• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1. Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tabel 1. Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

No. Lingkungan

yang Dikelola Sumber Dampak Pengelolaan

Lingkungan Hidup Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pengelolaan Lingkungan

Hidup

Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. TAHAP PRA-KONSTRUKSI 1.1 Potensi konflik

penggunaan lahan

 Pembebasan

lahan  Perubahan tata guna lahan yang terjadi tidak bertentangan dengan RTRWK (Tanah Laut dan Tanah Bumbu), RTRWP Kalsel dan Peta Kawasan Hutan Kalsel yang berlaku

 Luasan bukaan lahan PT Arutmin Indonesia tidak mencakup luasan izin penguasaan pihak ketiga lainnya

 Menyelesaikan permasalahan pembebasan lahan dan ganti rugi dengan para pihak dan pemiliknya yang sah menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

 Luasan bukaan lahan PT Arutmin Indonesia tidak mencakup luasan izin penguasaan pihak ketiga kecuali jika pihak ketiga dimaksud telah melepas izin

penguasaannya

 Melakukan pembatasan (site delineation) rencana area yang akan dibebaskan untuk seluruh bukaan tambang, dengan mempertimbangkan keberadaan sumberdaya alam (vegetasi, sumber air, dan sebagainya), sumberdaya buatan (lahan budidaya), serta sumberdaya manusia (keberadaan pemukiman penduduk) di lingkungan sekitar

 Melakukan koordinasi dan memastikan pemenuhan perizinan penggunaan ruang/wilayah sesuai batas kewenangan para pemangku kepentingan menurut peraturan perundangan yang berlaku

 Memenuhi berbagai kewajiban Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) terkait dengan penggunaan ruang/kawasan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku

Seluruh area atau lokasi lahan yang akan dibebaskan

Selama tahap prakonstruksi hingga tahapan berikutnya sesuai dengan perkembangan penyelesaian legalitas penggunaan lahan

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

1.2 Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk

 Pembebasan lahan

 Terselenggaranya proses

pembebasan lahan yang dapat

diterima/disepa- kati oleh kedua belah pihak

 Tersedianya kompensasi bagi pemilik lahan sesuai dengan kesepakatan

 Memprioritaskan rumah tangga pemilik lahan yang dibebaskan sebagai sasaran program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR

 Memprioritaskan anggota keluarga rumah tangga pemilik lahan yang dibebaskan, yang memenuhi syarat dan kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan, untuk direkrut dalam penambahan tenaga kerja di PT Arutmin Indonesia maupun perusahaan kontraktor

Desa-desa yang lahannya terkena pembebasan hingga ke lokasi- lokasi penempatan kembali

(resetlement).

Sejak dimulainya kegiatan Tahap Pra-Konstruksi hingga tahap berikutnya sepanjang kegiatan berlangsung

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

1.3 Kontroversi dan

disharmoni proses sosial

 Pembebasan lahan

 Penerimaan

Terciptanya situasi dan kondisi yang harmonis antar masyarakat di sekitar tambang, dan

 Proses pembebasan lahan dan ganti rugi tanaman tumbuh berpedoman pada normanorma lokal yang diakui bersama dengan mengutamakan asas musyawarah dan mufakat, kemudian dilanjutkan dan atau dikuatkan

Lokasi-lokasi di sekitarr daerah penambangan

Dilaksanakan sejak tahap Pra- Konstruksi hingga

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui

(2)

dan adaptasi sosial tenaga kerja

antara masyarakat

dengan perusahaan, penyelesaiannya secara hukum berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku

 Mengorganisasikan program kegiatan CSR dengan melaksanakan sistem, standar dan prosedur kerja di lingkungan PT Arutmin Indonesia

 Merealisasikan upaya-upaya pengelolaan dampak lingkungan hidup fisik, kimia, biologi dan aspek sosial lainnya yang dinilai negatif, agar muncul persepsi yang positif dari aspek pengelolaan (kinerja) lingkungan PT Arutmin Indonesia

penutupan

tambang (untuk Tambang Mulia) Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2. TAHAP KONSTRUKSI 2.1 Perubahan

satuan fisiografi

 Pembuatan jalan

penghubung

 Pembangunan fasilitas tambang

Tidak terbentuknya satuan fisiografi yang relatif terjal dan rawan longsor

Pembukaan lahan untuk pembuatan Jalan Penghubung dilakukan seminimal mungkin dan tidak mengganggu kondisi lingkungan sekitar secara sporadis dan berlebihan

Lokasi pembuatan jalan dan fasilitas tambang

Tahap konstruksi dan dipelihara hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2.2 Peningkatan potensi longsor

 Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

 Penempatan Material

Tidak terjadinya gejala longsoran pada badan jalan dan fasilitas tambang yang baru dibuat, yang juga dapat berimbas pada kerusakan lingkungan sekitarnya

 Pembuatan badan jalan dan fasilitas tambang didahului dengan kajian teknis desain yang memenuhi standar teknik sipil yang aman dari resiko longsor

 Pembukaan lahan untuk pembuatan tapak jalan dan fasilitas tambang dilakukan seminimal mungkin dan dipastikan aman dari bahaya longsor sehingga

mengganggu kondisi lingkungan sekitar secara sporadis

Tapak pembuatan jalan dan fasilitas tambang

Selama tahap konstruksi berlangsung dan dipelihara hingga tahap pasca tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman

(3)

Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut 2.3 Penurunan

tingkat kesuburan tanah

 Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

Tidak terjadi penurunan status kesuburan tanah yang signifikan

 Memaksimalkan teknik pemadatan dan pematangan tanah pembentuk badan jalan dan fasilitas tambang

 Pembuatan saluran drainase penjebak erosi dan longsoran di sepanjang sisi jalan dan fasilitas tambang

Seluruh lokasi tapak jalan dan fasilitas tambang yang dibuat

Selama tahap konstruksi hingga tahap pasca dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2.4 Peningkatan

potensi banjir  Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

Tidak terjadi bencana banjir dan

terganggunya sistem drainase lahan

 Pembuatan jalan dan fasilitas tambang melalui kajian rencana lokasi dan rekayasa sistem pengelolaan air larian yang memperhitungkan kontur lokasi

 Pembuatan saluran drainase sesuai standar teknik sipil di sepanjang tepi jalan dan fasilitas tambang

 Menyediakan sistem drainase dengan desain saluran yang dapat mengendalikan dan mengurangi laju aliran air permukaan

 Membuat gorong-gorong untuk aliran sungai kecil yang terpotong oleh pembuatan jalan, atau jembatan untuk sungai relatif besar

Seluruh lokasi pembuatan jalan dan fasilitas tambang

Selama tahap konstruksi dan menjadi bagian integral dalam proses

pembuatan jalan dan fasilitas tambang dan dipelihara hingga tahap pasca dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2.5 Terganggu- nya Kehidupan Komunitas Flora dan Fauna

 Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

Tidak terjadi penurunan yang signifikan dari jenis flora dan fauna yang biasanya dijumpai di wilayah studi

 Membatasi pembukaan (deliniasi) area pembuatan jalan dan fasilitas tambang secara ketat hanya menggunakan batas minimal yang diperlukan yang disertai dengan penetapan zona penyangganya.

 Sesegera mungkin melakukan rehabilitasi dan revegetasi pada daerah yang dipastikan tidak diperlukan untuk area kegiatan pembuatan jalan dan fasilitas tambang.

 Menetapkan area-area yang disisakan dan dipelihara sebagai daerah konservasi in situ yang dipelihara dalam kondisi alamiahnya sebagai bagian dari kawasan konservasi alam di wilayah ini secara keseluruhan.

 Melaksanakan upaya-upaya domestikasi jenis-jenis flora

Seluruh lokasi pembuatan jalan dan fasilitas tambang

Selama tahap konstruksi hingga tahap pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel.

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

(4)

dan fauna penting (langka/terancam punah/dilindungi), misalnya jenis kayu ulin dan jenis burung tertentu. Jika upaya ini berhasil, maka hasilnya dikembalikan ke alam untuk menambah populasi alami dan/atau dikembangkan menjadi tanaman dan hewan yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat sebagai sumber pendapatan.

 Memanfaatkan biomassa yang tersisa dari pembersihan lahan untuk mengendalikan erosi dan mengembalikan kesuburan tanah di lahan yang terlanjur dibuka

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2.6 Kontroversi dan

disharmoni proses sosial

 Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

Terselesaikannya potensi kontroversi dan disharmoni proses sosial akibat kegiatan pembuatan jalan dan fasilitas tambang

Melaksanakan upaya-upaya pengelolaan seluruh dampak- dampak negatif komponen lingkungan hidup fisik, kimia dan biologi (tata guna lahan, satuan fisiografi, potensi longsor, kesuburan tanah, potensi banjir, flora dan fauna) dan aspek sosial lainnya yang mungkin terjadi dengan sebaik-baiknya.

Desa-desa yang berdekatan penambangan PT Arutmin Indonesia

Selama tahap konstruksi hingga tahap pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3. TAHAP OPERASI 3.1 Penurunan

Kualitas Udara Ambien

 Pengupasan dan

penempatan tanah pucuk

 Pemindahan batuan penutup

 Pengoperasian romstock dan pengangkutan batubara

Konsentrasi debu dan gas-gas ambien tidak melampaui baku mutu udara ambien sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 Melakukan penyiraman air sepanjang jalur angkutan dari pit tambang menuju outpit dump dan romstockpile

 Pengaturan/penyesuaian kecepatan kendaraan sesuai dengan lokasi dan kondisi lingkungan.

 Tetap mempertahankan dan memelihara vegetasi eksisting sebagai Zona Penyangga (buffer zone) sebagai absorban dispersi debu.

 Memasang rambu-rambu pembatasan kecepatan kendaraan angkut.

 Menggunakan kendaraan yang telah lulus uji emisi dan memasang filter knalpot kendaraan.

 Merawat kendaraan sesuai rekomendasi pabrikan agar mempunyai tingkat pembakaran yang baik sesuai spesifikasi

Di seluruh area operasi

penambangan mulai dari pit tambang, outpit dump, dan romstockpile

Selama

berlangsung-nya pengoperasian peralatan penambangan dan

pengangkutan hasil tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.2 Peningkatan

Kebisingan  Pemindahan batuan penutup

Tingkat kebisingan tidah melampaui baku mutu kebisingan

 Mempertahankan kondisi vegetasi yang sudah ada untuk difungsikan sebagai penghalang atau absorban bising antara sumber dengan penerima.

Di seluruh area tambang, jalan angkut dan outpit

Selama

berlangsung-nya kegiatan

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui

(5)

 Pengoperasian romstockpile dan

pengangkutan batubara

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 Bersama-sama dengan teknik pengelolaan kualitas udara, dibuat Zona Penyangga (buffer zone) antara area bukaan tambang, jalan dan fasilitas tambang dengan pemukiman dan area budidaya pertanian penduduk lokal. Apabila merupakan daerah terbuka, maka dilakukan penanaman dengan jenis vegetasi berdaun rapat. Sedangkan apabila sudah ditumbuhi vegetasi maka keberadaan vegetasi tersebut tetap dipertahankan dan dipelihara untuk dapat terus difungsikan sebagai barrier rambatan bising.

 Perawatan rutin alat-alat berat, kendaraan pengangkut batubara dan maupun kendaraan personil agar sistem pembakaran pada mesin berlangsung sempurna, melalui:

(1) perawatan mesin secara teratur; (2) pengoperasian kendaraan dengan memperhatikan temperatur mesin dan perawatan radiator; (3) kapasitas angkut kendaraan tidak melebihi batas maksimum yang diijinkan pabrikan.

dump dimana seluruh alat berat dan alat angkutan dioperasikan

penggalian dan pengangkutan batubara

(untuk Tambang Mulia) Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.3 Peningkatan intensitas getaran

Pemindahan batuan penutup, khususnya peledakan (blasting)

Nilai getaran tidak melampaui baku mutu sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

 Mempertahankan kondisi vegetasi yang sudah ada untuk difungsikan sebagai penghalang atau absorban getaran antara lokasi peledakan dengan area pemukiman dan area dimana penduduk sering beraktivitas sehari-hari.

 Melakukan kajian karakteristik geologis secara lebih detil pada setiap titik peledakan dalam radius tertentu untuk memastikan jarak aman terhadap penduduk dan

memastikan resiko kerusakan sarana dan prasarana yang ada di sekitarnya.

Di seluruh pit-pit tambang dimana kegiatan

peledakan dilakukan

Selama tahap operasi menjelang dan sesudah

berlangsung-nya kegiatan

peledakan

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.4 Perubahan satuan fisiografi

 Pengupasan dan

penempatan tanah pucuk

 Pemindahan batuan penutup

 Penggalian batubara

Terbentuknya bentang lahan dengan topografi yang optimal untuk proses revegetasi

 Pembukaan lahan untuk tapak tambang dilakukan seminimal mungkin (menurut blok) sesuai dengan rencana kemajuan tambang.

 Mengatur penempatan material galian tanah pucuk dan batuan penutup dengan mengoptimalkan back filling in pit dump.

 Untuk penempatan material dil luar tambang (out pit dump permanen dan temporer) menggunakan sistem berjenjang dengan lebar, tinggi jenjang, dan kemiringan lereng ditetapkan setelah melakukan kajian karakteristik geologi lokasi secara lebih mendetail.

 Sesegera mungkin menyelesaikan reklamasi dan revegetasi pada areal yang telah selesai ditambang.

Seluruh area-area bukaan tambang, penempatan tanah pucuk dan penempatan batuan penutup

Selama tahap operasi hingga pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

(6)

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.5 Peningkatan potensi longsor

 Pemindahan tanah pucuk

 Pemindahan batuan penutup

 Penggalian batubara

Tidak terjadinya gejala longsoran di area penampatan tanah pucuk, batuan penutup serta high wall

maupun low wall yang juga berimbas pada kerusakan lingkungan sekitarnya.

 Membuat lereng bukaan tambang secara berjenjang, lebar jenjang minimal, tinggi jenjang, dan kemiringan lereng ditetapkan setelah melakukan kajian karaktersitik geologi secara lebih mendetail.

 Mengatur penempatan material galian tanah pucuk dan batuan penutup dengan mengoptimalkan back filling (in pit dump).

 Untuk penempatan material dil luar tambang (out pit dump permanen dan temporer) menggunakan sistem berjenjang dengan lebar, tinggi jenjang, dan kemiringan lereng ditetapkan setelah melakukan kajian karaktersitik tanah/batuan secara lebih mendetail.

 Sesegera mungkin melakukan reklamasi dan revegetasi pada areal yang telah selesai ditambang.

Seluruh area-area bukaan (pit) tambang, penempatan tanah pucuk dan penempatan batuan penutup

Selama tahap operasi hingga pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.6 Peningkatan

potensi erosi  Pembersihan lahan

 Pengupasan dan

penempatan tanah pucuk

 Pemindahan batuan penutup

Nilai prediksi erosi (metode USLE) masih dibawah nilai erosi yang dapat ditoleransi

 Meminimalkan lahan bukaan hanya dengan luasan yang betul-betul diperlukan saja dengan menerapkan sistem blok penambangan.

 Mengutamakan penempatan tanah pucuk langsung di area yang siap direklamasi terkecuali pada awal penambangan.

 Sesegera mungkin menanam tumbuhan penutup (cover crop)

Seluruh area bukaan tambang dan terganggu, area penempatan tanah pucuk dan batuan penutup, maupun di area yang sedang dalam proses reklamasi dan revegetasi

Pengelolaan dilakukan terus menerus dari tahap operasi sampai pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.7 Penurunan tingkat kesuburan tanah

 Pembersihan lahan

 Pengupasan dan

penempatan tanah pucuk

 Pemindahan batuan penutup

 Pengoperasian romstockpile

Tidak terjadi penurunan status kesuburan tanah yang signifikan

 Meminimalkan lahan bukaan hanya dengan luasan yang betul-betul diperlukan saja dengan menerapkan sistem blok penambangan

 Mengutamakan penempatan tanah pucuk langsung di area yang siap direklamasi terkecuali pada awal penambangan

 Memelihara kondisi kesuburan tanah pucuk di areal penempatannya melalui penanaman tumbuhan penutup (cover crop) yang dapat menyerap nitrogen langsung dari udara (keluarga Legume)

 Perbaikan kesuburan tanah melalui pemupukan dan pengapuran berdasarkan hasil pengkajian sifat tanah yang

Seluruh area bukaan dan terganggu, area penempatan tanah pucuk, penempatan batuan penutup, rom stockpile batubara, fasilitas penunjang, maupun di area yang sedang

Tahap operasi sampai pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

(7)

dan

pengangkutan batubara

 Penyediaan BBM dan bahan penolong

 Pengoperasian fasilitas penunjang

lebih detil, serta input teknologi lainnya yang termutakhir dalam proses reklamasi dan revegetasi

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.8 Peningkatan

potensi banjir  Pembersihan lahan

 Pemindahan batuan penutup

Tidak terjadi bencana banjir dan

terganggunya sistem drainase lahan

 Menata satuan fisiografi (topografi positif dan topografi negatif) di wilayah bukaan tambang dan daerah terganggu lainnya sehingga membentuk sistem watershed yang dapat mengarahkan massa air larian permukaan secara terkontrol ke suatu daerah penampungan yang dapat dikontrol

 Menerapkan SOP pengendalian erosi dan pencegahan banjir

Seluruh area yang terganggu oleh seluruh aktivitas PT Arutmin Indonesia.

Selama tahap operasi tambang sampai pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.9 Penurunan muka air tanah

 Pemindahan batuan penutup

 Penggalian batubara

Tidak terjadi penurunan yang signifikan pada muka air tanah dangkal maupun dalam

Merancang sistem pengelolaan air larian permukaan dan air buangan pit tambang mengalir menuju ke area

penampungan untuk memaksimalkan tingkat infiltrasinya untuk dikembalikan ke sistem air tanah terutama yang diidentifikasi berhubungan dengan sumber air tanah yang digunakan penduduk sekitar tambang

Seluruh area yang terganggu oleh seluruh aktivitas PT Arutmin Indonesia

Selama tahap operasi tambang sampai pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.10 Penurunan kualitas air permukaan

 Pembersihan lahan

 Pemindahan

Nilai parameter kunci kualitas air (pH, TSS, Mn, Fe, dan Cd) tidak

 Pencegahan masuknya sedimen, air asam tambang dan bahan elemen/ senyawa ikutan lainnya ke sistem perairan utama dengan cara membuat parit-parit/saluran drainase

 Seluruh area terganggu dan lokasi

Selama tahap operasi berlangsung

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui

(8)

batuan penutup

 Penirisan air tambang

 Pengoperasian romstockpile dan

pengangkutan batubara

 Penyediaan BBM dan bahan penolong

 Pengoperasian fasilitas penunjang

melampaui baku mutu sesuai dengan

peraturan yang berlaku

tambang dan penjebak sedimen, untuk ditampung dan diolah di kolam pengendapan, termasuk yang terjadi di area jalan penghubung

 Pengoperasian kolam pengendapan seoptimal mungkin untuk memperoleh keluaran hasil olahan air drainase tambang sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang berlaku

 Volume daya tampung (kedalaman) kolam pengendapan dipantau secara berkala untuk memastikan retensi kolam masih dalam kriteria desain.

 Menerapkan Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Limbah B3

 Sesegera mungkin melakukan reklamasi dan revegetasi pada area bukaan pit yang selesai ditambang

 Menetapkan area buffer zone dan mempertahankan tumbuhan sebagai sedimen trap alami.

penimbunan tanah pucuk dan batuan penutup

 Kolam

pengenda-pan ditempatkan pada lokasi yang sesuai dengan kemajuan (pit) tambang yang akan dibuka

 Revegetasi dilakukan di seluruh areal yang

direklamasi

 Workshop, Gudang B3 dan Tempat

Penyimpanan Sementara Limbah B3

(untuk Tambang Mulia) Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.11 Terganggu- nya kehidupan komunitas flora dan fauna

 Pembersihan lahan

 Pemindahan batuan penutup

 Pengoperasian romstockpile dan

pengangkutan batubara

Tidak terjadi penurunan yang signifikan dari jenis flora dan fauna yang biasanya dijumpai di wilayah studi

 Membatasi pembukaan (deliniasi) area pembuatan jalan dan fasilitas tambang secara ketat hanya menggunakan batas minimal yang diperlukan yang disertai dengan penetapan zona penyangganya

 Sesegera mungkin melakukan rehabilitasi dan revegetasi pada daerah yang dipastikan tidak diperlukan untuk area kegiatan pembuatan jalan dan fasilitas tambang

 Melaksanakan upaya-upaya domestikasi jenis-jenis flora dan fauna penting (langka/terancam punah/dilindungi),

 Memanfaatkan biomassa yang tersisa dari pembersihan lahan untuk mengendalikan erosi dan mengembalikan kesuburan tanah di lahan yang terlanjur dibuka.

 Lahan yang dibuka dan terganggu berkaitan dengan pembuatan jalan dan fasilitas tambang yang dibuat

 Koridor dan zona penyangga di jalan dan area fasilitas tambang

 Area-area konservasi dan lokasi kegiatan unit pelaksana teknis

domestikasi.

Selama tahap konstruksi hingga tahap pasca operasi dan penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.12 Terganggu- nya kehidupan

Dampak sekunder (lanjutan) dari

Tidak terjadi penurunan yang

 Melaksanakan kegiatan pengelolan dampak kualitas air Seluruh lokasi tapak tambang

Selama tahap

operasi hingga Institusi Pelaksana:

(9)

komunitas

biota akuatik dampak terhadap kualitas air permukaan)

signifikan terhadap nilai kelimpahan dan keanekaragaman komunitas biota akuatik, terutama plankton dan benthos

permukaan secara intensif

 Perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement) dengan selalu mengikuti dinamika kualitas air buangan dan keadaan air permukaan yang berubah-ubah mengikuti keadaan musim (keadaan curah hujan).

 Memodifikasi sistem pengolahan air buangan beserta perangkat kerasnya secara berkelanjutan menjadi salah satu materi pertimbangan dalam sistem manajemen lingkungan yang diterapkan

dan infrastruktur tambang (sama dengan lokasi pengelolaan kualitas air permukaan)

pasca operasi dan penutupan tambang

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.13 Kontroversi dan

disharmoni proses sosial

Seluruh rangkaian kegiatan

pertambangan yang memberikan dampak penting terhadap komponen lingkungan hidup

Terselesaikannya potensi kontroversi dan disharmoni proses sosial akibat dampak terhadap lingkungan hidup di wilayah pengelolaan yang tidak terealisasi

Melaksanakan upaya-upaya pengelolaan seluruh dampak- dampak negatif komponen lingkungan hidup fisik, kimia dan biologi (tata guna lahan, satuan fisiografi, potensi longsor, kesuburan tanah, potensi banjir, flora dan fauna) dan aspek sosial lainnya yang mungkin terjadi dengan sebaik-baiknya.

Lokasi-lokasi di seputar daerah penambanganPT Arutmin di Kecamatan Jorong dan Kintap Kabupaten Tanah Laut, dan

Kecamatan Satui Kabupaten Tanah Bumbu

Selama kegiatan operasi

berlangsung

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

3.14 Perubahan pola kesakitan penduduk

Seluruh kegiatan yang

menyebabkan perubahan kualitas

lingkungan yang merupakan pajanan penyakit, terutama udara dan air

Tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap jumlah kasus penyakit dan munculnya jenis penyakit lainnya yang berhubungan dengan memburuknya kualitas lingkungan hidup

 Mendukung pelaksanaan pembangunan sektor kesehatan melalui bantuan fasilitas kesehatan yang mendorong peningkatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja pengelolaan lingkungan PT Arutmin Indonesia

 Mendukung upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan PUSKESMAS setempat

Seluruh wilayah desa yang berdekatan dengan kegiatan pertambangan dan jalan penghubung di Kec. Jorong dan Kintap (Kab.

Tanah Laut), dan Kec. Satui(Kab.

Tanah Bumbu)

Selama tahap operasi hingga pasca-operasi dan penutupan tambang sesuai dengan

perkembangan kasus yang terjadi di lapangan

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 Dinas Kesehatan Kab. Tanah Laut Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

(10)

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 4. TAHAP PASCA OPERASI

4.1 Penurunan kualitas udara ambien

 Reklamasi dan rehabilitasi lahan

Konsentrasi debu dan gas-gas ambien tidak melampaui baku mutu udara ambien sesuai dengan peraturan yang berlaku

 Melakukan penyiraman air sepanjang jalur angkutan dari pit tambang menuju outpit dump dan romstockpile

 Pengaturan kecepatan kendaraan operasional (alat berat maupun kendaraan ringan) hingga maksimum 40 km/jam

 Tetap mempertahankan dan memelihara vegetasi eksisting sebagai Zona Penyangga (buffer zone) sebagai absorban dispersi debu

 Memasang rambu-rambu pembatasan kecepatan kendaraan angkut

 Menggunakan kendaraan yang telah lulus uji emisi dan memasang filter knalpot kendaraan

 Merawat kendaraan sesuai rekomendasi pabrikan agar mempunyai tingkat pembakaran yang baik sesuai spesifikasi

Seluruh area reklamasi dan rehabilitasi lahan

Selama berlangsung kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.2 Peningkatan

kebisingan  Reklamasi dan rehabilitasi lahan

Nilai kebisingan tidak melampaui baku mutu kebisingan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 Mempertahankan kondisi vegetasi yang sudah ada untuk difungsikan sebagai penghalang atau absorban bising antara sumber dengan penerima

 Bersama-sama dengan teknik pengelolaan kualitas udara, dibuat Zona Penyangga (buffer zone) antara area kegiatan tambang dengan lingkungan sekitarnya

 Perawatan rutin alat-alat berat agar sistem pembakaran pada mesin berlangsung sempurna, melalui : (1) perawatan mesin secara teratur; (2) pengoperasian kendaraan dengan memperhatikan temperatur mesin dan perawatan radiator; (3) kapasitas angkut kendaraan tidak melebihi batas maksimum yang diijinkan pabrikan

Seluruh area reklamasi dan rehabilitasi lahan

Selama berlangsung kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.3 Perubahan satuan fisiografi dan terbentuknya void

 Reklamasi dan rehabilitasi lahan

 Pengelolaan dan

pemanfaatan

 Terbentuknya bentang lahan dengan topografi yang secara optimal dapat ditanami/

dilakukan revegetasi

 Membentuk seluas mungkin area tangkapan air (catchment area) pada saat proses pelaksanaan reklamasi (regrading dan reconturing), dengan aliran air permukaan

dimaksimalkan mengarah ke dalam reservoar yang dibangun

 Memanfaatkan seoptimal mungkin keberadaan reservoar

 Seluruh area reklamasi dan rehabilitasi lahan

 Seluruh area terbentuknya

Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

(11)

void sisa bukaan akhir tambang

 Termanfaatkannya void yang terbentuk di akhir tambang

yang terbentuk, baik dalam menyediakan jasa lingkungan (jasa ekosistem) maupun manfaat ekonomis.

 Memenuhi ketentuan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku menyangkut void (reservoir) yang masuk dalam kawasan hutan

 Melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tambang tentang rencana keberadaan void terkait rencana

pemanfaatannya maupun risiko yang mungkin muncul

void  Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.4 Peningkatan

potensi erosi  Reklamasi dan rehabilitasi lahan

Nilai prediksi erosi (metode USLE) masih dibawah nilai erosi yang dapat ditoleransi

 Memprioritaskan awal pelaksanaan reklamasi (penutupan bekas lubang tambang, reconturing dan regrading) pada periode musim kemarau, dan pelaksanaan revegetasi pada musim hujan

 Memberikan perlakuan perbaikan tingkat kesuburan tanah

Seluruh area reklamasi dan rehabilitasi lahan

Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.5 Peningkatan

potensi banjir  Reklamasi dan rehabilitasi lahan

Tidak terjadi bencana banjir dan

terganggunya sistem drainase lahan

 Mengintegrasikan program pengelolaan air larian permukaan dengan pengelolaan satuan fisiografi yang mengarah pada pemanfaatan potensi air tersebut untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku domestik maupun irigasi dan/atau kebutuhan lainnya

 Melakukan penataan area yang di-reconturing dan di- regrading dalam pelaksanaan reklamasi pada pit yang selesai ditambang dengan resiko flushing yang sekecil mungkin dengan membentuk proporsi watershed seluas mungkin

 Memprioritaskan, memfokuskan dan menyelesaikan proses reklamasi (re-conturing, regrading, re-topsoiling) secepat mungkin pada musim kemarau

 Memprioritaskan, memfokuskan dan menyelesaikan proses revegetasi (pemberian mulsa, menebar benih cover crop, penanaman tumbuhan revegetasi) sesegea mungkin pada musim hujan

 Menerapkan SOP Pengendalian Erosi dan Pencegahan Banjir

Seluruh areal reklamasi dan rehabilitasi lahan

Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

(12)

4.6 Penurunan kualitas air permukaan

 Reklamasi dan rehabilitasi lahan

Nilai parameter kunci kualitas air (pH, TSS, Mn, Fe, dan Cd) tidak melampaui baku mutu sesuai dengan

peraturan yang berlaku.

 Kegiatan reklamasi dilakukan dengan mempertimbangkan keberadaan batuan PAF dan dan batuan NAF, agar timbulnya air asam dapat dihindari

 Menyelesaikan secepat mungkin pelaksanaan kegiatan reklamasi dan rehabilitasi lahan

 Tetap melanjutkan pengoperasian setling pond yang telah diterapkan pada tahap operasi hingga dipastikan hasilnya tanpa setling pond telah memenuhi baku mutu kualitas air yang ditetapkan menurut peraturan perundangan yang berlaku

 Menetapkan buffer zone dan mempertahankan tumbuhan yang ada di area tersebut sebagai sedimenn trap alami, serta jika dinilai perlu, membuat sedimen trap tambahan , saluran pengering dan modifikasi struktur sungai kecil yang ada di area tersebut secara terintegrasi.

Seluruh areal bekas bukaan tambang yang sedang

direklamasi dan direvegetasi.

Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.7 Terganggu- nya kehidupan komunitas biota akuatik

 Merupakan dampak lanjutan dari dampak terhadap (penurunan) kualitas air permukaan akibat kegiatan reklamasi.

Tidak terjadi penurunan yang signifikan terhadap nilai kelimpahan dan keanekaragaman komunitas biota akuatik, terutama plankton dan benthos

 Melaksanakan kegiatan pengelolan dampak kualitas air permukaan secara intensif

 Perbaikan yang berkelanjutan (continual improvement) dengan selalu mengikuti dinamika kualitas air buangan dan keadaan air permukaan yang berubah-ubah mengikuti keadaan musim (keadaan curah hujan).

 Memodifikasi sistem pengolahan air buangan beserta perangkat kerasnya secara berkelanjutan menjadi salah satu materi pertimbangan dalam sistem manajemen lingkungan yang diterapkan

Seluruh area

lokasi reklamasi Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.8 Peningkatan angka penganggu- ran

 Pemutusan hubungan kerja di PT Arutmin Indonesia dan perusahaan kontraktornya karena berakhirnya kegiatan penambangan

Terkendalinya angka

pengangguran absolut  Melanjutkan investasi di bidang usaha pertambangan batubara dan/atau mineral lainnya, baik di daerah ini maupun ke daerah lainnya, agar dapat terus dapat menampung tenaga kerja yang ada

 Melalui kerjasama dengan Serikat Pekerja, antara lain : (1) Melaksanakan program pelatihan dan magang persiapan PHK dan Pensiun bagi karyawan, untuk mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha; (2) Menghimpun informasi peluang kerja di berbagai perusahaan di seluruh Indonesia dengan kualifikasi dan kompetensi yang sesuai dengan kriteria karyawan PT Arutmin Indonesia dan kontraktornya yang akan terkena PHK

Lokasi-lokasi (Desa) yang berdekatan dengan satuan daerah

penambangan PT Arutmin

Indonesia di Kec.

Jorong dan Kintap (Kab.

Tanah Laut) dan Kec. Satui (Kab.

Tanah Bumbu)

Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

(13)

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.9 Perubahan pola sumber pendapatan

 Pemutusan

hubungan kerja Seluruh rangkaian kegiatan

pertambangan yang memberikan dampak penting terhadap komponen lingkungan hidup

 Melanjutkan pelaksanaan program kegiatan

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (CSR) dengan melaksanakan sistem, standar dan prosedur kerja.

 Melanjutkan pembinaan usaha bagi masyarakat lokal ke arah kemandirian baik dalam memperoleh modal kerja/usaha (penggunaan lembaga-lembaga keuangan seperti Bank dan BPR.

 Mendukung program pemerintah dalam memelihara infrastruktur ekonomi yang sudah dibangun selama tahap konstruksi dan operasi

 Melanjutkan investasi di bidang usaha pertambangan batubara dan/atau mineral lainnya yang prospek.

Lokasi-lokasi (Desa) yang berdekatan dengan satuan daerah

penambangan PT Arutmin

Indonesia di Kec.

Jorong dan Kintap (Kab.

Tanah Laut) dan Kec. Satui (Kab.

Tanah Bumbu)

Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

4.10 Kontroversi dan

disharmoni proses sosial

 Pemutusan hubungan kerja

Seluruh rangkaian kegiatan

pertambangan yang memberikan dampak penting terhadap komponen lingkungan hidup

 Melanjutkan pelaksanaan program kegiatan

pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (CSR) dengan melaksanakan sistem, standar dan prosedur kerja.

 Melanjutkan pembinaan usaha bagi masyarakat lokal ke arah kemandirian baik dalam memperoleh modal kerja/usaha (penggunaan lembaga-lembaga keuangan seperti Bank dan BPR.

 Mendukung program pemerintah dalam memelihara infrastruktur ekonomi yang sudah dibangun selama tahap konstruksi dan operasi

 Melanjutkan investasi di bidang usaha pertambangan batubara dan/atau mineral lainnya yang prospek.

Lokasi-lokasi (Desa) yang berdekatan dengan satuan daerah

penambangan PT Arutmin

Indonesia di Kec.

Jorong dan Kintap (Kab.

Tanah Laut) dan Kec. Satui (Kab.

Tanah Bumbu)

Selama kegiatan pasca operasi berlangsung hingga penutupan tambang

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

5. DAMPAK LINGKUNGAN LAINNYA (Yang Pengelolaannya Telah Direncanakan Sejak Awal Sebagai Bagian Dari Rencana Kegiatan atau Mengacu Pada SOP, Panduan Teknis Pemerintah, Standar Internasional, dan atau lainnya) 5.1 Emisi  Kegiatan-

kegiatan yang dapat

menghasilkan emisi

Konsentrasi debu dan emisi gas tidak melampaui baku mutu emisi sumber bergerak dan sumber tidak bergerak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 Melakukan perawatan mesin secara berkala sesuai dengan SOP perawatan mesin;

 Melakukan operasional mesin sesuai dengan waktu pakai dan kapasitas mesin; dan

 Penggunaan sarana K3 berupa penutup hidung (masker) bagi pekerja yang bekerja di sumber pencemar.

Lokasi kegiatan yang

menghasilkan emisi

Selama kegiatan operasi

berlangsung

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

(14)

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

5.2 Limbah Cair  Kegiatan- kegiatan yang dapat

menghasilkan limbah cair (kegiatan domestik, dan lainnya)

Kualitas air limbah cair tidak melampaui baku mutu limbah cair sesuai dengan izin pembuangan limbah cair dan peraturan yang berlaku.

 Melakukan perawatan instalasi pengelolaan limbah cair pada perkantoran dan mess karyawan secara berkala sesuai dengan SOP;

 Melakukan proses pembersihan secara rutin terhadap areal produksi;

 Melakukan perawatan terhadap instalasi pengolahan limbah cair; dan

 Penggunaan sarana K3 bagi pekerja yang bekerja di sumber pencemar.

Lokasi kegiatan yang

menghasilkan dan pengolahan limbah cair

Selama kegiatan operasi

berlangsung

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

5.3. Limbah Padat

dan Domestik  Kegiatan- kegiatan yang dapat

menghasilkan limbah domestik

 Pengelolaan sampah padat memenuhi SOP

 Limbah domestik memenuhi ketentuan izin tentang

pengelolaan limbah domestik

 Membuat larangan membuang sampah ke badan perairan

 Menyediakan tempat sampah sementara pada lokasi umum dan area kerja

 Melakukan pengawasan ketat terhadap penanganan limbah padat dan domestik

 Memberikan sanksi kepada pihak yang melakukan pelanggaran membuang sampah ke badan perairan

 Penanganan limbah padat domestik melalui kerjasama dengan pemerintah Kabupaten Kotabaru melalui TPA

 Lokasi umum dalam areal proyek

 Sekitar lokasi kerja yang berpotensi menghasil-kan limbah padat dan domestik

Selama tahap operasi berlangsung

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

5.4. Limbah B3  Kegiatan- kegiatan yang dapat

menghasilkan limbah B3

Pengelolaan limbah B3 memenuhi standar SOP dan ketentuan izin pengelolaan LB3

 Menyediakan tempat penyimpanan sementara limbah B3 (TPS LB3) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku;

 Memasang papan larangan membuang limbah B3 di areal kerja dermaga dan perairan;

 Membuat SOP penanganan LB3 dan melakukan

Seluruh area yang berpotensi menghasilkan LB3

Selama Tahap konstruksi, operasi, dan pasca operasi berlangsung

Institusi Pelaksana:

 PT Arutmin Indonesia melalui masing-masing KTT Tambang Asamasam, Kintap dan Satui (untuk Tambang Mulia)

(15)

pengawasan pelaksanaanya secara ketat;

 Melakukan pemeriksaan, inventariasi dan pemusnahan secara berkala terhadap penampungan limbah B3 yang dihasilkan dengan melibatkan pihak ketiga yang memiliki izin; dan

 Mentaati seluruh prosedur pengelolaan LB3 sesuai dengan peraturan yang berlaku

Institusi Pengawas :

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Institusi Penerima Laporan:

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

(16)

No. Jenis Dampak

yang Timbul Indikator/Parameter Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Lokasi Pantau Waktu dan

Frekuensi Pelaksana Pengawas Penerima Laporan 1. TAHAP PRA-KONSTRUKSI

    

1.2 Perubahan pola kepemilikan lahan penduduk

 Prosentase perubahan pola kepemilikan lahan

 Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah (cq. Dinas Lingkungan Hidup).

 Pembebasan

lahan Metode Pengumpulan Data

 Melakukan pengumpulan dan inventarisasi luas lahan yang telah dilakukan pembebasan lahan dengan pergantian kepemilikan secara syah menurut proses yang resmi baik berupa tabulasi, spasial, dan terdokumentasi.

Metode Analisis Data

 Analisis data perubahan pola kepemilikan lahan penduduk dapat dilakukan dengan menghitung luasan lahan yang telah dibebaskan baik secara tabulasi dan/atau analisis spasial berbasis GIS secara series.

Desa-desa yang lahannya terkena pembebasan

1 tahun sekali PT Arutmin

Indonesia  Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

1.3 Kontroversi dan

disharmoni proses sosial

 Jumlah kejadian yang meresahkan masyarakat dalam bentuk laporan keresahan melalui instansi terkait

 Bentuk penanganan yang dilakukan oleh perusahaan dalam menanggulangi disharmoni social

 Keluhan dari masyarakat di sekitar lokasi kegiatan yang disampaikan kepada Pemerintah (cq. Dinas Lingkungan Hidup).

 Pembebasan lahan

 Penerimaan dan adaptasi sosial tenaga kerja

Metode Pengumpulan Data

 Melakukan survei sosial tentang sikap dan persepsi masyarakat baik melalui wawancara langsung dengan

menggunakan kuisioner.

Metode Analisis Data

 Data sekunder dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menafsirkan hasil-hasil perhitungan yang telah ditabulasikan (data koding) menjadi informasi dalam bentuk diagram.

Desa-desa yang lahannya terkena pembebasan

6 bulan sekali PT Arutmin

Indonesia  Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2. TAHAP KONSTRUKSI 2.1 Perubahan

satuan fisiografi

Luasan lahan yang mengalami

perubahan fisiografi  Pembuatan jalan

penghubung

 Pembangunan fasilitas tambang

Metode Pengumpulan Data

 Melakukan observasi langsung pada tapak pembuatan jalan dan fasilitas tambang secara spasial dan

terdokumentasi.

Metode Analisis Data

 Analisis data perubahan fisiografi lahan dilakukan dengan menghitung luasan lahan yang telah mengalami perubahan fisiografi baik secara tabulasi dan/atau analisis spasial berbasis GIS secara

Lokasi

pembuatan jalan dan fasilitas tambang

1 tahun sekali PT Arutmin

Indonesia  Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

(17)

series.

2.2 Peningkatan potensi longsor

Luasan lahan yang mengalami

longsor  Pembuatan

jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

 Penempatan Material

Metode Pengumpulan Data

 Melakukan observasi langsung pada tapak pembuatan jalan dan fasilitas tambang secara spasial dan

terdokumentasi.

Metode Analisis Data

 Analisis data kejadian longsor dilakukan dengan menghitung luasan lahan yang telah mengalami longsoran baik secara tabulasi dan/atau analisis spasial berbasis GIS secara series.

Sekitar tapak pembuatan jalan dan fasilitas tambang

1 tahun sekali PT Arutmin

Indonesia  Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2.3 Penurunan tingkat kesuburan tanah

Kriteria status kesuburan tanah (PPT, 1983) dengan parameter C-organik, KTK, P-total, K-Total dan Kejenuhan Basa (KB)

 Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

Metode Pengumpulan Data

 Melakukan sampling tanah (terusik) yang diperlukan untuk analisis

kesuburan tanah (C-organik, Kapasitas Tukar Kation, P-total, K-Total dan Kejenuhan Basa) di laboratorium.

Pengambilan sampel tanah dilakukan menggunakan pengeboran dengan pengeboran hingga kedalaman 60 cm kemudian dikomposit.

Metode Analisis Data

 Parameter kesuburan tanah (C-organik, Kapasitas Tukar Kation, P-total, K-Total dan Kejenuhan Basa) di tabulasi untuk ditetapkan pengharkatan status kesuburan tanahnya.

Sekitar tapak pembuatan jalan dan fasilitas tambang

1 tahun sekali PT Arutmin Indonesia

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

2.4 Peningkatan

potensi banjir Jumlah kejadian bencana banjir  Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

Metode Pengumpulan Data

 Melakukan observasi langsung pada sekitar area tambang secara spasial dan terdokumentasi.

Metode Analisis Data

 Analisis data kejadian banjir dilakukan dengan menghitung luasan lahan yang telah mengalami banjir baik secara tabulasi dan/atau analisis spasial berbasis GIS secara series.

Sekitar tapak pembuatan jalan dan fasilitas tambang

1 tahun sekali PT Arutmin

Indonesia  Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut 2.5 Terganggu-

nya Kehidupan Komunitas Flora dan Fauna

Nilai kelimpahan,

keanekaragaman ataupun distribusi relatif jenis flora dan fauna

 Pembuatan jalan

penghubung

 Pembuatan fasilitas tambang

Metode Pengumpulan Data Flora

 Identifikasi jenis vegetasi dan

ekosistemnya yang dilindungi dilakukan secara langsung di lapangan dengan mengacu pada Surat Keputusan

Sekitar tapak pembuatan jalan dan fasilitas tambang

1 tahun sekali PT Arutmin

Indonesia  Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan

 Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kalsel

 Dinas Lingkungan Hidup Kab. Tanah Bumbu

 Dinas Perumahan

(18)

Menteri Kehutanan Nomor 58/Kpts- II/1996. Jika dijumpai vegetasi atau ekosistem yang termasuk kategori dilindungi, maka akan diidentifikasi posisi, luasan dan kondisinya serta jumlah jenisnya. Demikian juga keunikan vegetasi dan ekosistem akan diobservasi secara langsung di

lapangan pada saat pengumpulan data.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan analisis vegetasi metode garis berpetak. Untuk jenis-jenis tumbuhan langka dan dilindungi akan dikaji secara khusus. Dalam hal ini kriteria tumbuhan langka didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.261/Kpts-IV/1990 dan Red Data Book IUCN, 1978.

Fauna

 Pengamatan fauna dilakukan berdasarkan pertemuan langsung di lapangan pada lokasi yang sama dengan pengamatan vegetasi darat dan tidak langsung (jejak, sarang, kotoran, bulu dan bekas yang ditinggalkan).

Selain itu juga dilakukan wawancara (interview) dengan masyarakat untuk mengetahui jenis-jenis satwa liar yang terdapat di lokasi studi. Untuk

kepentingan identifikasi species mamalia digunakan buku petunjuk lapangan Mammals of Borneo dan untuk jenis aves digunakan buku Birds of Borneo.

Metode Analisis Data Flora

 Analisis data berdasarkan nilai penting (importance value index) masing- masing tingkatan vegetasi. Nilai penting (importance value index) dihitung berdasarkan jumlah kerapatan relatif (KR), dominasi relatif (DR) dan frekuensi relatif (FR).

Fauna

 Dari data yang telah dikumpulkan akan ditentukan frekuensi relatif (FR), abundance, dan keanekaragaman jenis

Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Rakyat Kawasan Permukiman Dan Lingkungan Hidup Kab. Tanah Laut

Referensi

Dokumen terkait

2 buah saklar, sebut A dan B dapat dihubungkan dengan kawat secara kombinasi seri atau paralel yang hubungannyadapat dilihat pada gambar berikut.. Suatu rancangan

Pemerintah Australia memutuskan untuk memberikan suaka politik kepada 42 imigran asal Papua Barat karena dipengaruhi oleh faktor Internal Setting, yaitu perilaku

NANA YAMANO TECHNIK Sudah Jadi.. 8 008/OMB/14 FERRY ANDIKO S Lulus

[r]

darah sehingga mereka tidak mengkonsumsi secara rutin untuk diet dalam menjaga tekanan darahnya supaya dalam batas normal, 2 penderita hipertensi yang pernah mengetahu

Bebek yang diberikan pakan tape ubi jalar ungu mengalami peningkatan kapasitas antioksidan, peningkatan SOD (p<0.005), penurunan MDA (p<0.005), penurunan kolestrol

To know the use of flash cards in teaching English vocabulary at Paket B Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Tilung Raya of Palangka Raya, the writer found out

Pada hari ini Rabu, tanggal Dua puluh delapan bulan September tahun Dua ribu enam belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Prasarana