• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR MENURUT KTSP 2006 VERSUS KURIKULUM 2013 PADA JENJANG SATUAN SMP/MTs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR MENURUT KTSP 2006 VERSUS KURIKULUM 2013 PADA JENJANG SATUAN SMP/MTs"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR MENURUT KTSP 2006 VERSUS KURIKULUM 2013 PADA

JENJANG SATUAN SMP/MTs

Artikel Ditulis untuk Melengkapi Penerbitan Jurnal di Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal

Oleh:

MUHAMMAD NUH NIP.197503242007101001

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA 2014

(2)

MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR MENURUT KTSP 2006 VERSUS KURIKULUM 2013 PADA JENJANG SATUAN SMP/MTs

(Muhammad Nuh, email: emnoeh@gmail.com)

Abstract

The mechanism of development indicators in the KTSP 2006 is relatively simpler than the steps Kurikulum 2013. There are two important things to understand the mechanisms of development indicators according to Kurikulum 2013, that is: first, in the process of instructional design to flow used begins to parse KD of KI 3 than KD of KI 4; which give effect to the KD formation of KI 2 and KI 1; second, after KD was derived from KI 3 and KI 4 completely analyzed, then is derived the relevant material and description of instructions. Based on the learning activities and assignments are designed, indicators is derived from KD of KI 1 and KI 2. KD indicator of KI 2 is designed as an authentic assessment tools.

Key Word: Indikator Soal, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013

A. Pendahuluan

Salah satu istilah yang relatif baru di telinga para guru dan praktisi pendidikan seiring dengan berlakunya Kurikulum 2013 di pertengahan Juli 2013 lalu adalah Kompetensi Inti (KI) yang pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 tidak ditemukan. Ada sebagian orang menafsirkan bahwa KI menggantikan istilah untuk Standar Kompetensi (SK) pada KTSP 2006.

Mereka umumnya sepakat bahwa KI dan SK itu sama saja, karena sama-sama menghasilkan kompetensi turunannya atau disebut Kompetensi Dasar (KD).

Kedengarannya apa pun itu yang sedang berkembang dalam benak guru dan para praktisi pendidikan atau masyarakat sekali pun, kenyataannya pemerintah mengarahkan pendidikan sekarang ini dengan memberlakukan kurikulum terbaru.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud) harus menunjukkan sikap khususnya pada guru yang diyakini sebagai pioner dalam pelaksanaan Kurikulum 2013. Oleh sebab itu, sosialisasi dan pemantapan pelaksanaan Kurikulum 2013 terus dilakukan melalui sejumlah riset dan diklat guna mensukseskan implementasi Kurikulum 2013.

Dalam sebuah publikasi TV Edukasi tanggal 14 Juli 2013 Profesor Syawal Gultom selaku Kepala Badan PSDM dan PMP kemdikbud menjelaskan temuan di lapangan terkait Sosialisasi Kurikulum 2013 bahwa:

(3)

Ternyata dalam proses perancangan pembelajaran para guru kita bahkan guru inti kita masih ada sebagian yang belum paham bagaimana merancang pembelajaran itu yang dimulai dari KD yang berasal dari KI 3 melaju terus ke KD yang berasal dari KI 4. Temuan ini sangat penting dibahas. Karena di lapangan elaborasi dari KI 2 artinya KD yang berasal dari KI 2 masih banyak guru yang belum paham sehingga indikatornya tidak berhubungan sama sekali dengan maksud dari KD kelompok KI 3 dan KI 4.

Dalam tayangan itu beliau memaparkan dengan jelas bahwa mekanisme pengembangan indikator pada Kurikulum 2013 berdasarkan alur sebagai berikut, (a) Dalam proses perancangan dan pembelajaran alur yang digunakan adalah:

bermula KI 3  KI 4 dan selanjutnya memberikan dampak terhadap terbentuknya KD pada KI 2 dan KI 1, (b) Setelah KI 3 dan KI 4 tuntas dianalisis, lalu diturunkan materi yang relevan dan rancangan skenario pembelajaran termasuk penugasan dan penilaian, (c) Berdasarkan aktivitas belajar dan penugasan tersebut dirancang indikator KD pada KI 1 dan KI 2 diintegrasikan.

Paparan Syawal Gultom sebagai hasil temuan atas implementasi Kurikulum 2013 patut mendapatkan perhatian serius. Hal ini untuk memastikan bahwa Kurikulum 2013 atau apa pun perubahan kurikulum sebelumnya tidak lantas menjadi harapan kosong jika dihadapkan pada pertanyaan “apakah kurikulum baru ini bisa memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia atau tidak?”. Suarma Al Muchtar dalam Republika Online (2 Desember 2013) menyampaikan bahwa: “Ia khawatir kurikulum 2013, sama dengan kurikulum sebelumnya. Yakni, membuat kurikulum tanpa memperbaiki kualitas gurunya”.

Sebenarnya yang penting bukan kurikulumnya, tapi gurunya. Kurikulum apa pun yang diberlakukan, kalau guru yang mengajar di kelas hanya menyampaikan materi untuk mencapai Ujian Nasional, maka Indonesia akan selalu dihadapkan dengan masalah moral. Jelas dari ungkapan tersebut perlu upaya lebih serius untuk meningkatkan profesionalitas guru. Upaya ini sebenarnya sedang dilakukan terbukti adanya sertifikasi guru yang prakteknya dari tahun ke tahun terus mengalami penyempurnaan. Sebagaimana paparan oleh Syawal Gultom, tulisan ini menjadi salah satu bahan bacaan untuk mengingatkan sebagian guru dan para perancang pembelajaran sehingga berharap dapat melihat perbedaan mendasar tentang mekanisme pengembangan indikator dalam KTSP 2006 versus Kurikulum 2013.

(4)

B. Indikator dalam Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 di Jenjang Satuan SMP/MTs

Indikator merupakan penanda KD yang ditunjukkan oleh perubahan perilaku terukur dan/atau teramati meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Depdiknas, 2008: 3). Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diamati. Dalam pengembangan indikator (Depdiknas, 2008: 3) perlu dipertimbangkan tiga hal, yaitu: “(a) Tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD, (b) Karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah, (c) Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/daerah”.

Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu (a) Indikator pencapaian kompetensi yang disebut dengan indikator saja, (b) Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang dikenal sebagai indikator soal. Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Tabel 1 berikut ini adalah contoh untuk memperjelas istilah indikator, indikator soal, kata kerja operasional, tingkat kompetensi, dan materi pokok.

Tabel 1

Indikator dalam KTSP 2006 untuk Mata Pelajaran Matematika, dan IPA

No. SK dan KD Indikator

1. Matematika Kelas VII Standar Kompetensi (SK):

2. Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel

Kompetensi Dasar (KD):

2.1 Mengenali bentuk aljabar dan unsur-unsurnya 2.2 Melakukan operasi pada

bentuk aljabar

2.3 Menyelesaikan persamaan linear satu variabel

KD 2.1. Matematika Kelas VII:

Indikator:

 Menyebutkan pengertian bentuk aljabar

Memberikan contoh macam bentuk aljabar

 Membedakan macam-macam suku bentuk aljabar

Menjelaskan unsur-unsur dalam bentuk aljabar

 Menuliskan unsur-unsur dari macam bentuk aljabar Indikator Soal:

(5)

No. SK dan KD Indikator 2.4 Menyelesaikan

pertidaksamaan linear satu variabel

Siswa dapat menuliskan contoh bentuk aljabar suku dua tanpa kesalahan paling sedikit 3 buah.

Siswa dapat menjelaskan unsur- unsur bentuk aljabar suku banyak yang bukan berderajat satu tanpa kesalahan

2. IPA Kelas VII

Standar Kompetensi (SK):

6. Memahami

keanekaragaman makhluk hidup

Kompetensi Dasar (KD):

6.1 Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup

6.2 Mengklasifikasikan makhluk hidup

berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

6.3 Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme

KD 6.2. IPA Kelas VII:

Indikator:

 Mengklasifikasikan makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

 Menggunakan kunci determinasi Indikator Soal:

 Siswa dapat menuliskan urutan takson dari kucing rumah menurut sistem binomial nomenklatur tanpa kesalahan

 Siswa dapat menggunakan kunci determinasi sederhana untuk tahapan klasifikasi 10 ekor hewan ternak hanya 2 yang boleh salah.

Dengan memperhatikan Tabel 1, untuk mata pelajaran Matematika kelas VII SMP/MTs dapat dilihat contoh indikator adalah [memberikan contoh macam bentuk aljabar], sedangkan contoh indikator soal misalnya [Siswa dapat menuliskan contoh bentuk aljabar suku dua tanpa kesalahan paling sedikit 3 buah]. Untuk membedakan kedua hal tersebut dapat dijelaskan bahwa pada indikator [memberikan contoh macam bentuk aljabar] perilaku siswa yang diharapkan adalah wujud hasil belajar yaitu siswa telah mendapatkan macam bentuk aljabar yang meliputi bentuk aljabar suku dua, bentuk aljabar suku tiga, dan bentuk aljabar suku banyak sesuai cakupan materi di SMP/MTs. Sementara penekanan pada indikator soal [Siswa dapat menuliskan contoh bentuk aljabar suku dua tanpa kesalahan paling sedikit 3 buah] memberikan pemahaman bahwa pada saat siswa akan diberi tes, hasil belajar yang diharapkan muncul adalah siswa tanpa kesalahan menuliskan 3 bentuk aljabar suku dua bukan bentuk aljabar suku

(6)

tiga atau suku banyak. Persoalan kata kerja operasional yang berciri terukur dan teramati pada pernyataan indikator maupun indikator soal itu suatu ketentuan yang baku. Sebab hasil belajar itu sendiri harus dapat diamati dan perbuatannya harus dapat dilakukan atau dilaksanakan. Berbeda dengan kata kerja yang terdapat pada SK nomor 2 mata pelajaran matematika, yaitu [memahami] kata kerja ini abstrak dan masih memerlukan penafsiran tentang perbuatan yang terukur dan teramati. Boleh jadi [memahami] memiliki turunan kata kerja sebagai [mengenali, melakukan , dan menyelesaikan] dan ini dapat dijumpai pada KD-KD turunan dari SK nomer 2 tadi, yaitu KD 2.1, KD 2.2, KD 2.3, dan KD 2.4.

Selanjutnya penafsiran kata kerja dalam indikator maupun indikator soal harus konkret yaitu terukur dan teramati. Berdasarkan tingkatan kompetensi dari dari SK ke KD, dari KD ke indikator, penafsiran kata kerja semakin konkret atau dengan kata lain, perbuatan kata kerja dalam indikator atau indikator soal semakin sangat khas yang ditandai oleh tingkat perbuatan yang tafsirannya hanya dilakukan dengan sekurang-kurangnya satu indra saja atau pun tingkat perbuatan yang tafsirannya ditandai oleh cakupan keluasan dan kedalaman materi pokok dalam KD yang bersangkutan. Jadi tingkatan kompetensi tidak hanya ditandai oleh kata kerja operasional tetapi juga ditandai oleh cakupan keluasan dan kedalaman materi pokok. Maksud yang serupa juga untuk menjelaskan istilah tersebut berdasarkan Tabel 1 SK dan KD mata pelajaran IPA. Hierarki atau tingkatan kompetensi untuk SK nomer 6 [memahami] memiliki turunan kata kerja sebagai [mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan mendeskripsikan].

Selanjutnya KD 6.2 dengan kata kerja [mengklasifikasikan] memiliki kata kerja turunan yang hirarki kompetensinya menyesuaikan dengan cakupan materi pelajaran [mengklasifikasikan, dan menggunakan]. Sementara indikator soal [menuliskan urutan takson, menggunakan kunci determinasi sederhana] adalah kata kerja turunan dari indikator contoh tadi yang hierarki kompetensinya dimuati oleh cakupan materi berbentuk keterampilan proses IPA. Dengan dua contoh berdasarkan Tabel 1 istilah-istilah indikator, indikator soal, kata kerja operasional, hierarki kompetensi, dan materi pokok menjadi lebih jelas.

C. Indikator dalam Pengembangan Kurikulum 2013 pada Jenjang Satuan SMP/MTs

(7)

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi peningkatan capaian pendidikan. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Salah satu bagian dari orientasi Kurikulum 2013 pada jenjang satuan SMP/MTs yang perlu disoroti adalah kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Majid (2014: 46) menjelaskan bahwa:

Kompetensi inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

Penjelasan di atas memiliki makna bahwa kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus dilalui peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang satuan pendidik. Kompetensi inti meningkat seiring dengan meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Mulyasa (2013: 173- 174) menjelaskan pokok-pokok kompetensi inti yang dapat diringkas sebagai berikut: (a) kompetensi inti bersifat multidimensi, (b) kompetensi inti bukan untuk diajarkan, (c) kompetensi inti merupakan integrator horizontal antarmata pelajaran, (d) kompetens inti merupakan operasionalisasi SKL, serta (e) kompetensi inti sebagai organizing element kompetensi dasar.

Kompetensi inti bersifat multidimensi menguatkan makna bahwa dalam operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu sikap spiritual untuk membentuk siswa yang beriman dan bertakwa, dan kompetensi sikap sosial untuk membentuk siswa yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.

Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, tetapi untuk dibentuk melalui berbagai tahapan proses pembelajaran pada setiap mata pelajaran yang relevan.

Setiap mata pelajaran harus mengacu pada pencapaian dan perwujudan kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada setiap kelas di setiap satuan pendidikan harus mengacu dan menuju pada pembentukan kompetensi inti.

Kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan melalui pembelajaran dalam setiap mata pelajaran, sehingga berperan

(8)

sebagai integrator horizontal antarmata pelajaran. Kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar yang harus dipahami dan dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat menjadi kompetensi inti.

Kompetensi inti merupakan operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh peserta didik yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, yang menggambarkan kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Kompetensi inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik.

Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten. Kompetensi dasar satu mata pelajaran dengan isi kompetensi dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.

Dalam mendukung kompetensi inti, capaian pembelajaran mata pelajaran diuraikan menjadi kompetensi dasar-kompetensi dasar yang dikelompokkan menjadi empat. Ini sesuai dengan rumusan kompetensi inti yang didukungnya, yaitu dalam kelompok kompetensi sikap spiritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Keempat kelompok itu menjadi acuan dari Kompetensi Dasar yang harus dikembangkan di dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan secara tidak langsung (indirect

(9)

teaching) ketika peserta didik belajar tentang pengetahuan dan penerapan pengetahuan.

Uraian kompetensi dasar serinci ini adalah untuk memastikan capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Mulyasa (2013: 175) menegaskan bahwa:

Kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti sikap bukanlah untuk peserta didik karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihapalkan, dan tidak diujikan, tetapi sebagai pegangan bagi pendidik, bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut ada pesan-pesan sosial dan spiritual yang terkandung dalam materinya.

Tabel 2

Penurunan Kompetensi Inti dari SKL untuk SMP/MTs

SKL SMP KI Kelas VII KI Kelas VIII KI Kelas IX Memiliki [melalui

menerima, menjalankan, menghargai ,

menghayati,

mengamalkan] perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya diri dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin dan tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong – royong] ), santun percaya diri, dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam daam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin dan tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong – royong] ), santun percaya diri, dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam daam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin dan tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong – royong] ), santun percaya diri, dalam interaksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam daam jangkauan pergaulan dan keberadaannya Memiliki [melalui

mengetahui, memahami, menerapkan,

menganalisis, mengeavluasi]

pengetahuan faktual, konseptual , dan procedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian yang tampak mata.

 Memahami

pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

 Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

Memiliki [melalui, mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta] kemampuan

 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

 Mencoba, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

 Mencoba, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,

(10)

pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain sejenis.

memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Untuk memahami mekanisme pengembangan indikator yang sesuai dengan maksud implementasi Kurikulum 2013, Gambar 1 berikut ini menunjukkan Diagram Alur prosedur pengembangan indikator berdasarkan uraian di atas. Untuk memahami maksud dan uraian diagram alur tersebut, berikut ini diberikan contoh pengembangan indikator dalam mata pelajaran matematika di kelas VII.

Referensi

Dokumen terkait

Banten Province (Economic Potential and Regional Economic Structure) towards investors’ attraction is, if regional economic potential (people’s purchasing power and economic

Namun aslibanget akan membahas kuliner lain dari provinsi yang sama yaitu sate padang, di Indonesia sendiri banyak macam sate-satean termasuk yang bernah di posting yaitu

Perusahaan memanipulasi laba lebih besar kemungkinannya apabila memiliki dewan komisaris yang didominasi oleh manajemen dan lebih besar kemungkinannya memiliki Chief Executive

Data itu menunjukkan bahwa sesungguhnya kosakata bahasa Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk menghasilkan istilah baru, baik dalam paduannya dengan kata lain

Istilah mass communication atau communications diartikan sebagai salurannya, yaitu media massa (mass media) sebagai kependekan dari media of mass communication.Massa

Mengerjakan soal dengan baik berkaitan dengan materi mengenai Pemilihan Umum di Indonesia, proses Pemilu Presiden/ Wakil Presiden dan Pilkada, lembaga- lembaga negara serta

Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya berkenaan dengan sasaran layanan, permasalahan yang dialami individu, program pelayanan, tujuan dan pelaksanaan

Dalam penelitian ini, untuk mengukur efektivitas transmisi kebijakan moneter, berdasarkan eksekusi model ECM pada jalur suku bunga, nilai tukar dan kredit, diperoleh