vii
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
Notification Letter of Tax Object (SPOP) used by the tax subject to registering tax objects such as land and / or buildings. Notification Letter of Tax Object (SPOP) must be filled with true, complete and clear (in accordance with the applicable tax regulations). Notification Letter of Tax Object (SPOP) is used as the basis for determining the amount of land and building tax payable. Notification Letter of Tax Object (SPOP) which has been filled by the subject of the tax is returned to the Directorate General of Taxation to set the amount of tax payable, therefore it is very important to fill the Notification Letter of Tax Object (SPOP) with true, clear, and complete to avoid errors in the determination of tax payable. Research with the title "The Effect Notification Letter of Tax Object (SPOP) to the Determination of Land and Building Tax Payable", the data collection methods used were observation and interviews with relevant parties. From the results of research conducted, there is the influence of Notification Letter of Tax Object (SPOP) to the determination of land and building tax payable. The calculation explained that the effect Notification Letter of Tax Object Letter (SPOP) is greatly to the establishment of property tax payable.
viii
Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) digunakan oleh subjek pajak untuk mendaftarkan objek pajak berupa tanah dan/atau bangunan. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus diisi dengan benar, lengkap dan jelas (sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku). Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) digunakan sebagai dasar penetapan besarnya pajak bumi dan bangunan terutang. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang telah diisi oleh subjek pajak dikembalikan kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk ditetapkan besarnya jumlah pajak terutang, oleh karena itu sangat penting untuk mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara benar, jelas, dan lengkap agar tidak terjadi kesalahan dalam penetapan pajak terutang. Penelitian dengan judul “Pengaruh Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan Terutang”, menggunakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan wawancara dengan pihak yang terkait. Dari hasil penelitian yang dilakukan, terdapat pengaruh Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap penetapan Pajak Bumi dan Bangunan terutang. Dari perhitungan diperoleh bahwa pengaruh Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sangat besar terhadap penetapan Pajak Bumi dan Bangunan terutang.
ix
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRACT ... vii
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 8
1.3 Tujuan Masalah ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS ... 10
2.1 Definisi Pajak ... 10
2.2 Fungsi Pajak ... 12
2.3 Syarat Pemungutan Pajak ... 12
2.4 Teori-teori yang Mendukung Pemungutan Pajak ... 14
x
Universitas Kristen Maranatha
2.6 Sistem Pemungutan Pajak ... 16
2.7 Timbulnya Utang Pajak ... 18
2.8 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ... 19
2.9 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan ... 20
2.10 Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 21
2.11 Objek Pajak yang tidak Dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan ... 21
2.12 Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) ... 22
2.13 Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) ... 24
2.14 Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ... 26
2.15 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ... 26
2.16 Nilai Jual Objek Pajak tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ... 28
2.17 Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) ... 29
2.18 Perhitungan Pajak yang Terutang ... 30
2.19 Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan menjadi Pajak Daerah ... 31
2.19.1 Keuntungan yang Diperoleh Pajak Daerah ... 32
2.19.2 Acuan/Pedoman Kabupaten/Kota (Pemerintah Daerah)... 33
2.19.3 Tugas dan Tanggung Jawab Kabupaten/Kota ... 33
2.19.4 Hal-hal yang Dapat Diadopsi oleh Kabupaten/Kota ... 34
2.19.5 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Kabupaten/Kota ... 34
2.19.6 Tujuan Pengalihan Pajak Bumi dan Bangunan menjadi Pajak Daerah ... 34
2.19.7 Peluang yang Diperoleh Kabupaten/Kota ... 35
xi
Universitas Kristen Maranatha
2.19.9 Tolak Ukur Keberhasilan Pengalihan Pajak Bumi dan
Bangunan menjadi Pajak Daerah ... 36
2.20 Saat dan Tempat yang Menentukan Pajak Terutang ... 36
2.21 Tempat Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan ... 37
2.22 Surat Ketetapan Pajak (SKP) ... 38
2.23 Pengembangan Hipotesis ... 40
2.24 Kerangka Pemikiran ... 42
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 43
3.1 Objek Penelitian ... 43
3.2 Sejarah Singkat Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 44
3.2.1 Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung ... 46
3.2.2 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi ... 48
3.2.3 Tujuan dan Sasaran ... 49
3.2.4 Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran ... 50
3.2.5 Visi dan Misi ... 53
3.9 Definisi Operasional Variabel ... 58
3.10 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 60
xii
Universitas Kristen Maranatha
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 62
4.1 Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 62
4.2 Data Luas Bumi dan Bangunan sebagai Dasar Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan Terutang ... 65
4.3 Analisis Pengujian Hipotesis ... 69
4.4 Faktor-faktor Hipotesis Diterima ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
xiii
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 KerangkaPemikiran ... 42 Gambar 2 Struktur Organisasi Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung
(Perda Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan
xiv
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Data Luas Bumi dan Bangunan sebagai Dasar Perhitungan Pajak
Bumi dan Bangunan Terutang ... 65 Tabel 2 Pengujian Hipotesis Variabel Surat Pemberitahuan Objek Pajak
Bab I Pendahuluan
1
Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di Benua Asia, oleh
karena itu Indonesia melakukan berbagai pembangunan nasional pada semua aspek
kehidupan (ekonomi, politik, sosial dan budaya) yang bertujuan agar semuanya
berjalan dengan seimbang, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pembangunan
yang dimaksud adalah kegiatan yang berguna untuk mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran yang akan meningkatkan taraf kehidupan lahir maupun batin rakyatnya
secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan
yang tepat sehingga dapat berguna secara efektif dan efisien.
Pembangunan nasional yang dilakukan oleh Indonesia tidak terlepas dari
sumber pendanaan. Untuk melakukan pembangunan, Indonesia membutuhkan dana
yang diperoleh melalui penghasilan negara. Sampai saat ini penerimaan negara
paling besar diperoleh dari penerimaan pajak. Menurut Media Keuangan Daerah
2013 edisi VIII, 65 dan Sugiharti, 2013(diolah kembali), sebesar 78,08% penghasilan
negara Indonesia diperoleh dari penerimaan pajak dan sisanya sebesar 21,92%
diperoleh dari penghasilan lain-lain. Menurut Undang-Undang Ketentan Umum dan
tata cara Perpajakan Pasal 1 ayat (1), pajak merupakan kontribusi wajib kepada
Bab I Pendahuluan 2
Universitas Kristen Maranatha
berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak
merupakan sumber pendapatan negara yang potensial guna membantu Indonesia
menciptakan pembangunan nasional demi meningkatkan taraf hidup yang adil dan
makmur seiring berkembangnya tingkat perekonomian.
Salah satu pajak yang memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan
negara adalah Pajak Bumi dan Bangungan (PBB). Setiap wajib pajak, baik orang
pribadi maupun badan memiliki kewajiban untuk membayar pajak atas tanah dan
bangunan sesuai dengan ketetapan sistem pemungutan pajak yang masih berlaku
sampai saat ini di Indonesia, yaitu Official assesment System. Official assesment
System merupakan sistem dimana pemerintah (fiskus) yang mempunyai wewenang
untuk menentukan besarnya pajak terutang. Dalam hal ini wajib pajak bersifat pasif.
Utang pajak timbul apabila Surat Ketetapan Pajak (SKP) telah dikeluarkan oleh
fiskus. Mengingat akan pentingnya peranan penerimaan pajak terhadap pendapatan
negara, dibutuhkan kesadaran wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak yang
terutang sesuai dengan periode yang telah ditetapkan oleh Undang-undang
Perpajakan. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membayar
pajak dibutuhkan motivasi, pendidikan, serta penyuluhan mengenai pentingnya
membayar pajak. Selain dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya membayar pajak, peran dari pelayanan aparat perpajakan juga memiliki
kontribusi yang sangat penting. Menurut Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul “Perpajakan” (2011 : 311) , Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) memiliki beberapa
Bab I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan.
2. Adanya kepastian hukum.
3. Mudah dimengerti dan adil.
4. Menghindari pajak berganda.
Menurut Pasal 6 UU No. 12 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan UU
No.12 Tahun 1994 tanggal 9 November 1994 KMK No.523/KMK.04/1998, yang
menjadi Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). Besarnya Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan setiap tiga tahun
oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai
dengan perkembangan daerahnya. Meskipun pada dasarnya penetapan nilai jual
objek pajak adalah 3 (tiga) tahun sekali, namun untuk daerah tertentu yang karena
perkembangan pembangunan mengakibatkan nilai jual objek pajak cukup besar,
maka penetapan nilai jual ditetapkan setahun sekali. Dalam menetapkan nilai jual,
Menteri Keuangan mendengar pertimbangan Gubernur serta memperhatikan asas self
assessment. Nilai jual sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok A dan kelompok B .
Objek pajak Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah bumi dan atau bangunan.
Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi
dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman, serta untuk
memudahkan perhitungan pajak yang terutang. Objek-objek pajak yang dikecualikan
Bab I Pendahuluan 4
Universitas Kristen Maranatha
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum dan tidak untuk
mencari keuntungan, antara lain : di bidang ibadah, kesehatan, pendidikan, sosial,
dan kebudayaan.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis dengan itu.
c. Merupakan hutang lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum dibebani
suatu hak.
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik.
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan
oleh Menteri Keuangan.
Objek Pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan pemerintahan,
penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Yang dimaksud dengan objek pajak adalah objek pajak yang dimiliki/digunakan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang sebagian besar
penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang antara lain dipergunakan untuk
penyediaan fasilitas yang juga dinikmati oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah. Sedangkan mengenai Bumi dan Bangunan milik perseorangan dan atau
bukan yang digunakan oleh negara, kewajiban perpajakannya tergantung pada perjanjian yang diadakan (Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul “Perpajakan”,
Bab I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha
Menurut Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul “Perpajakan” (2011: 316),
yang menjadi subjek Pajak Bumi dan Bangunan adalah orang atau badan yang secara
nyata mepunyai suatu hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat atas bumi , dan
atau memperoleh memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi Wajib
Pajak berdasarkan Undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan. Dalam hal atas suatu
objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya, Direktur Jendral Pajak dapat
menetapkan subjek pajak. Hal ini berarti memberikan kewaenangan kepada Dirjen
Pajak untuk menentukan subjek wajib pajak, apabila suatu objek pajak belum jelas
wajib pajaknya. Subjek pajak yang ditetapkan tersebut dapat memberikan keterangan
secara tertulis kepada Dirjen Pajak bahwa ia bukan wajib pajak terhadap objek pajak
yang dimaksud. Bila keterangan yang diajukan tersebut disetujui, maka Dirjen Pajak
membatalkan penetapan sebagai wajib pajak dalam jangka waktu satu bulan sejak
diterimanya surat keterangan. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka
Dirjen Pajak mengeluarkan surat keputusan penolakan dengan disertai
alasan-alasannya. Jika setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan
Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan maka keterangan yang diajukan itu
dianggap disetujui. Namun, jika Dirjen Pajak tidak memberikan keputusan dalam
waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya keterangan dari wajib pajak, maka
ketetapan sebagai wajib pajak gugur dengan sendirinya dan berhak mendapatkan
keputusan pencabutan penetapan sebagai wajib pajak.
Sebelum objek pajak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), terlebih
Bab I Pendahuluan 6
Universitas Kristen Maranatha
untuk menetapkan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terutang. Proses
pendataan ini dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP). Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus diisi secara lengkap, benar,
dan jelas. Pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara lengkap, benar,
dan jelas dimaksudkan agar tidak terjadinya salah tafsir pada data yang disampaikan
oleh wajib pajak sehingga tidak merugikan baik bagi wajib pajak sendiri maupun
bagi pihak-pihak perpajakan. Selain itu data yang diisi pada formulir Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) harus sesuai dengan apa yang ada, seperti
ukuran tanah dan/atau bangunan, harga perolehan tanah dan/atau bangunan, dan
seterusnya harus diisi dengan jelas dan benar. Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP) yang telah diisi harus disampaikan selambat-lambatnya 30 hari setelah
tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP).
Berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang diisi oleh subjek
pajak, Direktur Jenderal Pajak akan mengeluarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT). Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) merupakan surat
yang digunakan untuk memberitahukan besarnya pajak terutang. Setelah besarnya
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terutang ditetapkan dalam Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT), Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) ditandatangani
oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan kemudian Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) tersebut akan dikirimkan ke kantor kelurahan
masing-masing. Setelah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dikirimkan ke
kantor kelurahan, wajib pajak dapat mengambil Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
Bab I Pendahuluan 7
Universitas Kristen Maranatha
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) harus dilunasi selambat-lambatnya enam
bulan setelah tanggal diterimanya Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) oleh
wajib pajak.
Direktur jendral pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
dalam hal-hal sebagai berikut :
a. Apabila Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) tidak disampaikan dan setelah
ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana ditentukan dalam Surat
Teguran.
b. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah
pajak yang terutang (seharusnya) lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung
berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang disampaikan oleh
wajib pajak.
Sanksi administrasi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), dikenakan sanksi sebagai
tambahan terhadap pokok pajak yaitu sebesar 25% dari pokok pajak (Mardiasmo dalam bukunya yang berjudul “Perpajakan”, 2011 : 320)
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Pengaruh Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap
Bab I Pendahuluan 8
Universitas Kristen Maranatha
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah yang dapat diambil adalah :
a. Bagaimana Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan bangunan memperoleh Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dari wajib pajak ?
b. Seberapa jauh pengaruh Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) terhadap
penentuan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terutang ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk menghimpun data-data yang akan
dijadikan bahan penulisan skripsi. Tujuan penelitian adalah :
a. Untuk mengetahui bagaimana cara mendaftarkan Objek Pajak Bumi dan
Bangunan kepada Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP) terhadap penentuan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terutang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi Dinas Pelayanan
Pajak Bumi dan Bangunan mengenai pentingnya pendaftaran objek pajak yang
dimiliki oleh subjek pajak berupa bumi dan/atau bangunan melalui Surat
Bab I Pendahuluan 9
Universitas Kristen Maranatha
untuk mendaftarkan objek pajaknya melalui Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP) secara lengkap, benar, dan jelas.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada akademisi
mengenai Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) Pajak Bumi dan Bangunan
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran bagi para akademisi
mengenai pentingnya pengisian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang
lengkap, benar, dan jelas agar penetapan pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak
sesuai dengan objek pajak yang ditulis dalam formulir Surat Pemberitahuan
Objek Pajak (SPOP).
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai praktik nyata
proses pendataan objek pajak berupa tanah dan/atau bangunan melalui Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP), yang kemudian dari data tersebut penetapan
besarnya pajak yang terutang dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak,
serta diharapkan dapat meningkatkan pemahaman peneliti mengenai berbagai
masalah dan kendala yang terjadi pada Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memenuhi
syarat sidang sarjana Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Bab V Kesimpulan dan Saran
73
Universitas Kristen Maranatha BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan yang
telah dilakukan di Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, adalah :
1. Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan memperoleh data Objek Pajak Bumi
dan Bangunan melalui dua cara , yaitu dengan pendataan pasif dan aktif.
Pendataan pasif, yaitu pendataan secara langsung dengan cara mendatangi lokasi
objek pajak, sedangkan pendataan aktif, yaitu subjek pajak melaporkan objek
pajak yang dimilikinya melalui Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara
lengkap, jelas, dan benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Data-data
tersebut akan digunakan sebagai dasar penetapan besarnya Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) yang terutang oleh Direktorat Jenderal Pajak sehingga
diperlukan adanya pendaftaran atau pendataan objek pajak bumi dan/atau
bangunan.
2. Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sangat berpengaruh terhadap
penetapan pajak bumi dan bangunan terutang. Hal ini dapat dilihat pada hasil
perhitungan persentase pada bab sebelumnya, yaitu sebesar 85,19%, yang berada
diantara 76%-100% yang berarti Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Bab V Kesimpulan dan Saran 74
Universitas Kristen Maranatha
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti mencoba
memberikan saran sebagai berikut :
1. Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dapat mensosialisasikan kepada
subjek Pajak bumi dan Bangunan agar dapat lebih aktif melaporkan sendiri Objek
Pajak Bumi dan Bangunan melalui Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP),
agar subjek pajak dapat mengetahui bagaimana cara mengisi Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) yang benar.
2. Dinas Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dapat memberikan pemahaman lebih
atau mengingatkan mengenai denda yang akan ditanggung apabila tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) dan/atau tidak mengisi
Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) namun tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Hal tersebut bertujuan agar subjek pajak patuh mengisi Surat
Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) secara jelas, lengkap, benar, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memperluas ruang lingkup penelitian
dengan memperbanyak jumlah sampel dan menambah data-data lainnya yang
Daftar Pustaka 75
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Dean J. Cahampion. (1981). Basic Statistics for Social Research. Second Edition, Macmillan Publishers.
Diana, A. dan Lilis, S. (2014). Perpajakan Teori dan Peraturan Terkini. Penerbit Andi, Yogyakarta.
Jogiyanto. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis : Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi 6, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Edisi Revisi 2011, Penerbit Andi, Yogyakarta. Media Keuangan Daerah Tahun 2013, Edisi VIII, 65.
Resmi, S. (2005). Perpajakan Teori dan Kasus. Penerbit Salemba Empat, Jakarta . ---. (2013). Perpajakan Teori dan Kasus. Edisi 7 buku 1, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia No. 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Perda Nomor 13 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Bandung.
UU No.12 Tahun 1994 tanggal 9 November 1994 KMK No.523/KMK.04/1998 tentang Nilai Jual Objek Pajak sebagai Dasar Pengenaan PBB.
UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan dan Tata Cara Perpajakan.
Waluyo, Wirawan B Ilyas. (2005). Perpajakan Indonesia. Edisi Revisi buku 1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.