MAKALAH KONFERENSI ASIA AFRIKA(KAA) DAN GERAKAN NON-BLOK(GNB)
DI S U S U N OLEH:
1. Arya Muhammad Rafi 2. Dewi kartini
3. Joshua Arisandy
SMAN 4 MANDAU
TP2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Berkat rahmat-Nyasaya dapat menyelesaikan tugas dalam penulisan Makalah ini.Pembuatan Karya Tulis ini bertujuan untuk mendorong agar kita dapat aktif, juga untuk menguji kemampuan dalam penulisan kreatif, dari sini guru bisa memantau siswa dalammengikuti pelajaran pkn.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis ini belum sempurna, oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran dari anda sangat kami harapkan guna kesempurnaan.
Selanjutnya atas kritik dan sarannya kami ucapkan terima kasih dan harapan kami semoga makalah ini berguna bagisemua.
Duri, Februari 2022
Penulis
Konferensi Asia Afrika (KAA)
I. Latar Belakang
Konferensi Asia-Afrika adalah sebuah konferensi antara negara-negara Asia dan Afrika, yang kebanyakan baru saja memperoleh kemerdekaan. KAA diselenggarakan oleh Indonesia, Myanmar (Burma), Sri Lanka (Ceylon), India dan Pakistan, dan dikoordinasikan oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia Sunario.
Pertemuan ini berlangsung antara 18 April-24 April 1955 pada Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dengan tujuan mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika dan melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau negara imperialis lainnya. Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini mencerminkan apa yang mereka lihat sebagai kekuatan Barat keengganan untuk
berkonsultasi dengan mereka tentang keputusan yang mempengaruhi Asia selama perang dingin, kekhawatiran mereka tentang ketegangan antara Republik Rakyat Cina dan Amerika Serikat.
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bersahabat dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah internasional.
Aktif berarti bahwa bangsa Indonesia secara aktif ikut mengusahakan
terwujudnya perdamaian dunia. Negara Indonesia memilih sifat politik luar negerinya bebas aktif sebab setelah Perang Dunia II berakhir di dunia telah muncul dua kekuatan adidaya baru yang saling berhadapan, yaitu negara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Amerika Serikat memelopori berdirinya Blok Barat atau Blok kapitalis (liberal),
sedangkan Uni Soviet memelopori kemunculan Blok Timur atau blok sosialis (komunis).
Dalam upaya meredakan ketegangan dan untuk mewujudkan perdamaian dunia, pemerintah Indonesia memprakarsai dan menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika.
Usaha ini mendapat dukungan dari negara-negara di Asia dan Afrika. Bangsa-bangsa di
Asia dan Afrika pada umumnya pernah menderita karena penindasan imperialis Barat.
Persamaan nasib itu menimbulkan rasa setia kawan.
Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak negara di Asia dan Afrika yang berhasil mencapai kemerdekaan, di antaranya adalah India, Indonesia, Filipina, Pakistan, Burma (Myanmar), Sri Lanka, Vietnam, dan Libia. Sementara itu, masih banyak pula negara yang berada di kawasan Asia dan Afrika belum dapat mencapai kemerdekaan. Bangsa- bangsa di Asia dan Afrika yang telah merdeka tidak melupakan masa lampaunya.
Mereka tetap merasa senasib dan sependeritaan. Lebih-lebih apabila mengingat masih banyak negara di Asia dan Afrika yang belum merdeka. Rasa setia kawan itu dicetuskan dalam Konferensi Asia Afrika. Sebagai cetusan rasa setia kawan dan sebagai usaha untuk menjaga perdamaian dunia, pelaksanaan Konferensi Asia Afrika mempunyai arti penting, baik bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afrika pada khususnya maupun dunia pada umumnya.
Terwujudnya Konferensi Asia-Afrika
Terwujudnya konferensi Asia-Afrika didahului oleh Konferensi Colombo dan Konferensi Bogor.
A. Konferensi Colombo (Konferensi Pancanegara I)
Pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 diadakan konferensi di Colombo, ibu kota Srilangka.
Adapun wakil dari 5 negara yang hadir tersebut sekaligus akan menjadi sponsor KAA sebagai berikut.
1. Indonesia, diwakili oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo.
2. India, diwakili oleh Perdana Menteri Shri Pandit Jawarhalal Nehru 3. Pakistan diwakili oleh Perdana Menteri Mohammad Ali Jinnah.
4. Birma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Perdana Menteri Unu.
5. Srilangka, diwakili oleh Perdana Menteri Sir John Kotelawala.
Dalam konferensi ini Indonesia mengusulkan agar diadakan konferensi yang lebih luas jangkauannya, tidak hanya negara-negara Asia, tetapi juga beberapa negara Afrika.
Gagasan ini disambut positip dan Perdana Menteri Ali Sastroamidjoyo mendapat mandat
untuk menjajagi kemungkinan dilaksanakan konferensi Asia-Afrika. Dalam konferensi Colombo ini diputuskan antara lain sebagai berikut.
Indocina harus dimerdekakan dari penjajahan Perancis.
Menuntut kemerdekaan bagi Tunisia dan Maroko.
Menyetujui dan mengusahakan adanya konferensi Asia-Afrika dan memilih Indonesia sebagai penyelenggara.
B. Konferensi Bogor (Konferensi Pancanegara II)
Pada tanggal 28-31 Desember 1954 diadakan Konferensi di Bogor. Konferensi ini merupakan kelanjutan dari Konferensi Colombo, di mana negara-negara sponsor akan mengevaluasi hasil penjajagan Indonesia dalam mempersiapkan KAA. Hal-hal yang menjadi pokok pembicaraan dalam Konferensi Bogor adalah tujuan konferensi, tempat konferensi, agenda pembicaraan negara-negara yang akan diundang dan kesekretariatan.
Rekomendasi yang diajukan dalam sidang ini adalah sebagai berikut.
1. Mengadakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung dalam bulan April 1955.
2. Menetapkan kelima negara peserta konferensi Colombo sebagai negara-negara sponsor.
3. Menetapkan 25 negara-negara Asia-Afrika yang akan diundang.
4. Menentukan tujuan konferensi Asia-Afrika.
II. Tokoh Pendiri GNB
Tokoh pendiri Gerakan Non-Blok(GNB) yaitu:
1. Ali Sastroamidjojo, (Indonesia) 2. Mohammad Ali Bogra, (Pakistan) 3. Jawaharlal Nehru, (India)
4. John Kotelawala, (Sri Lanka) 5. U Nu, (Myanmar)
III. Tujuan Konferensi Asia-Afrika
Tujuan di selenggarakannya KAA antara lain:
1. Memajukan kerja sama, persahabatan, perhubungan antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk menyelenggarakan kepentingan bersama.
2. Kerja sama dalam bidang sosial, ekonomi, kebudayaan di antara bangsa-bangsa Asia-Afrika.
3. Memecahkan bersama soal-soal khusus dan penting bagi bangsa-bangsa Asia- Afrika, seperti: menjamin kedaulatan, melenyapkan deskriminasi ras dan penjajahan.
4. Memperbesar peranan Asia-Afrika dalam dunia sekarang dan ikut serta mengusahakan perdamaian dunia.
IV. Anggota Konferensi Asia-Afrika
Konferensi Asia-Afrika berlangsung pada tanggal 18-25 April 1955 bertempat di Gedung Merdeka, Bandung. Konferensi ini dihadiri oleh 29 negara (termasuk lima negara sponsor) dari 30 negara yang diundang. Satu negara yang tidak hadir yakni Federasi Afrika Tengah (Rhodesia dan Nyasa) karena sedang terjadi pergolakan politik orang-orang Negro menentang ras diskriminasi.
Adapun negara-negara yang hadir dalam KAA adalah : 1. Indonesia 16. Laos 2. India 17. Libanon 3. Birma (Myanmar) 18. Liberia 4. Pakistan 19. Libia 5. Srilangka 20. Nepal 6. Afghanistan 21. Filipina 7. Kamboja (Kampuchea) 22. Saudi Arabia 8. Republik Rakyat China 23. Sudan 9. Mesir 24. Syiria 10. Ethiopia 25. Muang Thai 11. Ghana (Pantai Emas) 26. Turki
12. Iran 27. Vietnam Utara
13. Irak 28. Vietnam Selatan 14. Jepang 29. Yaman
15. Yordania
Dalam KAA ini negara-negara peserta terdiri dari 3 kelompok pandangan politiknya yang berbeda, yaitu: kelompok yang pro Barat, seperti Filipina, Muang Thai, Pakistan, Iran, dan Turki; kelompok yang beraliran Komunis yaitu RRC dan Vietnam Utara; dan kelompok yang netral seperti India, Birma, Srilangka dan Indonesia, serta ada juga yang belum menampakkan pandangan politiknya.
V. Hasil Konferensi Asia-Afrika
Konferensi Asia-Afrika menghasilkan beberapa keputusan yang disepakati para peserta sebagai berikut:
1. Kerja sama ekonomi, antara lain mengusahakan kemajuan ekonomi, memajukan perdagangan, saling memberikan bantuan teknik, dan mendirikan bank-bank.
2. Kerja sama kebudayaan, antara lain memajukan kerja sama kebudayaan sebagai jalan terpenting untuk mendapatkan pengertian antara bangsa-bangsa Asia -Afrika, memajukan pendidikan dan pengajaran dengan pertukaran pelajar, pelatih, dan guru.
3. Masalah hak asasi manusia, yakni menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia seperti yang tercantum dalam Piagam PBB serta menentang ras diskriminasi.
4. Masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka, yakni menentang adanya imperialisme dan menuntut kemerdekaan bagi rakyat Aljazair, Maroko, dan Tunisia.
5. Masalah-masalah lain, yakni mengakui hak-hak bangsa Arab di Palestina dan menuntut soal Palestina diselesaikan secara damai, menuntut kembalinya wilayah Irian Barat (sekarang Papua) kepada Indonesia serta menuntut hak wilaya Aden bagi Yaman.
6. Mengusahakan perdamaian dan kerja sama di dunia dengan cara berikut.
Mendesak PBB untuk menerima negara-negara yang telah memenuhi persyaratan yakni Kamboja, Srilangka, Jepang, Yordania, Laos, Libya, Nepal dan Vietnam.
Mengusulkan supaya diadakan pelarangan atas pembuatan, percobaan dan penggunaan senjata nuklir.
Mengusulkan diadakan kerja sama semua negara di seluruh dunia atas dasar menghormati hak-hak manusia.
7. Pernyataan mengenai usaha memajukan perdamaian dan kerja sama di dunia.
Selain keputusan KAA di atas, konferensi Asia-Afrika juga mengajak semua bangsa di dunia untuk hidup bersama dalam perdamaian dan menjalankan kerja sama dalam suasana persahabatan atas dasar sepuluh prinsip yang dikenal dengan
“Dasasila Bandung” (Bandung Declaration). Adapun isi Dasasila Bandung selengkapnya adalah :
Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat dalam Piagam PBB.
Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
Mengakui persamaan ras, dan persamaan semua bangsa baik besar maupun kecil.
Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soal-soal besar maupun kecil.
Menghormati hak tiap-tiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian atau secara kolektif, yang sesuai dengan Piagam PBB.
Tidak menggunakan peraturan-peraturan pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus salah satu negara besar dan tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
Tidak melakukan tindakan-tindakan atau ancaman agresi ataupun penggunaan kekerasan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik suatu negara.
Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum, ataupun cara
damai lain lagi menurut pihak-pihak yang bersangkutan, sesuai dengan Piagam PBB.
Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.
Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban internasional.
VI. Pengaruh Konferensi Asia-Afrika
Konferensi Asia-Afrika di tutup secara resmi pada tanggal 24 April 1955. para utusan kembali ke negaranya masing-maisng untuk memperjuangkan hasil-hasil konferensi secara bersama-sama. Konferensi Asia-Afrika membawa pengaruh atau akibat penting, misalnya :
Berkurangnya ketegangan dan bahaya pecahnya peperangan yang bersumber dari persengketaan masalah Taiwan antara RRC dengan Amerika Serikat.
Perjuangan bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk mencapai kemerdekaan semakin meningkat. Hal ini tampak dengan meningkatnya jumlah negara-negara Asia- Afrika yang merdeka setelah tahun 1955.
Politik luar negeri bebas aktif yang dijalankan Indonesia, India, Birma, dan Srilangka mulai diikuti negara-negara lain yang tidak masuk Blok Barat maupun Blok Timur.
VII. Peranan Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika
Yaitu sebagai berikut:
1. Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Pancanegara II yang berlangsung tanggal 28-29 Desember 1954 di Bogor (Jawa Barat). Konferensi ini sebagai pendahuluan dari Konferensi Asia Afrika.
2. Indonesia ikut memprakarsai dan sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung (Jawa Barat). Dalam konferensi ini beberapa tokoh Indonesia
menduduki peranan penting, di antaranya adalah : Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjoyo, Sekretaris Jenderal Konferensi : Ruslan Abdulgani, Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Muh. Yamin, dan Ketua Komite Ekonomi: Prof. Ir.
Rosen
Gerakan Non-Blok (GNB)
I. Latar Belakang
Indonesia bergabung dengan GNB sejak gerakan ini didirikan tahun 1961 karena merupakan salah satu pendiri GNB dan telah terlibat dalam pembicaraan awal untuk pembentukan organisasi bagi negara-negara yang baru merdeka.
Konverensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955 merupakan proses awalterbentuknya Gerakan Non-Blok (GNB). KAA diselenggarakan pada tanggal 1824 April 1955dan dihadiri oleh 29 kepala negara dan kepala pemerintah dari benua Asia dan Afrika yang barusaja menapai kemerdekaannya. KAA ditujukan untuk mengidentifikasi dan medalami masalah-masalah dunia waktu itu dan berupaya untuk menformulasikan kebijakan bersama negara-negara baru tersebut pada tataran hubungan internasional.
KAA menyepakati “Dasa Sila Bandung”yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip dasar bagi penyelanggaraan hubungan dan kerjasama antar bangsa-bangsa. Sejak saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini tokoh-tokoh yangmemegang peran kunci sejak awal adalah presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, PresidenIndonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito. Kelima tokoh dunia ini kemudiandikenal sebagai pendiri GNB.
GNB berdiri saat diselenggarakannya konferensi Tingkat Tinggi (KTT) I GNB di Beograd,Yugoslavia 1-6 September 1961. KTT I GNB dihadiri oleh 25 negara yakni Afghanistan,Algeria, Yeman, Myanmar, Cambodia, Srilanka, Cango, Cuba, Cyprus, Mesir, Ethiopia, Ghana,Guinea, India , Indonesia, Iraq, Lebanon, Mali, Maroco, Nepal, Arab Saudi, Somalia, Sudan,Suriah, Tunisia, Yugoslavia.
Dalam KTT I tersebut, negara-negara pendiri GNB ini berketepatan
untukmendirikan suatu gerakan dan bukan suatu organisasi untuk menghindarkan diri dari implikasi birokratik dalam membangun upaya bersama di antara mereka. Pada KTT I juga dijelaskan bahwa di GNB tidak diarahkan pada suatu saran pasif dalam politik Internasional, tetapi untukmemformulasikan posisi sendiri secara independen yang merefleksikan kepentingan negara-negara anggotanya.
GNB menepati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia,karena Indonesia sejakawal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. KAA tahun 1955 yang
diselenggarakan diBandung dan menghasilkan Dasa Sila Bandung yang menjadi prinsip- prinsip utama GNB,merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali pendirian GNB.Secara khusus, Presiden Soekarno juga diketahui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB.Indonesia menilai penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapilebih-lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuankebangsaan Indonesi sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
Prinsip kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia bebas-aktif ternyata juga sesuai dengan sikap negara-negara sedang berkembang lainnya. Oleh karena itu, mereka sepakat untuk membentuk suatu kelompok baru yang netral, tidak memihak Blok Barat ataupun Blok Timur. Kelompok inilah yang nantinya disebut kelompok negara-negara Non Blok.
Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun sekali.
II. Tujuan GNB
Tujuan GNB yaitu sebagai berikut :
1. Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota dengan jalan membantu perjuangannegara berkembang dalam mencapai kebersamaan, kemerdekaan, dan kemakmuran.
2. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat melawanUni Soviet dalam perang dingin.
3. Berusaha membendung pengaruh negatif baik blok barat maupun blok timur ke negara-negaraanggota GNB.
4. Berusaha memajukan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan politik agar tidak tertinggaldari negara maju
III. Tokoh Pemrakarsa Pendiri GNB
Tokoh yang dianggap sebagai pendiri GNB lebih dikenal dengan The Initiative OfFive yaitu:
1. Presiden Soekarno (Indonesia);
2. Presiden Yosep Broz Tito (Yugoslavia);
3. Presiden Gamal Abdul Nasser (Mesir);
4. Perdana Mentri Pandit Jawaharlal Nehru (India); dan 5. Perdana Menteri Kwame Nkrumah (Ghana).
IV. Peran Indonesia dalam GNB
Indonesia sangat berperan penting dalam GNB, beberapa peran penting yang dilakukanIndonesia adalah sebagai berikut:
1. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB;
2. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto terpilih menjadiketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar KTT X GNB di Jakarta;
3. Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat dikatakan lahir sebagai negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesuai dengan politik luar negeri yang bebasaktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dalam upaya
membantu tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan persahabatan dengan seluruh bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas aktif itu, selain sebagai salah satunegara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan komitmen pada prinsip- prinsip danaspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah berhasil membawa GNB untuk mampumenentukan arah dan secara dinamis menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi.