• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor peternakan merupakan salah satu strategi dalam memacu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor peternakan merupakan salah satu strategi dalam memacu"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengembangan sektor peternakan merupakan salah satu strategi dalam memacu pertumbuhan ekonomi dan protein dari hewani (daging sapi) pada masa yang akan datang. Selain berguna sebagai sumber penghasilan devisa yang besar, juga merupakan sumber kehidupan bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas usaha tani antar wilayah dalam pengembangan usaha peternakan khususnya sapi potong. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Syukur Iwantoro menyatakan langkah tersebut sebagai upaya untuk bersama mencerdaskan dan memberdayakan peternak untuk mewujudkan kemandirian pangan sumber protein asal ternak, terutama menghadapi pasar Bebas ASEAN 2015 (http://www.m.republika.co.id).

Untuk diketahui mahalnya harga daging sapi bukanlah kesalahan dari pemerintah, pada dasarnya upaya pemerintah dalam menangani kasus yang satu ini sudah cukup baik.

Negara kita merupakan negara tropis yang didalamnya banyak sekali sumber daya yang dapat digali, contoh nya wilayah Karangawen tidak perlu ribet dalam mencari pakan untuk sapi yang digemukan sudah ada. Berbagai jenis pakan alami yang disediakan oleh alam dan teknologi pakan buatan hampir semua limbah pertanian yang dbutuhkan untuk pakan / rasun sapi potong mudah di dapat.

(2)

Setiap perusahaan baik itu dibidang industri, dagang serta jasa pasti tujuan utamanya adalah mencari keuntungan yang memadai. Pada perusahaan industri mengolah bahan mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi sedangkan perusahaan dagang kegiatan utama nya adalah menjual barang. Pada perusahaan jasa kegiatan utamanya memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui jasa yang diberikan (Marcella,2014).

Sebagai kegiatan internal suatu perusahaan, perusahaan mempunyai kegiatan dalam menyajikan laporan keuangan. “Laporan keuangan adalah suatu sumber informasi penggajian yang terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas dari kinerja perusahaan setiap periode sebagai dasar pengambilan keputusan perusahaan untuk diambil suatu tindakan untuk perbaikan kinerja perusahaan” (PSAK nomor 23 (revisi 2009). Oleh karena itu, karakteristik pada perusahaan dagang amat berbeda dengan jasa. Pada perusahaan dagang membeli barang atau produk dan menjual kembali produk tersebut tanpa mengolah produk tersebut. Melalui perbedaan tersebut terdapat perbedaan kegiatan dari masing-masing perusahaan dan transaksi penjualannya.

Laporan keuangan yang lengkap pada umumnya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan penjelasan tambahan lain.

Keadaan keuangan perusahaan tercermin di dalam laporan keuangan. Agar bermanfaat laporan keuangan selain lengkap juga harus andal (reliable). Laporan keuangan dikatakan memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus atau jujur dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat

(3)

disajikan. Laporan keuangan yang disajikan secara wajar dan layak akan memberikan nilai tambah bagi para pemakainya sehingga dapat terhindar dari kerugian akibat kesalahan penyajian informasi.

Pada perusahaan dagang, proses penyusunan laporan keuangan juga merupakan informasi sebagai media komunikasi dan pertanggungjawaban antara perusahaan dan para pemiliknya atau pihak lain. Di perusahaan dagang, yang menjadi sorotan utama adalah pada laporan laba rugi perusahaan. Laporan laba rugi merupakan sumber informasi terpenting untuk mengetahui kinerja suatu Perusahaan dari tahun sebelumnya dan di tahun selanjutnya sebagai dasar pertimbangan perkembangan perusahaan di masa depannya (Harahap,2006).

Pengakuan pendapatan menjadi permasalahan dalam menentukan pendapatan.

Pengakuan pendapatan merupakan saat dimana sebuah transaksi harus diakui sebagai pendapatan perusahaan. Sedangkan pengukuran pendapatan adalah berapa besar jumlah pendapatan yang seharusnya diakui dari setiap transaksi yang terjadi pada suatu periode tertentu. Permasalahan pengakuan dan pengukuran pendapatan saling terkait satu sama lain. Permasalahan ini akan selalu muncul apabila sebuah transaksi berhubungan dengan pendapatan. Pengakuan perli dilakukan pada saat yang tepat atas kejadian suatu ekonomi yang menghasilkan pendapatan, begitu juga jumlah yang diakui haruslah diukur secara tepat dan pasti (Samsu,2013).

Apabila pendapatan yang diakui tidak sama dengan yang seharusnya maka ini berarti pendapatan yang diukur bisa salah (baik itu terlalu besar atau terlalu kecil). Hal ini mengakibatkan informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi tidak tepat dan

(4)

dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan menentukan laba, menentukan cost, menentukan efisien dan efektifitas keuangan oleh pihak manajemen perusahaan sehingga penting sekali dalam pengakuan pendapatan, perusahaan menggunakan suatu standar sebagai acuan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK), khususnya PSAK nomor 23. Standar yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) merupakan suatu pedoman dalam penyusunan laporan keuangan untuk tujuan pelaporan bagi pengguna laporan tersebut. Di dalam PSAK nomor 23 diuraikan dan dijelaskan tentang pengakuan dan pengukuran pendapatan yang dapat digunakan bagi perusahaan - perusahaan (Samsu,2013).

Standar Akuntansi Internasional 41 (IAS 41) mendefinisikan aset biologis sebagai “hewan yang hidup atau tanaman”. Aset biologis adalah salah satu kategori aset.

IAS 41 digunakan semua perusahaan yang menjalankan aktivitas agrikultur. Hewan atau tanaman diakui sebagai aset jika hal itu membawa keuntungan ekonomi di masa mendatang. Yang diasosiasikan dengan aset akan dimasukkan ke entitas pelaporan, dan jikabiaya atau nilai diukur dengan tepat. IAS 41 mensyaratkan bahwa aset biologis harus diakui sebesar nilai wajarnya dikurangi titik potongan biaya. Metode ini harus digunakan bila awalnya mengukur aset biologis dan kemudian pada tanggal neraca setiap neraca (http://www.bojonegorocoaster.wordpress.com).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Indryani (2014) mengenai Penerapan Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pada Perusahaan PT.

MAIKO Semarang. Hasil dari observasi tersebut menunjukan bahwa pada pengakuan pendapatan PT. Maiko Baru Semarang sudah diungkapkan sesuai dengan PSAK No. 23

(5)

yaitu bahwa pendapatan diakui saat penjualan dan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi. Dan pada penelitian yang dilakukan oleh Rau (2013) menyimpulkan bahwa hasil penelitian diperusahaan PT. Bank Sulut telah memenuhi standar sesuai dengan PSAK No. 23, dan dapat dikatakan perusahaan telah mengakui pendapatan sebagaimana mestinya serta mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut, untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan. Pada penelitian . Kalesaran (2013) mengenai Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan pada PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Millenia Berdasarkan PSAK No. 23 hasil penelitian yang telah dilakukan pengakuan dan pengukuran pendapatan telah sesuai dengan PSAK No. 23 yaitu menggunakan metode accrual basis untuk mengakui pendapatan bunga yang digolongkan performing dan pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan yang diklasifikasikan bermasalah (nonperforming) diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (cash basis), sedangkan untuk pengukuran pendapatan dikur dengan nilai wajar yang diterima atau yang akan diterima. Pada penelitian Samsu (2013) PT. Misa Utara Manado pada prinsipnya telah menggunakan prinsip pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK No.23 yaitu dengan jumlah pendapatan yang diperoleh berdasarkan pendapatan jasa dari angkkutan darat dan ekspedisi laut. Metode pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual basis, dimana keuntungan diakui pada saat transaksi yang terjadi. Sedangkan pada penelitian Tyas (2013) Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Kasus Pada Koperasi “M”), hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaporan aset biologis yang dilakukan oleh Koperasi “M” belum sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP. Unsur yang

(6)

sesuai dengan SAK ETAP adalah pengakuan akun tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) serta penggunaan metode biaya historis sebagai dasar pengukuran aset tersebut.

Perusahaan Daerah Aneka Wira Usaha (PERUSDA ANWUSA) adalah Perusahaan milik Pemerintah Kabupaten Demak yang bergerak pada bidang dagang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 2002, tentang pendirian Perusahaan Daerah Aneka Wira Usaha Kabupaten Demak, maka dipilihlah unit peternakan sebagai salah satu bidang usaha agribisnis penggemukan sapi potong.

Kelemahan yang dihadapi oleh peternak sapi potong adalah menentukan harga sapi potong tersebut berdasarkan perkiraan sistem jogrog dan sistem lingkar dada, yang seharusnya menurut PSAK No. 23 harus diukur dengan tepat yaitu sistem timbang dalam penentuan harga sapi. Pada pengakuan dan pengukuran pendapatan di ANWUSA menggunakan metode accrual basis. Pada hal ini penulis menggunakan PSAK No. 23 sebagai pedoman untuk memberikan pemahaman ANWUSA dalam pengakuan dan pengukuran yang sesuai dengan PSAK No. 23 agar dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan ANWUSA lebih terstruktur.

Untuk wirausaha penggemukan sapi potong apabila tidak tau cara mengakui pendapatan secara tepat atau valid maka akan merugikan perusahaan karena tidak mengetahui pada saat apa pendapatan perusahaan tersebut diperoleh. Kita bisa mengakui accrual basis tidak hanya pada saat menjual baru diakui pendapatan, maka penting sekali mengakui pendapatan secara tepat yang sesuai dengan PSAK No. 23. Kalau kita bisa mengetahui pendapatan secara tepat, kita bisa mengetahui berapa laba yang diperoleh

(7)

bukan hanya sekedar perkiraan.

Mengingat pentignya arti pendapatan bagi perusahaan dan masalah - masalah yang mungkin timbul dalam pengakuan dan pengukuran pendapatan pada perusahaan jasa, mendorong peneliti untuk membahas masalah mengenai “Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pada Usaha Penggemukan Sapi Potong ANWUSA di UPTD Pertanian Karangawen Demak”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam skripsi ini adalah “Apakah metode pengakuan dan pengukuran pendapatan jasa yang diterapkan ANWUSA telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 ?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode pengakuan dan pengukuran pendapatan pada ANWUSA telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 23.

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu : 1. Bagi penulis

(8)

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pengakuan dan pengukuran pendapatan serta sebagai pehamanan lebih lanjut terhadap perbedaan teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan keadaan sebenarnya tentang penerapan metode pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK No 23.

2. Bagi perusahaan

Penulis mengharapkan kegunaan penelitian ini dapat memberikan masukkan pemikiran terkait sejauh mana penggunaan penerapan metode pengakuan pendapatan serta saran terhadap hal - hal yang perlu diperbaiki dalam hubungannya dengan penerapan pengakuan pendapatan berdasarkan PSAK No 23 yang diterapkan oleh ANWUSA dan dapat memberikan masukan mengenai kebijakan akuntansi yang tepat dalam mengukur dan mengakui pendapatan operasionalnya.

3. Bagi pembaca

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan informasi tambahan pengetahuan untuk menambah wawasan dan menjadi sumber referensi bahkan perbandingan bagi peneliti selanjutnya.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi melalui 5 bab dan pada setiap bab di bagi menjadi sub bab, pembagian sub bab ini dimaksudkan agar lebih jelas dan dipahami oleh pembaca. Melalui pembahasan dari sub bab akan di uraikan sebagai berikut :

(9)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini terdiri dari landasan-landasan teori yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran berisi tentang proses penganalisisan yang dilakukan penulis pada perusahaan dan dibandingkan dengan PSAK No. 23 dan tabel penelitian terdahulu sebagai pedoman penulis untuk dapat membandingkan mengenai penelitian yang sekarang dengan penelitian-penelitian sebelumnya.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan mengenai objek penelitian, metode pengumpulan data, serta penganalisisan data yang ada di perusahaan.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan mengenai gambaran umum perusahaan, proses kegiatan penjualan, dan metode apa yang diteapkan perusahaan, yang akan dibandingkan dengan kebijakan PSAK No. 23.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penyusunan skripsi. Bab ini berisi mengenai kesimpulan dan saran yang diberikan kepada perusahaan dengan tujuan sebagai perbaikan didalam kegiatan perusahaan.

(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Didalam Akuntansi terdapat kegiatan usaha dalam menyajikan laporan keuangan yaitu laporan mengenai informasi keuangan suatu perusahaan. Pengertian Akuntansi menurut Waren dkk secara umum, “akuntansi dapat didefinisikan sebagai sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak - pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan.” Sedangkan menurut Kieso dan Weygandt (2002) akuntansi keuangan adalah: “Merupakan sebuah kegiatan akuntansi yang berkahir pada penyusunan laporan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan yang nantinya dapat digunakan, oleh pihak - pihak baik didalam maupun yang ada diluar perusahaan tersebut.

Baridwan (2004) mengungkapkan bahwa informasi keuangan akan bermanfaat bila memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan, yaitu sebagai berikut :

1. Relevan

Suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya, setidaknya dipilih metode - metode pengukuran dan pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu sejauh mungkin para pemakai dalam pengambilan jenis - jenis keputusan yang memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Bila informasi tidak relevan

(11)

untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak ada gunanya, betapapun kualitas - kualitas lainnya terpenuhi.

2. Dapat dimengerti

Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakaianya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai.

3. Daya uji

Informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. Pengukuran tidak sepenuhnya lepas dari pertimbangan - pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektif yang semata.

4. Netral

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak - pihak tertentu.

5. Tepat waktu

Informasi harus disajikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan - keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

(12)

6. Daya banding

Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan - perusahaan lainnya pada periode yang sama.

7. Lengkap

Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas, dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.

2.1.2 Pengertian Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2005) menjelaskan bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.

Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesian Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim (2002) menjabarkan pengertian analisis sebagai berikut :

1. Penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mendapatkan fakta yang tepat.

2. Penguraian suatu pokok persoalan atas bagiann-bagian, penelaahan bagian- bagian tersebut dan hubungan antar bagian untuk memndapatkan pengertian yang tepat dengan pemahaman secara keseluruhan.

2.1.3 Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan unsur yang paling utama dalam menentukan tingkat laba yang diperoleh suatu perusahaan dalam satu periode akuntansi yang diakui sesuai dengan prinsip - prinsip yang berlaku umum. Pengertian pendapatan menurut IAI

(13)

(Ikatan Akuntansi Indonesia) dalam PSAK No 23 (2012) tentang Akuntansi Pendapatan pada paragraf 6 menyatakan bahwa pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

Definisi tersebut menyatakan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu harus dikeluarkan dari pendapatan.

Begitupun dalam hubungan keuangan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal.

Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi utama atau inti perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode (Kieso, 2007).

Standar Akuntansi Keuangan (2007) menyatakan pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.

(14)

Sedangkan menurut Sigit (2001) penghasilan atau pendapatan adalah sebagai berikut “Pendapatan adalah kebalikan dari biaya” yang berarti pada tiap - tiap hasil penghaisilan atau pendapatan tentu disertai dengan wujud penerimaan benda, harta kekayaan atau hak. Tidak ada sesuatu pendapatan bertambah tidak dengan mengakibatkan pertambahan pada aktiva, apakah pertambahan itu ada dalam kas, tagihan, wesel tagih ataupun hak.”

2.1.4 Sumber dan Jenis Pendapatan

Di setiap transaksi penjualan, sumber dan jenis pedapatan merupakan hal penting yang harus diperhatikan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan penjualan di perusahaan. Sumber pendapatan yang diterima perusahaan menjadi dasar perhatian yang harus dipahami, karena sumber pendapatan pada kegiatan perusahaan merupakan suatu kegiatan dimana pendapatan tersebut diperoleh dan bagaimana pengaruhnya terhadap perusahaan sebagai pengakuan dan pengukuran pendapatan yang sesuai.

Pada jenis pendapatan yang diperoleh perusahaan terdapat dua kategori pendapatan yang pada umumnya jenis pendapatan yang diperoleh berdasarkan atas : 1. Pendapatan Operasional

Yaitu pendapatan yang diperoleh dari usaa pokok perusahaan yaitu penjualan barang dan atau pemberian jasa yang bersifat rutin.

Adapun jenis - jenis pendapatan operasional adalah :

a. Penjualan ialah hasil penjualan atau jasa yang menjadi objek usaha pokok perusahaan.

(15)

b. Potongan pembelian tunai ialah potongan yang diperoleh perusahaan karena dalam melakukan pembelian barang - barang dengan pembayaran tunai.

c. Penerimaan tambahan dari pembelian ialah tambahan barang yang diterima pihak penjual, karena perusahaan melakukan pembelian barang - barang dengan pembayaran tunai atau karena perusahaan membeli barang - barang dalam jumlah besar.

2. Pendapatan Non Operasional

Yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan diluar usaha pokok perusahaan.

Pada pendapatan non operasional dikatan berbeda dengan pendapatan operasional yang bersifat rutin. Pendapatan operasional, sumber prndapatan yang diperoleh didapat dari pendapatan lain - lain yang masih menunjang dalam kegiatan perusahaan.

Yang mencakup pendapatan non operasional adalah :

a. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan aktiva tetap perusahaan, seperti mesin atau kendaraan pengangkut yang digunakan dalam pengiriman barang.

b. Pendapatan bunga c. Pendapatan sewa

d. Pendapatan royalti dan lain - lain.

Berdasarkan sumber dan jenis pendapatan yang diterima perusahaan tersebut saling berhubungan dengan jenis aktivitas yang dijalankan perusahaan. Dari perbedaan sumber dan jenis pendapatan, dapat menjadi dasar pertimbangan perusahaan dalam menentukan sumber pendapatan yang sesuai dengan standar akuntansi yang dapat menjamin nilaiguna suatu perusahaan.

(16)

Secara umum, pendapatan pada perusahaan ada dua jenis yaitu pendapatan yang berasaldari kegiatan utama perusahaan, dan pendapatan yang berasal dari luar kegiatan perusahaan.

Pendapatan yang berasal dari kegiatan utama perusahaan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

a. Hasil penjualan barang dagangan adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang kepada pihak lain selama periode akuntansi tertentu yang dinilai dari jumlah yang dibebankan kepada pembeli atau pelanggan.

b. Pendapatan jasa pada umumnya adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan utamanya diberi nama sesuai dengan spesifikasi jasa yang dihasilkan kepada pemakai jasa tersebut.

2.1.5 Prinsip Pengakuan Pendapatan

Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatan. Menurut Kieso (2004), prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat :

1. When it is realized or realizable 2. When it is earned

Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa pendapatan diakui pada saat :

1. Direlialisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui.

(17)

2. Dihasilkan. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang srharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau seharusnya telah selesai.

Belkoui (2007) menyatakan bahwa ada dua metode pengakuan pendapatan dalam periode akuntansi, yaitu :

1. Dasar akrual (Accrual Basis)

Pada dasar akrual ini pengakuan pendapatan dapat mengimplikasikan bahwa pendapatan sebaiknya dilaporkan selama produksi, pada akhir produksi, pada saat penjualan produk atau pada saat penagihan penjualan. Pendapatan diakui pada periode terjadinya transaksi pendapatan. Jadi dalam transaksi penjualan atau penyerahan barang dan jasa yang dilakukan walaupun kas belum diterima, maka transaksi tersebut sudah dicatat dan diakui sebagai pendapatan perusahaan.

Jurnal :

Pada saat diakui pendapatan yang ditandai dengan perpindahan pemilikan dari penjual ke pembeli

Piutang xxxxx

Penjualan xxxxx

Pada saat kas diterima

Kas xxxxx

Piutang xxxxx

(18)

2. Dasar Kejadian Penting (Critical Event Basis / Cash Basis)

Pengakuan pendapatan dipicu oleh kejadian penting dalam siklus operasi. Cash Basis atau dasar tunai adalah apabila pendapatan dan bebam hanya diperhitungkan berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas. Ini berarti dengan penggunaan dasar tunai atau cash basis yang murni (pure basis), pendapatan dari penjualan barang atau jasa hanya dapat diperhitungkan pada saat tagihan langganan diterima.

Jurnal :

Pencatatan pada saat pendapatan dan kas diterima

Kas xxxxx

Penjualan xxxxx

Dari dua dasar pengakuan pendapatan di atas, Menurut Kieso (2004) dalam bukunya mengatakan pengakuan pendapatan dilakukan dengan empat cara :

1. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penjualan (Penyerahan)

Ini sering disebut dengan Point of Scale (titik penjualan). Pendapatan dari penjualan barang biasanya dianggap realisasi pada waktu produk yang dijual telah meninggalkan perusahaan dan diganti dengan suatu asset yang lain. Pada saat itu harga jual disepakati, pembeli mendapatkan hak kepemilikan atas barang tersebut, dan penjual mempunyai klaim (tuntutan) yang sah terhadap pembeli.

(19)

2. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Sebelum Penjualan (Penyerahan)

Dalam situasi tertentu pendapatan dapat diakui pada saat sebelum penjualan (penyerahan). Dimana aktivitas pemerolehan pendapatan yang berhubungan dengan jangka waktu, serta jumlah pendapatan yang harus diakui dalam proses atau aktivitas produktifnya. Dalam hal semacam ini melaporkan pendapatan sebelum terjadinya penyerahan barang berdasarkan kontrak akan lebih bermanfaat. Misalnya kontrak jangka panjang dimana dalam pengakuannya menggunakan metode persentase penyelesaian atau kontrak selesai.

3. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Sesudah Penjualan (Penyerahan)

Pendapatan diakui setelah penyediaan jasa dan penyerahan barang benar terjadi.

Namun dalam beberapa kasus, transaksi yang berhubungan dengan upaya untuk memperoleh pendapatan yang menyangkut ketidakpastian dengan penerima kasnya.

Adanya ketidakpastian yang besar dalam penerimaan kasnya membuat pengakuan pendapatan menunggu sampai dengan diterimanya kas dari hasil penjualannya.

4. Pengakuan Pendapatan Pada Saat Penjualan Khusus

Penjualan khusus atau konsinyasi, mengakui pendapatan setelah consignor menerima pemberitahuan penjualan dan dilakukan pengiriman kas dari consignee.

(20)

2.1.6 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 23

A. Pengakuan pendapatan

Ketentuan PSAK No 23 (2007) mengenai pengakuan pendapatan atas transaksi penjualan jasa adalah sebagai berikut “bila suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca”.

Yang dimaksudkan andal menurut PSAK No 23 (2007) adalah bila seluruh kondisi dibawah ini dipenuhi :

1. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal

2. Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan

3. Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal

4. Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.

Pengakuan pendapatan yang diajukan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB) ada dua kriteria yaitu sebagai berikut :

1. Pendapatan baru diakui jika jumlah pendapatan terealisasi atau cukup pasti akan tereliasasi.

2. Pendapatan baru dapat diakui jika pendapatan tersebut sudah terbentuk atau terhimpun.

(21)

Maka dapat disimpulkan dari pengertian pendapatan diatas bahwa saat penjualan merupakan titik yang menentukan untuk dapat menimnulkan pendapatan yang memenuhi pengertian atau persyaratan diatas. Saat penjualan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi.

B. Pengukuran pendapatan

Menurut PSAK No. 23 (2009) menyatakan bahwa “pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima”. Hal ini berarti jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya dapat ditentukan dari persetujuan oleh perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Nilai wajar yang dimaksud berarti jumlah kas yang diterima harus sesuai dengan transaksi yang terjadi.

Pada pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang diterima.

Adapun penjelasannya lebih lanjut dari pernyataan tersebut yang di kemukakan Standar Akuntansi Keuangan (2007) adalah :

Jumlah pendapatan yang relatif timbul dari suatu transaksi oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi diskon dagangan dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau diterima. Namun bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nomina dari kas yang diterima atau yang dapat diterima.

(22)

Menurut PSAK No. 23 pengukuran pendapatan dapat diukur dengan dasar yang sesuai pada PSAK, yaitu :

1. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.

2. Jumlah pendapatan yang timbul dari transaksi biasanya ditentukan olh persetujuan antara entitas dan pembeli atau pengguna aset tersebut.

3. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima.

Namun jika arus kas masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima, yang artinya jika perusahaan melakukan transaksi penjualan dan pihak penjual memberikan kelonggaran waktu pembayaran / utang maka jumlah kas yang diterima biasanya berbeda dengan jumlah yang diterima penjual secara tunai. Adanya retur penjualan, dan adanya wesel yang tidak tertagih, membuat jumlah pendapatan yang diterima terkadang tidak sesuai dengan jumlah transaksi penjualan yang dilakukan.

4. Jika barang atau jasa dipertukarkan untuk barang atau jasa dengan sifat atau nilai yang serupa, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai transaksi yang menghasilkan pendapatan.

5. Pendapatan tersebut diukur dengan paa nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima.

Ketika jumlah nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak diukur secara andal, maka pendapatan tersebut diukur dengan nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer,

(23)

2.1.7 Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi yaitu laporan keuangan yang menilai kinerja keuangan suatu perusahaan selama periode akuntansi baik perbulan maupun pertahun. Dalam laporan laba rugi ini menyajikan jumlah pendapatan (revenue) dan biaya (expenses) serta laba atau rugi (profit / losses) suatu perusahaan selama periode waktu tertentu serta dapat menganalisis perbandingan antara pendapatan dengan biaya. Pada laporan laba rugi dapat menjadi dasar pertimbangan suatu perusahaan dalam pengambilan keputusan dan menilai kinerja perusahaan di setiap tahunnya.

Menurut Baridwan “Laporan laba rugi adalah proses penyusunan laporan keuangan yang menyajikan hasil usaha perusahaan yang meliputi pendapatan dan biaya (beban) yang dikeluarkan sebagai akibat dari pencapaian tujuan dalam suatu periode tertentu.”

Proses penyusunan laporan laba rugi terdapat dua akun pada hasil pelaporannya yaitu akun pendapatan dan akun beban, yang pada perhitungannya adalah pengurangan dari pendapatan dan beban yang menghasilkan jumlah laba atau rugi dari perusahaan tersebut.

2.1.8 Penjualan Barang Menurut PSAK No. 23

Sumber pendapatan merupakan suatu unsur terpenting pada pendapatan. Melalui sumber tersebut dapat diperoleh jumlah pendapatan yang akan diolah oleh perusahaan, misalnya darimana sumber tersebut diperoleh. Dan dari sumber yang diperoleh akan diolah oleh perusahaan agar sesuai dengan pengukuran dan pengakuan pendapatan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Pada dasarnya sumber pendapatan tersebut

(24)

timbul dari transaksi penjualan barang. Bahwa saat penjualan merupakan titik yang menentukan untuk dapat menimbulkan pendapatan yang memenuhi pengertian atau persyaratan diatas. Saat penjualan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi.

Penjualan baru dapat dikatakan terjadi bilamana telah terjadi peralihan hak milik atas barang, akan tetapi peralihan hak milik merupakan masalah yang sangat teknis dan untuk dasar penentuan saat pengakuan. Pernyataan ini memberikan panduan dalam penerapan PSAK No. 23 yang sesuai agar kriteria penjualan tersebut dapat terpenuhi, sehingga pendapatan dapat diakui. Berikut ruang lingkup PSAK No. 23 : 1. Pernyataan ini diterapkan dalam akuntansi pendapatan yang timbul dari transaksi dan

kejadian berikut ini : a. Penjualan barang b. Penjualan jasa

c. Penggunaan asset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan dividen.

2. Barang meliputi barang yang diproduksi oleh entitas untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dimiliki untuk dijual kembali.

3. Penggunaa asset dari entitas oleh pihak lain menimbulkan pendapatan dalam bentuk : a. Bunga yaitu pembebenan untuk penggunaan kas atau setara kas, atau jumlah

terutang kepada entitas

(25)

b. Royalti yaitu pembebenan untuk penggunaan aset jangka panjang entitas, misalnya paten, merek dagang, hak cipta, dan peranti lunak komputer.

c. Dividen yaitu distribusi laba kepada pemegang investasi ekuitas sesuai dengan proporsi kepemilikan mereka atas kelompok modal tertentu.

2.1.9 Pengertian Aset Biologis

Sebagaimana yang didefinisikan dalam IAS 41 Aset biologis merupakan jenis aset berupa hewan dan tumbuhan hidup. Aset biologis didefinisikan sebagai tumbuhan dan hewan hidup yang dikendalikan atau dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari kejadian masa lampau.

2.1.10 Karakteristik Aset Biologis

Bagi entitas yang bergerak di industri perkebunan atau peternakan, maka akan muncul jenis aset yang khusus pada sederet klasifikasi aset yang dilaporkannya. Aset khusus yang menjadi pembeda tersebut adalah aset biologis. Aset biologis adalah aset entitas berupa hewan atau tanaman (IAS 41). Sesuai dengan karakteristik mengenai aset, maka aset biologis ini pun juga merupakan hasil dari transaksi ekonomi entitas dimasa lalu, dikendalikan sepenuhnya oleh entitas, dan juga diharapkan akan memberikan manfaat bagi entitas di masa mendatang.

Karakteristik khusus yang melekat pada aset biologis terletak pada adanya proses transformasi atau perubahan biologis atas aset ini sampai pada saatnya aset ini dapat dikonsumsi atau dikelola lebih lanjut oleh entitas. Karakteristik khusus inilah yang juga melekat pada entitas industri peternakan seperti yang dijadikan obyek pada tulisan ini. Tranformasi biologis merupakan proses pertumbuhan, degenerasi,

(26)

produksi dan prokreasi yang disebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif pada makhluk hidup dan menghasilkan aset baru dalam bentuk produk agrikultur atau aset biologis

Transformasi biologis menghasilkan beberapa tipe outcome, yaitu :

a. Perubahan aset melalui (i) pertumbuhan (peningkatan dalam kuantitas atau perbaikan kualitas dari aset biologis; (ii) degenerasi (penurunan nilai dalam kuantitas atau deteriorasi dalam kualitas dari aset biologis); atau (iii) prokreasi (hasil dari penambahan aset biologis).

b. Produksi produk agrikultur misalnya daun teh, wol, susu, daging dan lain sebagainya.

2.1.11 IAS 41 Agricultural Asset

Aset biologis dalam agrikultur berupa tanaman dan hewan (IAS 41). Jika dikaitkan dengan obyek penelitian ini, maka aset biologis yang dibahas hanya terkait dengan hewan yaitu sapi potong. IAS 41 mengatur mengenai perlakuan akuntansi, penyajian, dan pengungkapan laporan keuangan terkait dengan aset biologis dan produk hasil pertanian pada saat masa panen sejauh ada kaitannya dengan kegiatan pertanian.

Menurut IAS 41 (2008) terkait dengan pengakuan awal atas aset biologis adalah : “An entity should recognize a biological asset or agriculture produce only when the entity controls the asset as a result of past events, it its probable that future economic benefits will flow to the entity, and the fair value or cost of the asset can be measured reliably”.

(27)

2.1.12 PSAK No. 23 Revisi 2010 tentang Pendapatan

Pembahasan mengenai PSAK No. 23 Revisi 2010 ini ditampilkan karena dipandang ada keterkaitannya dengan pengakuan pendapatan pada entitas bisnis perkebunan yang mengelola aset biologis sebagai komoditas utama di dalam operasional bisnisnya. PSAK No. 23 Revisi 2010 ini membahas mengenai topik pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan akun pendapatan yang diterima oleh suatu entitas bisnis dari kejadian penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan deviden.

Di dalam PSAK No. 23 (2010) pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktifitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Untuk pengukuran pendapatan dilakukan dengan mengukur nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima.

Terkait dengan bidang usaha yang dijadikan obyek tulisan, maka pendapatan entitas bisnis yang menjalankan usaha agribisnis dengan komoditas utamanya adalah hasil dari aset biologis, yang sesuai dengan PSAK No.23 ini adalah pendapatan yang berasal dari transaksi penjualan barang berupa hasil panen dari penggemukan sapi potong yang berupa aset biologis. Kondisi yang disebut dengan penjualan barang dalam bentuk hasil panen adalah apabila telah memenuhi kulaifikasi sebagai berikut :

1. Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikankepada pembeli.

(28)

2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikanatas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual.

3. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.

4. Kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akanmengalir ke entitas.

5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan tersebutdapat diukur secara andal.

Pengukuran mengenai nilai pendapatan atas barang yang dijual oleh entitas berupa persediaan hasil panen dari aset biologis. Biaya atas pendapatan ini dilakukan dengan mengukur nilai persediaan yang menjadi harga pokok penjualan atau beban pokok penjualannya

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut PSAK No. 23 diantaranya :

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

NO. NAMA

PENELITI DAN TAHUN

JUDUL PENELITIAN METODE

PENELITIAN HASIL PENELITIAN 1 Ella Indryani

(2014) Penerapan Pengakuan

dan Pengukuran

Pendapatan Menurut PSAK No. 23 pada Perusahaan PT. MAIKO Semarang

Kualitatif

deskriptif Pada pengakuan pendapatan PT.

Maiko Baru Semarang sudah diungkapkan sesuai dengan PSAK No. 23 yaitu bahwa pendapatan diakui saat penjualan dan dapat dijadikan saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi

(29)

2 Jurike Rau

(2013) Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan menurut PSAK No. 23 PT. Bank Sulut Kantor Pusat Manado

Kualitatif

deskriptif Hasil penelitian diperusahaan PT. Bank Sulut telah memenuhi standar sesuai dengan PSAK No. 23, dan dapat dikatakan perusahaan telah mengakui pendapatan sebagaimana mestiny serta mengungkapkan kebijakan akuntansi yang dianut, untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan.

3. Preisy Valentina Kalesaran

Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pada PT. Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) Millenia Berdasarkan PSAK No.

23

Kualitatif

deskriptif Hasil penelitian yang telah dilakukan pengakuan dan pengukuran pendapatan telah sesuai dengan PSAK No. 23 yaitu menggunakan metode accrual basis untuk mengakui pendapatan bunga yang digolongkan performing dan pendapatan bunga atas pinjaman yang diberikan yang

diklasifikasikan bermasalah (nonperforming) diakui pada saat pendapatan tersebut diterima (cash basis).

Sedangkan untuk pengukuran pendapatan dikur dengan nilai wajar yang diterima atau yang akan diterima.

4. Saharia Samsu

(2013) Analisis pengakuan dan pengukuran pendapatan berdasarkan PSAK No.

23 pada PT. Misa Utara Manado

Kualitatif

deskriptif PT. Misa Utara Manado pada prinsipnya telah menggunakan prinsip pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK No.23 yaitu dengan jumlah pendapatan yang diperoleh berdasarkan pendapatan jasa dari angkkutan darat dan ekspedisi laut. Metode pengakuan pendapatan berdasarkan metode accrual basis, dimana keuntungan diakui pada saat transaksi yang terjadi.

(30)

5. Esti Laras Aruming Tyas (2013)

Evaluasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Dalam Pelaporan Aset Biologis (Studi Kasus Pada Koperasi “M”)

Kualitatif

deskriptif Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pelaporan aset biologis yang dilakukan oleh Koperasi

“M” belum sepenuhnya sesuai dengan SAK ETAP. Unsur yang sesuai dengan SAK ETAP adalah pengakuan akun tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) serta penggunaan metode biaya historis sebagai dasar pengukuran aset tersebut.

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pendapatan Identifikasi :

- Sumber pendapatan perusahaan - Jenis Pendapatan perusahaan

Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Pemeliharaan : - Sapi potong

Analisis

Kesimpulan

Rekomendasi

Pengukuran dan Pengakuan Menurut PSAK No. 23

Survey ke Penggemukan Sapi Potong ANWUSA

(31)

Pada kerangka pemikiran di atas, dapat diuraikan bahwa langkah awal yang akan dilakukan penulis adalah melihat kegiatan penjualan ANWUSA Demak dalam menghasilkan pendapatan. Diawali dari pendapatan yang diperoleh dari penjualan, perusahaan akan memperoleh pendapatan.

Dari perolehan pendapatan tersebut terdapat pengakuan dan pengukuran pendapatan perusahaan yang setelah itu akan dibandingkan dan di analisis penulis untuk mengetahui apakah penerapan pengakuan dan pengukuran pendapatan perusahaan sudah sesuai dengan PSAK No. 23.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

ANWUSA Demak merupakan perusahaan dagang yang bergerak di bidang dagang penggemukan sapi potong. Transaksi penjualan ANWUSA Demak beralamat di JL Karangawen No. 107 Demak. Melalaui transaksi penjualan tersebut terdapat jumlah pendapatan dimana jumlah tersebut harus diakui dan diukur sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang sesuai pada PSAK No. 23.

3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data

1. Data Kualitatif

Dengan kualitatif merupakan data yang tidak diukur dan tidak dapat diukur dengan skala numerik. Contoh data kualitatif berupa data wawancara, observasi, dan data kualitatif juga dapat diperoleh berdasarkan foto, gambar dan hasil rekaman vidio.

3.2.2 Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti atau yang diambil secara langsung dari objek penelitian dan dilakukan melalui pengamatan, pencatatan atau penelitian dari objek penelitian.

(33)

Data yang diperoleh berupa hasil wawancara dan observasi pada perusahaan ANWUSA.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui data yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Data yang diperoleh penulis dari penelitian ini berupa data laporan laba rugi di ANWUSA Demak.

3.3 Teknik Pengumpulan Data 1. Survei Pendahuluan

Survei pendahuluan adalah kegiatan awal yang peneliti lakukan untuk meneliti penerapan pendapatan oleh perusahaan. Dalam hal ini penulis memilih ANWUSA Demak sebagai objek penulis dalam memahami tentang penerapan, pengukuran, dan pengakuan pendapatan yang sesuai dengan PSAK No. 23.

2. Survei Lapangan

Survei lapangan yaitu suatu metode pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung ke tempat objek yang diteliti dengan cara :

1) Teknik Dokumentasi

Yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui buku - buku, jurnal, internet dan dengan melakukan penelitian terhadap dokumen - dokumen dan laporan - laporan perusahaan yang berkaitan dengan penelitian seperti sejarah singkat perusahaan, laporan keuangan (laporan laba rugi) dan lain - lain.

(34)

2) Teknik Wawancara

Penulis melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak - pihak yang berkompeten untuk memberikan keterangan sehubuingan dengan masalah yang diangkat penulis.

3) Teknik Obeservasi

Penulis menggunakan metode observasi yaitu untuk mengamati kinerja staff pembukuan dalam mengakui dan mengukur pendapatan yang diterima oleh ANWUSA Demak. Dalam teknik Observasi ini, penulis lebih dimudahkan dengan cara wawancara secara langsung kepada pihak staff pembukuan dalam mengakui dan mengukur pendapatan yang diterima perusahaan.

3.4 Metode Analisis 1. Analisis Deskriptif

Melalui analisis deskriptif, penulis memperoleh data berdasarkan langkah - langkah dalam kegiatan observasi di ANWUSA Demak yaitu berupa :

a. Mempelajari Kebijakan Akuntansi

Dengan adanya pemahaman mengenai kebijakan akuntansi, perusahaan diharapkan dapat menerapkan transaksi penjualan sesuai dengan standar akuntansi yang diterapkan.

b. Mengamati Sumber Pendapatan ANWUSA Demak

Melalui informasi sumber pendapatan apa saja yang diperoleh ANWUSA Demak, peneliti akan mengamati dan memahami sumber pendapatan perusahaan, sehingga melalui data tersebut dapat dianalisis

(35)

apakah pengakuan dan pemgukuran sumber pendapatan perusahaan sudah sesuai dengan PSAK No. 23.

2. Wawancara

Metode wawancara yang dilakukan penulis dengan mengkonfirmasi data yang diperoleh untuk mengetahui bagaimana perilaku perusahaan dalam menerapkan pengakuan dan pengukuran pendapatan. Metode wawancara dilakukan dengan tanya jawab kepada pihak yang berkompeten di perusahaan dan proses wawancara dilakukan dengan cara rekaman vidio.

3. Menganalisis / Membandingkan

Metode menganalisis dan membandingkan yang digunakan penulis yaitu dengan cara melihat laporan laba rugi ANWUSA Demak pada akun penjualan bruto, apakah pendapatan perusahaan sudah diakui dan diukur sesuai dengan PSAK No. 23.

4. Melakukan Pembahasan

Dengan data da informasi yang diperoleh dapat menjadi sumber informasi untuk diteliti. Serta pembahasan dapat disimpulkan lebih lanjut pada kesimpulan dan saran.

(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Anwusa Karangawen Demak adalah perusahaan milik Pemerintah Kabupaten Demak yang bergerak pada bidang dagang yang diterapkan dalam Peraturan Daerah No.

6 Tahun 2002, tentang pendirian Perusahaan Daerah Aneka Wira Usaha Kabupaten Demak.

Dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia dan merupakan potensi yang harus diberdayakan, meningkatkan populasi ternak, memenuhi tersedianya protein hewani, meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS), maka dipilihlah Anwusa Karangawen Demak sebagai unit peternakan untuk salah satu bidang usaha . Perusahaan Daerah Unit Peternakan ini bergerak pada bidang usaha agribisnis penggemukan sapi potong yang berlokasi di desa Brambang, Kecamatan Karangawen dengan jarak 20 km arah barat daya dari ibukota Kabupaten Demak atau 15 km sebelah timur Kota Semarang.

4.1.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan rangkaian kerangka dasar menyeluruh yang mempersatukan fungsi-fungsi dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan bersama. Dengan adanya struktur organisasi di perusahaan, merupakan suatu cara dalam mengadakan pembagian tugas di setiap divisi perusahaan.

(37)

Struktur organisasi Anwusa Karangawen Demak adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Anwusa Karangawen Demak

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan a. Visi

Membangun peternakan sapi potong yang memenuhi standar dengan mengutamakan kuantitas dan kualitas bibit penggemukan sapi.

b. Misi

Menyediakan ternak sapi potong sebagai sumber daging yang sehat dan layak untuk dikonsumsi sebagai sumber protein hewani bagi masyarakat

Kepala Dinas

Ka UPTD Badan

Pengawas Dokter

Hewan

Pemasaran

Penjualan

Administrasi

Kasir

Personalia Administrasi

Keuangan

P 2 K

Bagian Pembelian

Bagian Kesehatan

Hewan

Kandang

(38)

4.1.4 Sumber dan Jenis Pendapatan Anwusa Karangawen Demak

Melalui penjualan sapi hidup Anwusa Karangawen Demak, pendapatan yang diperoleh perusahaan digolongkan menjadi pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Berikut penggolongan pendapatan tersebut :

a. Pendapatan Operasional

Pendapatan operasional di Anwusa Karangawen Demak diperoleh dari usaha pokok perusahaan yaitu penjualan sapi hidup.

b. Pendapatan Non-Operasional

Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain di luar kegiatan utama perusahaan dan digolongkan sebagai pendapatan non operasional. Pencatatan pendapatan non operasional di Anwusa Karangawen Demak dicatat sebagai pendapatan lain- lain. Pendapatan non operasional di Anwusa Karangawen Demak diperoleh dari pendapatan bunga di setiap tahunnya.

4.2 Proses Pembelian Sapi Bakalan Anwusa Karangawen Demak

Dalam proses penjualannya, Anwusa Unit Peternakan Penggemukan Sapi Potong tidak melalui proses pembibitan atau kawin suntik, melainkan membeli sapi bakalan. Sapi bakalan yang dibeli oleh Anwusa Karangawen Demak didapatkan dari berbagai sumber antara lain dari beberapa kelompok tani, dan dari pihak pengusaha dari pasar hewan. Pembayaran dilakukan secara langsung kepada penjual. Untuk menentukan harga setiap sapi hidup yang akan dijual , maka dilakukannya penimbangan pada setiap sapi. Harga sapi dihitung berdasarkan dari bobot hidup dikalikan dengan harga bobot

(39)

hidup sapi per kg-nya. Bobot hidup rata-rata 400 kg. Harga sapi dihitung berdasarkan harga beli bobot hidup rata-rata bobot hidup sapi potong per kg-nya berkisar antara Rp 32.000 - Rp 35.000 mengikuti harga pasar.

Gambar 4.2

Proses Pembelian Sapi Bakalan

Sumber : Data Wawancara Dengan Pihak Intern Perusahaan Peternak Sapi

Anwusa Karangawen Demak

Kwitansi Pembelian Sapi Bakalan

Penimbangan

Persediaan / Stock Sapi

Proses Penjualan Penggemukan Sapi Potong Masa 4 Bulan

(40)

4.2.1 Penyajian Sapi Potong Pada Anwusa Karangawen Demak Sebelum Di Akui Sebagai Aset Biologis Pada Saat Pembelian Sapi Bakalan

Tabel 4.1 : Stock Persediaan Sapi Anwusa Karangawen Demak (History Cost Method)

NO TGL

MASUK BB HARGA

BELI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER 12.79

12.80 12.81 12.82 12.83 12.84 12.85 12.86 12.87 12.88 12.89 12.90

04/08/12 13/08/12 13/08/12 24/08/12 24/08/12 24/08/12 24/08/12 24/08/12 24/08/12 24/08/12 27/08/12 27/08/12

392,5 529,5 411,5 363,5 400,0 361,5 352,0 208,0 236,0 237,0 177,0 195,0

27.000 26.360 26.360 27.500 27.500 27.500 27.500 31.500 31.500 31.500 31.000 31.000

10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 5.487.000 6.045.000

10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 0 6.045.000

10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 0 6.045.000

10.597.500 0 0 9.996.250 11.000.000 9.941.250 9.680.000 6.552.000 7.434.000 7.465.500 0 6.045.000 12.91

12.92 12.93 12.94 12.95 12.96 12.97

11/09/12 11/09/12 11/09/12 11/09/12 13/09/12 13/09/12 13/09/12

300,0 304,0 318,5 344,0 337,0 360,5 256,5

28.000 28.000 28.000 28.000 28.500 28.500 28.500

0 0 0 0 0 0 0

8.400.000 8.512.000 8.918.000 9.632.000 9.604.500 10.274.250 7.310.250

0 8.512.000 0 0 9.604.500 10.274.250 7.310.250

0 8.512.000 0 0 9.604.500 10.274.250 7.310.250 12.98

12.99 01/10/12

01/10/12 374,0

406,0 28.600

28.600 0

0 0

0 10.696.400

11.611.600 10.696.400 11.611.600 NILAI

PEMBELIAN 109.003.260* 62.651.000 22.308.000 0

NILAI STOCK

AKHIR 526.118.700 493.654.775 368.775.075 310.419.250

Tabel di atas adalah daftar tabel persediaan stock sapi di Anwusa Karangawen Demak. Ketika Anwusa Karangawen Demak membeli bakalan sapi dicatat dalam akun persediaan sebagai berikut :

Persediaan/Stock Sapi 109.003.260 *

-

(41)

Kas

- 109.003.260*

Keterangan Jurnal :

* Contoh penulisan penjurnalan saat membeli sapi bakalan pada bulan Agustus

Pada bulan selanjutnya, Anwusa Karangawen Demak dalam mencatat persediaan stock sapi tetap sama karena Anwusa Karangawen Demak menggunakan metode Hystorys Cost Metod. Anwusa Karangawen Demak menggunakan metode Hystorys Cost Metod karena berdasarkan pada transaksi yang sesungguhnya, tidak pada kemungkinan dan sangat berguna dalam menggunakan catatan sejarah laporan keuangan yang terdahulu. Didalam pencatatannya, Anwusa Karangawen Demak menggunakan tabel stock persediaan sapi dan tabel penjualan sapi di setiap bulannya.

4.2.2 Harga Beli Bakalan Sapi Potong

Harga pembelian bakalan sapi yang dimaksud adalah harga untuk perolehan awal sapi hidup ketika masuk ke Anwusa Karangawen Demak. Untuk bakalan sapi yang dibeli, harga yang diakui adalah harga ketika pembelian sapi bakalan tersebut. Untuk mengkategorikan masing-masing sapi potong tersebut diberikan penamaan dengan menggunakan nomor yang diletakkan pada telinga sapi, agar sapi satu dan yang lainnya bisa diidentifikasi. Data ini mencantum detail berat badan dari mulai pengadaan sapi sampai nilai ekonomis, masa penggemukan.

4.2.3 Proses Penjualan Sapi Hidup Anwusa Karangawen Demak

Anwusa Karangawen Demak tidak menyediakan jasa untuk pengiriman sapi yang telah dibeli, biasanya pelanggan menggunakan kendaraan pribadi dalam

(42)

mengangkut sapi yang telah dibeli. Permintaan pengiriman hanya dilakukan perusahaan, apabila ada permintaan langsung dari pelanggan dan biaya angkut di tanggung oleh pelanggan.

Kebijakan sistem pembayaran yang ada di Anwusa Karangawen Demak diterima dengan cara tunai maupun kredit. Untuk pelanggan luar kota maupun luar jawa diharuskan untuk membayar secara cash, tetapi untuk pelanggan jaggal-jaggal disekitar Karangawen Demak dan sekitarnya diberikan kebijakan pembayaran kredit kepada setiap pelanggannya.

Adapun proses pencatatan yang dilakukan Anwusa Karangawen Demak pada saat terjadinya transaksi penjualan di perusahaan, berikut jurnal dalam pencatatannya : A. Jurnal Penjualan Tunai

Kas xxx -

Penjualan - xxx

B. Jurnal Penjualan Kredit

Piutang Usaha xxx -

Penjualan - xxx

(43)

Gambar 4.3

Proses Transaksi Penjualan Tunai Anwusa Karangawen Demak

Sumber : Data Wawancara Dengan Pihak Intern Anwusa Karangawen Demak

Penjelasan Gambar 4.3 :

Dari transaksi penjualan di atas terlihat alur penjualan yang diawali dari permintaan pelanggan, kemudian adanya transaksi penjualan dan kesepakatan harga.

Setelah itu pihak Anwusa Karangawen Demak membuat nota penjualan tunai setelah dibuatnya nota penjualan tersebut akan di berikan surat jalan yang dilampiri dengan surat keterangan kesehatan sapi dari dokter hewan kepada supir atau nota penjualan

Pembeli

Membuat Bon Pengeluaran Sapi Transaksi Penjualan

Membuat Surat Jalan / Nota Penjualan

Menerima Pembayaran (tunai)

Pengiriman Sapi

(44)

kepada pelanggan yang sudah melakukan pembayaran secara tunai. Setelah itu sapi akan segera dikirim atau pengiriman sapi biasanya dilakukan langsung oleh pelanggan.

Gambar 4.4

Proses Transaksi Penjualan Kredit Anwusa Karangawen Demak

Sumber : Data Wawancara Dengan Pihak Intern Anwusa Karangawen Demak

Penjelasan Gambar 4.4 :

Untuk transaksi penjualan kredit tidak jauh berbeda dengan transaksi penjualan tunai. Diawali dari permintaan pelanggan, kemudian adanya transaksi penjualan dan

Pembeli

Membuat Bon Pengeluaran Sapi Transaksi Penjualan

Membuat Surat Jalan / Nota Penjualan

Bukti Pembayaran (Cek, Bukti Transfer)

Pengiriman Barang

Pembayaran (Tempo 1 Minggu) Tanda Terima Pembeli

(45)

kesepakatan harga. Pihak Anwusa Karangawen Demak membuat nota penjualan kredit setelah dibuatnya nota penjualan akan diberikan surat jalan yang dilampiri dengan surat keterangan kesehatan sapi dari dokter hewan kepada supir atau nota penjualan kepada pelanggan yang sudah ada kesepakatan tentang pembayaran kredit yang dilakukan, karena melihat dari transaksi penjualan yang dilakukan secara kredit. Setelah itu sapi akan segera dikirim atau pengiriman biasanya dilakukan langsung oleh pihak pelanggan.

Pada transaksi penjualan kredit Anwusa Karangawen Demak memberikan kebijakan kredit dalam jangka waktu 1 minggu.

4.2.4 Penyajian Sapi Potong Pada Anwusa Karangawen Demak Sebelum Di Akui Sebagai Aset Biologis Pada Saat Penjualan Sapi Potong Tabel 4.2 : Laporan Penjualan Sapi Anwusa Karangawen Demak

NO TGL

JUAL NO FAKTUR BB HARGA

JUAL NILAI JUAL TGL

BELI BB

BELI HARGA

BELI NILAI BELI SELISIH 11.13

11.74 12.10 12.21 11.12 12.17 12.50 12.80 12.81 12.18 11.85 12.33 12.11 12.38 10.26

03/08/12 03/08/12 03/08/12 10/08/12 13/08/12 13/08/12 13/08/12 13/08/12 13/08/12 14/08/12 14/08/12 16/08/12 16/08/12 17/08/12 17/08/12

FJ.104/VIII/12

FJ.107/VIII/12 FJ.107/VIII/12

FJ.108/VIII/12 FJ.110/VIII/12 FJ.111/VIII/12

387,0 310,5 410,5 498,0 580,0 522,0 529,5 411,5 419,0 566,0 478,5 381,0 180,0 90,0

27.000 27.000 27.000 27.000 27.000 27.000 27.500 27.500 27.500 26.000 27.500 27.500 45.000 20.000

10.449.000 8.383.500 11.083.500 5.250.000 13.446.000 15.660.000 14.094.000 14.561.250 11.316.250 11.522.500 14.716.000 13.158.750 10.477.500 8.100.000 1.800.000

27/12/11 07/10/11 13/01/12 27/02/12 23/12/11 27/02/12 21/05/12 13/08/12 13/08/12 27/02/12 25/10/11 15/03/12 13/01/12 15/03/12 20/12/10

271,0 144,5 321,5 360,0 362,5 520,0 514,0 529,5 411,5 327,0 378,0 383,5 305,0 370,0 211,0

25.900 24.800 26.000 25.000 25.000 25.000 25.000 26.360 26.360 25.000 24.000 25.200 26.000 25.200 13.050

7.018.900 3.583.600 8.359.000 9.000.000 9.062.500 13.000.000 12.850.000 13.957.620 10.847.140 8.175.000 9.072.000 9.664.200 7.930.000 9.324.000 2.753.550

3.430.100 4.799.900 2.724.500 (3.750.000) 4.383.500 2.660.000 1.244.000 603.630 469.110 3.347.500 5.644.000 3.494.550 2.547.500 (1.224.000) (953.550) JMLH PENJUALAN AGUSTUS 5.763,5 164.018.250* 5.409,0 134.597.510 29.420.740 12.74

12.69 12.05 11.13 12.12 11.90 12.73 12.72 12.01 12.89

10/09/12 10/09/12 10/09/12 14/09/12 14/09/12 14/09/12 24/09/12 24/09/12 24/09/12 24/09/12

FJ.114/IX/12

FJ.116/IX/12

500,5 487,0 535,5 391,5 441,0 394,5 467,5 557,5 529,0

28.500 28.500 26.000 28.500 28.500 23.000 29.000 29.000 29.000

14.264.250 13.879.500 13.923.000 11.157.750 12.568.500 9.073.500 13.557.500 16.167.500 15.341.000 2.000.000

06/07/12 06/07/12 06/01/12 27/12/11 13/01/12 26/10/11 06/07/12 06/07/12 06/01/12 27/08/12

461,5 395,0 430,0 298,0 268,5 255,5 432,5 504,5 377,0 177,0

26.750 26.750 25.800 25.900 26.000 24.000 26.750 26.750 25.800 31.000

12.345.125 10.566.250 11.094.000 7.718.200 6.981.000 6.132.000 11.569.375 13.495.375 9.726.600 5.487.000

1.919.125 3.313.250 2.829.000 3.439.550 5.587.500 2.941.500 1.988.125 2.672.125 5.614.400 (3.487.000) JMLH PENJUALAN SEPTEMBER 4.304,0 121.932.500 3.599,5 95.114.925 26.817.575

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 : Stock Persediaan Sapi Anwusa Karangawen Demak (History Cost Method)

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengamatan hari ke-2, terong yang disimpan pada suhu ruang tetap memiliki tekstur keras namun warna terong tersebut berubah menjadi hijau pucat, dan kenampakannya

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya dan senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad

Variabel bebas sering disebut variabel perlakuan, variabel penyebab, variabel kuasa atau variabel tak tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : 1)

Dalam proses pengolahan penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) dan bahan penolong digunakan seminimum mungkin. Sistem pengendalian hama, penyakit dan gulma selama proses

Untuk penelaahan data sifat fisis mekanis (kerapatan dan keteguhan tarik sejajar serat) dari 23 jenis rotan berdiameter kecil (<1,2 cm), digunakan analisa keragaman

TKIT Umar Bin Khathab adalah lembaga pendidikan pra sekolah yang berada di Kudus dalam mencetak generasi yang beragama, TKIT memiliki program dalam rangka

Model simulasi (GenRiver) telah digunakan untuk mempelajari perubahan aliran sungai sebagai akibat adanya alih guna lahan, dan selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk

(4) Penilaian ranah afektif dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami siswa dapat menggunakan angket atau koesioner untuk mengetahui minat