• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri kerajinan kulit Manding Bantul, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha : studi kasus sentra industri kerajinan kulit Manding Bantul, Yogyakarta."

Copied!
185
0
0

Teks penuh

(1)

xi ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Studi Kasus : Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul, Yogyakarta Valentinus HariMurti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (2) Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (3) Pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Studi kasus dari penelitian ini adalah Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul pada tanggal 18 Maret 2009 sampai dengan 18 Juni 2009. Populasi dari penelitian ini merupakan seluruh pengusaha kulit di Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = – 0,192 dan (ρ= 0,507). (2) Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = 0,150 dan (ρ= 0,628). (3)a. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance

(2)

xii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CAPITAL, EDUCATION, AND CULTURAL WORKING ATMOSPHERE TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN

THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND THE EFFECTIVENESS OF BUSINESS MANAGEMENT

A Case Study On Leather Industrial Centre In Manding, Bantul Regency Yogyakarta

Valentinus HariMurti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This study aims to know: (1) the influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management. (2) the influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management. (3) the influence of cultural working atmosphere towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management.

This is a case study on Leather Industrial Centre in Manding Bantul Regency on March 18 to June 18, 2009. The research’s population were all leather industrialists in Manding. The data were collected by applying questionnaire. The data analysis was the regression analysis developed by Chow.

(3)

i

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Studi Kasus : Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun oleh :

VALENTINUS HARIMURTI

NIM : 021334122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Segala kesedihan dan kebahagiaan yang mewarnai proses penulisan skripsi ini

kepersembahkan untuk:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala berkah Nya

2. Bapak dan Ibu yang telah memberikan segalanya untuk keberhasilanku

(7)

v

MOTTO

Kita tidak tahu yang akan terjadi pada kita dalam pola hidup yang aneh ini.

Akan tetapi kita dapat memutuskan yang akan terjadi dalam diri kita…..

Bagaimana cara menghadapinya, apa yang akan kita perbuat dengannya dan

itulah yang pada akhirnya paling menentukan.

(Josesp Fort Newton)

Ketika berhadapan dengan tantangan, carilah jalan, tetapi bukan jalan keluar.

(8)
(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Valentinus HariMurti

Nomor Mahasiswa : 021334122

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA” beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 15 September 2009

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Tiada kata lain yang diucapkan pada awal kata pengantar ini, selain ucapan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : “Pengaruh Permodalan, Pendidikan dan Kultur Lingkungan Kerja Terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha”. Studi kasus Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul, Yogyakarta. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)

ix

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak masukan dan semangat dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. 4. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing, yang

dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dorongan serta pelajaran hidup yang berharga. Terima kasih untuk semuanya.

5. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku dosen tamu yang telah memberikan saran dan pengarahan dalam skripsi.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis selama kuliah.

7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntansi atas segala keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.

8. Para responden yang ada di sentra Industri Kulit Manding, Bantul yang telah memberikan dukungannya dalam mengisi kuesioner.

9. Bapak P. Mulyadi dan Ibu C. Sutinah, Mbak Eka dan Mas Agus, yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, dukungan baik moril maupun material, serta semangat kepada penulis. Berkat Allah Bapa selalu beserta kalian semua.

(12)

x

11.Keluarga Dukuh dan Simbah-ku Sukowiharjo yang telah bersedia memberikan pengertian, kesabaran, cinta kasih, dukungan, selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-temanku di PAK C’02 yang telah memberikan semangat hidup, Mas Thomas (thanx uda privat aq), Toro, Sastro, Nina, Cipluk, Putri, Heri, Chandra, Dewi K, Banu. Terima kasih atas bantuannya selama ini dan kebersamaannya.

13.Teman-teman satu angkatan Pendidikan Akuntasi 2002 yang tidak bisa disebutkan namanya satu-persatu.

14.Keluarga besar PAKir. Ucil, Pak Kemis, Pak Bambang, Pak Munaji, Pak Joko alias Dolok. Terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaan di parkiran, menemaniku selama kuliah dan menjaga motorku..

15.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Yogyakarta, 15 September 2009

(13)

xi ABSTRAK

PENGARUH PERMODALAN, PENDIDIKAN DAN KULTUR LINGKUNGAN KERJA TERHADAP HUBUNGAN ANTARA JIWA KEWIRAUSAHAAN DENGAN EFEKTIVITAS MENGELOLA USAHA

Studi Kasus : Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul, Yogyakarta Valentinus HariMurti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (2) Pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. (3) Pengaruh kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Studi kasus dari penelitian ini adalah Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul pada tanggal 18 Maret 2009 sampai dengan 18 Juni 2009. Populasi dari penelitian ini merupakan seluruh pengusaha kulit di Sentra Industri Kerajinan Kulit Manding Bantul. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan analisis regresi yang dikembangkan oleh Chow.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = – 0,192 dan (ρ= 0,507). (2) Tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dengan koefisien regresi = 0,150 dan (ρ= 0,628). (3)a. Tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance

(14)

xii ABSTRACT

THE INFLUENCE OF CAPITAL, EDUCATION, AND CULTURAL WORKING ATMOSPHERE TOWARD THE RELATIONSHIP BETWEEN

THE ENTREPRENEURSHIP SPIRIT AND THE EFFECTIVENESS OF BUSINESS MANAGEMENT

A Case Study On Leather Industrial Centre In Manding, Bantul Regency Yogyakarta

Valentinus HariMurti Sanata Dharma University

Yogyakarta 2009

This study aims to know: (1) the influence of capital towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management. (2) the influence of education towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management. (3) the influence of cultural working atmosphere towards the relationship between the entrepreneurship spirit and the effectiveness of business management.

This is a case study on Leather Industrial Centre in Manding Bantul Regency on March 18 to June 18, 2009. The research’s population were all leather industrialists in Manding. The data were collected by applying questionnaire. The data analysis was the regression analysis developed by Chow.

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.. vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Efektivitas Mengelola Usaha... 9

B. Jiwa Kewirausahaan... 12

C. Kultur Lingkungan Kerja... 14

D. Permodalan ... 20

E. Pendidikan ... 22

(16)

xiv

G. Kerangka Berfikir ... 32

H. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Pengukuran .... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ... 40

F. Indikator dan Pengukuran Variabel ... 40

G. Pengujian Instrumen Penelitian ... 42

H. Uji Prasyarat Analisis Korelasi ... 48

I. Analisis Data ... 49

1. Analisis Deskriptif ... 49

2. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 49

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 57

A. Analisis Deskriptif ... 57

B. Analisis Data ... 72

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Keterbatasan Penelitian ... 98

C. Saran ... 99

DAFTAR PUSTAKA... 100

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Skor Skala Sikap ... 39

Tabel 2 Indikator Variabel Efektivitas Mengelola Usaha ... 41

Tabel 3 Indikator Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 41

Tabel 4 Indikator Variabel Kultur Lingkungan Kerja ... 42

Tabel 5 Hasil Pengujian Validitas Variabel Evektifitas Mengelola Usaha .... 44

Tabel 6 Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaaan ... 45

Tabel 7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Lingkungan Kerja ... 46

Tabel 8 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 47

Tabel 9 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel ... 47

Tabel 10 Distribusi frekuensi umur perusahaan ... 57

Tabel 11 Distribusi frekuensi umur pengusaha ... 58

Tabel 12 Distribusi frekuensi jumlah kekayaan usaha ... 58

Tabel 13 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri ... 60

Tabel 14 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri ... 61

Tabel 15 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri ditambah modal asing ... 62

Tabel 16 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang menggunakan modal sendiri ditambah modal asing ... 63

Tabel 17 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden dengan pendidikan rendah ... 64

(18)

xvi

Tabel 19 Interpretasi efektivitas mengelola usaha ditinjau dari responden

dengan pendidikan tinggi ... 66 Tabel 20 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang

memiliki pendidikan tinggi ... 67 Tabel 21 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari power distance .. 68 Tabel 22 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari individualism

versus collectivism ... 69 Tabel 23 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari femininity dan

masculinity... 70 Tabel 24 Interpretasi kultur lingkungan kerja ditinjau dari

uncertainty avoidance ... 71 Tabel 25 Ringkasan hasil pengujian normalitas ... 72

(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 103

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 113

Lampiran 3 Uji Validitas dan Realibilitas ... 119

Lampiran 4 Uji Normalitas ... 125

Lampiran 5 Distribusi Frekuensi ... 126

Lampiran 6 Regresi ... 143

Lampiran 7 Tabel r ... 155

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian nasional saat ini sedang mengalami masa pasang surut selama krisis ekonomi melanda Indonesia terutama pada masa puncaknya tahun 1998. Pada tahun 1998 tersebut nilai rupiah mengalami penyusutan terhadap dolar AS paling tinggi selama krisis ekonomi bahkan pernah terjadi 1 Dollar AS dihargai dengan Rp 17.000,-. Akibatnya banyak perusahaan yang gulung tikar termasuk perusahaan/industri skala besar, sedang/menengah, maupun kecil terutama yang sangat tergantung kepada bahan baku impor. Krisis ekonomi ini akan berdampak pada penyusutan karyawan sehingga pemutusan hubungan kerja (PHK) tak dapat dihindari.

Dengan jumlah PHK yang semakin tinggi dan kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil seperti sekarang ini menuntut orang untuk bertindak ekonomis dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pengangguran yang ada menyebabkan semakin menurunnya taraf ekonomi bagi golongan keluarga menengah ke bawah yang tinggal di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Semakin sempitnya lapangan kerja dan tingginya tingkat persaingan tanpa ada jalan keluar akan membawa bangsa ini ke dalam kemiskinan yang berkepanjangan.

(21)

Lembaga formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan kerja yang rasional dan diselenggarakan oleh pemerintah, sedangkan lembaga non formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktivitas serta tujuan bersama untuk mendapatkan keuntungan. Banyak diantara mereka yang berhasil berwirausaha dalam bidang non formal yaitu menciptakan karya bagi diri mereka dan kemudian berbagi untuk orang lain. Penciptaan suatu lapangan pekerjaan yang bersifat non formal (swasta) membutuhkan seseorang yang benar-benar mampu melihat peluang usaha dan cara pengelolaanya. Mereka yang berhasil menjalankan usaha karena mereka mempunyai kemampuan dalam berwirausaha yang didasari adanya jiwa kewirausahan, pendidikan dan permodalan yang dimiliki serta mampu menciptakan kultur lingkungan kerja yang kondusif.

(22)

Untuk menjadi wirausaha yang berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak kewirausahaan. Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan-perbuatan pribadi (personal behaviour) dari hewan tingkat tinggi dari manusia (Ahmadi, 1975:7). Bagaimana seseorang bisa mengetahui kalau memiliki jiwa? Seseorang bisa melakukan hal-hal yang spiritual - bisa berpikir, melakukan hal-hal tanpa dipaksa, menolak untuk melakukan hal-hal, membuat benda-benda, menikmati humor atau buku, atau film, berbicara, mengerjakan berbagai pekerjaan.

Konsep entrepreneurship (kewirausahaan) memiliki arti yang luas. Salah satunya, entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan, memiliki karakteristik yang hanya ditemukan sangat sedikit dalam sebuah populasi. Definisi lainnya adalah seseorang yang ingin bekerja untuk dirinya.

(23)

ketimbang otak kirinya yang berpikir teoritis dan intelektual. Menurut John Dewey (1974) pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia. Pendidikan bukanlah suatu tindakan momentum tanpa dipikirkan tetapi suatu usaha sadar dan bertangung jawab, dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan seseorang, sehingga mampu hidup dan melanjutkan kehidupannya dalam lingkungan yang selalu berubah dan menuntut perubahan (Yusuf, 1986;25). Pendidikan yang baik adalah mampu menciptakan lapangan kerja setelah mereka dibekali dengan ilmu, ketrampilan, dan nilai-nilai dalam masyarakat.

(24)

Untuk memulai suatu usaha biasanya wirausahawan menggunakan modal awalnya dari tabungan pribadi dan kemudian mencoba mendapatkan akses pada tabungan keluarga dan teman, bila dirasa kurang mencukupi, wirausahawan akan mencari pendanaan lain, seperti bank, maupun lembaga keuangan lainnya.

(25)

Dengan melihat beberapa hal tersebut penulis mengambil judul penelitian tentang “ Pengaruh Permodalan, Pendidikan dan Kultur Lingkungan Kerja terhadap Hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha “.

B. Identifikasi Masalah

Ada banyak faktor yang diduga berhubungan dengan keefektivan mengelola usaha. Faktor – faktor tersebut adalah faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam yang mempengaruhi jalannya usaha. Faktor ini meliputi: sumber daya manusia, tanggung jawab sosial, pengalaman usaha, sumber daya keuangan/permodalan, jiwa kewirausahaan, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar yang mempengaruhi jalannya usaha. Faktor ini meliputi: kedudukan pasar, pengembangan usaha, lokasi usaha, relasi dengan pihak luar, pesaing, pendidikan, dan lain-lain. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada faktor permodalan, pendidikan, kultur lingkungan kerja, jiwa kewirausahaan serta efektivitas mengelola usaha karena terbatasnya waktu, biaya dan tenaga.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :

(26)

2. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha ?

3. Apakah ada pengaruh positif dan signifikan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha ?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menyediakan bukti-bukti tentang adanya:

1. pengaruh positif dan signifikan permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha

2. pengaruh positif dan signifikan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha

3. pengaruh positif dan signifikan kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dan efektivitas mengelola usaha.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan-kebijakan dalam hal kewirausahaan.

(27)

3. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperdalam pengetahuan yang diperoleh melalui bangku kuliah dan memperoleh pengalaman dari hasil penelitian terhadap praktek yang terjadi dalam dunia usaha.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

5. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya dan dapat menambah perbendaharaan bacaan khususnya mengenai kewirausahaan.

6. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi wirausahawan dalam menjalankan usahanya.

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Mengelola Usaha

Sebuah usaha pasti memerlukan pengelolaan yang baik agar usahanya tetap berjalan dan bertahan. Disinilah seorang pemimpin perusahaan atau sebuah usaha dituntut mampu mengelola usahanya secara efektif. Efektivitas disini berarti kemampuan seseorang untuk menggerakkan organisasi sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai. Mengelola berarti memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju, dan sebagainya serta bertanggung jawab penuh atas pekerjaan tertentu (Kamus Indonesia Kontemporer 1984: 695). Efektivitas adalah semua usaha dan tindakan yang dapat membawa hasil dalam menjalankan sesuatu.

Seorang pengusaha harus memiliki beberapa dasar yang kuat agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya:

1. Semangat kerja. Mencintai apa yang dikerjakannya sehingga membuat terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru belajar dari kegagalan.

(29)

pikiran akan terfokus dan memudahkan mencapai apa yang diinginkan.

3. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa segera terwujud.

4. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu dan pikiran untuk pekerjaan. Kadang kala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh hari seminggu agar impian terwujud.

5. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian ia mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia juga tidak mau dibohongi bawahannya.

6. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang ingin anda kerjakan dan hidup anda tidak ditentukan oleh status merealisasikan diri sendiri adalah anda sendiri.

7. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan, uang hanya untuk ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan sendirinya.

(30)

9. Memilki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas dalam menjalankan bisnis. Moralitas ini menjadi penting karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak pada praktik bisnis yang menghalalkan segala cara.

10.Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan mendengarkan masukan dari orang lain, tidak tergantung pada bakat alam, berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi tempat baginya untuk terus mengasah pengetahun dibidangnya.

11.Rencana bisnis. Seseorang pengusaha selalu memiliki rencana binis yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan.

12.Hasil terbaik. Pengusaha sukses ingin mencapai prestasi terbaik dan prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit diganti apapun. (www.Republika.co.id/cetak berita.asp)

(31)

B. Jiwa Kewirausahaan

Jiwa merupakan sesuatu yang abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian perilaku, pikiran, perasaan dan kemauan seseorang dan yang memberi corak kepadanya.(Hamzah, 1950 : 10)

Banyak para tokoh yang memberikan pendapatnya tentang pengertian dari jiwa, salah satunya adalah Plato yang mengemukakan bahwa jiwa merupakan sesuatu yang berasal dari dunia yang lain dan lebih tinggi dari pada dunia yang dapat musnah seperti apa yang dapat kita lihat. Menurut Hamzah (1950: 13),”Bahwa jiwa merupakan daya hidup dari pada makhluk yang hidup”.

Pengertian Ilmu jiwa dilihat dari ilmu filsafat, merupakan ilmu yang berasal dari pengalaman-pengalaman sementara dengan cara merenung yang disusun secara logis dan sistematis hingga mewujudkan keutuhan. Jiwa tidak dapat ditangkap dengan indera kita, dengan kata lain jiwa adalah abstrak. Dari jiwa kita hanya tahu gejala-gejalanya yang sering disebut sebagai kemampuan atau potensi-potensi jiwa. Potensi jiwa sangat banyak sekali, karena dengan jiwa kita bisa berfikir, mengingat, berfantasi, merasa sedih, menikmati keindahan, membedakan baik buruk dan adanya kemauan.

(32)

perasaan intelektual, menimbulkan kemauan sugesti dan lain-lain (Susanta, 1967: 45)

Kewirausahaan memiliki konsep nilai, yang dibedakan menjadi: (1) person has a value dan, (2) an object has value. Konsep yang pertama menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang akan dijadikan sebagai ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh karena itu, watak yang melekat pada seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan yang dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Dalam kewirausahaan, ada dua sistem nilai yang menonjol yaitu sistem nilai primer pragmetik dan sistem nilai moralitas. Sistem nilai primer pragmetik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, dan lain-lain. Sementara sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerjasama, keteladanan, dan keutamaan.

(33)

pertumbuhan usaha dan keuntungan serta mampu mengendalikan diri dengan baik (S. Hardjoseputro, 1987 : 27).

C. Kultur Lingkungan Kerja

Produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja di kantor. Lingkungan kerja yang nyaman akan mempengaruhi kelancaran dalam bekerja. Menurut Ahyari (1994: 124-125),”Lingkungan kerja sebagai suatu lingkungan dimana karyawan tersebut bekerja dan melaksanakan tugas sehari-hari yang meliputi pelayanan perusahaan terhadap karyawan, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan antar karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Lingkungan kerja sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya kebersihan, kebisingan dan lain sebagainya. Lingkungan kerja dalam setiap perusahaan mempunyai peranan penting karena lingkungan kerja mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugas, kondisi, dan hasil kerjanya. Lingkungan kerja yang baik akan menyebabkan karyawan bekerja dengan baik dan bersemangat.

Menurut kamus manajemen (N.N,1994:103),”Lingkungan kerja adalah semua faktor fisik, psikologis, sosial, dan jaringan hubungan yang berlaku di dalam organisasi dan berpengaruh terhadap karyawan”.

(34)

Masculinity dan Feminity, dan Uncertainty Avoidance (menghindari ketidakpastian).

Dimensi pertama adalah jarak kekuasaan atau Power Distance (PD). Dimensi ini mau menunjukkan perbedaan status atau kekuasaan diantara anggota-anggotanya. Masyarakat yang memiliki budaya PD yang tinggi akan cenderung mengembangkan aturan, mekanisme atau kebiasaan-kebiasaan dalam mempertahankan perbedaan status atau kekuasaan. Hal tersebut ditandai adanya hirarki yang ketat dan kekuasaan yang terpusat.

(35)

Dimensi yang kedua adalah Individualism versus Collectivism (IC). Dimensi ini mengacu pada sejauh mana suatu budaya mendukung tendensi individulistik dan kolektivistik. Masyarakat individualistik mengharapkan anggota-anggotanya untuk mandiri atau bebas dan merealisasikan hak-hak pribadinya, sehingga tumbuh kemandirian secara emosional pada instansi atau perusahaan. Sementara budaya kolektif menekankan kewajiban pada masyarakat atau kelompok daripada hak-hak pribadinya. Bahkan diharapkan untuk mengorbankan kepentingan pribadinya demi tujuan kelompok.

Adanya perbedaan dalam dimensi IC akan berpengaruh dalam perbedaan secara nyata dalam sikap, nilai-nilai, keyakinan dan perilaku yang berkaitan dengan kerja dan perusahaan. Dimensi IC juga berpengaruh pada perbedaan tentang kepemimpinan ideal yang diharapkan.

Untuk mengukur sisi individualisme, digunakan instrumen yang terdiri dari:

1. Personal Time, yaitu pekerjaan (job) yang memberikan waktu luang yang cukup untuk diri sendiri dan keluarga.

2. Freedom, yaitu kebebasan untuk menggunakan cara pendekatan sendiri terhadap pekerjaan.

(36)

Sedangkan untuk sisi kolektivisme diukur dengan instrumen:

1. Training, yaitu kesempatan untuk mengalami pelatihan guna meningkatkan job performance.

2. Physical Conditions, yaitu adanya lingkungan kerja yang baik (ventilasi, cahaya, ruangan, warna, dsb).

3. Use of skill, yaitu penggunaan keterampilan sepenuhnya dalam melakukan pekerjaan. (Ndraha, 1999:245)

Dimensi yang ketiga adalah dimensi masculinity (MA) yang lebih berorientasi materialisme dari pada hubungan kekerabatan. Dimensi ini secara konseptual berguna untuk memahami perbedaaan gender dalam dunia kerja. Dimensi masculinity menunjukan tingkat tingkatan atau sejauh mana suatu masyarakat berpegang teguh pada peran gender atau nilai-nilai seksual yang tradisional yang didasarkan pada perbedaan biologis dan menekankan pada nilai asertivitas, prestasi, dan performansi. Sedangkan dimensi feminnity lebih mengutamakan hubungan interpersonal, keharmonisan dan kinerja kelompok.

(37)

kemampuan untuk lebih memperhatikan kesejahteraan orang lain dan kurang mengutamakan kepentingan diri sendiri.

Ndraha (1999:246) menulis instrumen Hoffstede yang digunakan dalam penelitian. Sisi masculinity digunakan instrumen:

1. Earning, yaitu pendapatan: kesempatan mendapat job yang menjanjikan pendapatan yang tinggi.

2. Recognition, yaitu pengakuan atau penghargaan masyarakat terhadap pekerjaan.

3. Advancement, yaitu kesempatan untuk maju dan mendapat kedudukan tinggi.

Pengukuran untuk instrument femininity yaitu dengan:

1. Manager, yaitu adanya hubungan baik atasan dan bawahannya.

2. Cooperation, yaitu kerjasama antar karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan.

3. Living area, yaitu bertempat tinggal di pemukiman yang layak bagi karyawan dan keluarganya.

4. Employment security, yaitu ketenangan bekerja selama karyawan suka, tanpa dihantui oleh pemutusan hubungan kerja.

(38)

Organisasi dalam budaya UA-nya tinggi juga cenderung memiliki kejadian turn over (keluar-masuk karyawan) yang sedikit, dan karyawan yang rendah ambisinya, perilaku yang kurang berani mengambil resiko dan petualangan, dan perilakunya lebih ritual. Masyarakat yang memiliki orientasi UA yang rendah, toleransi terhadap situasi yang samar-samar atau tidak pasti. Dalam situasi ini orang akan lebih banyak diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif sendiri dalam menyelesaikan tugas. (Daya Kisni, 2003: 277-283)

Menurut Ndraha ( 1999:247) ada beberapa instrumen untuk mengukur penghindaran ketidakpastian dalam masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Job stress, yaitu frekuensi meregang atau nervous di tempat kerja atau

sewaktu bekerja.

2. Rule orientation, yaitu persetujuan terhadap ketentuan bahwa aturan wajib ditaati.

3. Intent to stay with company for a long-term career, yaitu seberapa banyak karyawan yang ingin bekerja untuk jangka waktu lama di perusahaan yang bersangkutan.

(39)

D. Permodalan

Modal dalam perusahaan merupakan persoalan yang tidak akan berakhir, mengingat bahwa masalah modal itu mengandung begitu banyak dan berbagai rupa aspek. Banyak pendapat mengenai pengertian modal.

Menurut Bambang Riyanto, modal merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam proses produksi untuk memperoleh kekayaan selanjutnya. Modal juga dapat diikhtisarkan pada neraca perusahaan yang dibedakan menjadi modal konkrit dan modal abstrak, dimana modal konkrit adalah modal yang tertera di sebelah debit, sedangkan modal abstrak adalah modal yang tertera di sebelah kredit. Namun neraca suatu perusahaan selain menggambarkan adanya modal konkrit dan modal abstrak juga menampakkan dua gambaran modal yang lain, yaitu modal aktif yang menunjukkan modal menurut sumbernya atau asalnya (Bambang Riyanto, 1995: 19).

Pendanaan awal dari bisnis skala kecil sering berpola menurut tipikal perencanaan pendanaan pribadi. Seorang calon wirausaha, pertama kali akan menggunakan tabungan pribadi dan kemudian mencoba mendapatkan akses pada tabungan keluarga dan teman. Ada beberapa modal awal yang digunakan oleh calon wirausaha untuk memulai berwirausaha, antara lain : 1. Investor Perorangan

(40)

Tabungan Pribadi adalah sumber pendanaan ekuitas yang paling sering digunakan dalam memulai bisnis baru. Sebuah bisnis baru memerlukan ekuitas untuk memperhitungkan margin atau kesalahan.

b. Teman dan saudara

Kadang-kadang, pinjaman dari teman atau saudara dapat menjadi satu-satunya sumber yang tersedia bagi pendanaan baru. Jenis pendanaan ini lebih didasarkan pada hubungan pribadi daripada analisis keuangan. Untuk meminimalkan kesempatan terjadinya kehancuran hubungan pribadi yang penting, wirausaha harus merencanakan pembayaran sesegera mungkin.

c. Investor perorangan lain

Sejumlah besar orang secara pribadi berinvestasi dalam kegiatan kewirausahaan milik orang lain. Mereka terutama adalah orang yang dengan pengalaman bisnis moderat sampai dengan yang signifikan, tapi juga profesional dan kaya

2. Bank

Bank adalah penyedia utang utama bagi perusahaan kecil. Meskipun bank membatasi pemberian pinjaman mereka untuk menyediakan modal kerja.

3. Program yang didukung Pemerintah

(41)

uang yang meningkat untuk mendanai bisnis baru. Program pemerintah yang mendukung dengan didirikan beberapa saran untuk membangun tempat bisnis baru.

4. Sumber Pendanaan lain

a. Lembaga keuangan berdasarkan komunitas

Lembaga keuangan berdasarkan komunitas adalah pemberi pinjaman yang melayani komunitas yang berpenghasilan rendah dan menerima dana dari pemerintah. Pemberi pinjaman berdasarkan komunitas ini memberikan modal pada bisnis yang tidak mempunyai atau bahkan sedikit akses untuk pendanaan pendirian perusahaan.

b. Perusahaan besar

Perusahan besar memberikan jumlah dana terbatas bagi investasi dalam perusahaan yang kecil.

E. Pendidikan

(42)

proses akan melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Pendidikan merupakan suatu proses yang berlanjut secara terus menerus. Sebagai suatu proses, pendidikan itu berlangsung dalam bermacam-macam situasi dan lingkungan. Secara mendasar dapat dikatakan bahwa lingkungan pendidikan itu dapat diklasifikasikan menjadi dua.

1. Pendidikan Formal

Pendidikan Formal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau instansi lain yang sudah terdaftar dalam Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

a. SD ( Sekolah Dasar)

b. SMP ( Sekolah Menengah Pertama) c. SMA ( Sekolah Menengah Atas) d. Perguruan Tinggi

2. Pendidikan non formal

a. Dari beberapa lembaga pendidikan formal di atas ada pula pendidikan yang bersifat non formal, yaitu Balai Latihan Kerja, Kursus, Les Privat

b. Lingkungan keluarga

(43)

dasar pendidikan, rasa keagamaan, kemauan, kecakapan berekonomi dan pengetahuan penjagaan diri pada si anak.

c. Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat akan memberikan manfaat yang sangat berarti, apabila diwujudkan dalam proses dan pola yang tepat. Tidak semua ilmu pengetahuan, sikap, keterampilan maupun performans dapat dikembangkan oleh sekolah ataupun dalam keluarga. Kekurangan yang ada dapat disi dan dilengkapi oleh lingkungan masyarakat dalam membina pribadi anak didik secara utuh. Pendidikan dalam lingkungan masyarakat berfungsi sebagai pelengkap, pengganti serta sebagai tambahan.

Tiap-tiap lingkungan tersebut memberikan pengaruh pada proses pembentukan individu melalui pendidikan yang diterimanya, baik langsung maupun tidak langsung. Pembentukan individu yang terarah mampu memberikan manfaat yang lebih bagi individu dalam hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan melalui pembentukan usaha.

(44)

F. Hubungan diantara Variabel Penelitian

1. Pengaruh Permodalan dalam hubungan antara Jiwa

Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha.

Modal merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam proses produksi untuk memperoleh kekayaan selanjutnya. Jiwa kewirausahaan adalah daya hidup atau azas yang diterapkan dalam menjalankan sebuah usaha sehingga dengan jiwa yang terbentuk mampu membawa hasil yang maksimal walaupun dengan kerja yang sedikit dan waktu yang sedikit pula. Daya hidup yang dimiliki oleh seseorang dapat berupa daya kreativitas dan inovasi serta kiat dan siasat yang diduga mampu mempengaruhi efektivitas dalam pengelolaan usaha. Efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk mengelola, menggerakkan, memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan organisasi supaya lebih baik sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai.

(45)

kewirausahaan tersebut dipengaruhi juga oleh kepemilikan modal. Modal itu sendiri bisa berasal dari modal sendiri atau modal sendiri ditambah modal asing. Dengan tersedianya modal yang bersumber dari modal sendiri ditambah modal asing maka jumlah modal akan lebih besar sehingga diduga kuat derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha akan semakin tinggi. Meskipun jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh pengusaha tersebut masih kurang mendukung akan tetapi apabila jumlah modal yang dimiliki besar diduga usaha yang dijalankan akan lebih efektif. Semakin besar modal yang dimiliki (modal sendiri + modal asing) maka akan semakin tinggi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, sebaliknya apabila modal hanya bersumber dari modal sendiri dengan jumlah relatif sedikit derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha juga akan semakin rendah.

2. Pengaruh Pendidikan dalam hubungan antara Jiwa Kewirausahaan dengan Efektivitas Mengelola Usaha

(46)

yang terbentuk mampu membawa hasil yang maksimal walaupun dengan kerja yang sedikit dan waktu yang sedikit pula. Efektivitas mengelola usaha adalah kemampuan seseorang untuk mengelola, menggerakkan, memimpin, mengendalikan, mengatur dan mengusahakan organisasi supaya lebih baik sedemikian rupa sehingga organisasi mampu mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai.

Seorang yang memiliki jiwa kewirausahaan akan membawa sumber daya berupa tenaga kerja, material, dan modal lainnya pada suatu kombinasi yang menambahkan nilai yang lebih besar daripada sebelumnya, dan juga membawa perubahan, inovasi, dan aturan baru yang diduga memberikan pengaruh dalam efektivitas mengelola usaha. Adanya jiwa kewirausahaan yang dapat mendorong efektivitas pengelolaan usaha diduga kuat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pengusaha.

(47)

tinggi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha, sebaliknya apabila tingkat pendidikan yang ditempuh rendah maka derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha juga akan semakin rendah. Pendidikan akan tetap memiliki peranan penting dalam pengelolaan usaha meskipun jiwa kewirausahaan yang dimiliki seorang pengusaha kurang mendukung. Hal tersebut dikarenakan dengan menempuh tingkat pendidikan yang tinggi ilmu pengetahuan akan semakin bertambah dan cara berfikir seorang pengusaha tersebut akan lebih maju.

3. Pengaruh Kultur Lingkungan Kerja terhadap Hubungan Antara Jiwa Kewirausahaan dan Efektivitas Mengelola Usaha

(48)

ditetapkan dengan pengorbanan yang lebih kecil dengan hasil yang dicapai.

Kemampuan menciptakan sesuatu yang berbeda serta adanya kiat dan siasat dalam mengelola usaha yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jiwanya yang berupa jiwa berwirausaha. Untuk menerapkan didalam menjalankan usaha seseorang dipengaruhi oleh jarak kekuasaan (power distance) antar individu. Dengan jarak kekuasaan yang rendah maka seorang bawahan akan lebih leluasa dalam bekerja tanpa terbebani oleh aturan yang ketat serta kekuasaan yang terpusat. Jarak kekusaan yang rendah menempatkan pekerja dalam posisi yang setara dengan atasan dan merasa lebih dekat sehingga mereka memiliki kebebasan untuk berkreasi menerapkan ide-ide serta kreativitas mereka. Dengan begitu jiwa kewirausahaan diantara para bawahan atau pekerja akan tumbuh dan berguna secara maksimal. Rendahnya jarak kekuasaan tersebut diduga kuat mempertinggi derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha. Sebaliknya, dengan adanya jarak kekuasaan yang tinggi terdapat perbedaan status atau kekuasaan serta akan menimbulkan kekuasaan yang terpusat dengan hirarki yang ketat dalam sebuah lingkungan kerja, sehingga tingginya jarak kekuasaan tersebut memberikan dugaan bahwa derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha akan lebih rendah.

(49)

kemudian diinternalisasikan oleh anggotanya. Bisa berupa perilaku langsung apabila menghadapi permasalahan maupun berupa karakter khas yang merupakan sebuah citra akademik yang bisa mendukung rasa bangga terhadap profesi dirinya sebagai karyawan, perasaan memiliki dan ikut menerapkan seluruh kebijakan pimpinan dalam pola komunikasi dengan lingkungannya internal dan eksternal organisasi. Lingkungan organisasi itu sendiri mendukung terhadap pencitraan diluar organisasi, sehingga dapat terlihat sebuah budaya akan mempengaruhi terhadap maju mundurnya sebuah organisasi. Seorang professional yang berkarakter dan kuat kulturnya akan meningkatkan kinerjanya dalam organisasi dan secara sekaligus meningkatkan citra dirinya. Dengan adanya lingkungan kerja yang saling melengkapi dan mendukung antara karyawan dan pimpinan terdapat dugaan bahwa derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha akan semakin tinggi.

(50)

gaya kepemimpinan tersebut diduga mampu menciptakan efektivitas dalam mengelola usaha karena disini karyawan diperlakukan sebagaimana mestinya sehingga mereka merasa diperhatikan terutama dalam hal kesejahteraannya. Dengan begitu ada dugaan bahwa derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha dipengaruhi oleh dimensi femininity dan masculinity.

(51)

turn over (misalnya; keluar-masuk karyawan) yang sedikit. Karyawan memiliki ambisi yang rendah sehingga perilakunya kurang berani dalam mengambil resiko dan petualangan, serta perilakunya lebih ritual, sehingga jiwa kewirausahaan sulit untuk tumbuh dan berkembang. Dengan kata lain Uncertainty Avoidance yang tinggi diduga memberikan pengaruh terhadap derajat hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

G. Kerangka Berfikir

Dari uraian di atas, maka berikut ini digunakan model penelitian:

Gambar 1: Model Penelitian Jiwa

Kewirausahaan

Efektivitas Mengelola usaha

Kultur Lingkungan

Kerja

(52)

H. Hipotesis

Berdasarkan landasan tersebut, penulis mengajukan hipotesis yang merupakan jawaban sementara sebagai dasar pengumpulan data dan penarikan kesimpulan hasil penelitian ini, diantaranya adalah:

1. ada pengaruh positif dan signifikan permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2. ada pengaruh positif dan signifikan pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang penulis gunakan meliputi: 1.Deskriptif Asosiatif / Korelasi

Dalam penelitian ini penulis terbatas pada usaha mengungkapkan maksud dan keadaan sebagaimana adanya mengenai efektivitas mengelola usaha, permodalan, pendidikan, jiwa kewirausahaan dan kultur lingkungan kerja.

2.Studi kasus

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan efektivitas mengelola usaha, permodalan, pendidikan, jiwa kewirausahaan dan kultur lingkungan kerja. Penelitian ini hanya mendeskripsikan pengaruh permodalan, pendidikan, kultur lingkungan kerja terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha industri kerajinan kulit di Manding Bantul.

3.Ex Post Facto

(54)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian akan dilakukan di Manding Bantul. Adapun alasan memilih lokasi itu adalah sebagai berikut:

a. Bantul merupakan sentra industri kerajinan kulit yang terkenal di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

b. Sentra Industri kerajinan kulit di Bantul yang dikelola oleh keluarga (home industry).

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 18 Maret 2009 sampai dengan 18 Juni 2009.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh pengusaha kerajinan kulit di Manding Bantul. Jumlah populasi untuk penelitian ini tidak diketahui, karena para pengusaha kerajinan kulit di Manding ada suatu Paguyuban Pengusaha Sabdodadi dan tidak semua pengusaha kerajinan kulit di Manding ikut dalam Paguyuban Pengusaha Sabdodadi.

2. Sampel penelitian

(55)

3. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, karena dalam pengambilan sampel peneliti memiliki beberapa pertimbangan. Peneliti menentukan anggota sampel yang memenuhi persyaratan antara lain merupakan pengusaha kerajinan kulit, memiliki latar belakang pendidikan baik yang tinggi maupun yang rendah, menggunakan modalnya sendiri atau modal sendiri ditambah dengan modal asing.

D. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Pengukuran 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah obyek penelitian yang bervariatif atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto,1998:99). Dalam penelitian ini permasalahan pokok atau variabel yang akan diteliti adalah:

a. efektivitas mengelola usaha; b. jiwa kewirausahaan;

c. kultur Lingkungan kerja; d. permodalan;

e. pendidikan.

Adapun pengelompokkan variabel dalam penelitian ini adalah: 1) Variabel Terikat (dependen)

(56)

menyesuaikan diri dengan kondisi lain atau variabel bebas. Varibel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas dalam mengelola usaha.

2) Variabel Bebas (independen)

Variabel bebas adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jiwa kewirausahaan.

3) Variabel Moderator

Variabel Moderator adalah variabel yang akan mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan atara variabel terikat dengan variabel bebas, atau sering disebut sebagai variabel bebas kedua (Sugiyono,2001;33). Variabel Moderator dalam penelitian ini adalah:

a) pendidikan; b) permodalan;

(57)

2. Definisi Operasional

a. Efektivitas mengelola usaha

Efektivitas adalah kemampuan organisasi mencapai tujuan dan berbagai sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya termasuk pencapaian sumber dan memanfaatkannya secara efisien

b. Jiwa kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan merupakan suatu proses yang penerapannya melalui kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.

c. Kultur lingkungan kerja

Lingkungan kerja adalah lingkungan dimana seorang atasan dan karyawan tersebut bekerja dan menjalin relasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari termasuk hubungan kekerabatannya.

d. Permodalan

Modal merupakan uang, barang atau investasi yang dimiliki oleh entitas tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

e. Pendidikan

(58)

3. Pengukuran Variabel

[image:58.595.84.512.226.630.2]

Untuk mengukur gejala dalam penelitian ini, digunakan pengukuran sikap yang menggunakan Skala Likert. Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan Skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, yang kemudian dimensi tersebut dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Masing – masing indikator dijabarkan dalam bentuk pernyataan yang dinyatakan dalam 5 (lima) skala sikap (Sugiyono, 2001:86). 5 skala sikap tersebut berlaku bagi koesioner II, III, IV. Masing- masing pernyataan dibuat dengan 5 (lima) pilihan jawaban dan masing – masing diberi skor dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 1 Skor Skala Sikap

No Keterangan Skor untuk pernyataan Positif Negatif

1 Sangat setuju 5 1

2 Setuju 4 2

3 Ragu-ragu 3 3

4 Tidak setuju 2 4

(59)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner/ Angket

Kuesioner /angket yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi sesuai dengan keadaan responden sebenarnya.

Kuesioner I : Berupa pertanyaan mengenai identitas responden kerajinan kulit di Manding Bantul.

Kuesioner II : Berupa pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai persepsi usahawan tentang efektivitas dalam mengelola usaha.

Kuesioner III : Berupa pertanyaan mengenai jiwa berwirausaha yang dimiliki usahawan dalam mengelola usahanya.

Kuesioner IV : Berupa pertanyaan mengenai kultur lingkungan kerja kerajinan kulit di Manding Bantul.

F. Indikator dan Pengukuran Variabel

(60)

Tabel 2

Indikator Variabel Efektivitas Mengelola Usaha

No Dimensi Indikator No Pertanyaan

1 Kreativitas Rencana bisnis 1, 2, 3

2 Manajerial Impian hidup 4, 5

3 Interpersonal Hasil terbaik 6,7, 8

Dana / modal Pengendalian 9

Pembagian tanggungjawab 10, 11

Semangat kerja 12, 13

Totalitas 14

Kepercayaan diri 15, 16

Etika moral 17, 18

[image:60.595.84.506.163.711.2]

4 Kepemimpinan Pengambilan keputusan 19, 20, 21

Tabel 3

Indikator Variabel Jiwa Kewirausahaan

No Dimensi Indikator No Pertanyaan

Resiko 6, 7

Inovasi/

Pengembangan ide 1, 2, 3, 4

Kerja kelompok 10

Kepercayaan diri 11, 12

Peraturan 13, 17, 19

Penyesuaian diri 14, 18

Ilmu pengetahuan 21, 22

Cekatan 20

Orientasi karir/pekerjaan 24

Kemampuan manajerial 8, 23

Bentuk kepribadian 26, 27

Gaya kepemimpinan 28, 29, 30

Pencapaian pertumbuhan usaha

9

Pencapaian keuntungan 32

Kondisi perasaan 15, 16, 31

(61)
[image:61.595.82.505.162.630.2]

Tabel 4

Indikator Variabel Kultur Lingkungan Kerja

No Dimensi Indikator NoPertanyaan

1 Power Distance - Hubungan atasan dan bawahan

1, 2, 3

- Struktur organisasi yang menyamakan kesetaraan dalam perbedaan tugas

4

- Adanya kesetaraan dalam perbedaan

tanggungjawab

5, 6

2 Individualism and Colectivism

- Kebebasan dalam

menyelesaikan pekerjaan 7

- Berani menghadapi

tantangan

8

- Pelatihan untuk

meningkatkan kinerja karyawan

9

- Kondisi fisik lingkungan kerja

10

- Meningkatkan

keterampilan kerja

11

3 Femininity and Masculinity

- Kesempatan untuk

memperoleh laba

12

- Kesempatan untuk maju 13

- Kesejahteraan karyawan 14, 15, 16

- Penghargaan masyarakat

terhadap produk

17

4 Uncertainty Avoidance

- Keluar masuknya

karyawan

18, 19

- Adanya aturan/ pedoman

dalam melaksanakan tugas

20, 21

G. Pengujian Instrumen Penelitian

(62)

dapat mengukur apa yang seharusnya diukur serta menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2002:114). Untuk mengetahui validitas kuesioner yang dibagikan kepada responden maka digunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson (Arikunto; 1993:69)

r

xy

( )( )

(

)

{

2 2

}

{

(

2

)

2

}

(

(ΣΧ ΝΣΥ − ΣΥ

− ΝΣΧ

ΣΥ ΣΧ − ΝΣΧΥ =

Keterangan :

r

xy : Koefisien korelasi yang dicari

Y : Variabel kontrol (Permodalan dan Pendidikan) X : Skor rata-rata dari X

Y : Skor Total

N : Banyaknya responden X

Σ : Jumlah dari X (jumlah butir soal) Y

Σ : Jumlah skor butir soal

(63)
[image:63.595.85.512.217.763.2]

Perhitungan uji validitas ini menggunakan Statistical Package for Social Sciences (SPSS 15) dan hasil perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 3. Uji validitas menggunakan sample berukuran n = 20 dengan jumlah 21 item untuk mengukur efektivitas mengelola usaha, 34 item untuk mengukur jiwa kewirausahaan dan 21 item untuk mengukur kultur lingkungan kerja. Dengan dk = n – 2 (20 - 2= 18), sehingga r tabel = 0,468. Untuk menentukan apakah instrumen tersebut valid atau tidaknya maka ketentuannya adalah jika nilai r hitung suatu butir pertanyaan lebih besar dari r tabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Sedangkan, jika nilai r hitung lebih kecil dari r tabel maka butir pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid.

Tabel 5

Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Evektifitas Mengelola Usaha No r hitung r tabel Ket

(64)
[image:64.595.86.507.72.717.2]

20 0,799 0,468 Valid 21 0,499 0,468 Valid

Tabel 6

Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Jiwa Kewirausahaaan

(65)
[image:65.595.84.511.122.609.2]

Tabel 7

Tabel Hasil Pengujian Validitas Variabel Kultur Lingkungan Kerja

No r hitung r tabel Ket 1 0,550 0,468 Valid 2 0,673 0,468 Valid 3 0,631 0,468 Valid 4 0,566 0,468 Valid 5 0,787 0,468 Valid 6 0,668 0,468 Valid 7 0,578 0,468 Valid 8 0,649 0,468 Valid 9 0,620 0,468 Valid 10 0,660 0,468 Valid 11 0,579 0,468 Valid 12 0,557 0,468 Valid 13 0,675 0,468 Valid 14 0,625 0,468 Valid 15 0,713 0,468 Valid 16 0,599 0,468 Valid 17 0,697 0,468 Valid 18 0,702 0,468 Valid 19 0,651 0,468 Valid 20 0,493 0,468 Valid 21 0,630 0,468 Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan atau keandalan alat ukur dalam mengukur gejala. Tujuan analisis reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana pengukuran data dapat memberikan hasil yang konsisten atau stabil bila dilakukan pengukuran kembali pada subjek yang sama. Untuk memperoleh koefisien reliabilitas digunakan persamaan Alpha Cronbach (Husein,2002:125):

r

i 
(66)

Keterangan:

r

i :

k : Jumlah butir pertanyaan Reliabilitas Instrumen 2

b σ

Σ : Jumlah Varians butir 2

t

σ : Total Varians

Jika hasil perhitungan Cronbach-alpha di atas nilai 0,60 maka dikatakan bahwa instrumen penelitan tersebut adalah reliabel (Nunnaly, dalam Gozali, 2001:133).

[image:66.595.86.514.135.774.2]

Berikut ini tabel interpretasi untuk mengukur tingkat keandalan koefisien korelasi nilai r (Sugiyono,2001:183):

Tabel 8

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 - 0,199 Sangat rendah

0,20 - 0,399 Rendah

0,40 - 0,599 Sedang

0,60 - 0,799 Kuat

0,80 - 1,000 Sangat kuat

Untuk proses perhitungan reliabilitas penulis menggunakan bantuan SPSS 15 (lihat lampiran 3). Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9

Tabel Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel No Variabel

Penelitian

Koefisien r

Koefisien r hitung

Kesimpulan tabel

Kriteria

1 Efektivitas

mengelola usaha 0,950 0,468 Reliabel Sangat Andal 2 Jiwa kewirausahaan 0,961 0,468 Reliabel Sangat Andal 3 Kultur lingkungan

(67)

Hasil analisis uji reliabilitas pada tabel diatas kemudian dibandingkan dengan tabel tingkat hubungan. Dari hasil perbandingan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel efektivitas mengelola usaha dengan koefisien reliabilitas 0,950 memiliki tingkat hubungan sangat andal, variabel jiwa kewirausahaan dengan koefisien reliabilitas 0,961 memiliki tingkat hubungan sangat andal, variabel kultur lingkungan kerja dengan koefisien reliabilitas 0,931 juga memiliki tingkat hubungan yang sangat andal.

Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa instrumen memenuhi syarat valid dan reliabel, maka instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data.

H. Uji Prasyarat Analisis Korelasi 1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas menggunakan tes one sample Kolmogorov Smirnov. Rumus uji Kolmogorov Smirnov adalah ( Sydney Siegel, 1997) :

( )

( )

[

Fo x Sn x

]

D= − Keterangan:

D = Deviasi Maksimum

(68)

Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka distribusi data dikatakan normal dan sebaliknya.

Atau dengan menggunakan rumus chi kuadrat yaitu (Arikunto,2000) :

(

)

fh fh fo

Σ = 2

χ

Keterangan : 2

χ = Chi kuadrat

fo = Frekuensi observasi fh = frekuensi harapan

Dengan derajat kebebasan (db)= fh-1, signifikansi 5% maka suatu ubahan dikatakan normal bila χ2 hasil hitungan lebih kecil dariχ2 tabel pada taraf signifikansi 5%.

I. Analisis Data

Dalam analisis data ada 2 tahap yang harus dilalui yaitu analisis deskriptif dan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis regresi.

1. Analisis Deskriptif

Dalam analisis deskriptif memaparkan tentang harga rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi dan menghitung % dari masing-masing variabel.

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

(69)

mengelola usaha apabila ditinjau dari permodalan, pendidikan dan kultur lingkungan kerja. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel – variabel tersebut digunakan model persamaan regresi yaitu : a. Hipotesis I

1) Rumusan Hipotesis:

Ho : tidak ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh permodalan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2) Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang dikembangkan Chow (Gujarati, 1995:512) dengan rumus sebagai berikut:

(

)

i

i =

α

+

β

Χ +

β

Χ +

β

Χ Χ +

µ

Υ 0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan: i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha 0

α = Konstanta 1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan 2

Χ = Variabel permodalan 2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel permodalan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi

3 β

(70)

penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

b. Hipotesis 2

1) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh pendidikan terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

2) Rumus

(

)

i

i =

α

+

β

Χ +

β

Χ +

β

Χ Χ +

µ

Υ 0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan: i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha 0

α = Konstanta 1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan 2

Χ = Variabel pendidikan 2

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel pendidikan

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi

3 β

(71)

c. Hipotesis 3

1) Kultur Lingkungan Kerja pada Dimensi Power Distance a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

b) Rumus :

(

)

i

i =

α

+

β

Χ +

β

Χ +

β

Χ Χ +

µ

Υ 0 1 1 2 2 3 1 2

Keterangan: i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha 0

α = Konstanta 1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan 2

Χ = Variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance

2 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi power distance

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi

3 β

(72)

signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

2) Kultur Lingkungan Kerja pada Dimensi Individualism dan Collectivsm

a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi individualism dan collectivsm terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

Ha : ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi individualism dan collectivsm terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

b) Rumus :

Υi =

α

0 +

β

1Χ1 +

β

2Χ2 +

β

3

(

Χ1Χ2

)

+

µ

i

Keterangan: i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha 0

α = Konstanta 1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan 2

Χ = Variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi individualism dan collectivsm

2 1Χ

Χ = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur lingkungan kerja pada

dimensi individualism dan collectivsm 3

2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi dari interaksi variabel X1X2 terhadap Yi

3 β

(73)

taraf signifikansi (α ) yang digunakan dalam penelitian ini yakni 0,05. Hipotesis penelitian ini akan diterima bila nilai signifikansi koefisien regresi (β3) lebih rendah dari taraf signifikansi (α) 0,05.

3) Kultur Lingkungan Kerja pada Dimensi femininity dan maculinity a) Rumusan Hipotesis

Ho : tidak ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity dan masculinity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha ditolak. Ha : ada pengaruh kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity dan maculinity terhadap hubungan antara jiwa kewirausahaan dengan efektivitas mengelola usaha.

b) Rumus :

Υi =

α

0 +

β

1Χ1 +

β

2Χ2 +

β

3

(

Χ1Χ2

)

+

µ

i

Keterangan: i

Υ = Variabel efektivitas mengelola usaha 0

α = Konstanta 1

Χ = Variabel jiwa kewirausahaan 2

Χ = Variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity dan maculinity

Χ1Χ2 = Nilai interaksi antara variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel kultur lingkungan kerja pada dimensi femininity dan maculinity

3 2 1,β ,β

β = Koefisien regresi (besaran pengaruh)

i

µ = Pengganggu regresi

(74)

pembandingan nilai signifikansi koefisien regresi (β3) dengan taraf signifikansi (α ) yang digunakan dalam peneli

Gambar

Tabel 20 Interpretasi jiwa kewirausahaan ditinjau dari responden yang
Tabel r .................................................................................
Tabel 1 Skor Skala Sikap
Tabel 3  Indikator Variabel Jiwa Kewirausahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian Kandungan Energi dan Protein dalam Diet TKTP di RSU Swadana Daerah

Observasi yang dilakukan oleh penulis adalah pengamatan secara langsung terhadap praktik akad pelaksanaan pembiyaaan akad al murabahah dan wakalah di.. Bank Syariah Mandiri Kantor

Presentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Lapangan Pekerjaan Utama di Jawa Barat Percentage Population Aged 10 Years and Over Who

Salah satu lembaga pendidikan yang memberikan kontribusi besar dalam memben- tuk karakter anak bangsa adalah madrasah, karena madrasah memiliki ciri khusus

Ayat jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan dikurangi nilai sekarang dari nilai sisa yang tidak dijamin untuk mengakui fakta bahwa lessor akan menerima kembali aktiva yang

Lidah buaya (Aloe vera L.) adalah tumbuhan asli yang berasal dari Afrika, dengan ciri daun berwarna hijau memiliki daging yang tebal, terdapat duri pada dua sisinya, daunnya

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

Sardjito terhadap pengobatan dan memperbaiki kontrol glikemik kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompokkontrol dengan masing-masingnilai p adalah 0,023(p<0,05)