• Tidak ada hasil yang ditemukan

JENIS TINDAK TUTUR DAN KEKERASAN VERBAL DALAM KUMPULAN CERPEN SAGRA KARYA OKA RUSMINI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JENIS TINDAK TUTUR DAN KEKERASAN VERBAL DALAM KUMPULAN CERPEN SAGRA KARYA OKA RUSMINI"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS TINDAK TUTUR DAN KEKERASAN VERBAL DALAM KUMPULAN CERPEN SAGRA KARYA OKA RUSMINI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Veronika Stela Dince Wiran 174114002

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2021

(2)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Bukan kamu yang memilih aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya

kepadamu.

(Yohanes 15:16)

Jikalau anda semangat, aku ada di belakangmu Jikalau anda lambat, aku ada menemanimu Jikalau anda sukses, mari kita rayakan bersama.

(Praptomo Baryadi)

Karya tulis ini saya persembahkan untuk:

Bapak Selsius, Ibu Nelce, Nenek Sarce, Adik Febriano, Amanda, Yosep, Sanak Saudara

Program Studi Sastra Indonesia Sanata Dharma Yogyakarta.

(3)

vii MOTTO

Jangan Lupa Untuk Selalu Mengucap Syukur dan Berterima Kasih Pada Sang Pencipta.

Nikmati Hidup, Tersenyum dan Tetap Menjadi Saluran Berkat Bagi Sesama.

(Veronika Wiran)

(4)

x ABSTRAK

Wiran, Veronika Stela Dince. 2021. “Jenis Tindak Tutur dan Kekerasan Verbal dalam Kumpulan Cerpen Sagra Karya Oka Rusmini”.

Skripsi Srata Satu (S-1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas jenis tindak tutur dan kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Terdapat dua hal yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (i) apa saja jenis tindak tutur dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini, dan (ii) apa saja jenis kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindak tutur Leech dan kekerasan verbal Galtung dan Salmi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak, dan teknik yang digunakan adalah teknik bebas libat cakap. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan metode padan pragmatis.

Hasil ini akan disajikan dengan menggunakan metode informal.

Hasil penelitian ini adalah jenis tindak tutur yang dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu (i) tindak tutur konfliktif, (ii) tindak tutur kompetitif, (iii) tindak tutur kolaboratif, dan (iv) tindak tutur konvivial, yang masing-masing terdapat dalam mitra tutur dan penutur dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

Jenis kekerasan verbal dikelompokkan menjadi empat, yaitu (i) kekerasan verbal tidak langsung, (ii) kekerasan verbal langsung, (iii) kekerasan verbal represif, dan (iv) kekerasan verbal alienatif, yang masing-masing juga digunakan dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

Kata kunci: tindak tutur, kekerasan verbal, sagra.

(5)

xi ABSTRACT

Wiran, Veronika Stela Dince. 2021. “Types Speech Acts and Verbal Abuse in a collection of Stories from Sagra by Oka Rusmini. Undergradute Thesis. Indonesian Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This thesis discusses types speech acts and verbal abuse in a collection of short stories from Sagra by Oka Rusmini. The are two problems that will be discussed in this research, (i) what are the types of speech act in a collection of short stories from Sagra by Oka Rusmini and (ii) what are the types of verbal abuse in a collection of short stories from Sagra by Oka Rusmini.

Theories that used in this research are Leech speech act theory and verbal abuse Galtung and Salmi. Data collection is done by using the refer method, and the technique used is a univolved conversation observation, sort, and transcription data technique. Then, the datas were analyzed by pragmatic padan method. The result from this research will be presented with informal method.

The result from this research are type of speech acts of dialogue that grouped into four types, which are (i) conflictive speech act, (ii) competitive speech act, (iii) collaborative speech act, and (iv) convivial speech act which is in every speech acts having the talker and said partner in a collection of short stories from Sagra by Oka Rusmini. There type of vebal abuse of dialogue that grouped into four types, which are (i) indirect verbal abuse, (ii) direct verbal abuse, (iii) repressive verbal abuse, and (iv) alienative verbal abuse which is in every verbal abuse in a collection of short stories from Sagra by Oka Rusmini.

Keywords: speech act, verbal abuse, sagra.

(6)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

MOTTO ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 4

1.4.1 Manfaat Teoretis ... 4

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Tinjauan Pustaka ... 5

1.6 Landasan Teori ... 9

1.6.1 Pengertian Tindak Tutur ... 9

1.6.2 Jenis-jenis Tindak Tutur ... 9

1.6.3 Pengertian Kekerasan Verbal ... 11

1.6.4 Jenis-jenis Kekerasan Verbal ... 12

1.7 Metode Penelitian ... 14

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ... 14

1.7.2 Metode Analisis Data ... 15

(7)

xiii

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 16

1.8 Sistematika Penyajian ... 16

BAB II ... 18

JENIS TINDAK TUTUR ... 18

DALAM KUMPULAN CERPEN SAGRA KARYA OKA RUSMINI ... 18

2.1 Pengantar ... 18

2.2 Tindak Tutur Konfliktif ... 18

2.2.1 Tindak Tutur Konfliktif Mengancam ... 18

2.2.2 Tindak Tutur Konfliktif Membentak ... 19

2.2.3 Tindak Tutur Konfliktif Mendesak ... 19

2.2.4 Tindak Tutur Konfliktif Menuntut ... 20

2.2.5 Tindak Tutur Konfliktif Mengusir ... 21

2.2.6 Tindak Tutur Konfliktif Menghardik ... 22

2.3 Tindak Tutur Kompetitif ... 23

2.3.1 Tindak Tutur Kompetitif Menyindir ... 23

2.3.2 Tindak Tutur Kompetitif Meminta... 24

2.4 Tindak Tutur Kolaboratif ... 25

2.4.1 Tindak Tutur Kolaboratif Menginformasikan ... 25

2.4.2 Tindak Tutur Kolaboratif Menanyakan ... 27

2.4.3 Tindak Tutur Kolaboratif Memberitahukan ... 29

2.4.4 Tindak Tutur Kolaboratif Menceritakan ... 33

2.5 Tindak Tutur Konvivial ... 35

2.5.1 Tindak Tutur Konvivial Mengajak... 35

2.5.2 Tindak Tutur Konvivial Menyetujui ... 36

2.6 Rangkuman………37

BAB III ... 38

JENIS KEKERASAN VERBAL ... 38

DALAM KUMPULAN CERPEN SAGRA KARYA OKA RUSMINI ... 38

3.1 Pengantar ... 38

3.2 Kekerasan Verbal Tidak Langsung ... 38

3.2.1 Kekerasan Verbal Tidak Langsung Memfitnah ... 38

3.2.2 Kekerasan Verbal Tidak Langsung Stigmatisasi ... 39

(8)

xiv

3.2.3 Kekerasan Verbal Tidak Langsung Penstereotipan ... 40

3.3 Kekerasan Verbal Langsung ... 41

3.3.1 Kekerasan Verbal Langsung Memaksa ... 41

3.3.2 Kekerasan Verbal Langsung Menghina ... 42

3.3.3 Kekerasan Verbal Langsung Memarahi ... 43

3.4 Kekerasan Verbal Represif ... 43

3.4.1 Kekerasan Verbal Represif Memarahi ... 43

3.4.2 Kekerasan Verbal Represif Mengata-ngatai ... 44

3.5 Kekerasan Verbal Alienatif ... 45

3.5.1 Kekerasan Verbal Alienatif Mengusir ... 45

BAB IV ... 47

PENUTUP ... 47

4.1 Kesimpulan ... 47

4.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(9)

xv

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah jenis tindak tutur dan kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Tuturan (narrative) merupakan wacana yang menonjolkan rangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu (Kridalaksana 2008: 248).

Berikut ini contoh tindak tutur dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(1) Suami dan Anak : Jangan kau buang cikal bakal peradaban itu….

Istri : Biar, biar kumasukkan huruf-huruf ini dalam kakus. Sebelum kalian pun jadi bagian kakus ini!

(Sagra, 49-50).

(2) Ida Manik : Tidak bisakah kau menikah, memberi seorang cucu untukku, Pidada?

Pidada : Haruskah ku lakukan itu, ibu.

Ida Manik : Ya. Aku ingin cucu, Pidada.

(Sagra, 173)

(3) Suami : Anak kita sekarang sudah memasuki peradaban manusia yang sesungguhnya,

Istri : Kau lihat apa yang dilakukannya?!

Suami : Peradaban, istriku.

Istri : Aku tidak butuh teori itu. Tidak! sudah! Aku tidak ingin kau berkata aku harus sabar, sabar. Bosan!

Aku bosan mendengar kata-kata itu!

(Sagra, 39-40)

(4) Ibu Pembesar : Sekarang kau akan terus tinggal disini. Baik-baik bekerja, ya Tugasmu menemaniku!

Pelayan : Ya.

Ibu pembesar : Aku pasti senang kau temani. Kau cantik dan bersih. Tinggal Sedikit poles saja kau pasti bisa

(11)

menjadi perempuan terhormat. Dan tentu saja kau bisa jadi teman yang menyenangkan. (Sagra, 60).

Dalam data (1) terdapat tindak tutur mengancam, yaitu Istri (penutur) memberikan peringatan kepada Suami dan Anak (mitra tutur) untuk tidak ikut campur dalam perbuatan yang dilakukannya. Dalam data (2) terdapat tindak tutur meminta, yaitu Ida Manik yang merupakan ibunya meminta Pidada untuk memberikan Ia seorang cucu. Dalam data (3) terdapat tindak tutur menginformasikan, yaitu Suami memberitahu kepada Istri bahwa anak mereka Putu telah berhasil menciptakan kemajuan sebagai seorang pemangku adat di Bali.

Dalam data (4) terdapat tindak tutur mengajak, yaitu Ibu Pembesar meminta Pelayan supaya turut tinggal dan menemaninya.

Menurut Baryadi (2012:37) berdasarkan pendapat Galtung (2002) dan Salmi (2003), ada empat jenis kekerasan verbal, yaitu (i) tindak tutur kekerasan verbal tidak langsung, (ii) tindak tutur kekerasan verbal langsung, (iii) tindak tutur kekerasan verbal represif, dan (iv) tindak tutur kekerasan verbal alienatif. Berikut ini contoh data kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(5) Sawer : Kau jangan bicara keras-keras. Sini...

Sita : Jangan menarik tangan tiang seperti itu. Kasar sekali kamu!

Sawer : Tak seorang pun tega melukaimu.

(Sagra, 132).

(6) Warga : Buang perempuan penyakitan itu ke laut!

Napasnya saja menyebar penyakit.

Dayu : Matikah aku?

(Sagra, 119-120).

(12)

(7) Ibu : Ngidammu keterlaluan, aku muak dengan anakmu, ibu muak. Tapi kau telah dinikahkan.

Lelaki itu telah ditunjuk sang hyang widhi untukmu. Hanya dia yang dapat menyentuh tubuhmu.

Cenana : Hyang jagat! Ibu! Ibu!

(Sagra, 316-317).

(8) Ibu (pelayan) : Ikutlah ibu pembesar. Kau pasti memiliki masa depan yang lebih baik.

Pelayan : Seperti apa perempuan bernama ibu pembesar itu?

Ibu (pelayan) : Perempuan priyayi, bangsawan. Dia sangat terhormat. Kau harus menuruti setiap kata-katanya.

Kata-katanya sangat bertuah.

(Sagra, 58).

Dalam data (5) terdapat kekerasan verbal langsung memaksa, yaitu Sawer melakukan pemaksaan terhadap Sita untuk mengikuti kemauannya agar mendengarkan perkataannya. Dalam data (6) terdapat kekerasan verbal alienatif mengusir, yaitu warga menyuruh pergi dengan paksa Dayu karena memiliki penyakit yang kotor dan membahayakan. Dalam data (7) terdapat kekerasan verbal represif memarahi, yaitu kekesalan ibu kepada anak perempuannya yang sedang hamil. Dalam data (8) terdapat kekerasan verbal tidak langsung penstereotipan, yaitu ibu Pelayan meminta pada anaknya yang merupakan seorang pelayan itu untuk menuruti setiap kata-kata Ibu Pembesar yang di percaya mendatangkan untung seperti keselamatan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini membahas tentang jenis tindak tutur dan kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra yang dipilih karena beberapa alasan. Pertama, objek material ini belum pernah diteliti menggunakan kajian teori tindak tutur dan kekerasan verbal.

(13)

Kedua, kumpulan cerpen ini banyak mengangkat kekerasan verbal terhadap perempuan khususnya di Bali.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah jenis tindak tutur dan jenis kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

1.2.1 Apa saja jenis tindak tutur kekerasan dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini?

1.2.2 Apa saja jenis kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, dirumuskan tujuan sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan jenis tindak tutur dalam kumpulan cerpen Sagra Oka Rusmini.

1.3.2 Menjelaskan jenis kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi jenis tindak tutur dan jenis kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Penelitian di diharapkan dapat memberi manfaat secara teoretis dan praktis dalam penelitian sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini memberikan manfaat teoretis dalam bidang pragmatik, yaitu mengembangkan teori jenis tindak tutur dan jenis kekerasan verbal.

(14)

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis dalam bidang komunikasi verbal dan pembelajaran bahasa. Dalam komunikasi verbal, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan berkomunikasi yang santun dan menghindari kekerasan verbal. Dalam pembelajaran bahasa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan untuk mengenali pengunaan jenis-jenis tindak tutur dan kekerasan verbal yang melanggar atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dalam lingkungan pembelajaran.

1.5 Tinjauan Pustaka

Penelitian terkait tindak tutur dan kekerasan verbal telah dilakukan oleh Koswara (2014), Rahayu (2014), Utami (2015), Ystykomah (2015), Yuliarti, dkk (2015), Fauzan (2016), Ariesta (2017), Rokhmansya, dkk (2018), Erlasanti (2020), dan Putri (2020).

Koswara (2014) menjelaskan kekerasan verbal dalam penelitiannya yang terdapat pada lawakan stand up comedy Metro TV yang bertujuan untuk mengetahui penerimaan penonton usia dewasa terhadap kekerasaan verbal.

Menurut Koswar, kekerasan verbal sendiri memiliki arti sebagai bentuk kekerasan yang halus dengan menggunakan kata-kata yang kasar, jorok dan menghina yang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur secara lisan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan subjek penelitian adalah penonton yang berusia dewasa.

Rahayu (2014) menganalisis jenis tindak kekerasan verbal terhadap perempuan dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Dalam penelitian

(15)

tersebut terdapat kekerasan yang terjadi pada anak-anak dan perempuan seperti kekerasan fisik dan seksual, serta kelalaian ekonomi yang membuat perempuan mengalami tekanan mental dan psikis.

Utami (2015) dalam penelitiannya bertujuan mengetahui bentuk-bentuk, dampak dan upaya tindak kekerasan verbal dan non verbal oleh guru terhadap siswa di Sekolah Menengah Atas Surakarta. Hasil penelitian ini berdasarkan fakta bahwa terjadi tindak kekerasan pada siswa merupakan bagian dari tindakan sosial secara rasional yang bersifat afektif. Tindak kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap siswa karena dianggap guru memiliki kekuasaan di Sekolah sehingga dapat leluasa melakukan berbagai tindakan untuk menerbitkan siswa.

Ystykomah (2015) menjabarkan adanya kekerasan verbal yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami, mengenai penggunaan bahasa yang tidak sopan tanpa memperhatikan lawan bicaranya. Penelitian ini menghasilkan empat bentuk kekerasan, yaitu (i) kekerasan verbal langsung, (ii) kekerasan verbal tidak langsung, (iii) kekerasan verbal represif, dan (iv) kekerasan verbal alienatif.

Penelitian Ystykomah menggunakan pendekatan sosiolinguistik dan menggunakan jenis penelitian berupa penelitian kualitatif untuk menjelaskan tentang kekerasan yang terdapat dalam novel Saman karya Ayu Utami.

Yuliarti, dkk (2015) menjelaskan dalam artikel bahwa ditemukan beberapa jenis tindak tutur direktif, fungsi tindak tutur direktif, dan jenis tindak tutur direktif yang mendominasi dalam novel trilogi karya Agustinus Wibowo. Jenisnya adalah terdapat tindak tutur direktif langsung meliputi tindak tutur bermodus deklaratif, interogatif, dan imperatif; kemudian tindak tutur direktif tidak langsung

(16)

yang meliputi tindak tutur bermodus deklaratif dan interogatif; tindak tutur direktif harfiah yang meliputi tindak tutur direktif langsung harfiah dan tindak tutur direktif tidak langsung harfiah; dan tindak tutur direktif tidak harfiah yang meliputi tindak tutur direktif langsung tidak harfiah dan tindak tutur tidak langsung tidak harfiah.

Fauzan (2016) menjabarkan dalam penelitiannya bertujuan untuk mendeskripsikan wujud tindak tutur dalam akun twitter ketua partai politik nasionalis di Indonesia pada periode bulan Februari-Maret 2015 dan mendeskripsikan fungsi tindak tutur dalam akun twitter ketua partai politik nasionalis di Indonesia pada periode bulan Februari-Maret 2015. Subjek dalam penelitian ini adalah peristiwa komunikasi berupa wacana yang terdapat dalam akun twitter ketua partai politik nasionalis di Indonesia. Objek kajiannya meliputi wujud dan fungsi tindak tutur dalam penggunaan sosial media. Dari hasil penelitian ini peneliti menemukan wujud tindak tutur ilokusi dan fungsi tindak tindak tutur ilokusi, yang paling dominan muncul adalah wujud tindak tutur bentuk berita dan fungsi asertif.

Ariesta dalam artikelnya menjabarkan tentang bentuk-bentuk kekerasan verbal berbasis gender dalam novel Nayla karya Djenar Maesa Ayu berdasarkan posisi subjek dan objek. Dalam penelitian tersebut peneliti menggunakan kutipan kata atau kalimat yang mengandung unsur-unsur kekerasan verbal. Pendekatan yang digunakan peneliti yaitu pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif.

Hasil dari penelitian ini peneliti menemukan dua bentuk kekerasan verbal berbasis gender berdasarkan posisi subjek dan objeknya. Kedua bentuk tersebut, yaitu (i)

(17)

ungkapan verbal perempuan yang bersifat merendahkan posisi laki-laki dalam bentuk makian dan ancaman. (ii) ungkapan perempuan yang bersifat merendahkan sesama perempuan lain dalam bentuk makian.

Rokhmansya, dkk (2018) menjelaskan bahwa kekerasan yang dialami oleh perempuan umumnya terjadi akibat adanya budaya patriarki yang masih berakar di dalam kehidupan masyarakat. Kajian penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan ancangan kritik sastra feminis untuk mendapatkan gambaran lebih detail mengenai kehidupan perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh perempuan mengalami tindak kekerasan. Kekerasan yang dialami tokoh perempuan adalah kekerasan secara langsung dan kekerasan tidak langsung.

Erlasanti (2020) mendeskripsikan tindak tutur dalam kicauan akun Twitter

@nctzenhalu. Hasil penelitian ini adalah jenis tindak tutur dialog yang dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu (i) tindak tutur konvivial, (ii) tindak tutur kompetitif, (iii) tindak tutur kolaboratif, dan (iv) tindak tutur konfliktif, yang masing-masing terdapat tindak tutur idola dan penggemar. Kesesuaian tindak tutur dialog dengan prinsip kesantunan berbahasa dikelompokkan menjadi dua, yakni (i) tindak tutur dialog yang mematuhi prinsip kesantunan berbahasa dan (ii) tindak tutur dialog yang melanggar prinsip kesantunan berbahasa.

Penelitian yang ditulis oleh Putri dalam skripsinya menjelaskan kekerasan verbal yang terdapat dalam kolom komentar akun instagram garudarevolution.

Kekerasan verbal merupakan kekerasan yang sering dilakukan warganet dalam kolom komentar untuk membuat korbannya merasa tertekan, terbully, terkucilkan, ataupun diremehkan dengan kata-kata yang kasar. Penelitian mengenai kekerasan

(18)

verbal dan pelanggaran-pelanggaran prinsip kesantunan yang terjadi dalam kolom komentar akun Instagram garudarevolution pada bulan September 2019.

1.6 Landasan Teori

Landasan teori ini berisi pemaparan teori tentang (1) pengertian tindak tutur, (2) jenis-jenis tindak tutur, (3) pengertian kekerasan verbal, dan (4) jenis- jenis kekerasan verbal.

1.6.1 Pengertian Tindak Tutur

Teori tindak tutur (speech act) dipaparkan oleh John L. Austin, seorang filsuf berkebangsaan Inggris, pada kegiatan ceramahnya di Universitas Harvard pada tahun 1955. Kemudian diterbitkan pada tahun 1962 dengan judul How to do things withs words”. Austin (dalam Baryadi, 2015: 81) menjelaskan bahwa pada

dasarnya ketika seseorang mengatakan suatu hal, dia juga akan melakukan sesuatu.

Menurut Chaer (2010: 27), tindak tutur adalah tuturan dari seseorang yang bersifat psikologis dan dilihat dari makna tindakan dalam tuturannya itu kemudian akan membentuk suatu peristiwa tutur yang terdapat dalam satu proses yang disebut komunikasi.

1.6.2 Jenis-jenis Tindak Tutur

Berdasarkan penggunaan dengan tujuan sosialnya, Leech (1993:162) membedakan tindak tutur menjadi empat jenis yaitu, (i) tindak tutur konfliktif (conflictive) atau “bertentangan, (ii) tindak tutur kompetitif (competitive) atau

“bersaing”, (iii) tindak tutur kolaboratif (collaborative) atau “bekerja sama”, dan (iv) tindak tutur konvivial (convivial) atau “menyenangkan”.

(19)

i. Tindak tutur konfliktif adalah tindak tutur yang bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya mengancam, menuduh, mencerca, mengejek, membentak, menghardik, menantang, mengumpat, menghasut, mengutuk, menakuti, menjelekkan, memfitnah, menghina, memaki, meremehkan, mengusir, menuntut, mendesak, mendamprat, mengecam, menginterogasi, dan seterusnya.

ii. Tindak tutur kompetitif berkenaan dengan tindak tutur yang bersaing dengan tujuan sosial, misalnya memerintah, menyuruh, meninta, melarang, mengkritik, mengomentari, menilai, menasihati, memrotes, menganjurkan, memperingatkan, menyindir, mengingkari, menyangkal, dan seterusnya.

iii. Tindak tutur kolaboratif merupakan tindak tutur yang tidak menghiraukan tujuan sosial, misalnya menyatakan, melaporkan, mengumumkan, mengajarkan, menanyakan, menjawab, memberitahukan, menginformasikan, menerangkan, menjelaskan, menceritakan, menyimpulkan, mendefinisikan, menguraikan, membahas, bermusyawarah, berembug, berceramah, berkhotbah, dan seterusnya.

iv. Tindak tutur konvivial adalah tindak tutur yang sejalan dengan tujuan sosial, misalnya menawarkan, mengajak, mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih mengucapkan salam, mengucapkan selamat, memuji, memaafkan, meminta maaf, mengampuni, menyetujui, menyanjung, menghargai, membanggakan, melucu, meneguhkan, mempersilahkan, bercanda, berbela sungkawa, berterima kasih, berdialog, dan seterusnya.

(20)

1.6.3 Pengertian Kekerasan Verbal

Menurut KBBI Edisi V, kekerasan merupakan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik atau barang orang lain.

Kekerasan verbal adalah tindak kekerasan simbolik yang dilakukan seseorang kepada orang lain melalui perantara ataupun langsung melalui ucapan, kata-kata, tulisan, gambar atau sejenisnya yang bertujuan untuk membuat korban mengalami kesengsaraan dan tekanan.

Menurut Galtung (1992:64), kekerasan adalah sebagai penyebab perbedaan antara yang potensial dan yang aktual. Kekerasan adalah tindakan yang dapat menyebabkan orang lain mengalami cidera, tekanan, luka, dan bahkan hingga kematian. Seseorang akan melakukan kekerasan nyata yaitu dengan melukai fisik orang lain, namun juga dapat melalui tindakan yang dapat menghancurkan dasar kehidupannya secara paksa tanpa aturan yang dapat membatasi seseorang itu.

Menurut Baryadi (2012: 35), kekerasan tidak hanya secara fisik seperti memukul, menampar, membunuh, menendang, dan lain sebagainya. Kekerasan juga dapat berbentuk ucapan yang dapat melukai, mengucilkan, dan melukai hati seseorang. Kekerasan sendiri dapat dibagi menjadi dua kekerasan, yaitu kekerasan fisik dan kekerasan simbolik. Kekerasan fisik adalah tindakan seseorang yang membuat orang lain terluka dan cidera dengan tindakannya tersebut. Kekerasan ini biasanya sasarannya kepada fisik korban dengan tujuan untuk melukai atau bahkan untuk membuat korban mati.

(21)

Kekerasan simbolik merupakan kekerasan yang tidak langsung mengenai korban atau hanya sebagai simbolis. Kekerasan ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu kekerasan verbal dan kekerasan nonverbal. Kekerasan verbal adalah tindak kekerasan seseorang melalui kegiatan berbahasa yang menggunakan kata-kata, kalimat yang dapat membantu korbannya merasa tersakiti secara psikologisnya.

Kekerasan verbal ini tidak menyasar kepada fisik korban namun kepada psikologis korban. Kekerasan nonverbal adalah kekerasan yang tidak langsung mengenai korban, namun kekerasan ini malah terjadi melalui media-media.

Maksudnya dari kekerasan nonverbal ini adalah kekerasan yang dilakukan oleh seseorang melalui kegiatan-kegiatan yang dapat mewakili kekesalan seseorang tersebut atau sekelompok orang (Baryadi, 2012:35).

1.6.4 Jenis-jenis Kekerasan Verbal

Berdasarkan teori kekerasan yang dikemukakan Galtung (2002: 183-190) dan Salmi (2003: 29-42), (dalam Baryadi 2004: 31-32) membedakan kekerasan verbal menjadi empat jenis, yaitu (i) tindak tutur kekerasan tidak langsung, (ii) tindak tutur kekerasan langsung, (iii) tindak tutur kekerasan represif, dan (iv) tindak tutur kekerasan alienatif.

(i) Tindak tutur kekerasan tidak langsung adalah kekerasan verbal yang tidak secara langsung mengenai korban, tetapi melalui media atau proses saling berkait. Tindak tutur kekerasan tidak langsung misalnya terwujud dalam fitnah, stigmatisasi, dan penstereotipan (stereotyping) (Baryadi 2012: 37).

Fitnah adalah perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama

(22)

baik, merugikan kehormatan orang) (Sugono 2008: 393). Stimagtisasi adalah penciptaan stigma atau cap pada individu atau kelompok, yaitu pemberian ciri negatif pada pribadi seseorang atau kelompok.

Penstereotipan adalah penciptaan stereotip, yaitu konsepsi mengenai sifat atau golongan berdasarkan prasangka yang subjektif dan tidak tepat (Sugono 2008: 339).

(ii) Tindak tutur kekerasan langsung adalah tindak tutur kekerasan yang langsung menimpa pada korban saat komunikasi verbal berlangsung. Yang termasuk jenis tindak tutur kekerasan langsung adalah membentak, memaki, mencerca, mngancam, mengejek, menuduh, menghina, meremehkan, mengusir, menolak, menuntut, menghardik, memaksa, menantang, membentak, meneror, mengungkit-ungkit, mengusik, mempermalukan, menjebak, mendamprat, memarahi, menentang, mendiamkan, menjelek-jelekkan, mengolok-olok, mengatai-ngatai, dan menyalahkan (Baryadi 2012: 32).

(iii) Tindak tutur kekerasan represif merupakan tindak tutur yang menekan atau mengintimidasi korban. Perwujudan tindak tutur represif antara lain adalah memaksa, menginstruksikan, memerintah, mengancam, menakut- nakuti, membentak, memarahi, mengata-ngatai, meneror, memprovokasi, dan sebagainya (Baryadi 2012: 32).

(iv) Tindak tutur kekerasan alienatif adalah tindak tutur yang bermaksud menjauhkan, mengasingkan, atau bahkan melenyapkan korban dari komunitas atau masyarakatnya. Yang termasuk tindak tutur alienatif

(23)

adalah mendiamkan atau “njonthak”, mengusir, mengucilkan, mendiskreditkan, menjelek-jelekkan, mempermalukan, dan sebagainya.

Tindak tutur tidak langsung seperti memfitnah, stigmatisasi, penstereotipan, dan diskriminasi .juga merupakan perwujudan kekerasan verbal alienatif (Baryadi 2012: 32).

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian data. Berikut akan diuraikan masing-masing dari tahap penelitian tersebut.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah jenis tindak tutur dan kekerasan verbal dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini yang diterbitkan pada tahun 2004. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kutipan dialog tuturan yang berkaitan dengan tindak tutur dan kekerasan verbal. Data yang diperoleh berupa tulisan yang mudah dipahami dan jelas. Pada tahap ini metode yang digunakan yaitu metode simak atau metode observasi dengan teknik bebas libat cakap dan teknik catat. Metode simak atau observasi adalah cara mengumpulkan data dengan mendengarkan atau membaca penggunaan bahasa. Metode ini dapat digunakan untuk mengumpulkan data bahasa lisan maupun data bahasa tulis.

Metode simak dipergunakan teknik tertentu, yaitu teknik catat. Teknik simak bebas libat cakap adalah penjaringan data yang dapat dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan (Kesuma,

(24)

2007:44). Teknik ini tidak melibatkan peneliti secara langsung dalam menentukan pembentukan dan pemunculan calon data kecuali hanya sebagai pemerhati- pemerhati terhadap calon data yang terbentuk dan muncul dari peristiwa kebahasaan yang berada di luar dirinya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007: 44).

Peneliti dalam penelitiannya ini hanya sebagai pemerhati penggunaan bahasa dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

1.7.2 Metode Analisis Data

Langkah kedua adalah menganalisis data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenisnya, setelah diklasifikasikan pada tahap ini akan dianalisis menggunakan metode padan. Metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan atau yang diteliti (Sudaryanto, 2015: 15). Tujuan analisis data dengan metode ini adalah untuk menentukan kejatian atau identitas objek penelitian. Kejatian atau identitas satuan kebahasaan yang dijadikan objek penelitian itu ditentukan berdasarkan tingginya kadar kesepadanan, keselarasan, kesesuaian, kecocokan, atau kesamaanya dengan penentu yang bersangkutan sekaligus menjadi standard atau pembakunya (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:47-48).

Penelitian ini menggunakan jenis metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya lawan atau mitra wicara.

Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara (Kesuma, 2007:49).

(25)

Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menganalisis adalah sebagai berikut. (1) Membaca kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini secara keseluruhan dan cermat, (2) merumuskan masalah, (3) mencari teori, (4) menandai data yang tergolong tindak tutur dan kekerasan verbal yang dituturkan oleh tokoh, (5) mendeskripsikan tindak tutur dan kekerasan verbal yang dituturkan oleh tokoh dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini, (6) menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan mengenai tindak tutur dan kekerasan verbal, dan (7) memberikan saran.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Setelah tahap analisis data, selanjutnya adalah tahap menyajikan hasil data.

Penyajian hasil analisis data yang digunakan dalam penyajian data ini secara informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata biasa (Sudaryanto dalam Kesuma, 2007:71). Dalam penyajian ini berupa kutipan dialog kumpulan cerpen Sagra dengan menggunakan kata-kata biasa, kata-kata yang apabila dibaca dan dapat langsung mudah dipahami.

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini disusun menjadi empat bab, yaitu bab I yang berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penyajian.

Latar belakang berisi tentang uraian alasan pemilihan topik penelitian dan alasan penulis untuk melakukan penelitian. Rumusan masalah berisikan tentang permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tersebut. Tujuan penelitian

(26)

memaparkan apa yang akan dibahas dalam penelitian tersebut. Manfaat hasil penelitian adalah memaparkan hasil penelitian secara singkat dan jelas untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Tinjauan pustaka adalah menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh sebagai acuan untuk selanjutnya dijadikan landasan untuk melakukan penelitian. Landasan teori adalah kerangka pikir yang akan dipakai untuk memecahkan masalah yang diteliti. Metode penelitian ini merupakan prosedur dan cara yang akan ditempuh oleh peneliti dalam rangka memecahkan masalah penelitian. Sistematika penyajian adalah laporan perencanaan yang dikemukakan dari awal hingga akhir dalam bentuk paragraf.

Bab 2, berisi pembahasan tentang jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Bab 3, berisi pembahasan tentang jenis-jenis kekerasan verbal yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini. Bab 4, berupa penutup berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

(27)

18 BAB II

JENIS TINDAK TUTUR

DALAM KUMPULAN CERPEN SAGRA KARYA OKA RUSMINI

2.1 Pengantar

Dalam kumpulan cerpen Sagra terdapat empat jenis tindak tutur yaitu bertentangan (conflictive), bersaing (competitive), bekerja sama (collaborative) dan menyenangkan (convivial). Berikut dipaparkan berbagai contoh jenis-jenis tindak tutur dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

2.2 Tindak Tutur Konfliktif

Tindak tutur konfliktif adalah tindak tutur yang bertentangan dengan tujuan sosial. Tindak tutur konfliktif yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini, yaitu mengancam, membentak, mendesak, menuntut, mengusir, dan menghardik.

2.2.1 Tindak Tutur Konfliktif Mengancam

Tuturan ini merupakan tuturan yang menyatakan maksud niat dan rencana untuk melakukan sesuatu yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan orang lain (KBBI V). Berikut adalah contoh data kutipan dialog tindak tutur konfliktif mengancam dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(9) Suami dan Anak Lelaki-laki : Jangan kau buang cikal bakal peradaban itu….

Istri : Biar, biar kumasukkan huruf-huruf ini dalam kakus. Sebelum kalian pun jadi bagian kakus ini!

(Sagra, 49-50)

(28)

Dalam data (9) terdapat tindak tutur konfliktif mengancam, yaitu tuturan Istri yang memberi peringatan kepada suami dan anak untuk tidak ikut campur dalam urusannya untuk membuang semua buku puisi milik mereka berdua ke dalam jamban.

2.2.2 Tindak Tutur Konfliktif Membentak

Tuturan ini merupakan tuturan yang memarahi dengan suara keras atau dengan intonasi yang tinggi (KBBI V). Berikut contoh data tindak tutur konfliktif membentak yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(10) Perempuan : Dia telah mati!

Perempuan lain : Jangan berkata keras-keras!

Perempuan : Dia sungguh-sungguh mati?

Perempuan lain : Tidak! Jangan katakan itu! Dia tidak pernah mati.

Biar tubuhnya di sini…

(Sagra, 121)

Dalam data (10) terdapat tindak tutur konfliktif membentak, yaitu terjadi saling memarahi antara seorang perempuan dan perempuan lainnya yang sedang menunggu informasi mengenai Dayu yang sedang sakit berat.

2.2.3 Tindak Tutur Konfliktif Mendesak

Tuturan ini adalah tuturan yang menyesak, memaksa dan meminta (menganjurkan dan sebagainya) seseorang untuk segera melakukan agar keinginannya dapat terpenuhi (KBBI V). Berikut contoh data tindak tutur konfliktif mendesak yang pada kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(11) Sawer : Dengarkan aku, Sita.

Sita : Tidak mau! Kau akan memperkosa tiang, ya?

Sawer : Hai! Dari mana kau dapat kata-kata itu?

Sita : Kata Meme, kalau seorang laki-laki menjatuhkan tubuh perempuan itu artinya mau memperkosa. Kata

(29)

Meme memperkosa itu artinya, menyiksa tubuh perempuan.

(Sagra, 132-133)

Dalam data (11) terdapat tindak tutur konfliktif mendesak, yaitu Sawer yang meminta Sita untuk mendengarkan perkataannya.

2.2.4 Tindak Tutur Konfliktif Menuntut

Tuturan ini merupakan tuturan yang menyatakan meminta dengan keras (setengah mengharuskan supaya dipenuhi) suatu tujuan dan sebagainya (KBBI V).

Berikut contoh data tindak tutur konfliktif menuntut yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(12) Ibu : Ikutlah ibu pembesar! Kau pasti memiliki masa depan yang lebih baik.

Anak : Aku tidak mau tinggal bersamanya!

Ibu : Kenapa?

Anak : Nanti aku dimaki-maki. Aku hanya ingin dekat denganmu.

(Sagra, 57-58)

Dalam data (13) terdapat tindak tutur konfliktif menuntut, yaitu sang ibu yang meminta kepada anaknya untuk mau ikut Ibu pembesar karena dinilai akan memiliki masa depan yang baik.

(13) Yoga : Yoga tidak mau. Ibu harus memilih Yoga atau Prami!

Dayu Cemeti : Itulah yang terjadi, Sagra. Aku tidak tahu harus bilang apa. Yoga menyuruhku meninggalkan Prami atau dirinya. Aku tak merasa menyia- nyiakan dia. Aku juga mencintainya. Yoga anakku juga. (Sagra, 192)

Dalam data (14) terdapat tindak tutur menuntut, yaitu tingkah Yoga yang meminta dengan keras kepada sang ibu untuk memilih dirinya atau sang adik Prami.

(30)

(14) Yoga : Ibu harus memilih, aku atau adik!

Meme Sagra : Tugus tidak boleh berkata seperti itu!

Yoga : Meme sudah mulai pilih kasih. Meme sama saja dengan orang-orang dirumah ini! (Sagra, 193)

Dalam data (14) terdapat tindak tutur konfliktif menuntut, yaitu sikap Yoga yang masih tetap keras meminta Ibu untuk memilih dirinya atau adiknya yang dilakukannya kepada Meme Sagra.

2.2.5 Tindak Tutur Konfliktif Mengusir

Tuturan ini merupakan tuturan yang menyuruh pergi dengan paksa seseorang (orang lain) untuk meninggalkan tempat (KBBI V). Berikut ini adalah contoh data yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(15) Orang Griya : Kau harus keluar siwi. Dewa-dewa akan mengutukmu!

Leluhur akan menaburkan bibit-bibit kesialan di hidupmu. Jangan tulari kami. Pergilah! Tinggalkan griya ini! Pernahkah terpikir olehmu aku ingin memiliki anak? Kau bisa lakukan.

Siwi : Tapi aku tidak ingin mengawini lelaki-lelaki di griya ini. Aku hanya menginginkan anak! Anak yang kuimpikan, anak yang ku mau sesuai dengan gambaran yang telah tumbuh sejak aku muda! Kalian tidak akan pernah mengerti! (Sagra, 290)

Dalam data (15) terdapat tindak tutur konfliktif mengusir, yaitu dengan sikap orang griya tidak menyetujui dengan keputusan yang diambil oleh Siwi untuk mengangkat anak yang bukan berasal dari golongan Brahmana masuk ke dalam lingkungan keluarga Griya dan meminta Siwi untuk meninggalkan wilayah griya.

(16) Cenana : Napasmu mengerikan! Pergilah, jangan ganggu aku!

Puja :Ya, aku akan pergi. Jaga dirimu. Kelak, kau akan lahirkan anak-anak yang baik. (Sagra, 313)

(31)

Dalam data (17) terdapat tindak tutur konfliktif mengusir, yaitu terlihat dari tuturan Cenana yang menyuruh dengan paksa Puja untuk meninggalkannya karena napasnya yang mengeluarkan aroma yang tidak sedap.

2.2.6 Tindak Tutur Konfliktif Menghardik

Tuturan yang digunakan untuk mengatai-ngatai dengan kata-kata yang keras, membentak-bentak dan mengancam supaya orang itu mengakui perbuatannya. Berikut adalah contoh data tindak tutur konfliktif menghardik yang ada pada kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(17) Luh Kendran : Ini semua gara-gara Meme-mu, Sita. Kenapa perempuan bodoh itu masuk ke rumah tuan berpangkat? Sekarang, tak lagi kami memiliki harga diri.

Sawer : Kau baik-baik sita.

Sita : Tidak! Kau berbohong, kau tega meninggalkan tiang sendiri. Tiang membenci Meme, Sawer, perempuan itu telah merusak impian tiang. Perempuan itu merusak seluruh desa. Biar para Dewa menghukumnya di neraka!

Sawer : Kau tidak boleh berkata seperti itu!

Sita : Tiang tidak menyangka Meme bisa sebodoh itu.

(Sagra, 139-140)

Dalam data (17) terdapat tindak tutur konliktif menghardik, yaitu Sita yang mengatai-ngatai kata kasar terhadap sang ibu ketika sedang berbicara dengan Sawer.

(18) Lelaki Penyair : Kau tahu, kau tidak cantik. Tapi kau memiliki sesuatu yang sulit kujelaskan. Pernahkah kau bayangkan bersetubuh denganku.

Dayu Bulan : Bagaimana aku bisa membayangkan bersetubuh denganmu? Menyentuhmu saja aku jijik.

(Sagra, 206-207)

Dalam data (18) terdapat tindak tutur konfliktif menghardik, yaitu Dayu Bulan yang berbicara kata kasar pada lelaki penyair tersebut.

(32)

2.3 Tindak Tutur Kompetitif

Tindak tutur kompetitif adalah tindak tutur yang menganggap sopan santun yang mempunyai sifat negatif dan bertujuan untuk mengurangi ketidakharmonisan yang tersirat (Leech, 1993:62). Tindak tutur kompetitif yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini yaitu menyindir dan meminta.

2.3.1 Tindak Tutur Kompetitif Menyindir

Tuturan ini merupakan tuturan yang menyatakan sesuatu hal seperti kritik, celaan, ejekan kepada seseorang yang dilakukan secara tidak langsung (KBBI V).

Berikut adalah contoh data tindak tutur kompetitif menyindir dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(19) Ratih : Kau takkan bisa menari, karena kau tak memiliki kaki.

Kau lihat kakiku indah bukan. Makanya Luh Karni memilihku jadi sita dalam pementasan sendratari. Mana kakimu Centaga!!

Centaga : Aku harus bisa menari. Sekalipun dengan satu kaki.

(Sagra, 87-88)

Dalam data (19) terdapat tindak tutur kompetitif menyidir, yaitu tuturan Ratih yang berisi ejekan secara tidak langsung di pinggir panggung kepada Centaga yang sedang menari diatas panggung.

(20) Perempuan Griya : Kau bukan perempun sejati. Ingat itu, centaga.

Seorang laki-laki pernah menolakmu ketika dilihatnya kaki kirimu tak seindah kaki kananmu.

Laki-laki : Ini upacara suci. Kalau kau ikut menari, upacara besar di Pura akan tercemar. Wabah penyakit akan menyerang desa kita. Upacara ini harus sempurna.

Maka para penarinya juga harus sempurna. Harus memiliki kaki yang lengkap. Jangan merusak upacara ini, centaga.

(33)

Centaga : Ya. Aku pernah mengenal laki-laki itu. Laki-laki yang mengajari arti membuka mata untuk hidup.

(Sagra, 89-90)

Dalam data (20) terdapat tindak tutur kompetitif menyindir, yaitu laki-laki yang memberikan celaan secara tidak langsung kepada Centaga dengan mengatakan dalam melaksanakan upacara suci yang sempurna penarinya pun harus sempurna dan memiliki kaki yang lengkap.

2.3.2 Tindak Tutur Kompetitif Meminta

Tuturan ini merupakan tuturan yang menyatakan suatu ucapan atau berkata-kata memohon supaya diberi atau mendapat sesuatu (KBBI V). Berikut ini adalah contoh data tindak tutur kompetitif meminta yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(21) Ida Manik : Tidak bisakah kau menikah, memberi seorang cucu untukku, Pidada?

Pidada : Haruskah ku lakukan itu, ibu.

Ida Manik : Ya. Aku ingin cucu, Pidada. (Sagra, 173)

Dalam data (21) terdapat tindak tutur kompetitif meminta, yaitu sang ibu Ida Manik yang meminta Pidada untuk memberikan ia seorang cucu.

(22) Dawer : Bawa anakku, ke kota!

Perempuan Tua : Tolong ratu, kawini anak tiang?

Puja : Ada apa ini?

Perempuan Tua :Cenana hamil! Dia bisa dibuang ke hutan. Anaknya akan jadi aib. Dia tidak akan memiliki gelar kebangsawanan. Bawa dia, Ratu! Jadikan dia istrimu ata gundikmu. Tiang tidak peduli. Jangan sampai warga desa ini tahu. Tolong kami!

(Sagra, 173)

(34)

Dalam data (22) terdapat tindak tutur kompetitif meminta, yaitu perempuan tua yang merupakan ibu dari Cenana memohon pada Puja untuk menjadikan Cenana istrinya yang sedang hamil jika tidak malapetaka akan menimpa anaknya.

2.4 Tindak Tutur Kolaboratif

Tindak tutur kolaboratif adalah tindak tutur yang melibatkan sopan santun.

Hal ini karena pada fungsi tuturan ini, sopan santun dianggap tidak relevan.

Biasanya sebagian besar wacana tulisan masuk ke dalam kategori ini (Leech, 1993:163). Tindak tutur kolaboratif yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini yaitu menginformasikan, menanyakan, memberitahukan, dan menceritakan.

2.4.1 Tindak Tutur Kolaboratif Menginformasikan

Tuturan ini merupakan tuturan yang sifatnya memberikan informasi dan menerangkan suatu peristiwa yang terjadi. Berikut ini contoh data tindak tutur kolaboratif menginformasikan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(23) Suami : Anak kita sekarang sudah memasuki peradaban manusia yang sesungguhnya.

Istri : Kau lihat apa yang dilakukannya?!

Suami : Peradaban, istriku.

Istri : Aku tidak butuh teori itu. Tidak! Sudah! Aku tidak ingin kau berkata aku harus sabar, sabar. Bosan! Aku bosan mendengar kata-kata itu! (Sagra, 39-40)

Dalam data (23) terdapat tindak tutur kolaboratif menginformasikan, yaitu tuturan Suami yang memberitahukan pada sang istri mengenai perkembangan

(35)

anak mereka yang telah menemukan jati dirinya menjadi seorang pemangku adat di Bali.

(24) Ida Telaga : Siapa andersen itu wayan, pamanmu, atau saudaramu?

Wayan : Dia pendongeng yang luar biasa. wajahnya buruk, dia sering dijauhi teman-temannya. Tetapi dia memiliki beratus-ratus teman sejati, yang tidak melihat bentuk tubuh dan wajahnya yang buruk. Teman-temannya yang sejati itu adalah tokoh-tokoh dalam dongeng-dongeng yang dibuatnya. Teman-teman Andersen juga bisa jadi teman kita. (Sagra, 100-101)

Dalam data (24) terdapat tindak tutur kolaboratif menginformasikan, yaitu Ida Telaga yang menanyakan mengenai Andersen kepada Wayan kemudian Wayan menjelaskan mengenai Andersen yang adalah seorang pendongeng hebat.

(25) Sawer : Kau tidak boleh berkata seperti!

Sita : Tiang tidak menyangka meme bisa sebodoh itu. Di kamp Belanda tiang tidak punya teman, semua perempuan memusuhi tiang, dan memandang tiang dengan jijik. Ini semua gara-gara meme! (Sagra, 140)

Dalam data (25) terdapat tindak tutur kolaboratif menginformasikan, yaitu Sita yang memberitahukan pada Sawer kejadian menyedihkan yang dialaminya waktu berada di perkampungan Belanda dan semua hal itu terjadi karena kesalahan ibunya di masa lalu.

(26) Sita : Sekarang Belanda sudah pergi sawer? Apa tiang boleh ikut denganmu?

Sawer : Telah terjadi perubahan besar, sita. Ternyata bangsa Jepang yang datang ke tanah ini, dan menganggap dirinya saudara tua, hanya kedok. Banyak pejuang ditangkap. Mereka disuruh kerja paksa. Hyang Widhi, kita begitu tololnya.

(Sagra, 141-142)

Dalam data (26) terdapat tindak tutur kolaboratif menginformasikan, yaitu Sawer memberitahukan kepada Sita tentang Jepang yang hanya

(36)

membohongi rakyat dengan mengaku sebagai saudara tapi nyatanya tidak seperti yang dibayangkan rakyat menjadi tersiksa dengan melakukan kerja paksa.

2.4.2 Tindak Tutur Kolaboratif Menanyakan

Tuturan ini merupakan tuturan yang bermaksud untuk menanyakan atau meminta keterangan tentang sesuatu tanpa menghiraukan dan memperdulikan tujuan sosialnya. Berikut ini contoh data tindak tutur kolaboratif menginformasikan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(27) Istri : Mana anakku?

Suami : Sejak tadi kau hanya berteriak. Ada apa?

Istri : Anakku. Putu Saiful Hadjar mana?

Suami : Putu Saiful Hadjar?

Istri : Ya. Putu Saiful Hadjar anakku!

Suami : Semalam kau demam. Tidurlah masih pagi.

(Sagra, 46)

Dalam data (27) terdapat tindak tutur kolaboratif menanyakan, yaitu istri yang terbangun dari tidurnya kemudian mencari dan menanyakan pada suami keberadaan anak mereka. Akan tetapi, suami hanya menjawab dengan bertanya kembali pada sang istri dan menyuruh sang istri untuk kembali tidur karena semalam ia demam.

(28) Ibu Pembesar : Pernahkah kau berpikir untuk menjadi perempuan seperti aku?

Pelayan : Kenapa ibu bertanya seperti itu?

Ibu pembesar : Aku yang bertanya. Bukan kau!

Pelayan : Maaf, ibu.

Ibu pembesar : Kau pernah ingin menjadi aku? Jawablah pertanyaanku. Apapun jawabanmu, aku senang.

Pelayan : Saya tidak ingin jadi ibu pembesar.

(Sagra, 69-70)

(37)

Dalam data (28) terdapat tindak tutur kolaboratif menanyakan, yaitu Ibu pembesar yang melontarkan pertanyaan berulang kali pada pelayan mengenai pernahkah dia berpikir untuk menjadi dirinya tetapi pelayan menanyakan kembali kepada ibu kenapa bertanya mengenai hal tersebut dan jawaban pelayan tersebut tidak pernah.

(29) Tiang : Dayu sakit lagi? Apanya yang sakit? Perut? Dada?

Atau matanya?

Anak lain : Ceritakan pada kami. Kami akan mengobati Dayu.

Kalau Dayu sakit, Dayu tidak bisa bercerita lagi.

Tiang : Sudah! Jangan merengek seperti itu. Biarkan Dayu istirahat. (Sagra,97)

Dalam data (29) terdapat tindak tutur kolaboratif menanyakan, yaitu Tiang yang menanyakan keadaan Dayu yang sedang sakit tapi Dayu tidak memperdulikan pertanyaan tersebut dan tidak menjawabnya. Anak lain yang berada di situ juga meminta Dayu untuk bercerita tapi sama saja tetap tidak ada jawaban.

(30) Sita : Lalu, apa yang harus tiang lakukan?

Sawer : Tahukah dirimu bahwa kau cantik?

Sita : Tidak!

Sawer : Kau jangan marah Sita.

Sita : Tiang pikir, tiang makin sering memikirkanmu, Sawer.

Tahukah kau? (Sagra,142).

Dalam data (30) terdapat tindak tutur kolaboratif menanyakan, yaitu Sita yang menanyakan hal apa yang harus ia lakukan, tetapi Sawer tidak menjawab pertanyaan Sita tetapi menanyakan kembali dengan hal lain yaitu kau tahu bahwa kau itu cantik.

(31) Cemeti : Kau marah padaku, Sagra?

Sagra : Ratu jangan berkata seperti itu. Saya..”

(Sagra, 158)

(38)

Dalam data (31) terdapat tindak tutur kolaboratif menanyakan, yaitu Cemeti yang bertanya pada Sagra kau marah padaku, tetapi Sagra tidak memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

(32) Ratu : Sagra, sayangkah kau pada anakku?

Sagra : Kenapa ratu bertanya seperti itu?

Ratu : Belakangan ini Yoga sulit ku raih.

Sagra : Apa maksud ratu? (Sagra,188)

Dalam data (32) terdapat tindak tutur kolaboratif menanyakan, yaitu Ratu yang berkata pada Sagra mengenai sayangkah Sagra pada anakknya itu tapi Sagra tidak menjawab pertanyaan Ratu secara langsung melainkan menanyakan kembali mengapa Ratu bertanya seperti itu pada dirinya.

2.4.3 Tindak Tutur Kolaboratif Memberitahukan

Tuturan ini merupakan tuturan yang menyampaikan, mengumumkan, menyebarluaskan (kabar dan sebagainya) supaya diketahui oleh orang lain (KBBI V). Berikut ini contoh data tindak tutur kolaboratif memberitahukan yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(33) Luh Sampring : Tiang ingin menceritakan sebuah rahasia. Kita harus bersembunyi, agar tidak ada anak-anak lain mendengarkannya.

Luh Sampring : Lihat dayu, tubuh tiang.

Dayu : Kau berdarah?

Luh Sampring : Ya. Sakit sekali

Dayu : Kau tidak ke balian (dukun). Kau pasti kena guna- guna?

Luh Sampring : Tidak. Kata meme semua anak perempuan akan mengalaminya. (Sagra, 103-104).

(39)

Dalam data (33) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Luh Sampring yang menyampaikan mengenai sesuatu yang terjadi pada dirinya kepada Dayu bahwa dia telah mengalami menstruasi.

(34) Sita : Katakan Sawer, apa yang harus tiang lakukan untukmu?

Sawer : Nanti malam aku akan menyamar jadi sekaa jogged bumbung kau kan bisa menari joged bumbung. Menarilah dengan gaya merangsang, malam nanti Hosikaga Watagama akan datang.

Sita : Siapa lagi itu?

Sawer : Pejabat, maksudku orang yang sangat berpengaruh. (Sagra, 143)

Dalam data (34) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Sawer yang menyampaikan rencananya pada Sita. Sita tidak mengetahui siapa itu Hosikaga Watagama lalu Sawer menjelaskan untuk Sita bahwa Hosikaga itu seperti orang yang berkuasa.

(35) Sawer : Kalau kau bisa taklukkan Hosikaga Watagama, kau telah menyelamatkan seluruh laki-laki di pulau ini. Kau akan dicatat sejarah sebagai perempuan luar biasa.

Sita : Apa itu sejarah, tiang tidak perlu dicatat-catat.

Hidup bersamamu saja sudah anugerah.

(Sagra, 144)

Dalam data (35) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Sawer yang menjelaskan pada Sita jikalau ia berhasil menaklukkan Hosikaga dia akan dicatat dalam sejarah. Tetapi Sita tidak mengetahui arti sejarah sehingga menjawab hanya denganmu saja itu adalah anugerah.

(36) Perempuan : Kau sudah dengar kabar?

Sita : Cerita apa lagi?

Perempuan : Sawer akan menikah. (Sagra,148)

(40)

Dalam data (36) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu seorang perempuan yang menyampaikan kabar kepada Sita bahwa Sawer akan menikah di desa.

(37) Ida Ayu : Dia lebih cocok jadi anakmu, Sagra.

Sagra : Ratu……

Ida Ayu : Kau cantik, Sagra. Anakku pasti amat menyayangimu. Kau juga baik hati dan begitu mengerti kondisiku.

Sagra : Ratu…..” (Sagra, 156-157)

Dalam data (37) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Ida Ayu yang menyampaikan penilaian dirinya terhadap Sagra karena parasnya yang cantik hingga anaknya akan menyayangi dirimu.

(38) Ida Ayu : Kau marah padaku, Sagra?

Sagra : Ratu jangan berkata seperti itu. Saya….”

Ibu Cemeti : Jangan sembarang merawat cucuku, Sagra. Kelak, dialah penerus dinasti Pidada. Dia yang akan mewarisi seluruh hotel yang ku miliki. Ajari dia menjadi bangsawan yang baik. (Sagra, 158-159)

Dalam data (38) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Ibu Cemeti yang mengatakan pada Sagra untuk merawat dengan baik cucunya karena dia merupakan pewaris tahta Pidada.

(39) Sagra : Aku tak punya pikiran untuk menyakiti meme. Tinggal di griya akan membuatku mati, meme!

Ibu : Dengarkan aku dulu!

Sagra : Kenapa meme ingin sekali aku ke griya? Aku bisa hidup sekalipun tanpa meme, tapi jangan membawaku ke griya.

Aku tak ingin hidup di sana, meme.

Ibu : Dengar dulu perkataan meme Sagra : Apa lagi?

Meme : Sagra, meme tahu kau anak yang berbakti. Tahukah kau kalau tanah yang kau garap selama ini adalah milik keluarga griya. (Sagra, 170-171).

(41)

Dalam data (39) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Ibu yang menyampaikan secara langsung kepada Sagra bahwa tanah yang selama ini digarap oleh keluarga kita merupakan tanah milik keluarga Griya.

(40) Yoga : Semua orang di rumah ini hanya memikirkan Prami.

Sagra : Adik tugus kan masih kecil. Belum bisa ngomong, belum bisa jalan. (Sagra, 19)

Dalam data (40) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Sagra yang menjelaskan kepada Yoga bahwa adiknya masih kecil belum bisa berbicara dan berjalan sehingga semua perhatian masih tertuju pada sang adik.

(41) Sagra : Tugus masih marah? Sini meme beritahu. Tugus harus mendengarkan meme, ya. Tugus sekarang sudah besar. Waktu tugus seusia Tugeg Prami, tamu yang datang menengok tugus juga banyak.

Yoga : Tidak mau. Ibu harus memilih, Yoga atau Prami!

(Sagra, 192)

Dalam data (41) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan yaitu, Yoga yang masih marah karena cemburu dengan sang adik yang selalu mendapat perhatian lalu meme Sagra membujuk dan memberi pengertian dengan menceritakan masa kecil Tugus dulu.

(42) Dayu : Hubungan dengan laki-lakimu buruk, Tori?

Tori : Tidak!

Dayu : Apa lagi yang kau gelisahkan? Dulu kau katakan kau ingin jadi perempuan biasa. Mulailah. Sebelum sesuatunya makin buruk. Bukankah kau ingin memperbaiki hubungan dalam perkawinanmu?

Tori : Aku tidak ingin cerita perkawinanku!. Aku memiliki laki- laki lain, Dayu.

Dayu : Aku tak percaya. Aku tidak bisa menerimanya, Tori.

(Sagra, 214-215)

(42)

Dalam data (42) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Tori yang menyampaikan hal yang dialaminya kepada Dayu bahwa Ia memiliki lelaki lain yang membuatnya lebih bahagia.

(43) Teman Pelukis : Kau jangan tegang begitu, Puja. Tunggu sampai matahari sedikit turun, kita bisa ikut mandi. Airnya dingin sekali, untuk manusia seperti kau, harus hati-hati. Air di desa ini tajam!

Puja : Aku belum pernah melihat tubuh perempun tanpa parfum dan bedak!

Teman Pelukis: Makanya ku ajak kau kesini. Biar otakmu lebih segar.

Perempuan di desa batu ini tidak boleh kau jamah sembarangan. Mereka bukan perempuan kota,..

(Sagra, 296)

Dalam data (43) terdapat tindak tutur kolaboratif memberitahukan, yaitu Teman Pelukis yang mengajak dan memberitahukan pada Puja bahwa perempuan di desa batu ini tidak boleh kau goda dan rayu sembarangan.

2.4.4 Tindak Tutur Kolaboratif Menceritakan

Tuturan ini merupakan tuturan yang bermaksud mengatakan atau memberitahukan kepada seseorang supaya diketahui (KBBI V). Berikut contoh data yang termasuk dalam tindak tutur kolaboratif menceritakan dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(44) Dayu : Perempuan buruk rupa itu kali ini kembali berteduh di sebuah pohon. Kali ini pohon itu dipenuhi ranting-ranting kecil, yang memiliki lekuk-lekuk yang indah..

Tiang : Tidak seperti bentuk tubuh, bukan?

Dayu : Ada apa dengan bentuk tubuhmu?

Tiang : Saya membenci tubuh saya, dayu. Andaikata tiang tidak memiliki tubuh, tentunya tentara-tentara Jepang itu tidak akan pernah menyeret tiang secara paksa dan melukai tubuh kami setiap malam. (Sagra, 106)

(43)

Dalam data (44) terdapat tindak tutur kolaboratif menceritakan, yaitu Tiang yang memberitahu tentang kejadian pelecahan seksual yang terjadi secara paksa yang menimpa dirinya kepada Dayu.

(45) Perempuan kecil : Dayu jangan melamun. Kediamanmu, membuat saya diseret kematian…

Dayu : Jangan! Aku akan bercerita, kau mau aku bercerita tentang apa?

Anak lain : Apa saja.

Dayu : Di sebuah hutan yang sunyi, tumbuhlah sebuah pohon. Kulitnya begitu indah, sehingg banyak manusia, binatang, juga tumbuhan yang lain, iri padanya. Pohon itu juga memiliki ranting-ranting yang cantik. Daunnya lembut, pohon itu sangat baik hati. Ketika satu saja daunnya jatuh, pohon itu menangis. Lalu daun akan berkata: jangan menangis pohon, aku akan tetap bersamamu, kematianku akan memberimu kehidupan yang lebih panjang……

(Sagra, 107-108)

Dalam data (45) terdapat tindak tutur kolaboratif menceritakan, yaitu seorang gadis kecil dan anak lainnya yang meminta Dayu menceritakan sebuah cerita bebas lalu Dayu mulai bercerita mengenai kisah sebuah pohon ditengah hutan yang indah dan cantik.

(46) Teman Penyair : Apa yang kau harapkan pada dari anak perempuanmu?

Penyair : Pertanyaan apa itu?

Teman Penyair : Hanya ingin tahu….”

Penyair : Aku ingin anak perempuanku mandiri. Kelak, kalau aku sudah tua, dia harus bisa memahami sajak-sajakku. Dia harusa sadar bahwa dalam tubuhnya mengali darah seorang penyair. Anak perempuanku harus cerdas! (Sagra, 209)

Dalam data (46) terdapat tindak tutur kolaboratif menceritakan, yaitu Teman sang penyair menanyakan hal apa yang sang penyair harapkan pada anaknya.

Lalu, sang penyair pun bercerita tentang harapannya pada sang anak agar tumbuh

(44)

menjadi pribadi mandiri dan menyadari bahwa didalam tubuhnya ada darah seorang penyair.

(47) Cenana : Meme…..

Meme : Sungguh kau cantik!

Cenana : Meme juga cantik.

Meme : Ya, aku dulu cantik. Aku adalah perempuan yang percaya bahwa tubuhku mampu melakukan apa saja.

Aku perempuan yang tidak punya otak cenana. Karena keindahan tubuhku yang selalu di puja lelaki telah membuat aku buta. Dulu aku berpikir dengan kecantikan dan tubuh yang indah…

(Sagra, 306-307)

Dalam data (47) terdapat tindak tutur kolaboratif menceritakan, yaitu meme yang memberitahukan pada Cenana bahwa dahulu ia memiliki paras cantik dan tubuh yang indah sehingga mudah mendapatkan lelaki yang disukainya.

2.5 Tindak Tutur Konvivial

Tindak tutur konvivial merupakan tindak tutur yang melibatkan sopan santun. Pada fungsi ini, sopan santun bentuknya lebih positif dan bertujuan untuk mencari kesempatan untuk beramah-ramah (Leech, 1993:163). Tindak tutur konvivial yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini yaitu mengajak dan menyetujui.

2.5.1 Tindak Tutur Konvivial Mengajak

Tuturan ini merupakan tuturan yang bermaksud untuk meminta, menyilakan dan menyuruh seseorang untuk turut mengikuti melakukan sesuatu (KBBI V). Berikut contoh data tindak tutur konvivial mengajak yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(45)

(48) Ibu Pembesar : Sekarang kau akan terus tinggal disini. Baik-baik bekerja, ya Tugasmu menemaniku!

Pelayan : Ya.

Ibu pembesar : Aku pasti senang kau temani. Kau cantik dan bersih.

Tinggal Sedikit poles saja kau pasti bisa menjadi perempuan terhormat. Dan tentu saja kau bisa jadi teman yang menyenangkan. (Sagra, 60)

Dalam data (48) merupakan tuturan yang termasuk ke dalam tindak tutur konvivial mengajak, yaitu tuturan Ibu pembesar yang menyilakan si pelayan untuk tetap tinggal bersama dirinya karena Ia merasa nyaman dan senang dengan kehadiran wanita tersebut.

(49) Sawer : Suatu hari, aku akan membawamu pergi, Sita. Aku akan membawamu lari dan menjauh dari Belanda-Belanda tua itu.

Sita : Bagaimana caranya.

Sawer : Mendekatlah, akan kuceritakan sebuah kabar baik untukmu.

(Sagra, 140-141)

Dalam data (49) terdapat tindak tutur konvivial mengajak, yaitu Sawer yang meminta Sita untuk ikut dengannya pergi menjauh dari orang-orang Belanda itu.

2.5.2 Tindak Tutur Konvivial Menyetujui

Tuturan ini merupakan tuturan yang menyatakan setuju (sepakat) dengan membenarkan, mengiakan dan menerima suatu hal (KBBI V). Berikut contoh data tindak tutur konvivial menyetujui yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini.

(50) Ida manik : Menikahlah pidada, beri aku cucu.

Pidada : Pilihlah aku laki-laki, ibu.

Ida manik : Kau... kau sungguh-sungguh.

Pidada : Kalau itu yang ibu inginkan, aku siap.

(Sagra, 177-178)

(46)

Dalam data (50) terdapat tindak tutur konvivial menyetujui, yaitu Pidada yang setuju dan mengiakan dengan keputusan sang ibu menyuruh Ia untuk menikah.

2.6 Rangkuman

Berdasarkan beberapa contoh data yang sudah dipaparkan, penulis merangkum sebagai berikut.

Berdasarkan dengan tujuan sosialnya tindak tutur yang paling sopan yaitu, jenis tindak tutur konvivial yang terdapat dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini tidak mengandung kata-kata yang kasar. Kemudian jenis tindak tutur kolaboratif dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini ini tidak terdapat kata-kata yang tidak sopan, tindak tutur ini hanya digunakan untuk menyampaikan informasi dan memberitahukan suatu hal. Lalu, tindak tutur kompetitif dalam kumpulan cerpen Sagra karya Oka Rusmini ini mengandung kata-kata kurang sopan seperti menyindir dan menyinggung secara halus.

Kemudian tindak tutur jenis terakhir yaitu tindak tutur konfliktif ini adalah tindak tutur yang bertentangan dan tidak mengandung prinsip kesopanan dan kesantunan karena dalam tuturannya selalu berisi kata-kata kasar, makian, dan merugikan orang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat 21 data dari sumber data yang dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis tindak tutur tidak langsung ilokusi yaitu

Dari hasil penelitian dapat ditemukan empat jenis tindak perlokusi yaitu tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, dan tindak tutur ekspresif.

Data 24 merupakan tindak tutur ekspresif meminta maaf, tuturan yang diujarkan kepada mitra tutur ini bersifat tuturan atau kalimat menyampaikan ucapan selamat

Tujuan tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam dialog film “Tilik” berdasarkan data yang telah diklasifikasi adalah tiga jenis yaitu tujuan kompetitif, konvivial dan

Di samping itu, penelitian ini juga memfokuskan pada jenis tindak tutur ilokusi direktif karena pada penggunaan kalimat yang berkaitan dengan jenis tindak tutur

Berikut ini adalah hasil kesimpulan dari analisis tindak tutur ekspresif dalam novel Soedirman dan Alfiah terdapat 70 tuturan ekspresif yang dikelompokkan menjadi 20 jenis

Hasil penelitian mengungkap lima jenis tindak tutur yang digunakan, meliputi tindak tutur representatif, tindak tutur komisif, tindak tutur direktif, tindak tutur

Jenis-Jenis Tindak Tutur yang Terdapat pada Percakapan Data 3 No Tuturan Tindak Lokusi Ilokusi Perlokusi 1 “Hehe, nasibku baik sekali, siang ini aku akan makan Kancil yang