• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN DAN VALIDITAS LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI PADA MATERI GAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DESAIN DAN VALIDITAS LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK ( LKPD ) PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI PADA MATERI GAYA"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

( LKPD ) PEMBELAJARAN BERBASIS LITERASI PADA MATERI GAYA

SKRIPSI

oleh TASRUN 10539116213

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA DESEMBER 2020

(2)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas

Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar

oleh TASRUN 10539116213

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA DESEMBER 2020

(3)

ii

(4)
(5)
(6)

v

(7)

vi

Motto dan persembahan

Banyak kegagalan dalam hidup karena orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya keberhasilan

ketika mereka menyerah.

Tetaplah bergerak maju meski lambat

Karena dalam keadaan tetap bergerakpun, Anda menciptakan kemajuan.

Lebih baik bergerak sekalipun pelan dari pada tidak bergerak sama sekali.

Nikmati prosesnya, jalani dan ikuti arusnya.

Terkait hasil kita serahkan kepada yang maha kuasa.

Persembahan skripsi ini untuk :

kedua orang tuaku, ayahanda La Ode Ndigawa dan

Ibunda Wa Ode Mamia, orang yang paling berharga

dan berjasa dalam hidupku.

(8)

vii

tak kenal lelah dan putus asa demi melihat anaknya sukses.

Dan juga teruntuk saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang sangat tulus, semangat, materi dan moral.

Manakalah diri ini gentar dan merasa dalam kesendirian,

mereka selalu ada dan senantiasa memberikan

kepercayaan, motivasi dan doa.

(9)

viii

Tasrun. 2020. Desain Dan validasi lembar kerja peserta didik pembelajaran berbasis literasi pada materi gaya. Skripsi. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Nurlina, dan Pembimbing II Riskawati.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana membuat lembar kerja peserta didik (LKPD) pembelajaran berbasis literasi. Sehingga perangkat ini bisa digunakan oleh pendidik bidang studi fisika sesuai dengan kurikukum 2013.

Penelitian bertujuan untuk mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) pembelajaran berbasis literasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan ( Research And Development) yang mengembangkan suatu produk bahan ajar berupa LKPD berbasis literasi. Pengembangan LKPD ini mengikuti prosedur 4-D yaitu dengan tahapan: (1) definition, (2) design, (3) develop, (4) dissemine.

Namun dalam penelitian ini tidak dilaksanakan sampai dissemine sehingga hasilnya berupa prototype akhir. LKPD yang dikembangkan dinyatakan valid oleh 2 pakar dengan nilai yang diperoleh dari masing-masing validator yaitu validator 1 (3,41) dan validator 2 (3,25) sehingga memperoleh nilai rata-rata 3,33.

Tugas-tugas peserta didik telah valid, memiliki tingkat kesulitan dengan kategori sedang.

Berdasarkan Hasil validasi tersebut diatas, menjunjukan bahwa lembar kerja peserta didik (LKPD) pembelajaran berbasis literasi telah layak digunakan dengan sedikit revisi.

Kata kunci: Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Literasi Pada Materi Gaya.

(10)

ix

Allah maha penyayang, demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-nya. Jiwa ini takkan berhenti bertahmid dan anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-mu sang khalik.

Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang saat di dekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan , tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tuaku La Ode Ndigawa Dan Wa Ode Mamia yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik, berjuang dan berdoa, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi ketika aku terasa sendiri. Kepada Dr.

Nurlina, S.Si., M.Pd sebagai pembimbing I dan Riskawati ,S.Pd., M.Pd sebagai pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi sejak awal penyusunan proposal sehingga selesainya skripsi ini.

(11)

x

Ambo Asse, M.Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Fisika serta dosen dan para staf pegawai dalam lingkup Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali penulis dengan serangkaian ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada saudaraku Alm. Marcelina dan Taswandi yang selalu menemaniku dikala kusendiri, teman seperjuangan, sahabat-sahabat terkasih serta seluruh rekan mahasiswa jurusan pendidikan fisika angkatan 2013 atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis.

Akhirnya segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan tersebut sifatnya membangun, karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Amin Yaa Rabbal Alamin.

Makassar, Desember 2020

Penulis

(12)

xi

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8

B. Kerangka Pikir ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Langkah – langkah Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 34

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 35

D. Teknik Analisis Data ... 37

(13)

xii

BAB IV PEMBAHASAN ... 32

A. Deskripsi Pengembangan LKPD Berbasis Literasi... 41

B. Hasil Penelitian ... 45

C. Hasil Analisis Validasi ... 47

D. Pembahasan ... 48

BAB V PENUTUP ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

3.1 Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 35

3.2 Kriteria Pengkategorian Kevalidan Perangkat Pembelajaran ... 39

4.1 Distribusi Pernyataan Penilaian LKPD Berbasis Literasi Aspek Kelayakan Isi Oleh Validator ... 43

4.2 Distribusi Pernyataan Penilaian LKPD Aspek Bahasa ... 44

4.3 saran dan komentar validator terhadap LKPD berbasis literasi ... 45

4.4 hasil nilai rata-rata oleh validator ... 47

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Pikir ... 29

(16)

1 A. Latar Belakang

Pembelajaran fisika adalah kumpulan dari berbagai teori, prinsip, aturan dan hukum atau berbagai rumus-rumus yang terbangun sesuai pengkajiannya.

Pembelajaran fisika merupakan pembelajaran yang tidak hanya cukup dengan menghafal atau mengingat saja, namun diperlukan juga pemahaman pada setiap sub materi yang diajarkan karena materi fisika adalah sekumpulan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain. Pembelajaran fisika yang hanya dapat diberikan sekumpulan fakta dan pengetahuan kepada peserta didik yang dapat mengakibatkan pemahamannya kurang dan tidak mengembangkan kebebasan intelektualnya.

PISA mendefenisikan literasin sains sebagai kemampuan untuk mengembangkan kemampuan untuk menggunakan kemampuan ilmiah, mengidentifiksi pertanyaan dan menyimpulkan sesuatu berdasarkan fakta untuk memahami dan membuat keputusan mengenai sifat dan perubahannya dari aktivitas manusia (Rosdiana,2017). Literasi sains memiliki makna yakni dapat mengaplikasikan konsep-konsep keilmuan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Aisyah,2017. Selain itu lembar kegiatan merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang tepat bagi peserta didik untuk meambah informasi tentang konsep kehidupan nyata mereka sehingga peserta didik dapat mengetahui makna fisika dalam kehidupan sehari-hari.

(17)

Menurut Taelel dan zubzby (dalam gipayana,2010), konsep-konsep pembelajaran litreasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis.

Seseorang disebut literate apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam aktifitas yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyyrakat dan pengetahuan yang akan dicapainya dengan cara membaca dan menulis, yang dapat memungkinkan dapat dimanfaatkan diri mereka sendiri dan masyarakat (Gipayana,2010).

Ada beberapa hal yang menjadi landasan penting dalam konsep pengajaran literasi ialah pembelajaran yang besifat praktik dan pengajaran literasi yang bersifat proses social. Berbagai teori muncul dari beberapa ahli mengenai perubahan teori Rosenbalt. Menurut clay, (1985, Teale dan Sulzby, 1986), para peneliti mulai menekankan kepada semua guru-guru agar dapat menyajikan pembelajaran membaca pemahaman peserta didik dalam perspektif yang lebih luas, yaitunpembelajaran lterasi dalam (Gipayana: 2010). Perspektif itu sendiri berpijak pada teori perkembangan literasi “ emergent literasi”, pemerolehan bahasa ‘ language acquiasition’ dan sekamata ‘schema’.

Teori perkembangan literasi ialah suatu gagasan yang menjelaskan bahwa kemampuan membaca dan menulis, perkembangan secara bersamaan dan bersifat interaktif (Stickland:1990, Taele dan Sulzbyy, 1998 dalam Gipayana 2010).

Berdasarkan teori tersebut,konsep pembelajaran literasi elemen-elemen proses komunikasi tidak lagi diajarkan secara diskrit.

Adapun salah satu contoh permasalahan yang sering ditemukan didalam pembelajaran fisika saat ini yaitu rendahnya minat dan kualitas pembelajaran,

(18)

beberapa kendala yan sering ditemukan dalam kegiatan pembelajaran yaitu: (1) adanya pemilihan model pembelajaran yang kurang cocok, dan motivasi belajar kurang baik (2) kurangnya penggunaan media pembelajaran, dan (3) kondisi kelas yang cenderung berpusat pada guru. Hal ini menyebabkan pembelajaran yang terjadi hanya satu arah, peserta didik kurang berani mengutarakan pendapat.

Peserta didikk lebih diarahkan untuk menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami dan mengembangkan informasi, dan kurang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran fisika yang seperti ini belum sepenuhnya mempunyai relevansi dengan tujuan yang diharapkan. Sehinga dapat dikatakan bahwa pengajaran fisika lebih banyak menekankan fakta atau produk sains saja dari pada mengembangkan pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah.

Salah satu permasalahan yang telah diketahui bahwa kurangnya motivasi peserta didik terhadap pembelajaran fisika, sehingga kebanyakan peserta didik tidak fokus pada mata pelajaran yang diajarkan didalam kelas. Adapun model pembelajaran yang terapkan masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional dengan mengggukan metode ceramah, seingga membuat peserta didik hanya dapat mencatat, mendengarkan dan dengan keaktifan peserta didik didalam proses pembelajaranpun masih sangat kurang.

Dengan rendahnya kualitas pembelajaran mengakibatkan keterampilan proses belajar peserta didik yaitu memprediksi, mengukur menyimpulkan data, mengklarifikasi, mengamati, dan mengkomunikasikan masi relative rendah, dikarenakan peserta didik masi sangat kurang diberi kesempatan dalam

(19)

menemukan salah satu konsep dari materi fisika itu sendiri. Salah satu dampak dari lemahnya peserta didik dalam menerima konsep tersebut,sering menjadikan peserta didik berpendapat bahwa mata pelajran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang rumit, sulit untuk dipahami, kurang menarik dan banyaknya rumus-rumus sehingga membuat peserta didik tidak berminat terhadap pembelajran fisika. Hal-hal tersebutlah yang memungkinkan sebagai penyebab hasil belajar fisika peserta didik rendah.

Kenyataan yang selalu ditemui di lapangan dan berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi fisika, pembelajaran disika masih dianggap oleh sebahagian peserta didik bahwa pembelajaran fisika merupakan pembelajran yang sangat rumit, kurang menarik abstrak dan selalu berkaitan dengan rumus- rumus. Dalam kondisi inilah yang membuat dampak terhadap hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran fisika. Halini masih ada sebagian peserta didik yang masi belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah diterapkan oleh guru mata pelajran fisika yaitu 75. Rendahnya hasil belajar tersebut yang menyebabkan target pembelajaran dari kebanyakan guru yaitu tertuju pada penyelesaian materi saja, namun bukan pada bagaimana peserta didik dapat menguasai dan memahami materi dan konsep-konsep fisika itu sendiri. Disisi lain, salah satu faktor rendahnya hasil belajar peserta didikyaitu kurang tepatnyaguru dalam memilih tekhnik yang akan digunakan dalam pembelajaran dikelas.

Peran seorang guru sangat penting didalam menentukan kualitas dan kuantitas pelajaran. Seorang guru dapat diharapkan membuat peserta didik untuk lebih berminat dalam mengikuti pembelajaran fisika dan dapat merubah asumsi

(20)

yang keliru tentang pembelajaran fisika itu sendiri. Jadi ompetensi guru dalam penyajian materi sangatlah diharapkan demi keberhasilan peserta didik dalam memahami pembelajaran fisika. Adapun penggunaan tekhnik pembelajaran yang tepat merupakan salah satu alternative dalam mengatasi masalah rendahnya hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran fisika. Penerapan suatu teknik pembelajaran harus ditinjau dari segi keefisienan, kecocokan dan keefektifan dengan karakteristik materi pembalajaran dan keadaan yang meliputi minat, kecepatan belajar, waktu yang dimiliki, kemampuan dan keadaan social ekonomi peserta didik sebagai objek. Jadi dengan tujuan yang berbeda guru harus menggunakan teknik penyajian materi yang berbeda untuk mencapai tujuan dalam suatu pembelajaran.

Kata literasi memliki berbagai makna baru pada abad ke-21. Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan membaca dan menulis. Orang yang dapat dikatakan literat dalam pandangan ini adalah orang yang mampu membaca dan menulis atau bebas buta huruf, dan berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Dalam implementasinya guru dan peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, terampil berkomunikasi, dan memiiki semangat dan motivasi bekerja baik secara individu maupun secara kooperatif.

Selama penerapan model, guru harus mencatat berbagai aktifitas dan hasil kerja peserta didik untuk mengatur dan membentuk pola pikir, pola sikap, pola perilaku belajar peserta didik serta mencoba mempengaruhi peserta didik secara

(21)

psikologi agar mereka terbiasa beraktifitas dengan baik, memlalui kegiatan pembimbingan, pemotivasian, pemfasilitatoran belajar, dan pelatihan akademis.

Salah satu bentuk bahan ajar cetak yang di manfaatkan dalam proses pembelajaran merupakan lembar kerja (LKPD). LKPD adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didikkk diharapkan dapat mempelajari bahan ajar tersebut secara mandiri.

Adapun upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk mendapatkan minat seorang peserta didik yaitu mengajar dengan metode yang mampu mebuat peserta didik tertarik, senang sehingga peserta didik dapat memahami konsep dengan baik, yaitu dengan metode literature, namun sumber belajar yang digunakan guru belum mendukung upaya berbaikan tersebut. Adapun upaya yang dapat digunakan untuk memperbaiki pemahaman dan kemampuan berliterasi siswa yaitu dengan media pembelajaran berupa LKPD yang dapat memfasilitasi kemampuan berliterasi peserta didik adalah LKPD berbasis literasi.hal ini juga dikarenakan LKPD yang digunakan saat ini disekolah terkhusus di SMA Muhammadiyah Disamakan masi belum bias memfasilitasi kemampuan berliterasi peserta didik.

Berdasarkan uraian diatas, kemampuan berliterasi tidak hanya melihat saja, akan tetapi perlu bahan ajar yang digunakan berupa LKPD. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berupa judul ‘’Analisis Validitas Lembar Kerja (LKPD) Pembelajaran Berbasis Literasi Pada Materi Gaya”

(22)

B. Rumusan Masalah

Bagaimana validitas LKPD berbasis literasi pada materi gaya ? C. Tujuan Penelitian

Untuk mendeskripsikan validitas (LKPD) berbasis literasi pada materi gaya

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan pada umumnya dan proses belajar khususnya bidang ilmu Pendidikan Fisika.

2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman bagi penulis tentang peranan LKPD pada pengajaran fisika terhadap hasil belajar .

b. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai peranan LKPD pada pembelajaran fisika terhadap hasil belajar .

(23)

8

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Hakikat literasi dan pembelajaran literasi

Literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis. Dalam pengertian luas, literasi meliputi juga kemampuan berbicara, menyimak, dan berpikir sebagai elemen di dalamnya (Cooper, 1993). Seseorang disebut literat apa-bila memiliki pengtahuandan kemampuan yang baik untuk digunakan dalam setiap kegiatan yang menuntut fungsi literasi secara efektif dan koesien dalam masyarakat, dan keliteratan yang diperoleh peserta didik melalui membaca, dan aritmetika itu memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi peserta didik dan perkembangan masyarakat ( Baynham :1999).

Menurut Taelel dan zubzby (dalam gipayana,2010), konsep-konsep pembelajaran litreasi dapat diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis.

Seseorang disebut literate apabila ia memiliki pengetahuan yang hakiki untuk digunakan dalam aktifitas yang menuntut fungsi literasi secara efektif dalam masyyrakat dan pengetahuan yang akan dicapainya dengan cara membaca dan menulis, yang dapat memungkinkan dapat dimanfaatkan diri mereka sendiri dan masyarakat (Gipayana,2010).

Ada beberapa hal yang menjadi landasan penting dalam konsep pengajaran literasi ialah pembelajaran yang besifat praktik dan pengajaran literasi yang bersifat proses social. Berbagai teori muncul dari beberapa ahli mengenai

(24)

perubahan teori Rosenbalt. Menurut clay, (1985, Teale dan Sulzby, 1986), para peneliti mulai menekankan kepada semua guru-guru agar dapat menyajikan pembelajaran membaca pemahaman peserta didik dalam perspektif yang lebih luas, yaitunpembelajaran lterasi dalam (Gipayana: 2010). Perspektif itu sendiri berpijak pada teori perkembangan literasi “ emergent literasi”, pemerolehan bahasa ‘ language acquiasition’ dan sekamata ‘schema’.

Teori perkembangan literasi ialah suatu gagasan yang menjelaskan bahwa kemampuan membaca dan menulis, perkembangan secara bersamaan dan bersifat interaktif (Stickland:1990, Taele dan Sulzbyy, 1998 dalam Gipayana 2010).

Berdasarkan teori tersebut,konseppembelajaran literasi elemen-elemen proses komunikasi tidak lagi diajarkan secara diskrit.

Adapun salah satu tori yang menyebutkan bahwa proses pemilihan bahasa berlangsung secara terus menerus dengan melalui interaksi dan pengalaman social (Cook Gumpres,1986, wells 1990 dan Gipayana:2010). Teori-teori pemerolehan bahasa memberikan pemahaman tentang bagaimana peserta didik memperoleh bahasa sendiri. Menurut cooper,1993 dalam Gipayana,2010) dengan cara mendasar dapat disimpulkan bahwa anak-anak memperoleh bahasa:

1. Pada waktu mereka memiliki keperluan yang berarti dan nyata 2. Melalui interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa 3. Dengan menggunakan perkiraan bahasa secara nyata

4. Dengan kecepatan yang berbeda-beda meskipun mereka berangkat dari tahap dan perkembangan yang sama

(25)

Dengan pemahaman-pemahaman tersebut dapat menjadi pijakan yang kokoh untuk pengembangan program pengajaran berbasis literasi. Teori skemata memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap konsep pembelajran literasi.

Teori ini menjelaskan bagaimana struktur-struktur yang lainnya (Gipayana,2010).

Skemata merupakan struktur-struktur yang mewakili konsep-konsep umum pengetahuan dengan menghubungkan skemata yang ada dengan informasi- informasi baru dalam teks. Walaupun slemata yang sudah ada tidak siap untuk suatu topic atau konsep skemata baru akan dapat terbentuk apabila informasi yang diperoleh mencukupi.

Pengembangan literasi pada hakikatnya dapat menolong peserta didik untuk membangun makna “helping children construct meaning”, Cooper (1993) mengemukakan bahwa ada empat prinsip bimbingan dalam mengembangkan literasi dalam Gipayana, 2010, yaitu sebagai berikut:

1. Hasil-hasil penelitian mengenai pembelajaran literasi, perkembangan literasi dan pemerolehan bahasa yang menunjukan bahwa seluruh aspek keterampilan berbasa dapat berkembang bersamaan sejalan dengan perkembangan peserta didik menjadi literate.

2. Tidak adanya kata yang mendukung gagasan yang mejnelaskan bahwa keterampilan bahasa, menulis, berpikir dan membaca berkembang secara diskrit.

3. Teori-teori dan hasil penelitian tentang priorknowlodge, schemata, dan background knowlodge mendukung prinsip bahwa penetahuan dan latar belakang dapat mempengaruhi keterampilan membangun makna.

(26)

4. Upaya menolong peserta dalam membangun makna yang meliputi pertolongan untuk memilih feature teks yang relevan, yang berhubungan dengan pengalaman sebelumnya.

Kata literasi itu sendiri memiliki berbagai makna baru pada abad ke-21.

Secara tradisional, literasi di pandang sebagai kemampuan membaca dan menulis.

Orang yang dapat dikatakan literat dalam pandangan ini merupakan orang yang mampu membaca dan menulis atau bebas buta huruf, dan berkembang menjadi kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Dalam implementasinya guru dan peserta didik harus memiliki kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, terampil berkomunikasi, dan memiiki semangat dan motivasi bekerja baik secara individu maupun secara kooperatif.

Adapun salah satu bentuk upaya yang harus dilakukan olehseorang guru yaitu mengajar fisika dengan metode yang dapat membuat peserta didik lebih berminat sehingga peserta didik dapat memahami konsep dengan baik, yaitu dengan metode pembelajaran literasi. Namun sumber belajar yang digunakan untuk memperbaiki pemahaman dan kemampuan berliterasi peserta didik yaitu dengan pembuatan media pembelajaran berupa lembar kerja peserta didik(LKPD) berbasis literasi yang mampu memfasilitasi keterampilan literasi peserta didik.

Hal ini dikarenakan LKPD yang digunakan disekolah/madrasah masi kurang memfasilitasi peserta didik.

Salah satu bentuk bahan ajar cetak yang di manfaatkan dalam proses pembelajaran ialah lembar kerja peserta didik (LKPD). LKPD merupakan materi

(27)

ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.

Selama penerapan model pembelajaran ini, guru harus mencatat berbagai aktifitas dan hasil kerja untuk mengatur dan membentuk pola pikir, pola sikap, pola perilaku belajar serta mencoba mempengaruhi secara psikologi agar mereka terbiasa beraktifitas dengan baik, melalui kegiatan pembimbingan, pemotivasian, pemfasilitatoran belajar, dan pelatihan akademis.

Sains adalah hasil yang diperoleh atas dasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah, landasan dalam penerapan disiplin ilmu, sehingga dapat membuahkan hasil yang relevan dan seimbang dengan keadaan alam serta kesejahteraan umat, sains adalah pengetahuan teoretis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyusunan teori dan penyimpulan teori (Abdullah dan Enny,2001).

Sains juga dapat dipandangdari berbagai segi, Abruscato mengemukakan ada tiga pandangan dalam sains yaitu: (1) sain adalah sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematik tentang dunia sekitar, (2) sains merupakan pengetahuan yang diperoleh dari proses kegiatan tertentu, (3) sains dicirikan oleh nilai-nilai dan sikap para ilmuwan dengan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Sains merupakan proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh suatu pengetahuan dan sikap terhadap proses kegiatan tersebut. Sains juga dapat dippahami dengan tiga aspek yaitu proses, produk, sikap dan teknologi (Evans. DKK,2005:97). Dalam proses dains

(28)

mengandung arti cara atau aktifitas ilmiah untuk mendeskripsikan fenomena alam sehingga diperoleh prosuk sains berupa prinsip, hukum, fakta dan teori.

Dengan merujuk dengan pengertian sains diatas, maka hakikat sains meliputi empat unsur yaitu sebagai berikut; (1) produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum, (2) Proses, yaitu prosedur dalam pemecahan masalah yang melalui metode ilmiah, adapun metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, penujian hipotesis melalui eksperimentasi evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan, (3) Aplikasi, aplikasi merupakan penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari, (4) Sikap, sikap terwujud melalui proses ingin tahu tentang objek, fenomena, makhluk hidup serta hubungan sebab akibat yang menimulkan masalah baru dapat dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar.

Ada tiga karakteristik yang dikemukakan oleh Harlen (1997:76) yaitu: (1) setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas prinsip dan teori ilmiah, meskipun kelihatan logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis, teori dan prinsip hanya dapat digunakan jika sesuai dengan kenyataan yang ada, (2) memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada kesimpulan, (3) dapat memberi makna bahwa teori sains bukanlah kebenaran yang akhir akan tetapi berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut. Hal ini juga dapat memberikan penekanan pada gagasan dan keraktifitas tentang perubahan yang telah lalu dang memungkinkan perubahan dimasa depan, serta pengertian tentang perubahan itu sendiri.

(29)

Pembelajaran sins juga merupakan integrasi antara proses literasi dan pengetahuan yaitu sains sebagai proses menjleaskan bahwa temuan sains diperoleh dari proses atau kerja ilmiah yang merupakan proses kontruksi pengetahuan melalui aktifitas berpikir, memngembangkan keterampilan menjelajahi lingkungan dan memecahkan masalah, mencadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajrai sendiri dan alam sekitar, melakukan ekperimen untuk menyelesaikan maslah yang dihadapi serta proses pengmbangan lebih lanjut dalam menerapkan dakam kehidupan sehari-hari (Susilo,2009:90).

B. Pembelajaran Literasi

Holbrook dan Rannikmae:(1998) Pembelajaran literasi adalah pembelajaran yang berdasarkan pada pengembangan kemampuan pengetahuan sains di berbagai sendi kehidupan, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas hidup. Berkenaan dengan tujuan pembelajaran literasi, perlu juga kiranya dikemukakan pendapat.

Adapun langkah-langkah pembalajaran literasi sain dapat diadopsi dan diadaptasi dari proyek Chemie im Context atau Chik (Nentwi et al, 2002) yang disesuaikan dengan kriteria pembelajaran pembelajaran berbasi literasi sains Hoolbrok (1998) dengan urutan berikut ini:

1. Tahap kontak (Contak phase)

Pada tahap ini isu-isu awal atau masalah yang dikemukakan yang ada di masyarakat atau menggali berbagai peristiwa yang terjadi disekita peserta didik yang dapat bersumber dari berita, artikel, atau pengalaman peserta didik itu sendiri. Kemudian topic tersebut dikaitkan dengan materi yang akan dipelajari.

(30)

Dengan begitu diharapkan kepada peserta didik menyadari akan pentingnya memahami materi yang akan dipejari.

2. Tahap kuriositi (Curiosity Phase)

Pada tahapan ini dikemukakan berupa permasalahan pertanyaan- pertanyaan yang dapat mengundang rasa penasaran dan keingin tahuan peserta didik. Adapunn pertanyaan yang dikemukakan harus berkaitan dengan isu atau masalah yang telah dibicarakan dan mampu untuk menjawabnya, peserta didik juga memerlukanpengetahuan dari materi yang dipelajari.

3. Tahap elaborasi ( elaboration phase)

Pada tahap ini dilakukan eksplorasi, pembentukan dan pemantapan konsep sampai pertanyaan pada tahap kuriositi dapa terjawab. Dengan tahapan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya ceramah, didkusi dan kegiatan praktikum, atau gabungan dari ketiganya. Melalui kegiatan inilah berbagai kemampuan peserta didik akan tergali lebih mendalam, baik aspek pengetahuan, keterampilan proses, maupun nilai dan sikap.

4. Tahap penambilan keputusan ( decision making phase)

Dalam tahap pengambilan keputusan bersama dari permasalahan yang dimunculkan pada tahap koriositi dengan penyelsesaian dan permasalahan yang muncul jelas dan benar-benar dapat dipahami oleh siswa tanpa ada keraguan.

5. Tahap nexus (nexux phase)

Dalam tahapan ini dikaukan proses pengambilan konsep dasar materi yang akan dipelajari, kemudian mengaplikasikannya terhadap konteks yang lain, artinya masalah yang sama yang diberikan dalam konteks yang berbeda dimana

(31)

konteks tersebut memerlukan konsep pengetahuan yang sama untuk pemecahannya (Nentwinget al, 2002). Tahap ini dilakukan agar pengetahuan yang diperoleh lebih apikasstif dan bermakna, tidak hanya disalam konteks pembalajaran saja akan tetapi diluar konsep pembalajan.

6. Tahap penilaian (assessment phase)

Dalam tahapan ini dilakukan penilaian pembelajaran secara keseluruhan yang bermanfaat untuk menilai keberhasilah peserta didik. Penilaian dilakukan bukan hanya untuk menilai aspek pengetahuan atau konten saja, tetapi juga aspek proses, apek konteks aplikasi dan aspek sains.

C. Literasi Sains

Literasi sains adalah pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep dan proses sains yang diperlukan untuk pengambilan keputusan pribadi, berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat dan budaya, serta produktivitas ekonomi. Literasi sains juga meliputi jenis kemampuan yang spesifik. Menurut Yusuf (2006), literasi sains penting untuk dikuasai oleh peserta didik dalam kaitannya dengan bagaimana peserta didik dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat moderen sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Promosi literasi sains dapat dilakukan pengajar dengan cara memasukkan isu-isu sosiosaintifik pada proses belajar mengajar. Isu sosiosaintifik adalah isu berbasis konsep dan masalah sainstifik, kontroversi yang terjadi, dan diskusi public yang banyak dipengaruhi sosial politik (Sadler &Zeidler , 2004).

(32)

Literasi sains seseorang setelah melakukan proses pembelajaran berbeda- beda tergantung dari pemahaman sebelumnya, pemahaman saat proses pembelajaran berlangsung dan kemampuan peserta didik dalam mengasosiasikan pemahaman yang dimiliki dengan konsep atau situasi lain. Bybee (dalam Holbrook & Rannikmae, 2009) menyarankan skala teoritis yang komprehensif untuk penilaian literasi selama studi sains di sekolah menjadi empat tingkatan yaitu:

1. Literasi sains nominal (Nominal ScientificLiteracy).Peserta didik mengenali konsep yang terkaitdengan ilmu pengetahuan, tetapi tingkat pemahaman jelas menunjukkan kesalah pahaman.

2. Literasi sains fungsional (Functional Scientific Literacy). Peserta didik dapat menjelaskan konsep dengan benar, tetapi memiliki pemahaman yang terbatas tentang konsep itu.

3. Literasi sains konseptual (Conceptual Scientific Literacy).Peserta didik mengembangkan beberapa pemahaman utama skema konseptual dari suatu disiplin ilmu dan mampu menghubungkan nyauntuk memperoleh suatu pemahaman umum tentang sains termasuk di dalamnya kemampuan prosedural dan pemahaman tentang proses penyelidikan ilmiah dan desain teknologi.

4. Literasi sains multidimensi (Multidimensional Scientific Literacy). Perspektif literasi sains yang mampu menggabungkan pemahaman ilmu yang melampaui konsep disiplin ilmu danprosedur penyelidikan ilmiah.

(33)

Ada beberapa prinsip-prinsip penting yang harus ada dalam sebuah pembalajaran yang bertujuan untuk melatihkan kemampuan literasi sains pada peserta didik, prinsip- prisip tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membuat pembelajaran lebih konseptual, sehingga peserta didik mampu mengintegrasikan konsep dengan kehidupan sehari-hari. Setelah peserta didik memahami konsep, peserta didikkk dituntun agar dapat melihat aplikasi dari konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.

2. Agar peserta didi klebih termotivasi dalam belajar, makaguru harus dapat menset pembelajaran yang interaktif.

3. Buat pembelajaran lebih konseptual, berikan informasi pada peserta didik mengenai peristiwa terbaru yang terjadi dan berkaitan dengan konsep yang dipelajari.

4.. Buat topic yang dipelajari ada kaitannya dengan isu social yang sedang hangat dibicarakan.

5. diajak untuk memahami topik-topik secara lebih mendalam sehingga benar- benar mengerti mulai dari konsep sampai aplikasi mengenai topik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Eduran, dkk ( 2005:56) mengemukakan bahwa peranan penting dari interaksi sosial dalam pembelajaran dan proses berpikir merupakan gambaran dari literasi sains. Sains dalam hubungannya dengan lietrasi mengarah pada pembentukan penjelasan saintifik memilki beberapa tujuan.Tujuan konseptual

(34)

mencapai pemahaman dari beberapa gagasan ilmiah untuk memahami fenomena alam tertentu dan perubahan-perubahan yang terjadi akibat perubahan manusia.

Tujuan kognitif meliputi pengetahuan peserta didik dan kapasitasnya untuk menggunakan pengetahuan secara efektif dan melibatkan proses kognitif seperti mengembangkan kemampuan dalam membuat alasan, menguji alasan, membenarkan keyakinan untuk meningkatkan motivasi belajar.

D. Lembar Kerja (LKPD)

Permendiknas 41 tahun 2007, menurut standar proses suatu kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Kegiatan inti pembelajaran sesuai standar prosesakan tercapai bila didukung tenaga pendidik yang profesional. Pendidik yang professional mempunyai ciri proses perencanaan pembalajaran yang baik, dengan menguasai materi dan mengembangkannya kedalam bahan ajar. Bahan ajar menjadi penting mengingat peserta didik memiliki kemampuan, kecenderungan, dan midal belajar yang tidak sama.

Dapat disimpulkan juga bawa pentingnya bahan ajar untuk peserta didik, salah satu bentuk bahan ajar yaitu LKPD sebagai alat bantu peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga akan dicapai hasil yang maksimal.

Abdurrahman, (2015)LKPD merupakan sejumlah lembar yang berisi aktivitas yang bias dilakukan oleh untuk melaksanakan aktivitas realistik berkaitan dengan bendadan/ permasalahan yang sedang dipelajari. LKPD berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik adalah materi yang sudah dikemas

(35)

sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan dan tugas yang berkaitan dengan materi, selain itu peserta didik dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan serta dapat menjadi suatu alternative bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai variasi dalam kegiatan belajar mengajar (Majid,2008).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa LKPD merupakan suatu lembaran-lembaran tugas yang terstruktur sebagai panduan dalam melakukan kegiatan pembelajaran yang berbentuk tulisan dan berfungsi sebagai bahan ajar cetak sehingga peserta didik dapat membangun secara mandiri pengetahuan yang mereka miliki.

Penyusunan LKPD yang akan dikembangkan oleh peneliti secara mandiri disekolah disesuaikan dengan tujuan penyusunan LKPD, berbagai persyaratan seperti ddaktik dak teknis, bahan ajar yang akan difokuskan untuk dikaji, metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dan juga pertimbangan dari sudut kepentingan peserta didik serta prinsip penggunaan LKPD (Abdurrahman,2015, Prastowo,2011, Darmodjo Dan Kaligis,1993, Kartriani, 2014:86).

Dari penjelasan diatas yang merupakan syarat-syarat penysunan LKPD yaitu sebagai berikut:

(36)

a. Syarat didaktik

Menurut Darmogo dan Kaligis (1993), LKPD harus mengikuti pembelajaran yang efektif yaitu:

1. Memperhatikan adanya perbedaan individu sehingga dapat digunakan oleh seluruh peserta didik yang memiliki kemampuan berbeda. LKPD dapat digunakan oleh peserta didik lamban, sedang, maupun pandai. Kekeliruan yang umum adalah kelas yang dianggap homogen.

2. Memiliki variasi stimulus melalui berbagai mediadan kegiatan peserta didik, sehinggad apat memberkesempatan kepada peserta didik untuk menulis, bereksperimen, praktikum dan lain

3. Mengembangkan kemampuan komunikasi emosisocial, emosional, moral dan estetika pada diri peserta didik, sehingga tidak hanya ditunjukkan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep akademis maupun juga kemampuan social dan psikologis.

4. sebagainya Menekankan pada prosesuntuk menemukan konsep-konsep sehingga berfungsi sebagai petunjuk bagi peserta didik untuk mencari informasi bukan alat pemberi informasi.

5. menentukan pengalaman belajar dengan tujuan pengembangan pribasi peserta didik bukan materi pembelajaran.

(37)

b. Syarat kontruksi

Berdasarkan dengan syarat-syarat penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan LKPD. Menurut Darmogo dan Kaligis (1993:46), syarat-syarat kontruksi LKPD sebagai berikut:

1. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik.

2. Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, mengacu padabuku standar dalam kemampuan keterbatasan peserta didik.

3. Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, artinya dalam hal-hal yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks.

4. Menggunakan struktur kalimat yang jelas.

5. Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambarkan hal-hal yang peserta didik ingin sampaikan.

6. Menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah dipahami 7. Menggunakan lebih banyak ilustrasi dari pada kata-kata

8. Dapat digunakan untuk peserta didik baik yang lambat menangkat pelajaran maupun yang cepat menangkap pembelajaran

9. Memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari itu sebagai sumber motivasi

10. Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.

(38)

c. Syarat teknik

Syarat teknik merupakan syarat-syarat dalam penyusunan LKPD yang meliputisyarat-syarat tulisan, gambar dan susunan tampilan (Darmodjo dak Kaligis,1993:54).

1. Tulisan

Tulisan dalam pembuatan LKPD diharapkan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin/romawi, (b) menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topic minimal 10 kata dalam 10 baris, (c) menggunakan bingkai yang dapat menggunakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, dan (d) menggunakan perbandingan antara huruf dan gambar dengan serasi.

2. Gambar

Gambar yang baik merupakan gambar yang menyampaikan pesan secara efektif pada penggunaan LKPD.

3. Penampilan

Penampilan dalam pembuatan LKPD harus terlihat menarik perhatian peserta didik saat proses pembelajaran.

Adapun mengenai dalam format pembuatan LKPD yang akan dikembangkan di adaptasi dari Abdurrahman (2015) dan Katriani (2014), dengan memperhatikan pemahaman dan kemampuan berliterasi peserta didik yang disajikan secara tercetak. Menurut (Abdurrahman,2015:99-98), format dalam pembuatan LKPD adalah sebagai berikut:

(39)

1. Kriteria dan penyusunan LKPD

Berikut ini merupakan kriteria penyusunan dan penulisan LKPD literasi yang dapat dikembangkan oleh guru secara mandiri dalam pembelajaran sains disekolah.

a.

Tujuan

Adapun tujuan dalam pembelajaran adalah memperkuat dan menunjang tujuan pembelajaran dan ketercapaian indicator serta kompetensi dasar dan kompetensi inti yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan membuat peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b.

Bahan

Dalam bahan ajar yang digunakan untuk membantu guru dalam memudahkan proses pembelajaran harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut:

1. Tersusun logis secara sistematis, penyusunan bahan perlu mrnyeleksi konsep yang akan diajarkan dan urutan rantai kognitifnya harus diperhatikan.

2. Sesuai dengan kemampuan dan tahap perkembangan peserta didik, dalam hal ini peserta didik SMA berada dalam tahap perkembangan kognitif peralihan antara operasional konkrit ke dalam operasional formal, sehingga peserta didik masih mudah untuk berpikir konkrit dan sudah mulai dapat diajak berpikir secara abstrak.

3. Bahan ajar yang merangsang dan memotifasi keingin tahuan peserta didik.

4. Bahan ajar mutakhir dan memiliki kontekstualitas yang tinggi.

(40)

c.

Metode

Dalam proses penyusunan LKPD yaitu memperkaya kegiatan di dalam kelas, contohnha dapat berupa kegiatan diluar kelas atau kegiatan laboratorium, memotifasi, mengembangkan keterampilan proses dan kemampuan peserta didik untuk memcahkan maslah serta menanamkan sikap ilmiah melalui proses pembelajaran.

Pertimbangan dapat dilihat dari kepentingan peserta didik, yaitu menarik minat siswaatraktif dan impulsive, menambahkan keyakinan dan rasa berhasil bagi peserta didik dan memotifasi peserta didik untuk mengetahui lebih lanjut sebagai berikut:

1. Prinsip penggunaan LKPD

Adapun prinsip penggunaan LKPD adalah sebagai berikut:

a. Penggunaan LKPD bukan menjadi pengganti tanggung jawab seorang guru dalam pembelajaran namunsebagai sarana untuk mempercepat tujuan pembelajaran.

b. Penggunaan LKPD sebaiknya dapat menumbuhkan minat peserta didik terhadap pembelajaran sains melalui diskusi dan pelaksanaan langkah kerja.

c. Guru sebaiknya memiliki kesiapan dalam pengelolaan kelas.

2. Langkah-langkah penulisan LKPD

Langkah-langkah penulisan LKPD dalam pembelajaran sains disekolah yaitu melakukan analisis kurikulum KI, KD, indikator dan materi pembalajaran.

(41)

Penyusunan peta kebutuhan, meentukan judul, menulis dan menentukan alat penilaian LKPD

3. Struktur LKPD secara umum

Adapun struktur LKPD secara umum yaitu sebagai berikut:

a. Judul kegiatan, tema, sub tema, kelas dan semester, berisi kegiatan yang sesuai dengan KD dan identitas kelas.

b. Tujuan pembelajaran harus sesuai dengan KD

c. Alat dan bahan, jika alat dan bahan memerlukan alat dan bahan, maka dapat dituliskan alat dan bahan yang akan diperlukan.

d. Langkah kerja. Berisi petunjuk kerja yang berfungsi memudahkan peserta didik melakukan kegiatan belajar.

e. Table data. Berisi table data dimana siswa dapat mencatat hasil pengamatan atau pengukuran.

f. Bahan diskusi. Adapun bahan diskusi berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun peserta didik melakukan analisis data dan melakukan konseptualitas.

4. Evaluasi LKPD

Evaluasi LKPD secara umum meliputi : pengetahuan, keterampilan, sikap, prosuk kerja yang sesuai dengan kriteria standar, batasan waktu yang telah di tetapkan dan kunci jawaban/penyelesaian (Katriani,2014:76).

(42)

d. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Literasi

Dalam kehidupan persekolahan, LKPD sering dipandangi sebagai rangkuman materi yang disertai berbagai soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik, padahal keonsep awal lembar kerja adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan peserta didikkk selama pembelajaran.

Beradasarkan pengertian diatas, LKPD berbasis literasi berisi seperangkat tugas yang menuntut peserta didikkk untu beraktivitas dan mencatat seluruh altivitas pada lembar kerja tersebut. Lembar kerja berbasis literasi bersifat formatif sehingga penilaian atas hasil ccapaian yang tertuang di dalam LKPD dapat dikatak sebagai penilaian proses. Penilaian proses sendiri adalah penilaian yang dilakukan terhadap setiap capaian terhadap aktivitas belajar peserta didikkk.

Penilaian akhir capaian aktivitas belajar peserta didikkk sendiri sebagai penilaian sumatif.

Salah satu bentuk bahan ajar cetak yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran adalah lembar kerja (LKPD). Lembar kerja peserta merupakan materi atau bahan ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru yaitu mengajar fisika dengan metode yang mampu membuat peserta didik senangs sehingga dapat membuat peserta didik memahami konsep dengan baik, adapun metode tersebut adalah metode literasi. Namun sumber belajar yang digunakan belum mendukung upaya perbuatan tersebut, maka upaya lainnya yang dapat digunakan untuk memperbaiki pemahaman dan kemampuan berliterasi peserta didik adalah

(43)

pembuatan media pembelajaran berupa lembar kerja berbasis literasi yang mampu memfasilitasi kemampuan berliterasi peserta didik. Hal ini karenakan LKPD yang digunakan disekolah/madrasah belum sepenuhnya memfasilitasi berliterasi siswa.

2. Kerangka Pikir

Prestasi seorang peserta didik dipengaruhi oleh praktek peubahan yang dilakukan guru, guru yang professional mempunyai ciri dan perencanaan proses pembelajaran yang baik, diantaranya adalah menguasai materi dan mengembangkannya kedalam bahan ajar. Keberhasilah guru dalam mengelola bahan ajar dengan mengoptimalkan potensi dan karakteristik peserta didik dalam mengimplementasikan model pembelajaran menjadi salah satu faktor penentu dalam mengembangkan kemampuan atau kompetensi peserta didik.

Bahan ajar menjadi penting mengingat siswa memliki kemauan, kemampuan, kecenderungan, dan modal belajar yang tidak sama antara siswa satu dengan yang lain. Pentingnya bahan ajar bagi peserta didik dan salah satu bentuknya adalah LKPD sebagai bahan bantu dalam proses pembelajaran sehingga akan dicapai hasil yang maksimal. LKPD yang digunakan bertujuan agar peserta didik dapat memecahkan maslah pada satu topik pembelajaran sains dengan cara menyatakan argumentasi tiap peserta didik. Kemampuan berargumentasi dan keterampilan pemecahan masalah yang diasah melalui penggunaan LKPD yang tetap diharapkan dapat meningkatkan literasi sains siswa.

(44)

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Permasalahan yang ditemukan disekolah:

1. LKPD yang di gunakan masi monoton

2. Peran peserta didikkk masi kurang aktif dalam pembelajaran

3. LKPD Fisika yang digunakan belum menggunakan pendekatan literasi

4. Pendidik belum mengembangkan pembelajaran berupa LKPD berbasis literasi

Pengembangan LKPD berbasis literasi

LKPD berbasis literasi

Validasi LKPD untuk pakar

Valid atau tidak valid LKPD berbasis literasi

(45)

30

METODE PENELITIAN A. Langkah-langkah penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan (research and devopment) yang mengembangkan suatu produk bahan ajar berupa LKPD berbasis kemampuan literasi. LKPD yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah LKPD berbasis literasi dan akan di validasi oleh para ahli yang akan d menguji kevalidan LKPD yang akan digunakan disekolah.

1. Tahap studi pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan tahap awal atau persiapan untuk menghimpun data dengan kondisi yang ada sebagai bahan perbandingan dengan produk yang akan digunakan untuk pengembangan tujuan dari studi pendahuluan (Sukmadinata, 2011). Tahap studi pendahuluan dalam penelitian dan penmbangan ini ditempuh langah-langkah sebagai berikut yaitu studi literature, studi pengumpulan dat a dilapangan dan deskripsi atau gambaran serta analisis hasil temuan dilapangan.

a. Studi literature

Studi literatu merupakan tujuan yang dilakukan untuk menggali informasi terhadap kebutuhan yang berhubungan denan landasan dan konsep- konsep teori yang mendasari produk yang akan dikembangkanm mengkaji kurikulum dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dipublikasi sebagai acuan

(46)

untuk mengembangkan LKPD pembelajaran berbasis literasi. Studi literatur ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan berargumentasi, keterampilan pemecahan masalah dan literasi sains peserta didik.

b. Studi lapangan

Studi lapangan diperoleh dari kegiatan penelitian survei di SMA untuk melakukan analisis kebutuhan. Tujuan utama dari studi ini adalah tidak hanya untuk mengui hipotesis melainkan untuk mengumpulkan informasi tentang inovasi pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru, model pembelajaran yang digunakan guru, kendala-kendala dilapangan, serta pengamatan terhadap perilaku peserta didik dalam pembelajaran (meliputi: kemampuan literasi, keterampilan pemecahan masalah pada topic pelajaran dan literasi sains, serta memperoleh data tentang penggunaan bahan ajar berupa LKPD.

2. Tahap Pengembangan

Tahapan ini merupakan perancangan/desain. Berdasarkan hasil studi pendahuluan maka peneliti menyusun sebuah rancangan model LKPD yangakan digunakan, yaitu LKPD berbasis literasi. Tahap pengembangan ini meliputi: (a) rancangan perangkat pembelajaran, (b) rancangan produk, (c) validasi ahli.

Tahapan ini disusun secara berurutan, dalam hal ini setelah draf perangkat pembelajaran berhasil disusun, kemudian disusun rancangan LKPD sebagai model produk yang dikembangkan.

Tahapan pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(47)

a. Rancangan perangkat pembelajaran

Langkah kegiatan dalam penyusunan perangkat pembalajaran yaitu: (1) desain draft pembeajaran literasi yang memuat komponen-komponen pembelajaran, sintaks pembelajaran, aktifitas guru dan fase setiap pembelajaran.

(2) menyusun karakteristik materi, keluasan dan kedalaman materi dan lokasi waktu. (3) menetapkan indikator keberhasilan pembelajaran yang meliputi ketercapaian indikator penguasaan konsep sebagai dasar untuk menyusun instrument hasil belajar. (4) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP.

b. Rancangan Produk

Tahap ini dilakukan untuk membuat rancangan produk yaitu sebuah rencana untuk mengembangkan bahan ajar berupa LKPD fisika pembelajaran berbasis literasi..

Rancangan produk ini memperhatikan kriteria petunjuk format LKPD berbasis litrasi yang baik. Perancangan model LKPD ini disertai penyusunan teori yang melandasinya. Berkaitan dengan hal tersebut, perancangan model LKPD bentuk format semi struktur yang mengarahkan penulisan argumen untuk melaporkan hasil diskusi dan investigasi kelompok dengan menggunakan komponen pertanyaan (questions), pengujian(test), pengamatan (observation), kesimpulan (conclusion), bukti atau fakta (evidence), dan refleksi (reflection) dalam pembelajaran sains.

(48)

C. Validasi Ahli

Validasi ahli, berupa hasil lembar validitas yang diisi oleh ahli pendidikan yang memenuhi setidaknya satu atau lebih dari kriteria berikut: diakui sebagai ahli dibidangnya atau menjadi seorang praktisi. Validasi tersebut yang dilakukan oleh ahli berupa validasi konten (isi) dan ahli pada bidang pendidikan fisika serta berpengalaman dalam penelitian pengembangan serta seorang ahli bahasa. Hasil validasi ahli digunakan untuk merevisi produk LKPD yang dikembangkan, prosedur proses validasi ahli meliputi:

(1) Penilaian ahli tentang kelayakan draf LKPD dan perangkatnya. Lembar validasi digunakan validator untuk melakukan penilaian, memberi saran dan perbaikan.

(2) Analisis terhadap penilaian validator untuk melakukan langkah selanjutnya, analisis tersebut antara lain validator menyatakan:

a) valid atau layak tanpa revisi.

b) valid atau tidak dengan revisi maka dilakukan revisi terhadap draf LKPD dan perangkatnya kemudian dikoreksi kembali oleh validator sampai mendapat persetujuan.

c) tidak valid atau tidak layak maka dilakukan revisitotal terhadap LKPD dan perangkatnya kemudian validator melakukan penilaian kembali. Analisis ketiga ini memungkin kanterjadinya siklus penilaian ahli.

(49)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi dan Subyek Penelitian Tahap Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pedahuluan, untuk mendapatkan data pada studi lapangan yaitu menetukan lokasi dan subyek penelitian yang dipilih dengan menggunakan prinsip purposive sampling, yaitu mempertimbangkan sampel penelitian untuk mendapatkan data tentang kepentingan subjek yang akan diteliti dalam usaha memperoleh informasi yang relevan tentang tujuan penelitian.

Tujuan pemilihan sampel ini dimaksudkan untuk mencari informasi dari guru fisika tentang inovasi pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru, model pembelajaran yang digunakan guru, pengamatan terhadap perilaku peserta didik dalam pembelajaran fisika meliputi: kemampuan peserta didik dalam berliterasi, kemampuan pemecahan masalah pada topik pelajaran dan kemampuan literasi peserta didik serta memperoleh data tentang pemakaian bahan ajar yang selama ini digunakan oleh guru fisika.

Tujuan inipun untuk menyaring pendapat peserta didik tentang pengalaman belajar yang telah peserta didik dapatkan selama ini meliputi:

kemampuan berargumentasi, kemampuan pemecahan masalah pada topik pelajaran dan literasi, serta pendapat tentang kemampuan yang dimiliki oleh guru fisika. Lokasi dan subyek penelitian untuk maksud ini maka dipilihlah kelas X

Lokasi dan subyek penelitian padatahap studi lapangan dicantumkan pada tabel di bawah ini:

(50)

Tabel 3.1.Lokasi dan subyek penelitian dalam studilapangan

No Lokasi sekolah Sekolah (subyek)

1 SMA MUHAMMADIYAH

DISAMAKAN

1

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan datanya sebagai berikut:

a. Pada studi pendahuluan dipilih teknik angket, digunakan untuk mengungkap pembelajaran yang saat ini terjadi meliputi: inovasi pembelajaran, model pembelajaran, pemakaian bahan ajar berupa LKPD, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran berupa kemampuan berargumentasi dan literasi sains peserta didik.

b. Tahap pengembangan dilakukan dengan memberikan angket/lembar validasi ahli meliputi: uji isi materi, uji konstruksi dan uji kemenarikan LKPD berbasis literasi. Data hasil validasi ahli berupa penilaian LKPD yang divalidasi oleh pakar fisika. Teknik pengumpulan datanya menggunakan instrumen lembar validasi berupa pernyataan beserta saran perbaikan.

(51)

2 . Alat/Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang dikembangkan dalam penelitian ini berkaitan dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada masing-masing tahap penelitian, yaitu:

a. Angket Analisis Kebutuhan.

Angket analisis kebutuhan berupa daftar pertanyaan yang dilakukan pada studi pendahuluan. Daftar pertanyaan yang digunakan bertujuan untuk mengungkap fakta-fakta terhadap perilaku peserta didik dalam pembelajaran.

Mendata tentang pemakaian bahan ajar yang digunakan guru dan model pembelajaran yang digunakan guru. Data tersebut berikutnya dirujuk kepada kriteria konseptual pembelajaran yang ideal seperti yang telah dideskripsikan pada kajian pustaka.

b. Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran

Lembar ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat observer terhadap perangkat pembelajaran yang disusun pada draft awal, sehingga menjadi acuan/pedoman dalam merevisi perangkat pembelajaran yang disusun.

c. Lembar Uji Validasi Produk.

Lembar ini digunakan dalam rangka mengukur validasi isi materi, validasi konstruk dan validasi kemenarikan LKPD berbasis literasi serta menilai dampak penerapan model produk LKPD berbasis literasi yang dikembangkan.

(52)

D . Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dijelaskan dalam tiga tahap yaitu: studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap pengujian/ implementasi produk.

1. Analisis Data Tahap Studi Pendahuluan

Temuan atau fakta tentang implementasi pembelajaran yang dilaksanakan berupa angket analisis kebutuhan yang dideskripsikan dalam bentuk persentase, kemudian dianalisis atau diinterpretasikan secara kualitatif. Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket dilakukan dengan cara:

a. Mengklasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban berdasarkan pertanyaan pada angket.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pertanyaan pada angket dan banyaknya sampel penelitian.

c. Menghitung frekuensi jawaban, berfungsi untuk memberikan informasi tentang kecenderungan jawaban yang banyak dipilih dalam setiap angket pertanyaan.

d. Menghitung persentase jawaban, bertujuan untuk melihat besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis sebagai suatu temuan dalam penelitian.

(53)

2. Analisis Data Tahap Pengembangan

Tahap ini dengan melakukan analisis data validasi rancangan RPP, analisis data validasi rancangan produkdan analisis data.

A. Analisis Data Rancangan Perangkat Pembelajaran.

Tahap pengembangan dilakukan teknik analisis data untuk menentukan kategori kevalidan suatu perangkat pembelajaran data menggunakan lembar validasi LKPD. Data hasil penilaian lembar LKPD berbasis literasi selanjutnya dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut (S. Eko putro widoyoko,2013:110-1150).

a. Tabulasi data validator

Tabulasi data dilakukan dengan melakukan pada aspek penilaian dengan pedoman pada acuan penilaian pada tabel

Skor Kategori

1 Sangat kurang

2 Kurang

3 Cukup

4 Baik

5 Sangat baik

(54)

b. Menghitung skor rata-rata dari seluruh aspek yang dinilai dengan rumus:

X =∑x n

Dengan:

X = skor rata-rata seluruh aspek

∑x = skor total n = banyak butir pertanyaan

Tabel 3.2. Kriteria pengkategorian kevalidan perangkat pembelajaran

Interval skor Kategori kevalidan

4 ≤VR ≤5 Sangat valid

3 ≤VR <4 Valid

2 ≤VR <3 Kurang valid

1 ≤VR <2 Tidak valid

VR adalah rata-rata total hasil penilaian validator terhadap perangkat pembelajaran berupa LKPD berbasis literasi. Kemudian VR diubah kedalam bentuk persentase, tujuannya untuk melihat besarnya persentase setiap jawaban dari pertanyaan sehingga data yang diperoleh dapat dianalisis secara deskriptif.

b. Analisis Data Tahap Validasi Rancangan Produk

Tahap validasi dilakukan teknik analisis perolehan data produk LKPD yang akan dikembangkan dengan menggunakan lembar validasi kesesuaian isi materi, lembar validasi kontruksi dan lembar validasi kemenarikan LKPD. Tahap

(55)

ini dilakukan dengan cara mengkode atau klasifikasi data. Validasi kesesuaian isi 65 materi, kontruksi dan kemenarikan LKPD dilihat dari hasil lembar validitas yang diisi oleh pakar pendidikan sains. Setelah dilihat validitas, praktikalitas dan efektifitas dari LKPD tersebut, LKPD direvisi akhir dan terbentuk LKPD yang akan dikembangkan.

Kegiatan dalam teknik analisis data validasi kesesuaian isi, konstruksi, dan kemenarikn LKPD dilakukan dengan cara:

1) Mengkode atau klasifikasi data

2) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat

3) Memberi skor jawaban validator.

4) Mengolah jumlah skor jawaban validator.

5) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

%Xin = ∑𝑠

Smaks X 100%

(Sudjana, 2005) Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban lembar validasi LKPD

∑S = Jumlah skor jawaban Smaks = Skor maksimum

(56)

41

A. Deskripsi Pengembangan LKPD Berbasis Literasi 1. Deskripsi hasil tahap perancangan

a. Penyusunan tes

Dasar dari penyusunan tes adalah analisis tugas dan analisis konsep yang dirumuskan dalam spesifikasi tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti tidak menyusun teks awal, melainkan hanya menyusun tes akhir ( termasuk instrumen ) yang diberikan kepada peserta didik, tes ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman terhadap materi sekaligus mengukur kemampuan literasinya.

Untuk merancang tes hasil belajar , terlebih dahulu dibuatkan lembar kerja dan disesuaikan dengan aspek kemampuan literasi peserta didik. Format pembuatan soal, dan penskoran disajikan dalam lampiran.

b. Pemilihan format

Pemilihan format dalam pengembangan LKPD berbasis literasi pada sub pokok bahasan materi gaya ini meliputi format untuk merancang isi pemilihan strategi pembelajaran dan sumber belajar. Dalam penembangan LKPD berbasis literasi, penulis berpedoman pada kriteria pengembangan LKPD berbasis literasi yang telah dijelaskan secara lengkap dalam bab ii, bahwa setiap bagian dari lkpd teridentifikasi dengan jelas, materi yang luas dan akurat, sesuai dengan

(57)

perkembangan , menarik secara visual, serta kesesuaian/ketepatan ilustrasi dengan materi. Model Pembelajaran yang dipilih dalam pembelajaran ini adalah model pembelajaran berbasis literasi dengan menggunakan sumber belajar berupa LKPD berbasis literasi.

c. Perancangan awal

Rancangan awal (desain awal) yang dimaksud dalam tulisan ini adalah LKPD berbasis literasi yang dikembangkan dalam penelitian ini berisi petunjuk kgeiatan yang mengarahkan menuju pada penguasaan konsep penting yang terdapat pada pokok bahasan. Dalam LKPD berbasis literasi yang disediakan tempat untuk menyelesaikan soal.

Dalam tahap pengembangan LKPD berbasis literasi, permasalahan yang dipilih adalah permasalahan sehari-hari dan sering di temui oleh sehingga memungkinkan untuk mengerjakan soal yang diberikan.

d. Instrumen penilaian LKPD berbasis literasi

Pembuatan instrument penilaian lkpd mengadaptasi pada kriteria LKPD berbasis literasi yang baik menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Instrument LKPD berbasis literasi ini terdiri dari penilaian aspek materi dan penilaian dari aspek kegrafisan. Intrumen penilaian LKPD berbasis literasi tersebut berupa angket dengan skala likert terdiri dari butir pernyataan dengan 5 alternatif jawaban yaitu a, b, c, d, dan e. anka-angka tersebut berturut-turut menyatakan sangat kurang, kurang, sedang, baik dan sangat baik. Instrumen tersebut digunakan untuk menilai LKPD berbasis literasi yang dikembangkan

(58)

berdasarkan komponen isi, bahasa dan kaerakteristik literasi serta kegrafisan yang di gunakan oleh validator untuk meliai LKPD berbasis literasi yang akan di gunakan.

1. Kelayakan isi

Pada instrument penilaian LKPD berbasis literasi kelayakan isi terdiri dari 7 butir pernyataan yan terbagi menjadi 2 aspek penilaian oleh validator.

Kedua aspek tersebut diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.1

Distribusi Pernyataan Penilaian LKPD Berbasis Literasi Aspek Kelayakan Isi Oleh Validator

Aspek penilaian

Banyak butir pernyataan

Cakupan materi 3

Akurasi meteri 4

Total 7

Deskripsi dari butir-butir pernyataan pada komponen kelayakan isi secara rinci disajikan dalam lampiran.

(59)

2. Kelayakan bahasa

Komponen kelayakan bahasa dalam LKPD berbasis literasi yang akan digunakan diberi penilaian terdiri dari 8 butir pernyataan yang terbagi dalam 2 aspek. Kedua aspek tersebut diuraikan dalam bentuk table beriut:

Tebel 4.2

Distribusi Pernyataan Penilaian LKPD Aspek Bahasa

Aspek penilaian Banyak butir penilaian Kesesuaian dengan kaidah

bahasa Indonesia y ang benar

3

Istilah yang digunakan mudah dipahami

3

Total 6

Deskripsi dari butir-butir pernyataan pada komponen kelayakan isi secara rinci disajikan dalam lampiran.

e. Draf LKPD Berbasis Literasi

Berikut adalah tampilan awal LKPD dengan pembelajaran berbasisi literasi pada materi gaya yang diwakili dengan halaman sampul

f. Deskripsi hasil pengembangan

Gambar

Gambar  yang  baik  merupakan  gambar  yang  menyampaikan  pesan  secara  efektif pada penggunaan LKPD
Gambar 2.1  Skema Kerangka Pikir
Tabel 3.1.Lokasi dan subyek penelitian dalam studilapangan
Tabel 3.2. Kriteria pengkategorian kevalidan perangkat  pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Menlmbang : bahwa guna melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat ( 6 ) Peratuian Daerah Kabupaten Pacitan Nomor 28 Tahun 2011 tentang Retribusi Pelayanan Pasar, maka perlu menetapkan

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) pemecahan masalah berbasis nilai yang valid dan praktis untuk pembelajaran materi

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) menghasilkan perangkat pembelajaran berupa Lembar kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis keterampilan proses sains dalam model

Kegiatan berikut ini adalah kegiatan di Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Desa yang telah di anggarkan di dalam APBdes Desa Sendang tahun anggaran 2020 yang

• Impor mesin, barang dan bahan baku impor untuk pembangunan dan pengembangan industri. • Untuk pembangunan dan pengembangan industri selama 2 tahun paling lama

Maka dari itu penulis membuat perancangan sistem buka tutup pintu menggunakan android dimana android tersebut telah dipasang sebuah aplikasi boarduino yang

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) merupakan penjabaran dari RPJM Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang memuat rencana penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

Data Input Hasil Jika benar Hasil Jika salah Hasil Pengujian 1 Login ke sistem Username dan password Tampilkan halaman depan web site Tampilkan pesan kesalahan “Wrong