• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik adalah kegiatan belajar mengajar dengan mengintregasikan materi dan memiliki beberapa tema yang di dalamnya menyangkup subtema. Pada pengembangan kurikulum 2013, Pancasila sebagai falsafat bangsa dan negara menjadi sumber utama dan penentu arah yang akan dicapai dalam sebuah kurikulum. Nilai yang terkandung dalam pancasila adalah nilai-nilai dasar yang dikembangkan dalam kurikulum 2013. Oleh karena itu, kurikulum pada tingkat sekolah dasar perlu diarahkan kepada peningkatan kemampuan dasar, yaitu baca, tulis, dan hitung dan pembentukan karakter.

Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob dan Fogarty dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang mengaitkan beberapa aspek antar mata pelajaran.

Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan scientific yang dimana siswa diharuskan lebih aktif dan kreatif. Untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja (Kemendikbud, 2013). Oleh karena itu dalam suatu proses belajar mengajar di dalam kelas harus mempunyai tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran tematik memiliki model-

14

(2)

model pengajaran yang membuat aktifitas dan kegiatan belajar dalam kelas lebih menyenangkan dan relevan bagi siswa.

Model pemebelajaran tematik adalah suatu inovasi dalam pendidikan ynag tidak mudah untuk dilaksanakann karena memerlukaan penyesuaian diri dan kemauan beradaptasi (Trianto, 2011). Menurut Depdiknas (2013) pemebelajaran tematik membutuhkan seorang guru atau pendidik ynag kreatif baik dalam hal mennyiapkan suatu proses kegatan belajar maupun juga pegalaman belajar bagi siswa, juga dalam memiliih kompetensi dari berbagai macam mata pelajaran dan dapat mengatur agar suatu kegiatan belajara mengajat menjadi lebih bermakna, menariik, dan meyenangkan. Model pembelajaran tematik dapat memudahkan siswa untuk mengetahui, menyerap dan menerima semua mata pelajaran. Model pembelajaran tematik dapat membuat siswa berpikir luar dan mendalam untuk menangkap materi yang diberikan oleh guru.

Jadi menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menyatukan beberapa mata pelajaran dalm satu tema dengan menggunakan model- model pembelajaran interaktif. Pembelajaran tematik mengharapkan siswa agar lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam belajar. Dengan adanya model pembelajaran lebih bermakna, mendalam, menarik dan menyenangkan sehingga dapat mempermudah siswa dalam menyerap informasi yang diberikan. Oleh karena itu guru sangat memerlukan media

(3)

pembelajaran untuk menimbulkan kerjasama dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.

2.1.2 Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Secara umum media dapat diartikan sebagai perantara dari suatu informasi yang bedasal dari sumber informasi untuk diterima oleh penerima. Informasi yang disampaikan bisa berupa apa saja, baik yang bermuatan pendidikan, politik, teknologi maupun informasi yang biasa disebut berta. Media adalah sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dan dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran pada siswa itu sendiri (Suryani dan Agung S, 2012). Sedangkan menurut Mustiqon (2012) pengertian media pembelajaran ada dua macam, yaitu arti sempit dan arti luas. Arti sempit yaitu media yang mempunyai wujud seperti grafik, foto, alat mekanik, dan elektronik yang digunakan untuk menangkap, menyampaikan dan memproses informasi. Adapula arti media dalam arti luas adalah media sebagai kegiatan yang dapat menciptakan kondisi sehingga memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baru.

Meskipun demikian, media hanya sebagai sarana yang mempresentasikan dan menggambarkan dunia dengan komunikasi secara tidak langsung. Sanaky (2013) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah alat yang berfungsi dan digunakan untuk menyampaikan suatu informasi pembelajaran. Media pembelajaran adalah alat bantu yang

(4)

berfungsi untuk menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit dijelaskan sebagai keseluruhan program pembelajaran yang dijelaskan secara verbal (Mustiqon, 2012). Dengan kata lain suatu media pembelajaran dapat digunakan sebagai media utama atau sebagai pelengkap yang digunkana guru untuk menyampaikan pembelajaran.

Dari pendapat diatas, dapat tarik sebuaah kesimpulan bahwa media adalh segala sesuatu bentuk untuk menyampaikan pesan atau informasi dari segala sumber ke penerimaa dalam hal iini kepada peserta didik yang dapat merangsang pikiran, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan para peserta didik di dalam kelas sehigga para peserta didik dapat medapatkan pengetahuan, ketrampilan atau sikap yang sesuai dengan tujuna informasi tersebut ingin disampaiikan. Media pembelajaran sendiri sebagai bentuk dan sarana penyampaian informasi atau materi pembelajaran dan dapat digunakan untuk tujuan pembelajaran dalam menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, terkendali, dan menarik.

b. Tujuan dan Fungsi Media Pembelajaran

Tujuan media pembelajaran menurut Sanaky (2013) sebagai alat bantu pembelajaran adalah untuk:

1. Mempermudah proses sebuah pembelajaran yang herlangsung di dalam kelas;

2. Meningkatkan efisiensi terlaksananya sebuah proses pembelajaran;

(5)

3. Menjaga relevansi antara suatu materi pembelajaran dengan tujuan belajar;

4. Membantu konsentrasi siswa dalam suatu proses pembelajaran.

Fungsi media pembelajaran menurut Sanaky (2013) untuk merangsang suatu proses belajar mengajar dengan:

1. Menghadirkan objek sebenarnya ke dalam kelas;

2. Membuat tiruan dari objek sebenarnya;

3. Membuat konsep abstrak ke konsep lebih konkret;

4. Menyamakan persepsi;

5. Mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah dan jarak;

6. Menyajikan ulang informasi secara konsisten;

7. Memberi suasana belajar untuk siswa agar lebih ymenyenangkan dan menarik sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai banyak tujuan dan fungsi yang mendukung pembelajaran di kelas, fungsi media pembelajaran dapat mengoptimalkan pemilihan media yang digunakan di kelas.

c. Manfaat Media Pembelajaran

Ada beberapa manfaat media pembelajaran menurut Sundayana (2014) antara lain meletakkan daasar-dasar yang konkret untuk berpikir dan mengirangi verbalisme, menarik perhatian siswa, meletakkan dasar- dasar yang penting untuk perkembangan belajar, memberikan pengalaman nyata dan menumbuhkan kegiatan mandiri pada siswa, menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkelanjutan terutama yang terkait dengan

(6)

kehidupan sehari-hari, membantu perkembangan kemampuan berbahasa dan menambah variasi dalam kegiatan pembelajaran.

Adapula manfaat media pembelajaran bagi guru yaitu membantu menarik perhatian dan memotivasi siswa untuk belajar, memiliki pedoman, arahan, dan urutan pengajar yang sistematis, membantu kecermatan dan ketelitian dalam menyampaikan materi pelajaran, membantu menyajikan materi lebih konkret terutama materi pembelajaran yang abstrak seperti matematika, memiliki variasi metode dan media yang digunakan agar pembelajaran tidak membosankan, dan menciptakan suasana yang menyenangkan. Sedangkan manfaat media pembelajaran bagi siswa adalah untuk merangsang rasa ingin tahu untuk belajar, memotivasi siswa untuk belajar baik di kelas maupun secara mandiri, memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran, dan memberikan suasana yang menyenangkan.

Jadi menurut uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media memiliki banyak fungsi baik bagi guru dan siswa, media memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar dan mendorong siswa agar lebih mandiri, kreatif dan dapat pula memotivasi siswa dalam belajar, menambah variasi dalam belajar serta membantu dalam menyampaikan materi yang abstrak.

d. Jenis Media Pembelajaran

Arsyad (2015) mengemukakan bahwa jenis media terdiri dari media berbasis cetakan, visual, audio-visual, dan media komputer.

(7)

1. Media berbasis cetakan adalah buku teks, buku panduan, jurnal, majalah dan lembaran kertas. Contoh yang dapat diperoleh dalam ruang lingkup pembelajaran adalah buku siswa, buku pegangan guru, dan lembar-lembar kegiatan siswa.

2. Media berbasis visual tak jauh berbeda seperti media berbasis cetak.

Visual dapat menimbulkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Sehingga suatu proses belajar mengajar yang memanfaatkan media berbasis visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penerapannya melalui penglihatan saja.

3. Media berbasis audio-visual yaitu dengan cara menyampaikan materi menggunakan mesin mekanis dan elektronik untuk menyampaikan pesan-pesan seperti vidio pembelajaran edukatif, vidio tata cara membuat suatu kerajinan dan lain sebagainya, pengajaran melalui audio-visual menggunakan dan tape recorder. Jadi pembelajaran dengan memanfaatkan audio visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penerapannya melalui penglihatan dan pendengaran.

4. Media berbasis komputer adalah cara memproduksi dan menyaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis digital.

Menurut Arsyad (2010) “simulasi komputer memberikan kesempatan untuk belajar secara dinamis, interaktif, dan perorangan.

Keberhasilan simulasi dipengaruhi oleh tiga faktor: skenario, model dasar, dan lapisan pengajar.”

(8)

Menurut penjelasan dari berbagai sumber yang telah dijelaskan dan tertera diatas, media pembelajaran yang ingin dikembangkan oleh peneliti adalah sebuah media pembelajaran yang terdiri dari jenis media visual, media yang dapat dilihat oleh indera penglihatan, jenis media tersebut yang sering digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

2.1.3 Permainan Ular Tangga

Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau lebih. Di dalam papan permainan terdapat beberapa kotak kecil dan beberapa tangga dan ular yang menghubungan dengan kotak lainnya (Pratiwi Citra Anjani, 2012). Media permainan ular tangga merupakan suatu media yang dikembangkan yang didasarkan pada permainan tradisional dengan menyesuaikan karakteristk para peserta didik dan mempunyai tujuan sebagaai pengatar informasi bagi siswa di dalam suatu proses belajar mengajar. Kelebihan permainan ular tangga yaitu siswa dapat belajar sambil bermain, siswa belajar berkelompok, membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Adapula keunggulan dalam permaiinan ular tangga menurut pendapat dari Rahman Faizal (2010) yaitu permainan ular tangga dapat digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar, para peserta didik di dalam kelas dapat berpartisipasi dalam kesleuruhan proses pemebelajaran secara langsung, permainan ular tanga dapta merangsang para peserta didik dalam proses belajar memecahkan masalah secara berkelompok,

(9)

permainan ini dapat digunakan di dalam kelas maupun di luar kelas dengan baik , permainan mudah di mengerti karena memiliki peraturan permainan yang sederhana. Selain itu terdapat beberapa kelamahan dalam permainan ular tangga sesuai yang dikemukakan oleh Rahman Faizal (2010) yaitu penggunaan permainan ular tangga memerlukan waktu yang cukup lama, kurangnya pemahaman atuuran permainan oleh siswa dapat membuat kegaduhan, bagi seluruh peserta didik atau siswa yang tidak menguasai suatu materi yang diajaskan dengan baik akan mengalami kesulitan dalam bermain dan menjawab pertanyaan.

Berdasarkan dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa media pembelajaran tematik pada kelas II SD menggunakan media permainan ular tangga. Peraturan dan tata cara permainan hampir sama pada umumnya hanya saja dikembangkan sedikit sehingga permainan ini dapat menarik keingintahuan siswa, dalam permainan ular tangga disediakan sejumlah gambar materi, gambar reward dan kartu soal bagi siswa.

2.1.4 Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Anak pada usia 8 tahun lebih menekankan proses belajar yang lebih difokuskan untuk bermain di dalam kelas, sedangkan pada masa Sekolah Dasar juga aspek intelektual sudah harus mulai ditekankan. Ciri- ciri anak kelas rendah yaitu ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah, suka memuji dan dipuji, jika tidak dapat menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan, maka tugas atau pekerjaannya dianggap tidak penting, suka membandingkan dirinya dengan anak lain.

(10)

Sedangkan dalam hal belajar mengajar biasanya anak kelas rendah menggunakan benda-benda konkret, memberikan contoh yang berada di lingkungan sekitar atau kompleks. Selain itu menurut Permendikbud Nomor 57 tahun 2014, perserta didiik senang untuk bergerak, senang untk bermain, senang untku melakukan sesuatu secara langsung dan senang bekerja dalam kelompok pada umumnya merupakan kumpulan karakteristik yang dimiliki anak-anak usia Sekolah Dasar.

Menurut Piaget dalam Sutirna (2013) perkembangan kognitif anak usia 7 - 11 tahun dalam tahap operasi konkret ialah proses berfikir anak harus konkret belum bisa berfikir abstrak. Oleh karenanya, pada masa ini dalam menyelesaikan suatu masalah anak biasanya menggunakan logika yang konkret atau bersifat fisik. Kemudian pada tahap ini pula anak mulai menyusun kategori. Berdasarkan tahap pekembangan anak dapat dibentuk oleh suatu limgkungan anak yamg dapat merangsang segala aspek perkembangan potensi yang di milikinya dan akan menbawa perubaahan apa saja yang diinginkan dalam kebiasaan dan sikap-sikap bagi seorang anak (Hartinah, 2010).

(11)

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan No. Judul dan Nama Identitas

penulis

Persamaan Perbedaan

1. Pengembangan Media Ular Tangga Pintar (ULATPI) Pembelajaran Tematik Paada Tema Pahlawanku untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar oleh Zhian Syahrival Arisandi

1. Menggunakan media

permainan ular tangga.

2. Pembelajaran Tematik Sekolah Dasar

1. Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar 2. Media dengan

ukuran kecil

2. Pengembangan Permainan Ular Tangga sebagai Media Pembelajaran Penjasorkes pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Model Terpadu Madani oleh Hendri Mentara dkk

1. Menggunakan media

permainan ular tangga

1. Untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar 2. Berfokus

pada mata pelajaran Penjasorkes

(12)

dalam memahami materi media

yang kesulitan pembelajaran

mendukung

3. Siswa mengalami 2. Belum tersedia

dalam Kondisi Faktual

Siswa kurang aktif pembelajaran

1.

yang materi

sebuah diberikan.

3. Siswa tidak akan mengalami kesulitan dalam memahami

media yang pembelajaran

mendukung

Kondisi Ideal

1. Siswa sudah berperan aktif dalam pembelajaran

2. Sudah tersedia

PENGEMBANGAN MEDIA ULAR TANGGA TEMATIK PADA TEMA KEBERSAMAAN SUBTEMA KEBERSAMAAN DI

SEKOLAH DASAR 2.3 Kerangka Pikir

Metode: Research and Development.

Model: ADDIE (Analyze, design, development, implementation, evaluation)

Teknik pengumpulan data: Observasi, wawancara, dokumentasi, tes dan angket/kuisioner.

Instrumen Penelitian: Pedoman observasi dan angket

Mengembangkan media ular tangga tematik yang menarik dan edukatif untuk siswa

Siswa membutuhkan media pembelajaran yang interaktif untuk memotivasi belajar siswa serta dapat membantu siswa memahami

materi yang diberikan

Referensi

Dokumen terkait

Swastha (2000) mendefinisikan Lokasi adalah “letak toko atau pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapat memaksimumkan laba. Lokasi adalah tempat toko yang

Kelompok belum berjalan. Dana yang sudah terkumpul di ketua kelompok, masih menumpuk dan belum bergulir karena mekanisme perguliran dana yang belum

2. Pembahasan terlalu sederhana, terutama hubungan GFR dengan fungsi kognitif. Tidak ada juga penjelasan yang membandingkan dengan penelitian selanjutnya. Pada kerangka teori

[r]

Keuntungan lainnya dari pemberian lidokain intracuff adalah keberadaan lidokain dalam cuff bersifat sebagai reservoir, lidokain akan terus menerus berdifusi seiring jalannya

• Merupakan lesi prakanker yang ditandai dengan bercak putih pada mulut yang tidak dapat dikerok dan tidak6. dapat dihubungkan dengan proses penyakit lainnya • Definisi WHO 1997:

Menurut Zulkifli dalam Hanum (2015), dalam buku Pengelolaan Limbah Berkelanjutan , limbah adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi, baik

Sedangkan musim penghujan, nilai selisih dari rata-rata kesalahan setiap individu terkecil terdapat pada metode pembagian tingkat kekeruhan menjadi tiga level, yaitu