• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Subawa, S.Pd NIP SMP NEGERI 7 Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ABSTRAK. Subawa, S.Pd NIP SMP NEGERI 7 Semarang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Kompetensi Persamaan Garis Lurus Melalui Metode Penugasan Pembelajaran Dalam Jaringan

Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Semarang Semester I Tahun 2021/2022

Subawa, S.Pd

NIP. 19670615 200312 1 002 SMP NEGERI 7 Semarang

Tujuan Peneliti ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika Kompetensi Persamaan Garis Lurus, yang belum memenuhi KKM di kelas VIII SMP 7 Semarang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penugasan pembelajaran dalam jaringan yang dipredeksikan dapat mengatasi masalah hasil belajar matematika khususnya kompetensi dasar Persamaan Garis Lurus. Subyek Penelitian adalah siswa Kelas VIII SMP 7 Semarang Tahun Ajaran 2021/2022 pada semester 1 dengan jumlah siswa 32 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Hasil Uji Hipotesa menunjukkan ketuntasan belajar pada Pra Siklus 31,25%, siklus I 62,50%, sedangkan siklus II 84,37% atua dengan kata lain hasil hipotesa meningkat pada Pra Siklus 31,25%, ke siklus I 62,50%

meningkat 31,23%, sedangkan pada siklus II 84,37 berarti dari siklus I ke siklus II meningkat 21,87%. Bila dihitung pencapaian ketuntasan belajar dari kondisi awal sampai siklus II sebesar 53,14 dan telah mencapai ketutantas belajar ≥ 75. Dengan demikian uji hipotesa dalam pembelajaran pada kompetesi dasar Persamaan Garis Lurusdan Melalui Metode penugasan pembelajaran dalam jaringan Bagi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 07 Semarang berhasil.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Metode Penugasan pembelajaran dalam jaringan

PENDAHULUAN

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua aktivitas yang memberikan kompetensi pelajaran kepada peserta didik agar peserta didik mempunyai kecakapan dan pengetahuan yang memadai yang dapat memberikan manfaat dalam kehidupannya. Dalam proses pembelajaran kompetensi Persamaan Garis Lurus, selain melibatkan pendidik dan siswa secara langsung juga diperlukan pendukung yang lain, disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan yang tepat dan bisa menjadi pendukung yang menunjang. Sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

(2)

Tujuan umum pendidikan di negara Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang Republik Indonesia Nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan sebagai berikut:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.(Depdikbud, 2003:3)

Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara maksimal guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut.

Pendidikan mencakup pembelajaran dan pengajaran dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa komponen, dua diantaranya adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus berperan secara aktif, diantaranya dalam hal mendorong siswa untuk aktif belajar dan memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya pembelajaran. Terbukti dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Siswa hanya sebagai obyek saja dan tidak adanya umpan balik. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih banyak diarahkan kepada kemampuan menghafal informasi. Siswa dipaksa untuk mengingat dan menumpuk berbagai informasi tanpa dituntut untuk dapat menemukan informasi tersebut berdasarkan proses penemuan mereka sendiri. Hal ini menjadikan siswa kaya secara teori tetapi sangat miskin dalam aplikasi.serta terjadinya pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk belajar menemukan jawaban atau pemecahan masalah untuk menyimpulkah suatu kompetensi yang relevan. Siswa dapat diarahkan untuk membentuk kelompok dan berdiskusi dengan kelompoknya dalam menemukan suatu informasi atau kompetensi Persamaan Garis Lurus menurut pikiran dan hasil diskusi kelompok mereka. Sehingga siswa dapat menemukan suatu ilmu atau pengetahuan dengan lebih bermakna.

(3)

Penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran Matematika masih banyak digunakan oleh guru. Dalam metode ini siswa cenderung pasif karena dalam mempelajari ilmu sebagian besar diperoleh dari guru, siswa tidak diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri siswa hanyalah sebagai pendengar saja. Disinilah menyebabkan siswa cenderung pasif, dan tidak dapat memahami kompetensi pelajaran Matematika dengan baik, sehingga hasil belajar Matematika pun rendah (tidak memenuhi KKM) yang telah ditetapkan 75, dan baru 10 siswa dari siswa sejumlah 32 atau baru 31,25% yang tuntas belajar. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah metode penugasan pembelajaran dalam jaringan metode ini merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada proses belajar dalam kelompok, bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Dalam metode pembelajaran ini guru akan membantu siswa menemukan dan saling berinteraksi antara satu sama lain. Dengan model pembelajaran ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa dan pada akhirnya siswa dapat menemukan banyak hal yang menarik dalam pembelajaran Matematika .

Metode penugasan pembelajaran dalam jaringan merupakan salah satu strategi pembelajaran motivasional yang diyakini mampu meningkatkan motivasi maupun prestasi siswa dalam belajar. Metode ini dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran, seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun rendahnya hasil belajar siswa.

Penerapan metode pembelajaran dari guru di sekolah memegang peranan penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII SMP 7 Semarang.

Gambaran selintas, guru SMP Negeri 7 Semarang dalam praktiknya mereka hampir seluruhnya menerapkan prinsip-prinsip pengajaran dengan menerapkan prinsip ceramah. Sehingga masih memerlukan pembenahan. Upaya pembenahan tersebut akan sangat bermanfaat bagi siswa, guru, bahkan pihak sekolah.

(4)

Pembanahan yang harus dilakukan tidak saja berkaitan dengan media pembelajaran namun juga pada aspek media pembelajarannya yang digunakan.

Diskusi adalah aktivitas dari sekelomok siswa, berbicara saling bertukar informasi maupun pendapat tentang sebuah topik atau masalah, dimana setiap anak ingin mencari jawaban/ penyelesaian problim dari dari segala segi dan kemungkinan yang ada (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1999). Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa-siswa dihadapkan pada suatu masalah, yang bisa suatu pertanyaa Saiful Bahrin untuk dibahas dan dipecahkan bersama. (Djaamarah, Saiful Bahri: 2002) sedangkan menurut Suryo Subroto (1997:179) mengemukakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pengajaran dengan guru memberikan kesempatan kepada siswa atau kelompok kelompok untuk mengadakan perbincangan mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan dalam pemecahan suatu masalah.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas, dapat disimpulkan metode diskusi merupakan suatu metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan kepada murid dan para murid diberi kesempatan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah itu dengan teman-temannya. Disini siswa dapat mengemukakan pendapat, menyangkal pendapat orang lain, mengajukan usul, dan saran dalam rangka pemecahan masalah yang ditinjau dari beberapa segi.

Termasuk antara guru dan siswa. Untuk terciptanya pelaksanaan yang multi arah dalam pengajaran Matematika di SMP interaksi dijembatani oleh media pembelajaran. Dengan demikian komunikasi akan berjalan lebih efektif dan efisien.

Dalam realitas proses pembelajaran, guru merupakan faktor penentu, karena merekalah yang mampu mengerahkan dan mendayagunakan faktor- faktor lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif dan berkualitas. Dengan melihat gejala dan berbagai pemikiran diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kompetensi Persamaan Garis Lurus dengan Metode Penugasan pembelajaran Dalam Jaringan Pada Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 7 Semarang Tahun 2021/2022 ”

(5)

Berdasarkan latar belakang seperti telah diuraikan di depan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah Metode Penugasan pembelajaran dalam jaringan Dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Kompetensi Persamaan Garis Lurus Bagi Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 7 Semarang Tahun Pelajaran 2021/2022 ?”.

Adapun tujuan dari penelitian ini dalah untuk mengetahui Peningkatan hasil belajar Matematika kompetensi Persamaan Garis Lurus melalui metode penugasan pembelajaran dalam jaringan Bagi siswa kelas VIII Semester II SMP Negeri 7 Semarang Tahun Pelajaran 2021/2022.

Dengan diketahui hasil proses pembelajaran, penelitian ini dilaksanakan maka diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat: (1) Penelitian ini akan memberikan bantuan pada siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih mudah, menyenangkan, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa; (3) Menjadi bahan dan acuan dan menambah pengetahuan tentang pembelajaran penugasan pembelajaran dalam jaringan yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif proses pembelajaran di dalam kelas;

(3) Penelitian ini memberikan sumbangan yang bermanfaat untuk perbaikan proses pembelajaran dan motivasi guru-guru di sekolahnya, agar mau dan mampu melaksanakan pembelajaran yang menarik dan menantang, terutama pada pembelajaran Matematika agar dapat memperoleh hasil maksimal.

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru KBI (2001:70). Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001:43) bahwa “Prestasi belajar adalah penialian hasil usaha kegiatan belajar mengajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol, agka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Maslow (dalam Nana Sudjana, 2007:22) bahwa : “Prestasi belajar suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang rentang kehidupan manusia

(6)

selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu pula manusia yang berada di bangku sekolah.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar adala hasil yang telah dicapai siswa dengan bekerja keras, ulet, tekun, sehingga memberikan kepuasan dan pemenuhan ingin tahu siswa. Berdasarkan pendapat tersebut jelaslah bahwa prestasi belajar merupakan hasil siswa setelah melakukan suatu proses pembelajaran. Sedangkan prestasi belajar Matematika adalah hasil belajar siswa setelah melakukan suatu proses belajar Matematika.

Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor termaksud akan selalu ada sepanjang proses belajar mengajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut: Ngalim Purwanto (2002: 107) sebagai berikut: “a. Faktor dari luar, meliputi: lingkungan dan instrumental: b. Faktor dari dalam , meliputi: fisiologis, psikologis.

Pengertian Matematika

Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari SMP sampai perguruan tinggi hakikat dari matematika sendiri suatu objek mata pelajaran yang bersifat abstrak. Russeffendi dalam Suwangsih dan Tiurlina (2006:

3), matematika adalah ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (benalar).

Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiranpikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. digilib.unila.ac.id/11111/119/BAB%20II.pdf.

Sedangkan Murniati (2007: 46), matematika adalah pola pikir; pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan bunyi, lebih berupa bahasa simbol mengenai arti daripada bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teoriteori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefenisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya;

matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan pola atau ide, dan matematika itu

(7)

adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan.

digilib.unila.ac.id/11111/119/BAB%20II.pdf.

Matematika berasal dari bahasa Latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani “Mathematika” yang berarti mempelajari. 9 Sumantri dalam Adjie (2006: 34), matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistik. Wale (2006: 13), matematika sebagai ilmu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang pada hakikatnya bersifat abstrak. Matematika juga merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki pola keteraturan yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.

digilib.unila.ac.id/11111/119/BAB%20II.pdf.

Hasil Belajar Persamaan Garis Lurus

Persamaan Garis Lurus dalam https://www.studiobelajar.com/persamaan- garis-lurus-gradien. Persamaan garis lurus merupakan suatu pemetaan persamaan matematika dalam bidang koordinat cartesius yang membentuk grafik garis lurus. Ada dua variabel dalam suatu persamaan garis lurus dan keduanya memiliki orde 1. Bentuk penulisan persamaannya: ax + by = c. Dengan x dan y disebut sebagai variabel atau peubah, a dan b adalah koefisien dari kedua variabel serta c adalah konstanta. Variabel x dan y harus berpangkat/berorde 1.

Grafik Persamaan Garis Lurus. Persamaan garis lurus dapat digambarkan dalam koordinat cartesius untuk mendapatkan grafik yang berbentuk garis lurus.

Berikut ini langkah-langkah untuk menggambar grafik garis tersebut:

1. Menentukan dua titik yang dilalui oleh garis dalam persamaan tersebut.

2. Kedua titik di plot atau ditempatkan pada koordinat cartesius.

3. Menghubungkan kedua titik yang telah diplot tersebut untuk menjadi sebuah garis.

Penyelesaian Persamaan garis Lurus

Dua persamaan garis lurus dapat disajikan bersamaan disebut sebagai sistem persamaan linear dua variabel dan memiliki bentuk:

{

ax + by = c dx + ey = f

(8)

Dengan x dan y disebut sebagai variabel atau peubah. Huruf a, b, d dan e adalah koefisien dari masing-masing variabel serta c dan f adalah konstanta.

Ada dua cara dalam penyelesaian sistem persamaan dua variabel yaitu metode substitusi dan metode eliminasi. Berikut penjelasannya: 1) Metode Substitusi. Dalam metode substitusi, salah satu variabel dipisahkan dari suatu persamaan. Persamaan dalam bentuk ax + by = c dirubah sehingga memiliki bentuk eksplisit : x = 𝑏

𝑎y + c atau y =𝑎

𝑏x + c. Kemudian persamaan baru tersebut disubstitusikan ke persamaan kedua misalkan dx +ey= f menjadi: d (-𝑏

𝑎y + c) ey=

f atau dx + e -(𝑎

𝑏x+c)=f .Persamaan hasil substitusi memiliki 1 variabel sehingga bisa diselesaikan.

Dalam metode eliminasi, salah satu variabel dieliminasi atau dihilangkan dengan cara pengurangkan kedua persamaan yang ada. Agar variabel bisa dihilangkan saat kedua persamaan dikurangkan, maka koefisien kedua variabel tersebut disamamakan terlebih dahulu. Penyamaan koefisien ini dengan cara mengkali atau membagi suatu persamaan dengan suatu bilangan. Sehingga: ax + by = c Xp

dx +cy = f Xl

Dengan: a X p = d, dan persamaan menjadi (ap) x + (bp)y = cp, dx + ey =f. Dapat dieliminasidengan mengurangi persamaan pertamadengan kedua:

Diperoleh hasil penyelesaiannya:

Nilai variabel y yang telah diketahui dapat disubstitusi kedalam salah satu persamaan untuk mendapat nilai variabel x. Secara umum ada tiga kasus yang mungkin muncul dalam penyelesaian suatu sistem persamaan ini, yaitu:

(9)

Dari gambar disimpulkan:

Kasus 1, kedua persamaan memiliki satu penyelesaian.

Kasus 2, kedua persamaan tidak memiliki penyelesaian.

Kasus 3, kedua persamaan memiliki penyelesaian tak berhingga.

Gradien Persamaan Garis Lurus

Gradien menunjukan kemiringan dari suatu persamaan terhadap garis x. Gradien dinotasikan dengan huruf m. Berdasarkan gambar berikut:

Kemiringan/gradien adalah perbandingan antara jarak garis yang diproyeksikan kesumbu y terhadap proyeksi garis terhadap sumbu x. sehingga:

Gradien = m = tan⁡ α. Untuk beberapa bentuk persamaan, gradien diperoleh dengan:

(10)

Dalam hubungannya suatu persamaan garis lurus dengan garis lainnya, gradien memiliki persamaan sebagai berikut:

Membentuk Persamaan Garis Lurus

1. Jika diketahui gradien dan satu titik yang dilalui. Persamaan garis lurus dapat dibuat dengan mengetahui nilai gradien dan salah satu titik yang dilewati (𝑥1− 𝑦1) Dalam rumus:

(11)

Dengan kondisi ini, nilai (𝑥1− 𝑦1) dan m telah diketahui.

Nilai 𝑥2 dan 𝑦2 dijadikan variabel x dan y, sehingga rumus gradien nya bisa dimodifikasi menjadi:

Atau:

2. Jika diketahui dua titik yang dilalui

Jika yang diketahui adalah kedua titik x1 – 𝑦1 dan x2 – y2 yang dilewati garis dan gradien tidak diketahui rumusnya diperoleh dari modifikasi rumus sebelumnya yaitu: m(x-x1) = y-y1 menjadi

Atau:

.

Hakekat Metode Pembelajaran

Menurut Nana Sudjana(2005:75) Metode pembelajaran adalah “cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Metode mengajar dapat diartikan sebagai satu cara atau tehnik yang digunakan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung (Toto Ruhimat, 1997, 3). Lebih lajut dijelaskan bahwa metode Pembelajaran merupakan komponen dalam proses pembelajaran yang tidak dapat berdiri sendiri karena selalu terkait dengan komponen tujuan pembelajaran, komponen meteri pelajaran dan komponen evaluasi.

(12)

Menurut M. Sobri Sutikno (2009:88) menyatakan”Metode pembelajaran adalah cara menyajikan kompetensi pelajaran yang dilakukan oleh guru/ pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

Metode tanya jawab adalah metode interaksi edukatif, suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksud untuk meninjau pelajaran yang lalu agar para murid memusatkan perhatiannya tentang kemajuan yang telah dicapanya sehingga dapat melanjutkan pada pelajaran berikutnta. Metode ini dapat digunakan untuk apersepsi, selingan, dan evaluasi (zuharirini:1993) unduh onlaine zinbiru: para ahli blogspot.com tgl. 13 -1- 2017 jam 04.00.

Kerangka berpikir merupakan arahan penalaran untuk sampai pada hipotesis.

Adapun kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut: Metode Penugasan pembelajaran dalam jaringan merupakan seperangkat pendukung mata pelajran Matematika yang merupakan pengaruh factor dari luar diri siswa.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: “Metode penugasan pembelajaran dalam jaringan dapat Meningkatkan Hasil Belajar Pada Siswa kelas VIII Semester II SMP Negeri 7 Semarang Tahun 2021/2022 ”

Metode Pemberian Tugas

Metode Pemberian Tugas dalam https://www.sekolahdasar.net/2019/05/

pembela jaran-dengan-metode-pemberian-tugas.html. Metode pemberian tugas didefinisikan oleh beberapa ahli yaitu Muthoharoh (2010) ”pemberian tugas atau resitasi berasal dari bahasa Inggris to cite yang artinya mengutip (re=kembali), yaitu siswa mengutip atau mengambil sendiri bagian-bagian pelajaran itu dari buku-buku tertentu, lalu belajar sendiri dan berlatih hingga sampai siap sebagaimana mestinya”. Dengan kata lain metode resitasi yaitu guru menyajikan bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas kepada siswa, untuk dikerjakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan kesadaran.

(13)

Amriawan (2008) ”metode resitasi adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar”. Metode ini tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas.

Masalah tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, halaman sekolah, laboratorium, perpustakaan, di rumah ataupun di mana saja.

Sejalan dengan pengertian metode pemberian tugas di atas, Wijaya Kusumah juga mengemukakan bahwa ”dalam metode pemberian tugas biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas”. Seperti halnya yang dikemukakan Roestiyah (dalam Wijaya Kusumah) ”Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan di kelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca dan juga menambah tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya”. Selain itu Roestiyah (dalam Wijaya Kusumah) mengatakan ”teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa metode pemberian tugas atau resitasi adalah metode pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dengan cara memberikan tugas kepada siswa agar siswa melakukan kegiatan belajar dan menggali pengetahuan melalui tugas yang telah diberikan. Tugas yang diberikan bukan hanya berupa tugas rumah, akan tetapi bisa juga berupa tugas yang dikerjakan di sekolah. Tempat pelaksanaan tugas juga tidak harus di ruang kelas, akan tetapi dapat dikerjakan di tempat-tempat lain seperti perpustakaan, laboratorium, halaman sekolah dan lain-lain yang dapat mendukung penyelesaian tugas tersebut.

Keunggulan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas: Metode pemberian tugas memiliki keunggulan dan kelemahan.

 Adapun keunggulan metode pemberian tugas menurut Wijaya Kusumah adalah:Memupuk rasa percaya diri sendiri

(14)

 Membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.

 Mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan.

 Membina tanggung jawab dan disiplin siswa.

 Mengembangkan kreativitas siswa.

 Mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan siswa.

Sedangkan kelemahan metode pemberian tugas Menurut Wijaya Kusumah kelemahan metode pemberian tugas adalah:

• Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.

• Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan bagi siswa.

• Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit.

• Pemberian tugas yang monoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.

• Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

• Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

Tahap dan Langkah-Langkah Metode Pemberian Tugas. Metode pemberian tugas dalam pelaksanaannya memiliki tahap-tahap yang harus dilaksanakan agar pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang baik. Muthoharoh (2010) mengemukakan langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penerapan metode pemberian tugas adalah:

1. Merumuskan tujuan secara operasinal/spesifik mengenai target yang akan dicapai,

2. Memperkirakan apakah tujuan yang telah dirumuskan itu dapat dicapai dalam batas-batas waktu, tenaga serta sarana yang tersedia,

3. Dapat mendorong siswa secara aktif dan kreatif untuk mempelajari dan mempraktekan pelajaran yang telah diberikan, agar siswa mempunyai pengetahuan yang integral/terpadu.

Sedangkan menurut Chanan (2010) langkah-langkah penerapan metode pemberian tugas adalah: (1) guru menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari pemberian tugas tersebut; (2) guru memberikan tugas kepada siswa; (3) siswa

(15)

mempelajari dan melaksanakan tugas; (4) siswa mempertanggungjawabkan atau melaporkan hasil pekerjaannya; dan (5) guru bersama siswa menilai hasil yang telah dicapai.

Metode pemberian tugas yang dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah yang telah dipaparkan di atas siswa akan mencapai hasil yang optimal.

Keberhasilan pelaksanaan metode pemberian tugas juga akan membawa dampak yang baik bagi hasil belajar siswa. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pemberian tugas harus dirancang dan dilaksanakan sebaik mungkin.

METODOLOGI PENELITIAN

Pada salah satu komponen penelitian kualitatif naturalistik yang memegang peranan penting dan memerlukan persiapan dari para peneliti adalah memilih setting. Setting menurut Webster (1983) dalam Sukardi (2006:17) adalah lingkungan, tempat kejadian, atau bingkai. Dalam hal ini setting penelitian dapat diartikan sebagai tempat kejadian atau lingkungan dimana sesuatu kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan penelitian. Para peneliti kualitatif seperti Moleong (1988) dan Nasution (1990) dalam Sukardi (2006:17) menyatakan bahwa memilih setting penelitian adalah penting sebagai langkah awal melakukan persiapan penelitian, khususnya ketika para peneliti hendak masuk kelas dimana subyek atau obyek yang hendak diteliti tinggal. Subyek penelitian adalah Kelas VIII SMP Negeri 7 Semarang. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada semester I Tahun Ajaran 2021/2022 . Penelitian ini dilaksanakan dua siklus yaitu siklus I dan II. Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan, maka langkah yang dilakukan adalah mempersiapkan penyusunan persiapan survey awal dan proposal, instrumen penelitian pada bulan Juli 2021.

Sumber data penelitian tindakan kelas ini subjek penelitian adalah siswa Kelas VIII semester II SMP Negeri 7 Semarang dengan jumlah siswa 22 Terdiri 16 laki laki dan 16 perempuan.

Observasi ini dilakukan untuk mengamati secara langsung proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan tindakan pembelajaran beserta peristiwa-peristiwa yang melingkuppinya. Langkah-langkah

(16)

observasi meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan observasi kelas, dan (3) pembahasan balikan.

Pada tahap perencanaan, diperhatikan mengenai urutan kegiatan observasi dan penyamaan persepsi antara pengamat dan yang diamati mengenai pembelajaran kompetensi persamaan garis lurus, atau kerangka piker interprestasi, disamping tekinik observasi yang akan dilakukan. Pada tahap pelaksanaan observasi kelas, peneliti mengamati proses pembelajaran dan mengumpulkan data mengenai segala sesuatu yang terjadi pada proses pembelajaran, baik yang terjadi pada guru, siswa maupun situasi kelas. Pada tahap diskusi balikan, membahas hasil pengamata observasi dalam situasi yang saling mendukung (mutually supportive).

Dalam penelitian ini, metode peberian tugas digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan awal Matematika siswa yang diambil dari nilai ulangan Kelas VIII Semester I SMP Negeri 7 Semarang.

Prestasi belajar Matematika siswa diukur melalui tes. Setelah dilaksanakan tindakan, siswa dites dengan menggunakan soal uraian yang menitik beratkan pada segi penerapan pada akhir pembelajaran setiap siklus. Hasil setiap siklus dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat kembali (merujuk silang) pada indikator keberhasilan yang telah ditentukan.

Informasi yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti dan akan dijadikan data dalam penelitian ini perlu diperiksa validitasnya sehingga data validitas tersebut dapat dieprtanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Adapun teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas dalam penelitian ini adalah triangulasi.

Moeleong (2004: 330) mengemukakan bahwa “Tringulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekkan atau sebagai pebandng terhadap data itu.” Teknik tringulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tringulasi data dan tringulasi metode. Tringulasi data (sumber) dilakukan dengan mengumpulkan data tentang permasalahan dalam penelitian dari beberapa sumber data yang berbeda.

Sedang tringulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama dengan

(17)

metode yang berbeda, seperti disimkronkan dengan hasil observasi atau dokumen yang ada.

Untuk menjaga validitas, secara kolaboratif data dalam penelitian ini akan didiskusikan /dikonsultasikan dengan teman sejawat, serta diupayakan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) observer akan mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi dikelas; 2) tujuan, batas waktu dan rambu-rambu observasi jelas; 3) hasil observasi dicatat lengkap dan hati-hati; dan 4) observasi harus dilakukan secara obyektif.

Data berupa hasil tes diklasifikasikan sebagai data kuantitatif. Data tersebut dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan nilai tes antarsirklus. Yang dianalisis adalah nilai tes sebelum menggunakan metode Penugasan pembelajaran dalam jaringan, dan nilai tes setelah menggunakan metode Penugasan pembelajaran dalam jaringan, sebanyak dua siklus. Kemudian, data yang berupa nilai tes antarsiklus tersebut dibandingkan hingga hasilnya dapat mencapai batas ketercapaian atau indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.

Suharsimi Arikunto (2003: 83) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu: (1) Perencanaan atau planning: (2) Pelaksanaan atau acting; (3) Pengamatan atau observing;dan (4) Refleksi atau reflecting.

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang komponen sebagai langkah dalam siklus, sehingga mereka menyatukan dua komponen yang kedua dan ketiga, yaitu tindakan dan pengamatan sebagai suatu kesatuan. Hasil dari pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi kemudian disusun sbuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seharusnya.

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus dilaksanakam sesuai dengan perubahan yang ngin dicapai, seperti yang telah didesain dalam variabel yang diteliti. Hasil observasi tersebut sebagai dasar untuk

(18)

menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar Matematika.

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat tercapai sesuai dengan harapan bila dalam penelitian ini terjadi : (1) Peningkatan Keterampilan siswa dalam penguasaan kompetensi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII SMP Negeri 7 Semarang; (2) Prestasi belajar Matematika siswa Kelas VIII meningkat sehingga hasil rata-rata kelas mencapai 70 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai minimal 80%; (3) Penguasaan strategi pembelajaran metode penugasan pembelajaran dalam jaringan merupakan strategi yang efektif untuk mengajarkan kompetensi Persamaan Garis Lurus hal ini ditandai dengan peningkatan hasil nilai yang didapatkan pada masing-masing siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Awal

Peneliti dan teman sejawat setelah diskusi tentang ketuntasan belajar pada kondisi awal atau prasiklus jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 10 siswa dengan prosentase 31,25%, sedangkan 22 siswa belum tuntas dengan prosentase 68,75%, kondisi ini belum memeuhi indikator penelitian yang telah ditetapkan.

Siklus I

Hasil observasi sudah didapat pada pelaksanaan siklus pertama, berupa tindakan, proses pembelajaran, dan tindakan: (1) Pada Siklus I Guru tidak menggunakan metode penugasan pembelajaran dalam jaringan yang dapat mendukung meningkatkan penguasaan siswa melalui melihat obyek secara nyata atau (konstektual). Guru tidak memberikan motovasi kepada siswa sehingga siswa tidak tertarik dengan proses pembelajaran yang berlangsung dampaknya siswa menjadi pasif sehingga tidak berjalannya pembelajaran PAIKEM. Sedangkan pada siklus 1 perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan Metode penugasan pembelajaran dalam jaringan sebagai metode untuk menyajikan pembelajaran matematika pada kompetensi dasar ”Persamaan Garis Lurus ” siswa yang pasif berkurang; (2) Pada Pra Siklus Pada pembelajaran berlangsung guru tidak melakukan apersepsi, menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan

(19)

pembelajaran, tidak memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, tidak ada siswa yang bertanya kepada guru, tidak ada intraksi guru dengan siswa, tidak ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, tidak menggunakan metode penugasan pembelajaran dalam jaringan.

Pada Siklus 1 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, dan menggunakan metode penugasan pembelajaran dalam jaringan; (3) Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Pra siklus jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 10 siswa dengan prosentase 31,25%, sedangkan 22 siswa belum tuntas dengan prosentase 68,75%. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 20 siswa dengan prosentase 62,50%, sedangkan 12 siswa belum tuntas dengan prosentase 37,50%. Dari refleksi diatas bahwa pelaksanaan penilitia tindakan kelas masih mengalami hambatan-hambatan, terutama pada pelaksanaan pemberian tugas di indikasikan tidak dikerjakan sendiri karena pembelajaran dilaksanakan dalam jaringan. Ketutasan belajar mencapai 62,50% dan belum memenuhi indikator maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Siklus II

Pada Siklus 1 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, tidak ada umpan balik, tidak, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, tidak ada reward, dan menggunakan metode penugasan pembelajaran dalam jaringan. Pada Siklus 2 peneliti melakukan apersepsi, peneliti telah menggunakan metode yang bervariatif dalam menyampaikan pembelajaran, peneliti telah memberikan motivasi kepada peserta didik, ada umpan balik, ada tutor sebaya, ada siswa yang bertanya kepada guru, ada intraksi guru dengan siswa, ada intraksi siswa dengan siswa, ada reward, dan menggunakan metode penugasan pembelajaran dalam jaringan dengan power point.

(20)

Dengan dasar Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 20 siswa dengan prosentase 62,50%, sedangkan 12 siswa belum tuntas dengan prosentase 37,50%. Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II jumlah anak yang telah tuntas belajar sebanyak 27 siswa dengan prosentase 84,37%, sedangkan 5 siswa belum tuntas dengan prosentase 15,63%,. Pada siklus II ini ketuntas belajar 84,37 ≥ 80 % secara klasikal maka tindakan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Pembahasan dan Hasil Penelitian.

Aspek yang diamati pada Pra Siklus tidak ada indikator yang muncul, pada siklus dua indikator yang muncul adalah; apersepsi, penyampaian perbaikan pembelajaran menggunakan metode yang bervariatif, pemberian motivasi terhadap siswa, siswa yang bertanya kepada guru, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan penggunaan metode penugasan pembelajaran dalam jaringan. Sedangkan pada perbaikan pembelajar siklus II semua indikator aspek pengamatan muncul. Dengan kata lain pada Pra Siklus aspek yang muncul 0, pada siklus I aspek yang muncul 6, sedangkan pada siklus II aspek yang muncul ada 10. Dari Pra Siklus ke siklus I meningkat 6 aspek pengamatan, sedangkan dari kondisi siklus I ke siklus II meningkat 4 aspek pengamatan.

Data pada Pra Siklus bila dibandingkan dengan siklus I, bahwa hasil belajar yang menunjukkan ketuntasan belajar pada Pra Siklus 10 siswa atau 31,25%, sedangkan pada siklus I ketutuntasan siswa dalam belajar sebanyak 20 siswa atau 62,50%, dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar meningkat 10 siswa atau sebesar 31,25%. Bila data siklus I dibandingkan dengan siklus II diperoleh perbandingan ketuntatasn belajar pada siklus I sebanyak 20 atau 62,50% siswa, sedangkan pada siklus II sebanyak 11 siswa atau 84,37%. Jadi ketuntasan belajar meningkat siswa atau 21,87%.

Simpulan

Dari hipotesa melalui penggunaan media Metode penugasan pembelajaran dalam jaringan dapat meningkatkan hasil belajar tentang Persamaan Garis Lurus bagi siswa kelas VIII SMP 7 Semarang Semester I Tahun Pelajaran 2021/2022 terbukti berhasil dengan rincian sebagai berikut pada Pra Siklus ketuntasan belajar pada Pra Siklus 10 siswa atau 31,25%, sedangkan pada siklus I

(21)

ketutuntasan siswa dalam belajar sebanyak 20 siswa atau 62,50%, dapat dikatakan bahwa ketuntasan belajar meningkat 10 siswa atau sebesar 31,25%. Bila data siklus I dibandingkan dengan siklus II diperoleh perbandingan ketuntatasn belajar pada siklus I sebanyak 20 atau 62,50% siswa, sedangkan pada siklus II sebanyak 11 siswa atau 84,37%. Jadi ketuntasan belajar meningkat siswa atau 21,87%.

Selain itu hail belajar yang meningkat, proses belajar-mengajar juga berjalan dengan semakin baik dari pra siklus ke siklus I dan akhirnya ke siklus II.

Hal ini ditandai dengan aktivitas belajar siswa yang semakin menunjukkan indikator positif dari siklus yang satu ke siklus yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

A. Suryo subroto, 1997. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2001 Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) 2003. Jakarta: Sinar Grafika

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kuri Kulum Pedoman Penilaian. Jakarta:

Depdiknas

...2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Darsono, 2002. Teori pembelajaran. Jakarta: Erlangga digilib.unila.ac.id /11111/119/BAB%20II.pdf di akses 10 Januari 2019, jam 20.00 WIB

Djamarah, syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.: PT Rineka Cipta Djojonegoro, Wardiman. 1994. KreatVIIIitas, Kebudayaan, dan Perkembangan

Iptek. Bandung : Alfabeta

http://foldyku.blogspot.com/2005_10_10_archVIIIe.html. unduh 13-1-2019 Moleong, 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nana Sujana, 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(22)

Prasasti, 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Dengan Metode Penugasan pembelajaran dalam jaringan siswa kelas V. Menjing :Perpustakaan SD

Sumarto http://digilib.uinsby.ac.id /485/5/Bab%202.pdf di akses 11 Juli 2021, jam 20.00 WIB

Oemar Hamalik. 2000. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Aglesindo

Winkel, WS.2001. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

---https://www.sekolahdasar.net/2019/05/ pembela jaran-dengan-metode- pemberian-tugas.html.

---https://www.studiobelajar.com/persamaan-garis-lurus-gradien.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh adverse selection, negative framing dan interaksi antara adverse selection dan negative framing terhadap keputusan

Permasalahan desain yang muncul adalah tidak adanya ruang pada motor untuk menyimpan barang bawaan saat touring dan juga tempat barang tambahan yang sudah ada kebanyakan

Penelitian ini mengembangkan dari aplikasi sistem pakar yang telah ada sebelumnya pada penerapan ilmu psikolog klinis dengan diimplementasikan sebagai aplikasi

[r]

(3) konflik sosial novel Belantik karya Ahmad Tohari ditinjau dengan sosiologi sastra ditemukan beberapa konflik sosial yaitu konflik pribadi, konflik rasial,

Hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan penanaman nilai disiplin di SMP Negeri 3 Blitar dilaksanakan melalui berbagai bentuk,

Hasil Pengujian Hipotesis 7 Hasil pengujian hipotesis ketujuh yang menujukkan hubungan variabel umur perusahaan terhadap profitabilitas, dimana pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa

Analisis Bauran Pemasaran Internasional Dunkin’ Donuts Indonesia, India, dan Uni.. Emirat