• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI KAWASAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, KARO PERIODE SKRIPSI OLEH : DESI KRISMAWATI DAMANIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI KAWASAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, KARO PERIODE SKRIPSI OLEH : DESI KRISMAWATI DAMANIK"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DI KAWASAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, KARO PERIODE

2014 – 2018

SKRIPSI

OLEH :

DESI KRISMAWATI DAMANIK 160304048

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Desi Krismawati Damanik (160304048) dengan judul skripsi Analisis Sektor Perekonomian Unggulan Di Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo Periode 2014 – 2018. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pebimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan sektor perekonomian unggulan di wilayah Medan, Binjai, Deli Serdang dan Karo. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series) dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Medan,Binjai, Deli Serdang Binjai dan Sumatera Utara. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan ketiga alat analisis sektor unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, sektor basis dan kompetitif, untuk Kota Medan yaitu sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Dan Daur Ulang; Konstruksi dan Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor, real esteat, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, serta jasa lainnya. untuk kota Binjai yaitu sektor Pengadaan Listrik Dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah Dan Daur Ulang; Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Mobil Dan Sepeda Motor Transportasi Dan Pergudangan Dan Sepeda Motor dan real estat. untuk kabupaten Deli Serdang yaitu Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik Dan Gas dan Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum. untuk Kabupaten Karo yaitu: Penyediaan Akomodasi Dan Makan Minum, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan Dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa Kesehatan Dan Kegiatan Sosial dan Jasa Lainnya.

Kata Kunci : Sektor Unggulan, Tipology Klassen, Location Quotient, Shift Share

i

(5)

ABSTRACT

Desi Krismawati Damanik (160304048) with the thesis title is Analysis of Leading Economic Sectors in Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo Period 2014 - 2018. Guided by Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si as a Chairman of the Supervisory Commission and Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec as a Member of the Guided Commission.

The purpose of this research is to determine the leading economic sectors in kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang and Karo. This study uses secondary data in the form of time series (time series) from the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of Medan, Binjai, Deli Serdang Binjai and North Sumatra. The analytical tools used in this research are Klassen Typology analysis, Location Quotient (LQ) analysis and Shift Share analysis.

The results showed that based on the three leading sector analysis tools with the criteria belonging to advanced and rapidly growing sectors, basic and competitive sectors, for Medan City, namely the sector of Water Supply, Waste Management, Waste and Recycling; Construction and Wholesale and Retail Trade; Car and Motorcycle repair, real estate, education services, health services and social activities, and other services. for the city of Binjai, namely the sector of Electricity and Gas, Water Supply, Waste Management, Waste and Recycling;

Wholesale And Retail Trade; Auto and Motorcycle Repair Transportation And Warehousing And Motorbikes and real estate. for Kabupaten Deli Serdang, namely the Processing Industry, Procurement of Electricity and Gas and Provision of Accommodation and Food and Drink. For Kabupaten Karo, namely Providing Accommodation and Food and Drinking, Government Administration, Compulsory Defense and Social Security, Education Services, Health Services and Social Activities and Other Services.

Keywords: Leading Sector, Tipology Klassen, Location Quotient, Shift Share.

ii

(6)

RIWAYAT HIDUP

Desi Krismawati Damanik, lahir di Bangun Purba, 21 Oktober 1998. Penulis

merupakan anak ke 2 ( dua) dari 3 ( tiga ) bersaudara, putri dari Bapak Alm. Bakti Damanik dan Ibu Peratin Br Sembiring.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 2004 masuk Sekolah Dasar Negeri 107411 Perk. Lau Rempak, dan lulus pada tahun 2010.

2. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bangun Purba, dan lulus pada tahun 2013.

3. Tahun 2013 masuk Sekolah Menengah Atas Swasta RK Serdang Murni Lubuk Pakam, dan lulus pada tahun 2016.

4. Tahun 2016 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Selama perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi sebagai berikut :

1. Staf Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Periode 2018-2019.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis selama masa perkuliahan adalah sebagai berikut :

1. Menjadi panitia kegiatan Agribusiness Festival 3.0 pada tahun 2018.

2. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Musam Pembangunan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara pada bulan Juli-Agustus 2019

iii

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Sektor Perekonomian Unggulan Di Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo Periode 2014-2018”. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:

Bapak Ir.Sinar Indra Kesuma, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, serta saran sehingga penulis dapat menyempurnakan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Ir. M.

Jufri, MP selaku Sekretaris Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi perkuliahan serta kegiatan administrasi dan organisasi di kampus.

2. Seluruh dosen dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara yang telah turut berperan dalam penyelesaian studi penulis.

iv

(8)

3. Terima kasih buat keluaraga saya Ibu saya tercinta Peratin Br Sembiring Maktua saya Rantailit Br Sembiring Abang saya Leo Waldi Damanik dan Adik saya Ostrado Abadi Persadanta Damanik, Abang Sepupu saya Rindo Efendi Tarigan, Heriandi Tarigan dan Kakak sepupu saya Elida Tarigan, serta nenek saya Litik Br Tarigan dan anggota keluarga yang lainnya yang selalu memberikan dukungan bagi penulis. Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih untuk Bapak saya Alm Bakti Damanik dan bolang saya Alm Loji Sembiring yang walau tidak bersama saya tapi saya yakin mereka juga mendoakan saya.

4. Sahabat – sahabat saya Damaiyanti Elais Queenensiss Matondang, Rahel Margareta Lorenza Nababan, Nursaida Lumban Siantar dan Taruli Ester Sibarani yang memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepada teman – teman saya, Septifunny Malda Sagala, Sanita Lestari Pardosi, Urva Agnes Sihombing, Risky Syahputra Hasibuan, Haris Sinaga, Ahmad Bahri Situmorang, Nursyafitri, Indah Juliani, Fenty Gracia Manurung, Alda Soraya, Mestina Sihombing, yang memberikan semangat, serta bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2016, yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan danpenyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skrpsi ini. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak pihak lain yang membutuhkan. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Medan , Desember 2020

Penulis

v

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Wilayah ... 6

2.2 Pembangunan Ekonomi Daerah ... 7

2.3 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 8

2.4 Produk Domestik Regional Bruto ... 10

2.5 Sektor Ekonomi Basis ... 11

2.6 Sektor Unggulan... 12

2.7 Tipologi Klassen ... 13

2.8 Location Quotient... 14

2.9 Shift Share ... 15

2.10 Penelitian Terdahulu ... 16

2.11 Kerangka Pemikiran ... 17

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian ... 19

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 19

3.3 Metode Analisis Data ... 19

3.5 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Medan ... 28

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan ... 28

4.1.2 Wilayah Administrasi Kota Medan ... 28

4.1.3 Kependudukan Dan Ketenagakerjaan Kota Medan ... 29

4.1.4 Keadaan Perekonomian Daerah Kota Medan ... 29

4.2 Kota Binjai ... 31

4.2.1 Letak Geografis Kota Binjai ... 31

4.2.2 Wilayah Administrasi Kota Binjai ... 32

vi

(10)

4.2.3 Kependudukan Dan Ketenagakerjaan Kota Binjai ... 33

4.2.4 Keadaan Perekonomian Daerah Kota Binjai... 33

4.3 Kabupaten Deli Serdang ... 35

4.3.1 Letak Geografis Deli Serdang ... 35

4.3.2 Wilayah Administrasi Deli Serdang ... 36

4.3.3 Kependudukan Dan Ketenagakerjaan Deli Serdang ... 36

4.3.4 Keadaan Perekonomian Daerah Deli Serdang ... 37

4.4 Kabupaten Karo ... 38

4.4.1 Letak Geografis Deli Serdang ... 38

4.4.2 Wilayah Administrasi Deli Serdang ... 39

4.4.3 Kependudukan Dan Ketenagakerjaan Deli Serdang ... 39

4.4.4 Keadaan Perekonomian Daerah Deli Serdang ... 40

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah ... 41

5.1.1 Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kota Medan .. 41

5.1.2 Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kota Binjai ... 44

5.1.3 Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Deli Serdang ... 46

5.1.4 Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Kabupaten Karo ... 48

5.2 Sektor Basis Dan Non Basis Perekonomian Wilayah ... 50

5.2.1 Sektor Basis Dan Non Basis Kota Medan ... 51

5.2.2 Sektor Basis Dan Non Basis Kota Binjai ... 52

5.2.3 Sektor Basis Dan Non Basis Kabupaten Deli Serdang ... 53

5.2.4 Sektor Basis Dan Non Basis Kabupaten Karo ... 54

5.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 55

5.3.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Medan ... 55

5.3.2 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kota Binjai ... 56

5.3.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Deli Serdang ... 58

5.3.4 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Karo .. 59

5.4 Sektor Prioritas Wilayah ... 60

BAB IV PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii

(11)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1.1 Produk Domestik Regional Bruto menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (milyar rupiah), 2013 – 2017

3

5.1 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan Tahun 2014 – 2018.

43

5.2 Klasifikasi Sektor PDRB Kota Medan Tahun 2014 – 2018 Berdasarkan Tipologi Klassen

44

5.3 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara dan Kota Medan Tahun 2014 – 2018.

46

5..4 Klasifikasi Sektor PDRB Kota Binjai Tahun 2014 – 2018 Berdasarkan Tipologi Klassen

47

5.5 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 – 2018.

48

5.6 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 - 2018Berdasarkan Tipologi Klassen

49

5.7 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Karo Tahun 2014 – 2018.

50

5.8 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Karo Tahun 2014 – 2018 Berdasarkan Tipologi Klassen

51

5.9 Hasil Analisis LQ PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014 – 2018

52

5.10 Hasil Analisis LQ PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014 – 2018

53

5.11 Hasil Analisis LQ PDRB Kabupaten Deli Serdang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2014 – 2018

54

5.12 Hasil Analisis LQ PDRB Kabupaten Karo Menurut Lapangan UsahaTahun 2014 – 2018

55

5.13 Hasil Analisis Shift Share di Kota MedanTahun 2014 - 2018 56 5.14 Hasil Analisis Shift Share di Kota BinjaiTahun 2014 - 2018 57 5.15 Hasil Analisis Shift Share di Kabupaten Deli Serdang Tahun

2014 – 2018

59

viii

(12)

No Judul Hal 5.16 Hasil Analisis Shift Share di Kabupaten Karo Tahun 2014 – 2018 60 5.17 Sektor Yang Potensial Dikembangkan Di Kota Medan Berdasarkan

Data PDRB Tahun 2014 – 2018 Dengan Metode Tipologi Klassen, Loqationt Location Dan Shift Share.

61

5.18 Sektor Yang Potensial Dikembangkan Di Kota Binjai Berdasarkan Data PDRB Tahun 2014 – 2018 Dengan Metode Tipologi Klassen, Loqationt Location Dan Shift Share.

62

5.19 Sektor Yang Potensial Dikembangkan Di Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Data PDRB Tahun 2014 – 2018 Dengan Metode Tipologi Klassen, Loqationt Location Dan Shift Share.

63

5.20 Sektor Yang Potensial Dikembangkan Di Kabupaten Karo Berdasarkan Data PDRB Tahun 2014 – 2018 Dengan Metode Tipologi Klassen, Loqationt Location Dan Shift Share.

64

ix

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Produk Domestik Regonal Bruto Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2018

2. Produk Domestik Regonal Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Medan Tahun 2014-2018

3. Produk Domestik Regonal Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kota Binjai Tahun 2014-2018

4. Produk Domestik Regonal Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2018

5. Produk Domestik Regonal Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Karo Tahun 2014-2018

6 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perekonomian di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014 - 2018

7. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perekonomian di Kota Medan Tahun 2014 - 2018

8. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perekonomian Kota Binjai Tahun 2014 - 2018

9. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perekonomian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 - 2018

10. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor Perekonomian di Kabupaten Karo Tahun 2014 - 2018

11. Nilai LQ Tiap Sektor Di Kota Medan Tahun 2014-2018 12. Nilai LQ Tiap Sektor Di Kota Binjai Tahun 2014-2018

13. Nilai LQ Tiap Sektor Di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2018 14. Nilai LQ Tiap Sektor Di Kabupaten Karo Tahun 2014-2018

15. Nilai Shift Share Kota Medan Tahun 2014-2018 16. Nilai Shift Share Kota Binjai Tahun 2014-2018

17. Nilai Shift Share Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014-2018 18. Nilai Shift Share Kabupaten Karo Tahun 2014-2018

x

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi tidak terlepas dari peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi pada umumnya merupakan peningkatan kegiatan produksi secara rill (tidak termasuk kenaikan harga), baik dalam bentuk barang maupun jasa, pada periode tertentu. Pengukuran tingkat pertumbuhan ekonomi daerah dapat dilakukan dengan menghitung peningkatan nilai PDRB pada tahun tertentu ke tahun berikutnya (Sjarifal, 2016).

Pembangunan ekonomi tidak dapat berjalan dengan sendirinya diperlukan usaha yang konsisten dari berbagai pihak agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Syarat utama dalam pembangunan adalah adanya pemerintahan dan rakyatnya. Berbagai upaya perlu dilakukan dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memberikan kemakmuran yang sebesar –besarnya bagi masyarakatnya (Hasan dan Azis, 2018).

Pengembangan wilayah memiliki peran penting dalam pembangunan suatu daerah. Pengembangan wilayah diperlukan karena Kondisi wilayah dan potensi setiap daerah yang berbeda-beda, seperti potensi sumber daya alam.

Pengembangan wilayah bertujuan untuk menciptakan kemakmuran wilayah dengan memberdayakan seluruh potensi yang ada secara optimal dengan mengupayakan keserasian dan keseimbangan pembangunan antar daerah sehingga dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.

(15)

Daerah dengan potensi berkembang lebih besar akan berkembang lebih pesat.

Pengembangan wilayah tersebut akan merangsang wilayah – wilayah yang ada sekitarnya. Sektor yang lebih dahulu dikembangkan pada suatu daerah ialah sektor yang memiliki potensi berkembang lebih besar yang kemudian diikuti oleh perkembangan sektor lain yang kurang potensial (Amalia, 2014).

Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, sistem otonomi daerah menggantikan sistem sentralistik.

Dengan di berlakukanya undang-undang otonomi tersebut pemerintah daerah diberikan kewenangan penyelenggaraan yang lebih luas dan bertanggung jawab.

Dengan demikian di harapkan masing - masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetetif di dalam pelaksanaan pemerintahan maupun pembangunan daerahnya masing-masing (Safitri, 2016).

Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah dengan mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerahnya masing – masing sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya agar tidak tertinggal dengan daerah lain. Hal ini terkait dengan potensi pembangunan yang dimiliki setiap daerah sangat bervariasi, maka setiap daerah harus menentukan sektor ekonomi yang dominan (Sjafrizal, 2014).

(16)

Tabel 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Milyar Rupiah) Tahun 2013 - 2017

Tahun

Kabupaten 2013 2014 2015 2016 2017

1 N i a s 1888,76 1997,75 2108,04 2214,15 2325,01

2 Mandailing Natal 6606,44 7034,93 7471,72 7933,13 8416,5 3 Tapanuli Selatan 7222,61 7543,28 7910,01 8314,69 8748,18 4 Tapanuli Tengah 5199,02 5460,85 5738,32 6032,21 6348,24 5 Tapanuli Utara 4419,77 4642,33 4869,48 5070,19 5280,69 6 Toba Samosir 4178,5 4355,42 4551,51 4769,11 5005,71 7 Labuhanbatu 17263,41 18165,1 19080,99 20046,02 21048,17 8 Asahan 18892,62 20003,08 21116,72 22302,7 23525,35 9 Simalungun 20122,01 21194,28 22304,11 23508,97 24715,67 10 D a i r i 4906,86 5153,83 5413,75 5688,45 5968,77 11 K a r o 10765,99 11314,39 11880,93 12494,87 13145,85 12 Deli Serdang 51896,06 55790,75 58713,67 61839,67 64991,87 13 Langkat 22029,48 23157,12 24321,61 25533,81 26823,48 14 Nias Selatan 3217,4 3356,39 3505,19 3662,19 3830,5 15 Humbang

Hasundutan

3085,2 3256,19 3406,8 3577,75 3759,32 16 Pakpak Bharat 603,55 639,39 677,43 717,89 760,55

17 Samosir 2234,09 2367,1 2503,78 2635,77 2776,85

18 Serdang Bedagai 14345,76 15080,38 15841,95 16656,17 17516,43 19 Batubara 18674,62 19458,33 20264,82 21169,84 22039,29 20 Padang Lawas Utara 5871,51 6228,35 6598,6 6991,66 7379,17 21 Padang Lawas 5659,62 5997,31 6341,53 6725,98 7110,25 22 Labuhanbatu Selatan 13812,09 14546,12 15294,51 16088,42 16907,59 23 Labuhanbatu Utara 12729,04 13414,53 14109,37 14843,99 15602,05 24 Nias Utara 1750,25 1853,28 1954,12 2043,91 2134,49 25 Nias Barat 923,29 973,76 1024,93 1074,48 1126,19

Kota

26 Sibolga 2605,01 2757,27 2913,17 3063,07 3224,58

27 Tanjungbalai 4152,39 4392,58 4637,21 4904,54 5174,85 28 Pematangsiantar 7141,86 7594,43 7992,37 8380,82 8750,23 29 Tebing Tinggi 2924,75 3084,17 3235,3 3400,75 3575,51 30 M e d a n 110795,42 117525,06 124269,93 132062,86 139730,21 31 B i n j a i 5890,97 6234,29 6571,2 6935,55 7309,27 32 Padangsidimpuan 3124,02 3287,39 3454,24 3636,87 3830,32 33 Gunungsitoli 2417,72 2564,37 2712,86 2876,34 3049,12 Sumatera Utara 398727,14 419573,31 440955,85 463775,46 487531,23 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa PDRB Sumatera Utara mengalami peningkatan setiap tahunnnya, hal ini didukung oleh peningkatan dari wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara Kota Medan merupakan kota dengan potensi yang tinggi, hal ini terlihat dari nilai PDRB yang paling tinggi dari semua Kabupaten/Kota yang ada

(17)

di Sumatera Utara. Tingginya PDRB kabupaten/Kota tidak terlepas dari peran sektor – sektor perekonomian.

Secara geografis, Kota Medan didukung oleh daerah-daerah sekitar Kota Medan yang kaya sumber alam seperti Deli Serdang, Karo, Binjai dan lain-lain. Keempat kabupaten/kota ini termasuk dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan, dimana disingkat Mebidangro adalah kawasan strategis nasional yang merupakan satu kesatuan kawasan perkotaan. Keempat Kabupaten/Kota ini memiliki potensi yang berbeda – beda terlihat dari letak dan geografis wilayahnya. Untuk itu Penelitian ini mencoba menggambarkan pola perubahan dan pertumbuhan sektoral dalam perekonomian, serta menentukan sektor unggulan, sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan. Hal ini sejalan dengan pernyatan Amalia (2012), yang menyatakan bahwa Pengembangan metode untuk menganalisis suatu perekonomian suatu daerah sangat penting kegunaanya sebagai sarana mengumpulkan data tentang perekonomian daerah yang bersangkutan serta proses pertumbuhannya.

Pengembangan metode analisis ini kemudian dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan tindakan yang hendak diambil guna mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian di daerah penelitian?

2. Sektor - sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis di daerah penelitian?

(18)

3. Sektor - sektor apakah yang memiliki keunggulan kompetitif di daerah penelitian?

1.3 TujuanPenelitian

1. Untuk mengetahui klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian di daerah penelitian.

2. Untuk mengetahui Sektor-sektor yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui Sektor-sektor yang memiliki keunggulan kompetitif di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai informasi bagi pemerintah atau instansi terkait guna.

2. sebagai bahan masukan kepada pemerintah dalam proses penentuan kebijakan perencanaan dan pembangunan ekonomi daerah yang lebih efektif dan efisien.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Wilayah

Wilayah merupakan satuan geografis dengan segala unsur - unsur yang berkaitan padanya. Hal tersebut mendasarkan pada batasan ruang lingkup pengamatan tertentu, baik dari aspek pendekatan perencanaan ataupun batasan administrasi (Hardati, 2016). Menurut UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional.

Daerah mempunyai definisi yang berbeda-beda tergantung pada aspek tinjauannya. Dari tinjauan aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga definisi (Arsyad, 2015).

1. Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi yang terjadi terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat tersebut, antara lain terlihat dari segi pendapatan per kapitanya, sosialbudayanya, geografisnya, dan lain sebagainya. Daerah dengan definisi seperti ini disebut daerah homogen.

2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu “ruang ekonomi” yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Daerah dengan defenisi seperti ini disebut daerah nodal.

3. Suatu daerah adalah suatu “ruang ekonomi” yang berada di bawah satu administrasi tertentu, seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya. Daerah di sini didasarkan atas pembagian administrativ suatu

(20)

Negara. Daerah dengan definisi seperti ini disebut daerah perencanaan atau daerah administrasi

2.2 Pembangunan Ekonomi Wilayah

Pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan(kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas (Pranessy, 2016).

Dalam pembangunan suatu wilayah, Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang sangat penting. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting untuk menilai kinerja suatu perekeonomian terutama untuk menganalisis hasil dari proses pembangunan ekonomi pada suatu wilayah. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat dalam periode tertentu (Febryani, 2017).

Menurut Sirojuzilam (2008), Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak dari kebijaksanaan pemerintah, khususnya dalam bilang ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan wilayah.

(21)

Keberhasilan pembangunan ekonomi daerah sangat ditentukan oleh sasaran pembangunan yang berlandaskan pada upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara optimal dari segi jumlah, produktivitas dan efisien (Rasyid, 2016).

Dengan mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan, serta kekuatan dan kelemahan yang di miliki suatu daerah, maka strategi pengembangan potensi yang ada akan lebih terarah dan strategi tersebut akan menjadi pedoman bagi pemerintah daerah atau siapa saja yang akan melaksanakan kegiatan usaha di daerah yang bersangkutan (Takalumang, 2018).

Untuk meningkatan laju pertumbuhan ekonomi regional serta meningkatkan kontribusinya terhadap total Produk Domestik Regional Beruto (PDRB), maka pembangunan sektor unggulan dapat dijadikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi daerah (Latuny, 2014).

2.3 Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan adalah suatu proses yang menguraikan tujuan dari organisasi, serta menentukan strategi apa yang akan digunakan dalam mencapai tujuan suatu lemabaga atau organisasi. Perencanaan merupakan proses yang penting dari semua fungsi manajemen sebab tanpa perencanaan (Planning) fungsi pengorganisasian, pengontrolan maupun pengarahan tidak akan dapat berjalan (Mukmin, 2017).

Menurut Djadjuli (2018), Penerapan pembangunan ekonomi daerah biasanya dikaitkan dengan kebijakan ekonomi daerah tersebut, kebijakan daerah tertentu akan berbeda dengan kebijakan daerah yang lainnya karena setiap daerah

(22)

mempunyai kelebihan dan kekurangan terhadap potensi kekayaan alam serta sumber - sumber yang lainnya. Peniruan pola kebijakan yang diterapkan dan yang berhasil pada sutau wilayah belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lain. Dengan demikian strategi pembangunan yang diambil oleh suatu daerah harus disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah yang bersangkutan.

Langkah-langkah yang dapat di tempuh mempersiapkan strategi pengembangan potensi yang ada di daerah sebagai berikut (Takalumang, 2018):

1. Mengidentifikasi sektor-sektor kegiatan mana yang mempunyai potensi untuk dikembangkan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan masing- masing sektor.

2. Mengidentifikasi sektor-sektor yang potensinya rendah untuk di kembangkan dan mencari faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya potensi sektor tersebut untuk di kembangkan.

3. Selanjutnya mengidentifikasi sumber daya (faktor-faktor produksi) yang ada termasuk sumber daya manusianya dan yang siap untuk di gunakan untuk mendukung perkembangan setiap sektor yang bersangkutan.

4. Dengan menggunakan model pembobotan terhadap variabel-variabel kekuatan dan kelemahan untuk setiap sektor dan sub sektor, maka akan di temukan sektor-sektor andalan yang selanjutnya di anggap sebagai potensi ekonomi yang patut di kembangkan di daerah yang bersangkutan.

5. Akhirnya menentukan strategi yang akan di tempuh untuk pengembangan sector - sektor andalan yang akan dapat menarik sektor-sektor lain untuk tumbuh sehingga perekonomian akan dapat berkembang dengan sendirinya (self propelling) secara berkelanjutan (sustainable development).

(23)

2.4 Produk Domestik Regional Bruto

Perencanaan pembangunan perekonomian memerlukan bermacam data statistik sebagai dasar berpijak dalam menentukan strategi kebijakan, agar sasaran pembangunan dapat dicapai dengan tepat. Strategi dan kebijakan yang telah diambil pada masa – masa lalu perlu dievaluasi hasil- hasilnya. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan pendapatan masyarakat perlu disajikan data statistik pendapatan nasional/regional secara berkala (BPS, 2018).

Data Produk Domestik Regional Bruto merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor – sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (Provinsi/Kabupaten/Kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto seluruh barang dan jasa yang tercipta atau dihasilkan di wilayah domestik suatu negara yang timbul akibat berbagai aktivitas ekonomi dalam suatu periode tertentu.

PDRB dapat dijadikan sebagai indikator laju pertumbuhan ekonomi sektoral agar dapat diketahui sektor-sektor mana saja yang menyebabkan perubahan pada pertumbuhan ekonomi. Perhitungan PDRB menggunakan dua macam harga, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun dengan memperhitungkan unsurinflasi dan dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai

(24)

tambah barang dan jasa tersebut yang menggunakan harga berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar dan dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ketahun dengan tidak memperhitungkan unsur inflasi (BPS, 2018).

Manfaat dari data PDRB adalah sebagai berikut (BPS, 2014) :

1) Mengetahui atau menelaah struktur atau susunan perekonomian suatu wilayah.

2) Membandingkan perekonomian suatu wilayah dari waktu ke waktu.

3) Membandingkan perekonomian antar wilayah.

4) Merumuskan kebijaksanaan pemerintah

2.5 Teori Ekonomi Basis

Teori basis ekonomi dikemukakan oleh Richardson yang menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah Berdasarkan teori basis ekonomi, perekonomian suatu wilayah dibagi menjadi dua, yaitu sektor basis dan sektor non basis (Alhaq, 2017).

Sektor basis merupakan sektor yang melakukan aktivitas berorientasi ekspor keluar dari batas wilayah perekonomian yang bersangkutan. Sektor basis memiliki peran penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah.

Semakin besar ekspor suatu wilayah semakin maju pertumbuhan wilayah.

Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang menghasilkan barang dan jasa untuk masyarakat di dalam batas wilayah perekonomian bersangkutan (Tumangkeng, 2012).

(25)

2.6 Sektor Unggulan

Sektor unggulan merupakan sektor ekonomi yang memiliki peranan besar dan menonjol atau relatif lebih besar terhadap perekonomian wilayah dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Dapat dikatakan bahwa sektor unggulan ini adalah sektor yang berperan paling besar terhadap ekonomi daerah (Putra, 2017).

Menurut Emma (2014), sektor unggulan adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang mempunyai potensi, kinerja dan prospek yang lebih baik dibandingkan dengan sektor lainnya sehingga diharapkan mampu menggerakkan kegiatan usaha ekonomi turunan lainnya, demi terciptanya kemandirian pembangunan wilayah.

Kriteria sektor unggulan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya: pertama, sektor unggulan mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar; ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang;

keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang sangat penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai dengan kebijakan otonomi daerah saat ini, dimana daerah mempunyai wewenang untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerahnya guna mempercepat proses pembangunan demi peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat (Fazil, 2016).

(26)

2.7 Analisis Typologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan analsisi yang digunakan dalam pengelompokkan suatu sektor, subsektor, usaha atau komoditi daerah dengan cara membandingkan pertumbuhan ekonomi daerah dengan pertumbuhan ekonomi daerah (atau nasional) yang menjadi acuan. Hasil analisis Tipologi Klassen akan menunjukkan klasifikasi dari sektor perekonomian suatu wilayah (Widiasih, 2020).

Berdasarkan (Kuncoro, 2013) terdapat 4 (empat) kategori sektoral yang di bagi atas 4 kuadran:

Kuadran pertama (KW 1), Adalah sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat.

Kuadran ini merupakan kuadran sektor dengan laju pertumbuhan PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan pertumbuhan daerah yang menjadi acuan atau secara propinsi (s) dan memiliki kontribusi terhadap PDRB Kota (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara propinsi (ski).. Klasisfikasi ini biasa dilambangkan dengan si >

s dan ski > sk.

Kuadran kedua (KW II) adalah sektor maju tapi tertekan. Makna maju dan tertekan adalah sektor yang berada pada kuadran ini memiliki nilai pertumbuhan PDRB Kota (si) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara Propinsi (s), tetapi memiliki kontribusi terhadap PDRB daerah (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi nilai sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara Propinsi (sk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.

(27)

Kuadran ke tiga (KW III) adalah sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat. Kuadran ini merupakan kuadran untuk daerah yang memiliki memiliki nilai pertumbuhan PDRB Kota (si) yang lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara Propinsi (s), tetapi kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB Kota (ski) lebih kecil dibandingkan nilai kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi acuan atau secara Propinsi (sk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.

Kuadran keempat (KW IV) ditempati oleh sektor yang memiliki nilai pertumbuhan PDRB (si) yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB sektor acuan atau secara nasional (s) dan sekaligus memiliki kontribusi PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi PDRB sektor acuan atau secara nasional (sk). Klasifikasi ini biasa dilambangkan dengan si < s dan ski < sk.

2.8 Analisis Location Quotient (LQ)

Teori Location Question, digunakan untuk mengetahui basis dan non basis dari sektor perekonomian. Analisis location quotient merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah yang memanfaatkan sektor basis. Location quotient menghitung perbandingan share output sektor i di wilayah analisis dan share out sektor i di wilayah acuan (Jumiyanti, 2018).

Teknik Analisis Location Quotient ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional (regional). Bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sector industri di daerah adalah sama dengan produktivitas pekerja dalam industri

(28)

nasional. Setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor, dan bahwa perekonomian bangsa yang bersangkutan adalah suatu perekonomian tertutup. Apabila hasil perhitungannya menunjukkan LQ > 1, berarti merupakan sektor basis dan berpotensi untuk ekspor, sedangkan LQ < 1, berarti bukan sektor basis (sektor lokal/impor) (Amalia, 2012).

2.9 Analisis Shift Share

Metode Shift - Share adalah metode yang digunakan untuk menganalisis kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor – sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggulan daerah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (wilayah acuan atau yang lebih luas) dalam dua atau lebih titik waktu. dari hasil analisis Shift-Share akan diperoleh gambaran kinerja aktifitas suatu wilayah yang dapat dijelaskan dari 3 komponen (Wahyudi, 2014).

Pertama, pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral kemudian dibuat perbandingan dengan sektor perekonomian yang sama sebagai acuan, sehingga diketahui perubahan - perubahan dan perbandingannya.

Kedua, Pergeseran proporsional (proportional shift) digunakan untuk mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan.

Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.

(29)

Ketiga, Pergeseran diferensial (differential shift) digunakan untuk membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu jika pergeseran diferensial dari satu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibanding industriyang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian Rosita (2013), dengan judul Analisis Sektor Unggulan Menggunakan Data PDRB (Studi Kasus Bps Kabupaten Kendal Tahun 2006 - 2010) menunjukkan sektor unggulan di Kabupaten Kendal yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Metode yang dapat digunakan untuk mencari sektor unggulan dengan menggunakan data PDRB adalah metode Tipologi Klassen, LQ, MRP, Overlay dan Shift Share.

Penelitian Ekaristi (2014), dengan judul Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Minahasa Selatan, merupakan sebagai bahan masukan kepada pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan dalam proses penentuan kebijakan perencanaan dan pembangunan ekonomi daerah yang lebih efektif dan efisien. Dalam penelitian tersebut diproleh sektor unggulan Minahasa Selatan yaitu sektor pertambangan, sektor pertanian sektor konstruksi, sektor industri.

Penelitian Hajeri dkk (2015), dengan judul Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian di Kabupaten Kubu Raya dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, Typology Klassen, Location Quotient, Dynamic Location Quotient, Shift share. sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan yang memenuhi ketiga kriteria analisis.

(30)

Penelitian Hardiani dan Tona (2017), dengan judul Analysis of leading sector of Jambi City menunjukkan Sektor prioritas: sektor pengadaan listrik dan gas;

bangunan; perdagangan besar dan eceran, mobil dan perbaikan sepeda motor.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini Location Quotient, Shift Share, Klassen Typology, Overlay Analysis.

Penelitian Basuki dan Mujiraharjo (2017), dengan judul Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Sleman dengan Metode Shift Share dan Location Quotient menunjukkan sektor unggulan Kabupaten Sleman adalah sektor kontruksi, sektor transportasi dan pergudangan, sektor real estate, dan sektor jasa perusahaan.

2.11 Kerangka Pemikiran

Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut, maka pembangunandaerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorongpercepatan pembangunan daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan strukturekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.

(31)

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang klasifikasi pertumbuhan sektor, sektor basis dan nonbasis serta sektor unggulan dari suatu wilayah. Secara ringkas, kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bentuk bagan seperti berikut:

BAB III

METODE PENELITIAN Perekonomian Wilayah

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Klassen Typology Shift Share

Location Quotient

Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Sektor Basis dan Non Basis

Komponen Pertumbuhan Wilayah

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikir Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yang berarti penentuan daerah penelitian didasarkan atas tujuan tertentu. Penelitian ini dilakukan pada Kota Medan, kota Binjai, Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo.Pertimbangan penelitian dilakukan di lokasi penelitian, agar hasil penelitian ini berupa sektor-sektor unggulan perekonomian yag dapat digunakan sebagai informasi dan dapat diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan wilayah terhadap lokasi penelitian.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data PDRB menurut sektor perekonomian. Data sekunder tersebut berupa PDRB sektor-sektor perekonomian Medan, Binjai Deli Serdang, Karo dan Propinsi Sumatera Utara atas dasar harga harga konstan Tahun 2014 - 2018. Sumber data berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, BPS Deli Serdang, BPS Binjai, BPS Karo, BPS Sumatera Utara, serta beberapa bahan pustaka lain yang penulis baca dari berbagai sumber.

3.3 Metode Analasis Data

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:

Identifikasi masalah 1, dianalisis dengan metode Analisis Tipologi Klassen.

Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang

(33)

dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah.

Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuanmengidentifikasi posisi sektor perekonomian wilayah.

Tabel 2.1 Klasifikasi Tipologi Klassen Pendekatan Sektoral Kuadran I

Sektor maju dan Tumbuh Cepat si > s ; ski > sk

Kuadran II

Sektor maju tapi tertekan si < s ; ski > sk

Kuadran III

Sektor Potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat

si > s ; ski < sk

Kuadran IV

Sektor relatif tertinggal si < s ; ski < sk

Sumber: Syafrizal, 2008

Kuadran I ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.

Kuadran II merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk.

(34)

Kuadran III merupakan kuadran yang laju pertumbuhansektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski < sk.

Kuadran IV merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yanglebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si< s dan ski < sk.

Langkah-langkah perhitungannya adalah:

1. Menghitung tingkat pertumbuhan PDRB sektor i menggunakan rumus:

Keterangan :

Si = Tingkat pertumbuhan PDRB sektor i (persen)

t = Tahun

2. Menghitung rata-rata tingkat pertumbuhan PDRB daerah analisis dan PDRB daerah acuan:

PDRB

t

- PDRB

t-1

Si = x 100%

PDRB

t-1

∑S

i

S =

n

(35)

Keterangan :

S = Rata-rata tingkat pertumbuhan PDRB sektor i daerah yang di analisis (%)

n = Jumlah tahun

3. Menghitung tingkat kontribusi PDRB per sektor ekonomi dengan rumus:

Keterangan :

Ki = Tingkat Kontribusi PDRB (persen) t = Tahun

i = Sektor ekonomi

4. Menghitung rata-rata tingkat kontribusi PDRB per sektor ekonomi dengan rumus:

Keterangan :

Ski = Rata-rata tingkat kontribusi PDRB per sektor ekonomi daerah analisis (%)

n = Jumlah tahun

Identifikasi masalah 2, diuji dengan menggunakan metode Analisis Location Quotient (LQ). LQ merupakan metode yang sering digunakan untuk mementukan

PDRB sektor i

Ki = x 100%

Total PDRB

∑K

SK

i

= x 100%

n

(36)

sektor – sektor ke dalam kategori basis atau ke dalam sektor non basis. LQ dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

Xir = Nilai PDRB sektor i pada daerah analisis Xr = Total PDRB daerah analisis

Xin = Nilai PDRB sektor i daerah acuan Xn =Total PDRB daerah acuan

Dari perhitungan LQ, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis. Sektor tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam daerah saja namun juga kebutuhan di luar daerah karena sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan.

2) Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis dan perlu impor produk dari luar daerah karena sektor ini kurang prospektif untuk dikembangkan.

Identifikasi masalah 3, diuji dengan menggunakan metode Analisis Shift Share.

Metode Shift - Share adalah metode yang digunakan untuk menganalisis kinerja perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relatif sektor – sektor ekonomi dan identifikasi sektor unggulan daerah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (wilayah acuan atau yang lebih luas) dalam dua atau lebih titik waktu.

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Arsyad, 2004 ), yaitu :

X

i r

/X

r

LQ =

X

i n

/X

n

(37)

Pertumbuhan Nasional (Provincial Share), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian daerah yang dianalisis dengan melihat nilai PDRB Provinsi Sumatera Utara. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan peranan wilayah provinsi/ nasional yang

mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah analisis.

PRij = (Ra) Yij

Pergeseran proposional, mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar dijadikan acuan. Apabila nilai pergeseran proporsional (+), artinya sektor perekonomian tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor yang sama pada level perekonomian daerah acuan dan apabila (-), berarti sektor perekonomian tumbuh lebih lambat.

PPij = (Ri-Ra) Yij

Pergeseran diferensial membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

PWij = (Ri-Ra) Yij

Adapun langkah-langkah utama dalam analaisis Shiift Share (SS) yaitu sebagai berikut:

(38)

1. menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Medan,Binjai,Deli Serdang dan Karo.

2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang dicerminkan dari nilai PDRB Kabupaten/Kota dan PDRB Provinsi Sumatera Utara.

Sedangkan periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari tahun 2014 sampai tahun 2018.

3. Menghitung perubahan indikator ekonomi :

Menghitung perubahan PDRB adalah sebagai berikut:

∆Yij = Y’ ij + Y ij

Presentase perubahan PDRB

%∆Yij = [(Y’ij – Yij)/ Yij]*100%

Dimana :

Yij = PDRB sektor i di wilayah Kabupaten/Kota pada Tahun dasar analisis Y’ij = PDRB sektor i di wilayah Kabupaten/Kota pada Tahun akhir analisis

4. Menghitung rasio PDRB

ri = (Y’ij – Yij)/Yij

Keterangan:

ri = Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten/Kota

Yij = PDRB sektor i Kabupaten/Kota pada tahun dasar analisis Y’ij = PDRB sektor i Kabupaten/Kota pada tahun akhir analisis

(39)

Ri = (Y’ij – Yij)/Yij Keterangan:

Ri = rasio PDRB Provinsi dari sektor i

Yij = PDRB sektor i Provinsi pada tahun dasar analisis Y’ij = PDRB sektor i Provinsi pada tahun akhir analisis

Ra = (Y’... – Y...)/Y...

Ra = rasio PDRB Provinsi

Yi = PDRB Provinsi pada tahun dasar analisis Y’i = PDRB Provinsi pada tahun akhir analisis

5. Menghitung komponen pertumbuhan wilayah (Budiharsono, 2001).

Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

PRij = (Ra) Yij

Keterangan:

PRij = Komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kabupaten/Kota Ra = Rasio PDRB Provinsi

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten/Kota pada tahun dasar analisis

Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) PPij = (Ri-Ra) Yij

Keterangan:

PPij = Komponen pertumbuhan Proporsional sektor i untuk wilayah Kabupaten/Kota

Ri = Rasio PDRB sektor i di Provinsi

(40)

Ra = Rasio PDRB Provinsi

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten/Kota pada tahun dasar analisis

Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) PPWij = (ri-Ri) Yij Keterangan:

PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah Kabupaten/Kota

ri = Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kabupaten/Kota Ri = Rasio PDRB sektor i di Provinsi

Yij = PDRB sektor i wilayah Kabupaten/Kota pada tahun dasar analisis

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian

untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka perlu dibuat beberapa definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross valueadded) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah

dalamjangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan.

2. Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB .

3. Sektor basis adalah kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri maupun di luar daerah.

4. Sektor non basis atau industri lokal adalah kegiatan sektor yang melayani pasar di daerah sendiri.

5. Sektor Unggulan adalah sektor yang memiliki peranan relatif besar dibanding sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah (PDRB).

(41)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kota Medan

4.1.1 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan terletak antara 3º.27’ - 3º.47’ Lintang Utara dan 98º.35’ - 98º.44’

Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km². Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

4.1.2 Wilayah Administrasi Kota Medan

Administrasi pemerintahan Kota Medan dipimpin oleh seorang Walikota. Pada saat ini Kota Medan terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2.001 lingkungan. kecamatan tersebut terdiri dari: Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Area, Medan Kota, Medan Maimun, Medan Polonia, Medan Baru, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat,Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Marelan dan Medan Belawan.

(42)

4.1.3 Kependudukan Dan Ketenagakerjaan Kota Medan

Pada tahun 2018, penduduk Kota Medan mencapai 2.264.145 jiwa. Dibanding jumlah Penduduk pada tahun 2017, terjadi pertambahan penduduk sebesar 16.720 jiwa (0,74%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km², kepadatan penduduk mencapai 8.541 jiwa/km².

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, sebanyak 146 pencari kerja pada tahun 2017 menyampaikan permohonan izin untuk menjadi tenaga kerja asing. Lapangan usaha jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan merupakan jenis lapangan usaha yang paling diminat. Jumlah pencari kerja terdaftar pada tahun 2018 berjumlah 4.471 orang yang didominasi oleh usia 10-29 Tahun. Sedangkan menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan pencari kerja didominasi oleh lulusan SMA.

4.1.4 Keadaan Perekonomian Daerah Kota Medan

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat.

Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai kedudukan yang amat penting karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan daerah di bidang lainnya. Oleh karena itu, aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.

Kota Medan adalah kota jasa, perdagangan, keuangan dan industri berskala nasional dan regional antara lain : 1. Sekitar 60,8% industri perbankan di Provinsi

(43)

Sumatera Utara berada di Kota Medan. 2. Sebesar 84,8% kredit perbankan diserap oleh kegiatan ekonomi kota. 3. Usaha industri yang terus berkembang, dimana sampai saat ini telah mencapai 5.596 usaha, baik berskala usaha besar, sedang dan kecil. 4. Ketersediaan kawasan-kawasan industri. 5. Berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, kota-kota baru, perhotelan, pusat-pusat jajanan, dan lain-lain, serta 6. Struktur ekonomi kota yang terbentuk sampai saat ini yang cenderung semakin kuat secara fundamental.

Struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku.

Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor yang paling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan dan diikuti sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Selanjutnya sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa dan sektor bangunan (konstruksi) sedangkan sektor ekonomi yang berkontribusi rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian, diikuti sektor listrik, gas dan air minum serta sektor pertanian.

Perekonomian Kota Medan pada tahun 2018 bila dibandingkan tahun sebelumnya tumbuh 5,92 persen. Hampir semua lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang positif. Informasi dan komunikasi, administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 8,71 persen, diikuti lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang sebesar 7,98 persen dan lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 7,53 serta real estate sebesar

(44)

7,35 persen. Lapangan usaha jasa keuangan dan asuransi memiliki pertumbuhan terendah yaitu hanya sebesar 1,99 persen, secara menyeluruh pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2018 tidak ada yang negatif.

Struktur perekonomian Kota Medan pada tahun 2018 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu: perdagangan besar dan eceran dan reperasi mobil dan sepeda motor sebesar 24,96 persen, konstruksi sebesar 19,32 serta industri pengolahan sebesar 14,61 persen. Peranan ketiga lapangan usaha tersebut mencapai 59,14 persen terhadap total PDRB Kota Medan.

4.2 Kota Binjai

4.2.1 Letak Geografis Kota Binjai

Kota Binjai merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ±30 meter diatas permukaan laut, Kota Binjai berada pada 3° 31’ 40’’ – 3° 40’ 2’’ Lintang Utara dan 98° 27’ 3’’ – 98° 32’ 32’’ Bujur Timur dan terletak 30 m di atas permukaan laut. 2. Wilayah Kota Binjai seluas 90,23 km2 berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Langkat. Batas area di sebelah Utara adalah Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.

Melalui RTRW Nasional Kota Binjai telah ditetapkanya sebagai salah satu kota yang termasuk dalam konsep pengembangan kota dalam Kawasan Strategis Nasional Mebidangro (Medan, Binjai, Deli serdang dan Karo). Posisi Kota Binjai

(45)

sangat strategis karena dikelilingi oleh Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang serta berada dalam jalur Lintas Sumatera yang menghubungkan Kota Medan di Provinsi Suamatera Utara dengan kota-kota pesisir Timur di Provinsi Aceh. Jarak antara pusat Kota Binjai dan pusat kota Medan hanya sekitar 22 Km, sedangkan jarak antara pusat kota Binjai dan pusat Kota Stabat (Ibu Kota Kabupaten Langkat) sekitar 21 Km.

4.2.2 Wilayah Administrasi Kota Binjai

Binjai terdiri dari 5 (lima) kecamatan, 37 (tiga puluh tujuh) kelurahan dan 284 SLS/Lingkungan. Adapun komposisi dari setiap kecamatan adalah sebagai berikut:

Kecamatan Binjai Selatan terdiri dari 8 (delapan) kelurahan : Tanah Merah, Bhakti Karya, Tanah Seribu, Pujidadi, Binjai Estate, Rambung Barat, Rambung Dalam dan Rambung Timur.

Kecamatan Binjai Kota terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan : Berngam, Satria, Tangsi, Kartini, Setia, Binjai, Pekan Binjai.

Kecamatan Binjai Timur terdiri dari 6 (enam) kelurahan : Mencirim, Tunggurono, Dataran Tinggi, Timbang Langkat, Tanah Tinggi, Sumber Mulyorejo, Sumber Karya.

Kecamatan Binjai Utara terdiri dari 9 (Sembilan) kelurahan : Pahlawan, Jatinegara, Nangka, Jati Makmur, Kebun Lada, Damai, Cengkeh Turi, Jati Karya, Jati Utomo.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran  Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

pabrik dengan rumus nomor 17, dan menghitung harga pokok produksi dengan rumus nomor 19, sehingga dari proses-proses tersebut aplikasi menghasilkan informasi taksiran

Kebudayaan Guritan memiliki nilai-nilai kearifan lokal seperti dapat dijadikan sebagai nilai Pendidikan, hiburan, nilai budaya yang di wariskan secara turun

Perancangan sistem kerja merupakan cara bagaimana sistem berkerja dan komponen alat yang dibutuhkan yang akan dikerjakan,dalam sistem kerja dapat digambarkan dalam

DeVito (2009) menyatakan bahwa hambatan komunikasi memiliki pengertian bahwa segala sesuatu yang dapat mendistorsi pesan atau hal apapun yang menghalangi penerima

Pernah suatu ketika Syeikh Abdul Qadir didatangi oleh seorang Raja (Abul Mudhaffar). Maksud dari kedatangan sang Raja adalah memberikan hadiah berupa 10 kantong

Penelitian pengembangan instrumen asesmen otentik ini meliputi kegiatan mengembangkan instrumen asesmen otentik, menerapkan instrumen dalam pembelajaran, menganalisis

untuk membuktikan bahwa syarat-syarat tersebut dalam ayat (1) telah dipenuhi dan karena itu tidak ada rintangan untuk melangsungkan perkawinan campur, maka