i
ANALISIS PENGARUH RASIO KEUANGAN
TERHADAP TOTAL RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN INDUATRI MANUFAKTUR
YANG MEMBAGIKAN DEVIDEN
DI BURSA EFEK JAKARTA
SKRIPSI
Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Tika Maya Pribawanti 3351402617
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :
Hari : Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Subowo, M.Si Drs. Fachrurrozie, M.Si
NIP.131404311 NIP.131813667
Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : Tanggal :
Penguji Skripsi
Drs. Tarsis Tarmudji ,M. Si NIP. 130529513
Anggota I Anggota II
Drs. Subowo, M.Si Drs. Fachrurrozie, M.Si
NIP.131404311 NIP.131813667
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, Maret 2007
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Orang yang pandai mendengarkan akan mendapat banyak keuntungan, bahkan dari mereka
yang jarang bicara”
(Plutarch)
Skripsi ini kupersembahkan dengan segenap rasa kepada:
vi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Total Return pada Perusahaan Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Penyusunan skripsi ini merupakan tugas akhir penulis dalam rangka menyelesaikan Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari telah banyak menerima bantuan, bimbingan, petunjuk, saran, fasilitas bahkan teguran dari semua pihak dalam penyusunan dan penyeleaian skripsi ini. Atas semuanya itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si Rektor Universitas Negeri Semarang 2. Drs. Agus Wahyudin, M.Si. Dekan Fakultas Ekonomi
3. Drs. Sukirman, M.Si Ketua Jurusan Akuntansi.
4. Drs. Subowo, M.Si Pembimbing I Drs. Fachrurrozie, M.Si Pembimbing II yang telah memberi petunjuk, bimbingan serta banyak mencurahkan pikiran dan waktu hingga selesainya skripsi ini.
5. Drs. Tarsis Tarmudji, M.Si Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan petunjuk untuk menyempurnaan skripsi ini.
vii
7. Papa, Mama dan keluargaku yang telah memberikan curahan cinta dan kasih sayangnya hingga saat ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah Swt memberikan balasan sesuai dengan amal kebaikan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan masukan sangat dibutukan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berangkutan.
Semarang, Februari 2007
viii ABSTRAK
Tika Maya Pribawanti. 2006. Analisis Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Total Return pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Skripsi 115 Halaman. 12 Tabel. 4 Gambar. 8 Lampiran.
Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal todak hanya bertujuan dalam jangka pendek tetapi juga bertujuan untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang. Pendapatan total yang diinginkan oleh para pemegang saham adalah pendapatan devidend (devidend yield) dan capital gain. Devidend yield merupakan total deviden yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya baik deviden interim, deviden final maupun deviden saham. Semakin besar devidend yield maka saham tersebut semakin menarik investor, namun demikian devidend yield juga dipengaruhi oleh harga pasar. Sehingga semakin tinggi harga pasar maka devidend yield semakin rendah. Sementara semakin tinggi harga pasar menunjukkan bahwa saham tersebut juga semakin diminati oleh investor karena dengan semakin tinggi harga saham maka akan menghasilkan capital gain yang semakin besar pula. Capital gain didasarkan pada selisih harga saham yang terjadi pada periode sekarang dengan harga saham pada periode sebelumnya. Devidend yield dan capital gain merupakan total return yang akan diterima oleh para pemegang saham (investor) dalam jangka panjang.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industri manufaktur yang menyajikan laporan keuangan serta membagikan deviden di Bursa Efek Jakarta (BEJ) selama tahun 2003–2005 yang berjumlah 30 perusahaan . Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas yaitu rasio keuangan yang terdiri dari Quick Asset to
Inventory (X1), Net Profit Margin (X2), Return on Asset (X3), Debt to Total Asset (X4), Debt to Equity Ratio (X5) dan Earning per Share (X6) serta variabel terikatnya adalah total return (Y). Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi yang didasarkan pada laopran keuangan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) melalui Indonesia Capital Market Directory (ICMD). Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh rasio keuangan terhadap total
return.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa analisis rata-rata selama periode pengamatan (2003-2005) yang lebih panjang menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada analisis tahunan yang lebih pendek. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan yaitu: Secara simultan variabel Quick Asset to Inventory (QAI), Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), Debt to Total Asset (DTA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning per Share (EPS) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
total return saham. Secara parsial variabel QAI tidak signifikan berpengaruh terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 0,46%, secara parsial
ix
return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 6,8%, secara parsial
variabel EPS berpengaruh secara signifikan terhadap total return saham dengan koefisien determinasi parsial sebesar 12,4%.
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vii
KATA PENGANTAR... viii
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 10
1. Tujuan Penelitian ... 10
2. Kegunaan Penelitian ... 11
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 13
A. Laporan Keuangan ... 13
1. Pengertian Laporan Keuangan... 13
2. Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan ... 15
B. Analisis Rasio Keuangan ... 16
1. Pengertian Rasio Keuangan ... 16
2. Penggolongan Rasio ... 18
C. Total Return ... 25
xi
D. Efficient Market Theory... 29
E. Studi Peristiwa (Event Study) ... 37
F. Penelitian Terdahulu ... 38
G. Kerangka Pikir Penelitian... 42
H. Hipotesis ... 46
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
A. Obyek Penelitian ... 47
B. Populasi dan Sampel Penelitian... 47
1. Populasi Penelitian ... 47
2. Sampel Penelitian ... 47
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 49
1. Variabel Penelitian... 49
2. Definisi Operasional... 49
D. Data yang Dipergunakan... 52
E. Metode Pengumpulan Data... 52
F. Teknik Analisis Data... 52
1. Uji Asumsi Klasik... 53
2. Uji F dan Uji t... 55
3. Koefisien Determinasi... 56
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 58
1. Data DeskriptifVariabel Penelitian ... 58
2. Analisis Data ... 73
a. Uji Normalitas ... 73
b. Analisis Regresi ... 77
c. Koefisien Determinasi ... 79
d. Uji Asumsi Klasik ... 80
1) Uji Multikolinearitas... 80
xii
3) Uji Autokorelasi ... 82
e. Uji Hipotesis... 82
1) Uji Simultan (Uji F Statistik) ... 83
2) Uji Parsial (Uji t) ... 83
B. Pembahasan ... 86
C. Implikasi Manajerial ... 94
D. Keterbatasan Penelitian... 95
BAB V PENUTUP... 97
A. Simpulan ... 97
B. Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 101
xiii DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Hubungan antara Faktor Fundamental
Mikro dengan Total Return ... 39
Tabel 3.1 Perusahaan Sampel... 48
Tabel 3.2 Tabel Autokorelasi ... 55
Tabel 4.1 Quick Asset to Inventory (QAI) Perusahaan Industri Manufaktur tahun 2003-2005 ... 59
Tabel 4.2 Net Profit Margin (NPM) Perusahaan Industri ... Manufaktur tahun 2003-2005 ... 61
Tabel 4.3 Return on Asset (ROA) Perusahaan Industri Manufaktur tahun 2003-2005 ... 63
Tabel 4.4 Debt to Total Asset (DTA) Perusahaan Industri Manufaktur tahun 2003-2005 ... 65
Tabel 4.5 Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Industri Manufaktur tahun 2003-2005 ... 67
Tabel 4.6 Earning per Share (EPS) Perusahaan Industri Manufaktur tahun 2003-2005 ... 69
Tabel 4.7 Total Return Perusahaan Industri Manufaktur tahun 2003-2005 ... 71
Tabel 4.8 Perhitungan Minimum, Maksimum, Mean dan Standar Deviasi ... 72
Tabel 4.9 Kolmogrov-Smirnov ... 76
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Regresi... 77
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan VIF... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 45
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 74
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot ... 75
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 Data Tabulasi Penelitian ... 104
LAMPIRAN 2 Perhitungan Minimum, Maksimum, Mean dan Standar Deviasi ... 106
LAMPIRAN 3 Uji Normalitas (Kolmogrov-Smirnov) ... 107
LAMPIRAN 4 Uji Multokolinearitas... 109
LAMPIRAN 5 Uji Heteroskedastisitas ... 110
LAMPIRAN 6 Uji Autokorelasi (Durbin-Watson)... 111
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya
bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh pendapatan
dalam jangka panjang. Pendapatan total yang diinginkan oleh para pemegang
saham adalah pendapatan deviden (devidend yield) dan capital gain. Devidend yield merupakan total deviden yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya baik deviden interim, deviden final maupun deviden saham. Devidend yield digunakan untuk mengukur jumlah deviden per saham relatif terhadap harga pasar yang
dinyatakan dalam bentuk prosentase. Semakin besar devidend yield maka saham tersebut semakin menarik investor. Namun demikian devidend yield juga dipengaruhi oleh harga pasar, sehingga semakin tinggi harga pasar maka devidend yield semakin rendah. Dengan demikian devidend yield merupakan rasio antara deviden per lembar saham (DPS) dibagi dengan harga pasarnya. (Robert Ang,
1997:6.19)
Sementara semakin tinggi harga pasar menunjukkan bahwa saham
tersebut juga semakin diminati oleh investor karena dengan semakin tinggi harga
saham akan menghasilkan capital gain yang semakin besar pula. Capital gain
2
konsep tersebut (devidend yield dan capital gain) merupakan total return yang akan diterima oleh para pemegang saham (investor) dalam jangka panjang.
Dengan demikian total return merupakan tingkat kembalian investasi (return)
yang merupakan penjumlahan dari devidend yield dan capital gain (Jogiyanto, 2003:110)
Devidend yield yang didasarkan pada pembagian deviden pada setiap akhir tahun buku, sehingga para pemegang saham memperoleh pendapatan pada
setiap akhir tahun. Sedangkan capital gain didasarkan pada selisih harga saham yang terjadi pada periode sekarang dengan harga saham pada periode
sebelumnya.
Informasi akuntansi dapat diperoleh dalam bentuk laporan keuangan
perusahaan yang dipublikasikan. Pemahaman terhadap informasi keuangan
dibutuhkan analisis terhadap laporan keuangan. Salah satu unsur dari laporan
keuangan yang lebih diperhitungkan adalah laba. Hal ini disebabkan investor
prinsipnya lebih berkepentingan dangan keuntungan saat ini dan masa yang akan
datang, stabilitas keuntungan tersebut dan hubungan dengan keuntungan
perusahaan-perusahaan lainnya
Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 1
(09) dinyatakan bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan
investor potensial, karyawan ,pemberi pinjaman, pemasok dan kredit usaha
lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.
3
informasi yang berbeda. Jogiyanto HM (2003:59) menyatakan bahwa informasi
yang diperlukan oleh para investor di pasar modal tidak hanya informasi yang
bersifat fundamental saja, tetapi juga informasi yang bersifat teknikal. Informasi
yang bersifat fundamental diperoleh dari kondisi intern perusahaan, dan informasi
yang bersifat teknikal diperolah dari luar perusahaan, seperti ekonomi, politik,
finansial dan faktor lainnya. Informasi yang diperoleh dari kondisi intern
perusahaan yang lazim digunakan adalah informasi laporan keuangan.
Informasi fundamental dan teknikal tersebut dapat digunakan sebagai
dasar bagi investor untuk memprediksi return, risiko atau ketidakpastian. Jumlah, waktu dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar
modal. Informasi fundamental dapat menghasilkan price to book value (PBV) dan
price earning ratio (PER) significant berhubungan dengan return saham baik di pasar modal negara maju (developed market) dan di negara berkembang
(emerging market), sedangkan informasi teknikal yang digunakan adalah risiko-risiko negara (risiko-risiko politik, risiko-risiko ekonomi dan risiko-risiko financial) significant
berpengaruh terhadap return saham di emerging market (Claude et al, 1996). Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang
dapat dianalisis melalui analisis rasio-rasio keuangan dan ukuran-ukuran lainnya
seperti cash flow untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan (Robert Ang, 1997:18.36). Dari berbagai rasio keuangan terdapat beberapa rasio dan informasi
4
rasio yang menyatakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya
dalam jangka pendek; (2) rasio aktivitas, menyatakan kemampuan perusahaan
dalam memanfaatkan harta yang dimikinya; (3) rasio profitabilitas, menunjukkan
kemampuan dari perusahaan dalam menghasilkan keuntungan; (4) rasio
solvabilitas (leverage), menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang, dan (5) rasio pasar, menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan dalam basis per saham.
Rasio profitabilitas terdiri dari enam rasio yaitu: gross profit margin
(GPM), net profit margin (NPM), operating return onassets (OPROA), return on asset (ROA) atau sering disebut return on investment (ROI), return on equity
(ROE), dan operating ratio (OPR). Dari keenam rasio profitabilitas tersebut yaitu:
gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), operating return on assets
(OPROA), return on asset (ROA) atau sering disebut return on investment (ROI),
return on equity (ROE), dan operating ratio (OPR), maka dalam penelitian ini akan diperoleh rasio profitabilitas yang diperkirakan tidak terjadi
multikolinearitas. Dari tiga profit margin (GPM, NPM, dan OPR) akan dipilih
rasio NPM dengan alasan bahwa NPM merupakan rasio laba bersih (net profit)
terhadap penjualannya (sales) sehingga NPM cukup mewakili dibanding dengan GPM dan OPR. Disamping itu juga didasarkan pada alasan bahwa bagi investor
atau pemodal adalah seberapa besar laba bersih yang diperoleh perusahaan,
sehingga investor dapat mengharapkan berapa besar tingkat kembalian yang akan
5
penelitian ini adalah ROA, dengan alasan bahwa ROA juga mewakili daripada
operating return on assets (OPROA) karena ROA dihitung dari laba bersih sesudah pajak, seperti halnya NPM. Sementara itu, antara ROA dan ROE yang
diduga terjadi multikolinearitas, maka dalam penelitian ini juga lebih memilih
variabel ROA dengan alasan bahwa ROA menunjukkan rasio laba bersih terhadap
total aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan, sedangkan ROE hanya
terbatas pada ekuitas.
Kelompok rasio keuangan yang kedua adalah rasio solvabilitas yang juga
disebut sebagai leverage ratio. Rasio ini dibedakan menjadi delapan rasio yaitu:
debt ratio, debt to equity ratio, long-term to debt equity ratio, long term debt to capitalization ratio, times interest earned, cash flow interest coverage, cash flow to net income, dan cash return on sales. Semakin besar leverage ratio
menunjukkan semakin besar beban perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
luar (pemberi pinjaman atau kreditur). Hal ini membawa dampak pada
menurunnya kinerja perusahaan terutama berkurangnya laba bersih yang
diperoleh karena sebagian penghasilan tersebut harus dibayarkan kepada kreditur
dalam bentuk biaya bunga pinjaman. Dengan semakin besarnya beban perusahaan
maka tingkat kembalian (return) dari para pemodal semakin kecil, sehingga
leverage ratio berpengaruh negatif terhadap total return.
Sementara itu, rasio leverage yang sering digunakan untuk memprediksi
6
Manao (2000) meneliti tentang “asosiasi laba tahunan emiten dengan harga saham
ditinjau dari ukuran dan debt equity ratio perusahaan”, menunjukkan bahwa secara statistik asosiasi laba tahunan dengan harga saham tidak dipengaruhi
secara nyata oleh perubahan porsi sumber dana dari pinjaman (DER). Hasil
penelitian tersebut bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa leverage ratio berpengaruh negatif terhadap total return saham (Robert Ang, 1997:18.35). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menunjukkan
bagaimana pengaruh leverage ratio (DTA dan DER) terhadap total return.
Semakin tinggi leverage ratio (DTA dan DER) berdampak buruk karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang berarti
mengurangi keuntungan.
Sedangkan rasio aktivitas (produktivitas) terdiri dari sebelas rasio yaitu:
inventory to working capital, cost of goods sold to inventory, sales to quick asset, sales to cash, sales to accounts receivable, cash flow to total asset, current asset to total asset, quick asset to inventory, inventory to sales, sales to total asset, dan working capital to total asset (Machfoedz, 1994:118). Dari sebelas rasio tersebut terbukti hanya satu variabel yang significant untuk memprediksi perubahan laba
satu tahun kedepan yaitu variabel quick asset to inventory (QAI) (Machfoedz, 1994:129). Penelitian ini mencoba memperluas pengaruh QAI terhadap total
return (bukan dikaitkan dengan prediksi laba). Meningkatnya QAI akan meningkatkan kepercayaan para penyandang dana (investor dan kreditor) dalam
7
maupun kreditor terhadap perusahaan maka harga saham di pasar modal
diprediksikan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka total return
saham juga meningkat, sehingga QAI berpengaruh positif terhadap total return
(Machfoedz, 1994:118).
Robert Ang (1997:18.37) menyatakan bahwa rasio pasar dapat diukur dari
price to book value (PBV), price earning ratio (PER), dan earning per share
(EPS). Dari ketiga rasio pasar tersebut EPS menggambarkan tingkat laba yang
diperoleh para pemegang saham, dimana tingkat laba menunjukkan kinerja
perusahaan terutama dari kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar.
Hasil penelitian yang berhubungan dengan EPS lebih banyak disorot dari
segi price earning ratio (PER)-nya (Basu, 1983: Ferson & Harvey, 1996: Calude et al, 1996: dan Barker, 1999) yang menunjukkan hasil yang berbeda-beda
terutama hasil penelitian Caude et al. (1996) dengan penelitian lainnya. Namun
dari hasil-hasil penelitian tersebut tidak menghubungkan antara EPS dengan
return saham seperti yang dilakukan oleh Dodd dan Chen (1996), sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan yang menghubungkan antara kedua variabel tersebut
(EPS dengan total return). Semakin meningkatnya EPS akan meningkatkan daya tarik investor dalam menanamkan dana ke dalam perusahaan, sehingga harga
saham akan meningkat. Meningkatnya harga saham akan berpengaruh terhadap
8
Beberapa penelitian yang menghubungkan antara faktor fundamental
mikro dengan return saham antara lain dilakukan oleh: Rina Trisnawati (1998), Gunawan dan Bandi (2000), Syahib Natarsyah (2000), Nur Fadjrin Asyik (1999), Wiwik Utami dan Sumarhadi (1998) dan para peneliti lain yang juga merupakan
replikasi dari peneliti sebelumnya. Sebagian besar penelitian terdahulu tidak
memasukkan devidend yield dalam menghitung return secara keseluruhan (total return). Oleh karenanya perlu dilakukan perluasan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor fundamental mikro tersebut terhadap total return.
Hal ini didasarkan pada alasan, bahwa para pemegang saham (investor) tidak
hanya mengharapkan capital gain saja tetapi juga devidend yield yang diterima pada setiap akhir tahun buku.
B. Perumusan Masalah
Informasi fundamental dan teknikal dapat digunakan sebagai dasar bagi
investor untuk memprediksi return, risiko atau ketidakpastian. Jumlah, waktu dan faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas investasi di pasar modal. Informasi
fundamental dapat menghasilkan price to book value (PBV) dan price earning ratio (PER) significant berhubungan dengan return saham baik di pasar modal negara maju (developed market) dan di negara berkembang (emerging market),
sedangkan informasi teknikal yang digunakan adalah risiko-risiko negara (risiko
politik, risiko ekonomi dan risiko financial) significant berpengaruh terhadap
9
laporan keuangan yang dapat dianalisis melalui rasio-rasio keuangan. Dari
berbagai rasio keuangan terdapat beberapa rasio dan informasi keuangan
perusahaan yang dapat digunakan untuk memprediksi return saham.
Rasio aktivitas menyatakan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
harta yang dimilikinya. Quick asset inventory merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancar
(terutama dalam bentuk kas) dari perputaran persediaan. Semakin cepat
perputaran inventory menunjukkan semakin produktif perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancar.
Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. Net profit margin merupakan rasio yang membandingkan antara net income after tax terhadap net sales. Rasio ini menunjukkan tingkat kembalikan keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya
dan sekaligus menunjukkan efisiensi biaya yang dikeluarkan perusahaan. Return on asset digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio solvabilitas
menunjukakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
panjang. Debt to total asset digunakan untuk mengukur total hutang terhadap total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Debt to total asset mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan karena tingkat bunga yang tinggi maka beban
bunga akan meningkat yang berarti mengurangi keuntungan. Debt to equity ratio
10
dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi/struktur modal dari total
pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.
Rasio pasar menunjukkan informasi penting perusahaan dan diungkapkan
dalam basis per saham. Earning per share merupakan perbandingan antara net income after tax pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan.
Earning per share menggambarkan tingkat laba yang diperoleh para pemegang saham dimana tingkat laba menunjukkan kinerja perusahaan terutama dari
kemampuan laba yang dikaitkan dengan pasar. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh secara simultan antara quick asset to inventory (QAI),
debt to total assets (DTA), debt to equity ratio (DER), net profit margin
(NPM), return on assets (ROA), dan earning per share (EPS) tehadap total return?
2. Apakah ada pengaruh secara parsial antara quick asset to inventory (QAI),
debt to total assets (DTA), debt to equity ratio (DER), net profit margin
(NPM), return on assets (ROA), dan earning per share (EPS) tehadap total return?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka
11
a. Mengetahui ada tidaknya pengaruh quick asset to inventory (QAI), debt to total assets (DTA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM),
return on assets (ROA), dan earning per share (EPS) secara simultan terhadap total return saham perusahaan industri menufaktur di Bursa Efek Jakarta.
b. Mengetahui ada tidaknya pengaruh quick asset to inventory (QAI), debt to total assets (DTA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM),
return on assets (ROA), dan earning per share (EPS) secara parsial terhadap total return saham perusahaan industri manufaktur di Bursa Efek Jakarta.
2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan sumbangan pikiran terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan ekonomi mengenai analisis pengarus rasio keuangan
terhadap total return. Dan dapat digunakan sebagai dasar perluasan
penelitian terutama yang berhubungan dengan faktor-faktor fundamental
lainnya yang dikaitkan dengan total return saham oleh penelitian
selanjutnya.
b. Kegunaan Praktis
1) Bagi Calon Investor
Dapat melakukan analisis saham yang akan diperjual-belikan di pasar
12
yang mempengaruhi total return saham, sehingga investor dapat
melakukan portofolio investasinya secara bijaksana
2) Bagi Emiten
Dapat digunakan untuk mamprediksi rasio-rasio keuangan yang
berpengaruh significant dan meningkatkan total return perusahaan,
sehingga manajer perusahaan dapat menentukan strategi yang dapat
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan data atau ektivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2000:2). Laporan
keuangan (financial statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi
(income statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun (Bambang Riyanto,
2001:327).
Menurut SAK dalam bagian kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan mendefinisikan bahwa laporan keuangan meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan
dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus
dana) dan catatan atas laporan keuangan, laporan lain serta materi penjelasan
yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (Robert Ang,
14
Sedangkan pengertian analisis laporan keuangan (financial statement analysis) menurut Soemarso (1999:430) adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau
dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena.
Menganalisis laporan keuangan, berarti melakukan suatu proses untuk
membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah
maing-masing unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan
pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan tersebut (Dwi
Purnomo, 2002:52). Untuk membantu pembaca dalam menafsirkan data
bisnis, laporan keuangan biasanya disajikan dalam bentuk komparatif.
Laporan komparatif adalah laporan keuangan yang disajikan berdampingan
untuk dua tahun atau lebih (Simamora, 2000:515). Melaui laporan keuangan
akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya, keefektifan
penggunaan aktiva, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai,
beban-beban tetap yang harus dibayar, serta nilai-nilai buku tiap lembar saham
perusahaan yang bersangkutan.
Analisa keuangan yang dilakukan suatu perusahaan tidak saja
dilakukan terhadap satu periode saja, tetapi diperlukan adanya analisa
15
analisa komparatif, maka analisa keuangan dapat dibagi atas tiga jenis (Robert
Ang, 1997:18.22), yaitu:
a. Intracompany Basis
Suatu perbandingan (komparatif) dalam internal perusahaan yang
berfungsi untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan finansial
perusahaan atau kecenderungan (trend) yang significant.
b. Intercompany Basis
Suatu perbandingan dengan perusahaan lain yang memberikan suatu
pandangan terhadap posisi kompetitif perusahaan yang bersangkutan.
Biasanya perusahaan yang dijadikan basis perbandingan adalah
perusahaan yang menjadi leader dalam industrinya atau perusahaan yang berada pada industri yang sama dan besarnya sama atau perusahaan
kompetitor.
c. Industry Averages
Suatu perbandingan dengan rata-rata industri atau norma industri dari
industri yang sama dengan perusahaan yang akan dianalisa sehingga bisa
memberikan informasi sejauh mana posisi relatif perusahaan tersebut
dalam industrinya.
2. Teknik-Teknik Analisis Laporan Keuangan
Teknik-teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk
memperlihatkan hubungan dan perubahan-perubahan. Menurut Simamora
16
a. Analisis Horizontal (Horizontal Analysis)
Analisis horizontal adalah teknik yang dipakai untuk mengevaluasi
serangkaian data laporan keuangan selama periode tertentu.
b. Analisis Vertikal (Vertical Analysis)
Analisis vertikal adalah teknik yang digunakan untuk mengevaluasi data
laporan keuangan yang menggambarkan setiap pos dari laporan keuangan
dari segi persentase jumlahnya.
c. Analisis Rasio (Ratio Analysis)
Analisis rasio menggambarkan hubungan diantara pos-pos yang terseleksi
dari data laporan keuangan.
B. Analisis Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan
Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan
(mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Munawir, 2000:54). Rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan
dalam aritmathical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial (Bambang Riyanto, 2001:329).
Rasio keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
hubungan antara berbagai macam akun (accounts) dari laporan keuangan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan.
17
disebut analisa rasio keuangan (financial ratios analysis). Financial ratio analysis ini dapat dibagi atas dua jenis berdasarkan variate yang digunakan dalam analisa (Robert Ang, 1997:18.23), yaitu:
a. Unvariate Ratio Analysis
Unvariate ratio analysis merupakan analisa rasio keuangan yang menggunakan satu variate didalam melakukan analisa (profit margin ratio, return on assets, return on equity, dan sebagainya)
b. Multivariate Ratio Analysis
Multivariate ratio analysis merupakan rasio keuangan yang menggunakan lebih dari satu variate didalam melakukan analisa (alman’s z-score, zeta score, dan sebagainya).
Penganalisa finansial dalam mengadakan analisa rasio finansial pada
dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam pembanding (Bambang
Riyanto, 2001:329), yaitu:
1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio
perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standard)
18
2. Penggolongan Rasio
Untuk menganalisis laporan keuangan tersebut diperlukan suatu alat
analsis yaitu rasio keuangan. Menurut Munawir (2000:68), angka rasio dapat
dibedakan menjadi tiga menurut sumber datanya, antara lain:
a. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratio)
Adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada
neraca (misalnya: current ratio, acid test ratio). b. Rasio-rasio Laporan laba rugi (income statement ratio)
Yaitu angka-angka rasio yang dalam penyusunannya semua datanya
diambil dari Laporan laba rugi (misalnya: gross profit margin, net operating margin, operating ratio, dan sebagainya).
c. Rasio-rasio antar laporan (interstatement ratio)
Ialah semua angka rasio yang penyusunan datanya berasal dari neraca dan
data lainnya dari laporan laba rugi (misalnya: inventory turnover, account receivable turnover, sales to fixed assets, dan sebagainya)
Sedangkan menurut Robert Ang (1997:18.23-18.38) rasio keuangan
dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan ruang lingkup atau
tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratios)
Rasio ini menyatakan kemampuan perusahaan jangka pendek untuk
19
terdiri dari: current ratio (rasio lancar), quick ratio, dan net working capital.
2) Rasio Aktivitas (Activity Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan didalam
memanfaatkan harta-harta yang dimilikinya. Rasio aktivitas ini terdiri dari
: total asset turnover, fixed asset turnover, accounts receivable turnover, inventory turnover, average collection period (day’s sales inaccounts receivable) dan day’s sales in inventory.
3) Rasio Rentabilitas/Profitabilitas (Profitability Ratios)
Rasio ini menunjukkan keberhasilan perusahaan didalam menghasilkan
keuntungan. Rasio rentabilitas ini terdiri dari: gross profit margin, net profit margin, operating return on assets, return on assets, return on equity, dan operating ratio.
4) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratios)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini juga disebut leverage ratios,
karena merupakan rasio pengungkit yaitu menggunakan uang pinjaman
20
5) Rasio Pasar (Market Ratios)
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan
dalam basis per saham. Rasio pasar ini terdiri dari: dividend yield, dividend per share, earning per share, dividend payout ratio, price earning ratio, book value per share, dan price to book value.
Dari rasio-rasio tersebut, yang berkaitan langsung dengan kepentingan
analisis kinerja perusahaan dalam penelitian ini meliputi:
1. Quick Asset to Inventory (QAI)
QAI merupakan salah satu rasio aktivitas (produktifitas) yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancar
(terutama dalam bentuk kas) dari perputaran persediaan. Semakin cepat
perputaran inventory atau persediaan, menunjukkan semakin produktif perusahaan dalam menghasilkan aktiva lancar. Meningkatnya kepercayaan
investor maupun kreditor terhadap perusahaan maka harga saham di pasar
modal diprediksikan meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka
total return saham (penjumlahan capital gain./loss dan devidend yield) juga meningkat, sehingga QAI berpengaruh positif terhadap total return
saham. Secara sistematis QAI dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Machfoedz, 1994:118) Kas + Equivalent
QAI =
21
2. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) atau sering disebut sebagai net income to sales (NIS) merupakan rasio antara net income after tax (NIAT) terhadap
net sales. Rasio ini menunjukkan tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya sekaligus menunjukkan efisiensi biaya yang
dikeluarkan perusahaan. Jika NPM cash flow to current liabiliy (CFCL),
quick asset to inventory (QAI), debt to total assets (DTA), debt to equity ratio (DER), net profit margin (NPM), return on assets (ROA), dan
earning per share (EPS) semakin besar mendekati satu, maka berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan sehingga semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih. Secara sistematis rasio tersebut (NPM)
dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Robert Ang, 1997:18.31)
NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak, tetapi kalau ada
keuntungan hak minoritas harus diperhitungkan, sedangkan net sales
merupakan total penjualan (penjualan tunai dan kredit) dikurangi dengan
return dan potongan penjualan (Robert Ang, 1997:18.32).
3. Return On Asset (ROA)
Rasio kedua dari profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah return on asset (ROA) yang sering disebut sebagai return on
NIAT NPM =
22
investment (ROI) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting diantara rasio
rentabilitas/profitabilitas yang lainnya. ROA atau ROI diperoleh dengan
cara membandingkan antara net income after tax (NIAT) terhadap avarege total asset. NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak, tetapi kalau ada keuntungan hak minoritas harus ikut diperhitungkan. Avarage total assets merupakan rata-rata total asset awal dan akhir tahun. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena
tingkat kembalian semakin besar (Robert Ang, 1997: hal.18.32-18.33).
Secara sistematis ROA dapat dirumuskan semakin sebagai berikut:
(Robert Ang, 1997:18.32)
4. Debt to Total Asset (DTA)
DTA atau lazim disebut sebagai leverage ratio digunakan untuk mengukur total hutang terhadap total assets yang dimiliki perusahaan.
Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara total debts terhadap
total assets. Total debts merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total assets merupakan total aktiva (aktiva lancar dan aktiva tetap) yang digunakan untuk operasional
perusahaan. Tingkat DTA yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin NIAT
ROA =
23
baik, karena menyebabkan tingkat kembalian yang semakin tinggi (Robert
Ang, 1997:hal. 18.34-18.35). Secara sistematis debt to total assets (DTA) dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Robert Ang, 1997:18.34)
5. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio kedua dari leverage ratio adalah debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage
(penggunaan hutang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari
total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimliki perusahaan.
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka pendek
dan jangka penjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
(kreditur) Secara sistematis debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut:
(Robert Ang, 1997:18.35) Total Debt
DTA =
Total Assets
Total Debt
DER =
24
6. Earning per Share (EPS)
Sementara itu EPS merupakan perbandingan antara laba bersih
setelah pajak atau net income after tax (NIAT) pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding share) (Robert Ang, 1997:6.22). Secara sistematis EPS dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
(Robert Ang, 1997:6.22)
NIAT = laba bersih setelah pajak (net income after tax)
Dp = deviden yang dibagikan dalam satu tahun buku untuk saham
preferen.
Ss = total seluruh saham yang diterbitkan (outstanding share)
Perhitungan deviden dengan perhitungan EPS bersifat optimal,
artinya komponen deviden tersebut boleh digunakan atau tidak digunakan.
Berdasarkan rumus tersebut, maka besarnya angka EPS diperoleh dengan
cara membagi keuntungan yang diperoleh emiten (yang dimaksud adalah
keuntungan setelah dipotong pajak, namun sebelum dibayarkan deviden)
dengan jumlah saham beredar (Robert Ang, 1997:16.22). (NIAT – Dp)
EPS =
25
C. Total Return
1. Pengertian Total Return
Return adalah tingkat kembalian yang dinikmati oleh pemodal atas
suatu investasi yang dilakukannya. Tanpa adanya tingkat keuntungan yang
dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor (pemodal) tidak akan
melakukan investasi. Jadi setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka
panjang mempunyai tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut
sebagai return baik langsung maupun tidak langsung (Robert Ang, 1997:20.2)
Komponen return terdiri dari dua jenis yaitu current income
(pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan selisih harga). Current income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, deviden
dan sebagainya. Sedangkan pendapatan lancar adalah keuntungan yang
diterima biasanya dalam bentuk kas atau setara kas, sehingga dapat diuangkan
secara cepat, seperti bunga atau jasa giro dan deviden tunai.
Deviden merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang besarnya diputuskan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Deviden yang dibayarkan dapat
berupa deviden tunai (cash devidend) dan deviden saham (stock devidend).
Deviden tunai merupakan deviden yang diayarkan dalam bentuk uang tunai,
sedangkan deviden saham merupakan deviden yang dibayarkan dalam bentuk
26
tunai yang dibayarkan, sedangkan nilai dari deviden saham dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
(Robert Ang, 1997:6.11)
dimana,
Vd = Nilai suatu deviden saham per lembar
Ps = Harga wajar deviden saham
Rd = Rasio deviden saham
Sedangkan besarnya pendapatan deviden (devidend yield-DY) dihitung dari rasio antara deviden per lembar saham (DPS) terhadap harga per
lembar saham (Ps) yang dapat diformulasikan sebagai berikut:
(Robert Ang, 1997:6.19)
dimana,
DY = Pendapatan deviden
DPS = Deviden per lembar saham
Ps = Harga saham per lembar
Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima karena adanya selisih antara harga jual dengan harga beli saham
dari suatu instrumen investasi. Capital gain dapat tergantung dari harga pasar Ps
Vd =
Rd
DPS
DY = 100%
27
instrumen investasi, yang berarti bahwa instrumen investasi harus
diperdagangkan di pasar. Dengan adanya perdagangan maka akan timbul
perubahan nilai suatu instrumen investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return historis yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat
kembalian yang diinginkan.
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi yang berupa
return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan dipergunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja perusahaan. Return realisasi ini juga berguna sebagai dasar penentuan
return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. Return
ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh investor di masa mendatang yang dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa
depan (outcome) dengan probabilitas kejadiannya dan menjumlahkannya (Jogiyanto H.M, 2003:109).
Return realisasi dihitung dengan menggunakan return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative),
dan return disesuaikan (adjusted return). Return total merupakan return
keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu yang terdiri dari
28
Yield merupakan presentasi penerimaan kas periodik terhadap haga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Relatif return merupakan return total ditambah dengan nilai 1. Kumulatif return merupakan akumulasi dari semua total return yang ditunjukkan dengan indeks kemakmuran kumulatif. Return
yang disesuaikan merupakan return yang diukur berdasarkan nilai uang yang disesuaikan dengan tingkat daya beli yang tercermin dalam tingkat inflasi,
sehingga return disesuaikan (adjusted return) juga disebut sebagai return riil
(real return).
Dalam penelitian ini konsep return yang digunakan adalah return
realisasi atau actual return (capital gain) yang merupakan selisih antara harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya.
Dari konsep tersebut maka perhitungan actual return dapat dirumuskan dengan formula sebagai berikut:
(Jogiyanto, 2003:110)
dimana,
Pt = Harga saham individual (dalam hal ini indeks saham individual)
pada periode t, dan
Pt-1 = Harga (indeks) saham individual pada periode sebelumnya (t-1).
(Pt – Pt-1)
Actual Return =
29
Dari kedua konsep tersebut (devidend yield dan capital gain), maka total return merupakan penjumlahan dari devidend yield ditambah capital gain
yang dapat diformulasikan sebagai berikut:
(Jogiyanto, 2003:110)
D. Efficient Market Theory
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal
harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual
dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat.
Pasar modal dikatakan efisien jika dari surat-surat berharga mencerminkan nilai
dari perusahaan secara akurat. Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat
berharga juga mencerminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba dimasa
mendatang serta kualitas dari manajemennya.
Efficient market atau pasar yang efisien merupakan suatu pasar bursa dimana saham yang diperdagangkan merefleksi semua informasi yang mungkin
terjadi dengan cepat dan akurat (Fama, 1976). Sedangkan Jones (1996)
memberikan definisi bahwa, suatu pasar yang efisien adalah pasar yang
harga-harga sekuritasnya secara cepat dan penuh mencerminkan semua informasi yang
tersedia terhadap aktiva tersebut. Efficient Market Theory menyatakan bahwa investor selalu memasukkan faktor informasi yang tersedia dalam keputusan
30
mereka sehingga terefleksi pada harga saham yang mereka transaksikan. Jadi,
harga saham yang berlaku di pasar modal sudah mengandung faktor informasi
tersebut.
Menurut Robert Ang (1997:17.5) harga suatu efek dapat disimpulkan
mengandung tiga faktor, yaitu:
1. Merefleksikan semua informasi yang bersifat historis.
2. Merefleksikan kejadian yang telah diumumkan tetapi belum dilaksanakan seperti, pengumuman pembagian saham bonus,pembegian dividend, right issue, dan stock split.
3. Merefleksikan prediksi atas informasi masa yang akan datang.
Efficient Market Theory merupakan teori dasar dari karakteristik suatu pasar modal yang efisien dimana terdapat pemodal-pemodal yang berpengetahuan
luas dan informasi tersedia secara luas kepada para pemodal sehingga mereka
bereaksi secara cepat atas informasi baru yang akhirnya menyebabkan harga
saham menyesesuaikan secara cepat dan akurat.
Bentuk efisiensi pasar modal tidak hanya ditinjau dari segi ketersediaan
informasinya saja, tetapi juga dilihat dari kecanggihan pelaku pasar dalam
pengambilan keputusan berdasarkan analisis informasi yang tersedia. Pasar
efisien yang ditinjau dari sudut informasi saja disebut dengan efisiensi pasar
31
berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara
keseluruhan (decisionally efficient market)
a. Efisiensi Pasar Secara Informasi (informationally afficient market)
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan
antara harga sekuritas dengan informasi. Fama (1970) dalam Jogiyanto, H.M
(2003:371-375) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar
berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu:
1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi.
Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan random walk theory yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien dalam bentuk lemah, maka harga-harga
masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga saat ini. Hal
tersebut berarti bahwa, untuk pasar efisien bentuk lemah, investor tidak
dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return.
2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga
32
informasi yang berada di laporan-laporan keuangan emiten. Informasi
yang dipublikasikan dapat berupa sebagai berikut:
a) Informasi yang dipublikasikan yang hanya mempengaruhi harga
sekuritas dari perusahaan yang mempublikasikan informasi tersebut.
Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk
pengumuman oleh perusahaan emiten.
b) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga
sekuritas sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini
dapat berupa peraturan dari pemerintah atau peraturan dari regulator
yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan yang
terkena regulasi tersebut.
c) Informasi yang dipublikasikan yang mempengaruhi harga-harga
sekuritas semua perusahaan yang terdaftar di pasar saham. Informasi
ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator
yang berdampak ke semua perusahaan emiten.
3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga dari
sekuritasnya secara penuh mencerminkan (fully reflect) senua informasi yang tersedia termasuk inforamasi yang privat. Jika pasar efisien dalam
bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang
33
b. Efisiensi Pasar Secara Keputusan (decisionally efficient market)
Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar
bentuk setengah kuat menurut versi Fama yang didasarkan pada informasi
yang didistribusikan. Perbedaannya adalah, jika efisiensi pasar secara
informasi (informationally efficient market) hanya mempertimbangkan sebuah faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar secara
keputusan (decisionally efficient market) mempertimbangkan dua buah faktor, yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Karena
melibatkan lebih banyak faktor dalam menentukan pasar yang efisien, suatu
pasar yang efisien secara keputusan merupakan efisiensi pasar bentuk
setengah kuat yang lebih tinggi dibandingkan efisiensi pasar bentuk setengah
kuat secara informasi.
Macam-macam pengumuman yang dapat mempengaruhi harga dari
sekuritas menurut Foster, G. (1986:377) dalam Jogiyanto, H.M
(2003:373-374), yaitu:
1) Pengumuman yang berhubungan dengan laba (Earnings-Related Announcements), yaitu: (a) laporan tahunan awal, (b) laporan tahunan detail, (c) laporan interim awal, (d) laporan interim detail, (e) laporan
perubahan metode-metode akuntansi, (f) laporan auditor, (g) lainnya.
34
akhir tahun fiskal, (b) estimasi laba setelah akhir tahun fiskal, (c)
peramalan penjualan, (d) lainnya.
3) Pengumuman-pengumuman dividend (Dividend Announcements) yaitu: (a) distribusi kas, (b) distribusi saham, (c) lainnya.
4) Pengumuman-pengumuman pendanaan (Financing Announcements),
yaitu: (a) pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas, (b)
pengumuman yang berhubungan dengan hutang, (c) pengumuman
sekuritas hibrid, (d) sewa-guna, (e) persetujuan standby credit, (f) pelemparan saham kedua, (g) pemecahan saham, (h) pembelian kembali
saham, (i) pengumuman joint venture, (j) lainnya.
5) Pengumuman-pengumuman yang berhubungan dengan pemerintah
(Government-Related Announcements), yaitu: (a) dampak dari peraturan baru, (b) investigasi-investigasi terhadap kegiatan perusahan, (c)
keputusan-keputusan regulator, (d) lainnya.
6) Pengumuman-pengumuman investasi (Investment Announcements), yaitu: (a) eksplorasi, (b) usaha baru, (c) ekspansi pabrik, (d) penutupan pabrik,
(e) pengembangan R&D, (f) lainnya.
7) Pengumuman-pengumuman ketenagakerjaan (Labor Announcements),
yaitu: (a) negosiasi-negosiasi, (b) kontrak-kontrak baru, (c) pemogokan,
(d) lainnya.
35
manajernya, (b) tuntutan oleh perusahaan atau oleh manajernya, (c)
lainnya.
9) Pengumuman-pengumuman pemasaran-produksi-penjualan (Marketing-Production-Sales Announcements), yaitu: (a) pengiklanan, (b) rincian kontrak, (c) produk baru, (d) perubahan harga, (e) penarikan produk, (f)
laporan-laporan produksi, (g) laporan-laporan keamanan produk, (h)
laporan-laporan penjualan, (i) Rincian jaminan, (j) lainnya.
10) Pengumuman-pengumuman manajemen-direksi (Management-Board of Director Announcements), yaitu: (a) susunan direksi, (b) manajmen, (c) rincian struktur organisasi, (d) lainnya.
11) Pengumuman-pengumuman merjer-ambil alih-diversifikasi (Merger-Takeover-Divestiture Annountcements), yaitu: (a) laporan-laporan merjer, (b) laporan-laporan investasi ekuitas, (c) laporan-laporan mengambil alih,
(d) laporan-laporan diambil alih, (e) laporan-laporan diversifikasi, (f)
lainnya.
12) Pengumuman-pengumuman industri sekuritas (Securities Industry Announcements), yaitu: (a) laporan-laporan pertemuan tahunan, (b) perubahan-perubahan kepemilikan saham, (c) “heard on the street”, (d) laporan-laporan “insider” trading, (e) laporan harga dan volume perdagangan, (f) pembatasan perdagangan atau suspensi, (g) lainnya.
36
Pergerakan saham di bursa ditentukan menurut hukum penawaran dan
permintaan, atau kekuatan tawar-menawar. Semakin banyak orang membeli
saham, maka harga saham tersebut akan segera naik. Begitu pula sebaliknya,
semakin banyak orang yang ingin menjual saham tersebut maka harga saham
tersebut akan segera turun.
Volume perdagangan saham adalah jumlah lembar saham yang
diperdagangkan di pasar sekunder dalam waktu tertentu. Jumlah tersebut
merupakan total dari transaksi jual dan transaksi beli saham yang dilakukan oleh
investor. Volume yang kecil menunjukkan jumlah investor yang sdikit dan kurang
tertarik dalam menunjukkan banyaknya investor dan besarnya minat untuk
melakukan transaksi jual beli saham.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kativitas
volume perdagangan saham menurut Foster (1986:378) adalah sebagai berikut:
1. Para investor membeli atau menjual untuk mengkoordinasikan kegiatan
pendapatan-pemasukan dan pendapatan-pengeluaran mereka.
2. Para investor mebeli atau menjual untuk membuat portofolio yang bervariasi.
3. Para investor membeli atau menjual karena yang pertama
perubahan dalam risiko portofolio mereka dan yang kedua
perubahan-perubahan dalam pilihan-pilihan risiko mereka sendiri.
4. Para investor membeli atau menjual karena alsan-alasan perpajakan (misalnya
pajak yang berbeda-beda pada perolehan modal dibandingkan dengan
37
5. Para investor membeli atau menjual karena informasi baru yang menyebabkan
revisi taksiran kemungkinan mereka mengenai distribusi laba.
E. Studi Peristiwa(Event Study)
Penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi sering
disebut dengan event study. Penelitian event study umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga
pasar. Menurut Eduardus, dalam Hutagalung (2002:8), standar metodologi yang
biasanya digunakan dalam event study ini adalah mengumpulkan sampel, yaitu perusahaan-perusahaan yang mempunyai pengumuman atau event. Menentukan periode pengamatan yang biasanya di hitung dengan hari, menghitung return dan
abnormal return dari masing-masing sampel.
Menurut Jogiyanto, H.M (2003:392), studi peristiwa (event study)
merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event)
yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk
setengah kuat.
Jogiyanto, H.M (2003:392) menambahkan, bahwa pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika
pengumuman mengandung informasi, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada
38
Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk
setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan
informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika
pengumuman mengandung informasi, maka akan diharapkan pasar akan bereaksi
pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut
ditunjukkan dengan adanya perubahan harga atau return dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan
abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang memiliki kandungan informasi akan memberikan abnormal return pada pasar. Demikian juga sebaliknya.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan rasio keuangan yang dihubungkan
39
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Hubungan antara Faktor Fundamental Mikro dengan Total Return
Rasio Keuangan Peneliti Hasil Temuan Konsistensi Hasil
(1) NPM satu tahun kedepan
Tidak berpengaruh harga saham di pasar sekunder
ROA berpengaruh significant terhadap
return saham
40
Berdasar Tabel 2.1 nampak bahwa rasio-rasio keuangan terutama
profitabilitas (NPM) berhubungan positif dengan prediksi earning atau laba satu tahun ke depan, tetapi tidak dikaitkan dengan harga atau return saham. QAI juga menunjukkan hubungan yang positif dengan prediksi earning atau laba satu tahun ke depan, tetapi tidak dikaitkan dengan laba atau return saham. Tetapi hasil penelitian dari Kiki Rahmawan menyebutkan bahwa QAI berpengaruh secara
signifikan positif terhadap total return saham.
Sedangkan rasio return on asset (ROA) terhadap harga atau return saham menunjukkan hasil temuan yang kontradiktif dimana Rina Trisnawati (1998)
menunjukkan hasil yang tidak significant ROA terhadap return saham di pasar perdana, sedangkan Syahib Natarsyah (2000) menunjukkan hasil yang significant
ROA terhadap harga saham di pasar sekunder dan penelitian yang dilakukan oleh
Soejoto (2001) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Sementara itu, berdasarkan teori menyatakan bahwa semakin tinggi ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, dan diprediksi berpengaruh
positif terhadap return saham.
Sementara itu penelitian tentang pengaruh rasio leverage terhadap return
saham antara lain dilakukan oleh Meily Surianti dan Nur Indrianto (1999) yang
menemukan bahwa rasio leverage tidak signifikan berpengaruh terhadap harga
saham dan mempunyai hubungan negatif dengan ramalan laba untuk periode satu
tahun ke depan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
41
ratio berpengaruh secara signifikan negatif terhadap return saham. Disisi lain Harries Hidayat dan Henikus Manao (2000) menunjukkan bahwa debt to equity ratio (DER) tidak significant berpengaruh terhadap harga saham. Hal ini tidak didukung oleh teori yang menyatakan bahwa semakin tinggi rasio leverage
menunjukkan tingkat kembalian yang semakin kecil, dan berakibat menurunkan
return saham. Dengan kata lain, seharusnya rasio leverage berpengaruh negatif terhadap harga atau return saham, dan karenanya perlu dilakukan penelitian lanjutan dan perluasan penelitian.
Disamping penelitian yang menghubungkan “rasio keuangan” dengan
harga atau return saham, juga terdapat hasil penelitian sejenis tetapi tidak dalam bentuk “rasio keuangan” melainkan dalam bentuk “informasi keuangan”. Hasil
penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Nur Fadjrin Asyik (1999) meneliti
tentang “tambahan kandungan informasi rasio arus kas”, menunjukkan bahwa
dalam jangka pendek (periode pengamatan 1995, 1996, dan 1997) “laba bersih”
lebih bermanfaat dalam memprediksi return investasi. Bukti empiris lain yang menggunakan informasi keuangan dikaitkan dengan harga atau return saham juga dilakukan oleh Wiwik Utami dan Sumarhadi (1998) meneliti tentang “pengaruh
informasi penghasilan perusahaan terhadap harga saham di BEJ” menunjukkan
bukti bahwa informasi penghasilan perusahaan mempunyai pengaruh yang
significant (α=0,05) terhadap harga saham di BEJ. Lebih jauh, Wiwik Utami dan
Sumarhadi (1998) menunjukkan bahwa semakin besar tingkat penghasilan
42
dipengaruhi oleh faktor psikologis atau sentimen pasar, hasil penelitian tersebut
memberikan bukti bahwa faktor fundamental perusahaan memegang peranan
penting dalam proses pengambilan keputusan investor.
G. Kerangka Pikir Penelitian
1. Pengaruh Quick Asset Inventory terhadap Total Return
Meningkatnya QAI akan meningkatkan kepercayaan para penyandang
dana (investor dan kreditor) dalam menanamkan dananya ke perusahaan.
Meningkatnya kepercayaan investor maupun kreditor terhadap perusahaan
maka harga saham di pasar modal diprediksikan meningkat. Dengan
meningkatnya harga saham maka total return saham juga meningkat, sehingga QAI berpengaruh positif terhadap total return (Machfoedz, 1994:118).
2. Pengaruh Net Profit Margin terhadap Total Return
Rasio ini menunjukkan tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap
penjualan bersihnya dan sekaligus menunjukkan efisiensi biaya yang
dikeluarkan perusahaan. Jika NPM semakin besar mendekati 1, maka berarti
semakin efisiensi biaya yang dikeluarkan sehingga semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih. Semakin meningkatnya NPM, maka daya tarik
investor semakin meningkat sehingga harga saham juga meningkat. Dengan
43
3. Pengaruh Return on Asset terhadap Total Return
ROA atau ROI diperoleh dengan cara membandingkan antara net income after tax (NIAT) terhadap average total asset. NIAT merupakan pendapatan bersih sesudah pajak, tetapi kalau ada keuntungan hak minoritas
harus ikut diperhitungkan. Average total assets merupakan rata-rata total aset awal tahun dan akhir tahun. Semakin besar ROA atau ROI menunjukkan
kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Robert
Ang, 1997:18.33). Dengan demikian semakin tinggi ROA meningkatkan daya
tarik investor, sehingga harga saham meningkat. Dengan demikian ROA
berhubungan positif dengan total return.
4. Pengaruh Debt to Total Asset terhadap Total Return
DTA mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan,
karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin
besar yang berarti mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat debt ratio
yang kecil menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan
tingkat kembalian yang semakin tinggi (Robert Ang, 1997:18.35)
5. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Total Return
Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang (jangka
pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal
sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak
luar (kreditur). Meningkatnya beban terhadap kreditur menunjukkan sumber