• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MUATAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDIT FADHILAH PEKANBARU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MUATAN MATEMATIKA DI KELAS IV SDIT FADHILAH PEKANBARU"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

SDIT FADHILAH PEKANBARU

OLEH

INDAH RAHAYU DEWI SAPITRI NIM. 11810823343

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1444 H/2023 M

(2)

SDIT FADHILAH PEKANBARU

Skripsi

diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

INDAH RAHAYU DEWI SAPITRI NIM. 11810823343

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1444 H/2023 M

(3)

i

(4)

ii

(5)

iii

(6)

iv

rahmat, nikmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sehingga dapat dipersembahkan kepada pembaca yang cinta akan ilmu pengetahuan.

Atas berkah Allah SWT penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Muatan Matematika Kelas IV SDIT Fadhilah Pekanbaru”

Karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang penulis miliki, maka dengan tangan terbuka dan hati yang lapang penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput bantuan serta dukungan dari berbagai pihak.

Terima kasih kepada kedua orang tua Ayahku tercinta Mutiali yang telah menjadi ayah yang hebat yang selalu berusaha memberikan semua yang terbaik untuk putrinya semoga dengan karya kecil ini putrimu bisa membuat mu insyaAllah bangga dan tersenyum, dan ibu Lupiati yang selalu mendukung dan memberikan perhatian kecil serta kasih sayangnya yang membuat putrimu ini bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini dan telah mendoakan penulis hingga terkabulkan salah satu doanya yaitu telah selesai penulis dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi (S1). Terima kasih untuk kedua orangtua yang selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Usaha penulis tidak berarti apa- apa tanpa doa dan kasih sayang Allah dan kedua orang tua. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa membahagiakan orang tua dan keluarga. Aamiin ya Robbal Alamin. Kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Hairunnas Rajab, M.Ag., selaku Rektor UIN SUSKA Riau, Wakil Rektor I Ibu Dr. Hj. Helmiati, M.Ag., Wakil Rektor II Bapak Dr. H.

(7)

v

M.Ag., Wakil Dekan I Dr. H. Zarkasih, M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Hj.

Zubaidah Amir M.Z., M.Pd., dan Wakil Dekan III Dr. Amirah Diniaty, M.Pd.Kons.

3. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau H. Subhan, M.Ag.

4. Ibu Melly Andriyani, M. Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, sekaligus selaku Penasehat Akademik dan Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh studi di almamater tercinta UIN Suska Riau.

6. Tenaga kependidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Staf Jurusan S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Bapak Zuhri Azhari, S.Sos yang telah memberikan bantuan di bidang administrasi selama masa perkuliahan, dan seluruh Staf Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang memberikan pelayanan dan fasilitas berharga kepada penulis dalam penyusunan Skripsi ini.

7. Bunda Faiza Mufida, M. A., selaku kepala sekolah SDIT Fadhilah Pekanbaru yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini.

8. Bunda Siti Aminah, S.Pd., selaku Wali Kelas IV Mekkah SDIT Fadhilah Pekanbaru.

9. Terima kasih kepada keluargaku, orang tua tersayang Ayah Mutiali, Ibu Lupiati, dan Adik-adikku Mutiara Bunda dan Afif Ahwal Syakban beserta keluarga besar saya yang telah memberikan semangat yang tak pernah putus dalam menyelsesaikan studi.

(8)

vi

Ema Agustin) yang senantiasa memberikan support-nya selama penyusun skripsi.

12. Teman-teman seperjuangan PGMI angkatan 2018 terkhusus PGMI A yang sudah 9 semester ini bersama saling mendukung, memberi saran, dan semangat kepada penulis.

13. Teman-teman seperjuangan kuliah kerja nyata (KKN) di desa Karya Indah Kecamatan Tapung.

14. Kepada tim PPL SDIT Fadhilah Pekanbaru yang telah memberikan pengalaman dan menjadi bagian dari semangat penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Rekan-rekan yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membentu dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Semoga Allah SWT meridhoi dan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis berharap skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan manfaat bagi kita semua serta menjadi amal shaleh di sisi Allah SWT. Aamiin..

Wassalam’alaikumWr. Wb

Pekanbaru, 30 November 2022 Penulis

Indah Rahayu Dewi Sapitri

NIM. 11810823343

(9)

vii

Alhamdulillahirabbil’alamin

Sujud syukurku persembahkan kepadaMu ya Allah, Tuhan Yang Maha Agung Dan Maha Tinggi, Atas kehadiranmu saya bisa menjadi pribadi yang beriman,

semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal untuk masa depanku..

hari takkan indah tanpa mentari dan rembulan, begitu juga hidup takkan indah tanpa tujuan dan harapan apalagi tanpa ada sebuah tantangan. Meski

terkadang berat bahkan sangat berat namun manisnya hidup justru akan terasa, apabila semuanya terlalui dengan baik meski harus memerlukan sebuah

pengorbanan.

Kusembahkan karya kecil ini untuk cahaya hidup yang selalu ada dalam suka maupun duka, selalu setia mendapingi saat lemah tak berdaya tapi keluarga besar selalu ada untuk putri mu syukron kepada yang malaikat tak bersayap Ibunda tercinta Lupiati dan Ayahanda tercinta Mutiali yang selalu mendoakan putrimu dalam sujudnya. Setulus hatimu, sekuat tenagamu telah membesarkan serta kasih sayang selama kalian hidup, diantara perjuangan dan tetesan doa malam mu dan sebait do’a telah merangkul diriku, menuju hari depan cerah.

Kepada saudara terkasihku

Syukron untuk semuanya yang telah mengisi hari-hari ini dan tidak banyak menuntut, wahai saudaraku…..

Tak lupa pula kuucapkan terima kasih banyak kepada para tenaga pendidik..

Yang senantiasa selau sabar mendidik penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi, tanpa ilmu bapak/ibu, mungkin skripsi ini tidak terselesaikan dengan

baik

Thanks for all…..yang tidak bisa disebut satu persatu, yang ada pernah atau tidak pernah singgah dalam hidup penulis pati kalian sangat bermakna dalam

penulis.

(10)

viii

meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas IV SDIT Fadhilah Pekanbaru.

Penelitian ini tertujuan untuk mendiskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada mata pelajaran matematika melalui model pembelajaran team assisted individualization di kelas IV SDIT Fadhilah Pekanbaru. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang subjeknya adalah 1 orang guru dan dan 30 siswa dan objek penelitiannya adalah model pembelajaran team assisted individualization dan kemampuan pemecahan masalah matematika. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dan tiap siklus terdiri dari 3 pertemuan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, tes dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu dengan analisis deskriptif kualitatif dengan persentase.

Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa sebelum tindakan masih rendah, dimana 6 orang siswa atau 20% berada pada kategori baik, 5 orang siswa atau 16.67% berada pada kategori cukup, 11 orang siswa atau 36.67% berada pada kategori kurang, dan 8 orang siswa atau 26.67% berada pada kategori sangat kurang. Kemudian setelah dilakukan tindakan perbaikan melalui model pembelajaran team assisted individualization pada siklus I kemampuan pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan, dimana 4 orang siswa atau 13.33% berada pada kategori baik sekali, 8 orang siswa atau 26.67% pada kategori baik, 15 orang siswa atau 50% pada kategori cukup dan 3 orang siswa atau 10% pada kategori kurang. Pada siklus II kemampuan pemecahan masalah m a t e m at i k a siswa mengalami peningkatan s ecara s ignifikan dibandingkan siklus I. Pada siklus ini 14 orang atau 46.67% berada kategori baik sekali, 9 orang siswa atau 30% pada kategori baik dan 7 orang siswa atau 23.33% pada kategori cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran team assisted individualization dapat meningkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SDIT Fadhilah Pekanbaru.

Kata kunci: Model Pembelajaran Team Assisted Individualization, Kemampuan Pecahan Masalah Matematika

(11)

ix

ةليضف ةسردمب عبارلا لصفلا يف تايضايرلا ةدام ورابنكب ةلماكتملا ةيملاسلإا ةيئادتبلاا

ذيملاتلا تاردق ةيقرت فصو لىإ فدهي ثحبلا اذى ةدام في ةيضايرلا تلاكشلما لح ىلع

ميلعت جذونم للاخ نم تايضايرلا درفتلا

ةدعاسبم قيرفلا

ةيئادتبلاا ةليضف ةسردبم عبارلا لصفلا في

.تلاكشلما لح ىلع ذيملاتلا تاردق فعضب عوفدم ثحبلا اذىو .ورابنكب ةلماكتلما ةيملاسلإا و دحاو سردم هدارفأو .يئارجإ ثبح وى ثحبلا اذىو ٣٠

ةليضف ةسردبم عبارلا لصفلا في اذيملت

ميلعت جذونم وعوضومو .ورابنكب ةلماكتلما ةيملاسلإا ةيئادتبلاا درفتلا

ةدعاسبم قيرفلا

تاردقو

ةرود لكلو ،ينترودلا في هؤارجإ تمو .تلاكشلما لح ىلع ذيملاتلا ٣

ةمدختسم تاينقتو .تاءاقل

ةينقتو .قيثوتو رابتخاو ةظحلام تانايبلا عملج يفيك يفصو ليلتح تانايبلا ليلحتل ةمدختسم

تاردق نأب فرع ،تانايبلا ليلتحو ثحبلا ةجيتن ىلع ءانبو .ةيوثلما ةبسنلاب ٨

لح ىلع ذيملات

وأ ءارجلإا لبق تلاكشلما ٢٦.٦٧

و ،فيعض ىوتسم في نوكت ٪ ١١

وأ اذيملت ٣٦.٦٧

نوكت ٪

و ،فيعض ىوتسم في ٥

وأ ذيملات ١٦.٦٧

م ىوتسم في نوكت ٪ و ،لوبق

٦ وأ ذيملات ٢٠

٪

ميلعت جذونم قيبطت دعبو .ديج ىوتسم في نوكت درفتلا

ةدعاسبم قيرفلا

ىلع ذيملاتلا تاردق تقرت ،

كانى نأ ثيح لىولأا ةرودلا في تلاكشلما لح ٤

وأ ذيملات ١٣.٣٣

ىوتسم في متهاردق نوكت ٪

و ،ادج ديج ٨

وأ ذيملات ٢٦.٦٧

و ،ديج ىوتسم في نوكت ٪ ١٥

اذيملت وأ ٥٠ في نوكت ٪

و ،لوبقم ىوتسم ٣

وأ ذيملات ١٠

لكشب تقرت ةيناثلا ةرودلا فيو .فيعض ىوتسم في نوكت ٪

تاردق نأ يأ ،لىولأا ةرودلا نم رثكأ ١٤

وأ تلاكشلما لح ىلع اذيملت ٤٦.٦٧

في نوكت ٪

و ،ادج ديج ىوتسم ٨

وأ ذيملات ٢٦.٦٧

و ،ديج ىوتسم في نوكت ٪ ٧

وأ ذيملات ٢٣.٣٣

٪

في نوكت لىإ تلاكشلما لح ىلع ذيملاتلا تاردق تلصو ةيناثلا ةرودلا يفف .لوبقم ىوتسم

ميلعت جذونم قيبطت نأب جتنتسا ،كلذل .ةددلمحا حاجنلا فادىأ درفتلا

ةدعاسبم قيرفلا

تاردق يقري

ةيئادتبلاا ةليضف ةسردبم عبارلا لصفلا في تايضايرلا ةدام في ةيضايرلا تلاكشلما لح ىلع ذيملاتلا ا .ورابنكب ةلماكتلما ةيملاسلإ

ةيساسلأا تاملكلا ميلعت جذومن :

درفتلا ةدعاسمب قيرفلا

تلاكشملا لح ىلع تاردق ،

(12)

x

Mathematical Problem Solving Ability on Math Subject at the Fourth Grade of Islamic Integrated Elementary School Fadhilah Pekanbaru

This research aimed at describing the increase of student’s mathematical problem solving ability through the implementation of Team Assisted Individualization learning model at the fourth grade of Islamic Integrated Elementary School Fadhilah Pekanbaru. It was Classroom Action Research where the subjects were a teacher and 30 students, and the objects were Team Assisted Individualization learning model and mathematical problem solving ability. This research was conducted for two cycles, and every cycle comprised three meetings. The techniques of collecting the data were observation and documentation. While the technique of analyzing the data was descriptive analysis with percentage. The research findings and data analysis showed that student’s mathematical problem solving ability before the improvement action still on lower level, where 6 students or 20% were on good category, 5 students or 16.67% were on enough category, 11 students or 36.67% were on poor category, and 8 students or 26.67%

were on very poor category. After conducting the improvement action through the implementation of Team Assisted Individualization learning model in the first cycle, student’s mathematical problem solving ability increased, where 4 students or 13.33% were on very good category, 8 students or 26.67% were on good category, 15 students or 50% were on enough category, and 6 students or 20%

were on good category. In the second cycle, student’s mathematical problem solving ability increased significantly compared to first cycle. In this cycle 14 students or 46.67% were on very good category, 9 students or 30% were on good category, and 7 students or 23.33% were on enough category. Therefore, it could be concluded that the implementation of Team Assisted Individualization learning model could increase student’s mathematical problem solving ability at the fourth grade of Islamic Integrated Elementary School Fadhilah Pekanbaru.

Keywords: Team Assisted Individualization Learning Model, Mathematical Problem Solving Ability

(13)

xi

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Defenisi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Kerangka Teoritis ... 10

B. Kerangka Berpikir ... 20

C. Penelitian Relevan.... ... 22

D. Indikator Keberhasilan ... 23

E. Hipotesis Tindakan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Rancangan Penelitian ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 32

(14)

xii

D. Hasil Pengujian Hipotesis ... 94

BAB V PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan... 95

B. Saran ... 96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(15)

xiii

Table III.3 Pedoman Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah ... 35

Tabel IV.1 Profil Sekolah SDIT Fadhilah ... 38

Tabel IV.2 Keadaan Guru SDIT Fadhilah ... 39

Tabel IV.3 Keadaan Siswa/siswa SDIT Fadhilah ... 41

Tabel IV.4 Hasil Kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah Sebelum Tindakan ... 42

Tabel IV.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 1 ... 49

Tabel IV.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 2 ... 51

Tabel IV.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 3 ... 53

Tabel IV.8 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 1, 2 dan 3 ... 55

Tabel IV.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1 ... 57

Tabel IV.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 2 ... 58

Tabel IV.11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 3 ... 59

Tabel IV.12 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan 1, 2 dan 3 ... 60

Tabel IV.13 Hasil Kemampuan Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus I ... 61

Tabel IV.14 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 1 ... 71

Tabel IV.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 2 ... 73

Table IV.16 Hasil Observasi Aktivitas Guru Pertemuan 3 ... 75

Tabel IV.17 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru Pertemuan Pertemuan 1 , 2 dan 3 ... 77

Tabel IV.18 Aktivitas Siswa Pertemuana 1 ... 79

Tabel IV.19 Aktivitas Siswa Pertemuan 2 ... 80

Tabel IV.20 Aktivitas Siswa Pertemuan 3 ... 81

(16)

xiv

Table IV.24 Rekapitulasi Kemampuan Kemampuan Pemecahan

Masalah Siklus I dan II ... 85 Table IV.25 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ... 88 Table IV.26 Rekapitulasi Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ... 89 Table IV.27 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Kemampuan Pemecahan

Masalah Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II ... 92 Table IV. 28 Rekapitulasi Hasil Kemampuan Kemampuan

Pemecahan Masalah ... 93

(17)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 Bagan Kerangka Berpikir ... 21 Gambar III. 1 Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 28 Gambar IV. 1 Grafik Rekapitulasi Aktivitas Guru

Siklus I dan Siklus II ... 88 Gambar IV. 2 Grafik Rekapitulasi Aktivitas Siswa

Siklus I dan Siklus II ... 90 Gambar IV. 3 Grafik Rekapitulasi Hasil Pemahaman Kemampuan

Pemecahan Masalah Sebelum Tindakan, Siklus I dan

Siklus II ... 93 Gambar IV. 4 Grafik Peningkatan Tes Kemampua Pemecahan

Masalah Sebelum Tindakan, Siklus I Dan 2 ... 94

(18)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ... 99

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1 ... 107

Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 2 ... 112

Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 3 ... 117

Lampiran 5 Materi Siklus I ... 122

Lampiran 6 Ulangan Siklus I ... 125

Lampiran 7 Pedoman Penskoran Siklus I ... 126

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1 ... 128

Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 2 ... 134

Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 3 ... 139

Lampiran 11 Materi Siklus II ... 144

Lampiran 12 Ulangan Siklus I ... 146

Lampiran 13 Pedoman Penskoran Siklus I ... 147

Lampiran 14 LKPD Siklus I Pertemuan 1 ... 150

Lampiran 15 LKPD Siklus I Pertemuan 2 ... 153

Lampiran 16 LKPD Siklus I Pertemuan 3 ... 156

Lampiran 17 LKPD Siklus II Pertemuan 1 ... 159

Lampiran 18 LKPD Siklus II Pertemuan 2 ... 162

Lampiran 19 LKPD Siklus II Pertemuan 3 ... 165

Lampiran 20 Indikator Penilaian Observasi Aktivitas Guru ... 168

Lampiran 21 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Sebelum Tindakan ... 170

Lampiran 22 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Siklus I ... 172

Lampiran 23 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Siklus II ... 174

Lampiran 24 Dokumentas ... 176

(19)

xv BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika berasal dari akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science), mathenein yang artinya belajar (berpikir).

Berdasarkan asal katanya, maka matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekan dari hasil eksperimen atau hasil observasi, matematikan terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran (Russeffendi ET, 2006:148)1. Untuk menyelesaikan masalah perlu pemikiran yang mendalam itu muncul dari akibat berfikir manusia. Sebagai muslim tentu kita sudah mengetahui bahwa banyak ayat Al-Qur'an yang memerintahkan manusia untuk berpikir.

Sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur`an Surat Al - Araf ayat 176

ِلَثَوَك ٗهُلَثَوَف ُُۚهى ٰىَه َعَبَّتاَو ِضْزَ ْلْا ىَلِا َدَلْخَا ٗٓٗهَّنِكٰلَو بَهِب ُهٰنْعَفَسَل بَنْئِش ْىَلَو َيْيِرَّلا ِمْىَقْلا ُلَثَه َكِل ٰذ ْْۗثَهْلَي ُهْكُسْتَت ْوَا ْثَهْلَي ِهْيَلَع ْلِوْحَت ْىِا ُِۚبْلَكْلا َصَقْلا ِصُصْقبَف ُۚبَنِتٰيٰبِب اْىُبَّرَك َى ْوُسَّكَفَتَي ْنُهَّلَعَل َص

Artinya: “Dan sekiranya Kami menghendaki niscaya Kami tinggikan (derajat)nya dengan (ayat-ayat) itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan mengikuti keinginannya (yang rendah), maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga). Demikianlah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir.”

1 Mimi Hariyani. Konsep Dasar Matematika, (Pekanbaru: Benteng Media, 2018), hlm. 1- 2.

1

(20)

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ada pada sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika yang diajarkan di sekolah memiliki peran penting dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan nasional.2 Tujuan pembelajaran matematika menurut Kemendikbud 2013 yaitu:

1. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

2. Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

3. Memperoleh hasil belajar yang tinggi.

4. Melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis karya ilmiah.

5. Mengembangkan karakter siswa.3

Kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik biasanya disebut juga dengan pemecahan masalah sistematis.

Pemecahan masalah sistematis adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan peserta didik kepada suatu masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan. Di mana dalam pemecahan masalah sistematis ini peserta didik didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berpikir secara sistematis (mengerjakan selangkah demi selangkah) dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.

2Melly Andriani & Mimi Hariyani, Pembelajaran Matematika SD/MI, (Pekanbaru:Benteng Media, 2013), hlm. 13

3Kemendikbud, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum ,(Jakarta: Kemendikbud, 2013), hlm. 13.

(21)

Menyelesaikan pemecahan masalah sistematis, peserta didik diberi kesempatan untuk bekerja secara sistematis, peserta didik banyak melakukan latihan- latihan dan guru memberi petunjuk secara menyeluruh. Dengan menggunakan pemecahan masalah sistematis, peserta didik dilatih tidak hanya mengetahui apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, tetapi juga dilatih untuk menganalisis soal, mengetahui secara pasti situasi soal, besaran yang diketahui dan yang ditanyakan serta perkiraan jawaban soal.

National Council Of Teacher of Mathematics (NCTM) tahun 2000 menetapkan lima kemampuan matematis dalam pembelajaran matematika yaitu: penalaran matematis, representasi matematis, koneksi matematis, komunikasi matematis, dan pemecahan masalah matematis. Kelima kemampuan matematis tersebut sangat penting untuk dikuasai terkait kebutuhan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.4

Pemecahan masalah merupakan kopetensi yang harus dimiliki siswa.

dalam matematika. Teorema atau rumus lahir dari pemecahan masalah seperti teorema thales muncul karena permasalahan mengukur tinggi piramid di Mesir pada abad ke 6 SM seorang ahli yang bernama Thales. Ia memecahkan masalah dengan mengukur mengukur piramid mesir dengan mengunakan bayangan untuk menghitung tinggi piramid tersebut.5 Jadi pemecahan masalah dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada dalam kehidupan manusia.

4Yunus Abidin, Tita Mulyati, Hana Yunansah, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca dan Menulis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2017), hlm. 99.

5 Achmad Hidayatullah, "Mengenal Thales dan Geometri", diakses dari https://ibtimes.id/mengenal-thales-dan-geometri/ diakses dari pada tanggal 01 Januari 2022 pukul 23:31.

(22)

Untuk dapat mengerti apa yang dimaksud dengan kemampuan pemecahan masalah, kita harus memahami tentang kemampuan pemecahan masalah. Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian untuk melakukan suatu tugas khusus dalam kondisi yang ditentukan.

Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI) masalah adalah suatu yang harus diselesaikan (dipecahkan).6

Berdasarkan wawancara yang dilaksanakan peneliti di SDIT Fadhilah Pekanbaru diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah belajar matematika masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut:

1. Ketika mengerjakan soal pemecahan masalah dari 30 siswa 21 orang (70%) yang tidak dapat menyusun langkah-langkah pemecahan masalah.

2. Ketika mengerjakan soal pemecahan masalah dari 30 siswa 22 orang (73.33%) yang tidak dapat menyelesaikan soal pemecahan masalah.

3. Ketika mengerjakan soal dari 30 orang 24 orang (80%) yang tidak dapat memeriksa kembali kebenaran jawaban dalam soal yang telah mereka kerjakan. 7

Berdasarkan gejala tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan dalam memecahkan masalah siswa dalam mengerjakan soal cerita masih dikategorikan rendah. Padahal guru telah melakukan beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran Matematika, diantaranya:

6Tim Penyusun, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hlm. 562.

7 Sumber data hasil olahan observasi di kelas IV Mekkah pada observasi awal: 7 Maret 2022. Siti Aminah, S.Pd.

(23)

1. Guru menjelaskan materi secara berulang-ulang kepada siswa.

2. Guru menampilkan beberapa media sesuai dengan materi pembelajaran.

3. Guru menggunakan metode tanya jawab dengan membimbing siswa untuk mampu mengerjakan soal cerita. Tetapi upaya tersebut belum berhasil dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.8

Usaha ini memang membuahkan hasil, akan tetapi peningkatan yang diharapkan belum singnifikan. Setelah melakukan refleksi dan diskusi dengan guru kelas dibawah arahan dosen pembimbing, peneliti menyimpulkan bahwa strategi ini yang guru gunakan dalam proses belajar kurang tepat, sehingga daya serap dan pemahaman terhadap materi yang diberikan kurang maksimal.

Setelah membaca beberapa literatur dan hasil penelitian yang relevan peneliti tertarik untuk menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe Team assisted Individualization adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang kondusif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Ana Kurniati dalam tesisnya mengatakan: “hasil belajar pada aspek kemampuan pemecahan masalah meningkat menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization dengan hasil belajar pada aspek kemampuan pemecahan masalah dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.”9

8 Sumber data hasil wawancara dengan wali kelas IV Mekkah pada observasi awal: 7 Maret 2022. Siti Aminah, S.Pd.

9Ana Kurniati, Efektivitas Penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah matematika Peserta Didik kelas VII SMPN 1 Ngadirejo Temanggung, Semarang, thesis Unesa, 2007, hlm. 62.

(24)

Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual dan akan lebih efektif digunakan untuk kegiatan pembelajaran untuk pemecahan masalah. Ciri khas pada tipe Team Assisted Individualization ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Karena masalah dalam pembelajaran matematika yang diuraikan di atas dan menariknya model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization serta memperhatikan kemampuan pemecahan masalah yang harus dicapai peserta didik tersebut, maka peneliti tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas IV SDIT Fadhilah Pekanbaru”.

B. Definisi Masalah

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami judul penelitian ini, maka diperlukan adanya penegasan istilah. Judul penelitian ini berkaitan dengan istilah antara lain:

(25)

1. Model pembelajaran Team Assisted Individualization

Model pembelajaran Team Assisted Individualization menurut Siswanto dan Palupi merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan antara belajar kelompok dengan belajar individu, model pembelajaran yang memperioritaskan diskusi dalam kelompok dan tidak melupakan manfaat dalam pendampingan secara individu. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara mandiri dalam menyelesaikan masalah. Proses pembelajaran diawali dengan belajar secara individu terhadap materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru sebelumnya, kemudian siswa diberi latihan soal dan dikerjakan secara mandiri/individual. Selanjutnya hasil belajar individual dibawa ke kelompok, kelompok yang sudah dibentuk untuk di diskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.10

2. Kemampuan pemecahan masalah

Kemampuan pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam matematika, kemampuan pemecahan masalah harus dimiliki oleh siswa untuk menyelesaikan soal-soal berbasis masalah.

Pemecahan masalah merupakan tujuan umum dalam pembelajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya matematika artinya kemampuan

10Ujiati Cahyaningsih “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika, Jurnal Cakrawala Pendas Vol. 4 No.1 Edisi Januari 2018, hlm. 3.

(26)

pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah perlu di dimajukan kemampuan keterampilan memahami masalah, memuat model matematika, menyelesaikan masalah dan menerangkan penyelesian sebuah masalah11

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan gejala-gejala di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization dapat Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah pada Mata Pelajaran Matematika di Kelas IV SDIT Fadhilah Kota Pekanbaru?”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization pada mata pelajaran Matematika di kelas IV Makkah SD IT Fadhilah.

2. Manfaat Penelitian a. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk mengetahui model pembelajaran yang tepat efektif dan efisien untuk

11 Fadjar Shadiq, Belajar Memecahkan Masalah Matematika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014). hlm. 1-2.

(27)

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika.

b. Bagi siswa

Hasil penelitian ini memberikan manfaat dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini memberikan manfaat kepada sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan pada sekolah yang bersangkutan dan sekolah-sekolah lain pada umumnya.

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi peneliti karena penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan penyelesaian sarjana pendidikan SI di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, dan menambah wawasan peneliti dalam proses belajar mengajar.

(28)

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola suatu pembelajaran yang nantinya dapat membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran dikelas atau diluar kelas untuk mencapai tujuan secara efisien.12 Untuk mencapai tujuan secara efisien maka model- model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan.

Model pembelajaran merupakan perencanaan atau pedoman yang digunakan di kelas dalam proses pembelajaran agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk dalam tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.

2. Team Assisted Individualization

Team Assisted Individualization ini dikembangkan oleh Slavin.

Menurut Siswanto dan Palupi13 Team Assisted Individualization

12Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru (Jakarta:

PT.Raja Grafindo, 2010), hlm. 2.

13Ujiati Cahyaningsih. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika. Jurnal Cakrawala Pendas. Media Publikasi pada Bidang Pendidikan Dasar. ISSN:

2579-4442. Vol 5 No. hlm. 46.

10

(29)

merupakan model pembelajaran yang menyatukan belajar kelompok dengan belajar individual, model pembelajaran yang mengutamakan diskusi dalam kelompok dan tidak melupakan manfaat besar dalam pendampingan secara individu. Ciri khas pada tipe Team Assisted Individualization ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru.

Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization adalah sebuah gabungan pembelajaran bersama atau kelompok dan pengajaran secara perorangan dan pribadi.14 Dengan pembelajaran kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam satu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya.

Menurut Slavin, model pembelajaran Team Assisted Individualization memiliki delapan komponen. Delapan komponen tersebut adalah sebagai berikut15 :

a. Teams yaitu setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang secara heterogen.

14Risnawati,Strategi Pembelajaran Matematika, (Suska Pres, Pekanbaru, 2008), hlm. 110.

15Beni Asyhar, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Team Accelerated Instruction dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII. Jurnal Tadris Matematika STAIN Tulungagung. 2011. hlm.

4.

(30)

b. Placement test yaitu pemberian pre-tes berupa soal uraian kepada siswa atau melihat nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada materi tertentu.

c. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.

d. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang dilaksanakan oleh setiap kelompok dan membantu teman yang mengalami kesulitan serta guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.

e. Student Creative yaitu siswa mengerjakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya serta saling mengecek jawaban teman. Siswa diberikan tes formatif setiap akhir sub materi pokok dan tes unit setelah satu materi pokok selesai.

f. Team Scores and Team Recognition yaitu memberi skor pada setiap kelompok terhadap hasil kerja kelompok dan memberi penghargaan kepada kelompok yang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

g. Facts Test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan materi pembelajaran.

h. Whole-Class Units yakni setelah pembahasan selesai, guru menghentikan program individual dalam menyelesaikan tes.

(31)

3. Langkah langkah pembelajaran Team Assisted Individualization

Dalam pembelajaran tipe Team Assisted Individualization memiliki langkah-langkah yaitu sebagai berikut:16

a. Guru menyampaikan materi dan memberikan tugas kepada siswa sebagai tes awal.

b. Guru membentuk beberapa kelompok secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dengan tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) yang berbeda-beda.

c. Guru memberikan tugas kelompok yang diselesaikan secara individu.

d. Siswa diminta bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara individu.

e. Setelah selesai mengerjakan tugas, siswa diminta untuk mengoreksi hasil pekerjaan teman satu kelompoknya dan mencari penyelesaian yang benar.

f. Secara bersama, guru dan siswa melakukan perhitungan nilai dari tugas kelompok yang diberikan.

g. Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru bisa berupa pujian atau hadiah.

Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam Team Assisted Individualization, Robert E. Slavin (dalam Kurniati 2007:25) adalah sebagai berikut:

16Beni Asyhar, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization dan Team Accelerated Instruction dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII. Jurnal Tadris Matematika STAIN Tulungagung. 2011.hlm.

4.

(32)

a. Team (kelompok) siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang peserta didik dengan kemampuan yang berbeda (heterogen).

b. Tes Penempatan siswa diberi tes di awal pertemuan, kemudian siswa disesuaikan dengan nilai yang diperoleh dalam tes, sehingga diperoleh kelompok yang heterogen dalam kelompok.

c. Langkah-langkah Pembelajaran.

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization

Kelebihan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization yaitu:

a. Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah.

b. Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam suatu kelompok.

c. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dalam keterampilannya.

d. Adanya rasa tanggung jawab dalam kelompok dalam menyelesaikan masalah.

Di samping kelebihan, model pembelajaran Team Assisted Individualization juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan model pembelajaran ini yaitu:

a. Siswa yang kurang pandai secara tidak langsung akan menggantung pada siswa yang pandai.

b. Tidak semua materi dapat diterapkan pada metode ini.

(33)

c. Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru kurang baik maka proses pembelajarannya juga berjalan kurang baik.

d. Adanya anggota kelompok yang pasif dan tidak mau berusaha serta hanya mengandalkan teman sekelompoknya.

5. Manfaat Model Pembelajaran Team Assisted Individualization

Dari pengertian Team Assisted Individualization di atas, dapat diambil manfaatnya dari model ini. Model Pembelajaran Team Assisted Individualization secara tidak langsung mengajak siswa untuk berperan aktif mengemukakan pendapat, memberi usul dan saran, melakukan kontrak belajar antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dan saling membantu antara siswa satu dengan siswa mengenai cara bekerjasama dalam satu tim. Model pembelajaran ini bermanfaat untuk melatih kerjasama dalam memecahkan masalah, mengurangi sifat egois, belajar menghargai pendapat teman, melatih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas.

6. Kemampuan Pemecahan Masalah

a. Definisi Kemampuan Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan komponen yang sangat penting dalam matematika, secara umum, dapat dijelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan proses penerapan pengetahuan (Knowledge) yang telah diperoleh siswa sebelumnya keadaan situasi yang baru. Pemecahan masalah juga merupakan aktivitas yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena tujuan belajar yang

(34)

ingin dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.17

Menurut Gagne pemecahan masalah adalah tipe belajar yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya. Menurut Cooney menyatakan bahwa selanjutnya pemecahan masalah adalah tindakan yang dilakukan oleh guru agar siswa termotivasi untuk menerima tantangan yang ada pada pertanyaan (soal) dan memberi arahan kepada siswa dalam proses pemecahannya.18 Agar tujuan dapat tercapai, maka harus dilakukan berbagai macam kegiatan pembelajaran matematika, baik dari segi pendekatan, strategi belajar mengajar, maupun model pembelajaran yang digunakan. Tujuan tercapai apabila siswa telah memiliki sejumlah kemampuan bidang matematika.

b. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Dalam teori Gagne terdapat langkah dalam pemecahan masalah, antara lain:19

1) Menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas.

2) Menyajikan dalam bentuk yang operasional (dapat dipecahkan).

3) Menyusun hipotesis alternatif pemecahan.

4) Mengetes hipotesis untuk memperoleh hasilnya.

17Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Prenada Media Group, 2013), hlm. 185

18Fadjar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi, Diklat Instruksi Pengembangan Matematika tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm. 10.

19Hendrian ddk, Hard Skills dan Soft Skills Matematika Siswa, (Bandung: Refika Aditama, 2017), hlm. 45.

(35)

5) Memeriksakan kembali.

Beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai berikut:20

1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang dinyatakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.

2) Merumuskan masalah matematika atau menyusun model matematika.

3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan maslaah baru) dalam atau diluar matematik.

4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuatu masalah asal.

5) Menggunakan matematika secara bermakna.

Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah menurut Polya yang dikutip oleh (Ariani, Hartono, & Hiltrimartin, 2017) adalah:

1) Memahami masalah.

2) Merencanakan penyelesaian masalah.

3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana.

4) Memeriksa kembali hasil atau jawaban.21

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah merupakan aspek penting pendidikan untuk siswa dan penekanan lebih besar hendaknya ditempatkan pada strategi-

20Noviarni, Perencanaan Pembelajaran Matematika dan Aplikasinya, (Pekanbaru:

Benteng Media, 2014), hlm. 18.

21 Ariani, S., Hartono, Y., & Hiltrimartin, C. (2017). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Strategi AbduktifDeduktif Di Sma Negeri 1 Indralaya Utara. 3(1), 25–34.

(36)

strategi pemecahan masalah dan pengintegrasian strategi kedalam pengalaman-pengalaman siswa.

Pada penelitian ini, siswa akan dibiaskan dengan soal-soal yang telah dirancang berdasarkan indikator pemecahan masalah yang ada.

Berdasarkan pendapat beberapa para ahli diatas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa indikator kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan pada penelitian ini adalah indikator pemecahan masalah yang dikemukakan Polya alasan peneliti mengembangkan indikator pemecahan masalah menurut Polya yaitu indikator tersebut sesuai untuk diterapkan di kelas IV SD.

c. Hubungan Antara Model Pembelajaran Team Assisted Individualization dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

Pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization ini dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1995. Menurut Widyanti, T (2006) Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual dan kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.22

Pemecahan masalah merupakan bagian terpenting dalam kegiatan pembelajaran matematika. Untuk memecahkan soal cerita, terlebih dahulu peserta didik mampu memahami masalah tersebut.

22Karim, Aulia Anshariyah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) Untuk Melatih Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.

Volume 4 No. 1, April 2016 hlm. 61.

(37)

Kemudian mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang hendak dicari, serta mampu membuat model matematikanya. setelah itu, peserta didik merencanakan penyelesaian masalah. Kemudian mengaplikasikannya sehingga memperoleh penyelesaian. Langkah terakhir adalah mengevaluasi hasil yang dicapai dan memberi kesimpulan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik adalah pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI). TAI merupakan bentuk model pembelajaran kooperatif, yaitu peserta didik belajar secara kelompok dan guru memberikan materi yang mudah dipahami peserta didik, setelah itu guru memberikan LKK (Lembar Kerja Kelompok) kemudian didiskusikan bersama kelompok. Model pembelajaran ini dibuat dengan beberapa alasan. Pertama, tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Kedua, tipe ini memberikan tekanan pada efek sosial dari pembelajaran kooperatif. Ketiga, TAI ini disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar peserta didik secara individual. Melalui model ini, interaksi peserta didik tumbuh kemampuan berpikir peserta didik berkembang. Dewi Nurrizki, ddk. dalam jurnalnya mengatakan

“Mengatakan bahwa ada pengaruh yang singnifikan saat

(38)

mengguanakan model pembelajaran Team Assisted Individualization dengan Pemecahan Masalah”.23

Dari beberapa uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization dengan kemampuan pemecahan masalah matematika mempunyai hubungan yang signifikan. Dan dengan pembelajaran Team Assisted Individualization siswa diberi kesempatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi kemudian dapat menyelesaikan dengan berbagi antara kelompok lain mengenai masalah yang sedang dipecahkan.

B. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran matematika peserta didik akan mengalami suatu proses berpikir aktif dan guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan.

Dalam hal pelajaran matematika, salah satu hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam menyampaikan suatu materi adalah metode pembelajarannya. Setiap siswa mempunyai daya serap menerima pelajaran yang berbeda-beda. Adapun model pembelajaran yang dipilih peneliti adalah pembelajaran Team Assisted Individualization, model pembelajaran ini cukup variatif dan juga menjadi alternatif dalam pembelajaran matematika. Selain itu matematika bertujuan untuk melatih daya pikir, pemahaman, penalaran, komunikasi, dan kreativitas siswa serta dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

23 Dewi Nurrizki dkk, Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Jurnal Pendidikan FKIP Universitas Langlangbuana Bandung. Volume. 14, No. 2, 2016 hlm. 61

(39)

Disamping itu, dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah suatu masalah matematika, siswa memerlukan kemampuan pemecahan masalah matematika. Dengan menggunkan model pembelajaran Team Assisted Individualization berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah.

Gambar II.1

Kerangka Pemikiran dengan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization

Pembelajaran dengan model Team Assisted Individualization

Aktivitas Siswa

1) Siswa mengerjakan tes awal yang telah diberikan oleh guru.

2) Siswa dibentuk beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

3) Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru secara individu 4) Siswa bertanggung jawab

menyelesaikan tugas yang diberikan guru

5) Siswa diminta untuk mengoreksi hasil pekerjaan teman satu kelompoknya dan mencari penyelesaian yang benar.

6) Secara bersama, guru dan siswa melakukan perhitungan nilai dari tugas kelomopok yang diberikan 7) Siswa yang mendapat nilai tertinggi

mendapatkan penghargaan dari guru. Aktivitas Guru

1) Guru akan memberikan tes awal sebagai pengukur untuk menempatkan pada kelompoknya 2) Guru membentuk kelompok yang

terdiri dari 4-5 peserta didik.

3) Guru memberikan tugas kelompok untuk diselesaikan secara individu 4) Guru meminta siswa untuk

bertanggung jawab menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara individu

5) Guru meminta siswa saling mengoreksi hasil pekerjaan teman satu kelompoknya dan mencari penyelesaian yang benar.

6) Guru melakukan perhitungan nilai kelompok dilaksanakan setelah para siswa diberikan tes akhir

7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan nilai tertinggi.

Kemampuan Pemecahan Masalah

(40)

C. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut

1. Penelitian ini dilakukan oleh Ade Mustika Andari, dengan judul: “ Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Negeri 028 Kubang Jaya Kabupaten Kampar

“Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis pada mata pelajaran matematika sebelum melakukan tindakan yaitu 20%.

Setelah diadakan siklus I ternyata berpikir kritis siswa mengalami peningkatan dengan dua kali pertemuan angka tersebut mengalami peningkatan menjadi 40%. Sedangkan pada siklus II dengan dua kali pertemuan berpikir kritis siswa meningkat menjadi 53%.

Persaman penelitian yang dilakukan oleh Ade Mustika Andari ini sama-sama menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization di tingkat sekolah dasar. Adapun penelitian peneliti meningkatkan kemampuan Pemecahan Masalah matematika siswa pada tingkat SD/MI. sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ade Mustika Andari adalah mengetahui peningkatan kemampuan Berpikir Kritis siswa.

2. Penelitian ini dilakukan oleh Feni Putri Maliona dengan judul: “ Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Mata Pembelajaran Matematika Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 165

(41)

Pekanbaru”. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika sebelum tindakan dilakukan yaitu 17,14 %. Setelah diadakan siklus I ternyata kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan dengan dua kali pertemuan angka tersebut mengalami peningkatan menjadi 65,71% sedangkan pada siklus II dengan dua kali pertemuan kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat menjadi 98,10%.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Feni Putri Maliona dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan kemampuan pemecahan masalah di tingkat sekolah dasar. Sedangkan perbedaan terletak pada model pembelajaran. Adapun penelitian peneliti menggunakan model pembelajaran Team Assisted Individualization pada tingkat SD/MI. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Feni Putri Maliona adalah model pembelajaran Problem Based Learning.

D. Indikator Keberhasilan 1. Indikator Kinerja

a. Aktivitas guru

Indikator kinerja aktivitas guru dengan model Team Assisted Individualization adalah sebagai berikut:

1) Guru akan memberikan tes awal sebagai pengukur untuk menempatkan pada kelompoknya.

2) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 peserta didik.

(42)

3) Guru memberikan tugas kelompok untuk diselesaikan secara individu.

4) Guru meminta siswa untuk bertanggung jawab menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara individu.

5) Guru meminta siswa saling mengoreksi hasil pekerjaan teman satu kelompoknya dan mencari penyelesaian yang benar.

6) Guru melakukan perhitungan nilai kelompok dilaksanakan setelah para siswa diberikan tes akhir.

7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok dengan nilai tertinggi.

Target yang ingin dicapai dalam aktivitas guru adalah keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization mencapai minimal 70% dari seluruh aktivitas guru terlaksanakan dengan baik.

b. Aktivitas siswa

Indikator aktivitas siswa dengan model Team Assisted Individualization adalah sebagai berikut:

1) Siswa mengerjakan tes awal yang telah diberikan oleh guru.

2) Siswa dibentuk beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

3) Siswa mengerjakan tugas kelompok yang diberikan guru secara individu.

4) Siswa bertanggung jawab menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

(43)

5) Siswa diminta untuk mengoreksi hasil pekerjaan teman satu kelompoknya dan mencari penyelesaian yang benar.

6) Secara bersama, guru dan siswa melakukan perhitungan nilai dari tugas kelompok yang diberikan.

7) Siswa yang mendapat nilai tertinggi mendapatkan penghargaan dari guru.

2. Indikator kemampuan siswa dalam pemecahan masalah

Indikator kemampuan siswa dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

1) Siswa mampu menuliskan/menyebutkan informasi-informasi yang diberikan dari masalah yang diajukan.

2) Siswa memiliki rencana pemecahan masalah dengan membuat model matematika dan memilih suatu strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.

3) Siswa mampu menyelesaikan masalah dengan strategi yang ia gunakan dengan hasil yang benar.

4) Siswa mampu memeriksa kembali kebenaran dari hasil atau jawaban.

Terdapat 4 indikator yang akan dinilai untuk menentukan kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa. Sedangkan keberhasilan untuk penelitian ini, apabila siswa mencapai kategori pemecahan masalah dengan persentase 50 % sesuai dengan ketetapkan pada setiap indikator kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai kualifikasi kemampuan pemecahan masalah dengan kategori minimal baik.

(44)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori dan uraian tentang hubungan model pembelajaran Team Assisted Individualization dengan kemampuan pemecahan masalah, maka hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

model pembelajaran Team Assisted Individualization dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SDIT Fadhilah Kota Pekanbaru.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah satu orang guru dan tiga puluh orang siswa kelas IV SDIT Fadhilah. Sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah Penerapan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Muatan Matematika Kelas IV SDIT Fadhilah.

Variabel pada penelitian ini ada 2 yaitu: Penerapan model pembelajaran Team Assisted Individualization (variable x) dan kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran matematika (variabel Y).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDIT Fadhilah Pekanbaru.

Mata Pelajaran yang diteliti adalah Matematika. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2022.

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus dan tiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Agar penelitian ini berhasil dengan baik tanpa hambatan yang mengganggu kelancaran penelitian, maka peneliti menyusun tahap-tahap yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observation), dan

27

(46)

refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai perbaikkan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran di kelas secara lebih profesional.

Suharsimi menyatakan bahwa secara garis besar penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini terdiri dari beberapa siklus. Adapun daur siklus penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebagai berikut:24

Gambar III.1 : Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas

24Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hlm. 16.

SIKLUS II Pelaksanaan Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan Refleksi

Refleksi

Hasil Penelitian

Pelaksanaan

Pengamatan Refleksi awal

(47)

1. Perencanaan

Dalam perencanaan atau persiapan tindakan ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyusun silabus.

b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

c. Mempersiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran Team Assisted Individualization.

d. Guru meminta teman sejawat sebagai observer.

2. Pelaksanaan Tindakan a. Pendahuluan

1) Guru memberi salam dan menyapa siswa.

2) Guru memperhatikan kesiapan psikis dan fisik siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan menanyakan kabar dan kehadiran siswa.

3) Guru meminta salah seorang siswa untuk memimpin doa sebelum belajar.

4) Guru mengulas kembali materi pelajaran yang lalu.

5) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi kepada siswa.

b. Kegiatan inti

1) Guru menjelaskan materi dan memberi tugas kepada siswa sebagai tes awal.

(48)

2) Guru membentuk kelompok secara heterogen. Kelompok ini terdiri dari 4-5 siswa yang dipilih berdasarkan tes penempatan.

3) Guru memberikan tugas kelompok yang diselesaikan secara individu.

4) Siswa diminta bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru secara individu.

5) Setelah selesai mengerjakan tugas, siswa diminta untuk mengoreksi hasil pekerjaan teman satu kelompoknya dan mencari penyelesaian yang benar.

6) Secara bersama, guru dan siswa melakukan perhitungan nilai dari tugas kelompok yang diberikan.

7) Kelompok yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan dari guru bisa berupa pujian atau hadiah.

c. Kegiatan akhir (penutup)

1) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran.

2) Guru melakukan Evaluasi dengan memberikan soal latihan.

3) Guru memberikan tindak lanjut untuk materi selanjutnya.

4) Guru dan siswa menutup pembelajaran dengan berdoa bersama.

3. Observasi

Dalam pelaksanaan penelitian melibatkan pengamat, tugas dari pengamat tersebut adalah untuk melihat aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung, tujunnya adalah untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Waktu pelaksanaan observasi yang dilakukan

Referensi

Dokumen terkait

ASMAH BT AHMAD SAKRIN

86 Siti Arbainah 4052760662210113 Sejarah Kebudayaan Islam MIS DURIAN LUNJUK Hulu Sungai Tengah ASRAMA HAJI BANJARBARU. 87 Ichsan Sugiharto 8460758659200012 Sejarah Kebudayaan Islam

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan analisis struktural yang difokuskan pada analisis alur, mendeskripsikan situasi kehidupan keagamaan dalam masa

Dari hasil p enelitian y ang telah dilakukan dap at ditarik kesimp ulan: Pertama, bahwa melih at dari berbagai asp ek korp orasi dap at dijadikan subjek delik dalam

Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dengan tahap heuristik, yakni pengumpulan data dari sumber-sumber sejarah sezaman yang berupa karya-karya

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah leadership style dapat secara langsung mempengaruhi management control systemUMKM sektor garmen yang ada di

The final product will be a prototype application which will have a night to day switch algorithm implemented and is able to communicate with a camera to receive data and

Sehingga perlu diketahui hubungan antara perubahan sifat material dan temperatur, distribusi temperatur dan distribusi kekuatan sisa beton, distribusi temperatur dan kandungan