• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI HORMON TUMBUH PADA TANAMAN TEBU VARIETAS CM 2012 DI PABRIK GULA BONE TUGAS AKHIR. Oleh: Irwan Nur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "APLIKASI HORMON TUMBUH PADA TANAMAN TEBU VARIETAS CM 2012 DI PABRIK GULA BONE TUGAS AKHIR. Oleh: Irwan Nur"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI HORMON TUMBUH PADA TANAMAN TEBU VARIETAS CM 2012 DI PABRIK GULA BONE

TUGAS AKHIR

Oleh:

Irwan Nur 17220400235

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2020

(2)
(3)
(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, Juli 2020 Yang menyatakan,

Irwan Nur

iv

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Hidayat- Nya, tidak lupa shalawat dan salam penulis curah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW beserta para keluarga dan sahabatnya. Berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak yang membantu sehingga penulis dapat menyusun laporan tugas akhir ini dengan baik sesuai waktu yang telah ditentukan. Adapun judul tugas akhir ini adalah ”Aplikasi Hormon Tumbuh Pada Tanaman Tebu Varietas CM 2012 Di Pabrik Gula Bone”.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa atas penyelesain tugas akhir ini, yaitu kepada kedua orang tua serta segenap keluarga yang telah memberikan do’a dan dukungan, kepada DR.

Zahraeni Kumalawati, S.P., M.P. dan Nildayanti, S.P., M.Si. selaku pembimbing I dan pembimbing II, Dosen, PLP dan segenap staf administrasi Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, serta teman–teman mahasiswa.

Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Demikian tugas akhir ini penulis susun, semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan penulis sendiri.

Pangkep, ... Juli 2020

Penulis

v

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

RINGKASAN ... iix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat Percobaan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Morfologi Tanaman Tebu ... 4

2.2. Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu ... 4

2.3. Peranan ZPT Bagi Pertumbuhan Tanaman ... 5

BAB III. METODOLOGI ... 7

3.1. Waktu dan Tempat ... 7

3.2. Bahan dan Alat ... 7

3.3. Metode Percobaan ... 8

3.4. Pelaksanaan Percobaan... 9

3.5. Parameter Pengamatan ... 11

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12

4.1. Hasil ... 12

4.2. Pembahasan ... 16

(7)

BAB V. PENUTUP ... 19

5.1. Kesimpulan ... 19

5.2. Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

LAMPIRAN ... 22

RIWAYAT HIDUP ... 31

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Jumlah tunas primer per (m) bibit tebu pada umur 1 hingga 9 MST ... 12 Gambar 2. Tinggi Tanaman (mm) Bibit Tebu pada umur 1 hingga 9 MST ... 13 Gambar 3. Rata – rata jumlah anakan per meter (m) bibit tebu pada umur 1 hingga

9 MST ... 14 Gambar 4. Jumlah Total Tunas per meter (m) Bibit Tebu pada umur 1 hingga 9

MST ... 14 Gambar 5. Jumlah Satuan Unit Per Meter (m) Klorofil Bibit Tebu pada umur 4

hingga 9 MST ... 15

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Tabel Lampiran 1a. Rata - Rata Pertumbuhan Tunas Primer (m) Tanaman Tebu

Umur 9 MST ... 23

Tabel Lampiran 1b. Rata - Rata Tinggi (mm) Tanaman Tebu Umur 9 MST ... 23

Tabel Lampiran 1c. Rata - Rata Jumlah Anakan (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST. 24 Tabel Lampiran 1d. Rata - Rata Jumlah Total Tunas (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST ... 25

Table Lampiran 1e. Rata - Rata Jumlah Klorofil Tanaman Tebu Per Unit Umur 8 MST ... 26

Table Lampiran 2a. Rata - Rata Pertumbuhan Tunas Primer (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST ... 26

Tabel Lampiran 2b. Rata - Rata Tinggi (mm) Tanaman Tebu Umur 9 MST ... 26

Tabel Lampiran 2c. Rata - Rata Jumlah Anakan (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST 27 Tabel Lampiran 2d. Rata - Rata Jumlah Total Tunas (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST ... 27

Table Lampiran 2e. Rata - Rata Jumlah Klorofil Tanaman Tebu Per Unit Umur 8 MST ... 27

Gambar 1. Penghitungan Jumlah Tunas Primer Tanaman Tebu ... 28

Gambar 2. Pengukuran Tinggi Tanaman ... 28

Gambar 3. Penghitungan Jumlah Anakan Tanaman Tebu Per Meter ... 29

Gambar 4. Penghitungan Jumlah Total Tunas Per Meter Tanaman Tebu ... 29

Gambar 5. Pengukuran Kandungan Zat Hijau Daun Tanaman Tebu... 30

(10)

RINGKASAN

Irwan Nur 1722040035. Aplikasi Hormon Tumbuh Pada Tanaman Tebu Varietas CM 2012 Di Pabrik Gula Bone di bawah bimbingan Zahraeni Kumalawati dan Nildayanti.

Pemberian hormon tumbuh merupakan salah satu upaya meningkatkan leju oertumbuhan tanaman Percobaan ini bertujuan membandingkan tingkat pertumbuhan tunas dengan perendaman bibit dalam hormon tumbuh sucrosin.

Percobaan dilaksanakan pada bulan Juli - September 2019 Dusun Sandrego, Desa Tellongeng, Kecamatan, Mare, Kabupaten Bone PTPN XIV Pabrik Gula Bone Sulawesi Selatan. Percobaan menggunakan metode sederhana dengan data yang diperoleh dari olah data menggunakan data rata - rata biasa yang terdiri atas dua perlakuan yaitu kontrol dan perlakuan. Setek tebu direndam menggunakan air, dan perlakuan perendaman setek dalam Sucrosin. Setiap perlakuan diulang 10 kali atau 10 juring dan menggunakan empat unit tanaman dalam satu juringan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa penambahan sucrosin 1 cc/L air dengan perendeman selama 30 menit, menghasilkan jumlah tunas primer, tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah total tunas dan kandungan zat hijau daun yang meningkat dibandingkan dengan tanaman tanpa perlakuan.

Kata Kunci : Hormon tumbuh, ZPT, tebu varietas CM 2012.

(11)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki potensi ekonomi cukup besar. Hal ini disebabkan industri gula berbahan baku tebu merupakan kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat dan juga merupakan salah satu sumber pendapatan bagi jutaan petani tebu dan pekerja di industri gula nasional. Selain itu sektor pertanian juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 5,41 persen pada tahun 2019 (Badan Pusat Statistik, 2020).

Kementerian Perindustrian (2020), mencatat produksi gula nasional pada tahun 2018 sebesar 2.17 juta ton. Sementara, kebutuhan gula nasional mencapai 6.6 juta ton. Jadi dibutuhkan tambahan sekitar 4,07 juta ton gula impor untuk memenuhi komsumsi gula nasional (Badan Pusat Statistik, 2020).

Ketidakseimbangan antara produksi dan komsumsi gula menjadi suatu masalah yang hendaknya segera diatasi. Beberapa upaya dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Salah satu upaya intensifikasi adalah perbaikan terhadap lahan-lahan pertanaman tebu, mulai dari bibit yang digunakan, tanah yang dipakai sebagai media tanam, pemeliharaan, hingga penanganan pasca panen. Produktivitas tebu dapat mencapai optimal apabila upaya perbaikan tersebut dilakukan dengan baik. Rendemen tebu yang dihasilkan sangat dimungkinkan akan meningkat dengan produktivitas tebu yang optimal dan hal ini berpengaruh pada kualitas dan kuantitas gula yang diproduksi.

(12)

Dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu ketersediaan bibit yang berkualitas sangat diperlukan karena perannya sangat penting dalam membantu pertumbuhan dan produksi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk memperoleh pertumbuhan yang baik adalah aplikasi zat pengatur tumbuh (ZPT). Menurut Djamal (2012), pertumbuhan tanaman ditentukan oleh pupuknya, sementara arah dan kualitas dari pertumbuhan dan perkembangan sangat ditentukan oleh zat pengatur tumbuh. ZPT adalah senyawa organik bukan hara tetapi dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Pada tahapan pembibitan secara vegetatif (setek), aplikasi ZPT secara langsung dapat meningkatkan kualitas bibit serta mengurangi jumlah bibit yang pertumbuhannya abnormal.

Terkait dengan aplikasi ZPT eksternal untuk bibit stek, beberapa faktor seperti macam dan konsentrasi perlu diperhatikan (Amir, 2019). Penggunaan tidak boleh sembarangan karena penggunaan ZPT eksternal yang berlebihan justru dapat menghambat pertumbuhan (Gardner et al, 2010).

Salah satu ZPT yang dapat digunakan adalah sucrosin®. Sucrosin®

merupakan pupuk mikro yang mengandung beberapa macam hormon tumbuh, hara makro, antioksidan, vitamin dan aktivator, yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Penggunaan Sucrosin® saat ini mulai digalakkan di perkebunan gula untuk meningkatkan persentase tumbuh bibit, meningkatkan jumlah anakan serta pertumbuhan tanaman tebu. Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan percobaan mengenai aplikasi Sucrosin® pada bibit tebu untuk mempercepat pertumbuhan tunas dan anakan serta meningkatkan produktifitas tanaman tebu.

(13)

1.2. Tujuan dan Manfaat Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk membandingkan tingkat pertumbuhan tunas pada perendaman bibit dalam larutan Sucrosin®. Manfaat percobaan ini adalah diperoleh informasi mengenai penggunaan Sucrosin® dalam budidaya tanaman tebu yang bermanfaat bagi pengembangan produksi tebu di perusahaan perkebunan

(14)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Tanaman Tebu

Batang tebu biasanya tumbuh tagak lurus dengan tinggi 2,5 - 4 m atau lebih, batang tanaman tebu tersusun dari ruas - ruas dan diantara ruas - ruas tersebut dibatasi oleh buku - buku ruas dimana terletak mata yang dapat tumbuh menjadi kuncup tanaman baru. Daun tebu merupakan daun yang tidak lengkap karena hanya tersusun dari pelepah daun dan helai daun, pada daun tebu tidak memiliki tangkai daun. Diantara pelepah daun dan helai daun bagian sisi luar terdapat sendi segitiga daun, sedangkan pada sisi bagian dalamnya terdapat lidah daun. Selain itu juga terdapat bulu - bulu dan duri di sekitar pelepah dan helai daun. Mata tunas tebu adalah kuncup tebu yang terletak pada buku - buku ruas batang. Kuncup-kuncup ini berada di ujung pangakal sebelah kanan dan sebelah kiri secara bergantian. Mata tunas ini selalu terlindungi oleh pelepah daun karena keberadaanya berada tepat dibawah ketiak daun. Bunga tebu sendiri tersusun dalam malai dan bentuknya piramida dengan panjang antara 50 - 80 cm. Cabang bunga tahap pertama merupakan karangan bunga, sedangkan cabang bunga tahap kedua merupakan tandan buah (Haryanto, 2013).

2.2. Fase Pertumbuhan Tanaman Tebu

Fase perkecambahan pada tanaman tebu dimulai saat 0 - 1 bulan terjadinya pertumbuhan mata tunas tebu yang awalnya dorman menjadi tunas muda yang dilengkapi dengan daun, batang dan akar. Fase pertunasan mulai dari umur 1 - 3 bulan yang merupakan proses keluarnya tunas atau anakan baru

(15)

tebu yang tumbuh setelah masa perkecambahan dari pangkal tebu muda hingga membentuk rumpun tebu. Fase pemanjangan batang atau pertumbuhan pada fase ini biomassa (bahan hidup yang dihasilkan tanaman tebu) bertambah secara cepat seperti daun yang bertambah banyak dan diameter batang membesar. Terjadinya pertumbuhan batang disebabkan oleh adanya pertumbuhan pucuk dan pertumbuhan pada dasar ruas. Fase ini berlangsung saat tanaman tebu berumur 3 - 9 bulan. Fase kemasakan terjadi sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula dari hasil fotosintesis tanaman di dalam batang tebu mulai terbentuk. Proses kemasakan berjalan dari ruas bawah ke atas. Fase ini dapat berlangsung pada umur 9 - 12 bulan (Dwi, 2019).

2.3 Peranan ZPT bagi Pertumbuhan Tanaman

Zat pengatur tumbuh pada tanaman berperan dalam mengontrol perkembangan jaringan meristem sehingga akan berakibat pemanjangan sel.

Peranannya antara lain mengatur kecepatan pertumbuhan dari masing - masing jaringan dan mengintegrasikan bagian - bagian tersebut guna menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai tanaman (Lestari, 2011).

Dalam proses pembentukan organ seperti tunas atau akar ada interaksi antara zat pengatur tumbuh eksogen yang ditambahkan kedalam media zat pengatur tumbuh endogen yang diproduksi oleh jaringan tanaman (Winata, 1987). Penambahan zat pengatur tumbuh sucrosin ke dalam air perendaman bibit tebu yang diperkaya dengan ekstrat tanaman dan mengandung hormon giberelin, auxin, sitokinin, hara makro, anti oksidan, vitamin dan aktivator

(16)

serta berfungsi sebagai biostimulan untuk meransang pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.

Penggunaan zat pengatur tumbuh pada tanaman tergantung pada jenis tanaman yang digunakan atau pertumbuhan tanaman yang diinginkan serta tujuan kegiatan yang dilakukan. Untuk pembentukan tunas umumnya menggunakan zat pengatur tumbuh sitokinin (BA atau Kinetin), untuk pembentukan kalus menggunakan auksin 2.4-D dan untuk pembentukan akar menggunakan auksin (IAA, IBA dan NAA). Pada tanaman tertentu sering juga digunakan kombonasi sitokinin dan auksin tergantung tujuan pembentukan tunas, akar atau kalus (Lestari, 2011). Hormon tumbuh sucrosin dapat meransang pertumbuah vegetatif dan generatif tanaman.

Priyono (2019) menyatakan bahwa tiga aspek yang terus dihasilkan hormon tumbuh sucrosin yaitu, optimasi pertumbuhan alami, memperbaiki perubahan fisik, kimia, biologi dan tanah. Hal ini di dukung oleh pendapat Setyowati et al. (1998) yang menyatakan bahwa laju serapan tanaman terhadap zat pengatur tumbuh tergantung oleh beberapa faktor antara lain spesies tanaman, organ tanaman, sifat kimia dan solubitas dari zat pengatur tumbuh, pelarut dan kondisi lingkungan.

(17)

BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juli - September 2019 Dusun Sandrego, Desa Tellongeng, Kecamatan, Mare, Kabupaten Bone PTPN XIV Pabrik Gula Bone Sulawesi Selatan.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bibit tebu varietas CM 2012 (bagal tiga ruas), hormon tumbuh sucrosin, dan air. Adapun alat yang digunakan yaitu, tempat perendaman (terpal), parang, patok kayu, meteran, alat tulis, kamera, klorofil meter, gelas ukur dan hand counter.

3.3. Metode Percobaan

Percobaan menggunakan bibit setek tebu tiga mata tunas yang diberi perlakuan perendaman Sucrosin® dan tanpa perlakuan, kemudian ditanam dalam juringan pada blok yang terpisah dimana masing-masing diulang sebanyak 10 kali atau 10 juring. Luas blok penanaman masing-masing adalah 3 ha. Data yang diperoleh diolah untuk membandingkan rata-rata antara tanaman yang diberi perlakuan dan kontrol.

3.4. Pelaksanaan Percobaan

1. Persiapan Bibit

Bibit yang digunakan adalah bibit varietas CM 2012 dengan umur bibit 6 bulan. Bibit diambil dengan cara memotong bibit pada bagian bawah batang

(18)

tebu, kemudian memisahkan bibit yang ada akarnya dan memisahkan bagian ujunya sampai bisa dipatahkan dengan tangan.

2. Aplikasi Sucrosin®

Aplikasi setek bagal mata tiga direndam dalam larutan Sucrosin® dilakukan dengan cara mencampurkan Sucrosin® ke dalam air perendaman bibit tebu dengan konsentrasi 1 ml/L air.

3. Penentuan Juring Pengamatan

Masing-masing juring pengamatan diukur dengan panjang 10 meter, juring pengamatan diambil dengan arah diagonal dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga mewakili keseluruhan kebun.

4. Pengamatan Pertumbuhan Mata Tunas dan Anakan

Pengamatan pertumbuhan mata tunas mulai dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam dengan cara menghitung jumlah tunas yang tumbuh, mengukur tinggi tunas/batang dari permukaan tanah hingga sendi segitiga daun teratas pada empat rumpun tanaman yang mewakili atau pada rumpun tanaman pada bagian tengah, dan jumlah tunas sekunder (anakan) yang tumbuh pada setiap juring pengamatan. Selanjutnya pada umur 4 minggu setelah tanam pengukuran klorifil daun juga mulai dilakukan pada setiap juring sampel pada petak perlakuan dan juga petak kontrol.

3.5. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati meliputi ;

1. Jumlah tunas primer : menghitung jumlah tunas yang tumbuh pada umur 2 - 9 minggu setelah tanam (MST)

(19)

2. Tinggi tanaman : menghitung Tinggi Tanaman dimulai pada umur 2 - 9 MST dalam setiap interval waktu 1 minggu dengan cara mengukur tinggi tunas/batang dari permukaan tanah hingga sendi segitiga daun teratas.

3. Jumlah anakan : menghitung jumlah anakan yang tumbuh pada umur 2 - 9 MST.

4. Jumlah total tunas : menghitung jumlah total tunas dan anakan yang tumbuh pada umur 2 - 9 MST.

5. Kandungan zat hijau daun : melakukan pengukuran klorofil daun dimulai pada umur 4 MST. Untuk pengukuran klorofil daun dilakukan pada helai daun ke-3 atau ke-4 dari teratas menggunakan klorofil meter MC-100.

(20)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

a. Pertumbuhan Tunas Primer

8 7 6 5 4 3 2 1 0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Minggu ke-

Gambar 1. Jumlah Tunas Primer per meter Bibit Tebu pada Umur 1 hingga 9 MST

b. Tinggi Tanaman

2500 2000 1500 1000 500

Control Perlakuan 0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Minggu Ke -

Gambar 2. Tinggi Tanaman Bibit Tebu pada umur 1 hingga 9 MST.

Control Perlakuan

Tunas per meter (m) Tinggi Tanaman (mm)

(21)

Tunas per meter (m)

c. Jumlah Anakan

16 14 12 10 8 6 4 2 0

Gambar

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Minggu ke-

3. Rata-rata Jumlah Anakan per meter Bibit Tebu pada umur 1 hingga 9 MST.

d. Jumlah Total Tunas 20

18 16 14 12 10 8 6 4 2 0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Minggu ke-

Gambar 4. Total Jumlah Tunas per meter Bibit Tebu pada umur 1 hingga 9 MST

Control Perlakuan

Perlakuan Control

Tunas per meter (m)

(22)

e. Kandungan Zat Hijau Daun

60 50 40 30 20 10 0

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Minggu ke-

Gambar 5. Jumlah Satuan Unit Per Meter Klorofil Bibit Tebu pada umur 4 hingga 9 MST

4.2. Pembahasan

Secara umum perlakuan hormon tumbuh Sucrosin® berpengaruh positif terhadap pertumbuhan bibit tebu. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 1) yang menunjukkan pertumbuhan tanas primer tanaman yang diberi perlakuan mendorong percepatan perkecambahan yang optimal dibandingkan dengan kontrol. Diduga hal tersebut terjadi disebabkan oleh kandungan hormon tumbuh giberelin yang terdapat pada Sucrosin. Gardner et al. (1991), mengemukakan bahwa proses perkecambahan akan diawali dengan absorpsi air dari tanah yang kemudian dapat menyebabkan embrio memproduksi sejumlah kecil giberelin lalu hormon tersebut berdifusi ke dalam sel - sel endosperm jaringan penyimpan, sehingga mengakibatkan pembentukan enzim yang menuntun sel - sel endosperm hancur dan mencair.

Control Perlakuan

Chlorophyll

(23)

Pengamatan tinggi tanaman (Gambar 2), ini menunjukkan bahwa tanaman yang diberi perlakuan memiliki respon yang hampir sama dengan tanaman kontrol. Hal ini diduga disebabkan kandungan auksin yang terdapat pada sucrosin tidak bekerja efektif pada tanaman yang diberi perlakuan akibat paparan sinar matahari yang berlebih. Lindung (2014) menyatakan bahwa auksin dapat rusak jika terkena sinar matahari hal ini dapat menyebabkan tanaman yang terkena matahari akan mengalami denaturasi auksin sehingga pemanjangan selnya tidak sepanjang sel pada bagian yang tidak terkena matahari.

Gambar 3 menunjukkan jumlah anakan terbanyak pada umur 6 MST sampai dengan 9 MST diperoleh pada tanaman yang diberi perlakuan sucrosin. Perlakuan sucrosin berpengaruh pada terhadap jumlah anakan tebu hal ini dikarenakan kandungan sitokinin pada sucrosin mampu merangsang pertumbuhan embrio pada stek batang tebu. Wiraatmaja, (2017), mengemukakan bahwa sitokinin dapat meningkatkan pembelahan, pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Lebih lanjut Nikmah (2015) yang meneliti tentang tebu menyatakan bahwa hasil dari fotosintesis sebagian besar akan disimpan pada batang tanaman tebu dalam bentuk sukrosa dan sebagian besar digunakan untuk proses pertumbuhan vegetatif seperti pamanjangan batang, perbanyakan anakan dan lain-lain.

Berdasarkan hasil percobaan (Gambar 4) Pengamatan pertumbuhan total tunas menunjukkan peningkatan dari umur 2 MST hingga 9 MST diperolah dari tanaman perlakuan. Pertumbuhan tunas pada tanaman sangat dipengaruhi oleh hormon sitokinin. Hormon sitokinin pada suatu tanaman

(24)

berfungsi untuk proses pertumbuhan tunas yang kemudian merangsang pertumbuhan daun (Wiraatmaja 2018). Selanjutnya Abidin (1993) menyatakan apabila perbandingan konsentrasi sitokinin lebih besar daripada auksin, maka akan memperlihatkan pertumbuhan tunas dan daun namun bila konsentrasi sitokinin berimbang dengan konsentrasi auksin, maka pertumbuhan tunas, daun dan akar akan seimbang.

Gambar 5 menunjukkan hasil kandungan zat hijau daun yang diperoleh dari pengamatan minggu ke 4 hingga minggu ke 7 MST terus meningkat, namun pada minggu 8 MST terjadi penurunan kandungan zat hijau daun pada tanaman perlakuan maupun kontrol. Hal demikian terjadi karena kondisi iklim yang kamrau menyebabkan lahan kekeringan dan juga ketersediaan hara dalam tanah semakin berkurang. Lebih lanjut Dwidjoseputro (1994) menyatakan bahwa daun yang menguning bisa juga disebabkan karena kekurangan zat hara nitrogen. Hal ini karena nitrogen berfungsi sebagai bahan fotosintesis, protein dan asam amino yg berperan dalam pembentukan sel, jaringan juga organ tanaman dan sangat dibutuhkan dalam jumlah yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetative, sehingga membuat daun itu menguning karena kekurangan klorofil. Warna hijau pada daun berasal dari kandungan klorofil yang ada pada daun. Semakin besar jumlah klorofil semakin hijau pula daun tersebut. Contohnya daun yang masih muda warnanya hijau muda, yang menandakan klorofil daun tersebut masih sedikit, sedangkan pada daun yang sudah tua warnanya kuning atau merah, yang menandakan daun tua tersebut kehilangan klorofil (Arjuna, 2014).

(25)

BAB V. PENUTUP

5.2 Kesimpulan

Aplikasi sucrosin® pada bibit tebu memberikan dampak posistif terhadap pertumbuhan tanaman. Hal tersebut nampak pada peningkatan jumlah tunas primer, jumlah anakan, jumlah total tunas.

5.2 Saran

Disarankan penggunaan sucrosin bukan hanya pada bahan tanam tetapi juga diaplikasikan pada tahap pertumbuhan awal tanaman.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z 1993. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.

Penerbit Angkasa Bandung.

Amir, Nurbaiti. "Respon Pertumbuhan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.) Terhadap Pupuk Kotoran Ayam Dan Jenis Zat Pengatur Tumbuh." Klorofil: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian 14.2 (2020):

90-93

Arjuna, D. 2014. Pendugaan Kandungan Klorofil Daun Tanaman Padi (Oryza sativa) Melalui Pendugaan Tingkat Warna Daun Dengan Telepon Seluler https://docplayer.info/75038407-Pendugaan- kandungan-klorofil-daun-tanaman-padi-oryza-sativa-melalui-

pendugaan-tingkat-warna-daun-dengan-telepon-seluler-tri-dimas- arjuna.html [20-07-2020]

Badan pusat statistik 2018. Komsumsi Gula Nasional.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/09/januari- oktober-2018-indonesia-impor-gula-4-juta-ton [30-02-2020]

Badan pusat statistic, 2020. Pertanian Tumbuh Luar Biasa.

https://bisnis.tempo.co/read/1234407/bps-tahun-ini-pdb-pertanian- tumbuh-luar-biasa. [30-02-2020]

Djamal, A. 2012. Pembuatan Produk Hormon Tumbuhan Komersial dan Pemanfaatan Hormon untuk Berbagai Tujuan.

<http://www.jasakonsultan.com/pembuatan-product-hormown- tumbuhankomersial-dan-pemanfaatan-hormon-untuk-berbagai- tujuan>. [27-02-2020]

Dwi. 2018. Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat http://balittas.litbang.pertanian.go.id/index.php/id/komoditas/serat- batang-dan-daun/170-berita/infografis/1219-fase-pertumbuhan-tebu [15-06-2020]

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.

Wiraatmaja I. 2018. Zat Pengatur Tumbuh Giberelin Dan Sitokinin https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/e917f35423a 841cab64616e33b90778c.pdf. [6-07-2020]

Kementrian perindustrian republik indonesia

https://kemenperin.go.id/artikel/20447/Industri-Gula-Digenjot. [25- 02-2020]

(27)

Lestari, Endang Gati. Peranan Zat Pengatur Tumbuh Dalam Perbanyakan Tanaman Melalui Kultur Jaringa. Jurnal AgroBiogen 7.1 (2011): 63- 62.

Lindung Teknologi Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh (Zpt; Plant Growth Regulator) http://www.bppjambi.info/newspopup.asp?id=603

Nikmah, Norma Lailatun. Respon Pertumbuhan Vegetatif Dan Kadar Gula Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L) Terhadap Suplai Nitrogen.

Pamungkas, Saktiyono Sigit Tri, and Rani Puspitasari. Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L.) Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Alami terhadap Pertumbuhan Bud Chip Tebu pada Berbagai Tingkat Waktu Rendaman. Biofarm: Jurnal Ilmiah Pertanian 14.02 (2019).

Priyono 2019. Pengaruh Sucrosin Pada Tanaman Dalam PTPN VII

Terapkan Sucrosin Tingakatkan Produksi Gula.

https://republika.co.id/berita/pvx7r6415/ptpn-vii-terapkan-sucrosin- tingkatkan-produksi-gula. [24-06-2020]

Probolinggo, Administrator Ejournal UPM, et al. Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh Hormax Pada Perkecambahan Dan Pertumbuhan Awal Tanaman Tebu (Saccharum Officinarum L.). Agrotechbiz 5.1 (2018):

7-12.

Rachmawati, Destalia Lanny, Mochammad Roviq, and Titiek Islami.

Komposisi Atonik Dan Air Kelapa Pada Pertumbuhan Bud Chips Tebu (Saccharum Officinarum L.). Jurnal Produksi Tanaman 5.5 (2018).

Rismawati, Syakhril. Respons Asal Bahan Stek Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz and Pav.) Terhadap Konsentrasi Rootone F. Agrifor 11.2 (2013): 148-156.

Setyowati, N., Indarto, & Sumiarsri, N. (1998). Respon Pertumbuhan Tiga Macam Setek (Macaranga Triloba Muell. Arg) Pada Pemakaian Dosis Rooton-F Yang Berbeda. Buletin Kehutanan. 37, 20–29.

Suprapto, Agus. Auksin: Zat Pengatur Tumbuh Penting Meningkatkan Mutu Stek Tanamam. Jurnal Penelitian Inovasi 21.1 (2004): 17658.

Winata, L. l987. Teknik Kultur Jaringan. PAU Bogor. 252 hlm.

Haryanto I. 2013. Identifikasi morfologi tanaman tebu. https://ilham-

roby.blogspot.com/2013/12/identifikasi-morfologi-tanaman-tebu.html [20-06-2020]

(28)

L A M

P

I

R

A

N

(29)

Lampiran 1. Data Hasil Pengamatan

Tabel Lampiran 1a. Rata-Rata Pertumbuhan Tunas Primer (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

TUNAS PRIMER

RATA-RATA

1 Kontrol 1 10 m 50 5

2 Kontrol 2 10 m 64 6,4

3 Kontrol 3 10 m 66 6,6

4 Kontrol 4 10 m 60 6

5 Kontrol 5 10 m 59 5,9

6 Kontrol 6 10 m 54 5,4

7 Kontrol 7 10 m 59 5,9

8 Kontrol 8 10 m 70 7

9 Kontrol 9 10 m 59 5,9

10 Kontrol 10 10 m 55 5,5

Total 596 95,6

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

TUNAS PRIMER

RATA-RATA

1 Kontrol 1 10 m 52 5,2

2 Kontrol 2 10 m 46 4,6

3 Kontrol 3 10 m 58 5,8

4 Kontrol 4 10 m 69 6,9

5 Kontrol 5 10 m 63 6,3

6 Kontrol 6 10 m 52 5,2

7 Kontrol 7 10 m 53 5,3

8 Kontrol 8 10 m 51 5,1

9 Kontrol 9 10 m 42 4,2

10 Kontrol 10 10 m 51 5,1

Total 537 53,7

Tabel Lampiran 1b. Rata-Rata Tinggi (mm) Tanaman Tebu Umur 9 MST

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

TANAMAN RATA-

RATA

1 2 3 4

1 Kontrol 1 10 m 220 210 200 170 200

2 Kontrol 2 10 m 170 150 160 170 162,5

3 Kontrol 3 10 m 250 270 210 190 230

4 Kontrol 4 10 m 200 190 210 160 190

5 Kontrol 5 10 m 180 190 220 190 195

6 Kontrol 6 10 m 210 250 200 180 210

7 Kontrol 7 10 m 240 230 250 220 235

8 Kontrol 8 10 m 210 210 200 260 220

9 Kontrol 9 10 m 170 200 220 170 190

10 Kontrol 10 10 m 210 200 150 160 180

(30)

Total Rata-rata 2060 2100 2020 1870 2012,5

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

TANAMAN RATA-

RATA

1 2 3 4

1 Perlakuan 1 10 m 260 260 240 230 247,5

2 Perlakuan 2 10 m 250 240 220 240 237,5

3 Perlakuan 3 10 m 200 220 240 230 222,5

4 Perlakuan 4 10 m 230 200 230 230 222,5

5 Perlakuan 5 10 m 230 200 240 250 230

6 Perlakuan 6 10 m 200 200 210 230 210

7 Perlakuan 7 10 m 230 230 250 230 235

8 Perlakuan 8 10 m 220 240 200 240 225

9 Perlakuan 9 10 m 220 250 250 210 232,5

10 Perlakuan 10 10 m 210 230 230 240 227,5

Total Rata-rata 2250 2270 2310 2330 2012,5

Tabel Lampiran 1c. Rata-rata Jumlah Anakan (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

ANAKAN RATA-RATA

1 Kontrol 1 10 m 46 4,6

2 Kontrol 2 10 m 80 8

3 Kontrol 3 10 m 94 9,4

4 Kontrol 4 10 m 72 7,2

5 Kontrol 5 10 m 39 3,9

6 Kontrol 6 10 m 68 6,8

7 Kontrol 7 10 m 110 11

8 Kontrol 8 10 m 34 3,4

9 Kontrol 9 10 m 83 8,3

10 Kontrol 10 10 m 65 6,5

Total 691 69,1

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

ANAKAN RATA-RATA

1 Perlakuan 1 10 m 106 10,6

2 Perlakuan 2 10 m 64 6,4

3 Perlakuan 3 10 m 139 13,9

4 Perlakuan 4 10 m 104 10,4

5 Perlakuan 5 10 m 119 11,9

6 Perlakuan 6 10 m 93 9,3

7 Perlakuan 7 10 m 113 11,3

8 Perlakuan 8 10 m 65 6,5

9 Perlakuan 9 10 m 118 11,8

10 Perlakuan 10 10 m 90 9

Total 1011 10,11

(31)

Tabel Lampiran 1d. Rata-rata Jumlah Total Tunas (m) Tanaman Tebu Umur 9 MST

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

JUMLAH TUNAS

RATA-RATA

1 Kontrol 1 10 m 101 10,1

2 Kontrol 2 10 m 149 14,9

3 Kontrol 3 10 m 176 17,6

4 Kontrol 4 10 m 130 13

5 Kontrol 5 10 m 103 10,3

6 Kontrol 6 10 m 131 13,1

7 Kontrol 7 10 m 175 17,5

8 Kontrol 8 10 m 108 10,8

9 Kontrol 9 10 m 168 16,8

10 Kontrol 10 10 m 139 13,9

Total 596 59,6

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

JUMLAH TUNAS

RATA-RATA

1 Perlakuan 1 10 m 196 19,6

2 Perlakuan 2 10 m 226 22,6

3 Perlakuan 3 10 m 241 24,1

4 Perlakuan 4 10 m 194 19,4

5 Perlakuan 5 10 m 210 21

6 Perlakuan 6 10 m 175 17,5

7 Perlakuan 7 10 m 188 18,8

8 Perlakuan 8 10 m 113 11,3

9 Perlakuan 9 10 m 176 17,6

10 Perlakuan 10 10 m 160 16

Total 1879 18,79

Tabel Lampiran 1e. Rata-Rata Jumlah Klorofil Tanaman Tebu Per Unit Umur 8 MST

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

KLOROFIL TANAMAN RATA- RATA

1 2 3 4

1 Kontrol 1 10 m 41,2 48,1 44,7 44,3 44,575

2 Kontrol 2 10 m 45 54,2 46 41,1 46,575

3 Kontrol 3 10 m 44,7 48,9 50,4 44,2 47,05

4 Kontrol 4 10 m 42,4 36,4 50,2 43,3 43,075

5 Kontrol 5 10 m 47,1 45,9 42,6 39,3 43,725

6 Kontrol 6 10 m 44,6 49,8 46,3 40,4 45,275

7 Kontrol 7 10 m 46,3 45,4 38,3 48,7 44,675

8 Kontrol 8 10 m 37,1 45,4 38,7 45,4 41,65

9 Kontrol 9 10 m 37,6 45,3 41,3 49,9 43,525

10 Kontrol 10 10 m 46,6 39,6 42,6 42,8 42,9

Total Rata-rata 43,26 45,9 44,11 43,94 44,3025

(32)

NO TANAMAN JURING PANJANG JURING

KLOROFIL TANAMAN RATA- RATA

1 2 3 4

1 Perlakuan 1 10 m 49,6 46,1 45,6 44,5 46,45

2 Perlakuan 2 10 m 45,1 45,9 41,5 44,8 44,325

3 Perlakuan 3 10 m 48,2 44,8 42,7 48,7 46,1

4 Perlakuan 4 10 m 44,4 46,6 40,6 42,6 43,55

5 Perlakuan 5 10 m 48,1 45,4 42,7 50,4 46,65

6 Perlakuan 6 10 m 44,1 44,1 44,5 49,5 45,55

7 Perlakuan 7 10 m 43,6 48,7 52 49 48,325

8 Perlakuan 8 10 m 44,7 46,1 44,5 43 44,575

9 Perlakuan 9 10 m 43 42,6 42,1 57,4 46,275

10 Perlakuan 10 10 m 49 43,8 43,4 45 45,3

Total Rata-rata 45,98 45,41 43,96 47,49 45,71

Lampiran 2. Data Yang Sudah Diolah

Tabel Lampiran 2a. Rata-Rata Pertumbuhan Tunas Primer (m) Tanaman Tebu 2-9 MST

NO PERLAKUAN 2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

8 MST

9 MST 1 Kontrol

1,73 4,36 6,47 6,84 6,54 6,29 5,96 5,96 2 Perlakuan

2,55 4,91 5,54 6,47 6,34 6,23 5,37 5,37

Tabel Lampiran 2b. Rata-Rata Tinggi (mm) Tanaman Tebu 2-9 MST NO PERLAKUAN 2

MST 3 MST

4 MS

T 5 MST

6 MST

7 MST

8 MST

9 MST 1 Kontrol 420,

5 780 992 ,5

1351 ,25

1532 ,5

1897 ,5

1912 ,5

2012 ,5 2 Perlakuan 473,

5

659, 25

103 2,5

1393

,75 1575 1837 ,5

1927

,5 2290

(33)

Tabel Lampiran 2c. Rata-Rata Pertumbuhan Anakan (m) Tanaman Tebu 2-9 MST

NO PERLAKUAN 2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

8 MST

9 MST 1 Kontrol

0 0 0,63 1,6 1,53 2,35 6,91 7,84 2 Perlakuan

0 0 1,11 2,57 3,58 7,24

10,1 1

13,4 2

Tabel Lampiran 2d. Rata-Rata Jumlah Total Tunas (m) Tanaman Tebu 2-9 MST

NO PERLAKUAN 2 MST

3 MST

4 MST

5 MST

6 MST

7 MST

8 MST

9 MST 1 Kontrol

1,73 4,36 7,1 8,44 8,07 8,64

12,8

7 13,8 2 Perlakuan

2,55 4,91 6,65 9,04 9,92

13,4 7

15,4 8

18,7 9

Tabel Lampiran 2e. Rata-Rata Jumlah Klorofil Tanaman Tebu Per Unit Umur 4-8 MST

NO PERLAKUAN 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST 8 MST 9 MST 1 Kontrol

26,725 37,1625 41,19 54,4225 44,3025 26,725 2 Perlakuan 32,72 41,305 42,732

5 54,555 45,71 32,72

(34)

Gambar 1. Penghitungan Jumlah Tunas Primer Tanaman Tebu

Gambar 2. Pengukuran Tinggi Tanaman

(35)

Gambar 3. Penghitungan Jumlah Anakan Tanaman Tebu Per Meter

Gambar 4. Penghitungan Jumlah Total Tunas Per Meter Tanaman Tebu

(36)

Gambar 5. Pengukuran Kandungan Zat Hijau Daun Tanaman Tebu

(37)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Irwan Nur

NIM : 1722040035

Tempat/Tanggal Lahir : Lebbeng, 28 Agustus 1998

Jurusan : Budidaya Tanaman Perkebunan

Pengalaman Organisasi : 1. Anggota Kerukunan Keluarga Besar Mahasiswa Sulawesi Barat (KKBM SUL- BAR)

2. Anggota Luar Biasa Himpunan Mahasiswa Budidaya Tanaman Perkebunan PPNP 3. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)

Tae Kwon Do PPNP

4. Anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Polipangkep English Club PPNP

Pelatihan Seminar : 1. Seminar Pertanian : 2. Seminar Kewirausahaan

Alamat : Dusun. Lebbeng, Desa. Kalukku, Kec.

Kalukku, Kab. Mamuju

Telepon : 085398532979

E-mail : irwannurruslan@gmail.com

Semua data yang saya isikan dan tercantumkan dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum.

Pangkep, Juli 2020

Irwan Nur

27

Gambar

Gambar 1. Jumlah Tunas Primer per meter Bibit Tebu pada Umur 1 hingga  9 MST  b. Tinggi Tanaman  2500  2000  1500  1000  500  Control  Perlakuan  0  0  1  2  3  4  5  6  7  8  9   10  11  12  13  Minggu Ke -
Gambar 4. Total Jumlah Tunas per meter Bibit Tebu pada umur 1 hingga 9  MST
Gambar 5. Jumlah Satuan Unit Per Meter Klorofil Bibit Tebu pada umur 4  hingga 9 MST
Tabel Lampiran 2c. Rata-Rata Pertumbuhan Anakan (m) Tanaman Tebu 2-9  MST  NO  PERLAKUAN  2  MST  3  MST  4  MST  5  MST  6  MST  7  MST  8  MST  9  MST  1  Kontrol  0  0  0,63  1,6  1,53  2,35  6,91  7,84  2  Perlakuan  0  0  1,11  2,57  3,58  7,24  10,1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Domain lingkungan terdapat (52,4%) responden sangat sering merasa aman dalam kehidupan sehari-hari, (52,4%) responden merasakan sedikit sehat akan lingkungan tempat

Leskien saama myönteinen konkreettinen tuki välineellisen tuen tai tekemisen kautta sisälsi käy- tännön apua arjesta selviytymiseen, asumisen turvaamiseen liittyvää tukea,

Untuk mengatasi ketipisan tebal kelongsong tersebut beberapa kemungkinan yang perlu dilakukan adalah menggunakan serbuk U-7Mo dengan partikel yang lebih halus

Analisis kemampuan literasi sains peserta didik pada aspek kognitif, diketahui bahwa peserta didik telah menguasai pengetahuan konten dan pengetahuan

Pernyataan tersebut memberikan suatu gambaran bahwa tipografi untuk kemasan fatigon Hydro ingin menunjukkan bahwa produk tersebut merupakan produk yang memiliki keunikan dalam

Dengan basis riset teratogenitas fetus mencit ( M. musculus) setelah pemberian ekstrak daun muda sungkai ( P. canescens), dapat dikembangkan sumber belajar berupa

Program Studi :

Bahan yang digunakan dalam berkarya seni rupa tiga dimensi terdiri dari berbagai  jenis dan memiliki sifat serta karakeristik yang berbeda satu dengan yang