan Modus ... 254
Lampiran VII : Uji Normalitas ... 264
Lampiran VIII : Uji Homogenitas... 271
Lampiran IX : Uji Hipotesis ... 274
Lampiran X : R Tabel ... 289
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang
yang bernilai tinggi bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia, oleh
karena itu hampir seluruh negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu
yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara.
Begitu juga dengan bangsa Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai
sesuatu yang penting dan utama, hal ini dapat dilihat dari isi Pembukaan UUD
1945 alinea IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa
Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru
dalam konteks pendidikan mempunyai tugas yang besar, seperti yang
dijelaskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1,
dimana guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk
mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan
nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan, oleh karena itu guru menjadi
hal pokok dalam pelaksanaan pendidikan. Tanpa adanya peran guru yang
Mengingat tugas dan peran dari seorang guru yang begitu besar dalam
upaya mencerdaskan generasi bangsa, maka sudah selayaknya seorang guru
mendapatkan penghargaan dan kesejahteraan dari pemerintah. Termasuk di
dalamnya soal gaji yang layak beserta tunjangannya, namun pada
kenyataannya masih banyak guru-guru yang kurang dalam mendapatkan
kesejahteraan, terutama bagi para guru yang berstatus honorer atau guru tidak
tetap, serta guru yang bertugas di daerah-daerah terpencil.
Kompas (29 Januari 2016) mengemukakan bahwa dalam pembukaan
Konferensi Kerja Nasional (Konkernas) III Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) 2016 yang digelar di Kota Ambon, pada tahun 2015 banyak
sekali pengaduan dari para guru, kepala sekolah, dan pengawas mengenai
masalah kesejahteraan guru seperti penerimaan tunjangan profesi guru yang
tidak tepat waktu, persyaratan penerimaan tunjangan yang sangat berat, proses
kenaikan pangkat yang sangat rumit, tunjangan daerah terpencil yang tidak
merata, dan penghasilan guru honorer yang sangat kecil.
Terjadinya permasalahan mengenai kesejahteraan guru biasanya akan
berimplikasi pada kinerja guru dalam melaksanakan proses pendidikan. Hal
ini dapat mempengaruhi tingkat kepuasan guru dalam menjalani profesinya.
Tidak hanya itu saja, tingkat kepuasan seorang guru juga dapat dipengaruhi
oleh aspek non finansial, seperti iklim organisasi sekolah, kondisi sosial guru,
kondisi psikologis guru, dan ada tidaknya motivasi baik dari dalam diri guru
Dalam Kompas (3 Mei 2016) dikemukakan hasil riset Jobplanet pada
akhir April 2016 mengenai analisis tingkat kepuasan dan gaji rata-rata yang
diperoleh dari 6.250 pekerja pada bidang pendidikan yang tersebar di seluruh
Indonesia. Beberapa faktor yang diperhitungkan dalam menganalisis tingkat
kepuasan karyawan di bidang pendidikan pada riset ini meliputi jenjang karier,
gaji dan tunjangan, work-life balance, budaya perusahaan, serta faktor
manajemen. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa faktor gaji dan
tunjangan mendapatkan nilai paling rendah yaitu sebesar 2,79, sementara
faktor budaya perusahaan mendapatkan nilai paling tinggi yaitu sebesar 3,27.
Hasil penilaian yang diperoleh ini masih cukup jauh dari angka 5,0 yang
mewakili penilaian 'sangat puas' dari para responden.
Tingkat kepuasan guru dalam bekerja akan berdampak bagi guru itu
sendiri maupun bagi organisasi dimana guru tersebut melakukan aktivitas.
Apabila tingkat kepuasan kerja guru rendah maka akan mengakibatkan
kemangkiran, malas bekerja, rendahnya prestasi kerja, rendahnya kualitas
pengajaran, indisipliner guru, dan hal negatif lainnya. Namun sebaliknya,
apabila seorang guru memiliki tingkat kepuasan kerja tinggi maka guru
tersebut akan bersikap positif dalam menjalankan peranannya sebagai guru.
Kepuasan menjadi seorang guru haruslah dapat dipahami dengan baik,
bahwa kepuasan itu bukan karena mendapatkan gaji yang besar saja, namun
juga harus diimbangi dengan profesionalitas yang tinggi. Profesi guru
dibayar dengan apapun. Kepuasan seorang guru yang sesungguhnya adalah
perasaan bangga apabila anak didiknya dapat berhasil dalam kehidupannya.
Dari berbagai kondisi yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa profesi guru merupakan profesi yang dalam beberapa
aspek kurang memberikan kepuasan bagi guru. Hal ini berkaitan dengan
adanya beberapa variabel yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya. Variabel-variabel tersebut antara lain adalah jenis
kelamin, lama menjalani profesi, status kepegawaian, jabatan di sekolah, dan
status sertifikasi. Diduga variabel-variabel tersebut dapat membedakan tingkat
kepuasan guru terhadap profesinya.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan judul penelitian “Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Profesinya Pada Aspek Finansial dan Non
Finansial”. Penelitian ini akan dilakukan pada guru-guru SMK Negeri di
wilayah Kota Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Kepuasan guru terhadap profesinya dapat ditinjau dari berbagai aspek,
namun karena keterbatasan segi waktu, kesempatan, dan kemampuan peneliti,
maka penelitian ini hanya membahas aspek finansial dan aspek non finansial.
Aspek finansial terkait dengan penghasilan yang diperoleh guru sedangkan
aspek non finansial terdiri dari aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek
psikologis, dan aspek motivasi. Aspek-aspek tersebut diduga oleh peneliti
Penelitian ini juga akan melihat perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari
beberapa variabel, antara lain jenis kelamin, lama menjalani profesi, status
kepegawaian, jabatan di sekolah, dan status sertifikasi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek
psikologis, dan aspek motivasi)?
2. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jenis kelamin?
3. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek finansial dan non finansial ditinjau dari lama menjalani profesi?
4. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek finansial dan non finansial ditinjau dari status kepegawaian?
5. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
aspek finansial dan non finansial ditinjau dari jabatan di sekolah?
6. Apakah ada perbedaan tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan tujuan
penelitian, yaitu:
1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap profesinya pada aspek
finansial dan non finansial (aspek iklim organisasi, aspek sosial, aspek
psikologis, dan aspek motivasi).
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari
jenis kelamin.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari
lama menjalani profesi.
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari
status kepegawaian.
5. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari
jabatan di sekolah.
6. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial ditinjau dari
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan
menambah wawasan di bidang pendidikan mengenai kepuasan guru
terhadap profesinya pada aspek finansial dan non finansial.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya untuk mencari fakta terkait dengan kepuasan kerja guru.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, masukan
dan pertimbangan bagi pemerintah agar dapat meningkatkan mutu
profesionalitas dan kesejahteraan guru.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk lebih
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas kinerja seorang guru.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah
pengetahuan dan pengalaman mengenai permasalahan di dunia
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepuasan Kerja
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah keadaan emosional seseorang terhadap
pekerjaannya, apakah dia menyenangi pekerjaan itu atau tidak (Triatna,
2015: 110). Sopiah (2008: 170) juga mengemukakan bahwa kepuasan
kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi
dan kondisi kerja. Tanggapan emosional dapat berupa perasaan puas atau
tidak puas. Apabila secara emosional puas maka kepuasan kerja tercapai
dan sebaliknya, apabila secara emosional tidak puas maka kepuasan kerja
tidak tercapai.
Menurut Wexley dan Yukl (1988: 129), kepuasan kerja adalah cara
seorang pekerja dalam merasakan pekerjaannya.Wirawan (2013: 698) juga
berpendapat bahwa kepuasan kerja adalah persepsi seseorang mengenai
pekerjaannya. Pengertian persepsi dapat berupa perasaan dan sikap
seseorang terhadap pekerjaannya. Perasaan dan sikap tersebut dapat positif
atau negatif. Siagian (Widodo, 2015: 170) juga berpendapat bahwa
kepuasan kerja merupakan cara pandang seseorang baik yang bersifat
positif maupun bersifat negatif tentang pekerjaannya.
Selain itu Mangkunegara (2013: 117) juga berpendapat bahwa
menyokong dari seseorang yang berhubungan dengan pekerjaannya dan
dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan
melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan
mengembangkan karier, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan
kerja jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, dan mutu
pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan pekerja itu
sendiri antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, dan pendidikan.
Seseorang akan merasa puas dengan pekerjaannya apabila aspek-aspek
tersebut menyokong, dan sebaliknya apabila aspek-aspek tersebut tidak
menyokong maka dia tidak akan merasa puas.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja adalah suatu perasaan seseorang baik positif maupun
negatif yang berhubungan dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja setiap
individu berbeda-beda sesuai dengan persepsi individu tersebut terhadap
pekerjaannya. Persepsi individu terhadap pekerjaan dan hasilnya maupun
faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaannya mempengaruhi perasaan
atau sikap individu tersebut terhadap pekerjaannya.
2. Teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley dan Yukl (1988: 130-138), terdapat tiga teori
a. Teori Ketidaksesuaian (discrepancy theory)
Menurut Locke, kepuasan atau ketidakpuasan terhadap sejumlah
aspek pekerjaan tergantung pada selisih antara apa yang telah
didapatkan dengan apa yang diinginkan. Seseorang akan terpuaskan
apabila tidak ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan
dengan kondisi-kondisi aktual. Semakin besar kekurangan dan
semakin banyak hal-hal penting yang diinginkan, maka semakin besar
ketidakpuasan seseorang dalam bekerja. Variasi model lain juga
dikemukakan oleh Porter, yang menyatakan bahwa kepuasan sebagai
selisih dari banyaknya sesuatu yang seharusnya ada dengan banyaknya
apa yang ada.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teori
ketidaksesuaian menekankan pada selisih antara kondisi yang
diinginkan dengan kondisi aktual (kenyataan). Apabila terdapat selisih
jauh antara keinginan dengan kenyataan maka seseorang menjadi tidak
puas, dan sebaliknya apabila kondisi yang diinginkan sesuai dengan
kenyataan yang didapat maka seseorang akan merasa puas.
b. Teori Keadilan (equity theory)
Teori keadilan dikembangkan oleh Adam. Komponen utama dari
teori ini adalah input, hasil, orang bandingan, serta keadilan dan
ketidakadilan. Input adalah sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang
dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman,
peralatan atau perlengkapan pribadi yang digunakan untuk bekerja.
Hasil adalah sesuatu yang dianggap bernilai yang diperoleh seseorang
dalam bekerja, seperti upah atau gaji, keuntungan sampingan, simbol
status, penghargaan, serta kesempatan untuk berhasil atau ekspresi diri.
Menurut teori ini, seseorang menilai keadilan dengan
membandingkan antara hasil dan input dirinya sendiri dengan hasil dan
input dari seseorang atau sejumlah orang bandingan. Orang bandingan
dapat berasal dari orang-orang dalam organisasi ataupun dari
organisasi lain. Apabila hasil dan input seorang pekerja adalah sama
atau sebanding dengan orang bandingannya maka suatu keadaan adil
dianggap ada oleh pekerja tersebut, dan apabila seorang pekerja
menganggap perbandingan tersebut tidak adil maka keadaan
ketidakadilan dianggap ada.
c. Teori Dua Faktor (two factor theory)
Teori dua faktor adalah teori yang dikemukakan oleh Herzberg.
Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan
menjadi dua kategori yaitu dissatisfiers atau hygiene factors dan
satisfiers atau motivators.
Hygiene factors meliputi gaji atau upah, pengawasan, hubungan
antar pribadi, kondisi kerja, dan status. Jumlah tertentu dari hygiene
factors diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan
dasar seseorang seperti kebutuhan keamanan dan berkelompok.
merasa tidak puas, namun apabila besarnya hygiene factors memadai
untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka seseorang tidak merasa
kecewa lagi tetapi belum terpuaskan.
Seseorang akan terpuaskan apabila terdapat jumlah yang
memadai untuk faktor-faktor pekerjaan yang dinamakan satisfiers.
Satisfiers mencakup pekerjaan yang menarik, penuh tantangan,
kesempatan untuk berprestasi, penghargaan, dan promosi. Jumlah
satisfiers yang tidak mencukupi akan merintangi para pekerja dalam
mendapatkan kepuasan positif yang menyertai pertumbuhan
psikologisnya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menurut As’ad
(1978: 65-66) adalah sebagai berikut:
a. Faktor finansial (jaminan kerja) yang meliputi gaji, macam-macam
tunjangan, pemberian jasa produksi (bonus), promosi, dan jaminan
sosial termasuk uang pensiunan.
b. Faktor fisik yang meliputi faktor umur, kondisi badan, jenis pekerjaan,
waktu kerja dan sistem istirahat, keadaan alat perlengkapan dan
mesin-mesin, serta keadaan suara, temperatur, dan penerangan.
c. Faktor sosial yang meliputi hubungan antara pekerja dengan atasan,
d. Faktor psikologis yang meliputi cita-cita dan pandangan hidup, minat
dan kemauan, sikap, serta bakat dan kecakapan.
Mangkunegara (2013: 120) juga berpendapat bahwa terdapat dua
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:
a. Faktor pegawai yang terdiri dari kecerdasan (IQ), kecakapan khusus,
umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa
kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.
b. Faktor pekerjaan yang terdiri dari jenis pekerjaan, struktur organisasi,
pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial,
kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.
Pendapat juga dikemukakan oleh Widodo (2015: 176-177), bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Itu Sendiri (work it self)
Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai
dengan bidangnya masing-masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan
serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam
melakukan pekerjaan tersebut akan meningkatkan atau mengurangi
kepuasan.
b. Hubungan dengan Atasan (supervision)
Suatu hubungan fungsional akan mencerminkan sejauh mana atasan
membantu pekerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang
penting bagi dirinya. Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan
memiliki ciri pemimpin yang transformasional maka akan membuat
pekerja meningkatkan motivasinya dan sekaligus merasa puas dengan
pekerjaannya.
c. Teman Sekerja (workers)
Teman sekerja merupakan faktor yang berhubungan dengan pekerja
lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaan.
d. Promosi (promotion)
Promosi merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya
kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
e. Gaji atau Upah (pay)
Gaji atau upah merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pekerja
yang dianggap layak atau tidak layak.
Triatna (2015: 111) juga mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Kerja yang Secara Mental Menantang
Para pekerja cenderung lebih menyukai pekerjaan yang memberi
mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan
kemampuan mereka. Pekerjaan yang kurang menantang akan
menciptakan kebosanan, tetapi jika terlalu banyak tantangan maka
akan menciptakan frustasi dan perasaan gagal.
b. Ganjaran yang Pantas
Setiap pekerja pasti menginginkan sistem upah dan kebijakan profesi
c. Kondisi Kerja yang Mendukung
Lingkungan kerja yang mendukung akan membuat nyaman para
pekerja sehingga mempermudah mereka dalam melaksanakan tugas.
d. Rekan Kerja yang Mendukung
Mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung akan membuat
seseorang meningkatkan kepuasannya dalam bekerja.
e. Kesesuaian Kepribadian Pekerjaan
Seseorang yang tipe kepribadiannya sama dengan pekerjaan yang dia
pilih maka dia akan lebih merasa puas dengan pekerjaannya.
Selain itu menurut Wijono (2010: 108-117), faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Karakteristik Individu
1) Perbedaan Individu
Perbedaan individu dan situasi yang berbeda dapat menghasilkan
kepuasan kerja yang berbeda pula. Setiap perbedaan individu
mempunyai tahap kepuasan kerja menurut tingkat yang ditetapkan
oleh individu itu sendiri. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan
tingkat kepuasan bagi setiap perbedaan individu.
2) Usia
Pada umumnya kepuasan kerja bertambah sesuai dengan
bertambahnya usia. Psikologi organisasi menjelaskan bahwa para
pekerja yang berusia muda adalah yang paling banyak merasa tidak
pekerjaannya, sedangkan para pekerja yang sudah berusia tua
mempunyai kesempatan untuk memperoleh pemenuhan dan
aktualisasi diri pada pekerjaannya karena mereka sudah memiliki
pengalaman sehingga dapat menambah kepercayaan, kompetensi,
pengharapan, tanggung jawab, dan pengarahan.
Dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pekerja
yang usinya lebih tua lebih memungkinkan untuk mempunyai
pekerjaan yang lebih baik daripada pekerja yang berusia muda.
3) Pendidikan dan Kecerdasan
Faktor pendidikan dan kecerdasan dapat memberi pengaruh
terhadap kepuasan kerja, walaupun ada beberapa penelitian seperti
yang dilakukan oleh Vollmer & Kinney dan Sinha & Sarma
(Wijono, 2010: 111), yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pendidikan dan kecerdasan dengan kepuasan
kerja.
4) Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin dapat memberi pengaruh terhadap kepuasan
kerja seseorang. Dalam beberapa penelitian yang dilakukan, jenis
kelamin perempuan lebih merasa puas dengan pekerjaannya
dibandingkan dengan laki-laki.
5) Jabatan
Jabatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
di tingkat bawah lebih mengalami perasaan tidak puas
dibandingkan dengan individu yang berada di tingkat atas.
b. Karakteristik Pekerjaan
1) Organisasi dan Manajemen
Organisasi dan manajemen menjadi faktor penting dalam
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja seseorang. Apabila
seseorang memiliki moral kerja rendah maka hal ini merupakan
indikasi tentang rendahnya kepuasan dalam bekerja.
2) Supervisi Langsung
Supervisor yang berhubungan dekat dengan para pekerjanya dapat
mempengaruhi kepuasan para pekerjanya.
3) Lingkungan Sosial
Seseorang yang bekerja di dalam kelompok akan mempunyai
kebutuhan interpersonal dan persahabatan yang dijelaskan sebagai
sumber kepuasan kerja.
4) Komunikasi
Kepuasan kerja akan tinggi apabila seseorang dapat menjalin
komunikasi yang erat dengan sesama anggota kelompok. Apabila
dia tidak ikut ambil bagian dalam kelompok tersebut maka dia
5) Keamanan
Keamanan dikatakan sebagai variabel yang paling penting dalam
kepuasan kerja oleh para peneliti. Keamanan dari organisasi akan
membuat kepuasan kerja seseorang tercapai.
6) Monoton
Pengulangan akan menimbulkan peluang terhadap munculnya
ketidakpuasan dan kebosanan. Hal ini sama seperti seorang pekerja
yang menjadi bosan karena pekerjaannya yang monoton.
7) Penghasilan
Tingkat kepuasan terhadap penghasilan yang diperoleh seseorang
akan berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaannya.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan kerja seseorang dipengaruhi oleh:
a. Faktor finansial yang meliputi gaji atau upah.
b. Faktor individu yang meliputi umur, jenis kelamin, kepribadian, dan
pangkat (golongan).
c. Faktor sosial yang meliputi hubungan antar sesama pekerja, baik
pekerja dengan pekerja maupun pekerja dengan atasan.
d. Faktor organisasi yang meliputi kondisi lingkungan kerja dan promosi
B. Profesi Guru
1. Pengertian Profesi
Menurut Hamalik (2002: 2-3), pengertian profesi dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Hakikat Profesi adalah Suatu Pernyataan atau Suatu Janji yang
Terbuka
Pernyataan profesional mengandung makna terbuka yang
sungguh-sungguh yang keluar dari lubuk hati seseorang. Pernyataan
demikian mengandung norma-norma atau nilai-nilai etik. Orang yang
membuat pernyataan itu yakin dan sadar bahwa pernyataan yang
dibuatnya adalah baik. Jika seseorang telah menganut suatu profesi
tertentu maka dia akan berbuat sesuai dengan janji yang telah
digariskan dalam kode etik profesi yang bersangkutan.
b. Profesi Mengandung Unsur Pengabdian
Suatu profesi bukan bermaksud untuk mencari keuntungan bagi
dirinya sendiri, baik dalam arti ekonomis maupun dalam arti psikis,
tetapi untuk pengabdian kepada masyarakat. Profesi harus
menimbulkan kebaikan, keberuntungan, dan kesempurnaan serta
kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan demikian pengabdian yang
diberikan oleh profesi harus sesuai dengan bidang-bidang pekerjaan
c. Profesi adalah Suatu Jabatan atau Pekerjaan
Suatu profesi erat kaitannya dengan jabatan atau pekerjaan
tertentu yang dengan sendirinya menuntut keahlian, pengetahuan, dan
keterampilan tertentu pula. Dalam pengertian profesi telah tersirat
adanya suatu keharusan kompetensi agar profesi itu dapat berfungsi
dengan baik.
2. Guru
a. Pengertian Guru
Menurut Uno (2007: 15), guru adalah orang dewasa yang secara
sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing
peserta didik. Danim (2010: 5) juga berpendapat bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru
adalah orang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap
pendidikan peserta didik. Guru memiliki kemampuan untuk merancang
program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar
peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat
kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan (Uno, 2007:
b. Peran Guru
Menurut Usman (2016: 9-13), peran guru dalam proses belajar
mengajar adalah sebagai berikut:
1) Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar,
guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi yang akan
diajarkan karena hal ini akan menentukan keberhasilan belajar
yang akan dicapai peserta didiknya.
2) Guru sebagai Pengelola Kelas
Melalui peranannya sebagai pengelola kelas, guru hendaknya
mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar yang baik agar
kegiatan belajar mengajar dapat terarah kepada tujuan-tujuan
pendidikan.
3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan
proses belajar mengajar. Sebagai fasilitator, guru hendaknya
mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat
menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar.
4) Guru sebagai Evaluator
Melalui peranannya sebagai evaluator, guru hendaknya
dilakukan untuk mengetahui tentang keberhasilan pencapaian
tujuan pembelajaran, apakah sudah berhasil atau belum.
Pendapat lain dikemukakan oleh Mulyasa (2007: 53-72), bahwa
peran guru sebagai agen pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Guru sebagai Fasilitator
Tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta
didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan
kemudahan belajar kepada seluruh peserta didik, agar mereka dapat
belajar dalam suasana yang menyenangkan, gembira, penuh
semangat, tidak cemas, dan berani mengemukakan pendapat secara
terbuka.
2) Guru sebagai Motivator
Motivasi adalah salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran karena peserta didik akan belajar dengan
sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi, oleh
karena itu guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar
peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
3) Guru sebagai Pemacu
Sebagai pemacu belajar, guru harus mampu melipatgandakan
potensi peserta didik dan mengembangkannya sesuai dengan
4) Guru sebagai Pemberi Inspirasi
Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan
diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan
belajar mengajar dapat membangkitkan berbagai pemikiran,
gagasan, dan ide-ide baru.
Dari kedua pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
guru memiliki peranan yang sangat sentral terhadap hasil belajar
peserta didik. Hal ini berarti bahwa kemampuan guru dalam
menciptakan pembelajaran yang berkualitas sangat menentukan
keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran
sangat bergantung pada kemampuan guru, terutama dalam
memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik.
c. Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Tugas dan tanggung jawab seorang guru pada dasarnya adalah
mendidik dan dituntut mampu memainkan peranannya dalam
menjalankan tugas keguruan. Sudjana dan Arifin (Uno, 2007: 28)
mengemukakan ada beberapa tugas dan tanggung jawab dari seorang
guru, yaitu sebagai berikut:
1) Mampu menjabarkan bahan pembelajaran ke dalam berbagai
2) Mampu merumuskan tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi,
seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Melalui tujuan tersebut maka
kegiatan belajar peserta didik akan lebih aktif dan komprehensif.
3) Menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe
dan gaya belajar yang dimiliki peserta didik secara individual.
4) Memiliki sikap yang positif terhadap tugas profesinya dan mata
pelajaran yang dibinanya, sehingga selalu berupaya untuk
meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya sebagai
guru.
5) Terampil dalam membuat alat peraga sederhana yang sesuai
dengan kebutuhan dan tuntutan mata pelajaran yang dibinanya
serta penggunaannya dalam proses pembelajaran.
6) Terampil dalam menggunakan berbagai model dan metode
pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat peserta didik
sehingga diperoleh hasil belajar yang optimal.
7) Terampil dalam melakukan interaksi dengan para peserta didik,
dengan mempertimbangkan tujuan dan materi pelajaran, kondisi
peserta didik, suasana belajar, jumlah peserta didik, waktu yang
tersedia, dan faktor yang berkenaan dengan diri guru itu sendiri.
8) Memahami sifat dan karakteristik peserta didik, terutama
kemampuan belajarnya, cara dan kebiasaan belajar, minat terhadap
pelajaran, motivasi untuk belajar, dan hasil belajar yang telah
9) Terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada
sebagai bahan maupun media belajar bagi peserta didik dalam
proses pembelajaran.
10)Terampil dalam mengelola kelas atau memimpin peserta didik
dalam belajar sehingga belajar menjadi menarik dan
menyenangkan.
Selain itu pendapat juga dikemukakan oleh Roestiyah (Rachmah,
2014: 11), bahwa tugas dan tanggung jawab seorang guru adalah
sebagai berikut:
1) Sebagai Pengajar (instructional)
Guru bertugas merencanakan program pengajaran dan
melaksanakan program yang telah disusun serta melakukan
penilaian akhir setelah program dilakukan.
2) Sebagai Pendidik (educator)
Guru bertugas mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan
yang berkepribadian insan kamil seiring dengan tujuan Allah
menciptakannya.
3) Sebagai Pemimpin (managerial)
Guru bertugas dalam memimpin, mengendalikan diri sendiri,
peserta didik, dan masyarakat terkait yang menyangkut upaya
pengarahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan
3. Pengertian Profesi Guru
Menurut Kunandar (2007: 46), profesi guru adalah keahlian dan
kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan pelatihan
yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam memenuhi
kebutuhan hidup yang bersangkutan. Guru sebagai profesi berarti guru
sebagai pekerja yang mensyaratkan kompetensi (keahlian dan
kewenangan) dalam pendidikan dan pembelajaran agar dapat
melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien serta berhasil
guna.
Pendapat mengenai profesi guru juga dikemukakan oleh Danim
(2010: 59), bahwa profesi guru merupakan profesi yang hanya dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh seseorang yang dipersiapkan
untuk menguasai kompetensi keguruan melalui pendidikan dan pelatihan
khusus.
Dari kedua pendapat di atas mengenai profesi guru, maka dapat
disimpulkan bahwa profesi guru adalah profesi yang ditekuni oleh
seseorang yang menguasai kompetensi dalam bidang pendidikan yang
diperoleh melalui pendidikan atau pelatihan khusus secara intensif.
C. Aspek Finansial dan Non Finansial 1. Aspek Finansial
Aspek finansial dapat dikatakan sebagai keadaan keuangan
adalah penghargaan atau imbalan yang diterima oleh pekerja yang
diberikan oleh suatu organisasi berdasarkan kontribusi maupun kinerja
secara produktif (Widodo, 2015: 155). Kompensasi dapat berupa gaji,
upah, atau tunjangan.
a. Gaji
Menurut Kadarisman (2012: 316), gaji adalah salah satu jenis
balas jasa yang diberikan kepada pekerja secara periodik, biasanya
dibayarkan setelah bekerja selama satu bulan berjalan. Gaji menjadi
salah satu alasan bagi seseorang dalam bekerja atau barangkali
merupakan alasan yang paling penting karena dapat meningkatkan
prestasi, mengembangkan diri, dan mengaktualisasikan diri.
b. Upah
Upah merupakan imbalan finansial langsung yang dibayarkan
kepada pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan
atau banyaknya pelayanan yang diberikan. Tidak seperti gaji yang
jumlahnya relatif tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah, dengan
demikian besarnya upah yang diberikan kepada para pekerja telah
disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. (Kadarisman, 2012:
122-123).
c. Tunjangan
Menurut Kadarisman (2012: 230), tunjangan merupakan
tambahan penghasilan yang diberikan organisasi kepada para
tunjangan jabatan, tunjangan transpor, tunjangan keluarga, tunjangan
pembangunan, dan sebagainya. Pemberian tunjangan pada umumnya
terkait dengan upaya organisasi untuk memenuhi kebutuhan para
pekerjanya akan rasa aman dan sebagai bentuk tanggung jawab sosial
organisasi kepada para pekerjanya.
Menurut Triatna (2015: 99-100), tujuan pemberian kompensasi
kepada pekerja antara lain sebagai berikut:
a. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi maka terjalinlah ikatan kerja sama
secara formal antara atasan dan pekerja.
b. Kepuasan Kerja
Dengan pemberian kompensasi, pekerja akan dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga dia
akan memperoleh kepuasan kerja.
c. Pengadaan Efektif
Apabila sistem kompensasi yang ditetapkan cukup besar, maka
pengadaan pekerja yang berkualitas untuk organisasi akan lebih
mudah.
d. Motivasi
Apabila kompensasi yang diberikan cukup besar, maka atasan akan
e. Stabilitas Karyawan
Dengan sistem kompensasi berprinsip adil, layak dan eksternal
konsistensi yang kompetitif, maka stabilitas pekerja akan lebih
terjamin.
f. Disiplin
Dengan pemberian kompensasi yang cukup besar maka kedisiplinan
pekerja akan semakin baik.
g. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan adanya sistem kompensasi yang baik, maka pengaruh serikat
buruh dapat dihindari dan pekerja akan fokus pada pekerjaannya.
h. Pengaruh Pemerintah
Apabila sistem kompensasi sesuai dengan undang-undang yang
berlaku, maka intervensi pemerintah dapat dihindari.
Besar kecilnya kompensasi yang diterima oleh pekerja dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut:
a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Apabila pencari kerja lebih banyak daripada lowongan pekerjaan maka
kompensasi relatif kecil, dan sebaliknya apabila pencari kerja lebih
sedikit daripada lowongan pekerjaan maka kompensasi relatif lebih
besar.
b. Kemampuan dan Kesediaan Organisasi
Apabila kemampuan dan kesediaan organisasi untuk membayar
apabila kemampuan dan kesediaan organisasi untuk membayar
semakin berkurang maka tingkat kompensasi juga semakin kecil.
c. Organisasi Pekerja
Apabila organisasi pekerja kuat maka tingkat kompensasi akan tinggi,
namun apabila organisasi pekerja tidak kuat maka tingkat kompensasi
akan rendah.
d. Produktivitas Kerja
Seorang pekerja yang produktivitasnya baik maka kompensasi yang
dia peroleh akan besar, namun apabila produktivitasnya buruk maka
kompensasi yang dia peroleh akan kecil.
e. Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keputusan Presiden
Pemerintah dengan undang-undang dan keputusan presiden
menetapkan besarnya batas upah minimum dengan tujuan agar atasan
tidak semena-mena dalam menetapkan besarnya kompensasi bagi para
pekerjanya.
f. Biaya Hidup
Apabila biaya hidup di suatu daerah tinggi maka tingkat kompensasi
juga akan tinggi, dan sebaliknya apabila biaya hidup di suatu daerah
rendah maka tingkat kompensasi juga akan rendah.
g. Posisi Jabatan
Pekerja yang menduduki jabatan tinggi dalam organisasinya, dia akan
menerima kompensasi yang lebih besar daripada pekerja yang
h. Pendidikan dan Pengalaman
Seorang pekerja dengan pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja
lebih lama maka dia akan menerima kompensasi lebih besar daripada
pekerja dengan pendidikan lebih rendah dan pengalaman kerja lebih
sedikit.
i. Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka tingkat
kompensasi akan tinggi, dan sebaliknya apabila kondisi perekonomian
nasional kurang maju maka tingkat kompensasi akan rendah.
j. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Apabila jenis dan sifat pekerjaan seseorang adalah sulit dan
mempunyai resiko besar maka tingkat kompensasi juga semakin besar
karena membutuhkan keahlian serta ketelitian untuk mengerjakannya.
Namun apabila jenis dan sifat pekerjaan seseorang adalah mudah dan
resikonya kecil maka tingkat kompensasinya relatif rendah (Triatna,
2015: 98-99).
Menurut Triatna (2015: 100), sistem kompensasi yang ditetapkan
berdasarkan prinsip adil dan wajar, sesuai dengan undang-undang yang
berlaku, serta sesuai dengan faktor internal dan eksternal, maka akan
2. Aspek Non Finansial
a. Iklim Organisasi
Iklim organisasi menurut Wirawan (2007: 122) adalah persepsi
anggota organisasi mengenai apa yang ada atau apa yang terjadi di
lingkungan internal organisasi secara rutin yang dapat mempengaruhi
sikap dan perilaku organisasi serta kinerja anggota organisasi.
Davis (Triatna, 2015: 72) menyebutkan empat faktor yang dapat
mendukung iklim organisasi, yaitu sebagai berikut:
1) Sistem sosial yang berupa karakteristik psikologi sosial yang
ditunjukkan oleh nilai, keyakinan, dan sistem nilai yang
berkembang di lingkungan organisasi.
2) Lingkungan fisik atau alam organisasi seperti ukuran, luas, area
bangunan, bentuk dan desain bangunan, dan teknologi yang
digunakan.
3) Struktur dan sistem organisasi yang berupa prosedur operasional
standar (POS), program kegiatan, rincian tugas pokok, pola
interaksi, dan pola komunikasi.
4) Lingkungan sosial sebagai konsekuensi dari interaksi manusia
sebagai individu dan subjek organisasi.
Triatna (2015: 76) mengemukakan bahwa iklim organisasi yang
kondusif akan mewujudkan kinerja yang baik pada individu dalam
suatu organisasi. Perspektif lebih lanjut dikemukakan oleh Sonnentag
menyebabkan berbagai hal yang menjadikan individu merasa puas atau
tidak puas di dalam organisasi tempat dia bekerja.
b. Sosial
Aspek sosial membahas tentang hubungan atau interaksi antar
individu dengan individu, individu dengan kelompok, ataupun
kelompok dengan kelompok, yang mana di dalam interaksi tersebut
terdapat pengaruh mempengaruhi secara timbal balik (Anorogo dan
Widiyanti, 1990: 12). Interaksi sosial dapat terjadi di dalam organisasi
maupun di dalam masyarakat.
Interaksi di dalam organisasi terjadi antara pekerja dengan
pekerja maupun pekerja dengan atasan. Di dalam organisasi akan
dijumpai berbagai aksi dan reaksi timbal balik antar anggota
organisasi. Apabila reaksi antar pekerja positif maka akan muncul tim
kerja yang akrab dan penuh persahabatan sehingga membuat mereka
menjadi lebih rajin dan senang untuk bekerja. Apabila pekerja dihargai
oleh atasannya dan dilibatkan dalam kegiatan keorganisasian maka
moralitas pekerja juga akan meningkat (Anorogo dan Widiyanti, 1990:
17).
Interaksi di dalam masyarakat dapat terjadi antar individu
maupun kelompok. Di dalam masyarakat terdapat banyak kelompok
sosial maupun lembaga kemasyarakatan, dari kelompok inilah individu
sosial. Proses sosial adalah cara-cara berhubungan apabila orang
perorangan dan kelompok saling bertemu. Dengan adanya interaksi
sosial di dalam masyarakat, maka diharapkan antar individu maupun
kelompok dapat saling mewujudkan hubungan yang statis dan dinamis
(Anorogo dan Widiyanti, 1990: 23).
Guru sebagai makhluk sosial tidak dapat terlepas dari kehidupan
sosial masyarakat dan lingkungannya, oleh karena itu guru dituntut
untuk memiliki kompetensi sosial yang memadahi, terutama dalam
kaitannya dengan pendidikan yang tidak terbatas pada pembelajaran di
sekolah tetapi juga pendidikan di dalam masyarakat. Guru dituntut
untuk dapat berkomukasi dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, serta
masyarakat sekitar (Mulyasa, 2007: 173-174).
c. Psikologis
Apabila ditinjau dari ilmu bahasa, kata psikologi berasal dari
kata logos yang berarti ilmu atau ilmu pengetahuan dan psicho yang
berarti jiwa, jadi psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang jiwa. Di
dalam organisasi, setiap pekerja memiliki kondisi psikis yang
berbeda-beda sehingga prestasi yang dicapai juga berberbeda-beda-berbeda-beda (Anorogo dan
Widiyanti, 1990: 2). Menurut As’ad (1978: 3-5) perbedaan individu
1) Intelegensi
Intelegensi diberi batasan sebagai kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan diri sebaik-baiknya terhadap lingkungannya.
Orang-orang yang memiliki tingkat intelegensi tinggi, dia sanggup
memecahkan kesulitan yang dihadapi saat bekerja, oleh karena itu
tingkat intelegensi seseorang akan sangat menentukan
kesuksesannya dalam bekerja.
2) Bakat
Bakat adalah kemampuan dasar seseorang untuk memperoleh
keahlian atau pengetahuan apabila dia diberi latihan-latihan
tertentu. Apabila seseorang memiliki bakat yang sesuai dengan
pekerjaannya, maka kinerjanya akan lebih sukses.
3) Minat
Minat adalah sikap yang membuat seseorang senang akan objek
situasi atau ide-ide tertentu. Minat seseorang menjadi salah satu
faktor kesesuaian akan pekerjaannya. Prestasi kerja seseorang
ditentukan oleh perpaduan antara bakat dan minat.
4) Kepribadian
Kesuksesan seseorang dalam bekerja sangat berhubungan dengan
sifat kepribadiannya. Apabila seseorang memiliki kepribadian baik,
maka dia akan mudah menyesuaikan diri dengan situasi dan posisi
5) Motivasi
Motivasi merupakan faktor yang menggerakkan seseorang untuk
berbuat sesuatu. Setiap orang memiliki motivasi yang
berbeda-beda, hal ini akan berpengaruh terhadap pekerjaannya.
6) Edukasi atau Pendidikan
Faktor edukasi seringkali menjadi faktor utama untuk memegang
peranan atau fungsi tertentu dalam suatu pekerjaan. Untuk
mencapai kesuksesan kerja, maka seseorang dituntut untuk
memiliki pendidikan yang sesuai dengan jabatan yang akan
dipegangnya.
d. Motivasi
Motivasi adalah kekuatan yang ada dalam diri seseorang yang
mendorong perilakunya untuk melakukan suatu tindakan (Widodo,
2015: 187). Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
semangat atau dorongan dalam bekerja. Kuat dan lemahnya motivasi
kerja akan menentukan besar kecilnya prestasi (Anorogo dan
Widiyanti, 1990: 43). Menurut Sagir (Sastrohadiwiryo, 2005: 269),
unsur-unsur penggerak motivasi antara lain sebagai berikut:
1) Kinerja
Kebutuhan seseorang akan kinerja yang baik akan mendorongnya
mencapai suatu sasaran. Melalui Achievement Motivation Training
resiko untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi dapat
dikembangkan.
2) Penghargaan
Penghargaan atau pengakuan atas kinerja yang telah dicapai
seseorang akan memberikan kepuasan batin yang lebih tinggi
daripada penghargaan dalam bentuk materi atau hadiah.
3) Tantangan
Tantangan yang dihadapi seseorang merupakan perangsang yang
kuat untuk segera mengatasinya. Tantangan demi tantangan
biasanya akan menumbuhkan kegairahan untuk mengatasinya.
4) Tanggung Jawab
Adanya rasa ikut memiliki atau rumongso handarbeni akan
menimbulkan motivasi untuk turut merasa bertanggung jawab.
Dalam hal ini, besar kecilnya rasa tanggung jawab seseorang dalam
organisasi akan mempengaruhi mutu organisasi.
5) Pengembangan
Pengembangan kemampuan seseorang baik dari pengalaman kerja
atau kesempatan untuk maju dapat menjadi perangsang yang kuat
untuk dapat bekerja lebih giat atau lebih bergairah.
6) Keterlibatan
Ikut terlibat dalam suatu proses pengambilan keputusan organisasi
akan menumbuhkan rasa ikut bertanggung jawab, rasa memiliki