• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

 

BAB II

DESKRIPSI PERUSAHAAN

2.1. Sejarah PDAM Tirta Kerta Raharja Tangerang

Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja (PDAM TKR) merupakan perusahaan yang mengelola usaha pengadaan dan penyaluran air minum Kabupaten Tangerang. Perusahaan ini merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang.

Pada tahun 1923, pemerintah Hindia Belanda membangun sistem penyediaan air minum di kota Tangerang dengan kapasitas 6 liter per detik.

Sistem ini dikelola oleh sebuah badan yang bernama “Water Leiding Bedrijf”.

Pada tahun 1943, saat pembentukan Kabupaten Tangerang, pengelolaan sistem penyediaan air minum dialihkan ke Bupati Tangerang, dan badan pengelola "Water Leiding Bedrijf" berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum.

Tahun 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, nama

"Water Leiding Bedrijf" diubah menjadi "Perusahaan Air Minum Kabupaten Tangerang".

Tiga puluh tahun kemudian, pengelolaan penyediaan air minum menjadi tanggung jawab dari Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang ("PDAM"), sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang No. 10/HUK/1976 tanggal 13 April 1976. Perda ini dilegalisasi oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Keputusan Gubernur No. 347/HK.011/SK/1976 tanggal 1 Agustus 1976.

Tahun 1999, melalui Keputusan No. 001.690/SK.108-HUK/1999 tanggal 27 Mei 1999, yang dikeluarkan oleh Bupati Tangerang, nama dan logo PDAM dilegalisasi. Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang.

Untuk memenuhi kebutuhan air wilayah pelayanan kota Tangerang, dibangun IPA Cikokol pada tahun 1984. Tahap pertama dengan kapasitas 500 liter per detik dirancang oleh James M. Montgomery Consulting Engineers, Inc.

Daerah (BUMD), dan dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang.

Pada tahun 1923, pemerintah Hindia Belanda membangun sistem penyediaan air minum di kota Tangerang dengan kapasitas 6 liter per detik.

Sistem ini dikelola oleh sebuah badan yang bernama “Water Leiding Bedrijf Pada tahun 1943, saat pembentukan Kabupaten Tangerang, pengelolaan sistem penyediaan air minum dialihkan ke Bupati Tangerang, dan badan pengelola "Water Leiding Bedrijf" berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum. Water Leiding Bedrijf" berada di bawah Dinas Pekerjaan Umum. Water Leiding Bedrijf Tahun 1945, setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, nama Water Leiding Bedrijf" diubah menjadi "Perusahaan Air Minum Kabupaten Water Leiding Bedrijf" diubah menjadi "Perusahaan Air Minum Kabupaten Water Leiding Bedrijf

Tangerang".

Tiga puluh tahun kemudian, pengelolaan penyediaan air minum menjadi tanggung jawab dari Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang ("PDAM"), sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang No. 10/HUK/1976 tanggal 13 April 1976. Perda ini dilegalisasi oleh Gubernur Propinsi Jawa Barat sesuai dengan Keputusan Gubernur No. 347/HK.011/SK/1976 tanggal 1 Agustus 1976.

(2)

 

 

USA, serta dibangun oleh PT. Multi Structure (pekerjaan sipil) dan Biwater dari Inggris (Mekanikal & Elektrikal) yang berasosiasi dengan PT. Mitra Napa.

Pada tahun 1996 sebuah instalasi paket baja berkapasitas 80 liter per detik dibangun, dan dikerjakan oleh PT. Maswandi, dibiayai oleh Departemen Pekerjaan Umum. Pembangunan tahap kedua dari instalasi - kapasitas 500 liter per detik dirancang oleh PT. Ceria Konsulindo, dibangun oleh PT. Nindya Karya, dan PT. Cahaya Murni Dirganusa untuk pekerjaan sipil, adapun peralatan mekanikal, dan elektrikal di supply oleh Metax Engineering PTE Ltd. dari Singapore. Proyek ini didanai oleh Asian Development Bank, dan selesai pada tahun 1998.

2.2. Profil PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri

IPA Cikokol saat ini dikelola oleh PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri (TKCM).TKCM adalah perusahaan patungan, antara PT. Tanah Alam Makmur dan PT. Tirta Bangun Nusantara, untuk rehabilitasi, dan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol, termasuk operasi dan pemeliharaan instalasi selama 15 tahun.

Perusahaan ini telah mendapat ijin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tanggal 25 Agustus 2004 berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (No. 565/I/PMA/2004), dan berdiri sebagai perusahaan terbatas pada tanggal 8 September 2004. Selain itu, TKCM juga telah mendapat persetujuan dari Departemen Hukum dan Hak Asazi Manusia pada tanggal 30 September 2004, dengan nomor ijin C-24321 HT.01.01. TH.2004, dan terdaftar di Departemen Perdagangan dan Perindustrian tanggal 19 Oktober 2004.

Visi Perusahaan:

Menyediakan jasa pengelolaan air yang terbaik melalui pengembangan kualitas sumber daya manusia dan teknologi yang inovatif.

Misi Perusahaan:

Misi perusahaan adalah memberikan pelayanan terbaik bagi PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang, untuk rehabilitasi, peningkatan kapasitas (dari 900 liter per detik menjadi 1,275 liter per detik), pengoperasian, dan Singapore. Proyek ini didanai oleh Asian Development Bank, dan selesai pada tahun 1998.

2.2. Profil PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri

IPA Cikokol saat ini dikelola oleh PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri (TKCM). TKCM adalah perusahaan patungan, antara PT. Tanah Alam Makmur dan PT. Tirta Bangun Nusantara, untuk rehabilitasi, dan peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol, termasuk operasi dan pemeliharaan instalasi selama 15 tahun.

Perusahaan ini telah mendapat ijin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tanggal 25 Agustus 2004 berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal Asing (No. 565/I/PMA/2004), dan berdiri sebagai perusahaan terbatas pada tanggal 8 September 2004. Selain itu, TKCM juga telah mendapat persetujuan dari Departemen Hukum dan Hak Asazi Manusia pada tanggal 30 September 2004, dengan nomor ijin C-24321 HT.01.01. TH.2004, dan terdaftar di Departemen Perdagangan dan Perindustrian tanggal 19 Oktober 2004.

(3)

 

pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Cikokol, termasuk memberikan jaminan atas kualitas, kuantitas dan kontinuitas produk serta terpemuhinya persyaratan dan kewajiban kepada “stakeholders” perusahaan.

Nilai-Nilai Perusahaan:

1) Dedikasi terhadap penggunaan dana yang efektif, serta integritas, dan transparasi dalam pengelolaan keuangan.

2) Mengembangkan teknologi melalui inovasi, dan keahlian.

3) Pengembangan sumber daya manusia, dengan mendorong karyawan mencapai potensi terbaiknya, melalui program pelatihan yang ekstensif, dan penghargaan atas kontribusi mereka.

4) Siap mengantisipasi resiko-resiko terhadap kesehatan, dan lingkungan.

PT. TKCM telah memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, dalam pelaksanaan operasional, dan pemeliharaan instalasi pengolahan air Cikokol. Sertifikasi ini diperoleh dari lembaga auditor internasional manajemen Loyld Register, pada bulan Oktober 2005, setahun setelah proses pengambil alihan operasional IPA Cikokol dari PDAM TKR.

Masalah yang terjadi sebelum implementasi ISO 9001:2008 diantaranya adalah:

1) Minimnya kompetensi dan pelatihan bagi karyawan, 2) Terdapat banyak peralatan yang rusak,

3) Tidak mempunyai sistem, seperti standar operasi serta rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja,

4) Kualitas air yang rendah (terutama kekeruhan yang masih tingggi, dan sisa chlor), serta tidak adanya personel untuk menangani dan menindaklanjuti keluhan konsumen.

Untuk meningkatkan daya saing perusahaan, PT. TKCM juga telah melakukan sertifikasi sistem manajemen kesehatan, dan keselamatan kerja, OHSAS 18001:2007, pada bulan Oktober tahun 2012. Sertifikasi oleh Loyld Register.

mencapai potensi terbaiknya, melalui program pelatihan yang ekstensif, dan penghargaan atas kontribusi mereka.

4) Siap mengantisipasi resiko-resiko terhadap kesehatan, dan lingkungan.

PT. TKCM telah memperoleh sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008, dalam pelaksanaan operasional, dan pemeliharaan instalasi pengolahan air Cikokol. Sertifikasi ini diperoleh dari lembaga auditor internasional manajemen Loyld Register, pada bulan Oktober 2005, setahun setelah proses pengambil alihan operasional IPA Cikokol dari PDAM TKR.

Masalah yang terjadi sebelum implementasi ISO 9001:2008 diantaranya adalah:

1) Minimnya kompetensi dan pelatihan bagi karyawan, 2) Terdapat banyak peralatan yang rusak,

3) Tidak mempunyai sistem, seperti standar operasi serta rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja,

4) Kualitas air yang rendah (terutama kekeruhan yang masih tingggi, dan sisa chlor), serta tidak adanya personel untuk menangani dan menindaklanjuti keluhan konsumen.

(4)

 

2.2.1. Struktur Organisasi PT. TKCM

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. TKCM

Sumber: Manual Sistem Manajemen PT. TKCM, Rev. 03 (2012)

(5)



2.2.2. Sumber Daya Manusia

Sesuai data terakhir pada tahun 2015, jumlah tenaga kerja yang ada di PT.

TKCM adalah 53 orang, yang terdiri dari 47 orang laki-laki dan 6 orang wanita.

Secara umum sebaran komposisi tenaga kerja tersebut berdasarkan tingkat jabatannya adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Sebaran Komposisi Tenaga Kerja PT. TKCM

No. Posisi Jabatan Jumlah Orang Kualifikasi Pendidikan

1. Direksi 1 S1

2. Manajer 2 S1

3. Asisten Manajer 6 Min. D3

4. Supervisor 4 Min. SLTA

5. Staf 40 Min. SLTA

Sumber : Data bagian HRD PT. TKCM (2015)

Tingkat pendidikan dari komposisi tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Komposisi Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber: Data bagian HRD PT. TKCM (2015)

2.3. Kerjasama PDAM TKR dengan PT. TKCM

Berkenaan dengan mendesaknya kebutuhan untuk memperbaiki pelayanan air minum bagi masyarakat, maka PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang memilih PT. Tirta Kencana Cahaya Mandiri sebagai pengelola Instalasi Pengolahan Air Minum Cikokol. Setelah mengevaluasi berbagai pilihan, termasuk penawaran dari beberapa perusahaan swasta, PDAM berpendapat bahwa, PT. TKCM memiliki sumber daya terbaik untuk

1. Direksi 1 S1

2. Manajer 2 S1

3. Asisten Manajer 6 Min. D3

4. Supervisor 4 Min. SLTA

5. Staf 40 Min. SLTA

Sumber : Data bagian HRD PT. TKCM (2015)

Tingkat pendidikan dari komposisi tenaga kerja tersebut dapat dilihat pada ambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Komposisi Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sumber: Data bagian HRD PT. TKCM (2015)

(6)

 

 

melaksanakan investasi, dan pengelolaan atas Instalasi Pengolahan Air Cikokol.

Mencakup pula operasi dan pemeliharaan instalasi selama jangka waktu 15 tahun.

Jumlah investasi yang telah dikeluarkan PT. TKCM selama 4 tahun pertama operasinya adalah sebesar Rp. 62.3 miliar, yaitu untuk rehabilitasi instalasi eksisting, dan peningkatan kapasitas produksi dari 950 liter per detik menjadi 1,275 liter per detik. Dengan tambahan kapasitas produksi ini, PDAM akan dapat menyalurkan kualitas air yang lebih baik, dan dapat meningkatkan cakupan pelayanannya di wilayah Tangerang.

Perjanjian Kerjasama PDAM dengan PT. TKCM ditanda-tangani pada tanggal 11 Juni 2004, antara Direktur Utama PDAM, Bpk. H. Utar Sutarya, dan Mr. Hubert Broux, Presiden Komisaris PT. Enviro Nusantara (sebelum dialihkan kepada PT. Tirta Bangun Nusantara). PT. Enviro Nusantara merupakan pemegang 28% saham PT. TKCM), yang mewakili PT. TKCM.

Penandatanganan disaksikan oleh Bupati Tangerang.

Proses kerjasama bisnis antara PDAM TKR dan PT. TKCM dalam pengelolaan IPA Cikokol selama masa perjanjian konsesi 15 tahun dari tanggal 20 September 2004 dapat penulis gambarkan dalam skema berikut.

Gambar 2.3. Skema Proses Bisnis Kerjasama Pengelolaan IPA Cikokol Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

Dari Gambar 2.3. tersebut air baku dari sungai Cisadane diproses di IPA Cikokol oleh operator mitra swasta yaitu PT. TKCM. Hasil akhir air proses/olahan dengan standar air minum dialirkan melalui pipa jaringan induk, dimana pipa jaringan ini dikelola oleh PDAM TKR sendiri. Sebelum masuk pipa jaringan induk, air minum tersebut dialirkan melalui meter induk utama. Pendapatan PT. TKCM Perjanjian Kerjasama PDAM dengan PT. TKCM ditanda-tangani pada tanggal 11 Juni 2004, antara Direktur Utama PDAM, Bpk. H. Utar Sutarya, dan Mr. Hubert Broux, Presiden Komisaris PT. Enviro Nusantara (sebelum dialihkan kepada PT. Tirta Bangun Nusantara). PT. Enviro Nusantara merupakan pemegang 28% saham PT. TKCM), yang mewakili PT. TKCM.

Penandatanganan disaksikan oleh Bupati Tangerang.

Proses kerjasama bisnis antara PDAM TKR dan PT. TKCM dalam pengelolaan IPA Cikokol selama masa perjanjian konsesi 15 tahun dari tanggal 20 September 2004 dapat penulis gambarkan dalam skema berikut.

(7)

 

per-bulannya dihitung dari total air minum yang dialirkan ke pipa jaringan induk utama. PDAM TKR akan membayar kepada PT. TKCM berdasarkan jumlah meter kubik air yang dihitung oleh meter induk utama dikalikan besaran tarif tahunan yang berlaku dalam perjanjian kontrak kerjasama. Sementara pendapatan PDAM TKR sendiri berasal dari penjualan air yang dikonsumsi konsumen, berdasarkan perhitungan volume air dari meter induk yang ada pada masing- masing konsumen.

2.4. Instalasi Pengolahan Air

IPA Cikokol terdiri atas 2 (dua) bagian bangunan utama, yaitu:

1) Bangunan intake

2) Bangunan proses pengolahan

Bangunan intake, memiliki kelengkapan sebagai berikut:

1) Coarse bar screen 2) Kanal air baku 3) Penstock

4) Automatic fine screen 5) Pompa air baku

2.4. Instalasi Pengolahan Air

IPA Cikokol terdiri atas 2 (dua) bagian bangunan utama, yaitu:

1) Bangunan intake

2) Bangunan proses pengolahan

Bangunan intake, memiliki kelengkapan sebagai berikut:

1) Coarse bar screen 2) Kanal air baku 3) Penstock

4) Automatic fine screen 5) Pompa air baku

(8)

 

Gambar 2.4. Diagram Alir Proses IPA Cikokol Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

5

P 2

1

P

Sungai Cisadane

Bangunan Intake Pompa

Air Baku

Pompa Pencucian Filter P

Pompa Distribusi Air Brsih Untuk Distribusi

Bak Flokulasi Bak Sedimentasi Filter Pasir Cepat

Static Mixer

M M M

Bak Kontorl Efluen Reservoir Air Olahan

Gambar 2.4. Diagram Alir Proses IPA Cikokol Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

Pompa Pencucian Filter P

Bak Flokulasi Bak Sedimentasi Filter Pasir Cepat

Static Mixer

M M M

Bak Kontorl Efluen Reservoir Air Olahan

(9)

 

Adapun bangunan proses pengolahan berupa unit-unit pengolahan fisika dan pengolahan kimiawi, yang terdiri dari:

1) Inline Static Mixer 2) Bak Flokulasi 3) Bak Sedimentasi 4) Bak Filter

5) Bak Kontrol Efluen

6) Reservoir, yang dilengkapi dengan Pompa Distribusi 7) Unit Pembubuhan Koagulan : PAC

8) Unit Pembubuhan : Soda Abu

9) Unit Klorinasi : Gas Klor dan/atau Larutan Natrium Hipoklorit

Diagram alir proses IPA Cikokol diketengahkan pada Gambar 2.4. pada halaman sebelumnya.

2.4.1. Proses Pengolahan Air

Tahapan-tahapan proses pengolahan air di IPA Cikokol secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Bangunan Intake

Dari Sungai Cisadane, air baku dialirkan secara gravitasi melalui coarse bar screen dan automatic fine screen untuk menahan benda-benda berukuran besar yang terbawa bersama air.

Selanjutnya air baku dipompakan menuju bangunan pengolahan air minum.

2) Inline Static Mixer

Pembubuhan bahan kimia PAC sebagai koagulan dilakukan pada Inline Static Mixer.

”Pre-chlorination” sebagai ”shock treatment” dilakukan pada periodik tertentu untuk mencegah pertumbuhan alga di unit-unit pengolahan khususnya di permukaan bak-bak sedimentasi. Pembubuhan klor dilakukan setelah Inline Static Mixer.

7) Unit Pembubuhan KoKoK agulan : PAC 8) Unit Pembubuhan : Soda Abu

9) Unit Klorinasi : Gas Klor dan/atau Larutan Natrium Hipoklorit

Diagram alir proses IPA Cikokol diketengahkan pada Gambar 2.4. pada halaman sebelumnya.

2.4.1. Proses Pengolahan Air

Tahapan-tahapan proses pengolahan air di IPA Cikokol secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Bangunan Intake

Dari Sungai Cisadane, air baku dialirkan secara gravitasi melalui

bar screen dan automatic fine screen untuk menahan benda-benda berukuran besar yang terbawa bersama air.

Selanjutnya air baku dipompakan menuju bangunan pengolahan air minum.

2) Inline Static Mixer

(10)

 

 

3) Bak Flokulasi

Pengadukan lambat dalam bak flokulasi ini dilakukan secara mekanis.

Jumlah bak flokulasi adalah 6 (enam) unit. Tiap-tiap bak flokulasi terdiri dari dua buah kompartemen yang dilengkapi oleh pengadukan mekanis lambat.

4) Bak Sedimentasi

Flok-flok yang terbentuk dalam unit flokulasi terendapkan dalam unit bak sedimentasi sehingga air yang keluar dari unit bak sedimentasi memiliki kekeruhan kurang dari 3 NTU. Jumlah bak sedimentasi adalah 6 unit.

Unit bak-bak sedimentasi ini dilengkapi dengan tube settler, sludge scraper dan sistem pembuangan lumpur.

Secara periodik, lumpur yang terendapkan di dasar bak sedimentasi dibuang menggunakan katup-katup pembuangan lumpur (sludge extraction valve) menuju saluran pembuangan lumpur. Secara periodik pula dilakukan pengurasan dan pembersihan untuk membuang seluruh deposit dan sedimen di dasar bak.

5) Filter Pasir Cepat

Air yang keluar dari unit bak-bak sedimentasi telah memiliki tingkat kekeruhan kurang dari 3 Nephelometric Turbidity Units (NTU), kemudian disaring oleh media pasir dalam bak-bak filter pasir cepat.

Jumlah filter pasir cepat adalah 14 (empat belas) unit.

Fungsi unit bak-bak filter ini adalah untuk menyaring partikel-partikel flok halus dan tersuspensi yang tidak mengendap dalam unit bak-bak sedimentasi. Filtrat atau air olahan dari unit bak filter pasir cepat diharapkan memiliki tingkat kekeruhan kurang dari 0,5 NTU.

Setelah filter beroperasi selama kurang lebih 30 jam, dilakukan pencucian media filter dengan menggunakan udara (menggunakan air blower) dan air (menggunakan pompa backwash). Air bekas pencucian filter tersebut mengalir ke saluran pembuangan lumpur tercampur bersama lumpur dari unit bak-bak sedimentasi.

kekeruhan kurang dari 3 NTU. Jumlah bak sedimentasi adalah 6 unit.

Unit bak-bak sedimentasi ini dilengkapi dengan tube settler, sludge scraper dan sistem pembuangan lumpur.

scraper dan sistem pembuangan lumpur.

scraper

Secara periodik, lumpur yang terendapkan di dasar bak sedimentasi dibuang menggunakan katup-katup pembuangan lumpur ( extraction valve) menuju saluran pembuangan lumpur. Secara periodik pula dilakukan pengurasan dan pembersihan untuk membuang seluruh deposit dan sedimen di dasar bak.

5) Filter Pasir Cepat

Air yang keluar dari unit bak-bak sedimentasi telah memiliki tingkat kekeruhan kurang dari 3 Nephelometric Turbidity Units (NTU), kemudian disaring oleh media pasir dalam bak-bak filter pasir cepat.

Jumlah filter pasir cepat adalah 14 (empat belas) unit.

Fungsi unit bak-bak filter ini adalah untuk menyaring partikel-partikel flok halus dan tersuspensi yang tidak mengendap dalam unit bak-bak sedimentasi. Filtrat atau air olahan dari unit bak filter pasir cepat

(11)

 

6) Bak Kontrol Efluen

Filtrat dari filter pasir cepat selanjutnya mengalir ke bak kontrol efluen.

Dalam bak kontrol ini dilakukan dua pembubuhan bahan kimia, yaitu:

1) Soda abu (Na2CO3)

2) Gas klorin dan/atau larutan natrium hipoklorit

Pembubuhan soda abu dilakukan untuk pengaturan pH air sebelum didistribusikan, pH air minum yang dijaga pada rentang 6.5 – 7.5.

Menurut data hasil analisis pemeriksaan air oleh PT. Sucofindo pada periode antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, pH air olahan bervariasi dari 6.59 sampai dengan sampai 6.99.

Pembubuhan gas klorin dan/atau larutan kaporit dimaksudkan untuk membunuh bakteri, virus dan mikroba patogen lainnya yang masih ada dalam air. Dosis klor sebagai ”post-chlorination” yang dibubuhkan di bak kontrol ini agar sisa klor pada outlet IPA Cikokol tepat sebelum memasuki jaringan distribusi air minum sekurang-kurangnya 0,5 mg/liter.

Menurut data hasil analisis kualitas air oleh PT. Sucofindo pada periode antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2013, sisa klor berkisar antara 0.75 sampai dengan 1.2 mg/liter.

7) Reservoir

Air yang telah dibubuhkan bahan-bahan kimia kemudian mengalir ke reservoir dan untuk selanjutnya dipompakan ke jaringan distribusi.

8) Unit Pembubuhan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan di IPA Cikokol pada saat ini adalah : 1) Poly Aluminium Chloride (PAC)

2) Soda abu (Na2CO3)

3) Gas klor (Cl2) dan/atau larutan natrium hipoklorit (NaOCl).

PAC dalam bentuk larutan dibubuhkan di jalur pipa tepat sebelum inline static mixer. Adapun untuk IPA Paket, dibubuhkan di bak koagulasi.

Dosis rata-rata pembubuhan PAC adalah 35 mg/liter.

Soda abu (Na2CO3) dalam bentuk larutan digunakan untuk pengaturan pH air olahan dibubuhkan di bak kontrol efluen.

periode antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, pH air olahan bervariasi dari 6.59 sampai dengan sampai 6.99.

Pembubuhan gas klorin dan/atau larutan kaporit dimaksudkan untuk membunuh bakteri, virus dan mikroba patogen lainnya yang masih ada dalam air. Dosis klor sebagai ”post-chlorination

dalam air. Dosis klor sebagai ”post-chlorination

dalam air. Dosis klor sebagai ” ” yang dibubuhkan di bak kontrol ini agar sisa klor pada outlet IPA Cikokol tepat sebelum outlet IPA Cikokol tepat sebelum outlet memasuki jaringan distribusi air minum sekurang-kurangnya 0,5 mg/liter.

Menurut data hasil analisis kualitas air oleh PT. Sucofindo pada periode antara Januari 2010 sampai dengan Desember 2013, sisa klor berkisar antara 0.75 sampai dengan 1.2 mg/liter.

7) Reservoir Reservoir Reservoir

Air yang telah dibubuhkan bahan-bahan kimia kemudian mengalir ke reservoir dan untuk selanjutnya dipompakan ke jaringan distribusi.

8) Unit Pembubuhan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan di IPA Cikokol pada saat ini adalah : 1) Poly Aluminium Chloride (PAC)

(12)

 

 

Gas klor digunakan untuk ”pre-chlorination”, ”intermediate chlorination”

di filter pasir cepat dan ”post-chlorination” di bak kontrol efluen.

Sedangkan larutan natrium hipoklorit (NaOCl dengan konsentrasi 12%) digunakan sebagai bahan kimia cadangan pengganti gas klor.

2.4.2. Sistem Pembuangan Lumpur

Pada IPA Cikokol terdapat dua unit proses pengolahan yang menghasilkan sebagian besar pembuangan residu setiap harinya, yaitu pembuangan lumpur dari bak-bak sedimentasi dan air bekas pencucian dari bak- bak filter pasir cepat. Pada unit-unit pengolahan lainnya seperti bak flokulasi dan reservoir juga terkumpul sedimen atau deposit, yang secara berkala dibuang ke saluran pembuangan lumpur.

Pengukuran secara tepat untuk mengetahui volume lumpur baik di bak- bak sedimentasi maupun air bekas pencucian dari filter pasir cepat belum dilakukan. Sistem pembuangan lumpur untuk tiap bak sedimentasi:

1) Bak sedimentasi nomor 1, 2 dan 3

- Posisi atas: 3 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 200 mm

- Posisi bawah: 1 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø150 mm

2) Bak sedimentasi nomor 4, 5 dan 6

- Posisi atas: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 200 mm

- Posisi bawah: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 150 mm

Berdasarkan pengambilan sampel lumpur pada bak sedimentasi pada tanggal 22 November 2013, didapatkan hasil sebagai berikut:

- Konsentrasi TSS pada bagian bawah bak sedimentasi = 5,240 mg/liter - Konsentrasi TSS pada bagian atas bak sedimentasi = 4,883 mg/liter Perkiraan produksi lumpur yang dihasilkan dari proses sedimentasi berada pada kisaran 2.000 – 2.200 m3/hari dengan konsentrasi TSS sebesar 3.000 sampai 6.000 mg/liter.

bak filter pasir cepat. Pada unit-unit pengolahan lainnya seperti bak flokulasi dan reservoir juga terkumpul sedimen atau deposit, yang secara berkala dibuang ke saluran pembuangan lumpur.

Pengukuran secara tepat untuk mengetahui volume lumpur baik di bak- bak sedimentasi maupun air bekas pencucian dari filter pasir cepat belum dilakukan. Sistem pembuangan lumpur untuk tiap bak sedimentasi:

1) Bak sedimentasi nomor 1, 2 dan 3

- Posisi atas: 3 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 200 mm

- Posisi bawah: 1 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø150 mm

2) Bak sedimentasi nomor 4, 5 dan 6

- Posisi atas: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 200 mm

- Posisi bawah: 2 buah katup pembuangan otomatis ukuran diameter Ø 150 mm

(13)

 

Lumpur yang dihasilkan dari unit bak-bak sedimentasi dari volume harian dan tingkat konsentrasi suspended solid sangat terpengaruhi oleh kekeruhan dan konsentrasi TSS dalam air baku. Volume lumpur harian akan bertambah bila ada satu unit bak sedimentasi sedang dalam dikuras, dan dibersihkan.

Perkiraan air bekas pencucian bak-bak filter pasir cepat adalah 200 - 220 m3/hari per filter dengan operasi filtrasi selama 24 sampai 36 jam. Dengan jumlah filter pasir cepat sebanyak 10 – 12 unit dicuci setiap hari, maka diperkirakan air hasil pencucian filter adalah 2.000 – 2.200 m3/hari dengan konsentrasi TSS berkisar 200 – 400 mg/liter.

2.5. Penerapan Peraturan tentang Pengelolaan Limbah Cair

Dalam pengelolaan limbah cair telah diatur dan diterbitkan Undang- undang dan Peraturan Peraturan Pemerintah terkait sebagai berikut:

2.5.1. Undang-undang dan Peraturan tentang Air Minum

Undang-undang tentang pemanfaatan air, yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Undang-undang ini mengamanatkan untuk melaksanakan perencanaan, pemeliharaan, dan peningkatan kualitas air.

Salah satu hal pokok penting tentang pengelolaan sumber daya air sesuai UU No.

7 tahun 2004, yaitu pemanfaatan air sebagai sumber air baku untuk air minum.

Peraturan pemerintah tentang air minum yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Bagian Ketiga Pasal 9, Limbah akhir dari unit proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah sebelum dibuang ke badan air. Pasal 9 ini terdiri dari 3 ayat, yaitu sebagai berikut:

(1) Unit produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/ atau biologi.

(2) Unit produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, berkisar 200 – 400 mg/liter.

2.5. Penerapan Peraturan tentang Pengelolaan Limbah Cair

Dalam pengelolaan limbah cair telah diatur dan diterbitkan Undang- undang dan Peraturan Peraturan Pemerintah terkait sebagai berikut:

2.5.1. Undang-undang dan Peraturan tentang Air Minum

Undang-undang tentang pemanfaatan air, yaitu Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Undang-undang ini mengamanatkan untuk melaksanakan perencanaan, pemeliharaan, dan peningkatan kualitas air.

Salah satu hal pokok penting tentang pengelolaan sumber daya air sesuai UU No.

7 tahun 2004, yaitu pemanfaatan air sebagai sumber air baku untuk air minum.

Peraturan pemerintah tentang air minum yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Sesuai Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Bagian Ketiga Pasal 9, Limbah akhir dari unit proses pengolahan air baku menjadi air minum wajib diolah

(14)

 

 

alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.

(3) Limbah akhir dari proses pengolahan air baku menjadi air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sumber air baku dan daerah terbuka.

2.5.2. Undang-undang Tentang Pencemaran Air

UU No. 7 tahun 2004 mengamanatkan untuk melaksanakan perencanaan, pemeliharaan dan peningkatan kualitas air. Salah satu hal pokok penting tentang pengelolaan sumber daya air sesuai UU No. 7 tahun 2004, yaitu pengendalian pencemaran air.

2.5.3. Peraturan Pemerintah tentang Kualitas Air dan Pencemaran Air Peraturan pemerintah tentang kualitas air dan pencemaran air yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sesuai PP No. 82 Tahun 2001 Pasal 8, Baku Mutu Kelas 1 , yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku untuk air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama untuk kegunaan tersebut. Sesuai Lampiran PP No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas: Mutu Air Kelas 1 mencakup beberapa tolak ukur mutu, yaitu:

1) Chemical Oxygen Demand (COD) maksimum 10 mg/liter, 2) Biochemical Oxygen Demand (BOD) maksimum 2 mg/liter, 3) Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 50 mg/liter, 4) Konsentrasi oksigen terlarut minimum 6.0 mg/liter,

5) Konsentrasi besi maksimum 0.3 mg/liter, 6) Konsentrasi mangan maksimum 0.1 mg/liter.

Terkait dengan pengendalian pencemaran air tertuang pada PP No. 82 Tahun 2001 pasal 18 ayat 2, Pemerintah Propinsi melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air lintas Kabupaten/Kota dan ayat 3, Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengendalian pencemaran air pada sumber air yang berada pada Kabupaten/Kota.

pengelolaan sumber daya air sesuai UU No. 7 tahun 2004, yaitu pengendalian pencemaran air.

2.5.3. Peraturan Pemerintah tentang Kualitas Air dan Pencemaran Air Peraturan pemerintah tentang kualitas air dan pencemaran air yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Sesuai PP No. 82 Tahun 2001 Pasal 8, Baku Mutu Kelas 1 , yaitu air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku untuk air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama untuk kegunaan tersebut. Sesuai Lampiran PP No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas: Mutu Air Kelas 1 mencakup beberapa tolak ukur mutu, yaitu:

1) Chemical Oxygen Demand (COD) maksimum 10 mg/liter, Chemical Oxygen Demand (COD) maksimum 10 mg/liter, Chemical Oxygen Demand 2) Biochemical Oxygen Demand (BOD) maksimum 2 mg/liter, Biochemical Oxygen Demand (BOD) maksimum 2 mg/liter, Biochemical Oxygen Demand 3) Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 50 mg/liter,

(15)

 

2.5.4. Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Limbah B3

Setiap kegiatan industri dalam hal ini pengolahan air baku menjadi air minum diwajibkan mengelola limbah yang dihasilkan. Limbah dari IPA harus diuji karakteristik dan uji toksikologi untuk mengidentifikasi apakah limbah tersebut sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya). Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Peraturan pemerintah tentang pengelolaan limbah B3 yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah B3 ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi Toxic Concentration Leaching Procedure (TCLP) pencemar organik dan anorganik.

Tabel 2.2. Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah

No. Parameter Unit Baku Mutu

1. Arsenic As mg/liter 5.0

2. Barium Ba mg/liter 100.0

3. Boron Ba mg/liter 500.0

4. Cadmium Cd mg/liter 1.0

5. Chromium Cr mg/liter 5.0

6. Copper Cu mg/liter 10.0

7. Free Cyanide CN mg/liter 20.0

8. Fluoride F mg/liter 150.0

9. Lead Pb mg/liter 5.0

10. Mercury Hg mg/liter 0.2

11. Nitrate + Nitrite NO3 + NO2 mg/liter 1,000.0

12. Nitrite NO2 mg/liter 100.0

13. Selenium Se mg/liter 1.0

14. Silver Ag mg/liter 5.0

15. Zinc Zn mg/liter 50.0

Sumber : Lampiran II PP No. 85 Tahun 1999

2.5.5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup tentang Limbah Cair

Baku mutu air limbah nasional telah ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup didasarkan pada teknologi pengolahan air limbah terbaik yang mampu dilaksanakan oleh setiap sektor industri di Indonesia. Keputusan Menteri terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya. Penentuan sifat racun untuk identifikasi limbah B3 ini dapat menggunakan baku mutu konsentrasi Toxic Concentration Leaching Procedure (TCLP) pencemar organik dan anorganik.

Tabel 2.2. Baku Mutu TCLP Zat Pencemar dalam Limbah

No. Parameter Unit Baku Mutu

1. Arsenic As mg/liter 5.0

2. Barium Ba mg/liter 100.0

3. Boron Ba mg/liter 500.0

4. Cadmium Cd mg/liter 1.0

5. Chromium Cr mg/liter 5.0

6. Copper Cu mg/liter 10.0

7. Free Cyanide CN mg/liter 20.0

8. Fluoride F mg/liter 150.0

9. Lead Pb mg/liter 5.0

10. Mercury Hg mg/liter 0.2

11. Nitrate + Nitrite NO3 + NO2 mg/liter 1,000.0

12. Nitrite NO2 mg/liter 100.0

(16)

 

 

Negara Lingkungan Hidup tentang pengelolaan limbah cair yang terkait penanganan residu dari instalasi pengolahan air adalah Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 Tahun 1995, yaitu Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri. Sesuai Lampiran C dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51/MENLH/10/1995, baku mutu limbah cair ditetapkan sejumlah parameter antara lain:

- pH dalam rentang 6.0 – 9.0 - COD maksimum 100 mg/liter - BOD maksimum 50 mg/liter

- Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 200 mg/liter

2.5.6. Peraturan Daerah tentang Limbah Cair

Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Peraturan Daerah dapat menetapkan baku mutu air limbah daerah dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari baku mutu air limbah nasional yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup untuk diberlakukan di wilayah yang menjadi kewenangannya. Peraturan daerah di tingkat kabupaten/kota tentang pengelolaan limbah cair yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Daerah Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri.

Dalam Peraturan Daerah Walikota Tangerang No, 16 Tahun 2009 tersebut, definisi baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang ke dalam sumber air dari suatu jenis usaha dan/atau kegiatan. Residu dari IPA dikategorikan dalam baku mutu air limbah untuk kegiatan industri pengolahan air bersih/air minum/air mineral, dan pabrik es.

Sesuai Lampiran I Perda Walikota No. 16 Tahun 2009, Tahapan operasional implementasi Baku Mutu Air Limbah Industri meliputi dua bagian, yaitu:

- Target operasional I, dilaksanakan selama 5 (lima) tahun pertama sejak dikeluarkannya Peraturan Daerah ini dengan mengimplementasikaan Baku Mutu Air Limbah Industri I.

- BOD maksimum 50 mg/liter

- Kandungan Total Suspended Solids (TSS) maksimum 200 mg/liter

2.5.6. Peraturan Daerah tentang Limbah Cair

Pemerintah Propinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota melalui Peraturan Daerah dapat menetapkan baku mutu air limbah daerah dengan ketentuan sama atau lebih ketat dari baku mutu air limbah nasional yang ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup untuk diberlakukan di wilayah yang menjadi kewenangannya. Peraturan daerah di tingkat kabupaten/kota tentang pengelolaan limbah cair yang diterapkan terkait dengan penanganan residu dari IPA, yaitu Peraturan Daerah Walikota Tangerang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Baku Mutu Air Limbah Industri.

Dalam Peraturan Daerah Walikota Tangerang No, 16 Tahun 2009 tersebut, definisi baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemaran yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang ke dalam sumber air dari suatu jenis usaha dan/atau kegiatan. Residu dari IPA dikategorikan dalam baku mutu air limbah untuk kegiatan industri pengolahan air

(17)

 

- Target operasional II, dilaksanakan selama 5 (lima) tahun berikutnya setelah Target Operasional I selesai dengan mengimplementasikaan Baku Mutu Air Limbah Industri II.

Selain penetapan baku mutu air limbah, Ada 2 (dua) peraturan yang diberlakukan terkait dengan pengelolaan air limbah di kota Tangerang yaitu:

- Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 18 Tahun 2003 tentang ijin Pembuangan Limbah Cair.

- Peraturan Walikota Tangerang Nomor 18 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah.

Tabel 2.3. Baku Mutu Air Limbah Industri untuk Industri Pengolahan Air

No. Parameter Baku Mutu Air Limbah Unit

Konsentrasi dalam Limbah Cair

Baku Mutu I Baku Mutu II

1. pH - 6.0 - 9.0 6.0 - 9.0

2. COD mg/liter 300 100

3. TSS mg/liter 200 150

4. Sisa Klor mg/liter 1.0 1.0

5. Aluminium mg/liter 5.0 2.0

6. Besi mg/liter 10.0 5.0

7. Sulfat mg/liter 800 700

8. Debit air limbah maksimum liter/m3 60 60 Sumber : Lampiran II Peraturan Walikota Tangerang No. 16 Tahun 2009

2.6. Metoda Pengolahan Lumpur dan Kriteria Perencanaan

Berbeda dengan limbah lumpur dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik yang banyak mengandung endapan organik dan nutrien seperti nitrogen dan fosfor, residu dari IPA memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:

- Sebagian besar mengandung presipitasi senyawa alum dan besi dengan campuran material organik dan anorganik serta presipitasi hidroksida.

- Kandungan TSS yang tinggi.

Pembuangan dan Pemanfaatan Air Limbah.

Tabel 2.3. Baku Mutu Air Limbah Industri untuk Industri Pengolahan Air

No. Parameter Baku Mutu Air Limbah Unit

Konsentrasi dalam Limbah Cair

Baku Mutu I Baku Mutu II

1. pH - 6.0 - 9.0 6.0 - 9.0

2. COD mg/liter 300 100

3. TSS mg/liter 200 150

4. Sisa Klor mg/liter 1.0 1.0

5. Aluminium mg/liter 5.0 2.0

6. Besi mg/liter 10.0 5.0

7. Sulfat mg/liter 800 700

8. Debit air limbah maksimum liter/m3 60 60 Sumber : Lampiran II Peraturan Walikota Tangerang No. 16 Tahun 2009

2.6. Metoda Pengolahan Lumpur dan Kriteria Perencanaan

(18)

 

 

- Kandungan nutrien yang rendah.

- Dalam sejumlah kejadian kandungan logam-logam berat dalam batas tidak normal.

- Lumpur hasil koagulasi ini yang secara alami sulit untuk diproses penghilangan kadar air dari lumpurnya (proses sludge dewatering).

Ada berbagai metoda pengolahan yang secara praktis umumnya diterapkan untuk mengolah residu dari instalasi pengolahan air minum. Metode pengolahan lumpur, dan pembuangan untuk residu dari instalasi pengolahan air minum (IPA) secara garis besar terbagi menjadi 4 (empat) tahapan seperti pada Gambar 2.5. berikut.

Gambar 2.5. Diagram Alir Sistem Pengolahan Lumpur

Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

























minum (IPA) secara garis besar terbagi menjadi 4 (empat) tahapan seperti pada Gambar 2.5. berikut.







 







 



 





(19)



Fungsi dari bagian-bagian tersebut adalah sebagai berikut:

1) Sludge Thickening

Sludge thickening adalah proses peningkatan konsentrasi lumpur dengan cara menjadikan lumpur menjadi lebih pekat. Bangunan proses yang dipakai pada sistem sludge thickening ini adalah Lamellar Thickener.

Lamellar thickener merupakan bak berbentuk lingkaran atau segi empat, dan memiliki prinsip kerja sama dengan bak sedimentasi dimana pengendapan lumpur terjadi secara gravitasi. Kriteria perencanaan untuk Lamellar Thickener diketengahkan pada Tabel 2.4. terlampir.

Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan dari Lamellar Thickener

No. Deskripsi Nilai Kriteria yang Ditetapkan 1. Resirkulasi lumpur 10 – 25%

2. Kedalaman air 4.5 – 5 meter

3. Waktu detensi 4 – 8 jam

4. Hydraulic loading 30 – 60 m3 /m2 /hari 5. Solids loading 200 – 500 kg SS/m2/hari 6. Konsentrasi padatan hasil

pemekatan 3 – 5% DS

7. Solids capture 85 – 95%

Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

Gambar 2.6. Prinsip Pengaliran dari Lamellar Thickener

Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

Lamellar Thickener diketengahkan pada Tabel 2.4. terlampir.

Tabel 2.4. Kriteria Perencanaan dari Lamellar Thickener

No. Deskripsi Nilai Kriteria yang Ditetapkan 1. Resirkulasi lumpur 10 – 25%

2. Kedalaman air 4.5 – 5 meter

3. Waktu detensi 4 – 8 jam

4. Hydraulic loading 30 – 60 m3 /m2 /hari 5. Solids loading 200 – 500 kg SS/m2/hari 6. Konsentrasi padatan hasil

pemekatan 3 – 5% DS

7. Solids capture 85 – 95%

Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

(20)

 

 

2) Sludge Conditioning

Sludge Conditioning adalah proses pengkondisian lumpur dengan penambahan bahan-bahan kimia agar mudah diproses pada pengolahan lumpur selanjutnya.

Sludge Conditioning dengan penggunaan bahan-bahan kimia dapat dilakukan dengan dua macam bahan kimia:

- Penambahan koagulan - Penambahan polimer

Kriteria perencanaan untuk penambahan koagulan seperti besi (III) klorida atau FeCl3 (konsentrasi larutan 15-20%) untuk pengkondisian lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit sludge dewatering:

- pH mencapai 6.5 – 7.0.

- Dosis pembubuhan : 20 – 40 kg koagulan tiap ton Dry Solids (DS).

- Pengadukan sempurna agar koagulan dan lumpur tercampur homogen.

Kriteria perencanaan untuk penambahan polimer (konsentrasi larutan 0.1%) untuk pengkondisian lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit sludge dewatering:

- pH dalam rentang 6.5 – 9.0.

- Dosis pembubuhan : 2 – 6 kg polimer tiap ton DS.

- Waktu kontak pembubuhan adalah minimum 2 menit.

- Pengadukan sempurna agar polimer dan lumpur tercampur homogen.

3) Sludge Dewatering

Sludge Dewatering adalah proses pengurangan atau penghilangan kadar air dari lumpur hingga didapatkan lumpur padat dengan kadar padatan di atas 20% DS. Bangunan proses yang digunakan dalam proses sludge dewatering adalah Centrifuge atau Decanter.

Prinsip kerja dari decanter atau centrifuge adalah menggunakan gaya sentrifugal untuk pemisahan antara padatan dengan cairan. Dalam solid bowl centrifuge, lumpur yang masuk kedalam mangkok berputar dengan Kriteria perencanaan untuk penambahan koagulan seperti besi (III) klorida atau FeCl3 (konsentrasi larutan 15-20%) untuk pengkondisian lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit sludge dewatering:

- pH mencapai 6.5 – 7.0.

- Dosis pembubuhan : 20 – 40 kg koagulan tiap ton Dry Solids (DS).

- Pengadukan sempurna agar koagulan dan lumpur tercampur homogen.

Kriteria perencanaan untuk penambahan polimer (konsentrasi larutan 0.1%) untuk pengkondisian lumpur, agar lumpur mudah diolah di unit sludge dewatering:

- pH dalam rentang 6.5 – 9.0.

- Dosis pembubuhan : 2 – 6 kg polimer tiap ton DS.

- Waktu kontak pembubuhan adalah minimum 2 menit.

- Pengadukan sempurna agar polimer dan lumpur tercampur homogen.

(21)



aliran konstan. Dimana kemudian akibat putaran, dan gaya sentrifugal terjadi pemisahan antara lumpur dan cairan dan terbentuk lumpur padat, yang keluar pada bagian outlet, dan air jernih berupa “centrate” keluar pada bagian outlet yang lain.

Dengan pengolahan awal sludge thickening dan sludge conditioning, kadar padatan dalam lumpur padat setelah diolah dalam sebuah unit decanter adalah 20 – 25% DS untuk limbah lumpur dari instalasi pengolahan air.

Gambar 2.7. Prinsip dari Decanter

Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

4) Sludge Disposal/Pembuangan Akhir

Ada tiga kriteria untuk pembuangan akhir lumpur yang harus dipenuhi, yaitu:

- Padatan lumpur bukan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3).

- Pemanfaatan lumpur tidak mencemari air tanah dan air permukaan.

- Pembuangan lumpur tidak menimbulkan gangguan debu, bau dan estetika lainnya terhadap masyarakat.

Gambar 2.7. Prinsip dari Decanter

Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)

(22)

 

 

Residu dari IPA yang banyak mengandung unsur alum, dan besi tidak dikategorikan sebagai limbah B3, pembuangan akhir padatan lumpur dapat dilakukan dengan 2 (dua) metode:

1) Landfilling

Pembuangan padatan lumpur aman dibuang sebagai material urugan ke lahan-lahan terbuka. Padatan lumpur yang dipersyaratkan adalah lumpur dengan kandungan 20 – 40% DS, sehingga lebih mudah untuk dipadatkan. Untuk landfilling, lumpur padatan tidak boleh digunakan untuk urugan dari bangunan struktural.

2) Land Application

Padatan lumpur aman untuk ditebar di permukaan lahan-lahan pertanian sekaligus memberikan keuntungan agronomis, dan sebagai urugan di lahan-lahan pinggiran untuk reklamasi lahan.

2.7. Pendanaan Proyek

Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibangun oleh konsorsium PT. ABC (PT. ABC nantinya merupakan “sister company” dari PT. TKCM) dan PDAM TKR dengan skema kerja sama BOT. PT. ABC ini yang akan menyediakan sejumlah dana yang diperlukan bagi investasi di proyek ini, dan pihak PDAM TKR yang menyediakan aset lahan bagi rencana proyek ini.

Struktur pendanaan investasi proyek direncanakan akan dibiayai oleh modal sendiri, dan pinjaman dari bank untuk mendapatkan biaya modal optimal, dengan komposisi adalah: Modal Sendiri 30% dan Pinjaman 70%. Modal sendiri akan disediakan oleh konsorsium PT. ABC yang terdiri dari PT. Tanah Alam Makmur dan PT. Tirta Bangun Nusantara. Dimana andil dari pendanaan masing- masing adalah PT. Tanah Alam Makmur (PT. TAM) sebesar 72% dan PT. Tirta Bangun Nusantara (PT. TBN) sebesar 28%. Kebutuhan kredit jangka panjang diasumsikan selama 8 tahun untuk masa repayment. Skema pendanaan proyek Pengolahan Limbah Lumpur dapat dilihat pada Gambar 2.8. pada halaman berikut.

untuk urugan dari bangunan struktural.

2) Land Application

Padatan lumpur aman untuk ditebar di permukaan lahan-lahan pertanian sekaligus memberikan keuntungan agronomis, dan sebagai urugan di lahan-lahan pinggiran untuk reklamasi lahan.

2.7. Pendanaan Proyek

Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibangun oleh konsorsium PT. ABC (PT. ABC nantinya merupakan “sister company” dari PT. TKCM) dan PDAM TKR dengan skema kerja sama BOT. PT. ABC ini yang akan menyediakan sejumlah dana yang diperlukan bagi investasi di proyek ini, dan pihak PDAM TKR yang menyediakan aset lahan bagi rencana proyek ini.

Struktur pendanaan investasi proyek direncanakan akan dibiayai oleh modal sendiri, dan pinjaman dari bank untuk mendapatkan biaya modal optimal, dengan komposisi adalah: Modal Sendiri 30% dan Pinjaman 70%. Modal sendiri akan disediakan oleh konsorsium PT. ABC yang terdiri dari PT. Tanah Alam

(23)

 

Gambar 2.8. Struktur Pendaanaan Investasi Pengolahan Limbah Lumpur Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

2.8. Pengoperasian Proyek Instalasi Pengolahan Limbah Lumpur

Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibiayai, dibangun dan dioperasikan oleh pihak konsorsium PT. ABC dengan skema BOT. Sebagai penggantian atas biaya pembangunan proyek oleh pihak konsorsium, maka PDAM TKR mengizinkan konsorsium PT. ABC untuk mengoperasikan proyek Pengolahan Limbah Lumpur, dan berhak untuk menerima penghasilan dari hasil pengolahan lumpur per-kg lumpur kering dari proyek tersebut, hingga masa tertentu. Hal ini akan dituangkan dalam perjanjian antara konsorsium PT. ABC dengan pihak PDAM TKR. Pada saat berakhirnya masa perjanjian, maka proyek Pengolahan Limbah Lumpur akan dikembalikan kepada PDAM TKR.

Berdasarkan pada Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan No.

96/PMK.06/2007 tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemanfaatan barang milik Negara, pada bagian V butir 3 menyebutkan bahwa Jangka waktu kerjasama pemanfaatan Barang Milik Negara paling lama 30 (tiga puluh) tahun sejak ditandatanganinya perjanjian, dan dapat diperpanjang. Mengacu pada Peraturan tersebut masa konsesi pengoperasian Instalasi Pengolahan Limbah Lumpur oleh pihak konsorsium PT. ABC disepakati bersama selama 15 tahun.

 Gambar 2.8. Struktur Pendaanaan Investasi Pengolahan Limbah Lumpur

Sumber: Hasil olahan penulis (2015)

2.8. Pengoperasian Proyek Instalasi Pengolahan Limbah Lumpur

Proyek Pengolahan Limbah Lumpur ini akan dibiayai, dibangun dan dioperasikan oleh pihak konsorsium PT. ABC dengan skema BOT. Sebagai penggantian atas biaya pembangunan proyek oleh pihak konsorsium, maka PDAM TKR mengizinkan konsorsium PT. ABC untuk mengoperasikan proyek Pengolahan Limbah Lumpur, dan berhak untuk menerima penghasilan dari hasil pengolahan lumpur per-kg lumpur kering dari proyek tersebut, hingga masa tertentu. Hal ini akan dituangkan dalam perjanjian antara konsorsium PT. ABC dengan pihak PDAM TKR. Pada saat berakhirnya masa perjanjian, maka proyek Pengolahan Limbah Lumpur akan dikembalikan kepada PDAM TKR.

Berdasarkan pada Lampiran IV Peraturan Menteri Keuangan No.

96/PMK.06/2007 tentang tata cara pelaksanaan kerjasama pemanfaatan barang

(24)

 

 

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi PT. TKCM
Tabel 2.1.  Sebaran Komposisi Tenaga Kerja PT. TKCM
Gambar 2.3.   Skema Proses Bisnis Kerjasama Pengelolaan IPA Cikokol  Sumber: Hasil olahan penulis (2015)
Gambar 2.4.  Diagram Alir  Proses IPA Cikokol  Sumber: Laporan Akhir: Review Studi Kelayakan Sistem Pengolahan Lumpur IPA Cikokol (2013)
+7

Referensi

Dokumen terkait

bengolahan data pada sistem komputer yang berhubungan dengan proses aritmatika. Untuk dapat meningkatkan kecepatan proses perkalian yang dilakukan oleh prosesor, maka

Dengan penggunaan nilai minimum support 0.25 dan minimum confidence 0.5 didapatkan 35 rule yang dapat digunakan sebagai rekomendasi pemilihan mata kuliah pilihan, dengan

Keterangan : Dimohon membawa dokumen Asli yang datanya dimasukan dalam isian dokumen penawaran dan kualifikasi sesuai dengan dokumen yang di upload/diunggah melalui website

2) Bapak dan Ibu dosen serta staf pengajar Program Magister Manajemen Universitas Bakrie yang telah memberikan sumbangsih keilmuannya kepada kami. 3) Bapak Sri Hascaryo,

Divisi Layanan Telekomunikasi dan Informasi Badan Usaha I mempunyai tugas melakukan penyiapan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi Kewajiban Pelayanan

Bandar-bandar di Malaysia kini sedang mengalami proses perbandaran yang pesat dengan melibatkan pelbagai aktiviti ekonomi, pergerakan barangan dan manusia serta

limbah cair tersebut. Selanjutnya, air luapan dari ruangan media filter dialirkan ke ruang resapan. .. Instalasi Pengolahan Limbah Cair Domestik..  Biasanya dibangun

Hal ini tidak hanya dalam artian mengentaskannya dari kondisi yang memproduksi si miskin tersebut dan para miskin lainnya, melainkan juga melawan kondisi tersebut yang