• Tidak ada hasil yang ditemukan

Vol. 03, No. 01, Juli 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Vol. 03, No. 01, Juli 2016"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Vol. 03, No. 01, Juli 2016

t i k e t k e r e t a t o k o b a g u s b e r i t a b o l a t e r k i n i a n t o n n b A n e k a K r e a s i R e s e p M a s a k a n I n d o n e s i a r e s e p m a s a k a n m e n g h i l a n g k a n j e r a w a t v i l l a d i p u n c a k r e c e p t e n b e r i t a h a r i a n g a m e o n l i n e h p d i j u a l w i n d o w s g a d g e t j u a l c o n s o l e v o u c h e r o n l i n e g o s i p t e r b a r u b e r i t a t e r b a r u w i n d o w s g a d g e t t o k o g a m e c e r i t a h o r o r

Table of Contents

Articles

PELAKSANAAN SANKSI ADAT KASEPEKANG (STUDI DI DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM)

UNTITLED

I Gede Hadi Susena, Ni Nyoman Sukerti, I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari

(3)

1

PELAKSANAAN SANKSI ADAT KASEPEKANG (STUDI DI DESA PAKRAMAN ASAK KARANGASEM)

Oleh :

I Gede Hadi Susena Ni Nyoman Sukerti

I Gusti Agung Mas Rwa Jayantiari

Bagian Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Udayana

ABSTRACT

The social sanction of kasepekang (a punishment under balinese customary law) occurring in the Pakraman of Asak, Karangasem is not reflecting a sence of justice for the people affected by the sanction. It can be said that the sanction of kasepekang imposed by the prajuru desa, the village councils, is violating with the community agreement and procedures for sanctioning of kasepekang based on the pararem (product of balinese customary law) which has been agreed upon in a meeting of the village of sabu in the Pakraman of Asak Karangasem.

Therefore, this article will discuss the authority of the prajuru desa in executing the customary sanctions imposed to the krama desa, the community members in the pakraman of Asak, Karangasem, as well as the legal consequences caused when the village councils of prajuru desa proved to be arrogant or to act arbitrarily in imposing the sanction to its people.

The authority of the village councils in imposing sanctions of kasepekang that is must go through the village councils meeting and subsequently to announce it in the meeting of Sabu village. While the legal consequences caused when the village councils of prajuru proved to be arrogant or absolute, they are subject to these sanctions (1) a warning, (2) a reprimand, and (3) a dismissal as village councils. In terms of the legislation, there are indications that the village councils have violated Law Number 39 of 1999 on Human Rights (HAM) particularly the Article 1, paragraph 3, and violating the decision of Main Assembly of Pakraman (MDP) Bali Number: 01/Kep/Psm- 2/MDPBali/X/2007.

Keywords : Execution of Customary Sanctions, Kasepekang.

ABSTRAK

SanksiKasepekang yang terjadi di Desa Pakraman Asak Karangasem tidak mencerminkan rasa keadilan bagi masyarakat yang terkena sanksi tersebut, dapat dikatakan demikian karena sanksi kasepekang yang diterapkan oleh pajuru desa tidak sesuai dengan kesepakatan masyarakat dan tata cara penjatuhan sanksi kasepekang berdasarkan pararem (produk hukum adat Bali) yang sudah di sepakati bersama dalam rapat desa sabu di Desa Pakraman Asak Karangasem.

Oleh karena itu tulisan ini akan membahas kewenangan prajuru desa dalam melaksanakan sanksi adat yang diberikan terhadap krama desa di Desa Pakraman Asak,

(4)

Karangasem, Serta akibat hukum yang ditimbulkan apabila prajuru desa terbukti arogan atau sewenang-wenang dalam memberikan sanksi terhadap krama desa.

Kewenangan prajuru desa dalam menjatuhkan sanksi kasepekang harus melakukan rapat ditingkat keprajuruan dan selanjutnya diumumkan dalam rapat desa sabu. Sedangkan akibat hukum yang ditimbulkan apabila prajuru desa terbukti arogan atau sewenang-wenang dapatdiberikan sanksi (1) peringatan, (2) teguran, dan (3) diberhentikan sebagai prajuru desa. Apabila ditinjau dari peraturan perundang- undangan, ada indikasi bahwa prajuru desa telah melanggar Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) khususnya Pasal 1 ayat 3, serta melanggar keputusan majelis utama desa pakraman (MDP) Bali Nomor: 01/Kep/Psm- 2/MDPBali/X/2007.

Kata Kunci : Pelaksanaan Sanksi Adat, Kasepekang.

I. PENDAHULUAN

Penjatuhan sanksi kasepekang oleh desa adat kepada warganya menunjukkan sikap yang dapat dikatakan arogan atau tidak mencerminkan rasa keadilan dalam menjatuhkan sanksi kepada warganya. Arogansi ini antara lain ditunjukkan dengan sikap kekerasan yang sering menyertai penerapan sanksi kasepekang, padahal sikap demikian bertentangan dengan pandangan hidup adat yang mengajarkan setiap persoalan diselesaikan dengan musyawarah berdasarkan asas-asas hukum adat.1

Pelaksanaan sanksi kasepekangsangat penting untuk diperhatikan, karena penyelewengan atau kesewenang-wenangan sering terjadi dalam penerapan sanksi tersebut. Ditambah dengan kenyataan bahwa penerapan sanksi kasepekang tidak sesuai dengan pararem(produk hukum adat Bali) yang sudah disepakati oleh krama Desa Asak, Karangasem.

Sanksi kasepekang yang diberikan oleh prajuru desa sangat bertentangan dari pararem tersebut. Misalnya dalam sanksi kasepekang disertai dengan sanksi lain, seperti: orang yang berbicara dengan orang yangkasepekang akan dikenai denda.Berarti bukan saja menghukum yang bersalah, tetapi juga menghukum mereka yang tak bersalah terutama orang yang masih ada hubungan kekeluargaan dengan orang yang terkena kasepekang, secara tidak langsung prajuru desa sudah memisahkan tali persaudaraan seseorang.2

1 Tjok Istri Putra Astiti, 2010, Desa Adat Menggugat Dan Digugat, Udayana University Press, Bali, h.59.

2 Wayan Windia, 1995, Menjawab Masalah Hukum, Udayana University Press, Bali, h. 188.

(5)

3

Adapun tujuan penulisan yaitu untuk mengetahui kewenangan prajuru desa dalam melaksanakan sanksi adat yang diberikan terhadap krama desa di Desa Pakraman Asak, Karangasem serta akibat hukum yang ditimbulkan apabila prajuru desa terbukti arogan atau sewenang-wenang dalam memberikan sanksi terhadap krama desa.

II. ISI MAKALAH

2.1 METODE PENELITIAN

Jenis penelitian hukum yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yuridis empiris.3Jenis data yang digunakan penulis adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama di lapangan baik dari responden maupun informan dengan teknik wawancara (interview). Sedangkan Data Sekunder merupakan data yang bersumber dari penelitian kepustakaan.

2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2.1 Kewenangan prajuru desa dalam melaksanakan sanksi adat yang diberikan terhadap krama desa di Desa Pakraman Asak, Karangasem

Tata cara penjatuhan sanksi kasepekang yang diterapkan di Desa Pakraman Asak Karangasem yaitu berdasarkan pararemyang sudah disepakati bersama. Isi dari pararemtersebut yaitu dalam memberikan sanksi kasepekang, yang pertama prajuru desa harus melakukan rapat ditingkat keprajuruan, hasil rapat selanjutnya diumumkan kepada krama desa sabu. Krama desa sabu adalah krama desa yang sudah kawin baik yang berada di desa maupun di perantauan. Dalam rapat tersebut prajuru desa harus bisa mempertimbangkan keputusan krama desa sabu agar dalam menjatuhkan sanksi kasepekang harus berdasarkan musyawarah mufakat dan berpedoman pada asas-asas hukum adat yaitu asas rukun, laras, dan patut.4Penerapan asas rukun dalam menyelesaikan konflik adat dimaksudkan untuk mengembalikan keadaan kehidupan seperti keadaan semula, status dan kehormatannya, serta terwujudnya hubungan yang harmoni sesama krama desa. Pendekatan asas patut dimaksudkan agar penyelesaian konflik adat dapat menjaga nama baik pihak masing-masing, sehingga tidak ada yang merasa diturunkan atau direndahkan status dan kehormatannya selaku krama desa. Dan

3Masnur Muslich Maryaeni, 2013, Bagaimana Menulis Skripsi, Bumi Aksara, Jakarta, h9.

4I Nyoman Sirtha, 2008, Aspek Hukum Dalam Konflik Adat di Bali, Udayana University Press, Bali, h.77.

(6)

pada asas laras yaitu digunakan dalam menyelesaikan konflik adat yang konkret dengan bijaksana sehingga para pihak yang bersangkutan dan masyarakat adat merasa puas.5 Penerapan asas-asas tersebut diatas dimaksudkan agar dalam penyelesaian konflik adat, para pihak bisa mendapatkan win-win solution agar keseimbangan yang terganggu pulih kembali, dan para pihak yang bersengketa dapat berhubungan secara harmonis.

2.2.2 Akibat hukum yang ditimbulkan apabila prajuru desa terbukti arogan atau sewenang-wenang dalam memberikan sanksi terhadap krama desa.

Berdasarkan keterangan I Nengah Putu Kastawan (50), mengatakan bahwa kasus kasepekang yang terjadi di Desa Pakraman Asak kurang memberikan keadilan bagi Nengah Netra (70), Nyoman Kaki Wenga (85) dan, Wayan Semara (53). Dapat dikatakan demikian karena sanksi kasepekang yang di terapkan oleh prajuru desa tidak sesuai dengan pararem dalam penjatuhan sanksi kasepekang di Desa Pakraman Asak, Karangasem, dimana dalam pararem tersebut sanksi kasepekang seharusnya diputuskan berdasarkan musyawarah dalam rapat desa sabu. Namun dalam kasus penjatuhan sanksi kasepekang yang diterapkan di Desa Pakraman Asak, Karangasemprajuru desa hanya melakukan rapat di tingkat keprajuruan saja. (Wawancara Sabtu Tanggal 15 Agustus 2015).

Apabila ditinjau dari Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) ada indikasi bahwa prajuru desa telah melanggar Pasal 1 ayat 3, karena prajuru desa secara langsung maupun tidak langsung telah melakukan diskriminasi terhadap krama desanya. Mulai dari melakukan pengucilan, melarang krama desa menggunakan fasilitas desa, sampai melarang krama desa untuk bergaul kepada krama desa yang dikenakan sanksi kasepekang dan secara tidak langsung prajuru desa sudah memutuskan tali persaudaraan krama desa dalam kehidupan beragama.

Prajuru desajuga sudah melanggar Pasamuhan Agung II Majelis Desa Pakraman (MDP) Bali, yang dituangkan dalam Keputusan Majelis Utama Desa Pakraman (MDP) Bali Nomor: 01/Kep/Psm-2/MDPBali/X/2007, yang menegaskan bahwa melarang sementara penjatuhan sanksi Kasepekang karena kurang mampunya sanksi tersebut dalam menyelesaikan masalah sampai adanya pengertian dan tata cara menjatuhkan sanksi adat tersebut, yang berlaku bagi semua desa pakraman di Bali.

5Ibid, h.79-81.

(7)

5 III. KESIMPULAN

Kewenangan prajurudesa dalam melaksanakan sanksi adat yang diberikan terhadap krama desa di Desa Asak, Karangasem yaitu harus berdasarkan pararem yang sudah disepakati bersama-sama, dimana pararem tersebut berisikan tentang bagaimana tata cara prajuru desa bekerja dalam memperhatikan dan melayani masyarakat serta cara penjatuhan sanksi kasepekangkepada krama desa yang melanggar peraturan- peraturan desa. Akibat apabila prajuru desa terbukti bersalah, prajuru desa dapat diberikan sanksi yaitu : (1) Hukum Peringatan, (2) Teguran, dan (3) diberhentikan sebagai prajuru desa.Dalam menerapkan sanksi kasepekang terhadap krama desa sudah seharusnyaprajuru desa memperhatikanperaturan perundang-undangan, asas kerukunan, keselarasan, dan kepatutan, agar tidak terjadi suatu perselisihan di tengah-tengah masyarakat. Karenaprajuru desa merupakan perangkat desa yang dibentuk oleh bendesa adat yang dalam tugasnya yaitu menyangkut tiga aspek Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan manusia), dan Palemahan (hubungan manusia dengan alam).

DAFTAR PUSTAKA

Putra Astiti, Tjok Istri, 2010, Desa Adat Menggugat dan Di Gugat, Udayana University Press, Bali.

Mariaeni, Masnur Muslich, 2013, Bagaimana Menulis Skripsi, Bumi Aksara, Jakarta.

Sirtha, I Nyoman, 2008, Aspek Hukum Dalam Konflik Adat Di Bali, Udayana University Press, Bali

Windia, Wayan, 1995, Menjawab Masalah Hukum, Udayana University Press, Bali.

Undang-Undang, Nomor 39 Tahun 1999, Undang-Undang Hak Asasi Manusia, Redaksi Sinar Grafika, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tugas akhir ini, dibuat aplikasi steganografi yang bertujuan untuk mengamankan informasi berupa pesan teks dengan menyisipkan (menyembunyikan) kedalam pesan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Metode yang digunakan dalam membangun sistem pendukung keputusan pemilihan makanan bayi 5 tahun adalah Multy Objective Optimitazion On The Basis Of Ratio Analysis

Untuk isolasi secara mekanik, ovarium dicuci dengan medium isolasi (PBS + 1% FCS + 50 µg/ml gentamycin) sebanyak 3 kali, kemudian dicuci kembali dalam medium isolasi sebanyak 3

Jadi setelah kita melaksanakan peraktek tentang pengenalan alat dan bahan di laboratorium kimia kita kita dapat mengetahui nama-nama alat dan bahan serta fungsinya.dan kita

FMEA merupakan suatu metode yang bertujuan untuk mengevaluasi desain sistem dengan mempertimbangkan bermacam-macam mode kegagalan dari sistem yang terdiri dari

Karyawan Collage Restaurant yang memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun sebanyak 9 orang (29.0%), kemudian untuk karyawan yang memiliki masa kerja lebih

Satuan rumah susun adalah rumah susun yang tujuan digunakannya sebagai tempat hunian, dapat berada pada permukaan tanah diatas atau di bawah permukaan tanah,