Pendidikan Agama Hindu
dan Budi Pekerti
Buku Guru
Buku Guru • Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti • Kelas VI SD
ISBN :
978-602-282-231-8 (jilid lengkap)
978-602-282-237-0 (jilid 6)
SD
KELAS
VI
HET ZONA 1 ZONA 2 ZONA 3 ZONA 4 ZONA 5
Rp- Rp- Rp- Rp- Rp-
EDISI REVISI 2018
Hak Cipta © 2018 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang
Disklaimer: Buku ini merupakan buku guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka implementasi Kurikulum 2013. Buku guru ini disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan dipergunakan dalam tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang senantiasa diperbaiki, diperbaharui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan yang dialamatkan kepada penulis dan laman http://buku.Kemendikbud.go.id atau melalui email buku@Kemendikbud.go.id diharapkan dapat meningkatkan kualitas buku ini.
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti: buku guru/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- . Edisi Revisi Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.
viii, 126 hlm. : ilus. ; 25 cm.
Untuk SD Kelas VI
ISBN 978-602-282-231-8 (Jilid Lengkap) ISBN 978-602-282-237-0 (Jilid 6)
1. Hindu I. Judul
II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
294.5
Penulis : Ni Wayan Sumarni dan Sukirno Hadi Raharjo.
Penelaah : I Made Sutresna dan I Wayan Paramartha.
Pre-view : Ni Wayan Sridani
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Cetakan Ke-1, 2015 (ISBN 978-602-1530-34-4)
Kata Pengantar
Kurikulum 2013 dirancang agar peserta didik tidak hanya bertambah pengetahuannya, tetapi juga meningkat keterampilan, sikap dan perilaku serta semakin mulia kepribadiannya. Tujuan luhur yang ingin dicapai adalah adanya kesatuan utuh antara kompetensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude).
Melalui pembelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti diharapkan akan melahirkan anak-anak didik yang tidak saja pengetahuan agamanya semakin bagus, tetapi juga keterampilan dan sikapnya semakin baik.
Semua ini adalah modal berharga bagi peserta didik untuk dapat hidup bersama yang terjalin dalam hubungan harmonis antara dirinya dengan sesama, dengan Tuhan dan dengan lingkungannya.
Dengan demikian, pengetahuan agama dan budi pekerti yang dipelajari para peserta didik akan menjadi sumber nilai dan penggerak perilaku mereka, baik untuk dirinya, keluarga dan masyarakat. Sekadar contoh, di antara nilai budi pekerti dalam agama Hindu ada dikenal dengan Tri Marga (bakti kepada Sang Hyang Widhi, orang tua, dan guru; karma, bekerja sebaik-baiknya untuk dipersembahkan kepada orang lain dan Sang Hyang Widhi; jnana, menuntut ilmu sebanyak- banyaknya untuk bekal hidup dan penuntun hidup), dan Tri Warga (dharma, berbuat berdasarkan atas kebenaran; artha, memenuhi harta benda untuk hidup berdasarkan kebenaran, dan kama, memenuhi keinginan sesuai dengan norma norma yang mulia).
Dalam pembentukan budi pekerti, proses pembelajarannya mesti mengantarkan peserta didik dari pengetahuan tentang dharma lalu menimbulkan komitmen atau satya terhadap kebaikan, akhirnya benar-benar menjalankan kebaikan, sehingga perilaku kebaikan dan akhlak mulia menjadi sebuah kebiasaan hidup. Buku Panduan Siswa ini ditulis dengan tanggung jawab moral untuk mengantarkan peserta didik menuju pada hidup dan kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan, keteduhan dan kedamaian (lokhasam graham).
Metode pembelajarannya dituangkan dalam ranah kegiatan mengamati; menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan meng- omunikasikan. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi dasar (KD) dalam kegiatan keagamaan yang harus dilakukan para pendidik kepada peserta didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan mengaktualisasikannya ke dalam tindakan nyata dan sikap keseharian,
baik dalam bentuk ibadah ritual maupun ibadah sosial, pemahaman konsep, dan aplikasi konsep pengetahuan agama.
Dalam hal ini mengingat Buku Siswa bersifat minimal dan berisi petunjuk umum. Sehingga siswa dapat memperkayanya secara kreatif dan inovatif dengan kegiatan-kegiatan lain yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam sekitar demi untuk membuat proses belajar yang berkualitas.
Buku ini sangat terbuka untuk terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang para pembaca memberikan kritik, saran, dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan pada edisi berikutnya. Atas kontribusi itu, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan. Khususnya pendidikan Agama Hindu dalam rangka mempersiapkan generasi 100 tahun Indonesia Merdeka pada 2045.
Tim Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
BAB I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Dasar Hukum ... 3
C. Tujuan ... 4
D. Sasaran ... 5
E. Ruang Lingkup ... 6
BAB II Petunjuk Umum ... 7
A. Gambaran Umum tentang Buku Panduan Guru .... 7
B. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang Diinginkan ... 10
C. KI dan KD yang Ingin Dicapai ... 11
D. Strategi dan Model Pembelajaran ... 15
E. Evaluasi dan Penilaian ... 26
BAB III Petunjuk Khusus Proses Pembelajaran ... 80
A. Pelajaran 1: Mengenal Isi Pokok dari Kitab Bhagawadgita sebagai Tuntunan Hidup ... 80
a. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 81
b. Peta Konsep ... 82
c. Tujuan Pembelajaran ... 82
d. Proses Pembelajaran ... 82
e. Evaluasi ... 85
f. Pengayaan ... 85
g. Remedial ... 85
h. Interaksi dengan Orang Tua Peserta Didik ... 86
B. Pelajaran 2: Ajaran Panca Sradha sebagai Penguat Keyakinan ... 87
a. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 88
b. Peta Konsep ... 89
c. Tujuan Pembelajaran ... 89
d. Proses Pembelajaran ... 89
e. Evaluasi ... 92
f. Pengayaan ... 92
g. Remedial ... 92
h. Interaksi dengan Orang Tua Peserta Didik ... 94
C. Pelajaran 3: Tat Twam Asi dalam Cerita Itihasa ... 95
a. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 95
b. Peta Konsep ... 96
c. Tujuan Pembelajaran ... 96
d. Proses Pembelajaran ... 97
e. Evaluasi ... 99
f. Pengayaan ... 100
g. Remedial ... 100
h. Interaksi dengan Orang Tua Peserta Didik ... 101
D. Pelajaran 4: Mengenal Sad Ripu sebagai perilaku yang
Harus Dihindari ... 102
a. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 102
b. Peta Konsep ... 103
c. Tujuan Pembelajaran ... 103
d. Proses Pembelajaran ... 103
e. Evaluasi ... 106
f. Pengayaan ... 106
g. Remedial ... 107
h. Interaksi dengan Orang Tua Peserta Didik ... 108
E. Pelajaran 5: Tri Rna sebagai Utang yang Dibawa Sejak Lahir ... 109
a. Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) ... 109
b. Peta Konsep ... 110
c. Tujuan Pembelajaran ... 110
d. Proses Pembelajaran ... 111
e. Evaluasi ... 113
f. Pengayaan ... 114
g. Remedial ... 114
h. Interaksi dengan Orang Tua Peserta Didik ... 115
BAB IV Penutup ... 117
A. Simpulan ... 117
B. Saran-Saran ... 118
Daftar Pustaka ... 119
Glosarium ... 122
Profil Penulis ... 124
Profil Penelaah ... 126
Profil Editor ... 127
Profil Ilustrator ... 128
Latar Belakang A.
Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik, antara peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran yang sangat penting dalam menyampaikan materi pelajaran. Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan kemampuan dan kualitas pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran sesuai kurikulum 2013, perlu disusun Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
Buku Panduan Guru ini disusun untuk dapat dijadikan acuan bagi guru dalam memahami kurikulum dan pengembangannya ke dalam bentuk proses pembelajaran, sebab keberhasilan proses pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, di samping dipengaruhi oleh keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran, sarana dan prasarana yang mendukung, juga dipengaruhi oleh kompetensi dan profesionalisme guru dalam mengajar.
Bab I
Pendahuluan
Guru yang profesional dituntut untuk mampu menerapkan dan melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran penting, bahkan menempati posisi kunci berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tersebut. Adapun peran guru dalam pembelajaran, yakni sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, teladan, pribadi, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pembawa cerita, peneliti, aktor, emansipator, inovator, motivator dan dinamisator, fasilitator, evaluator, mediator, serta penguat.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti hendaknya selalu merujuk pada ruh kurikulum 2013, dan menggunakan buku, baik buku utama dan penunjang sebagai referensinya. Untuk menjembatani keinginan ideal seperti itu dengan kondisi yang selama ini dialami guru, maka diperlukan buku panduan operasional untuk membantu guru memahami Kurikulum 2013 serta cara melaksanakan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti di sekolah.
Hal ini penting karena implementasinya di sekolah maupun di masyarakat, Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti memiliki karakteristik yang khas dan mengakomodasi budaya-budaya setempat menjadi bahan dan media belajar. Oleh karena itu, diperlukan upaya- upaya maksimal dan semangat yang kuat bagi seorang pendidik dalam mengimplementasikan Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti ke dalam proses pembelajaran. Buku Panduan Guru ini dapat menjadi jembatan terhadap usaha pendidik untuk mendisain pembelajaran agar terarah dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Buku Panduan Guru dibutuhkan karena guru dalam setiap kegiatan belajar mengajar harus mempunyai sasaran atau tujuan yang jelas, terukur mencapai kompotensi yang diharapkan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang, mulai dari yang sangat operasional dan konkret,
yakni tujuan pembelajaran khusus, tujuan pembelajaran umum, tujuan kurikuler, tujuan pendidikan nasional, sampai pada tujuan yang bersifat universal.
Belajar mengajar sebagai suatu sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Sebagai suatu sistem belajar mengajar meliputi sejumlah komponen antara lain tujuan pembelajaran, bahan ajar, peserta didik yang menerima pelayanan belajar, guru, metode dan pendekatan, situasi dan evaluasi kemajuan belajar. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan dengan baik.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, guru harus memahami segenap aspek pribadi peserta didik, seperti (1) kecerdasan dan bakat khusus, (2) prestasi sejak permulaan sekolah, (3) perkembangan jasmani dan kesehatan, (4) kecenderungan emosi dan karakternya, (5) sikap dan minat belajar, (6) cita-cita, (7) kebiasaan belajar dan bekerja, (8) hobi dan penggunaan waktu senggang, (9) hubungan sosial di sekolah dan di rumah, (10) latar belakang keluarga, (11) lingkungan tempat tinggal, dan (12) sifat-sifat khusus dan kesulitan belajar peserta didik.
Dasar Hukum B.
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.
9. Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama.
10. Surat Keputusan Dirjen Bimas Hindu Nomor DJ.V/92/SK/2003, tanggal 30 September 2003 tentang Penunjukan Parisada Hindu Dharma Indonesia, Pasraman, dan Sekolah Minggu Agama Hindu sebagai Penyelenggara Pendidikan Agama Hindu di Tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Perguruan Tinggi.
Tujuan C.
Buku Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SD Kelas VI ini disusun dengan tujuan:
(1) Membantu guru dalam melaksanakan proses pem belajaran di sekolah atau di kelas sejalan dengan Kurikulum 2013.
(2) Membantu guru memahami komponen, tujuan, dan materi dalam Kurikulum 2013.
(3) Memberikan panduan kepada guru dalam menumbuhkan budaya belajar agama Hindu yang aktif, positif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pengertahuan Agama Hindu.
(4) Membantu guru dalam merencanakan, meng organisasikan, melaksanakan, dan menilai kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.
(5) Membantu guru dalam menjelaskan kualifikasi bahan atau materi pelajaran, pola pengajaran dan evaluasi yang harus dilakukan sesuai dengan model kurikulum 2013.
(6) Memberikan arah yang tepat bagi para guru dalam mencapai target atau sasaran yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan kurikulum 2013.
(7) Memberikan inspirasi kepada guru dalam menanamkan dan mengembangkan bahan atau materi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didiknya.
Sasaran D.
Sasaran yang ingin dicapai dalam Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti SD Kelas VI ini, antara lain:
(1) Guru mampu memahami dan menerapkan kurikulum 2013 dengan benar.
(2) Guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang kurikulum 2013 dan komponen-komponennya.
(3) Guru mampu menyusun rencana kegiatan pembelajaran dengan baik.
(4) Guru mampu memiliki wawasan yang luas dan mendalam mengenai model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran.
(5) Guru memiliki kemampuan menanamkan budaya belajar positif kepada peserta didik.
Ruang Lingkup E.
Adapun sebagai ruang lingkup dari penyusunan dan atau penulisan Buku Guru ini adalah:
Bab I : Pendahuluan, Bab II : Petunjuk Umum,
Bab III : Petunjuk Khusus Proses Pembelajaran Bab IV : Penutup
Gambaran Umum tentang Buku Panduan Guru
A.
Ruang lingkup Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti meliputi; Latar Belakang, Dasar Hukum, Tujuan, Ruang Lingkup, Sasaran, Gambaran Umum, Penggunaan Buku Guru, Kompetensi Inti (KI), Strategi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, Penilaian, Evaluasi, Pengayaan, Remedial, Kerja sama dengan Orang Tua, Kesimpulan dan Saran-Saran.
Guru Mata Pelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam melaksanakan proses pembelajaran memperhatikan alokasi jam selama 2 (dua) semester yang seluruhnya berjumlah 34 tatap muka, setiap tatap muka memerlukan alokasi waktu 4 x 35 menit.
Bab II
Petunjuk Umum
Pendalaman dan pengetahuan tentang alokasi waktu tatap muka dan jumlah jam pembelajaran Mata Pelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti seperti tertera pada tabel berikut:
Tabel: 1 Sebaran Waktu Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti Kelas I s.d VI
No. KELAS
S E M E S T E R (TATAP MUKA/KEGT)
TATAP MUKA (KALI)
I II
KBM UTS UAS KBM UTS UAS
1. I 16 1 1 17 1 1 33
2. II 17 1 1 17 1 1 34
3. III 17 1 1 17 1 1 34
4. IV 17 1 1 17 1 1 34
5. V 17 1 1 17 1 1 34
6. VI 17 1 1 12 1 1 29
Materi pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti meliputi 5 (lima) aspek, kelima aspek tersebut lebih rinci dalam bagan berikut:
Guru Mata Pelajaran Agama Hindu dan Budi Pekerti perlu memahami alur pikir dari penyebaran aspek materi dalam Pendidikan Agama Hindu, sehingga dapat memahami dan menjalankan proses pembelajaran sesuai standar kurikulum 2013.
Aspek Materi Bobot
dan
Dasar (KD)
Bobot
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang Diinginkan
B.
SKL pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 di mana di setiap dimensi memiliki kualifikasi kemampuan sebagaimana tertera dalam tabel berikut:
No. Dimensi Kualifikasi Kemampuan
1. Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
2. Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.
3. Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.
KI dan KD yang Ingin Dicapai C.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Noṁor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) disebutkan bahwa:
1) Kompetensi adalah seperangkat sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh peserta didik setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program, atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.
2) Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program.
3) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup:
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata pelajaran, atau program dalam mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar (KD).
Lebih lanjut dalam pasal 77H ayat (1) penjelasan dari Koṁpetensi Inti (KI) sebagi berikut:
(a) Yang dimaksud dengan “Pengembangan Kompetensi spiritual keagamaan” mencakup perwujudan suasana belajar untuk meletakkan dasar perilaku baik yang bersumber dari nilai- nilai agama dan moral dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
(b) Yang dimaksud dengan “Pengembangan sikap personal dan sosial” mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar kematangan sikap personal dan sosial dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
(c) Yang dimaksud dengan “Pengembangan pengetahuan”
mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar kematangan proses berpikir dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
(d) Yang dimaksud dengan “Pengembangan keterampilan”
mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar keterampilan dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial.
4) Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh Peserta Didik melalui pembelajaran.
Adapun KI dan KD yang menjadi pencapaian dalam buku agama Hindu Kelas VI ini antara lain:
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menerima, menjalankan,
dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
1.1 Menerima Kitab suci Bhagawadgita sebagai tuntunan hidup;
1.2 Menjalankan ajaran Panca Sraddha sebagai dasar keyakinan umat Hindu;
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 2. Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah air.
2.1 Disiplin terhadap isi Kitab suci Bhagawadgita sebagai tuntunan hidup;
2.2 Menunjukkan perilaku disiplin terhadap isi ajaran Panca Sraddha;
2.3 Menunjukkan perilaku Tat Twam Asi yang tertuang dalam cerita Itihasa;
2.4 Menunjukkan perilaku bertanggung jawab sebagai wujud
menghindari Sad Ripu 2.5 Menunjukkan perilaku
disiplin terhadap ajaran Panca Yadnya sebagai pengamalan Tri Rna;
3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
3.1 Memahami isi pokok Bhagawadgita sebagai tuntunan hidup;
3.2 Menguraikan ajaran Panca Sraddha sebagai dasar meningkatkan keyakinan;
3.3 Memahami ajaran Tat Twam Asi dalam cerita Itihasa;
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 3.4 Menjelaskan ajaran Sad
Ripu sebagai perilaku yang harus dihindari dalam kehidupan sehari- hari;
2.5 Memahami ajaran Tri Rna sebagai utang yang dibawa sejak lahir.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
4.1 Menyajikan dengan cara melantunkan sloka-sloka dalam Bhagawadgita;
4.2 Menyajikan contoh Panca Sraddha dalam kehidupan;
4.3 Menyajikan cerita Tat Twam Asi yang tertuang dalam Itihasa;
4.4 Menyajikan contoh perilaku Sad Ripu yang harus dikendalikan;
4.5 Menerapkan ajaran Tri Rna dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dan Model Pembelajaran D.
1. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Strategi dalam melaksanakan pembelajaran sangat penting mendapat perhatian pendidik. Strategi pembelajaran ada 3 jenis, yakni: strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran.
a. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang berkaitan.
Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi mikro dan strategi makro. Strategi mikro mengacu kepada metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau prosedur atau prinsip.
b. Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupakan metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian pembelajaran adalah:
1) Menyampaikan isi pembelajaran kepada peserta didik, 2) Menyediakan informasi atau bahan-bahan yang diperlukan
peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja.
c. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara peserta didik dengan metode pembelajaran.
Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga) klasifikasi penting strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan catatan kemajuan belajar peserta didik, dan motivasi.
Strategi pembelajaran merupakan strategi atau teknik yang harus dimiliki oleh para pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan sangat menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik, karena proses pembelajaran itu memerlukan seni, keahlian dan ilmu, guna menyampaikan materi kepada peserta didik sesuai tujuan, efesien, dan efektif.
Oleh karena itu, pendidik dapat menambahkan beberapa strategi yang sedang berkembang sesuai kebutuhan di tempat di mana pendidik bertugas. Strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran dapat menghasilkan peserta didik yang cerdas dan berhasil, di antara strategi tersebut antara lain:
1) Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok peserta didik dengan maksud agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru, sebab dalam strategi ini guru memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dalam sistem ini, guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, dan lengkap sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.
2) Strategi Inkuiri
Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
SPI merupakan strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual anak. Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation, physical experience, social experience, dan equilibration.
3) Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial
Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
4) Contextual Teaching Learning
Contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata peserta didik,
dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Karakteristik pembelajaran kontekstual:
(a) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik (b) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
(c) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik (learning by doing).
(d) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antar teman (learning in a group).
(e) Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply).
(f) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to Inkuiri, to work together).
(g) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning ask an enjoy activity).
5) Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
6) Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir
Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampuan berpikir peserta didik. Dalam pembelajaran ini materi pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada peserta didik, akan tetapi peserta didik dibimbing untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman peserta didik.
Model strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir peserta didik melalui telaahan fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajarkan.
7) Strategi Pembelajaran Kooperatif/ Kelompok
Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok- kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok.
Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
2. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Metode pembelajaran dalam Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan Agama Hindu. Ada beberapa metode pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.
a. Metode Ceramah (Dharma Wacana) adalah pelaksanaan mengajar dengan ceramah secara oral, lisan, dan tulisan diperkuat dengan menggunakan media visual. Pendidik berperan sebagai sumber pengetahuan utama atau doṁinan.
Belajar agama dengan metode Dharma Wacana dapat memperoleh ilmu agama dengan mendengarkan wejangan dari guru. Metode Dharma Wacana termasuk dalam ranah pengetahuan dalam dimensi Kompetensi Inti 3.
b. Metode Dharmagītā adalah metode mengajar dengan pola menyanyi atau melantunkan sloka, palawakya, dan tembang.
Pendidik dalam proses pembelajaran melibatkan rasa seni yang dimiliki setiap peserta didik, terutama seni suara atau menyanyi, sehingga dapat menghaluskan budhi pekertinya dan dapat memahami ajaran Agama.
c. Metode Diskusi (Dharma Tula) adalah metode mengajar dengan cara mengadakan diskusi di kelas. Metode Dharma Tula digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik yang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.
Dengan menggunakan metode Dharma Tula, peserta didik dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran.
d. Metode Karya Wisata (Dharma Yatra) adalah metode pembelajaran dengan cara mengunjungi tempat-tempat suci atau pergi ke tempat-tempat yang dianggap terkait
perkembangan Agama Hindu. Strategi Dharma Yatra baik digunakan pada saat menjelaskan materi tempat suci, hari suci, budaya, dan sejarah perkembangan Agama Hindu.
e. Metode Dharma Shanti adalah metode pembelajaran untuk menanamkan sikap saling asah, saling asih, dan saling asuh yang penuh dengan rasa toleransi. Metode Dharma Shanti dalam pembelajaran memberikan kesempatan kepada peserta didik, untuk saling mengenali temannya, sehingga menumbuhkan rasa saling menyayangi.
f. Metode Demontrasi (Dharma Sadhana) adalah strategi pembelajaran untuk menumbuhkan kepekaan sosial peserta didik melalui pemberian atau pertolongan yang tulus ikhlas dan mengembangkan sikap berbagi kepada sesamanya.
Pendidik dapat menambahkan metode-metode yang sedang berkembang sesuai kebutuhan di tempat di mana pendidik bertugas.
Metode yang tepat dalam pembelajaran dapat menghasilkan peserta didik yang cerdas dan berhasil, di antara metode tersebut antara lain :
a. Metode Resitasi adalah metode pengajaran yang mengharuskan peserta didik membuat ringkasan dengan kalimat sendiri.
b. Metode Eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana peserta didik melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri.
c. Metode Latihan Keterampilan adalah metode mengajar dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung ke tempat latihan untuk melihat proses, tujuan, fungsi, kegunaan, dan manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari kulit pisang).
d. Metode Pengajaran Beregu adalah metode mengajar di mana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai tugas.
e. Metode Pemecahan Masalah bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode.
f. Project Method atau metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta peserta didik merancang suatu projek yang akan diteliti sebagai objek kajian.
3. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti
Menjadi guru yang kreatif, profesioanal, dan menyenangkan dituntut memiliki kemampuan mengembangkan pendekatan yang sesuai dalam mengajar, sehingga pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Sebagai pendidik, setidaknya memiliki pemahaman akan pendekatan-pendekatan yang dapat dijadikan acuan dalam menjalankan proses pembelajarannya. Adapun jenis-jenis pendekatan yang dapat dipergunakan antara lain:
a. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan Kompetensi merupakan pendekatan yang merujuk kepada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar.
Pengembangan pembelajaran dengan menggunakan pen- dekatan kompetensi menurut Ashan (1981) terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yakni:
1) Menetapkan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Mengembangkan strategi untuk mencapai kompetensi.
3) Evaluasi
Pembelajaran dengan pendekatan kompetensi dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tahapan perencanaan, maksudnya pendidik mempersiapkan kompetensi-kompetensi yang ingin diwujudkan, kemudian disusunlah tema-tema, subtema, dan indikatornya.
2) Tahapan pelaksanaan pembelajaran, maksudnya me- realisasi kan.
b. Pendekatan Konstektual
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang dapat membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik. Pendidik mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan.
c. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada tingkat kreativitas peserta didik dalam menyalur kan ide-ide baru yang diperlukan dalam pengembang- an diri peserta didik melalui pengetahuan. Pendidik berperan sebagai pembimbing dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik lebih mengutamakan keaktifan peserta didik dan menyalurkan ide-ide baru yang sesuai dengan materi yang disajikan.
d. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Pendidik mengarahkan peserta didik untuk berpikir logis dengan asumsi-asumsi yang ada.
e. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan kemudian menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi umum.
f. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik menguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
g. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menghayati proses dan cara penyusunan sesuatu sebagai suatu keterampilan proses.
4. Model Pembelajaran
Di samping pendekatan pembelajaran di atas, pendidik juga dapat memilih antara pendekatan atau model. Adapun jenis-jenis model pembelajaran antara lain:
a. Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat peserta didik aktif dalam meningkatkan kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab peserta didik berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkan dengan dunia nyata.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan di mana peserta didik harus secara individual menemukan dan men- transformasikan informasi yang kompleks. Dalam pembelajaran model ini, pendidik harus lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi.
c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengoptimalkan kemampuan berpikirnya melalui kerja kelompok atau tim secara sistematis, sehingga peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuannya.
d. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran dengan membuat tema-tema yang dapat menjadi wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai materi pada peserta didik secara menyeluruh. Tujuan pembelajaran ini agar peserta didik dapat memahami pembelajaran dengan mudah.
e. Model Pembelajaran PAKEM
Pembelajaran PAKEM adalah model pembelajaran dan menjadi pedoṁan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Model pembelajaran ini menggiring peserta didik untuk berpartisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan sehingga proses pembelajaran menjadi menarik.
f. Model Pembelajaran Lesson Study
Pembelajaran Lesson Study merupakan upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksananakan secara kolaboratif dan berkelanjutan
oleh sekelompok pendidik. Manfaat yang dapat diperoleh menggunakan model ini yakni, dapat mendokumenkan kinerja peserta didik, dapat memperoleh umpan balik dari teman sejawatnya, dan dapat menyebarluaskan hasil akhirnya.
Evaluasi dan Penilaian E.
Kurikulum 2013 menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas, yang diharapkan akan menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Hal ini berimplikasi pada pelaksanaan penilaian yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan,dan keterampilan, yang dilakukan menggunakan berbagai cara, antara lain observasi, penilaian proyek, dan portofolio.
1. Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya penilaian atas pembelajaran (assessment of learning), melainkan juga penilaian untuk pembelajaran (assessment for learning) dan penilaian sebagai pembelajaran (assessment as learning).
Penilaian atas pembelajaran dilakukan untuk mengukur capaian peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. Penilaian untuk pembelajaran memungkinkan guru menggunakan informasi kondisi peserta didik untuk memperbaiki pembelajaran. Sedangkan penilaian sebagai pembelajaran memungkinkan peserta didik melihat capaian dan kemajuan belajarnya untuk menentukan target belajar.
2. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti (KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4).
3. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu penilaian yang membandingkan capaian peserta didik dengan kriteria kompetensi yang ditetapkan. Hasil penilaian seorang peserta didik, baik yang formatif maupun sumatif, tidak dibandingkan dengan hasil peserta didik lainnya namun dibandingkan dengan penguasaan kompetensi yang dipersyaratkan.
4. Penilaian dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. Artinya, semua indikator diukur, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dan yang belum dikuasai peserta didik, serta untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.
Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, berupa program remedial bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan. Hasil penilaian juga digunakan sebagai umpan balik bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Adapun aspek penilaian meliputi:
1. Penilaian Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan a. Penilaian Sikap
1) Pengertian Penilaian Sikap
Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian dan membina perilaku serta budi pekerti peserta didik sesuai butir-butir sikap dalam KD pada KI-1 dan KI-2.
Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1 dan KD pada KI-2
disusun secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3 dan KD pada KI-4.
Penilaian sikap spiritual dan sikap sosial dilakukan secara berkelanjutan oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas dengan menggunakan observasi dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self assessment) dan penilaian antarteman (peer assessment) dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh guru. Hasil penilaian sikap selama periode satu semester ditulis dalam bentuk deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta didik.
Melalui pembiasaan dan pembudayaan sikap spiritual dan sikap sosial, diharapkan peserta didik memiliki keseimbangan dalam hubungannya dengan Tuhan (ketakwaan) dan hubungannya dengan sesama serta lingkungan (budi pekerti luhur dan peduli lingkungan).
2) Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap terutama dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas, melalui observasi yang dicatat dalam jurnal berupa catatan anekdot (anecdotal record) dan catatan kejadian tertentu (incidental record). .
Dalam pelaksanaan penilaian sikap, diasumsikan setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik, sehingga jika tidak dijumpai perilaku yang sangat baik atau kurang baik maka sikap peserta didik tersebut dianggap baik, sesuai dengan indikator yang diharapkan. Perilaku sangat baik
atau kurang baik yang dijumpai di kelas selama proses pembelajaran dicatat dalam jurnal guru mata pelajaran.
Sedangkan perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik dan informasi lain yang valid dan relevan di luar kelas, selain dicatat guru mata pelajaran, juga menjadi catatan guru BK dan wali kelas. Penilaian diri dan penilaian antarteman dilakukan sebagai penunjang dan hasilnya digunakan untuk bahan konfirmasi dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik.
Rangkuman hasil penilaian sikap oleh guru mata pelajaran dan guru BK selama satu semester dikumpulkan kepada wali kelas, kemudian wali kelas menggabungkan dan merangkum dalam bentuk deskripsi yang akan diisikan ke dalam rapor setiap peserta didik di kelasnya. Skema penilaian sikap dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Skema penilaian sikap
Berikut ini adalah penjelasan Gambar 2.1 di atas.
a. Observasi
Observasi dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang
baik (negatif) yang berkaitan dengan indikator sikap spiritual dan sikap sosial. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi atau jurnal. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas. Jurnal memuat catatan sikap atau perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-butir sikap. Berdasarkan catatan tersebut, guru membuat deskripsi penilaian sikap peserta didik selama satu semester.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian sikap dengan teknik observasi:
1) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama periode satu semester.
2) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang mengikuti mata pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua peserta didik yang menjadi tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh wali kelas digunakan untuk 1 (satu) kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
3) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK diserahkan kepada wali kelas untuk diolah lebih lanjut.
4) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada butir-butir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir sikap lainnya yang ditanamkan dalam semester itu jika butir-butir sikap tersebut muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya.
5) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada kemungkinan dalam satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik muncul lebih dari satu kali
6) Perilaku peserta didik yang tidak menonjol (sangat baik atau kurang baik) tidak perlu dicatat dan dianggap peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik atau sesuai dengan yang diharapkan.
Tabel 2.1: Contoh format dan pengisian jurnal guru mata pelajaran Agama Hindu
Nama Sekolah : SD Dharma Karya UT, Tangsel Tahun pelajaran : 2015/2016
Kelas/Semester : VI /I
Mata Pelajaran : Agama Hindu dan Budi Pekerti
Jika seorang peserta didik menunjukkan perilaku yang kurang baik, guru harus segera menindaklanjutinya dengan melakukan pendekatan dan pembinaan, sehingga secara bertahap peserta didik tersebut dapat menyadari dan memperbaiki sendiri perilakunya menjadi lebih baik.
Tabel 2.2 dan Tabel 2.3 berturut-turut menyajikan contoh jurnal penilaian sikap spiritual dan sikap sosial yang dibuat oleh wali kelas dan/atau guru BK. Satu jurnal digunakan untuk satu kelas.
Tabel 2.2 Contoh Jurnal Penilaian Sikap Spiritual yang dibuat guru BK atau wali kelas
Nama Sekolah : SD Dharma Karya Kelas/Semester : VI/I
Tahun pelajaran : 2015/2016
Tabel 2.3 Contoh Jurnal Penilaian Sikap Sosial yang dibuat guru BK atau wali kelas
Nama Sekolah : SD Dharma Karya UT, Tangsel Kelas/Semester : VI/I
Tahun pelajaran : 2015/2016
b. Penilaian diri
Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Hasil penilaian diri peserta didik dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Penilaian diri dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik, antara lain:
1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki;
3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik, dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi peserta didik. Lembar penilaian diri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkan peserta didik, mengidentifikasi kekuatan atau kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai dirinya secara subjektif. Penilaian diri oleh peserta didik perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
2) Menentukan indikator yang akan dinilai.
3) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
4) Merumuskan format penilaian, dapat berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale).
Contoh 1: Lembar penilaian diri menggunakan daftar cek (checklist):
Nama : .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ...
Kelas/Semester : .... .... .... .... ..../ .... .... .... .... .... ...
Petunjuk:
a. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda √ pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya!
b. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/
ibu guru!
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Saya menyontek pada saat mengerjakan ulangan.
2. Saya suka bermain-main ketika guru tidak dalam kelas.
3. Saya melaporkan kepada guru ketika menemukan barang yang tertinggal di kelas.
4. Saya berani mengakui kesalahan saya.
5. Saya melakukan tugas-tugas dengan baik.
6. Saya berani menerima risiko atas tindakan yang saya lakukan.
7. Saya mengembalikan barang yang saya pinjam.
8. Saya meminta maaf jika saya melakukan kesalahan.
9. Saya melakukan tugas dengan baik sesuai dengan tugas yang ditetapkan.
10. Saya belajar dengan sungguh-sungguh.
... ...
Pernyataan pada format di atas hanya contoh. Pernyataan tersebut ada yang bersifat positif (no.3 s.d.10) dan ada yang bersifat negatif (no.1, 2). Pada waktu membuat rekapitulasi, guru perlu memilahnya dengan bijaksana. Guru hendaknya berkreasi menyusun sendiri pernyataan atau pertanyaan yang lebih sesuai untuk format penilaian diri peserta didiknya.
Penilaian diri tidak hanya digunakan untuk menilai sikap, tetapi juga dapat digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
Contoh 2: Lembar penilaian diri menggunakan skala penilaian (rating scale) pada waktu kegiatan kelompok
Nama : .... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ...
Kelas/Semester : .... .... .... .... ..../ .... .... .... .... .... ...
Petunjuk:
1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda √ pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya!
Keterangan angka pada setiap kolom sebagai berikut: 4 artinya selalu; 3 = sering; 2 = jarang, dan 1 = tidak pernah.
2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru!
No. Pernyataan Skor
4 3 2 1
Selama kegiatan kelompok, saya:
1. mengusulkan ide kepada kelompok 2. sibuk mengerjakan tugas saya sendiri
3. tidak berani bertanya karena malu ditertawakan 4. menertawakan pendapat teman yang
“nyeleneh”
5. aktif mengajukan pertanyaan dengan sopan 6. melaksanakan kesepakatan kelompok,
meskipun tidak sesuai dengan pendapat saya Dst.
c. Penilaian antarpeserta didik/antarteman
Penilaian antarpeserta didik/antarteman merupakan penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai perilaku temannya. Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarteman.
Kriteria instrumen penilaian antarteman:
1) sesuai dengan indikator yang akan diukur
2) indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik 3) kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun
jelas dan tidak berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda
4) menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik
5) menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik
indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang nyata atau sebenarnya dan dapat diukur.
Penilaian antarteman paling cocok dilakukan pada saat peserta didik mengerjakan kegiatan kelompok. Misalnya, setiap peserta didik diminta melakukan pengamatan/penilaian terhadap dua orang temannya, dan dia juga akan dinilai oleh dua orang teman dalam kelompoknya, sebagaimana diagram pada gambar berikut.
Gambar 2.2 Diagram penilaian antarteman
Diagram di atas menggambarkan saling menilai sikap/perilaku antarteman.
• Peserta didik A mengamati dan menilai B dan E; A juga dinilai oleh B dan E.
• Peserta didik B mengamati dan menilai A dan C; B juga dinilai oleh A dan C.
• Peserta didik C mengamati dan menilai B dan D; C juga dinilai oleh B dan D.
• Peserta didik D mengamati dan menilai C dan E; D juga dinilai oleh C dan E.
• Peserta didik E mengamati dan menilai D dan A; E juga dinilai oleh D dan A.
Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) antarteman (peer assessment) menggunakan daftar cek (checklist) pada waktu bekerja kelompok.
Petunjuk
1. Amatilah perilaku 2 orang temanmu selama mengikuti kegiatan kelompok!
2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati atau tanda strip (-) jika temanmu tidak menunjukkan perilaku tersebut!
3. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru!
Nama teman yang dinilai : 1. ………2. ……….
Nama penilai : ……….
Kelas/Semester : ……….
No. Pernyataan/Indikator yang diamati Teman 1 Teman 2 1. Teman saya mengajukan pertanyaan
dengan sopan
2. Teman saya mengerjakan kegiatan sesuai pembagian tugas dalam kelompok
3. Teman saya mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah
4. Teman saya memaksa kelompok untuk menerima usulnya
5. Teman saya menyela pembicaraan teman kelompok
6. Teman saya menjawab pertanyaan yang diajukan teman lain
7. Teman saya menertawakan pendapat teman yang “nyeleneh”
8. Teman saya melaksanakan
kesepakatan kelompok meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya
Pernyataan-pernyataan untuk Indikator yang diamati pada format di atas hanya contoh. Pernyataan tersebut ada yang bersifat positif (nomor 1, 2, 3, 6, 8) dan ada yang bersifat negatif (nomor 4, 5, dan 7).
Guru hendaknya dapat berkreasi membuat sendiri pernyataan atau pertanyaan yang lebih sesuai untuk indikator yang diamati dengan memperhatikan kriteria instrumen penilaian antarteman.
Lembar penilaian diri dan penilaian antarteman yang telah diisi dikumpulkan kepada guru, selanjutnya dipilah dan dibuat rekapitulasinya untuk ditindaklanjuti. Guru dapat menganalisis jurnal atau data/
informasi hasil observasi penilaian sikap yang dilakukannya dengan data/informasi hasil penilaian diri dan penilaian antarteman (triangulasi) sebagai bahan pembinaan. Hasil analisis dinyatakan dalam deskripsi sikap spiritual dan sikap sosial yang perlu segera ditindaklanjuti.
Kepada peserta didik yang menunjukkan banyak perilaku positif diberi apresiasi/pujian dan peserta didik yang menunjukkan banyak perilaku negatif diberi motivasi, sehingga selanjutnya peserta didik tersebut dapat membiasakan diri berperilaku baik (positif).
d. Penilaian Pengetahuan
1) Pengertian Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk me- ngukur kemampuan peserta didik yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah hingga tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian.
Guru memilih teknik penilaian yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan yang dilakukan pada saat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada silabus.
Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar (mastery learning), juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Untuk itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik dan guru merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Hasil penilaian pengetahuan yang dilakukan selama dan setelah proses pembelajaran dinyatakan dalam bentuk angka dengan rentang 0-100.
Ketuntasan belajar untuk kompetensi pengetahuan paling rendah 60. Namun secara bertahap, sekolah harus meningkatkan kriteria ketuntasan di atas 60 dengan mempertimbangkan kondisi peserta didik dan pendukung pembelajaran.
2) Teknik Penilaian Pengetahuan
Berbagai teknik penilaian pada kompetensi pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Namun tidak menutup kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya portofolio dan observasi. Skema penilaian pengetahuan dapat dilihat pada gambar berikut.
Berikut ini adalah penjelasan dari skema pada gambar di atas.
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut adanya respons dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimilikinya.
Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
Pengembangan instrumen tes tertulis mengikuti langkah- langkah berikut.
1) Menetapkan tujuan tes, apakah tujuan tes untuk seleksi, penempatan, diagnostik, formatif, atau sumatif.
2) Menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis soal. Di dalam kisi-kisi tertuang rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi, penulisan soal lebih terarah karena sesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau materi yang hendak diukur lebih tepat.
3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.
4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan. Untuk soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci jawaban karena jawabannya sudah pasti dan dapat diskor
dengan objektif. Untuk soal uraian, disediakan pedoman penskoran yang berisi alternatif jawaban dan rubrik dengan rentang skornya.
5) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan.
Bentuk soal yang sering digunakan di Sekolah Dasar A adalah pilihan ganda (PG), Isian, dan uraian.
Contoh Kisi-Kisi
Nama Sekolah : SD Dharma Karya UT, Tangsel Kelas/Semester : VI /Semester 1
Tahun pelajaran : 2015/2016 Mata Pelajaran : Agama Hindu
No. Kompetensi Dasar Materi Indikator Soal No Soal
Bentuk Soal 1. 3.1 Memahami
isi pokok Bhagawadgita sebagai tuntunan Hidup.
Isi Kitab Bhagawadgita
Mengenal isi Kitab Bhagawadgita.
1 PG
... PG
30 PG
2. 3.2 Memahami Ajaran Panca Sradha sebagai penguat
keyakinan
Bagian- bagian Panca Sradha
Menyebutkan bagian-bagian Panca Sradha
31 Uraian
32 Uraian 33 Uraian
Selanjutnya dalam mengembangkan butir soal perlu memperhati- kan kaidah penulisan butir soal yang meliputi substansi/materi, konstruksi, dan bahasa.
1) Tes tulis bentuk pilihan ganda
Butir soal pilihan ganda terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Untuk tingkat SD, biasanya digunakan 5 (lima) pilihan jawaban. Dari kelima pilihan
jawaban tersebut, salah satu adalah kunci (key), yaitu jawaban yang benar atau paling tepat, dan lainnya disebut pengecoh (distractor).
Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut.
♦ Substansi/Materi
● Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes bentuk PG).
● Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi (UKRK:
Urgensi, Keberlanjutan, Relevansi, dan Keterpakaian).
● Pilihan jawaban homogen dan logis.
● Hanya ada satu kunci jawaban yang tepat.
♦ Konstruksi
● Pokok soal dirumuskan dengan singkat, jelas, dan tegas.
● Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
● Pokok soal tidak memberi petunjuk kunci jawaban.
● Pokok soal tidak menggunakan pernyataan negatif ganda.
● Gambar/grafik/tabel/diagram dan sebagainya jelas dan berfungsi.
● Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama.
● Pilihan jawaban tidak menggunakan pernyataan “semua jawaban benar” atau “semua jawaban salah”.
● Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu disusun berdasarkan besar kecilnya angka atau kronologis kejadian.
● Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
♦ Bahasa
● Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
● Menggunakan bahasa yang komunikatif.
● Pilihan jawaban tidak mengulang kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan pengertian.
● Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
Contoh :
Butir soal pilihan ganda mata pelajaran agama Hindu berdasarkan contoh kisi-kisi di atas
Rumusan butir soal:
a. Berilah tanda silang (X) di depan Huruf a, b, c dan d pada jawaban yang benar!
1. Kitab Bhagawadgita terdiri atas .... bab.
a. 18 b. 19 c. 20 d. 21
2. Kitab Bhagawadgita merupakan Veda yang kelima yang disebut dengan ....
a. upanisad b. Purana c. Pancamoweda d. Itihasa 3. Lima keyakinan dalam agama Hindu disebut ....
a. Panca Sradha c. Panca Rsi
b. Panca Sila d. Panca Maha Bhuta
4. Percaya adanya Punarbhawa termasuk sradha yang ke ....
a. 4 b. 5 c. 6 d. 7
5. Sikap toleransi merupakan salah satu wujud pelaksanaan dari ajaran ....
a. Tri Sarira c.Tat Twam Asi b. Tri Pramana d. Tri Rna
Kunci : 1) . a 2). c 3).a 4). a 5). c
2) Tes tulis bentuk uraian
Tes tulis bentuk uraian atau esai menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menuliskan jawaban dengan kalimatnya sendiri.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian sebagai berikut.
♦ Substansi/Materi
● Soal sesuai dengan indikator (menuntut tes bentuk uraian)
● Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan sesuai
● Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi (UKRK)
● Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis sekolah, dan tingkat kelas
♦ Konstruksi
● Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal
● Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai
● Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya harus jelas dan berfungsi
● Ada pedoman penskoran
♦ Bahasa
● Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif
● Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
● Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian
● Tidak mengandung kata yang menyinggung perasaan
● Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu
Contoh
Rumusan butir soal uraian berdasarkan contoh kisi-kisi di atas:
Pertanyaan:
1. Uraian arti kata Bhagawadgita!
2. Sebutkan isi bab 1 Kitab Bhagawadgita!
3. Uraikan arti kata Panca Sradha!
4. Sebutkan bagian-bagian Panca Sradha!
5. Berikan 3 contoh pengamalan tentang Sradha yang pertama!
Pedoman penskoran
Jawaban Skor
Data 1dan 3 Data 2 dan 4 Data 5
2 3 5 15 1. Kata Bhagawadgita dari kata “Bhagawan” yang artinya Tuhan,
dan “Gita”artinya nyanyian. Jadi, Bhagawadgita artinya nyanyian Tuhan
2
2. Isi bab 1 Kitab Bhagawadgita adalah keraguan Arjuna dan hilangnya harapan
3
3. Kata Panca Sradha dari kata “Panca” artinya lima dan “sradha”
artinya keyakinan. Jadi, Panca Sradha artinya lima keyakinan dalam agama Hindu
2
4. Bagian-bagian Panca Sradha : 1) Brahman, 2) Atman, 3) Karman, 4) Punarbhawa dan 5) moksa
3
5. 3 contoh pengamalan Panca Sradha yang pertama:
- Rajin berdoa
- Membersihkan tempat suci - Disiplin Tri Sandhya
5
Skor maksimal 15