Volume 20, No. 2 Edisi Desember 2020
Jurnal Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam ISSN 1829-751X
1 Analisis Struktur Komunitas Detritivor pada Sampah Organik di Kelurahan Tarus Kupang Tengah Kabupaten Kupang
Mbing Maria Imakulata 145-152
2 Pengaruh Hidrolisis Asam, Autoclaving Cooling Dan Hidrolisis Asam dengan Autoclaving Cooling pada Karakter Pati Alami Ubi Uwi (dioscorea opposita)
Yosep Lawa1), Christyani E. Bora 2) 153-157
3 Analisis Miskonsepsi pada Buku Ajar Fisika SMA tentang Gaya Apung Terhadap Berat pada Benda Terapung dalam Fluida
Fakhruddin 158-160
4 Pengaruh Penambahan Reflector pada Solar Cell Terhadap Output Daya Listrik Yang Dihasilkan
Marsi D. S. Bani1), I Wayan Sukarjita2), Antonius Hali 3) 161-167
5 Capaian Pembelajaran Kelarutan Dan Ksp untuk Domain Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dipadu Pelatihan Metakognisi
Arvinda C. Lalang 168-173
6 Capaian Kemampuan Berpikir Kritis Pada Materi Larutan Penyangga Melalui Model pembelajaran Learning Cycle 5E Dipadu Think Pair Share
Dewi Lestarani 174-180
7 Studi Perbandingan Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Media Power Point dan Peta Konsep Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa di SMP Negeri 6 Kupang
Hartoyo Yudhawardana 181-187
8 Pengaruh Penuntun Praktikum Interaktif Berbasis Multimedia Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa pada Materi Kimia Larutan
Heru Christianto 188-193
9 Analisis Penerapan Model Scramble Dengan Teknik Problem Posing Tipe Post Solution Posing Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Fisika
I Wayan Sukarjita 194-204
10 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIIG SMPN 3 Kupang Tentang Materi Besaran Satuan Dan Pengukuran Melalui Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (CLIS)
Amiruddin Supu
205-210
11 Struktur Komunitas Bivalvia Pada Hutan Mangrove Desa Oebelo Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang
Sri Sumiyati1), Andam Suriyanti Ardan2), Yusnaeni3) 211-220
12 Model Pembelajaran Novick dan Implikasinya dalam Pembelajaran Materi Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa SMP
Ofirenty Elyada Nubatonis1), Helena Lolyta Ema2) 221-228
13 Kemampuan Penalaran Analogi Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama Pada Konten Geometri
Magdalena Wangge 229-236
14 Potensi Daun Sterculia Quadrifida Asal Timor Terhadap Pertumbuhan Bakteri Shigella Flexnery Secara In Vitro
Nikmah1), Thomas Lion2), Abdul Majid3), Ivo Basri K4) 237-247
15 Struktur Komunitas Filum Echinodermata Di Zona Intertidal Pantai Tesabela (Batubao) Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang
Angela G. Lika1), Mario J. Santrum2) 248-258
16 Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD Berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas Belajar Mahasiswa
Paulus Taek 259-264
Diterbitkan oleh
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Nusa Cendana
PENASEHAT : Dr. Malkisedek Taneo, M.Si.
(Dekan FKIP Undana Kupang) DEWAN REDAKSI
Ketua
Bendahara :
: Dr. Moses Kopong Tokan, M.Si.
Yusniati, S. Si.,M. Pd.
DEWAN PENELAAH :
: : : :
Dr. Paul Taek, M.S.
(Pendidikan Biologi P MIPA FKIP Undana Kupang) Dr. Amiruddin Supu, S.Pd., M.Si.
(Pendidikan Fisika P MIPA FKIP Undana Kupang) Drs. Fakhruddin, M.Si.
(Pendidikan Fisika P MIPA FKIP Undana Kupang) Dr. Siprianus S. Garak, M.Sc.
(Pendidikan Matematika P MIPA FKIP Undana Kupang) Sudirman, S.Pd., M.Pd.
(Pendidikan Kimia FKIP Undana Kupang) EDITOR & LAYOUT : Marsi D. S. Bani, S. Pd., M .Si.
PENERBIT : Jurusan P MIPA FKIP Undana, Kampus Baru Penfui Jl. Adisucipto Penfui Kupang – NTT
Tlp (0380)881369
e-mail : redaksimediasains09@yahoo.com REKENING BANK : Rekening Bank BNI Capem Undana
No. Rek. 229.001044308.901, a.n Christine K . Ekowati TERBIT : Juni dan Desember, edisi khusus diantara Juni dan
Desember
Jurnal Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam ISSN 1829-751X
174 Dewi Lestarani
Staf Pengajar pada Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Undana e-mail: lestaranidewi@yahoo.com
Abstrak
Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui capaian kemampuan kritis siswa melalui pembelajaran Learning Cycle 5E dipadu Think Pair Share.Penelitian ini adalah quasi experiment dengan posttest-only control group design. Dalam hal ini hanya diberikan posttest untuk menilai kemampuan berpikir kritis. Pemilihan sampel didasarkan pada kemampuan awal siswa yang diketahui dengan menggunakan uji LSD(Least Significance Different dengan bantuan program SPSS 23 for Windows,yaitu XI MIPA1 sebagai kelas eksperimen dan XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol.
Kelas esksperimen menggunakan Learning Cycle 5E dipadu Think Pair Share sedangkan kelas kontrol menggunakan Learning Cycle 5E tanpa dipadu Think Pair Share. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas kontrol, dengan nilai signifikansi 0,002. Perbedaan Kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yaitu 7,31. Disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E dipadu Think Pair Share dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Learning Cycle 5E, Think Pair Share
PENDAHULUAN
Karakteristik konsep dalam ilmu kimia, antara lain bersifat abstrak, karena berkaitan dengan objek-objek dan peristiwa- peristiwa abstrak seperti konsep tentang atom, molekul, ion, orbital dan ionisasi. Sastrawijaya (1988) mengemukakan bahwa konsep di dalam ilmu kimia merupakan konsep yang berjenjang dari yang sederhana ke konsep yang lebih tinggi tingkatannya, sehingga konsep dasar akan mendukung pemahaman konsep selanjutnya.
Salah satu bahan kajian pelajaran kimia di SMA adalah larutan penyangga.
Materi larutan penyangga merupakan materi yang banyak berisi konsep bersifat abstrak, banyak memerlukan penjelasan dan perhitungan, serta banyak rumus kimia, sehingga siswa sulit mempelajarinya (Nachdhiyah, 2013).
Siswa yang tidak memiliki pemahaman yang baik terhadap konsep dasar kimia menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami ilmu kimia (Nakhleh, 1992). Konsep dasar kimia sangat penting karena jika tidak dapat dipahami dengan baik, maka konsep atau teori kimia lanjutannya sulit dipahami (Sirhan, 2007).
Kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari kimia meliputi kesulitan dalam memahami konsep, kesulitan dalam mengerjakan tugas dengan angka-angka, dan kesulitan dalam menggunakan alat-alat praktikum.
Perkembangan di era globalisasi yang penuh persaingan, selain memiliki hasil belajar yang baik, siswa juga dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis (Nurbaeti, 2015).
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang diperlukan siswa untuk memberikan respon terhadap tantangan atau Jurnal Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam
Penelitian
CAPAIAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DIPADU THINK PAIR SHARE
Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X
175 masalah yang dihadapinya. Kemampuan
berpikir kritis memungkinkan siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang tepat untuk pemecahan masalah yang dihadapi (Khan, 2016). Sependapat dengan itu, Halpern (2013) menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan siswa dalam mempertimbangkan alasan secara lisan, menganalisis makna, kemampuan menguji hipotesis yang dikemukakan, mempertimbangkan alternatif solusi, kemampuan pengambilan keputusan serta kemampuan pemecahan masalah.
Kemampuan ini harus dilatihkan melalui penggunaan strategi pembelajaran yang tepat.
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang dikarenakan pembelajaran kimia cenderung berfokus menghafalkan rumus dan konsep (Widiawati, 2015). Alternatif solusi yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut sekaligus untuk memperbaiki kualitas pembelajaran kimia adalah pendekatan pembelajaran berpusat pada siswa, dimana siswa dapat mencari, menemukan dan melakukan pengalaman belajarnya sendiri yang bisa difasilitasi pada pembelajaran konstruktivistik. Beberapa manfaat dari penerapan model pembelajaran konstruktivistik yaitu dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruk pengetahuannya, memberikan kesempatan siswa berpikir untuk membangun pemahaman selama pembelajaran. Model pembelajaran kontruktivistik memberikan kesempatan bagi siswa untuk aktif mengeksplorasi pengetahuan, kemudian membangun sebuah konsep dan akhirnya menerapkannya. Di antara berbagai model pembelajaran konstruktivistik, model pembelajaran yang telah dilaporkan berpotensi untuk meningkatkanhasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa adalah model pembelajaran LearningCycle5E(Meiliyana, 2007; Jatmiko, 2014 dan Iskandar, 2004).
Model pembelajaran Learning Cycle 5E dikatakan bersifat konstruktivistik karena pada tahapan pembelajaran fase explanation, dan elaboration, siswa dituntut untuk berpartisipasi aktif dalam membentuk konsep atau pemahaman tentang materi yang dipelajari.
Model pembelajaran yang dapat bersinergi dengan model pembelajaran Learning Cycle sehingga interaksi antar siswa
menjadi baik yaitu model pembelajaran kooperatif dengan sintak tertentu. Model pembelajaran kooperatif merupakan cara belajar menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa bekerja dan belajar bersama untuk mencapai tujuan bersama (Johnson & Johnson, 1991). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang menekankan interaksi sosial adalah model pembelajaranThink Pair Share (TPS).
Pengintegrasian dua model pembelajaran LC5Edan TPS dapat menjadikan pola diskusi yang lebih terstruktur sehingga suasana kelas tetap kondusif dan dapat mengoptimalkan terjadinya interaksi positif, saling menghargai, dan kerja sama antar siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa melalui penggunaan model Learning Cycle 5Edipadu Think Pair Sharedapat melatih kemampuan berpikir kritis dan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui capaian kemampuan berpikir kritis yang diajarkan dengan menggunakan Learning Cycle 5Edipadu Think Pair Share.
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Penelitian
Pemilihan sampel didasarkan pada kemampuan awal siswa yang diketahui dengan menggunakan uji LSD(Least Significance Different dengan bantuan program SPSS 23 for Windows terhadap hasil ulangan harian materi larutan asam dan basa. Hasil uji menunjukkan bahwa ketiga kelas setara, sehingga penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan teknik acak kelompok. Ketiga kelas diundi sehingga terpilih XI MIPA1 sebagai kelas eksperimen dan XI MIPA 2 sebagai kelas kontrol.
TeknikPengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Tahap Persiapan a) Menyusun proposal
b) Menyiapkan instrumen penelitian c) Validasi instrumen
d) Melaksanakan uji coba instrumen e) Menghitung validitas dan reliabilitas
instrumen
f) Mengurus perizinan
g) Mengatur jadwal pelaksanaan penelitian
Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X
176 2. Tahap Pengumpulan Data
a) Melakukan kegiatan pembelajaran padakelas eksperimen (penerapan
LC5E–TPS) dan kelas kontrol (penerapan LC 5E).
Tabel 1Tahapan Model Pembelajaran LC 5E dan LC5E-TPS
LC 5E LC 5E-TPS
Fase 1: Engagement Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan seputar materi yang akan dipelajari.
Fase 1: Engagement
Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan seputar materi yang akan dipelajari.
Fase 2: Exploration Siswa melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data hasil percobaan dan membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Selain itu siswa dapat melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber.
Fase 2: Exploration
Siswa melakukan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data hasil percobaan dan membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Selain itu siswa dapat melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber.
Fase 3: Explanation Siswa menjelaskan hasil ekplorasinya sehingga dihasilkan pengetahun yang baru.Selain itu siswa dapat melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber.
Fase 3: Explanation- Think Pair Share Think: guru memberikan waktu kepada peserta didik menganalisis data hasil percobaan, menjelaskan konsep, menghubungkan konsep satu dan konsep lainnya dan membuat kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Selain itu peserta didik dapat melakukan kajian pustaka dari berbagai sumber.
Pair: guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan segala sesuatu yang telah mereka pikirkan secara berpasangan.
Share: Guru meminta pasangan-pasangan peserta didik menjelaskan hasil ekplorasinya sehingga dihasilkan pengetahuan yang baru
Fase 4: Elaboration Guru memberikan masalah
baru dan meminta siswa menyelesaikannya secara mandiri (individu), kemudian
melakukan diskusi kelas.
Fase 4 : Elaboration-Think Pair Share Guru memberikan masalah baru dan meminta siswa menyelesaikannya secara berpasangan (2 orang) Pembelajaran Think Pair Share terintegrasi pada fase Elaboration sebagai scaffolding.
Think: Guru memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir.
Pair: Guru meminta siswa berpasangan, dan mendiskusikan segala yang sudah mereka pikirkan.
Interaksi selama periode ini dapat bertukar ide atau berupa transfer pengetahuan yang telah siswa dapatkan pada tahap sebelumnya secara individu.
Share: guru meminta pasangan-pasangan siswa untuk berbagi sesuatu yang telah didiskusikan bersama pasangannya masing-masing dengan seluruh kelas.
Fase 5: Evaluation Siswa mengerjakan soal post test.
Fase 5: Evaluation Siswa mengerjakan soal post test.
Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X
177 b) Melaksanakan post test
Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan untuk memberi makna terhadap data yang telah diperoleh selama penelitian. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan statistik.
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan pada data keterlaksanaan pembelajaran dan data penilaian afektif siswa. Data keterlaksanaan pembelajarandigunakan untuk mengetahui rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran tiap pertemuan pada kelas eksperimendan kelas kontrol. Penilaian afektif siswa dilakukan setiap proses pembelajaran dan nilainya dihitung dengan menggunakan rata-rata persentase dengan rumus:
% =
× 100%
2. Analisis Statistik
Analisis statistik dilakukan pada data hasil belajar kognitif, dan data kemampuan berpikir kritis siswa. Data hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa dilakukan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis.
a. Uji prasyarat analisis
Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi sebelum dilakukan uji hipotesis adalah uji normalitas dan uji homogenitas.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah sebaran data pada suatu populasi terdistribusi normal atau tidak. Perhitungan normalitas dapat ditentukan melalui bantuan program SPSS 23.0 for windowsdengan menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov(One sample Kolmogorov-Smirnov Test). Data terdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan data terdistribusi tidak normal jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kesamaan ragam kedua sampel penelitian dalam populasi, sehingga pengujian hipotesis dapat berlangsung. Perhitungan homogenitas ditentukan melalui bantuan program
SPSS 23.0 for Windows dengan menggunakan Uji Levene (Levene test). Data homogen jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 dan data tidak homogen jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05.
3) Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji prasyarat analisis dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis antara siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data yang digunakan untuk uji hipotesis adalah nilai hasil belajar kognitif siswa dan nilai kemampuan berpikir kritis. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t (independent sample t-test) berbantuan program SPSS 23.0 for Windowsdengan nilai signifikasi α = 0,05. Adapun rumusan hipotesis penelitian yang diujikan adalah sebagai berikut:
H01 : Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5E–TPSsama dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5E.
H1B : Kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5E–TPS lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E.
Kriteria penerimaan hipotesis nihil (H0) dan hipotesis alternatif (H1) adalah
1) Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, H1diterima.
2) Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima, H1ditolak.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil tes setelah perlakuan. Tes kemampuan berpikir kritis mencakup lima aspek yakni memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, membuat kesimpulan, membuat penjelasan lebih lanjut dan membuat perkiraan dan
Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020
72.12 74.04
68.05
56.00 58.00 60.00 62.00 64.00 66.00 68.00 70.00 72.00 74.00 76.00
Memberi Penjelasan Sederhana
Membangun Keterampilan
Nilai rata-rata Kelas Eksperimen
integrasi. Rata-rata tiap aspek kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas
Tabel 2. Ringkasan Rata
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kedua kelas setelah perlakuan berbeda yaitu nilai siswa kelas eksprimen (72,31) lebih
Gambar 1 Diagram Rata Data kemampuan berpikir kritis siswa berupa nilai posttest pada materi larutan penyangga. Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji prasyarat analisis terhadap kemampuan berpikir kritis sesudah perlakuan.
a. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat meliputi uji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas
Tabel 3 Rata-Rata Nilai Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
72,31 65
Dari Tabel 3 diketahui bahwa nilai Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Memberikan penjelasan sederhana Membangun keterampilan dasar Membuat kesimpulan
Membuat penjelasan lebih lanjut Membuat perkiraan dan integrasi Rata-rata
Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020
74.04
71.64 71.15 72.60
62.04
65.74 64.81
Membangun Keterampilan
Dasar
Membuat Kesimpulan
Membuat Penjelasan Lebih
Lanjut
Membuat perkiraan dan
Integrasi rata Kelas Eksperimen Nilai rata-rata Kelas Kontrol
rata tiap aspek kemampuan
berpikir kritis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Tabel 2 Ringkasan Rata-Rata Nilai Kemampuan Berpikir Kritis
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata- rata kemampuan berpikir kritis siswa pada kedua kelas setelah perlakuan berbeda yaitu nilai siswa kelas eksprimen (72,31) lebih
tinggi dibanding kelas kontrol(65).
Perbandingan rata-rata kemampuan berpikir kritis tiap aspek pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1.
Diagram Rata-Rata Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Data kemampuan berpikir kritis siswa
berupa nilai posttest pada materi larutan penyangga. Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji prasyarat analisis terhadap kemampuan berpikir kritis sesudah perlakuan.
uji normalitas dan homogenitasnya. Uji normalitas dilakukan
dengan menggunakan
Smirnov Test dan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan
Test. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kemampuan berpikir kritis siswa setelah
untuk kedua kelas tertera pada Tabel 3
Tabel 3 Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Uji Prasyarat Analisis Normalitas
(Sig.) Kesimpulan Homogenitas (Sig.) Kesimpulan
0,065 Normal 0,457
Dari Tabel 3 diketahui bahwa nilai signifikansi untuk uji normalitas data Aspek Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
(LC 5E-TPS) Kelas Kontrol (LC 5E) Memberikan penjelasan sederhana 72,12 68,05
Membangun keterampilan dasar 74,04 62,04
71,64 65,74
Membuat penjelasan lebih lanjut 71,15 64,81 Membuat perkiraan dan integrasi 72,60 64,35
72,31 65
ISSN 1829-751X
178
64.35
Membuat perkiraan dan
Integrasi
kontrol dapat dilihat pada Tabel 2
tinggi dibanding kelas kontrol(65).
rata kemampuan berpikir p aspek pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar 1.
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
dengan menggunakan Kolmogorov- dan uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene . Hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap kemampuan berpikir kritis siswa setelah perlakuan untuk kedua kelas tertera pada Tabel 3:
Kesimpulan Homogen
signifikansi untuk uji normalitas data Kelas Kontrol
Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X
179 kemampuan berpikir kritis siswa sesudah
perlakuan adalah 0,065. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritissiswa sesudah perlakuan pada kedua kelas terdistribusi normal. Nilai signifikansi untuk uji homogenitas terhadap kemampuan berpikir kritissiswa sesudah perlakuan adalah 0,457. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritissiswa setelah perlakuan pada kedua kelas terdistribusi homogen
b. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji prasyarat analisis, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis yang dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian diterima atau ditolak.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
H01 : Tidak ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan dengan model pembelajaran LC5E–TPSdan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5E.
H1B : Ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan dengan model pembelajaran LC5E–TPSdan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5E.
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t (independent sample t test) terhadap data kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji hipotesis kemampuan berpikir kritis siswa disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Uji-t Sampel Independen Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Nilai Rata-Rata Uji-t
(Sig.) Kesimpulan
Kelas
Eksperimen Kelas Kontrol
72,31 vs 65 0,002 H0 ditolak
H1diterima
Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa sesudah perlakuan kedua sampel berbeda.
Perbedaan ini harus dibuktikan dengan uji statistik yaitu uji-t. Jika hasil uji-t memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,050, maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritissiswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Hasil uji-t terhadap kemampuan berpikir kritisyang tertera pada Tabel 4 diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,002, karena nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC5E–TPSdan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
LC5Epada materi larutan penyangga.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E-TPS lebih tinggi dibanding siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E pada materi larutan penyangga. Model pembelajaran LC 5E-TPS terbukti lebih baik dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan model pembelajaran LC 5E. Hal ini didasarkan pada rata-rata nilai posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas eksperimen sebesar 72,31 lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol sebesar 65.
Daftar Rujukan
Halpern, D.F. 2013. Critical Thinking Workshop for Helping Our Students Become Better Thinker.
(Online).
Iskandar, S.M. 2004. Strategi Pembelajaran Konstruktivistik Dalam Kimia (Suhadi Ibnu, Ed).
Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM.
Media Sains, Volume 20 No 2 Edisi Desember 2020 ISSN 1829-751X
180 Jatmiko, H.S. 2014. Perbedaan Hasil Belajar Materi Asam-Basa antara Siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 E dengan Learning Cycle 5E-Think Pair Share pada siswa Kelas XI SMAN 1 Gondang Tulungagung. Skripsi tidak diterbitkan: FMIPA Universitas Negeri Malang
Johnson, D.W. & Johnson, R.T. 1991. Learning Together and Alone: Cooperation Competition and Individualization. Third Edition. New Jersey: Pretince Hill, Inc. Egglewood Cliffts.
Khan, S. I. 2017. Critical thinking in a higher education functional English course. European Journal of Educational Research, 6(1), 59-67. doi: 10.12973/eu-jer.6.1.59
Meiliyana, V.S., 2007. Penerapan Model pembelajaran Learning Cycle (Lc) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Semester 2 MAN Malang 1 Pada Materi Pokok Reaksi Redoks. Malang. Universitas Negeri Malang
Nachdhiyah, A.N., 2013. Pengaruh Penggunaan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Learning Cycle 5-E pada Materi Larutan Penyangga (Buffer) terhadap Hasil Belajar. Malang.
Universitas Negeri Malang
Nakhleh, M.B. 1992. Why some students don't learn chemistry: Chemical Misconceptions. Journal of Chemical Education.
Nurbaeti, M. 2015. Hubungan Gaya Belajar Dengan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Kemampuan Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia. Pascasarjana Universitas Tadulako
Sastrawijaya, T. 1988. Proses Belajar Mengajar Kimia. Jakarta. P2LPTK
Sirhan, G. 2007. Learning Difficulties in Chemistry: An Overview. Journal of Turkish Science Education, Volume 4, issue 2.
Widiawati, W. 2015. Pengaruh Penerapan Model Problem Solving Berkelompok Terhadap Motivasi Belajar, Kemampuan Berpikir Kritis Serta Hasil Belajar Konseptual Dan Algoritmik Siswa SMA Negeri 6 Malang Pada Materi Larutan Penyangga, Universitas Negeri Malang